Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
MARIYAM 0807568
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS MASALAH UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN
KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA
SMP
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Mariyam 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR
KREATIF SISWA SMP
Oleh : Mariyam 0801297
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Drs. I Made Padri, M.Pd NIP. 195106091978032001
Pembimbing II,
Drs. Agus Danawan, M.Si NIP. 196302221987031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN
BERFIKIR KREATIF SISWA SMP Mariyam
NIM. 0807568
Pembimbing I: Drs. I Made Padri, M.Pd Pembimbing II: Drs. Agus Danawan, M.Si
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRAK
Kemampuan berpikir kreatif perlu dikembangkan sejak dini karena diharapkan dapat menjadi bekal dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupan, salah satunya melalui Fisika sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir. Akan tetapi berdasarkan observasi disalah satu SMP di kota Bandung bahwa proses pembelajaran fisika masih didominasi oleh guru dan lebih menekankan proses transfer pengetahuan, selain itu siswa yang tuntas hanya 29,4%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan one
group pre-test post-test design. Penelitian ini dilakukan di kelas IX pada salah
satu SMP Negeri di Bandung dengan sampel sebanyak 31 orang siswa. Pengambilan data untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan ganda dan untuk mengukur peningkatan kemampuan berfikir kreatif siswa dilakukan menggunakan instrumen tes dalam bentuk uraian. Hasil penelitian yang diperoleh setelah diterapkan model pembelajaran berbasis masalah, untuk hasil tes prestasi belajar siswa dengan rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,50 dan termasuk dalam kategori sedang,dan hasil tes kemampuan berfikir kreatif siswa dengan rata-rata yang dinormalisasi <g> sebesar 0,51 dan termasuk dalam kategori sedang.
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IMPLEMENTATION PROBLEM-BASED LEARNING FOR INCREASE ACADEMIC ACHIEVEMENT AND CREATIVE THINKING SKILLS FOR
SECONDARY STUDENT
Mariyam NIM. 0807568
Pembimbing I: Drs. I Made Padri, M.Pd Pembimbing II: Drs. Agus Danawan, M.Si
Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI
ABSTRACT
Creative thinking skills need to be developed early on because it is expected to be equipped to face the problems in life , one through physics as a vehicle to foster thinking skills . However, based on observations at one junior high school in the city that learning physics is still dominated by teachers and an emphasis on knowledge transfer process , in addition to the students who completed only 29.4 % . The purpose of this study to determine the academic achievement and creative thinking skills by applying problem-based learning model . The research method used was a quasi experiment with one group pre - test post-test design . The research was conducted in class IX at one junior high school in Bandung with a sample of 31 students . Retrieval of data to measure improvements in student achievement tests performed using instruments in the form of multiple choice and to measure improvements in students' ability to think creatively done using test instruments in the form of descriptions . The results obtained after the application of problem-based learning model , for student achievement test results with an average gain of 0.50 and normalized <g> included in the medium category , and the results of tests of creative thinking ability of students with average normalized <g> of 0.51 and included in the medium category.
v Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Variabel Penelitian ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PRESTASI BELAJAR, DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF A. Model Pembelajaran berbasis masalah ... 9
B. Prestasi Belajar ... 19
C. Kemampuan Berfikir Kreatif ... 21
D. Kaitan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Prestasi Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 27
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 31
B. Desain Penelitian ... 31
C. Metode Penelitian ... 32
D. Prosedur Penelitian ... 32
vi Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Analisis Instrumen Penelitian ... 36
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 41
I. Teknik Pengolahan Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Pembelajaran ... 49
B. Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 50
C. Hasil Penelitian ... 52
D. Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 60
DAFTAR PUSTAKA ... 61
vii Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel
2. 1 Sintaks Model Pembelajran Berbasis Masalah ... 13
2. 2 Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 18
2. 3 Aspek Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Indikatornya ... 23
2.4 Aspek Kemampuan Berfikir Kreatif Dan Indikatornya ... 27
3.1 Desain Penelitian ... 31
3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal ... 37
3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes ... 39
3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran ... 39
3.5 Interpretasi Daya Pembeda ... 40
3.6 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, Dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 41
3.7 Interpretasi Nilai Gain Yang Dinormalisasi ... 42
3.8 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 43
4.1 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 50
4.2 Data Hasil Tes Prestasi Belajar Siswa ... 52
4.3 Data Hasil Tes Prestasi Belajar Tiap Aspek Kognitif ... 54
viii Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar
3.1 Alur Penelitian ... 34
4.1 Diagram Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 52
4.2 Diagram Rata-Rata Skor Prestasi Belajar Siswa Tiap Aspek Kognitif ... 53
ix Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Studi Pendahulun
A.1. Format Observasi Kelas ... 65
A.2. Hasil Observasi Kelas ... 66
A.3. Tes Kemampuan Berfikir Kreatif ... 67
A.4. Kisi-kisi Tes Kemampuan Berfikir Kreatif ... 69
B. Perangkat Pembelajaran B.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 74
B.2. Lembar Kegiatan Siswa ... 100
C. Instrumen Penelitian C.1. Kisi-Kisi Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 115
C.2. Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berfikir Kreatif ... 124
C.3. Soal Tes Prestasi Belajar dan Kemampuan Berfikir Kreatif ... 131
C.4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 138
D. Analisis Uji Coba Instrumen D.1. Hasil Analisis Uji Coba Soal Tes Prestasi Belajar ... 142
D.2. Hasil Analisis Uji Coba Tes Kemampuan Berfikir Kreatif ... 146
D.3. Lembar Judgment Instrumen Tes Prestasi Belajar ... 149
D.4. Lembar Judgment Instrumen Tes Kemampuan Berfikir Kreatif ... 163
D.5. Soal Uji Coba ... 174
E. Analisis Hasil Penelitian E.1. Distribusi Skor Pretest dan Posttest Prestasi Belajar Siswa ... 183
E.2. Distribusi Skor Pretest dan Posttest Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa ... 185
E.3. Skor N-gain Tes Prestasi Belajar Siswa ... 186
x Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E.5. Hasil Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ... 191
F. Dokumentasi Penelitian
1
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di zaman perkembangan IPTEK yang begitu pesat ini, banyak masalah yang
harus diatasi dengan keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh setiap individu. Perubahan
di berbagai bidang kehidupan menuntut manusia agar mampu beradaptasi sejalan
dengan perubahan yang terjadi. Kreativitas merupakan modal dasar yang harus
dimiliki dalam menghadapi era globalisasi ini.
Adapun kreativitas menurut Munandar (2009) adalah :
Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam
bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.
Kemajuan teknologi yang semakin meningkat serta macam-macam tantangan dari
berbagai aspek kehidupan menuntut adaptasi secara kreatif dan keterampilan
memecahkan masalah yang imajinatif.
Pernyataan Munandar di atas secara tidak langsung menegaskan bahwa dalam
perkembangan sains dan teknologi khususnya pada abad 21 adalah abad dimana
teknologi dan ilmu pengetahuan berubah dan berkembang sangat pesat, maka
dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki daya saing tinggi, kreatif,
handal, dan berkualitas agar mampu mengatasi bermacam-macam kemungkinan
penyelesaian terhadap suatu masalah dan perubahan. Dalam hal ini kreativitas
merupakan modal dasar paling pokok yang harus dimiliki agar dapat
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut sehingga membawa manfaat bagi
kehidupan bangsa. Gagasan kreatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan tidak
bisa muncul begitu saja. Untuk menciptakan sesuatu yang bermakna diperlukan tahap
persiapan sejak dini dalam pendidikan formal, karena dengan memperoleh
2
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konteks kehidupan nyata. Dengan pengembangannya sejak dini kreativitas ini
menjadi bekal dalam menghadapi permasalahan yang akan dihadapi dalam kehidupan
mereka sehari-hari.
Pengembangan ilmu pengetahuan secara khusus dikembangkan melalui
pendidikan formal di bangku sekolah. Pengetahuan yang dipelajari di sekolah
meliputi berbagai bidang disiplin ilmu, salah satunya adalah ilmu pengetahuan alam
(IPA). Pelajaran ilmu pengetahuan alam pada SMP dimaksudkan untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan serta membudayakan berpikir ilmiah secara
kritis, kreatif dan mandiri. (Depdiknas, 2006:3).
Berdasarkan uraian diatas, terlihat bahwa pelajaran ilmu pengetahuan alam
termasuk fisika didalamnya adalah untuk melatih kemampuan berpikir siswa. Banyak
ragam pola berpikir yang perlu dikembangkan siswa mulai dari berpikir dasar hingga
berpikir kompleks atau berpikir tingkat tinggi. Menurut Costa (Liliasari:2007) ada 4
pola berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah,
dan pengambilan keputusan. Berpikir tingkat tinggi mengharuskan siswa untuk
memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberikan mereka
pengertian dan implikasi baru (Costa, 1985). Contohnya pada saat siswa
menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, melakukan generalisasi,
menjelaskan, melakukan hipotesis dan analisis, dan akhirnya sampai pada suatu
kesimpulan diperlukan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Pembelajaran
disekolah ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan
menjadi sangat penting diajarkan sejak dini dalam pendidikan formal (Costa, 1985).
Program kurikulum yang dikembangkan sekarang salah satunya bertujuan untuk
melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti yang dikehendaki oleh Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dengan pembelajaran yang berorientasi pada
siswa yang dapat mengasah keaktifan siswa dan keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa. Diantara empat pola berpikir tingkat tinggi menurut Costa, berpikir kreatiflah
3
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hasil dari studi pendahuluan yang dilakukan pada salah satu Sekolah
Menengah Pertama Negeri di Kota Bandung dengan menggunakan format observasi
dan wawancara menunjukkan beberapa fakta, diantaranya sebagai berikut:
1. Pada saat pembelajaran berlangsung guru masih sebagai pusat informasi
(teacher-centered) dan lebih menekankan pada proses transfer pengetahuan dari guru
kepada siswa sehingga tidak menempatkan siswa sebagai pengkonstruksi
pengetahuan. Dalam hal ini siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam proses
pembelajaran. Guru yang bersangkutan belum bisa memvariasikan metode
pembelajaran dengan baik dan masih cenderung memakai metode konvensional,
jarang melakukan praktikum dikelas.
2. Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh dari guru mata pelajaran fisika yang
bersangkutan didapat bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas IX yaitu
50,34. Nilai tersebut masih dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang
ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Siswa yang mendapat nilai diatas KKM hanya
berjumlah 10 orang, angka tersebut sangat kecil bila dibandingkan dengan jumlah
total siswa yaitu 34 orang. Dengan demikian presentase siswa yang tuntas hanya
29,4%.
3. Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif yang telah diujikan pada salah
satu kelas yang berjumlah 33 siswa, ternyata hasilnya masih sangat rendah.
Rata-rata skor yang diperoleh siswa adalah 25,93. Hanya ada empat orang yang unggul
dalam semua aspek kemampuan berfikir kreatif yang di ujikan yaitu aspek
berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), dan kemampuan
berpikir memerinci (elaboration). Dengan demikian presentase siswa yang
unggul dalam semua aspek kemampuan berfikir kreatif yang di ujikan hanya
11,76%.
Ini menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dikelas tidak melatihkan
kemampuan berpikir kreatif siswa sehingga permasalahan diatas menjadi salah satu
4
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(2008) makin banyak siswa terlibat dalam proses pembelajaran, maka dapat
mengasah kemampuan berpikir kreatif dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Mengingat pentingnya kreativitas siswa dibangun dalam pendidikan formal,
maka di sekolah perlu disusun suatu strategi pembelajaran yang dapat
mengembangkan kreativitas. Strategi tersebut diantaranya meliputi pemilihan
pendekatan, metode atau model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang
dipandang dapat membantu dan memfasilitasi untuk memudahkan siswa dalam
menguasai konsep fisika dan berlatih mengembangkan berbagai kecakapan dan
keterampilan berpikir adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis
masalah merupakan suatu pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk
memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan
pada awal pembelajaran (Arends, 2004). Pada pembelajaran berbasis masalah siswa
dituntut untuk melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara
menggali informasi sebanyak-banyaknya, kemudian dianalisis dan dicari solusi dari
permasalahan yang ada. Solusi dari permasalahan tersebut tidak mutlak mempunyai
satu jawaban yang benar, artinya siswa dituntut pula untuk belajar secara kreatif.
Siswa diharapkan menjadi individu yang berwawasan luas serta mampu melihat
hubungan pembelajaran dengan aspek-aspek yang ada dilingkungannya. Selain itu,
menurut Torrance (1976) pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
diyakini pula dapat menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik
secara individual maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut
adanya keaktifan siswa. Masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat,
baik bagi peserta didik sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat
masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik serta membangkitkan
motivasi belajar peserta didik. Masalah-masalah disiapkan sebagai stimulus
pembelajaran. Siswa dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, dan guru hanya
berperan memfasilitasi terjadinya proses belajar dan memonitor proses pemecahan
5
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
peneliti mengambil judul penelitian skripsi ini adalah “Penerapan Model
Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar
dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP setelah digunakannya model pembelajaran berbasis masalah?”
Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah?
2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kreatif siswa SMP setelah melakukan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah?
Variabel dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah,
prestasi belajar, dan kemampuan berpikir kreatif. Sedangkan definisi operasional
untuk setiap variabel, dijelaskan seperti dibawah ini:
1. Model pembelajaran Berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
berkembang dengan prinsip konstruktivistik yang menekankan siswa untuk
mengembangkan konsep yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru (Arends, 2004). Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi 5
tahap pembelajaran (Arends, 2004), yaitu tahap orientasi siswa pada masalah,
mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual
atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis
6
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Problem Based Learning itu akan diukur dengan Lembar Observasi Aktifitas
Guru dalam Pembelajaran.
2. Prestasi belajar didefinisikan sebagai tingkat penguasaan materi yang dicapai oleh
siswa yang mencakup jenjang kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu
meliputi C1 (pengetahuan/hapalan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4
(analisis), C5 (sintesis), dan C6 (evaluasi). Peningkatan prestasi belajar siswa
diukur melalui penyelenggaraan tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda
pada saat sebelum (pretest) dan setelah (posttest) pelaksanaan pembelajaran.
Dalam penelitian ini hanya ditinjau jenjang C1 (pengetahuan/hapalan), C2
(pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (analisis). Peningkatan prestasi belajar
siswa ditunjukkan dengan adanya perubahan positif antara pretest dan posttest
yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi
(N-Gain).
3. Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan kognitif untuk memunculkan dan
mengembangkan gagasan baru, ide baru sebagai pengembangan dari ide yang
telah lahir sebelumnya dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara
divergen (dari berbagai sudut pandang). Untuk mengetahui profil kemampuan
berpikir kreatif siswa diukur dengan menggunakan tes berpikir kreatif yang
berbentuk tes tertulis jenis uraian.
C. Batasan Masalah
Untuk lebih mengarahkan penelitian ini, peneliti memberikan beberapa
batasan masalah untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menyimpang
pembahasannya, maka masalah yang diteliti dibatasi sebagai berikut:
1. Peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif menunjukkan
peningkatan yang terjadi pada setiap aspek yang diteliti meliputi aspek kognitif
jenjang pengetahuan/hafalan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis
7
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Profil kemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah profil yang diambil dari
bentuk persentese dari setiap aspek berpikir kreatif yang meliputi keterampilan
berpikir lancar (fluency), dengan indikator: (1) mengajukan banyak pertanyaan,
(2) lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, keterampilan berpikir luwes
(flexibility), dengan indikator: (1) Memberikan bermacam-macam penafsiran
terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah, (2) Jika diberi suatu masalah
biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya, dan
keterampilan memerinci (elaboration) dengan indikator mencari arti yang lebih
mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci menurut Munandar (1987).
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian, yaitu:
a. Variabel Bebas : model pembelajaran berbasis masalah
b. Variabel Terikat: peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berfikir kreatif
siswa SMP.
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif dan
peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah digunakan model pembelajaran
berbasis masalah.
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:.
a. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa SMP setelah digunakan model
pembelajaran berbasis masalah.
b. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP setelah
digunakan model pembelajaran berbasis masalah
8
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya adalah:
1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan
pemahaman terhadap materi listrik.
2. Bagi guru dan calon guru, untuk memberikan masukan tentang alternatif
pemecahan masalah untuk perbaikan kegiatan pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa.
3. Bagi peneliti sendiri memberikan pengalaman langsung untuk meningkatkan
dan menambah wawasan tentang pelaksaan pembelajaran di kelas.
4. Bagi peneliti lain, memberikan referensi untuk penelitian selanjutnya untuk
masalah yang sama dan memberikan wawasan yang baru bagi pengembangan
ilmu pendidikan
G. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi dari penulisan skripsi yaitu:
1. Bab I merupakan bab pendahuluan yang membahas tentang latar belakang
penelitian, identifikasi perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II berisi kajian teoritis tentang strategi model pembelajaran berbasis masalah,
prestasi belajar dan kemampuan berfikir kreatif.
3. Bab III tentang metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut: lokasi
dan subjek populai/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian,
intrumen penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data.
4. Bab IV menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan, terdiri dari dua hal
utami yaitu, pengolahan dan analisis data, dan pembahasan.
5. Bab V menjelaskan tentang kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan
31
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX di salah satu SMP
Negeri di Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah salah satu kelas
dari keseluruhan populasi yang dipilih secara purposive sample. Terkait kondisi di
lapangan maka penentuan sampel ini diambil menggunakan teknik purposive sample
(sampel bertujuan). Purposive sample dilakukan dengan cara mengambil subjek
bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas dasar adanya
suatu tujuan tertentu. (Arikunto, 2010: 183). Teknik ini biasanya dilakukan karena
beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan dalam hal ini adalah karena selama
penelitian berlangsung tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada.
Untuk tujuan penelitian ini, kelas tersebut didesain menjadi kelas eksperimen. Kelas
yang dijadikan kelas eksperimen adalah kelas IX D dengan jumlah 31 orang.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group
Pretest-Posttest Design. Dalam desain ini dilakukan dua kali tes yaitu tes awal
(pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal dilaksanakan sebelum perlakuan
(treatment) sedangkan tes akhir dilaksanakan setelah perlakuan (treatment). Bentuk
perlakuannya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
dengan reading infusion. Desain ini digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Pre-test Treatment Post-test
O1 X O2
(Arikunto, 2003)
Keterangan :
O1= Tes awal (pre-test) dilakukan sebelum siswa diberikan perlakuan dengan model
32
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
O2= Tes akhir (post-test) dilakukan setelah siswa diberikan perlakuan dengan model
pembelajaran berbasis masalah.
X = Perlakuan (treatment) pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis
masalah.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experiment
(penelitian semu). Metode penelitian semu adalah metode yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari ”sesuatu” yang dikenakan pada subjek penelitian, dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua
variabel yang berhubungan dengan subjek penelitian (Arikunto, 2003). Dalam
penelitian ini, pengontrolan variabel tidak dilakukan terhadap seluruh variabel, tetapi
hanya pada variabel tertentu yang dianggap paling dominan berpengaruh dalam
penelitian, sehingga peningkatan kemampuan berpikir rasional dan prestasi siswa
seolah-olah hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran berbasis masalah yang
diterapkan pada pembelajaran fisika.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan,
tahap pelaksanaan dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.
Telaah kurikulum untuk mengetahui kompetensi yang harus dicapai.
Melakukan studi pendahuluan di sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian berupa pengamatan langsung mengenai proses pembelajaran di
kelas dan wawancara dengan guru dan siswa untuk memperoleh gambaran
mengenai prestasi belajar siswa, serta sarana dan prasarana yang mendukung
33
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menentukan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Merancang perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), skenario pembelajaran, dan LKS .
Menyusun instrumen penelitian untuk mengukur prestasi belajar (tes pilihan ganda), mengukur kemampuan berfikir kreatif (tes uraian), dan format
observasi keterlaksanaan pembelajaran Men-judgement instrument tes. Melakukan uji coba instrument tes.
Mengolah data hasil uji coba yang meliputi tingkat kesukaran, validitas dan reliabilitas, dan daya pembeda, kemudian menganalisisnya dan menentukan
soal yang akan digunakan dalam penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Memberikan pre-test untuk mengukur prestasi belajar sebelum diberi perlakuan (treatment).
Memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. Perlakuan dilakukan sebanyak empat kali pembelajaran. Selama
kegiatan pembelajaran dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran
guru melalui format observasi oleh observer.
Memberikan posttest dengan menggunakan soal yang sama dengan pretest untuk mengukur peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berfikir
kreatif siswa setelah mendapat treatment.
3. Tahap akhir
Mengolah data hasil pretest dan posttest serta hasil observasi dari seluruh pembelajaran yang dilakukan.
Menganalisis data hasil penelitian dan membahas temuan penelitian. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data.
Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian.
Secara keseluruhan skema penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 3.1.
34
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.1 Alur Penelitian
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto,
2010: 203). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes
35
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
prestasi belajar, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Secara lebih rinci
akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Tes Prestasi Belajar
Tes prestasi belajar yang digunakan untuk mengukur aspek kognitif
berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan empat pilihan. Dalam
penelitian ini aspek kognitif yang diukur meliputi C1 (mengingat), C2
(memahami), C3 (penerapan), dan C4 (analisis) yang disesuaikan dengan
tuntutan Kompetensi Dasar yang diteliti.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian
b. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
c. Meminta judgement kepada dosen dan guru mata pelajaran fisika.
d. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
e. Melakukan analisis berupa tingkat kesukaran soal, daya pembeda, validitas dan
realibilitas.
Dari hasil tes ini akan dihitung gain yang dinormalisasi (N-Gain) kemudian
dilakukan analisis untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Tes kemamppuan befikir kreatif yang digunakan berupa tes uraian. Tes
yang digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif siswa berupa soal
uraian,. Secara spesifik indikator keterampilan berpikir kreatif yang dinilai
dalam penelitian diantaranya: fluency (berfikir lancar) dengan inidikator: (1)
mengajukan banyak pertanyaan (2) lancar mengungkapkan
gagasan-gagasannya, flexibility (berfkir luwes) dengan indikator: (1) memberikan
bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah (2)
jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang
36
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
indikator mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah terperinci.
3. Lembar Observasi
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dilakukan terhadap guru
dan siswa. Lembar observasi ini berisi tahapan pembelajaran yang digunakan
untuk melihat keterlaksanaan aktivitas guru selama pembelajaran menggunakan
strategi problem solving. Lembar observasi ini diisi oleh observer ketika proses
pembelajaran berlangsung dengan memberikan tanda checklist sesuai kolom
indikator yang sedang diobservasi. Lembar observasi ini diolah dengan tafsiran
persentase. Lembar observasi yang telah disusun tidak diujicobakan.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpukan data adalah
sebagai berikut:
1. Tes prestasi belajar siswa yang diberikan sebagai pretest dan posttest. Tes ini
dilaksanakan pada saat awal sebelum diberikan treatment yaitu pretest dan setelah
diberikan treatment yaitu posttest.
2. Tes kempuan berfikir kreatif siswa diberikan pada saat setelah pembelajaran.
3. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran
berlangsung. Untuk memperoleh data ini, peneliti dibantu oleh observer untuk
mengamati setiap tahapan pembelajaran yang dilakukan.
G. Analisis Instrumen Penelitian
Setelah dibuat instrumen berupa tes, maka instrumen tes tersebut perlu
di-judgement dan diuji coba, tujuannya untuk melihat validitas dan reliabilitas instrumen
sehingga ketika instrumen itu digunakan dalam penelitian telah valid dan reliabel.
Data hasil uji coba tersebut dianalisis berdasarkan validitas, reliabilitas, tingkat
37
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Validitas
Validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Untuk menguji validitas setiap butir soal,
akor-skor untuk setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total. Dukungan setiap
butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes secara
keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus
korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien
korelasi adalah rumus korelasi product moment Pearson seperti berikut :
Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Interpretasi Validitas Butir Soal
Koefisien Korelasi Kriteria validitas
38
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama (Arikunto, 2009:90). Arikunto (2009:86) juga menyatakan bahwa reliabilitas
menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Nilai reliabilitas dapat ditentukan
dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menentukan
reliabilitas tes adalah dengan menggunakan metoda belah dua dengan rumus K – R20
(Arikunto, 2009:100). Reliabilitas tes dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan :
= koefisien reliabilitas instrumen.
p = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar.
q = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 – p). Σ pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q.
n = banyaknya item.
s = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar dari varians).
Reliabilitas tes untuk soal uraian dihitung dengan menggunakan persamaan:
Keterangan,
r11 : reliabilitas yang dicari
: jumlah varians skor tiap-tiap item
: varians total
Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen
39
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.3 Interpretasi Reliabilitas Tes
(Arikunto, 2009 : 75)
3. Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Soal yang terlalu mudah tidak merangsang anak untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi di luar
jangkauannya (Arikunto, 2009:207).
Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :
Keterangan :
P = Indeks Kesukaran
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS= Jumlah seluruh siswa peserta tes
Nilai P yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan tingkat
kesukaran butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat kesukaran
Nilai P Kriteria
0.00 – 0.3 Sukar
0.31 – 0.70 Sedang
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
0,81 r 11 1,00 Sangat Tinggi
0,61 r 11 0,80 Tinggi
0,41 r 11 0,60 Cukup
0,21 r 11 0,40 Rendah
40
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nilai P Kriteria
0.71 – 1.00 Mudah
(Arikunto, 2009:210)
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa
yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuanya rendah
(Arikunto, 2009: 211). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal
uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu:
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan
pada kriteria daya pembeda sebagai berikut :
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda
Indeks Daya
Pembeda Kriteria Daya Pembeda
Negatif Sangat buruk, harus dibuang
0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang
0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (excellent)
41
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika instrumen yang telah dibuat telah valid dan reliabel, maka instrumen
tersebut diberikan kepada siswa dalam sampel penelitian.
H. Hasil Uji Coba Instrumen Tes
1. Tes Prestasi Belajar
Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji
cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMP kelas IX di
sekolah tempat penelitian yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang
dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes
berbentuk pilihan ganda sebanyak 26 soal.
Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik
dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan
software Microsoft Excel. Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No. Soal
Aspek
Kognitif
Reliabilitas Validitas Daya Pembeda Tingkat
kesukaran Keputusan
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 C2
0,79 Tinggi
0,63 Tinggi 0,67 Baik 0,72 Mudah Dipakai
2 C1 0,65 Tinggi 0,75 Baik Sekali 0,56 Sedang Dipakai
3 C3 0,44 Cukup 0,42 Baik 0,19 Sukar Dipakai
4 C3 0,64 Tinggi 0,67 Baik 0,67 Sedang Dipakai
42
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.
Soal
Aspek
Kognitif
Reliabilitas Validitas Daya Pembeda Tingkat
kesukaran Keputusan
42,31% kategori tinggi, 46,15 kategori cukup, dan 11,54% instrumen lainnya masuk
43
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kategori baik sekali, 38,46% kategori baik dan 26,92% kategori cukup, sedangkan
23,08% instrumen mempunyai daya pembeda jelek. Berdasarkan tingkat kesukaran
sebanyak 46,15% instrumen kategori mudah, 46,15% kategori sedang dan 7,7%
kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,79 (tinggi).
Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa soal
yang dibuang dan diperbaiki. Dari 26 soal yang diujikan terdapat 3 soal yang dibuang
yaitu soal nomor 10, 14 dan 21. Sehingga soal yang digunakan untuk instrumen
penelitian adalah 23 soal.
2. Tes Kemampuan Berfikir Kreatif
Untuk memperoleh instrumen tes yang baik, maka tes tersebut harus diuji
cobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dilakukan kepada siswa SMP kelas IX di
sekolah tempat penelitian yang telah terlebih dahulu mempelajari materi yang
dijadikan pokok bahasan dalam penelitian. Instrumen yang diuji coba berupa tes
berbentuk uraian sebanyak 11 soal.
Data hasil uji coba kemudian dianalisis yang meliputi uji validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda. Sehingga diperoleh instrumen tes yang baik
dan layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Analisis validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda dilakukan pada setiap butir soal dengan menggunakan
software Microsoft Excel. Hasil rekapitulasi validitas, tingkat kesukaran, dan daya
pembeda tiap butir soal terdapat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Validitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Tiap Butir Soal
No
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keputusan Nilai Kategori
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
44
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No
Validitas Daya Pembeda Tingkat kesukaran
Keputusan Nilai Kategori
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
4 (Fluency) 0,41 Cukup 0,44 Baik 0,25 Sukar Dipakai
instrumen valid. Berdasarkan daya pembeda sebanyak 45,45% kategori baik dan
45,45% kategori cukup, sedangkan 9,1% instrumen mempunyai daya pembeda jelek.
Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 18,18% instrumen kategori mudah, 54,55%
kategori sedang dan 27,27% kategori sukar. Instrumen tes ini memiliki nilai
reliabilitas sebesar 0,42 dengan kategori cukup.
I. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Skor Tes Prestasi Belajar
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif
berupa hasil tes untuk mengukur prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh
dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Adapun langkah-langkah analisis
data tes ini adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan metode
45
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Pemberian
skor dihitung dengan menggunakan rumus:
(Munaf, 2001:44)
dengan: S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
b. Menghitung gain yang dinormalisasi
Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Perbedaan skor tes
awal dan tes akhir ini diasumsikan sebagai efek dari treatment. Rumus yang
digunakan untuk menghitung nilai gain adalah:
Keterangan :
d = gain
Sf = skor tes akhir
Si = skor tes awal
Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual
yaitu skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain
tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998).
Untuk menghitung nilai rata-rata gain yang dinormalisasi (N-Gain) digunakan
persamaan sebagai berikut :
dengan:
<g> = rata-rata gain yang dinormalisasi
< Sf >= rata-rata skor tes akhir (posttest)
< Si > = rata-rata skor tes awal (pretest)
46
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.8 Interpretasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai g Klasifikasi
g 0,7 Tinggi
0,7 > g 0,3 Sedang
g < 0,3 Rendah
(Hake, 1998)
2. Analisis Data Skor Tes Kemampuan Berfikir Kreatif
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif
berupa hasil tes untuk mengukur kemampuan berfikir kreatif dalam penelitian ini
diperoleh dengan membandingkan hasil pretest dan posttest. Adapun
langkah-langkah analisis data tes ini adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar. Jawaban yang
benar diberi skor maksimal tiga dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak
dijawab diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus:
(Munaf, 2001:44)
dengan: S = Skor siswa
R = Skor tiap soal
b. Menghitung presentasi kemampuan berfikir kreatif
1. Menghitung rata-rata skor seluruh siswa untuk tiap aspek dengan
menggunakan rumus (Muhibin Syah dalam Evasari, 2007):
47
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dengan kriteria sebagai berikut :
a) Kriteria sangat tinggi jika skor antara 81% - 100%
b) Kriteria tinggi jika skor antara 61% - 80%
c) Kriteria sedang jika skor antara 41% - 60%
d) Kriteria rendah jika skor antara 21% - 40%
e) Kriteria sangat rendah jika skor antara 0% - 20%
3. Analisis Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Format observasi ini berbentuk Rating Scale dan membuat kolom ya/tidak,
observasi ini dilakukan untuk mengukur keterlaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan strategi problem solving dan keterlaksanaan kegiatan membaca. Untuk
observasi keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca yang dilakukan oleh
guru dan siswa dihitung dengan:
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase keterlaksanaan
pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan kegiatan
membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca
dengan menggunakan persamaan persentase keterlaksanaan.
48
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.9 Klasifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran
Presentase (%) Kriteria
0,00-24,90 Sangat kurang
25,00-37,50 Kurang
37,60-62,50 Sedang
62,60-87,50 Baik
87,60-100,00 Sangat Baik
Mulyadi (Raningsih, 2010)
Persentase yang didapat kemudian dijadikan sebagai acuan terhadap kelebihan
dan kekurangan selama kegiatan pembelajaran berlangsung agar guru dapat
60
Mariyam, 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan dan analisis data, peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara umum prestasi belajar siswa mengalami peningkatan setelah
diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah yang ditunjukkan dengan
rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain) sebesar 0,50 dengan kategori sedang,
dengan peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap aspek kognitif ditunjukkan
dengan nilai N-gain secara berurutan, yaitu sebesar 0,50 untuk aspek hapalan
(C1) termasuk dalam kategori sedang, 0,46 untuk aspek pemahaman (C2) dalam
kategori sedang, 0,74 untuk aspek penerapan (C3) dalam kategori tinggi, dan 0,33
untuk aspek analisis (C4) termasuk dalam kategori sedang.
2. Profil kemam[uan berfikir kreatif yaitu aspek kemampuan berfikir lancar
(fluency) berkategori cukup, aspek kemampuan berfikir luwes (flexibility)
berkategori cukup, dan aspek kemampuan berfikir memerinci (elaboration)
berkategori cukup.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan terkait dengan penelitian yang telah dilakukan
diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa
memerlukan waktu yang tidak sebentar. Oleh karena itu siswa perlu dilatihkan
proses kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran fisika yaitu dengan
membiasakan siswa dalam proses pemecahan masalah secara terus-menerus dan
kontinyu.
2. Sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut yang membandingkan pembelajaran
berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional, sehingga lebih terlihat