• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI PEMAMPATAN (COMPACTING STRATEGI) DALAM PENGKAJIAN PROSA FIKSI :Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI PEMAMPATAN (COMPACTING STRATEGI) DALAM PENGKAJIAN PROSA FIKSI :Studi Eksperimen pada Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

1

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Kondisi pembelajaran sastra yang saat ini terjadi di sekolah belum menguntungkan bagi perkembangan kemampuan bersastra siswa (Abidin, 2005). Pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal dari hari ke hari semakin sarat dengan berbagai persoalan. Keluhan-keluhan para guru, siswa, dan sastrawan tentang rendahnya tingkat apresiasi sastra selama ini menjadi bukti konkret adanya sesuatu yang tidak beres dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal (Wahyudi, 2005). Beberapa keluhan dalam pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal jika dipetakan berkisar pada hal-hal berikut.

Pertama, pengetahuan dan kemampuan dasar dalam bidang kesastraan para guru sangat terbatas (Gaspar, 2007). Materi kesastraan yang mereka peroleh selama mengikuti pendidikan formal di perguruan tinggi (PT) sangat terbatas. Materi kuliah kesastraan yang mereka peroleh lebih bersifat teoretis, sedangkan yang mereka butuhkan untuk mengajar lebih bersifat praktis.

Dharmojo (2007) mengemukakan bahwa kondisi pembelajaran sastra di lembaga pendidikan formal sejauh ini dapat dikatakan mengecewakan. Kekecewaan terhadap pembelajaran sastra itu dilontarkan oleh berbagai pihak, antara lain, Rusyana (1977/1978); Rusyana (1992); Nasution dkk. (1981); Rahman dkk. (1981); Sarjono (2000); Sudaryono (2000); Sayuti (2000); dan Kuswinarto (2001).

(2)

2

pembelajaran sastra berpengaruh pada minat murid terhadap sastra, namun, ternyata tidak terdapat hubungan antara teori yang diajarkan dan kemampuan apresiasi murid; (2) pengajar tidak memiliki waktu serta tidak tahu bagaimana caranya mengikuti perkembangan sastra di luar buku wacana; dan (3) murid tidak mampu mengaitkan nilai sastrawi dengan nilai-nilai etis/moral budaya dalam kehidupan.

Berbagai kendala di atas menyebabkan pembelajaran sastra di berbagai jenjang pendidikan formal hingga saat ini belum mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan. Problematika pembelajaran sastra di sekolah tersebut tidak terlepas dari kondisi pembelajaran sastra di perguruan tinggi keguruan. Mahasiswa sebagai calon guru belum mendapatkan kegiatan berolah sastra secara memadai dalam proses perkuliahan. Demikian juga pembelajaran Kajian Prosa Fiksi di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI belum sepenuhnya berimplikasi terhadap kemampuan lulusan untuk mengajarkan sastra di sekolah. Kenyataan ini mendorong perlunya tindakan penerapan strategi pembelajaran sastra yang tepat di perguruan tinggi.

(3)

3

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pengkajian prosa fiksi dalam proses pembelajaran karena hanya dosen yang berperan.

Untuk memahami pengkajian prosa fiksi dengan baik, para mahasiswa perlu diberi kesempatan untuk mempelajari, menyelidiki, dan menemukan bermacam-macam pola yang mungkin terjadi ketika mereka belajar mengkaji prosa fiksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurgiyantoro (2000: 30-31) bahwa hakikat pengkajian fiksi menyaran pada penelaahan, penyelidikan, pemahaman melalui analisis karya fiksi dengan kerja analisis yang dilakukan langsung dalam keadaan totalitasnya.

Pernyataan di atas mempunyai implikasi bahwa keaktifan mahasiswa dalam proses belajar mengkaji prosa fiksi sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajarnya. Dosen harus berupaya agar semua mahasiswa (tanpa terkecuali) bisa memperoleh kesempatan belajar dan hasil belajar secara optimal. Tidak boleh terjadi adanya sekelompok mahasiswa tertentu belajar, sementara kelompok yang lainnya tidak belajar. Dalam hal ini, dosen harus mengkondisikan situasi belajar yang sesuai untuk setiap karakteristik mahasiswa sebagai pembelajar.

Setiap individu pembelajar memiliki perbedaan satu sama lain, Garry (Sunarto & Hartono, 2002) mengkategorikan perbedaan individual ke dalam bidang-bidang:

1) perbedaan fisik termasuk usia, tinggi dan berat badan, jenis kelamin, pendengaran, penglihatan, dan kemampuan bertindak;

2) perbedaan sosial termasuk status ekonomi, agama, hubungan keluarga, dan suku;

3) perbedaan kepribadian termasuk watak, motif, minat, dan sikap; 4) perbedaan inteligensi dan kemampuan dasar; dan

(4)

4

Menurut Suryabrata (2004), setiap individu pembelajar juga memiliki perbedaan, yaitu:

1) perbedaan kemampuan kognitif, setiap individu memiliki kemampuan kognitif yang berbeda. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi;

2) perbedaan individual dalam bahasa; 3) perbedaan dalam latar belakang; 4) perbedaan dalam bakat;

5) perbedaan dalam kecakapan motorik, kecakapan motorik atau kemampuan psikomotorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan; dan 6) perbedaan dalam kesiapan belajar.

Oleh karena itu As’ari (2001: 2) menyarankan adanya pembelajaran yang demokratis. Beliau menyatakan bahwa pembelajaran yang demokratis ini ditandai oleh adanya penghargaan yang tinggi terhadap keadaan siswa yang berbeda-beda. Sebagaimana pemerintahan yang demokratis, pembelajaran yang demokratis juga sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Murid, yaitu hak untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan tingkat kesiapan, kebutuhan, minat mereka yang berbeda-beda. Guru dituntut untuk senantiasa mengupayakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswanya. Oleh karena itu, salah satu ciri dari pembelajaran yang demokratis adalah adanya pembelajaran yang berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang sesuai dengan perbedaan kemampuan, minat, dan kebutuhan siswa yang akan belajar (Tomlinson, 1999). Dalam pembelajaran yang berdiferensiasi, pembelajaran kepada kelompok atau individu tertentu bisa jadi berbeda sama sekali dengan pembelajaran kepada kelompok dan individu siswa yang lain.

(5)

5

kemampuan, minat, dan kebutuhan siswa yang akan belajar. Menurut Tomlinson (1999), para guru yang ingin mengimplementasikan instruksi berdiferensiasi harus memiliki keahlian tertentu. Mereka harus belajar bagaimana menciptakan profil yang terfokus pada kebutuhan pembelajaran siswa. Dengan mengenali kelebihan siswa, kelemahan, minat, kebiasaan dan cara belajar siswa, guru dapat mulai memodifikasi kurikulum berdasarkan isi, proses, dan hasil.

Tomlinson memberikan pula penjelasan beberapa strategi yang bisa digunakan untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi. Strategi-strategi tersebut di antaranya: pemampatan, proyek mandiri, kelompok minat atau pusat minat, tugas tersusun, pengelompokan fleksibel, pusat belajar, peragaman pertanyaan, dan pemagangan dan kontrak.

Lebih lanjut As’ari (2001: 3) mengungkapkan bahwa di luar negeri strategi berdiferensiasi ini sudah lazim diterapkan dalam proses pembelajaran. Sekelompok pembelajar yang melaksanakan tugas mandiri meninggalkan teman yang lainnya dalam kelas yang diajar secara klasikal oleh pengajar sudah biasa ditemui di luar negeri. Penggunaan orang tua atau pakar untuk bertindak sebagai tutor di kelas juga seringkali ditemui.

Di Indonesia keadaan tersebut hampir tidak pernah dijumpai. Pembelajaran secara klasikal, dominasi pengajar dalam menjelaskan materi, sementara siswa sibuk mencatat adalah dua dari sekian banyak karakteristik pembelajaran di Indonesia yang sering terjadi. Pembelajaran seperti ini belum tentu berhasil memberikan pemahaman konsep terhadap siswa. Siswa juga tidak memiliki keterampilan dan tidak menguasai cara belajar yang baik (As’ari, 2001: 4).

(6)

6

pemampatan dipandang lebih efektif dan lebih efisien dalam mengoptimalkan potensi dan hasil belajar mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi. Melalui strategi pemampatan, diharapkan pemahaman, penguasaan konsep, dan keterampilan mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi bertambah. Selain itu, penguasaan tentang cara belajar (Learn how to learn) pun berkembang secara lebih baik.

1.2 Identifikasi Masalah

Ada dua variabel penting yang akan diteliti dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah pengkajian prosa fiksi Indonesia dan strategi pemampatan. Pengkajian prosa fiksi Indonesia merupakan variabel terikat yang dapat dipengaruhi variabel lain. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (JPBSI), FPBS, UPI Bandung memperoleh mata kuliah yang berisi pengetahuan dan pengalaman bersastra. Mata kuliah-mata kuliah itu antara lain 1) pengantar kajian sastra, 2) sejarah sastra, 3) apresiasi puisi, 4) apresiasi prosa, 5) apresiasi drama, 6) kajian puisi, 7) kajian prosa fiksi, 8) kajian drama. Dari mata kuliah tersebut, kajian prosa fiksi merupakan salah satu komponen penting dalam perkuliahan sastra di JPBSI, FPBS, UPI Bandung.

(7)

7

sejumlah komponen yang terlibat dalam proses pembelajaran kajian prosa fiksi. Faktor-faktor tersebut di antaranya mahasiswa, dosen, materi, strategi dan metode, teknik, media, dan evaluasi pembelajaran. Jadi, strategi pembelajaran sebagai salah satu dari komponen yang terlibat dalam pembelajaran menjadi faktor penting dalam penelitian ini.

Dengan demikian, melalui strategi pemampatan sebagai salah satu strategi pembelajaran untuk pengkajian prosa fiksi, peneliti melakukan pengamatan terhadap seluruh proses pengkajian prosa fiksi yang berlangsung. Adapun pengkajian prosa fiksi sebagai variabel terikat dalam penelitian ini, merupakan salah satu mata kuliah yang ditawarkan di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UPI atau Fakultas Sastra perguruan tinggi lain yang dapat dipengaruhi strategi pemampatan.

1.3 Rumusan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Apakah strategi pemampatan (SP) lebih efektif dibandingkan dengan strategi ekspositoris (SE) dalam proses belajar mengajar kajian prosa fiksi di JPBSI, FPBS, UPI Bandung?

2) Apakah strategi pemampatan (SP) dapat meningkatkan kemampuan mengkaji prosa fiksi mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung?

(8)

8

Rumusan masalah di atas diuraikan lagi menjadi rincian rumusan masalah berikut ini.

1) Apakah kemampuan pengkajian prosa fiksi kelompok eksperimen (SP) lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol (SE)?

2) Apakah kemampuan pengkajian prosa fiksi mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung kelompok eksperimen (SP) lebih baik dibandingkan dengan kelompok kontrol (SE)?

3) Apakah kualitas proses belajar mengajar kajian prosa fiksi di JPBSI, FPBS, UPI Bandung dengan menggunakan Strategi Pemampatan (SP) baik?

4) Apakah terdapat peningkatan kemampuan mengkaji prosa fiksi mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung setelah Strategi Pemampatan (SP) dilaksanakan?

5) Apakah strategi pemampatan diterima mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung sebagai suatu stratregi yang efektif dalam pembelajaran kajian prosa fiksi?

1.4 Tujuan Penelitian

(9)

9

1) keefektifan strategi pemampatan (SP) dalam meningkatkan kemampuan mengkaji prosa fiksi mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung;

2) perbedaan keefektifan antara strategi pemampatan (SP) dengan strategi ekspositoris (SE) dalam proses belajar mengajar kajian prosa fiksi di JPBSI, FPBS, UPI Bandung;

3) kualitas proses belajar mengajar kajian prosa fiksi di JPBSI, FPBS, UPI Bandung dengan menggunakan strategi pemampatan (SP);

4) keberterimaan strategi pemampatan di kalangan mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung sebagai suatu strategi yang efektif dalam pengkajian prosa fiksi; 5) keberterimaan strategi pemampatan di kalangan dosen JPBSI, FPBS, UPI

Bandung sebagai suatu strategi yang efektif dalam pengkajian prosa fiksi. 1.5 Manfaat Penelitian

(10)

10

1.6 Anggapan Dasar dan Hipotesis Anggapan Dasar

Penelitian ini didasarkan pada anggapan sebagai berikut.

1. Penggunaan strategi pembelajaran yang sesuai dengan pengkajian prosa fiksi dapat mengoptimalkan kemampuan mahasiswa untuk belajar mengkaji prosa fiksi.

2. Sesederhana apapun strategi pembelajaran, jika digunakan secara tepat, akan memperbaiki proses dan keberhasilan pembelajaran kajian prosa fiksi.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini merupakan hipotesis kerja, yaitu: strategi pemampatan efektif untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi.

1.7 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, didefinisikan variabel-variabel seperti berikut. 1. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih dan digunakan oleh

seorang pengajar untuk menyampaikan materi pelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dikuasainya diakhir kegiatan belajar

(11)

11

dan penyediaan waktu konsultasi di luar pertemuan kelas. Dengan demikian, mahasiswa tersebut dapat memiliki keahlian mengkaji prosa fiksi dengan lebih baik. Strategi pemampatan ini merupakan proses yang terdiri atas tiga langkah: 1) menilai kemampuan mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi dan menentukan apa yang masih harus dikuasai mahasiswa; 2) membuat perencanaan tentang apa saja yang perlu mahasiswa ketahui, menghindarkan mahasiswa dari pengulangan pelajaran yang telah mereka ketahui; 3) membuat perencanaan penyediaan waktu untuk pengayaan atau percepatan belajar mahasiswa dalam mengkaji prosa fiksi.

3. Pengkajian prosa fiksi merupakan proses, cara, perbuatan mengkaji, menganalisis, menyelidiki, menelaah, dan memahami melalui analisis karya prosa fiksi (prosa cerita, prosa narasi, atau cerita berplot). Dalam mengkaji prosa fiksi, mahasiswa diharapkan mendapatkan nilai tertentu dan memenuhi kondisi syarat yang sesuai dengan teori kajian prosa fiksi. Kemampuan ini merupakan tujuan perkuliahan kajian prosa fiksi di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI Bandung yang diajarkan pada setiap semester ganjil (III) dengan bobot 2 SKS.

1.8 Paradigma Penelitian

(12)

12

digunakan untuk merumuskan hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan (Sugiyono, 2006:66).

Paradigma penelitian ini digambarkan dalam bagan berikut. Bagan 1.1

Paradigma Penelitian

Keterangan:

SE = Strategi Ekspositorik SP = Strategi Pemampatan

Kemampuan Mengkaji Prosa Fiksi Kelas Eksperimen Pegenalan Konsep

Teori

Kajian

Prosa

Fiks

i

P

E

N

E

R

A

P

A

N

T

E

O

R

I

Aplikasi Dosen sebagai Fasilitator Data Kelas Eksperimen

SP

Kemampuan Mengkaji Prosa Fiksi Kelas Kontrol Aplikasi Dosen sebagai Fasilitator Data Kelas Kontrol

SE

Hasil

Kajian

Prosa

Fiks

i dan

Model Sebelum

(13)

i DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ……….... ii iii UCAPAN TERIMA KASIH ...………... iv

DAFTAR ISI ………... vi

DAFTAR TABEL ...………... x

DAFTAR BAGAN...………... xiii

DAFTAR GRAFIK ...………... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ……….... 6

1.3 Rumusan Masalah ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 8

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.6 Anggapan Dasar dan Hipotesis .……….. 10

1.7 Definisi Operasional ….………... 10

1.8 Paradigma Penelitian .…..……… 12

BAB 2 PENERAPAN STRATEGI PEMAMPATAN DALAM PENGKAJIAN PROSA FIKSI 2.1 Strategi Pembelajaran ... 13

2.2 Strategi Pemampatan ... 14

(14)

ii

2.2.2 Langkah-langkah Strategi Pemampatan ... 2.3 Strategi Ekspositoris ... Langkah-langkah Strategi Ekspositori ……….. 2.4 Pengkajian Prosa Fiksi ... 2.4.1 Pengertian pengkajian Prosa Fiksi ...

20 26 28 29 29 2.4.2 Model Analisis Prosa Fiksi ...

2.4.2.1 Semiotik ... 2.4.2.2 Resepsi Sastra ... 2.4.2.3 Sosiologi Sastra ...

30 33 40 43 2.4.2.4 Poskolonial ... 46 2.4.2.5 Feminisme Sastra ... 50 BAB 3 PROSEDUR PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 57 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 58 3.3 Teknik Pengolahan Data ... 59 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ...

3.5 Instrumen Penelitian ... 3.5.1 Soal Tes ... 3.5.2 Pedoman Observasi ... 3.5.3 Angket ... 3.6 Pengukuran Instrumen Penelitian ... 3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Pemampatan (SP)

dalam Mengkaji Prosa Fiksi ...

60 62 62 67 69 72

(15)

iii

3.8 Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Pemampatan (SP) dalam Mengkaji Prosa Fiksi ... 3.9. Alur Penelitian ...

90 91 BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN

4.1 Pengumpulan dan Pengklasifikasian Data ... 92 4.2 Analisis Hasil Penelitian Kelas Eksperimen ... 93 4.3 Analisis Hasil Penelitian Kelas Kontrol ... 118 4.4 Analisis Kegiatan Belajar Mengajar Mengkaji Prosa Fiksi

Kelas Eksperimen ... 138 4.5 Analisis Kegiatan Belajar Mengajar Mengkaji Prosa Fiksi

Kekas Kontrol ... 148 4.6 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ...

156

4.7 Tingkat Kemampuan Mengkaji Cerpen Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 158

4.8 Pengujian Sifat Data ... 167 4.9 Temuan dan Pembahasan ... 180

4.9.1 Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Eksperimen dengan Menggunakan Strategi Pemampatan Berdasarkan Data Observasi

(16)

iv

4.9.2 Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Eksperimen dengan Menggunakan Strategi

Pemampata Berdasarkan Hasil Angket ……… 182

4.9.3 Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Kontrol dengan Menggunakan Strategi Ekspositori Berdasarkan Data observasi……….…….. 188

4.9.4 Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Kontrol dengan Menggunakan Strategi Ekspositori Berdasarkan Angket mahasiswa……….…… 190

4.9.5 Deskripsi Data Angket Keberterimaan Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Eksperimen dengan Menggunakan Strategi Pemampatan ... 196 4.7.6 Deskripsi Data Angket Keberterimaan Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Kontrol dengan Menggunakan Strategi Ekspositori…... 200

BAB 5 SIMPULAN, SARAN, DAN DISKUSI ... 204

5.1 Simpulan ... 204

5.2 Saran ... 210

5.3 Diskusi ... 210

DAFTAR PUSTAKA ... 212

(17)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Compacting involves three basic steps ... 20

Tabel 3.1 Kisi-kisi tes mengkaji prosa fiksi (cerpen) ... 66

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi ... 67

Tabel 3.3 Pedoman Observasi ... 68

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket ... 70

Tabel 3.5 Angket Kegiatan Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Pemampatan ... 71

Tabel 3.6 RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “BIGAU” ... 73

Tabel 3.7 RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “KEMBANG DEWA RETNA” ... Tabel 3.8 RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “UANG JEMPUTAN” ... 76 79 Tabel 3.9 RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “TANAH MERAH” ... 81

Tabel 3.10 RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “BERTUNGKUS LUMUS” ... 84 Tabel 4.1 Tabel Rekapitulasi Skor Tes Awal, analisis cerpen

Kembang Dewa Retna, cerpen Uang Jemputan, cerpen Tanah Merah, Tes Akhir dan Ganins Kemampuan

(18)

vi

Tabel 4.2 Tabel Rekapitulasi Skor Tes Awal, analisis cerpen Kembang Dewa Retna, cerpen Uang Jemputan, cerpen Tanah Merah, Tes Akhir dan Gains Kemampuan

Mahasiswa dalam Menganalisis Cerpen Kelas Kontrol. 157 Tabel 4.3 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

Eksperimen ... 158 Tabel 4.4 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol 159 Tabel 4.5 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Kembang Dewa Retna” Kelas Eksperimen ... 160 Tabel 4.6 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Kembang Dewa Retna” Kelas Kontrol ... 161 Tabel 4.7 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Uang Jemputan” Kelas Eksperimen ... 162 Tabel 4.8 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Uang Jemputan” Kelas Kontrol ... 163 Tabel 4.9 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Tanah Merah ” Kelas Eksperimen ... 164 Tabel 4.10 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Tanah Merah ” Kelas Kontrol ... 165 Tabel 4.11 Deskripsi Skor Kemampuan Kajian Cerpen pada Kelas

Kontrol ... Tabel 4.12 Deskripsi Skor Kemampuan Kajian Cerpen pada Kelas Eksperimen ...

167

(19)

vii

Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Tes Awal dan Tes Akhir

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 171

Tabel 4.14 Case Processing Summare ……….. 172

Tabel 4.15 Chi-Square Tests ……… 172

Tabel 4.16 Uji Homogenitas Varians Data Tes Awal ………. 174

Tabel 4.17 Uji Beda Dua Rata-rata Tes Awal ... 176

Tabel 4.18 Uji Beda Dua Rata-rata Data Tes Akhir ... 178

Tabel 4.19 Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Pemampatan ... 180

Tabel 4.20 Kriteria Penilaian ... 181

Tabel 4.21 Hasil Angket Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Pemampatan ... 182

Tabel 4.22 Hasil Observasi Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Ekspositori ... 188

Tabel 4.23 Hasil Angket Kualitas Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Ekspositori ... 190

Tabel 4.24 Data Angket Keberterimaan Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi Kelas Eksperimen dengan Menggunakan Strategi Pemampatan ... 197

(20)

viii

DAFTAR BAGAN

(21)

ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelas

Eksperimen ... 159 Grafik 4.2 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol 160 Grafik 4.3 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Kembang Dewa Retna” Kelas Eksperimen ... 161 Grafik 4.4 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Kembang Dewa Retna” Kelas Kontrol ... 162 Grafik 4.5 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Uang Jemputan” Kelas Eksperimen ... 163 Grafik 4.6 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Uang Jemputan” Kelas Kontrol ... 164 Grafik 4.7 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

“Tanah Merah ” Kelas Eksperimen ... 165 Grafik 4.8 Selisih Perbedaan Tes Awal dan Analisis Cerpen

(22)

57 BAB 3

PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab 3 ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan penelitian, yaitu: 1) metode penelitian; 2) teknik pengumpulan data; 3) teknik pengolahan data; 4) populasi dan sampel penelitian; 5) instrumen penelitian; 6) pengukuran instrumen penelitian; dan 7) alur penelitian.

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design. Penelitian ini menggunakan rancangan The randomized pretest-posttest control group design (RPPCGD), yaitu desain dengan kelompok kontrol secara random, diberi tes awal dan tes akhir. Pengaruh perlakuan diperhitungkan melalui perbedaan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut.

Treatment Group R O X O Control Group R O C O

(Fraenkel dan Wallen, 2006:274) Keterangan: R = Subjek eksperimen secara acak (random)

O = Tes awal dan tes akhir

X = Perlakuan di kelas eksperimen berupa penerapan strategi pemampatan dalam pengkajian prosa fiksi

(23)

58

Berkenaan dengan penelitian ini, maka desain eksperimentalnya adalah sebagai berikut.

Bagan 3.1

DESAIN TRUE EXPERIMENTAL RPPCGD

R O X1 O

(Randomisasi 38 Prates Perlakuan Pascates mahasiswa analisis dengan kajian sebagai kelompok karya strategi prosa eksperimen sastra compacting fiksi (cerpen) 76 orang

Mahsiswa R O X2 O

(Randomisasi 38 Prates Perlakuan Pascates mahasiswa kajian tentang kajian sebagai kelompok prosa kajian prosa kontrol) fiksi prosa fiksi (cerpen) (cerpen)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu tes, observasi, angket, dan studi pustaka. Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang mencakup tes awal dan tes akhir yang dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kontrol.

(24)

59

Penyebaran angket dilakukan untuk mengetahui keberterimaan mahasiswa terhadap penerapan strategi pemampatan (compacting strategy) dalam perkuliahan kajian prosa fiksi.

Studi pustaka dilakukan untuk mencari berbagai teori yang relevan dan mendukung pelaksanaan penelitian ini, terutama hal-hal yang berkenaan dengan langkah-langkah kajian karya sastra (prosa) secara sosiologi sastra, resepsi sastra, semiotika, pascakolonoal, dan feminisme.

Data yang dikumpulkan adalah berkas-berkas hasil pengkajian prosa fiksi oleh mahasiswa dalam hasil tes awal dan akhir dan komponen kinerja dosen dan mahasiswa.

3.3 Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah berikut.

1. Membaca seluruh hasil tes

2. Memeriksa dan menganalisis hasil tes satu persatu dan membubuhkan nilai sesuai kriteria yang ditetapkan.

3. Menyusun deskripsi data hasil tes

4. Membuat daftar tabulasi dengan tujuan untuk mencari mean dan standar deviasi pada tes awal dan akhir.

5. Untuk menentukan teknik statistik yang dipakai, peneliti menguji normalitas, homogenitas, dan validitas sampel dengan perhitungan berikut.

(25)

60

b. Uji hipotesis dengan menggunakan Uji Ketergantungan c. Uji homogenitas dengan menggunakan Uji Variansi, yaitu:

2 2

2 1

S S F =

Keterangan:

2 1

S = variansi terbesar

2 2

S = variansi terkecil

(Furqon, 2001:188)

d. Uji beda dua rata-rata (Uji-t), rumusnya, yaitu:

2 2 2

1 2 1

'

n s n s

x y t

+ −

= (Furqon, 2001: 180)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan unit (orang, kelompok, lembaga, wilayah, dll) yang menjadi objek penelitian (Siegel, 1988: 256). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan karakteristik yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.

(26)

61

Pengambilan mahasiswa di atas sebagai responden didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka adalah para calon pendidik bahasa dan sastra Indonesia, baik di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama maupun di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

3.4.2 Sampel

Disebabkan keterbatasan waktu, biaya, dan kemampuan peneliti, penelitian ini tidak menyelidiki segenap populasi, namun mempergunakan sebagian saja dari populasi, yakni sebuah sampel yang dianggap representatif terhadap populasi itu. Sampel adalah bagian dari populasi atau yang mewakili populasi dalam jumlah dan karakteristik. Penelitian ilmiah hanya dilakukan terhadap sampel, tidak terhadap populasi (Suryabrata, 2002:81).

Peneliti menganggap semua responden berkedudukan sama di dalam populasi. Dengan demikian, semua responden memiliki hak yang sama untuk dipilih menjadi sampel kelompok eksperimen atau kelompok kontrol.

(27)

62

genap dijadikan sampel kelompok eksperimen, sedangkan nomor-nomor ganjil dijadikan kelompok kontrol.

Pertimbangan memilih sampel di atas karena mereka adalah para calon pendidik bahasa dan sastra Indonesia. Mereka pun telah mengikuti beberapa perkuliahan dasar sastra, yaitu Pengantar Kajian Sastra, Sejarah Sastra Indonesia, Apresiasi Puisi Indonesia, Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia, Kajian Puisi Indonesia, dan sedang mengikuti perkuliahan Kajian Prosa Fiksi Indonesia. Sebagai informasi pelengkap, mereka memiliki rentang usia antara 18- 20 tahun.

3. 5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti, soal tes, format observasi, format angket, dan literatur (kepustakaan).

3.5.1 Soal Tes

Untuk mengukur kemampuan mengkaji prosa fiksi digunakan instrumen tes yang diujikan, yaitu analisis cerpen berdasarkan teori kajian prosa (sosiologi sastra, resepsi sastra, semiotika, pascakolonial, dan feminisme). Untuk mengungkap kemampuan menganalisis prosa (cerpen) sebelum dan sesudah perlakuan tersebut, tes yang digunakan adalah tes jenis uraian.

(28)

63

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks daya beda adalah sebagai berikut.

Indeks Daya Beda =

(

min

)

1

Skor Skor

N

S S

maks h

− −

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks tingkat kesulitan adalah sebagai berikut.

Indeks Tingkat Kesulitan =

(

)

(

min

)

min 1

2

2

Skor Skor

N

NxSkor S

S

maks h

− − +

Keterangan:

Sh = Jumlah skor betul kelompok tinggi S1 = Jumlah skor betul kelompok rendah Skormaks = Skor maksimal suatu butir soal Skormin = Skor minimal suatu butir soal

N = Jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (27,5 persen) (Noll dkk. dalam Nurgiantoro,2001:147) Klasifikasi daya pembeda

D : 0,00 – 0,20 = jelek (poor)

D : 0,20 – 0,40 = cukup (satis factory) D : 0,40 – 0,70 = baik (good)

D : 0,70 – 1,00 = baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2005:218)

Klasifikasi indeks tingkat kesulitan

(29)

64

soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah sedang soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah rendah

(Arikunto,2005:210) Untuk variabel hasil belajar, dihitung validitas butir soal dengna cara menghitung korelasi skor tiap butir soal (x) dengan skor total dengan rumus korelasi product momen berikut.

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− −

− =

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

rxy = koofesien korelasi antar veriabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan

XY = jumlah perkalian x dan y

2

X = kuadrat dari x

2

Y = kuadrat dari y N = jumlah sampel

(Arikunto, 2005 :72 – 75) Kriteria instrumen dikatakan valid adalah

antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi antara 0,600 sampai dengan 0,799 = tinggi

antara 0,400 sampai dengan 0,599 = cukup tinggi antara 0,200 sampai dengan 0,399 = rendah

(30)

65

Untuk menentukan reliabilitas soal memakai rumus Alfha di bawah ini.

(

)



   

   

 

=

2

1 2

11 1

1 σ

σb k

k r

Keterangan:

11

r = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

σ = jumlah varians

2 1

σ = varians total

(Arikunto, 2005:171)

Tolak ukur untuk menginterpretasikan alat evaluasi/tes 0,90 - 0,99 = reliabilitas tinggi

0,70 - 0,89 = reliabilitas sedang 0,50 - 0,69 = reliabilitas rendah 0,20 - 0,49 = reliabilitas sangat rendah

(31)

66

[image:31.595.115.506.207.714.2]

Rancangan instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Kisi-kisi tes mengkaji prosa fiksi (cerpen)

Masalah Tujuan

(32)

67

3.5.2 Pedoman Observasi

[image:32.595.118.510.241.740.2]

Pedoman observasi dalam penelitian ini merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk menilai proses perkuliahan kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan. Kegiatan observasi ini dilakukan pada saat pelaksanaan perkuliahan berlangsung. Observasi ini bertujuan untuk menilai kemampuan dosen selama mengajar kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy). Penilaian observasi didasarkan atas nilai : 1= Tidak baik, 2= Kurang baik, 3= Baik, 4= Sangat baik. Pedoman observasi tersebut dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Pedoman Observasi

Masalah Tujuan Indikator Aspek

(33)
[image:33.595.109.516.139.748.2]

68

Tabel 3.3 Pedoman Observasi

NO PERNYATAAN 1 2 3 4

1 Kejelasan tujuan perkuliahan kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan

2 Ketersediaan silabus, SAP, dan bahan rujukan yang relevan dengan pengakjian prosa fiksi

3 Kemampuan dosen menjelaskan materi yang tidak dipahami mahasiswa pada saat menerapkan strategi pemampatan

4 Kualitas penyajian perkuliahan yang diberikan dengan menggunakan strategi pemampatan 5 Keseluruhan pengasuhan perkuliahan kajian prosa

fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan 6 Sikap dosen terhadap mahasiswa dalam perkuliahan

kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan

7 Sikap responsif dosen terhadap pertanyaan mahasiswa dalam perkuliahan kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi perkuliahan 8 Efektivitas tugas dan tes sebagai upaya

meningkatkan pembelajaran dalam perkuliahan kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi perkuliahan

9 Kualitas umpan balik dosen atas tugas mahasiswa yang dinilai (kecepatan, kegunaan) dalam

perkuliahan kajian prosa fiksi

10 Efektivitas penyajian bahan perkuliahan kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan 11 Kualitas suara dosen dalam menyajikan materi

perkuliahan

12 Pemahaman mahasiswa atas materi yang disajikan 13 Kehadiran dosen di kelas

14 Ketepatan waktu dalam memulai dan mengakhiri pembelajaran

15 Kreativitas dosen mendorong mahasiswa untuk aktif dalam KBM

16 Ketercapaian tujuan pembelajaran

17 Efektivitas pembelajaran secara keseluruhan 18 Kualitas keseluruhan materi perkuliahan 19 Kualitas penggunaan infrastruktur pendukung

(UPInet, Perpustakaan, Bengkel Kerja, dll) 20 Kesediaan dosen memberikan bimbingan di luar

(34)

69

3.5.3 Angket

Angket merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, penggunaan angket bertujuan untuk mengetahui sikap dan tanggapan mahasiswa terhadap penerapan strategi pemampatan (compacting strategy) dalam pembelajaran kajian prosa fiksi. Sesudah melalui berbagai tahapan penelitian eksperimental, disebarkan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pelaksanaan model analisis yang diberikan. Teknik ini dilakukan untuk menutupi hal-hal yang mungkin tidak terungkap pada kajian kuantitatif.

Angket ini penting diberikan kepada mahasiswa sebagai responden penelitian, karena dipahami benar bahwa kegiatan kajian prosa melibatkan secara langsung para mahasiswa tersebut. Dengan demikian, tanggapan mahasiswa terhadap strategi pembelajaran kajian prosa fiksi perlu diperhitungkan dengan saksama.

(35)
[image:35.595.114.511.152.615.2]

70

Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket

Masalah Tujuan Indikator Aspek

yang diukur

Nomor perta-nyaan 3) Apakah

strategi pemampata n diterima mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung sebagai suatu stratregi yang efektif dalam pengkajian prosa fiksi?

3) Menganalisis keberterimaan strategi

pemampatan di kalangan mahasiswa JPBSI, FPBS, UPI Bandung sebagai suatu strategi yang efektif dalam pengkajian prosa fiksi

Strategi Pemam-patan

Angket 1-10

(36)

71

Angket Kegiatan Pengkajian Prosa Fiksi

dengan Menggunakan Srategi Pemampatan (Compacting Strategy)

Angket ini bukan merupakan suatu tes. Jawaban Anda tidak mempengaruhi nilai pengkajian prosa fiksi. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan cermat, kemudian nyatakan pendapat Anda tentang pernyataan itu dengan cara memberi tanda cek (√) pada kolom di samping pernyataan tersebut, dengan keterangan sebagai berikut: STS (sangat tidak setuju), TS (tidak setuju), R (ragu-ragu), S (setuju), dan SS (sangat setuju).

Pendapat Anda hendaklah dinyatakan berdasarkan pengalaman pada saat mengikuti pembelajaran mengkaji prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy).

[image:36.595.111.518.236.755.2]

Selamat mengisi. Atas kejujuran Anda menanggapi pernyataan dalam angket ini, kami ucapkan terima kasih.

Tabel 3.5

Angket Kegiatan Pembelajaran Kajian Prosa Fiksi dengan Menggunakan Strategi Pemampatan

No. Pernyataan SS S R TS STS

1 Saya tidak merasa tertekan saat mengikuti pembelajaran kajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy) 2 Saya tertarik mengerjakan tugas-tugas

pengkajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy)

3 Saya merasa tidak terbebani dengan tugas pengkajian prosa fiksi dengan menggunakan dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy)

(37)

72

dalam kajian prosa fiksi, saya terpacu untuk lebih banyak membaca sastra dan mendalami teori kajian sastra.

5 Dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy) dalam kajian prosa fiksi, saya dapat memahami cara mengkajai sastra dengan lebih mendalam

6 Dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy) dalam mengkaji prosa fiksi, saya bisa mengetahui perkembangan kemampuan saya dalam mengkaji sastra terutama jenis prosa

7 Strategi pemampatan (compacting strategy) menjadikan perkuliahan kajian prosa fiksi lebih efektif

8 Setelah saya mengkaji prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan (compacting strategy), pemahaman saya dalam mengkaji prosa meningkat

9 Saya berpendapat sebaiknya dosen menerapkan strategi pemampatan (compacting strategy) dalam perkuliahan kajian prosa fiksi

10 Strategi pemampatan (compacting strategy) dapat membantu saya dalam mengatasi kesulitan mengkaji prosa fiksi

3.6 Pengukuran Instrumen Penelitian

(38)

73

(telah) membaca karya sastra tentu, mahasiswa diharapkan mampu untuk melakukan kerja analisis terhadapnya.

Pengukuran tes analisis dalam penelitian ini disesuaikan dengan model analisis, sedangkan pemberian bobot nilai pada masing-masing unsur intrinsik dilakukan berdasarkan tingkat kepentingan dan kesulitan soal.

1. Pengukuran Tes Analisis Cerpen “Bigau”

[image:38.595.114.509.239.746.2]

Berikut ini model penilaian analisis cerpen “Bigau” (Tes Awal) Tabel 3.6

RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “BIGAU” Aspek yang

dinilai

Skor Klasi-

Fikasi Penjelasan

Kualitas Isi (Bobot 40)

33-40

25-32

SB

B

Analisis dilakukan sempurna, lengkap, mendalam, menggunakan teori analisis yang tepat, menganalisis seluruh gagasan yang terdapat dalam cerpen (gagasan kekuatan, kematian, kepercayaan, keserakahan) secara mendalam, memunculkan analisis simbolisasi peristiwa, benda, dan simbolisasi binatang secara mendalam, mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan mendekati sempurna, lengkap, mendalam, masih

menggunakan teori analisis yang tepat, memunculkan beberapa gagasan (gagasan kekuatan, kematian, kepercayaan, keserakahan), masih memunculkan analisis simbolisasi peristiwa, benda, dan simbolisasi

(39)

74

17-24

9-16

1-8

C

K

SK

bukti empirik.

Analisis dilakukan cukup baik, cukup lengkap, cukup mendalam, hanya memunculkan dua gagasan (di antara gagasan kekuatan, kematian,

kepercayaan, keserakahan), memunculkan beberapa analisis di antara simbolisasi peristiwa, benda, dan simbolisasi binatang, memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, tapi tidak berkolaborasi dengan baik, dan belum menunjukkan analisis yang utuh.

Analisis dilakukan dengan kurang lengkap, kurang mendalam, hanya memunculkan satu gagasan (di antara gagasan kekuatan, kematian,

kepercayaan, keserakahan), hanya memunculkan satu analisis di antara simbolisasi peristiwa, benda, dan simbolisasi binatang, kurang

memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, juga tidak berkolaborasi dengan baik, sehingga kurang

menunjukkan analisis yang utuh.

Analisis dilakukan secara dangkal, tidak lengkap, tidak mendalam, tidak

(40)

75 Organisasi dan Penyajian Isi (Bobot 25 ) 21-25 16-20 11-15 6-10 1-5 SB B C K SK

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang sangat baik, menampilkan isi dengan sangat baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf dengan sangat baik, ada paragraf penutup yang sangat baik.

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang baik, menampilkan isi dengan baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf, ada paragraf penutup yang baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, tetapi masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang cukup baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, kurang menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Analisis tidak memiliki struktur yang lenkap, langsung menggambarkan isi, menunjukkan kohesi dan koherensi yang sangat kurang. Diksi/Piliha n Kata (Bobot 20) 17-20 13-16 9-12 5-8 1-4 SB B C K SK

Analisis menggunakan diksi dengan tepat, mampu membuat analisis sangat hidup, mencair, sangat gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan baik, mampu membuat analisis mencair, gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan cukup baik, tetapi membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang kurang tepat, membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang tidak tepat, membuat analisis tidak mencair, tidak gamblang, dan tidak utuh. Ejaan (Bobot 15) 13-15 10-12 SB B

(41)

76 7-9 4-6 1-3 C K SK

Penggunaan ejaan dalam tulisan, setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.

2. Pengukuran Tes Analisis Cerpen “Kembang Dewa Retna”

[image:41.595.111.509.109.771.2]

Berikut ini model penilaian analisis cerpen “Kembang Dewa Retna”. Tabel 3.7

RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “KEMBANG DEWA RETNA”

Aspek yang dinilai

Skor Klasi- fikasi Penjelasan Kualitas Isi (Bobot 40) 33-40 25-32 17-24 SB B C

Analisis dilakukan sempurna, lengkap, mendalam, menggunakan teori analisis yang tepat, menganalisis perbandingan isi cerpen dan cerita epos ”Ramayana” dengan sangat mendalam, mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan mendekati sempurna, lengkap, mendalam, masih

menggunakan teori anlisis yang tepat, menganalisis perbandingan isi cerpen dan cerita epos ”Ramayana” dengan baik, mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan

menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

(42)

77

9-16

1-8

K

SK

menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, tapi tidak berkolaborasi dengan baik, dan belum menunjukkan anlisis yang utuh.

Analisis dilakukan dengan kurang lengkap, kurang mendalam,

menganalisis perbandingan isi cerpen dan cerita epos ”Ramayana” dengan kurang baik, kurang memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, juga tidak berkolaborasi dengan baik, sehingga kurang menunjukkan anlisis yang utuh. Analisis dilakukan secara dangkal, tidak lengkap, tidak mendalam, tidak

menganalisis perbandingan isi cerpen dan cerita epos ”Ramayana” dengan baik, tidak mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan tidak menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empiris.

Organisasi dan

Penyajian Isi (Bobot 25 )

21-25 16-20 11-15 6-10 1-5 SB B C K SK

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang sangat baik, menampilkan isi dengan sangat baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf dengan sangat baik, ada paragraf penutup yang sangat baik.

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang baik, menampilkan isi dengan baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf, ada paragraf penutup yang baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, tetapi

masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang cukup baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, kurang menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Analisis tidak memiliki struktur yang lenkap, langsung menggambarkan isi, menunjukkan kohesi dan koherensi yang sangat kurang.

(43)

78 Kata (Bobot 20) 13-16 9-12 5-8 1-4 B C K SK

tepat, mampu membuat analisis sangat hidup, mencair, sangat gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan baik, mampu membuat analisis mencair, gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan cukup baik, tetapi membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang kurang tepat, membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang tidak tepat, membuat analisis tidak mencair, tidak gamblang, dan tidak utuh. Ejaan (Bobot 15) 13-15 10-12 7-9 4-6 1-3 SB B C K SK

Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan, setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

(44)

79

3. Pengukuran Tes Analisis Cerpen “Uang Jemputan”

[image:44.595.108.509.215.741.2]

Berikut ini model penilaian analisis cerpen “Uang jemputan” Tabel 3.8

RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “UANG JEMPUTAN” Aspek yang

dinilai

Skor Klasi- fikasi Penjelasan Kualitas Isi (Bobot 40) 33-40 25-32 17-24 9-16 SB B C K

Analisis dilakukan sempurna, lengkap, mendalam, menggunakan teori analisis yang tepat, menganalisis latar belakang sosial cerpen, tradisi dan budaya perkawinan Pariaman, latar sosial pengarang secara mendalam, mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan mendekati sempurna, lengkap, mendalam, masih

menggunakan teori anlisis yang tepat, memunculkan beberapa analisis tentang latar belakang sosial cerpen, tradisi dan budaya perkawinan Pariaman, latar sosial pengarang secara baik, masih mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan

menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan cukup baik, cukup lengkap, cukup mendalam, hanya memunculkan latar belakang sosial cerpen, tradisi dan budaya perkawinan Pariaman, memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, tapi tidak

(45)

80

1-8 SK

memunculkkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, juga tidak berkolaborasi dengan baik, sehingga kurang

menunjukkan anlisis yang utuh.

Analisis dilakukan secara dangkal, tidak lengkap, tidak mendalam, tidak

memunculkan latar belakang sosial cerpen, tradisi dan budaya perkawinan Pariaman, latar sosial pengarang, tidak mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan tidak menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empiris.

Organisasi dan

Penyajian Isi (Bobot 25 )

21-25 16-20 11-15 6-10 1-5 SB B C K SK

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang sangat baik, menampilkan isi dengan sangat baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf dengan sangat baik, ada paragraf penutup yang sangat baik.

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang baik, menampilkan isi dengan baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf, ada paragraf penutup yang baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, tetapi

masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang cukup baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, kurang menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Analisis tidak memiliki struktur yang lenkap, langsung menggambarkan isi, menunjukkan kohesi dan koherensi yang sangat kurang. Diksi/Pilihan Kata (Bobot 20) 17-20 13-16 9-12 SB B C

Analisis menggunakan diksi dengan tepat, mampu membuat analisis sanngat hidup, mencair, sangat gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan baik, mampu membuat analisis mencair, gamblang, dan utuh.

(46)

81

5-8

1-4

K

SK

cukup baik, tetapi membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang kurang tepat, membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang tidak tepat, membuat analisis tidak mencair, tidak gamblang, dan tidak utuh. Ejaan (Bobot 15) 13-15 10-12 7-9 4-6 1-3 SB B C K SK

Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan, setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telas ditentukan.

4. Pengukuran Tes Analisis Cerpen “Tanah Merah”

[image:46.595.108.507.107.747.2]

Berikut ini model penilaian analisis cerpen “Tanah Merah” Tabel 3.9

RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “TANAH MERAH” Aspek yang

dinilai

Skor Klasi-

fikasi Penjelasan

Kualitas Isi (Bobot 40)

(47)

82 25-32 17-24 9-16 1-8 B C K SK

sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan mendekati sempurna, lengkap, mendalam, masih

menggunakan teori anlisis yang tepat, memunculkan lebih dari dua analisis gagasan (di antara gagasan tentang pascakolonial, dekonstruksi sejarah, tempat dan pemindahan, kebutuhan koloni akan tempat, dan kaum interniran yang dijajah) secara baik, masih mengemas kajian secara

kolaborasi mencakup teori, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan cukup baik, cukup lengkap, cukup mendalam, hanya memunculkan dua gagasan (di antara gagasan tentang pascakolonial, dekonstruksi sejarah, tempat dan pemindahan, kebutuhan koloni akan tempat, dan kaum interniran yang dijajah), memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, tapi tidak

berkolaborasi dengan baik, dan belum menunjukkan anlisis yang utuh. Analisis dilakukan dengan kurang lengkap, kurang mendalam, hanya memunculkan satu (di antara gagasan tentang pascakolonial, dekonstruksi sejarah, tempat dan pemindahan, kebutuhan koloni akan tempat, dan kaum interniran yang dijajah) kurang memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, juga tidak berkolaborasi dengan baik, sehingga kurang

menunjukkan anlisis yang utuh.

Analisis dilakukan secara dangkal, tidak lengkap, tidak mendalam, tidak

memunculkan gagasan tentang pascakolonial, dekonstruksi sejarah, tempat dan pemindahan, kebutuhan koloni akan tempat, dan kaum

(48)

83

logika, dan tidak menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empiris.

Organisasi dan

Penyajian Isi (Bobot 25 )

21-25 16-20 11-15 6-10 1-5 SB B C K SK

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang sangat baik, menampilakan isi dengan sangat baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf dengan sangat baik, ada paragraf penutup yang sangat baik.

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang baik, menampilakan isi dengan baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf, ada paragraf penutup yang baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, tetapi masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang cukup baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, kurang menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Analisis tidak memiliki struktur yang lenkap, langsung menggambarkan isi, menunjukkan kohesi dan koherensi yang sangat kurang. Diksi/Pilihan Kata (Bobot 20) 17-20 13-16 9-12 5-8 1-4 SB B C K SK

Analisis menggunakan diksi dengan tepat, mampu membuat analisis sanngat hidup, mencair, sangat gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan baik, mampu membuat analisis mencair, gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan cukup baik, tetapi membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang kurang tepat, membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

(49)

84 Ejaan (Bobot 15) 13-15 10-12 7-9 4-6 1-3 SB B C K SK

Penggunaan ejaan dalam tulisan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan, setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telas ditentukan.

5. Pengukuran Tes Analisis Cerpen “Bertungkus Lumus”

[image:49.595.110.507.110.747.2]

Berikut ini model penilaian analisis cerpen “Bertungkus Lumus” Tabel 3.10

RAMBU-RAMBU PENILAIAN KAJIAN CERPEN “BERTUNGKUS LUMUS” Aspek yang

dinilai

Skor Klasi-

fikasi Penjelasan

Kualitas Isi (Bobot 40) 33-40 25-32 SB B

Analisis dilakukan sempurna, lengkap, mendalam, menggunakan teori analisis yang tepat, menganalisis prasangka geder, ketidakadilan gender, emansipasi perempuan, tindak kekerasan terhadap kaum perempuan secara mendalam, mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan mendekati sempurna, lengkap, mendalam, masih

menggunakan teori analisis yang tepat, memunculkan lebih dari dua gagasan analisis (di antara prasangka gender, ketidakadilan gender, emansipasi perempuan, tindak kekerasan terhadap kaum perempuan) secara baik,

(50)

85

17-24

9-16

1-8

C

K

SK

mencakup teori, logika, dan

menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik.

Analisis dilakukan cukup baik, cukup lengkap, cukup mendalam, hanya memunculkan dua gagasan analisis (di antara prasangka gender, ketidakadilan gender, emansipasi perempuan, tindak kekerasan terhadap kaum perempuan) dengan cukup baik, memunculkkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, tapi tidak berkolaborasi dengan baik, dan belum menunjukkan anlisis yang utuh. Analisis dilakukan dengan kurang lengkap, kurang mendalam, hanya memunculkan satu gagasan analisis (di antara prasangka gender, ketidakadilan gender, emansipasi perempuan, tindak kekerasan terhadap kaum perempuan), hanya sedikit memunculkan teori kajian, logika, dan menyertakan kutipan cerpen sebagai bukti empirik, juga tidak berkolaborasi dengan baik, sehingga kurang menunjukkan analisis yang utuh. Analisis dilakukan secara dangkal, tidak lengkap, tidak mendalam, tidak

memunculkan gagasan analisis (di antara prasangka gender, ketidakadilan gender, emansipasi perempuan, tindak kekerasan terhadap kaum perempuan), tidak mengemas kajian secara kolaborasi mencakup teori, logika, dan tidak

(51)

86

Organisasi dan

Penyajian Isi (Bobot 25 )

21-25 16-20 11-15 6-10 1-5 SB B C K SK

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang sangat baik, menampilkan isi dengan sangat baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf dengan sangat baik, ada paragraf penutup yang sangat baik.

Analisis mengandung struktur yang lengkap, yaitu ada paragraf pembuka yang baik, menampilkan isi dengan baik, memiliki kohesi dan koherensi antar paragraf, ada paragraf penutup yang baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, tetapi masih menunjukkan kohesi dan koherensi yang cukup baik.

Analisis langsung menggambarkan isi, kurang menunjukkan kohesi dan koherensi yang baik.

Analisis tidak memiliki struktur yang lenkap, langsung menggambarkan isi, menunjukkan kohesi dan koherensi yang sangat kurang. Diksi/Pilihan Kata (Bobot 20) 17-20 13-16 9-12 5-8 1-4 SB B C K SK

Analisis menggunakan diksi dengan tepat, mampu membuat analisis sanngat hidup, mencair, sangat gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan baik, mampu membuat analisis mencair, gamblang, dan utuh.

Analisis menggunakan diksi dengan cukup baik, tetapi membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang kurang tepat, membuat analisis kurang mencair, kurang gamblang, dan kurang utuh.

Analisis menggunakan diksi yang tidak tepat, membuat analisis tidak mencair, tidak gamblang, dan tidak utuh. Ejaan (Bobot 15) 13-15 10-12 SB B

(52)

87

7-9

4-6

1-3

C

K

SK

Penggunaan ejaan dalam tulisan, setengahnya sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan lebih dari setengahnya tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan

Penggunaan ejaan dalam tulisan tidak sesuai dengan aturan yang telas ditentukan.

3.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Pemampatan (SP) dalam Mengkaji Prosa Fiksi pada Kelas Eksperimen

Kegiatan pembelajaran pengkajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi pemampatan dilaksanakan dalam 8 pertemuan sebagai berikut. Pertemuan 1

a. Dosen menjelaskan tujuan perkuliahan, strategi perkuliahan, metode perkuliahan, dan buku sumber.

b. Kelas dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok diberikan rujukan /sumber tentang teori kajian prosa fiksi untuk dipelajari secara mandiri dalam kelompok dan didiskusikan.

Pertemuan 2

a. Mahasiswa saling berbagi dalam kelompoknya tentang teori kajian prosa fiksi yang telah dipelajarainya.

(53)

88

Pertemuan 3

a. Mahasiswa mengumpulkan tes awal berupa kajian atas cerpen ”Bigau”.

b. Mahasiswa mendiskusikan teori kajian resepsi sastra dalam diskusi kelompok dan mendiskusikan cara penerapannya dalam mengkaji cerpen.

d. Mahasiswa diberi tugas rumah mengerjakan kajian cerpen ”Kembang Dewa Retna” dengan menggunakan teori resepsi sastra.

Pertemuan 4

a. Mahasiswa mengumpulkan tugas kajian cerpen ”Kembang Dewa Retna” dengan menggunakan teori resepsi sastra.

b. Mahasiswa mendiskusikan teori kajian sosiologi sastra dalam diskusi kelompok dan mendiskusikan cara penerapannya dalam mengkaji cerpen.

c. Mahasiswa diberi tugas rumah mengerjakan kajian cerpen ”Uang Jemputan” dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

Pertemuan 5

a. Mahasiswa mengumpulkan tugas kajian cerpen ”Uang Jemputan” dengan menggunakan teori sosiologi sastra.

b. Mahasiswa yang belum mengkaji cerpen ”Kembang Dewa Retna” dengan memadai, diberi kegiatan korektif dan diminta untuk berkonsultasi pada waktu di luar jam perkuliahan sebagai bentuk pengayaan.

c. Mahasiswa mendiskusikan teori kajian pascakolonial dan cara penerapan analisis cerpen dalam diskusi kelompok.

(54)

89

Pertemuan 6

a. Mahasiswa mengumpulkan tugas kajian cerpen ”Tanah Merah” dengan menggunakan teori pascakolonial.

b. Mahasiswa yang belum mengkaji cerpen ”Uang Jemputan” dengan memadai, diberi kegiatan korektif dan diminta untuk berkonsultasi pada waktu di luar jam perkuliahan sebagai bentuk pengayaan.

c. Mahasiswa mendiskusikan teori feminisme dan penerapannya dalam menganalisis cerpen dalam diskusi kelompok.

d. Mahasiswa diberi tugas rumah mengerjakan kajian cerpen ”Bertungkus Lumus” sebagai Tes Akhir dengan menggunakan teori Feminisme.

Pertemuan 7

a. Mahasiswa mengumpulkan tugas kajian cerpen ”Bertungkus Lumus” sebagai Tes Akhir dengan menggunakan teori feminisme.

b. Mahasiswa yang belum mengkaji cerpen ”Tanah Merah” dengan memadai, diberi kegiatan korektif dan diminta untuk berkonsultasi pada waktu di luar jam perkuliahan sebagai bentuk pengayaan.

Pertemuan 8

a. Mahasiswa yang diberi kegiatan korektif memperbaiki pekerjaan mengkaji cerpen yang sudah dikoreksi dosen

(55)

90

3.8 Langkah-Langkah Pembelajaran Strategi Ekspositori (SE) dalam Mengkaji Prosa Fiksi pada Kelas Kontrol

Kegiatan pembelajaran pengkajian prosa fiksi dengan menggunakan strategi ekspositori dilaksanakan dalam 8 pertemuan dengan tahapan yang sama pada setiap pertemuan. Pada setiap pertemuan itu disampaikan teori pengkajian prosa fiksi yang berbeda, yaitu teori semiotik, teori sosiologi sastra, resepsi sastra, pascakolonial, dan feminisme.

Tahapan strategi pembelajaran ekspositori dalam pengkajian prosa fiksi tersebut adalah sebagai berikut.

1. Pada tahap persiapan, dosen merumuskan tujuan dan materi pembelajaran secara jelas dan terukur.

2. Pada tahap pendahuluan, dosen menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dibahas dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, mahasiswa mengikuti dengan mencatat bila perlu.

3. Pada tahap penyajian atas materi, dosen menyampaikan materi pembelajaran dengan ceramah, kemudian dilanjutkan dengan penyajian contoh-contoh análisis.

4. Pada proses kegiatan pembelajaran, dosen berfungsi sebagai sumber pesan dan mahasiswa berfungsi sebagai penerima pesan. Dosen menggunakan teknik tanya jawab sebagai proses interaksi di kelas.

(56)

91

ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mau mempelajari materi pelajaran lebih lanjut.

3.9 Alur Penelitian

Alur penelitian digambarkan dalam bagan berikut ini. Bagan 3. 2

ALUR PENELITIAN Studi pendahuluan

Studi literatur tentang:

- Silabus perkuliahan kajian prosa fiksi - Teori-teori pendekatan kajian prosa

fiksi

- Jenis-jenis Prosa - Strategi pemampatan

Masalah

Penyususnan silabus perkuliahan dan instrumen penelitian

Tes awal

Perkuliahan dengan strategi pemampatan

Observasi dan Angket

Perkuliahan dengan strategi ekspositoris

Tes akhir

Data

(57)

204

BAB 5

SIMPULAN, SARAN, DAN DISKUSI

5.1 Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, juga berdasarkan hasil analisis kemampuan mahasiswa dalam menganalisis prosa fiksi jenis cerpen selama penerapan strategi pemampatan dan strategi ekspositori, serta pengolahan data, penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut.

1. Kemampuan mahasiswa dalam menganalisis prosa fiksi jenis cerpen pada kelas eksperimen, selama penerapan strategi pemampatan mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada kelas kontrol melalui beberapa tahap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kemampuan mahasiswa dalam mengaanalis cerpen setelah penerapan strategi pemampatan telah memadai sesuai kriteria penilaian yang ditetapkan. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis kemampuan menganalis cerpen mahasiswa pada setiap aspek kemampuan yang dinilai, yaitu:

a. rata gains ternormalisasi kelas ekpserimen adalah 0,76. Artinya rata-rata peningkatan tes awal dan tes akhir tinggi. Rata-rata-rata gains ternormalisasi kelas kontrol adalah 0,53 menunjukkan kategori ternormalisasi sedang. Artinya rata-rata peningkatan tes awal dan tes akhir kelas kontrol sedang; b. selisih perbandingan tes awal dan tes akhir kemampuan menganalisis cerpen

(58)

205

c. selisih Perbandingan tes awal dan tes akhir kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok kontrol meningkat dengan peningkatan 14,42%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari tes awal;

d. selisih perbandingan tes awal dan analisis cerpen “Kembang Dewa Retna” kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok eksperimen meningkat dengan peningkatan 11,13%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari saat tes awal;

e. selisih perbandingan tes awal dan analisis cerpen “Kembang Dewa Retna” kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok kontrol meningkat dengan peningkatan 1,68%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari tes awal;

f. selisih perbandingan tes awal dan analisis cerpen “Uang Jemputan” kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok eksperimen meningkat dengan peningkatan 16,06%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari saat tes awal;

g. selisih perbandingan tes awal dan analisis cerpen “Uang Jemputan” kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok Kontrol meningkat dengan peningkatan 7,66%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari saat tes awal;

(59)

206

i. selisih perbandingan tes awal dan analisis cerpen “Tanah Merah” kemampuan menganalisis cerpen dalam kelompok kontrol meningkat dengan peningkatan 3,24%. Artinya Kemampuan menganalisis cerpen ada peningkatan dari tes awal.

2. Strategi pemampatan yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih efektif dari pada strategi ekspositori pada kelas kontrol untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengakaji prosa fiksi jenis cerpen. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui pengukuran tes dengan uji normalitas data, uji ketergantungan data, uji homogenitas data, dan uji kesamaan dua rata-rata berikut.

a. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data tes awal, analisis cerpen ”Uang Jemputan”, analisis cerpen “Tanah Merah”, dan tes akhir kelas eksperimen berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. Hasil Analisis cerpen “Kembang Dewa Retna” kelas eksperimen tidak berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Uji normalitas tes awal, analisis cerpen “Kembang Dewa Retna”, analisis cerpen “Uang Jemputan”, dan tes akhir kelas kontrol berdistribusi normal karena nilai signifikasinya lebih besar dari 0,05. Untuk analisis cerpen “Tanah Merah” kelas kontrol tidak berdistribusi normal karena nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05.

(60)

207

Tidak ada data yang missing atau hilang, sehingga tingkat kevaliditasan data menunjukkan 100 %.

c. Uji ketergantungan antara tes awal dan tes akhir kelas eksperimen dan kelas kontrol (

Gambar

Grafik   4.2   Selisih  Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol
Tabel 3.1 Kisi-kisi tes mengkaji prosa fiksi (cerpen)
Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Observasi
Tabel 3.3 Pedoman Observasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data dari kuesioner terhadap indikator keaktifan mahasiswa menunjukkan bahwa : (1) kehadiran mahasiswa dalam perkuliahan sudah cukup baik dengan

Di antara mereka ada yang membaca dengan menggunakan huruf dhadh yang berarti orang yang kikir, tetapi justru beliau ملسو هيلع هللا ىلص selalu menerangkan

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas Biolarvasida Minyak Daun Jeruk Purut ( Citrus hystrix ) terhadap Larva Instar III Nyamuk

Peneliti mengambil lokasi dan target yaitu karyawan Bank Syariah di DIY yang beragama Islam karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

(1986).Pengaruh Penanganan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Air Susu Sapi.. Fakultas Peternakan : Institud

The Implementation Of Differentiated Instruction For Student Oral Proficiency Development Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Berdasarkan segmentasai pasar diatas dapat dibentuk melalui pengelompokan konsumen yang mempunyai karakteristik yang sama, yang dalam beberapa hal membantu dalam design,

Langkah pemotongan besi ini telah disesuaikan dengan ukuran gambar dan kebutuhan pada papan panel simulator Sistem Bahan Bakar Injeksi yang akan dibuat dan sesuai