KARAKTERISTIK KUBANGAN DAN AKTIVITAS BERKUBANG BABI HUTAN (Sus scrofa L.) DI HUTAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
BIOLOGI (HPPB) UNIVERSITAS ANDALAS
SKRIPSI SARJANA BIOLOGI
OLEH :
WIDO RIZKI ALBERT B.P. 09 10 422 073
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
vi ABSTRAK
Aktivitas berkubang memiliki beberapa peranan penting dalam kelangsungan hidup babi hutan (Sus scrofa L.). Karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang pada babi hutan dapat menunjukan kemampuan hewan beradaptasi dengan habitatnya. Penelitian mengenai karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang babi hutan di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas telah dilakukan pada September sampai Desember 2012 dan April sampai Juli 2013. Penelitian ini dilakukan dengan mengamati karakter pada lima kubangan, sementara aktivitas berkubang diamati dengan menggunakan perangkap kamera pada dua kubangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada umumnya kubangan berbentuk membulat, ditemukan di sekitar jalur hewan dibawah tutupan kanopi, dengan substrat yang dominan adalah partikel kerikil dan pasir kasar. Sementara pohon yang dijadikan sebagai rubbing tree umumnya ditemukan di sekitar kubangan. Dari total 197 hari pengamatan, didapatkan 53 rekaman video and 51 photo yang memperlihatkan aktivitas berkubang pada 26 kali waktu yang berbeda. Aktivitas berkubang umunya dilakukan pada pagi hari antara pukul 06.00 sampai 09.00, dengan suhu rata-rata disekitar kubangan 25⁰C dan umumnya dilakukan oleh satu individu dalam satu kunjungan. Kegiatan yang dilakukan saat berkubang adalah
rolling, berdiri, beristirahat dan rooting. Dari penelitian ini diduga bahwa aktivitas
berkubang memiliki fungsi lain yang lebih penting dibandingkan termoregulasi tubuh.
vii ABSTRACT
Wallowing activity is thought to have some important roles in the viability of wild boars (Sus scrofa L.). The characteristics of wallow and wallowing activity can show the ability of the boars to adapt with variety environmental challanges. Study on the characteristics of wallow and wallowing activity of the boars at the Biological Education and Research Forest (HPPB) Andalas University was conducted from September to December 2012 and from April to July 2013. This study was conducted by observing the characters of five wallows, while wallowing activities at two different wallows were observed by using camera traps. The results showed that wallows were found mainly rounded in shape, located near by habitual animal path with shadowed by dense canopy. The dominant substrate of wallows is particles of gravel and coarse sand. The rubbing trees were found around the wallows. From a total 197 observations days, found 53 videos recording and 51 photos which indicated the wallowing activities within 26 different visiting times. Those activities occurred in the morning between 6:00 am to 09:00 am, with the temperature around the wallows was 25⁰ C. Activities performed while wallowing is rolling, standing, resting and rooting. The result of this study may suggest that wallowing activity has more important function than thermoregulation.
1
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Babi hutan (Sus scrofa) tersebar luas di seluruh benua kecuali Antartika. Saat ini populasinya berlimpah di seluruh daerah sebarannya (Oliver, 1993). Sementara itu di
Indonesia sendiri, spesies ini menyebar hampir diseluruh kepulauan Indonesia (Carter, 1978). Mengingat keberadaannya yang berlimpah di alam, Intenational
Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan spesies ini ke dalam status
least concern (Oliver and Leus, 2008).
Keadaan populasi babi hutan yang berlimpah di alam telah menimbulkan masalah. Babi hutan seringkali menjadi hama yang dapat menimbulkan kerusakan serius pada lahan pertanian, sehingga banyak diburu oleh masyarakat (Choquenot et al., 1996; Rizaldi et al., 2007). Selain itu, Ickes (2001a) melaporkan bahwa
melimpahnya spesies ini telah menyebabkan kerusakan pada tumbuhan vegetasi dasar disekitarnya, karena kebiasaan mereka merusak tanah saat mencari makan
(rooting) dan membuat sarang.
Tingginya populasi babi hutan disetiap daerah sebarannya, dikarenakan
spesies ini dapat berkembang biak dengan cepat dan jumlah anak yang dilahirkan lebih banyak dibandingkan ungulata lainnya (Nowak and Paradiso, 1983). Selain itu, babi hutan juga bersifat omnivorous, yang dengan mudah mendapatkan makanan. Hal tersebut diatas adalah alasan utama mengapa spesies ini dapat berhasil menyebar
2
Pada dasarnya babi hutan yang hidup di daerah tropis merupakan hewan yang aktif siang dan malam hari, dengan puncak aktivitas saat sore menjelang malam dan menjelang fajar (Caley, 1997). Mereka biasa aktif bergerak untuk mencari makan
pada jalan yang biasa dilalui oleh mamalia besar lainnya (Graves, 1984). Babi hutan memiliki penglihatan dan penciuman yang baik sehingga dapat mendeteksi ancaman dari kejauhan (Giffin, 1972).
Selain mencari makan, aktivitas harian babi hutan lainnya adalah berkubang.
Berkubang adalah perilaku alamiah dari spesies ini berupa melumuri permukaan tubuh dengan lumpur, meskipun terkadang tidak sepenuhnya aktivitas berkubang diperlihatkan dengan melapisi seluruh permukaan tubuhnya dengan lumpur (Bracke, 2011). Aktivitas ini tentunya terkait dengan lokasi seperti apa yang akan dipilih oleh
babi hutan untuk digunakan sebagai kubangan. Pemilihan lokasi kubangan oleh babi hutan akan menunjukkan pemanfaatan sumber daya yang ada di sekitar habitatnya. Selain digunakan sebagai tempat berkubang, kubangan juga digunakan sebagai
tempat untuk minum dan mencari makan (Dellmeier and Friend, 1991; McGlone, 1999; Rose and Williams). Hal tersebut menunjukkan bahwa kubangan merupakan salah satu objek penting yang diperlukan oleh babi hutan di habitatnya.
Aktivitas berkubang memiliki beberapa peranan penting dalam kelangsungan hidup babi hutan (Sus scrofa). Aktivitas ini diduga bertujuan untuk melindungi tubuh dari lalat, pengaturan suhu tubuh (thermoregulasi), pembersihan ekto-parasit pada tubuhnya, pembersihan luka pada kulit, dan tingkah laku seksual seperti
3
Dengan mengetahui bagaimana karakteristik dari kubangan dan aktivitas berkubang, kita dapat memahami perilaku babi hutan lebih mendetail. Karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang dapat menunjukan kemampuan hewan beradaptasi
dengan habitatnya. Dalam hal ini akan diungkap bentuk dan dimensi dari kubangan, komposisi substrat pada kubangan, tumbuhan yang digunakan sebagai tempat menggesakkan badan setelah berkubang (rubbing tree), dan lingkungan disekitar kubangan. Serta waktu, jumlah individu, suhu dan jenis kegiatan saat babi hutan
melakukan aktivitas berkubang. Namun sampai saat ini, laporan mengenai karakteristik kubangan dan aktivitas berkubang babi hutan khususnya di daerah tropis belum ada, sehingga sangat perlu diteliti.
Hasil penelitian Junaidi (2012) tentang inventarisasi jenis-jenis mamalia
menggunakan perangkap kamera di kawasan Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB) Universitas Andalas menunjukan bahwa, foto babi hutan yang didapatkan merata di semua perangkap kamera yang terpasang. Dengan jumlah photo
sebanyak 38 dari total 207 photo mamalia yang didapatkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa babi hutan terdapat di kawasan ini, sehingga memungkinkan penelitian tentang babi hutan dilakukan di kawasan hutan ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik kubangan babi hutan (Sus scrofa) di Hutan Pendidikan
dan Penelitian Biologi (HPPB), Universitas Andalas ?
4
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui karakteristik kubangan babi hutan (Sus scrofa) di Hutan Pendidikan dan Penelitian Biologi (HPPB), Universitas Andalas.
2. Mengetahui aktivitas berkubang babi hutan (Sus scrofa), terkait dengan: waktu, suhu, jumlah individu, dan jenis-jenis kegiatan yang dilakukan.
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakteristik