• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tesis yang ditulis oleh Maulida (PascasarjanaaUniversitasaIslamaNegeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Tesis yang ditulis oleh Maulida (PascasarjanaaUniversitasaIslamaNegeri"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Tesis yang ditulis oleh Maulida (PascasarjanaaUniversitasaIslamaNegeri SumateraaUtaraaMedan: 2018) yang berjudul “ProblematikaaPembelajaran PendidikanaAgamaaIslam padaaPembentukan Karakter Islami Siswa SMA Negeri 1 Model Tanjung Pura Kabupaten Langkat” menyatakan bahwa penanaman karakter pada peserta didik melalui kegiatan intra kurikuler, ko kurikuler dan extra kurikuler, salah satunya adalah budaya sekolah bersalaman ketika masuk dan keluar dari sekolah. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada kesenjangan antara pribadi siswa di dalam dan luar sekolah. Pengaruh pendidikan dalam sekolah kurang berdampak pada kehidupan siswa diluar sekolah.

Penelitian yang akan saya lakukan berbeda dengan penelitian yang ditulis oleh Maulida. Pada penelitian yang akan saya lakukan focus membahas tentang kegiatan keagamaansebagai bentuk pendidikan karakter dan tidak mencari tau tentang adanya pengaruh sikap yang terjadi sebelum maupun sesudah melaksanakan kegiatan keagamaan.

2. Tesis yang ditulis oleh Hery Nugroho (Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang: 2012) yang berjudul “Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di SMA 3 Semarang” menyatakan bahwa, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Agama Islam di

(2)

8

SMA 3 Semarang dilaksanakan dengan dua cara, yakni: intrakurikuler dan extrakurikuler.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan Pendidikan karakter dalam PAI di SMA 3 Semarang meliputi masukan atau input, proses, hasil atau output, dan dampak atau outcomes. Input pelaksanaan (siswa maupun guru) termasuk baik. Dalam proses pelaksanaannya yaitu memasukkanadelapanabelas nilaiakarakter. Hasilnyaasiswaamempunyai pengetahuanadan kebiasaan-kebiasaananilai karakter. Sedangkan dampaknya ialah adanyaamotivasi untukaselalu berbuatajujur, tidak berbohongakepada siapapun, menghormatiayang lebih tua, menghargai karya orang lain kreatif dalam melaksanakan tugas, mampu berfikir mandiri, serta peduli terhadap lingkungan.

Penelitian Hery Nugroho berbeda dengan penelitian yang saya lakukan karena penelitian Hery nugroho memfokuskan pada dampak dari pendidikan karakter, sedangkan penelitian saya lebih memfokuskan pada proses pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan keagamaan itu sendiri.

3. Skripsi yang ditulis oleh Abdul Aziz Hasan (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: 2014) yang berjudul “Nilai-nilaiaPendidikanaKarakteradalam FilmaTemaniaAku Bunda”. Skripsiainiamenjelaskan bahwaaantara pendidikan karakteradan pendidikanaIslam mempunyai substansi yang sama.

Hasil penelitian tersebutmenunjukkan bahwa, transformasi pendidikan karakter yang terkandung dalam film Temani Aku Bunda melaluiadimensi pendidikan Islam yang terfokus pada karakter ketaatanadan kejujuran. Adapun

(3)

9

nilai yang terkandung dalam film Temani Aku Bunda adalah nilai kejujuran, kemandirian, keteladanan, komitmen, kedisiplinan dan ketaatan. Aspek yang sangat penting dalam pembentukan karakter adalah keluarga, lembaga pendidikan, dinas pendidikan dan masyarakat. Semuanya harus mampu bekerjasama dengan baik dalam pembentukan karakter anak.

Penelitian saya berbeda dengan penelitian Abdul Aziz Hasan karena penelitian saya bukan ke lingkungan keluarga sebagaimana dalam film temani aku bunda, namun penelitian saya fokus pada lingkup sekolah dan hanya terfokus pada kegiatan keagamaansebagai sarana implementasi pendidikan karakter.

4. Skripsi yang ditulis oleh Fandi Akhmad (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta: 2013) yang berjudul “Pembentukan Karakter Anak pada Sistem Full Day School di SD Muhammadiyah Pakel Umbulharjo Yogyakarta”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembentukan karakter anak dapat dibentuk dengan menggunakan system full day school dikarenakan sistem yang terus menerus membentuk perkembangan peserta didik dari berbagai sudut agar lebih berkarakter sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini berbedaadenganapenelitianayang akan saya lakukan, penelitian saya lebih spesifik pada kegiatan keagamaansebagai sarana implementasi pendidikan karakter.

(4)

10 B. Konsep Pendidikan

1. Pengertian pendidikan

Dalam UUD nomor 20 tahun 2003 menjelaskan tentang pengertian pendidikan yang berbunyi; ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1 Pengertian ini menunjukkan bahwa pendidikan adalah kegiatan yang terencana serta disengaja, bukan kegiatan yang dilakukan secara spontan tanpa perencanaan terlebih dahulu.

Menurut Oemar Hamalik Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungan dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat”.2

Pengertian pendidikan juga dikemukakan oleh Fuad Ihsan sebagai,”Usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi- potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat maupun budaya.”3

1 http://simkeu.kemdikbud.go.id/, Undang Undang Dasar nomor 20 tahun 2003

2 Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, hal.79

3 Fuad Ihsan, 2005, Dasar-dasar kependidikan, Jakarta, PT Rineka Cipta Hal. 1

(5)

11

Dari tiga pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan ialah sebuah usaha untuk melestarikan kehidupan dengan cara menggali potensi-potensi diri , baik jasmani maupun rohani, sehingga dapat merubah pribadi peserta didik dari yang kurang baik menjadi pribadi yang lebih baik.

Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pembelajaran.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran di dalam sekolah maupun latihan yang berlangsung diluar sekolah. Pembelajaran merupakan sarana yang baik untuk melakukan pendidikan.

2. Pengertian karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa yunani “charassein” yang berarti

“mengukir”. Karakter diibaratkan dengan mengukir batu , karena untuk menanamkan karakter pada diri seseorang butuh usaha keras dan waktu yang tidak singkat, namun ketika karakter sudah tertanam karakter itu akan melekat pada diri seseorang tersebut serta tak bisa dipisahkan.

Dalam kamus bahasa Indonesia, istilah karakter diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak dan budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain dan watak. Dalam pengertian ini karakter mempunyai arti yang sangat luas. Kesemuanya erat kaitannya dengan bentuk tingkah laku seseorang dalam kesehariannya.

Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama baik dalam lingkup keluarga,

(6)

12

masyarakat, bangsa dan negara.4 Individu yang berkarakter baik ialah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap keputusannya. Karakter juga bisa dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran , sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan.

Pendapat lain menyebutkan bahwa karakter dipengaruhi oleh hereditas5. Perilaku orang tua sangat mempengaruhi dan menjadi gambaran perilaku anaknya atau dikenal dengan penjelasan “nature”. Namun, pendapat bertentangan dengan pendapat bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya atau pengalaman hidupnya yang disebut juga dengan

“nurture”.

Karakter tersusun dari tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dam moral behavior (perilaku moral). Karakter yang baik terdiri dari pengetahuan tentang kebaikan (knowing the good), kei keinginan terhadap kebaikan (desiring the good), dan berbuat kebaikan (doing the good).6 Dalam hal ini diperlukan pembiasaan baik itu dalam tindakan, pemikiran, maupun hati.

4 Mukhlas Samani, Hariyanto, “Konsep dan Model Pendidikan Karakter”, (Bandung : PT Rosdakarya, 2012), hal.42

5 Ibid., hlm. 43.

6 Muhammad Fadlillah, Lilif Mualifatu Khorida,”Pendidikan Karakter Anak Usia Dini”, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hal.21

(7)

13

Dari definisi karakter yang telah dipaparkan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter adalah nilai dasar dalam diri manusia yang terwujud dalam sikap dan perilakunya sehari-hari baik terbentuk karena pengaruh hereditas maupun lingkungan serta dapat membedakan dirinya dengan yang lainnya.

3. Pengertian pendidikan karakter

Istilah pendidikan karakter diartikan dengan beragam arti diantaranya menurut creasy (dalam Zubaedi, 2016 : 11) mengartikan pendidikan karakter sebagai upaya pendidik mendorong peserta didik untuk tumbuh dan berkembang dengan kompetensi berpikir dan berpegang teguh pada prinsip- prinsip moral dalam hidupnya serta memiliki keberanian untuk melakukan hal- hal yang benar meskipun dihadapkan dengan berbagai macam tantangan.7 Pengertian ini menekankan bahwa pendidikan karakter tidak hanya transfer pengetahuan tentang nilai-nilai yang baik, namun lebih dari itu yakni menanamkan nilai-nilai yang baik pada pribadi peserta didik.

Menurut muchlas samani dan hariyanto (2012 :45) pendidikan karakter adalah suatu proses pemberian tuntunan terhadap peserta didik agar menjadi manusia yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.

Pendapat lain dikemukakan oleh Lickona (Q-Anees 2008 : 98) menyimpulkan

7 Putri apriliana ajeng kusuma, “Analisis Nilai Karakter Pada Siswa Kelas IV Dalam Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Intensif SD Tlogosari Kulon Semarang”

(Skripsi Sarjana UNNES, Semarang 2016), hal. 27.

(8)

14

bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar dan disengaja menolong orang agar memahami dan bertindak sesuai dengan kaidah moral.8

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu proses pendidikan dan pembelajaran tentang moral yang baik dengan menjadikan siswa sebagai agen perubahan karakter. Pendidikan karakter bukan hanya mentransfer pengetahuan namun juga membentuk karakter siswa menjadi lebih baik lagi.

Pendidikan karakter mempunyai orientasi yang sama dengan pendidikan akhlak yaitu sama-sama bertujuan untuk membentuk karakter. Kata akhlak merupakan jama’ dari lafadz khuluqun yang mempunyai arti perangai, tabi’at tingkah laku, sopan-santun, adab, dan tindakan.

4. Tujuan pendidikan karakter

Tujuan pendidikan karakter mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang telah di rumuskan dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pasal 3 yang berbunyi; “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peseta didik agar menjadi manusia yag beriman,dan bertakwa kepaa Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

8 Muhsinin, “Model Pendidikan Karakter berbasis Nilai-Nilai Islam untuk membentuk karakter siswa yang toleran”, Jurnal Edukasia, ISNU, Vol. 8, No. 2, (Agustus, 2013), hal. 210.

(9)

15

jawab”. Rumusan ini menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan karakter dan budaya bangsa.

Tujuan pendidikan Karakter Bangsa diantaranya adalah sebagai berikut : a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan Warga

Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya dan karakter bangsa c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.9

Menurut Maswardi fungsi pendidikan adalah upaya menumbuh kembangkan kemampuan dasar peserta didik agar dapat berfikir cerdas, berakhlak, bermoral, serta bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya serta mampu membangun peradaban bangsa yang cerdas, berkontribusi terhadap pengembangan hidup umat manusia, berbudaya luhur, serta dapat membangun sikap yang cinta damai, kreatif, mandiri, serta mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain.10

9 Nopan Omery, Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan, Volume 9, Nomor 3, Juli 2015, hlm. 467.

10 Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose, 2011), Cet. KeI, h. 37.

(10)

16

Sedang menurut E. Mulyasa, Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.11

Beberapa pengetian diatas memusatkan tujuan karakter pada terbentuknya pribadi peserta didik menjadi pribadi yang baik dengan menggunakan segala potensi-potensi yang ada padanya, sehingga menjadi pribadi yang dapat bermanfaat untuk diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitarnya.

5. Nilai-nilai pendidikan karakter

Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empiric, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.12 Nilai akan selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan

11 H. E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-I, h. 9.

12 Chabib Thoha, “Kapita Selekta Pendidikan Islam” (Yogyakarta: Pustaka Belajar,1996), hal.61

(11)

17

keluhuran budi, dan akan memberikan ketenangan bagi pemiliknya sehingga ia merasa menjadi manusia yang sebenarnya.13

Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kemendiknas berdasarkan pada empat sumber. Empat sumber itu adalah agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional. Keempat sumber tersebut menjadi dasar pengembangan nilai-nilai karakter lainnya yang akan dikembangkan dalam budaya dan karakter bangsa.14

Ada 18 nilai nilai karakter menurut diknas : a. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

c. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

d. Disiplin

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

13 Sutarjo Adisusilo, “Pembelajaran Nilai Karakter” (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hal.56

14Kemendiknas, Kerangka acuan pendidikan karakter, (Jakarta : Kemendiknas), hal. 7-10

(12)

18 f. Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

g. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

j. Semangat Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya

k. Cinta Tanah Air

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

l. Menghargai Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat/Komunikatif

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

n. Cinta Damai

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

(13)

19 o. Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Metode pendidikan karakter

Dalam setiap proses pendidikan diperlukan metode, begitu juga dengan pendidikan karakter agar proses pendidikan dapat mencapai tujuannya. Tujuan pendidikan karakter adalah dapat menanamkan karakter pada peserta didik bukan hanya sebagai pengetahuan saja, namun juga menjadi bagian dari dirinya atau \pribadi peserta didik.

Metode-metode dalam pendidikan karakter sudah dicontohkan oleh Rasulullah, diantaranya adalah:15

15 Miftahul Jannah,”Metode dan Strategi Pembentukan Karakter Religius yang diterapkan di SDTQ-T An Najah Pondok Pesantren Cindai Alus Martapura”, No I Tahun 2019, Vol. 4

(14)

20

a. Metode keteladanan (al-Uswah al-Hasanah)

Metode keteladanan merupakan metode pembelajaran dengan memberi contoh yang baik terhadap peserta didik dimulai dari diri sendiri.

Metode keteladanan ini menuntut pendidik untuk selalu berperilaku yang baik serta dapat menjadi figur peserta didik.

b. Metode pembiasaan (Ta’widiyah)

Metode pembiasaan adalah membiasakan peserta didik untuk berbuat serta berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Metode ini merupakan metode yang paling efektif untuk membentuk karakter terpuji pada diri peserta didik.

c. Metode nasehat (mauidzah)

Saling menasehati pada kebaikan dianjurkan dalam Islam sebagaimana dalam surat al ashr ayat satu sampai tiga yaitu;

( ِر ۡصَعۡلٱ َو ( ٍر ۡسُخ ىِفَل َنٰـَسن ِ ۡلۡٱ َّنِإ ) ١

ِتٰـَحِلٰـَّصلٱ ْاوُلِمَع َو ْاوُنَماَء َنيِذَّلٱ َّلَِّإ ) ٢

( ِرۡبَّصلٱِب ْا ۡوَصا َوَت َو ِ قَحۡلٱِب ْا ۡوَصا َوَت َو ٣

)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasehati dalam kebenaran serta dalam menetapi kesabaran.”

Pemberian nasehat ini disesuaikan dengan watak peserta didik, bisa dengan tegas maupun dengan lemah lembut. Watak peserta didik satu dengan lainnya tidak bisa disamaratakan. Ada peserta didik yang enggan menerima nasehat karena merasa dirinya benar, ada perserta didik yang mau mendengarkan nasehat dan melaksanakannya dan adapula peserta

(15)

21

didik yang bertwatak pemalu sehingga ketika menasehati harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

d. Metode Qishoh (cerita)

Metode cerita ini dengan menceritakan kisah-kisah yang mengandung hikmah baik itu tentang kebaikan maupun keburukan suatu kaum yang akhirnya mendapatkan siksaan secara spontan. Tujuan bercerita adalah agar peserta didik dapat mengambil pelajaran terhadap sebuah pengalaman yang dialami oleh orang lain. Isi dalam al-Qur’an selain hukum-hukum Islam juga berisi kisah-kisah orang-orang terdahulu.

Kisah perempuan yang menjaga diri dari kema’siatan sebagaimana kisah sayyidah Maryam dalam surat Ali Imron. Kisah orang yang sombong akan harta yang dimilikinya yang sejatinya harta tersebut adalah milik Allah yaitu kisah Qorun yang ada dalam surat al-Qhasas. Serta masih banyak lagi kisah-kisah yang dapat dijadikan pelajaran dalam al-Qur’an.

e. Metode amtsal (perumpamaan)

Metode perumpamaan adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW, metode ini biasanya digunakan untuk membentuk karakter mulia peserta didik.

Metode dalam hadits Rasulullah sering menggunakan metode amtsal.

Metode perumpamaan dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh daya nalar peserta didik, dan meningkatkan tergugahnya perasaan.

(16)

22

f. Metode tsawab (pemberi hadiah) dan iqab (pemberi hukuman)

Metode hadiah dan hukuman adalah metode untuk meningkatkan kesadaran dan kehati-hatian peserta didik, agar tetap dalam jalan-Nya. Hanya saja, dalam memberikan kedua metode ini harus memperhatikan teknik dan pendekatan yang tepat. Teknik dan pendekatan yang salah, dapat mengakibatkan kedua metode tersebut tidak memberi manfaat ataupun hasil apa-apa.

C. Pendidikan Karakter dalam Islam

a. Pengertian Pendidikan karakter dalam Islam

Ada beberapa istilah dari kata pendidikan dalam al-Qur’an diantaranya:

a. Tarbiyah

Kata tarbiyah merupakan isim mashdar dari fi’il (Rabba-Yarubbu) yang mempunyai arti memperbaiki, mengurus, memimpin, menjaga, memeliharanya, atau mendidik.16 Dari pengertian ini dapat diambil kesimpulan bahwa konsep tarbiyah adalah mendidik manusia untuk menjadi manusia yang lebih sempurna. Namun bukan hanya mendidik, melainkan mengurus dan mengatur supaya perjalanan kehidupan berjalan dengan lancar. Hal ini sebagaimana dalam surat al-Fatihah ayat 2 yang berbunyi:

ََني ِمَلاعْلاََ ِب َرََِهَّللََ دْمَحْلَا

“Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam”17

16 Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi; Mengungkap Pesan al-Qur’an Tentang Pendidikan, (Sleman: Terass, 2008), hal. 39

17 Al-Qur’an surat al-Fatihah ayat 2

(17)

23

Allah yang menciptakan makhluk, yang memberi rizki, dan yang mengalihkan mereka dari satu keadaan kepada keadaan yang lain.18 Terdapat penafsiran lain terhadap ayat tersebut yaitu Allah adalah pendidik semesta alam, tidak satu pun dari makhluk Allah SWT yang lepas dari didikan-Nya. Allah mendidik makhluk-Nya dengan seluas arti kata itu.

Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga memberikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu guna kesempurnaan hidupnya masing- masing.19 Selain Allah sebagai pendidik, manusia juga boleh menjadi pendidik berdasarkan firman Allah sebagai berikut:

ا ًريِغَصَىِناَيَّب َرَاَمَكَاَم هْمَح ْرٱَِ ب َّرَل ق َوَِةَمْح َّرلٱََنِمَِ لُّذلٱََحاَنَجَاَم هَلَ ْضِفْخٱ َو

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”20

An-Nawawi memberikan penafsiran pada kalimat “Rabbayânî” yaitu dengan arti “yang telah memelihara aku.”21 Sedangkan ibnu Katsir menafsiri dengan kalimat “yang telah mendidik aku”.22 Walaupun ayat ini dalam beberapa tafsir banyak menitikberatkan pembahasan pada kewajiban anak terhadap orang tua, namun kata “Rabba” diartikan mendidik

18 Muhammad An-Nawawi Al-Jawi, Tafsir Al-Munir Marah Labid, diterjemahkan oleh Bahrun Abu Bakar dan Anwar Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011), jilid I, hal. 4

19 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Aims and Objectives of Islamic Education, (Jeddah:

King Abdul Aziz University, 1977),hal. 150

20 Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 24

21 Muhammad An-Nawawi Al-Jawi, Op.Cit., jilid III, hal. 518

22 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir diterjemahkan oleh Salim Bahreisy dan Said Bahreisy, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, t.th), hal. 32

(18)

24

memberikan pembentukan istilah darinya yaitu tarbiyyah yang berarti diartikan sebagai pendidikan.

Kata Rabb juga berasal dari kata tarbiyyah yang berarti mengantarkan sesuatu kepada kesempurnaan dengan bertahap atau membuat sesuatu untuk mencapai kesempurnaannya secara bertahap (mengasuh).23Sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an, bahwa kata rabba diartikan mengasuh seperti pada surat as-Syu’ara/26:18 sebagai berikut,

ََنيِنِسَ َك ِر م عَ ْنِمَاَنيِفَ َتْثِبَل َوَاًديِل َوَاَنيِفَ َك ِب َر نَْمَلَأََلاَق

“Fir'aun menjawab: "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.”

Ibnu Katsir menjelaskan ketika Nabi Musa menyampaikan kepada Fir’aun bahwa ia adalah utusan Allah dan meminta kepada Fir’aun untuk melepaskan Bani Israil dari belenggu perbudakannya maka Fir’aun menjawab: “Tidakkah kami pernah mangasuhmu di dalam istana kami, dimana engkau tinggal bertahun-tahun diantara keluarga kami.”24Atas dasar penafsiran tersebut maka kata Rabba bermakna mengasuh

Penggunaan kata tarbiyyah, secara bahasa juga banyak digunakan oleh masyarakat Arab untuk makhluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) yang membawa maksud memelihara dan menernak.25Tarbiyyah sebagai proses pengembangan (penumbuhan) diri, sebagai pengembangan

23 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Op.Cit. ,hal. 134

24 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Op.Cit. , hal. 32

25 M. Thalib, Teologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.), hal. 143

(19)

25

potensipun sangat diperlukan dalam proses pendidikan meskipun bersifat materi. Keahlian dan ketangkasan fisik sangat diperlukan disesuaikan untuk mengoptimalkan potensi masing-masing yang dididik, namun setidaknya hal tersebut tidak mempersempit atau mengaburkan dari proses atau konsep utama pendidikan dalam Islam itu sendiri.

b. Ta’lim

Kata ta’lim berasal dari kata kerja berupa ‘allama-yu’allimu yang mempunyaiartiَ َ memberi pelajaran, mengajar, memberitahu, menginstruksikan, mendidik. Sedangkan jika dari fiil ta’allama ,yata’allamu maka mempunyai arti belajar, mempelajari. Sebagaimana di jelaskan dalam surat al-Jum’ah/62: 2 sebagai berikut,

َ م ه مِ لَع ي َوَ أمِہيِ ك َز ي َوَۦِهِتٰـَياَءَ أمِہأيَلَعَْاو لأتَيَ أم ہأنِ مَ ًً۬لو سَرََنۧـِ يِ م ألۡٱَىِفََثَعَبَىِذَّلٱََو ه َ

َ َبٰـَتِكألٱ

َ ل أبَقَن ِمَْاو ناَكَنِإ َوََةَم أك ِحألٱ َو

ًَ۬ نيِبُّمَ ً۬ لٰـَلَضَىِفَل

َ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, dan membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan pada mereka Kitab dan Hikmah (As- Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”

Dalam ayat tersebut menggunakan yu’allimu, yang merupakan salah satu kata dasar yang membentuk istilah ta’lîm. Yu’allimu diartikan dengan mengajarkan, untuk itu istilah ta’lîm dengan melihat ayat diatas maka diterjemahkan dengan pengajaran (instruction).26 Dari ayat tersebut juga

26 Ahmad Warson, kamus al-Munawwir: Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 154

(20)

26

bisa dimaknai bahwa Rasulullah SAW. juga seorang mu’allim hal ini memperkuat sungguh dari beliau adanya keteladanan, termasuk bagaimana seharusnya menjadi seorang muallim. Ta’lîm secara umum hanya terbatas pada pengajaran dan pendidikan kognitif semata.27 Hal ini memberikan pemahaman bahwa ta’lîm hanya mengedepankan proses pengalihan ilmu pengetahuan dari pengajar (mu’alim) kepada yang diajar (muta’alim).

Misalnya pada surat Yusuf/12: 6 sebagai berikut,

َ هَتَمأعِنَُّمِت ي َوَِثيِداَحَ ألۡٱَِليِوأأَتَنِمََك مِ لَع ي َوَ َكُّب َرَ َكيِبَت أجَيَ َكِلٲَذَك َو

َِلاَءَٰٰٓىَلَع َوَ َكأيَلَعَۥ َ

ََقٰـَح أسِإ َوََميِهٲ َرأبِإَ لأبَقَنِمََكأي َوَبَأَٰٰٓىَلَعَاَهَّمَتَأَٰٓاَمَكَ َبو قأعَي

َ ميِكَحَ ميِلَعَ َكَّب َرََّنِإَ

َ ً۬۬

“Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta´bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya´qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”

An-Nawawi menjelaskan bahwa Allah memilih nabi Yusuf menjadi nabi dan mengajarkan beliau dalam menafsirkan mimpi-mimpi sebagai mu’jizat beliau, hal ini menunjukkan betapa besarnya kedudukan nabi Yusuf di sisih Allah. Beberapa ayat diatas menunjukkan bahwa ilmu yang bisa dialihkan meliputi semua ilmu termasuk diantaranya sihir. Sehingga istilah ta’lim lebih dengan dengan pengajaran atau transfer ilmu bukan pada pendidikan, karena pendidikan dalam pengertian Islam tentu saja harus

27 Wan Muhammad Daud,Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam. (Bandung: Mizan,2005), hal. 77

(21)

27

mengarah pada manusia yang lebih baik sesuai peran dan fungsinya di dunia ini menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.

c. Tadris

Tadris merupakan masdar dari kata“darrasa-yudarrisu”yang berarti pengajaran atau pembelajaran. Definisi tadris dalam pengertian yang luas dan formal adalah upaya menyiapkan murid (mudarris) agar dapat membaca, mempelajari dan mengkaji sendiri, dan mudarris membacakan, menyebutkan berulang-ulang dan bergiliran, menjelaskan, mengungkap dan mendiskusikan makna yang terkandung di dalam suatu pembahasan sehingga mudarris mengetahui, mengingat serta mengamalkannya.

Kata Tadris dalam al-Qur’an dengan diulang sebanyak enam kali, diantaranya: al-A’raf/7:169,al-Qalam/68:37, Saba’/34:44. Diantara ayat al- Qur’an yang berkaitan dengan tadrîs yaitu:Firman Allah SWT. dalam surrat al-Qolam/68:37:

ََنو س رأدَتَِهيِفَ ً۬ بٰـَتِكَ أم كَلَ أمَأ

“Atau Adakah kamu mempunyai sebuah kitab (yang diturunkan Allah) yang kamu membacanya?28

Menurut Jabir al-Jazairi maksud ayat tersebut adalah sebuah pertanyaan tentang apakah mereka memiliki kitab Allah yang diterima oleh Rasul yang bisa kalian baca ?, yang didalamnya tercantum keputusan, sehingga kalian berani memutuskan sendiri, bahwa kalian akan menerima

28 Al-Qur’an surat al-Qolam ayat 37

(22)

28

karunia yang lebih baik daripada karunia yang akan diterima oleh orang- orang yang beriman kelak di hari kiamat?29

Bentuk pertanyaan dalam ayat ini bukanlah bentuk pertanyaan seperti pertanyaan pada umumnya yang menanyakan tentang sesuatu yang belum diketahui, tetapi pertanyaan yang bermaksud untuk mengingkari dan menyatakan betapa jelek dan bodohnya perkataan mereka yang terlontar tanpa ada landasan yang kuat. Sehingga Allah mengejek mereka dengan menanyakan pertanyaan yang memojokkan mereka. Pada hakikatnya, mereka hanyalah asal bicara dan mengada-ada.

d. Ta’dib

Ta’dîb berasal dari kata addaba, yuaddibu yang berarti proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti subyek didik. Subtansinya lebih terfokus pada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia. Penggunaan kata al- ta’dīb dalam khazanah kebahasaan Islam yang merujuk pada makna pendidikan, telah dimulai semenjak Nabi Muhammad Ṣallallāhu ‘alayhi wa Sallam sebagaimana sabdanya :

َْيِبْيِدْأَتََنَسْحَأَفَْيِ ب َرَْيِنَبَّدَا َ

“Tuhanku telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku.30

29 Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Tafsir al-Qur’an al-Aisar, diterjemahkan oleh Fityan Amaliy dan Edi Suwanto, (Jakarta: Dar as-Sunah Press, 2014), hal. 583

30 Syaikh Amir Alau ad-Din Ali bin Balban al-Farisi, Shahih Ibnu Hibban, diterjemahkan oleh Syu’aib al-Mauth, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2016), hal. 179

(23)

29

Hadits tersebut memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah. Sehingga pendidikan yang Rasulullah SAW. peroleh adalah sebaik-baik pendidikan. Dengan demikian dalam pandangan filsafat pendidikan Islam. Rasulullah merupakan pendidik utama yang harus dijadikan teladan.31 Pendidik yang pertama dan paling utama adalah orang tua sebagaimana hadits ;

َْم هَباَدَأَا ْو نِسْحَأَ َوَْم كَدَل ْوَأَا ْو م ِرْكَأ

“Mulyakanlah anak-anakmu dan perbaikilah tata krama mereka”

Hadist diatas diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik.

Hadist tersebut menunjukkan perintah bagi orang tua untuk memulyakan serta mendidik anaknya. Orang tua merupakan penanggung jawab utama dalam pendidikan anaknya. Orang tua yang mendidik anaknya lebih baik dari pada bershodaqah seperti dalam hadits berikut:

َ عاَصِبََقَّدَصَتَيَ ْنَأَْنِمَ هَلَ رْيَخَ ل ج َّرلاَ َبِ دَؤ يَْنَ ِلۡ

“Seseorang yang mendidik anaknya itu lebih baik baginya daripada sadaqah satu sho’ (tiap hari).” Hadits ini diriwayatkan oleh at-Thirmidzi dari Jabir bin Samurah.

Dari beberapa istilah yang disebutkan dalam al-Qur’an mengenai pendidikan, pada hakekatnya adalah memiliki keterkaitan makna yang signifikan, yaitu sebuah nilai yang harus menjadi dasar bagi segala aktifitas proses transformasi. Penggunaan istilah-istilah tersebut secara substansial tidak dibedakan dan bukan merupakan dikotomik yang memisahkan dari

31 Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 61

(24)

30

makna substansinya. Namun demikian para pakar pendidikan Islam berbeda pendapat dalam penggunaan mengenai istilah-istilah pendidikan tersebut.

Sedangkan karakter itu sama dengan akhlak dalam Islam. Akhlak menurut Mustofa dalam bukunya “Akhlak Tasawuf” merupakan jamak dari lafadz khuluqun yang mempunyai arti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.32 Menurut Achmad Mubarok mengemukakan bahwa akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan di mana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung dan rugi.33

Karakter menurut Imam Al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Mansur Muslich bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau perbuatan yang telah menyatu dalam diri nanusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikir lagi.34

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak dan pendidikan karakter. Keduanya dikatakan sama karena inti pendidikan dari semua jenis pendidikan karena ia mengarahkan. Pada terciptanya perilaku lahir dan batin manusia, sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

32 A. Mustofa, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 11

33 Achmad Mubarok, Panduan Akhlak Mulia: Membangun Manusia Bangsa Berkarakter (Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2001), 14.

34 Mansur Muslich, pendidikan karakter: Menjawab Tantangan Kritis Multidimensial (Jakarta: Bumi Aksara, 2011 ), 70

(25)

31 b. Tujuan pendidikan karakter dalam Islam

Tujuan pendidikan karakter dalam Islam sama dengan tujuan pendidikan Islam itu sendiri, karena hakikat pendidikan Islam berorientasi pada kesempurnaan akhlak manusia sebagaimana dalam sebuah hadits :

َ إَ ن

ََم

َ بَا

َِع

َْث

َ ت

َ ِلۡ َ

َِ م ََت

ََمَ

ََم

َِرا ََك

ََمَ

ََْلۡا

َْخ

َِق ََل

“Sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak”

Menurut Afifuddin Harisah dalam bukunya yang berjudul, “Filsafat Pendidikan Islam”, ada 3 ranah tujuan pendidikan Islam yaitu:35

a. Tujuan yang berhubungan dengan individu, mencakup perubahan pengetahuan, tingkah laku, jasmani, rohani, serta kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki pribadi seorang hamba dalam mencapai kehidupan yang bahagia di dunia maupun di akhirat.

b. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam bermasyarakat, perubahan kehidupan masyarakat dan memperkaya pengalaman masyarakat.

c. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.

Sedangkan menurut al-Ghozali tujuan akhir pendidikan terbagi menjadi dua arah yaitu:

35 Afifuddin Harisah, “Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan, (Jogjakarta:

Deepublis, 2018), hlm.83.

(26)

32

1. Kesempurnaan manusia yang tujuan hidupnya mendekatkan diri kepada Allah

2. Kesempurnaan kemanusiaan yang obyeknya kebahagiaan dunia dan akhirat36

Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menyiapkan anak didik agar dapat hidup dengan baik di dunia dan di akhirat sebagaimana yang tertera dalam surat al-Baqarah ayat 204:

َِراَّنلاَ َباَذَعَاَنِق َوًَةَنَسَحَِة َر ِخ ْلْاَيِف َوًَةَنَسَحَاَيْنُّدلاَيِفَاَنِتآَاَنَّب َرَ لو قَيَ ْنَمَْم هْنِم َو

"Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".

c. Ruang lingkup pendidikan karakter dalam Islam

Pendidikan karakter dalam Islam atau lebih sering disebut akhlak mempunyai 2 ranah yaitu hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan makhluk Allah. Dua hubungan ini harus seimbang bila ingin mendapatkan derajat yang tinggi serta mendapatkan surga di akhirat kelak sebagaimana dalam ayat

ًَةَبِ يَطًَةوٰيَحَٗهَّنَيِي أح نـَلَفَ نِم أؤ مَ َو ه َوَىٰثأن اَ أوَاَ رَكَذَ أنِ مَاـًحِلاَصََلِمَعَ أنَم

َأم ه َر أجَاَ أم هَّنـَي ِز أجَنـَل َوَ ۬ َ

ََن أو لَمأعَيَا أو ناَكَاَمَِنَس أحَاِب َ

“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya

36 Nizar Ali, “Tujuan Pendidikan dalam Prespektif Hadits”, hlm.217

(27)

33

kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”37

اَسأنِ ألاََّنِا

َ ر أس خَ أىِفَلََن

َِرأبَّصلاِبَا أوَصا َوَت َوَ َِ قَحألاِبَا أوَصا َوَت َوَِت ٰحِلّٰصلاَاو لِمَعَ َوَا أو نَمٰاََنأيِذَّلاَ َّلِا

“Sungguh, manusia berada dalam kerugian,”

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”

ا ًرْس يَاَن ِرْمَأَ ْنِمَۥ هَلَ لو قَنَس َوََۖ ٰىَنْس حْلٱًَءٰٓا َزَجَۥ هَلَفَاًحِل َٰصََلِمَع َوََنَماَءَ ْنَمَاَّمَأ َو

”Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami.”

Pada ayat-ayat diatas ada kalimat beriman dan beramal sholeh. Beriman berarti hubungan baik antara manusia dengan Allah, sedangkan beramal sholeh berarti adanya hubungan baik antara manusia dengan sesama makhluk lainnya, baik itu dengan tumbuhan, hewan, maupun dengan manusia lainnya. Hubungan baik manusia dengan tumbuhan dengan menjaga kelestarian alam, dengan hewan dengan tidak menyakiti hewan yang disembelih dengan menajamkan pisau, dengan manusia lainnya dengan saling tolong-menolong, toleransi, serta mengasihi yang lebih membutuhkan dengan bersedekah.

37 Al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 24

(28)

34 D. Kegiatan Keagamaan

1. Pengertian kegiatan keagamaan

Kegiatan keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kegiatan dan keagamaan. Kegiatan memiliki arti kesibukan atau aktivitas.38 Secara lebih luas kegiatan dapat diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari baik itu berupa perkataan, perbuatan, atau kreatifitas di tengah lingkungannya. Sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama.39 Sehingga keagamaan merupakan segala sesuatu yang memiliki sifat dalam agama atau yang berhubungan dengan agama. Jadi kegiatan keagamaan adalah segala perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang berhubungan dengan agama.

2. Dasar-dasar kegiatan keagamaan

Kegiatan-kegiatan keagamaan merupakan kegiatan-kegiatan yang sudah dianjurkan dan sudah di nash dalam al-Qur’an maupun al-Hadits.

a. Sholat Jama’ah

Sholat jama’ah adalah sholat yang dilakukan oleh dua orang maupun lebih, salah satu menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum. Sholat berjama’ah mempunyai keutamaan tersendiri daripada sholat sendiri sebagaimana hadits

38 Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), 26

39 Ibid., Hal.2

(29)

35

ُة َلََص ْنِم ُلَضْفَأ ِةَع اَمَجْلا ةَج َرَد َنْي ِرْسِع َو ٍعْبَسِب ِ ذَفْلا ِة َلََص

“ Shalat jama’ah lebih utama duapuluh tujuh derajad daripada shalat sendirian”

( Shahih menurut Ijma’ Ulama ) b. Sholat Dhuha

Sholat Dhuha adalah solat yang dilaksanakan di mulai dari matahari setinggi tombak sampai tergelincirnya matahari. Sholat dhuha merupakan shodaqoh terhadap anggota tubuh kita sebagaimana hadits nabi :

َ,ةَقَدَصَ ةَدْيِمْحَتَُّل ك َوَ, ةَقَدَصَ ةَحْيِبْسَتَُّل كَف,َ ةَقَدَصَْم كِدَحأَ ْنِمَىَم َل سَِ ل كَىَلَعَ حِبْص ي

َ ةَلْيِلْهَتٌَّل ك َو

َ ْن ِمَ ئ ِزْج ي َوَ, ةَقَدَصَ ِرَكْن مْلاَِنَعَ يْهَن َوَ, ةَقَدَصَ ِف ْو رْعَمْلاِبَ ْر مْأ َوَ, ةَقَدَص

َ)ملسمَهاور(ََََىَحُّضلاََنِمَاَم ه عَك ْرَيَِناَتَعْك َرَ َكِلاَذ

ََ

“Hendaklah masing-masing dari kalian bersedekah setiap pagi, setiap baca’an tasbih adalah sedekah, setiap baca’an tahmid adalah sedekah, setiap baca’an tahlil adalah sedekah, memerintahkan pada kebaikan adalah sedekah, melarang kemungkaran adalah sedekah, dan cukuplah dua raka’at dari sholat dhuha sebagai ganti dari semua itu.” (HR.

Muslim)40

c. Membaca al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai kitab pedoman setiap muslim dalam melangkah di hidup ini, baik itu dalam hal beribadah maupun bermu’amalah. Banyak anjuran untuk sering-sering membaca al-Qur’an, salah satunya ialah ayat berikut:

40 Abi Zakaria Yahya bin Nawawi, Riyadhus Salihin min Kalami Sayyidil Mursalin, (Surabaya: Jl. Sasak no.75) Hal. 468

(30)

36

َْيَلِإََي ِحو أَاَمَ لْتا

ََۗ ِرَكْن مْلا َوَِءاَشْحَفْلاَِنَعَ ٰىَهْنَتََة َلَّصلاََّنِإَََۖة َلَّصلاَِمِقَأ َوَِباَتِكْلاََنِمَ َك

ََنو عَنْصَتَاَمَ مَلْعَيَ هَّللا َوََۗ رَبْكَأَِهَّللاَ رْكِذَل َو

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al- Qur’an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keuatamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

d. Membaca asma’ul husna

Asma’ul Husna adalah nama-nama Allah yang ada sembilan puluh sembilan. Nama-nama tersebut menunjukkan sifat-sifat Allah. Anjuran untuk berdo’a dengan menggnakan Asma’ul Husna ada di surat al-A’rof ayat 180 yang berbunyi:

َ ءٰٓاَم أسَ ألۡٱَِهَّلِل َو َ اَہِبَ هو عأدٱَفَ ٰىَن أس حألٱ

ۦِههِٰٰٕٓـَم أسَأَٰٓىِفََنو د ِحأل يََنيِذَّلٱَْاو رَذ َوَ

َاَمََن أو َز أج يَسَ

ََنو لَمأعَيَْاو ناَك

َ

“Hanya milik Allah asma-ul husna , maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam [menyebut] nama-nama-Nya [3].

Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

e. Berlomba-lomba dalam kebaikan

اَہيِ ل َو مَ َو هَ ةَه أجِوَ ً۬ ل كِل َو َ

َِِٲ َرأيََألٱَْاو قِبَت أسٱَفَ

َ كَتَاَمََنأيَأَ

اًعيِمَجَ هَّللٱَ م كِبَِِأأَيَْاو نو

ََهَّللٱََّنِإَ

ًَ۬ ريِدَقَ ً۬ ء أىَشَِ ل كَ ٰىَلَع

َ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya [sendiri] yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu [dalam berbuat] kebaikan.

Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian [pada hari kiamat]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. “

(31)

37

f. Berdo’a sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

َ عَطْقَأَ َو هَفَِه للاَِمْسِبِبَ أَدْب يََلَ لاَبَىِذَ رْمَأَُّل ك

“Setiap perkara penting yang tidak dimulai dengan

“bismillahirrohmanirrohim” maka amalan tersebut akan terputus berkahnya.”

Setiap kegiatan apapun itu jika diwali dengan baca’an bismillah akan menjadi kegiatan yang mempunyai nilai baik disisi Allah Ta’ala, contohnya adalah makan makanan yang baik, berolahraga, bekerja dan kegiatan-kegiatan lainnya. Serta masih banyak lagi dalil-dalil baik itu dalam al-Qur’an maupun al-Hadits yang menjelaskan tentang kegiatan- kegiatan keagamaan yang tidak penulis paparkan.

3. Macam-macam kegiatan keagamaan di sekolah

Kegiatan keagamaan dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu kegiatan rutinan dan kegiatan spontan, kegiatan rutinan berupa kegiatan harian, mingguan, bulanan dan tahunan. Kegiatan spontan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan hanya ketika akan, sedang, atau sesudah terjadi sesuatu. Kegiatan rutinan meliputi:

a. Kegiatan harian

1) Shalat zuhur berjamaah

2) Berdo’a di awal dan di akhir pelajaran

3) Membaca ayat al-qur’an secara bertadarus sebelum masuk jam pelajaran

4) Shalat dhuha pada waktu istirahat

(32)

38 b. Kegiatan mingguan

1) Infak shadaqah setiap hari jum’at

2) Mentoring, yaitu bimbingan senior kepada siswa junior dengan meteri yang bernuansa Islami

3) Setiap hari jum’at siswa memakai busana muslimah c. Kegiatan bulanan

Khusus bulan ramadhan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Buka puasa bersama

2) Shalat tarawih di masjid sekolah 3) Tadarus

4) Ceramah ramadhan d. Kegiatan tahunan

1) Peringatan Isra’ Mi’raj 2) Peringatan Nuzulul Qur’an

3) Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 4) Zakat fitrah

e. Kegiatan-kegiatan spontan meliputi:

1) Sholat Jenazah

2) Sholat gerhana matahari 3) Sholat jama’ dan qhosor 4) Manasik haji

Referensi

Dokumen terkait

Dan kegiatan ini biasanya merupakan tanggung jawab dari seorang Public Relations dalam suatu perusahaan berkaitan dengan tugasnya dalam membina hubungan yang baik

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih mendalam tentang pemisahan lembaga pengawas dari Bank Sentral (BI) dengan

1) Kejadian osteoporosis meningkat postmenopause. 2) Wanita yang mengalami ooforektomi bilateral memperlihatkan gejala osteoporosis lebih dini dan hebat. 3) Penderita yang

Indikator yang harus dikuasai siswa untuk mencapai kompetensi tersebut antara lain (1) siswa dapat menuliskan latar belakang buku dengan tepat, (2) siswa dapat mengklasifikasikan

[r]

Pemerintah telah membuat aturan agar masyarakat wajib menggunakan masker. Peraturan ini sempat membuat harga masker menjadi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan masker menjadi

Masyarakat bersama Tim Kementerian Lingkungan Hidup pada bulan Juli 2014 melakukan kunjungan lapangan di area Cekungan Air Tanah Watuputih, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, telah

● Kecuali dinyatakan sebaliknya, semua kos pengangkutan, caj internet, kos peribadi dan/atau sebarang kos, fi lain dan/atau apa jua jenis perbelanjaan yang ditanggung oleh