• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA BODDIA KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR RAIS NUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA BODDIA KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR RAIS NUR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA

BODDIA KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

RAIS NUR 105960101311

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

KEMANDIRIAN PETANI DALAM BUDIDAYA PADI DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO DI DESA

BODDIA KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR

RAIS NUR 105960101311

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman padi (Oryza sativa) merupakan komoditas yang strategis di Indonesia karena pada umumnya penggunaan beras sebagai bahan konsumsi makanan pokok bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus pesat dengan cepat, maka akan berdampak pada kebutuhan masyarakat terhadap pangan semakin besar juga salah satunya pada padi. Karena masyarakat Indonesia sering menkonsumsi beras yang mengandung sumber karbohidrat sangat besar yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.Padi dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat karena tanaman padi merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga pentingnya kemandirian petani untuk meningkatkan hasil produksi tanaman padi melalui sistem tanam jajar legowo.

Kemandirian petani yaitu dimana seseorang mampu bertindak bebas melakukan sesuatu atas dorongan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun berpikir dan bertindak secara original/kreatif yang mampu menemukan hal-hal yang baru. Petani yang mandiri juga mampu mengolah lahan pertaniannya dengan sendirinya tanpa bantuan dari orang lain.

Kemandirian petani harus timbul dari keinginan petani itu sendiri. Penyuluh pertanian hanya membantu mendampingi dan menjadi fasilitator dalam proses petani tersebut menjadi mandiri sehingga petani mampu mengambil keputusan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani, mampu bertindak sesuai dengan keadaan yang ada tanpa bantuan orang lain kemudian melaksanakan

(6)

2 sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain. ( Syawal, 2001).

Tabel 1. Data produksi, luas panen dan produktivitas padi di Indonesia No Tahun Produksi (Ton) Luas panen (Ha) Produktivitas (ton/ha)

1 2009 64.398.890 12.883.576 49,99

2 2010 66.469.394 13.213.450 50,15

3 2011 65.756.904 13.203.643 49,80

4 2012 69.056.126 13.445.524 51,36

5 2013 70.866.571 13.769.913 51,46

Sumber :Badan pusat statistik dan direktorat jendral tanaman pangan 2009-2013 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa terjadi kenaikan produksi padi pada tahun 2013 sebesar 70,866.571 ton. Peningkatan produksi padi terjadi disebabkan karena perluasan panen sebesar 13,769.913 ha, dan produktivitas padi sebesar 51,46 ton/ha.

Sistem tanam secara konvensional hanya menghasilkan produksi padi 4,25 ton/ha sedangkan untuk sistem tanam dengan menggunakan jajar legowo menghasilkan produksi padi 6,25 ton/ha. Menurut Pahruddin (2004), jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Istilah legowo diambil dari Bahasa Jawa, Banyumas, terdiri atas kata lego dan dowo; lego berarti luas dan dowo berarti memanjang. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih

(7)

3 tinggi daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat dikurangi. Penerapan cara tanam sistem legowo memiliki beberapa kelebihan yaitu, sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses fotosintesis, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara tanam padi sistem legowo juga meningkatkan populasi tanaman.

Triny et al. (2004) mengemukakan bahwa dengan perbaikan teknologi budidaya, penerapan sistem tanam berbeda dengan kebiasaan petani yang biasanya digunakan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm. Penerapan sistem tanam jajar legowo diharapkan dapat meningkatkan produktivitas padi. hasil penelitian sistem tanam jajar legowo 2 : 1 memberikan hasil gabah tertinggi sebesar 6,25 ton per hektar, meningkat sebesar 18,1%. Penerapan sistem tanam jajar legowo yaitu dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar diharapkan produktivitas padi meningkat melalui peningkatan populasi tanaman, disamping itu efisiensi dan efektivitas pertanaman ditingkat petani dapat tercapai.

Permasalahan yang sering terjadi di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar yaitu rendahnya produksi padi yang disebabkan petani belum mengaplikasikan budidaya tanaman padi sesuai dengan anjuran pemerintah.

Masalah yang sering terjadi pada tanaman padi di daerah galesong yaitu serangan hama penyakit dan gulma, kurangnya air irigasi, dan pemakaian pupuk kimia secara terus-menurus sehingga menyebabkan tanah menjadi padat. Dengan adanya

(8)

4 terobosan teknologi dengan sistem tanam jajar legowo diharapkan dapat meningkatkan produksi padi petani sehingga permasalahan yang dihadapi petani dapat terantisipasi. Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam padi dengan mengatur jarak antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan lebar jarak antar barisan diharapkan dapat memudahkan dalam pemeliharaan seperti penyiangan, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan gulma serta pengairan lebih efisien sehingga permasalahan yang dihadapi para petani dapat terealisasikan secara maksimal .

Langkah yang akan dicapai pada penelitian ini adalah Kemandirian petani dalam budidaya tanaman padi dengan sistem tanam jajar legowo Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Untuk mencapai kemandirian yang dimaksud, sangat tergantung pada rencana tindak lanjut petani itu sendiri dalam mengelolah dengan baik lahan pertaniannya. Sistem tanam jajar legowo mulai diterapkan dua tahun terakhir oleh petani sejak adanya penyuluhan memberikan informasi mengenai jajar legowo. Sistem tanam jajar legowo ini yang diperkenalkan penyuluh mampu merubah pola tanam yang biasanya dilakukan para petani pada umumnya yang ada di desa boddia. Dengan diperkenalkannya sistem tanam jajar legowo oleh penyuluhan pertanian, petani mengaplikasikan sendiri sistem tanam jajar legowo tanpa didampingi penyuluh.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian mengenai

“Kemandirian Petani Dalam Budidaya Padi Dengan Sistem Tanam Jajar Legowo Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar”.

1.2. Rumusan Masalah

(9)

5 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diataspermasalahannya yaitubagaimana Kemandirian Petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo di Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

1.3. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran petani dalam kemandiriannya melakukan budidayapadi dengan sistem tanam jajar legowodi Desa Boddia, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar.

Adapun kegunaan penelitian ini yaitu bagaimana kemandirian petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo dan Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya terkait kemandirian petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo.

II. TINJAUAN PUSTAKA

(10)

6 2.1. Pengertian Kemandirian

Kemandirian merupakan karakteristik dari kepribadian yang sehat (healthy personality). Kemandirian individu tercermin dalam cara berpikir dan bertindak,

mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri, serta menyesuaikan diri secara konstruktif dengan norma yang berlaku di lingkungannya. ( Syamsu, 2008 ).

Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan mempunyai rasa percaya diri dan memperoleh kepuasan dari usahanya. Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta tanpa tergantung pada orang lain. Mandiri adalah dimana seseorang mau dan mampu mewujudkan kehendak/keinginan dirinya yang terlihat dalam tindakan/perbuatan nyata guna menghasilkan sesuatu (barang/jasa) demi pemenuhan kebutuhan hidupnya dan sesamanya.

Petani yang mandiri dan tangguh adalah hal yang diinginkan sejak dahulu.

Keinginan tersebut yang menjadikan dasar bagi pengembangan suatu sistem pendidikan pertanian untuk petani yang lazim disebut penyuluhan pertanian.

Dalam perjalanan waktu penyelenggaraan penyuluhan pertanian belum dapatsepenuhnya direalisasikan oleh petani sehingga perlu mewujudkan pertanian yang mempertahankan kemurniannya sebagai mitra petani untuk mengembangkan kemampuan sesuai keinginan dan kesempatannya menuju kemandirian sebagai

(11)

7 subjek. Terdapat kesamaan pandangan dari beberapa teori yang mengemukakan tentang ciri pemberdayaan dalam menciptakan kemandirian petani. Dari beberapa teori yang dikemukakan tersebut, dapat kita ambil tiga ciri pemberdayaan yang membedakannya dengan penyuluhan, yaitu otoritas, kemandirian danswadaya.

Dalam pemberdayaan masyarakat tani pelaku utama (petani) dan pelaku usaha diupayakan untuk mempunyai otoritas, kemandirian dan keswadayaan dalam menentukan jenis, volume dan sistem usahataninya serta kegiatan-kegiatan dalam organisasi yang dibentuknya. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa sebagian besar petani yang ada sekarang telah dibentuk (bukan terbentuk) pada masa lalu dan menjadi warisan untuk para penyuluh pertanian pada masa sekarang. Hal ini menyebabkan masih banyak seorang petani yang tingkat kemandiriannya rendah dan masih tergantung pada intervensi program pemerintah (Marsuki, 2001).

Petani yang mandiri adalah seorang petani yang mampu mengambil keputusan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan para petani itu sendiri.

Kemampuan mengambil keputusan dalam setiap aspek kegiatan harus didukung oleh kemampuan para anggota petani dalam pengelolaan komponen organisasi yang ada. Kenyataan di lapangan masih banyak penyuluhan pertanian melihat tugasnya sebagai orang yang meningkatkan kemampuan petani dalam mengambil keputusan agar tujuan penyuluhan tercapai dengan memuaskan. Tetapi ada juga penyuluh pertanian yang menginginkan agar petani dapat mengambil keputusannya sendiri dalam rangka memperbaiki kehidupannya. (Deptan, 2007).

Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan

(12)

8 dari orang lain. Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. kemandirian diartikan sebagai kemampuan untuk tetap eksis atas dasar segala keterbatasan yang menyertainya. Dalam kemandirian tercermin makna keberlanjutan dan memiliki kemampuan untuk menjaga sumber daya alam. Kemandirian kelompok tani erat kaitannya dengan prinsip dasar penyuluhan pertanian. Prinsip penyuluhan pertanian adalah bekerja bersama sasaran (klien) bukan bekerja untuk sasaran.

Sasaran penyuluhan adalah kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda dan dimulai dari apa yang diketahui dan dimiliki oleh sasaran. Dalam melaksanakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan organisasi pembangunan lainnya.

Selanjutnya, informasi yang disampaikan harus dua arah dan masyarakat harus ikut dalam semua aspek kegiatan pendidikan dan penyuluhan tersebut.

Kemandirian petani adalah salah satu komponen yang mendasari penumbuhan kelompok tani dan erat kaitanya dengan pemberdayaan kelompok tani, kemandirian petani adalah kunci utama suksesnya pembangunan pertanian.

Ciri-ciri kemandirian menurut (Antonius, 2002) mengemukakan bahwa ciri-ciri mandiri adalah sebagai berikut: 1). Percaya diri, 2). Mampu bekerja sendiri, 3). Menguasai keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kerjanya, 4).

Menghargai waktu, 5). Tanggung jawab.

2.2 Pengertian Petani

(13)

9 Definisi petani seakan memiliki pengertian terbatas dalam orang yang melakukan produksi pertanian menanam komuditas tani menjual ke pasar disisi lain presfektif petani ternyata mengandung pengertian yang berbeda dan tingkah laku baik sosiologi dan ekonomi yang berbeda. Petani adalah orang yang melakukan kegiatan bercocok tanam hasil bumi atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatannya itu. Petani sebagai pengelola usahatani berarti ia harus mengambil berbagai keputusan di dalam memanfaatkan lahan yang dimiliki untuk kesejahteraan hidup keluarga. petani kecil tradisional ( Peaseant ) dan pengusaha pertanian ( farmers), peaseant dalam hal ini tidak melakukan usaha pertanian dalam artian ekonomi maksudnya ia bukanlah sebuah perusahan petanian melainkan merujuk pada rumah tangga pertanian berbeda dengan hal farmers ia mengkombinasikan faktor-faktor produksi untuk menuju laba sebagai suatu perusahan pertanian. jika dilihat dari ciri-cirinya ( Rodjak, 2006 ).

Istilah “petani” dari banyak kalangan akademis sosial akan memberikan pengertian dan defenisi yang beragam. Sosok petani ternyata mempunyai banyak dimensi sehingga berbagai kalangan member pandangan sesuai dengan cirri-ciri yang dominan. Moore mencatat tiga karakteristik petani, yaitu : subordinasi legal, kekhususan cultural dan pemilikan de facto atas tanah. Wolf memberikan istilah peasants untuk petani yang dicirikan: penduduk yang secara eksintensial terlibat dalam cocok tana dan membuat keputusan otonom tentanng proses cocok tanam (Lansberger et,al. 2004).

(14)

10 Petani adalah mereka yang sementara waktu atau tetap menguasai sebidang tanah pertanian, menguasai suatu cabang usahatani atau beberapa cabang usahatani dan mengerjakan sendiri maupun dengan tenaga bayaran. Petani adalah setiap orang baik laki-laki dan perempuan yang melakukan kegiatan mengolah tanah untuk pertanian dan mengerjakannya dalam satu kesatuan rumah tangga guna menghidupi diri sendiri dan keluarganya. Oleh karena itu dilahan tersebut petani bekerja dan menghasilkan bahan pangan untuk dikonsumsi dan dijual ke pasar.petani sangat tergantung kepada lahan pertanian yang dikerjakannya karena tanah merupakan tempat atau wadah dalam proses pembudidayaan tanaman yang sangat penting. Dalam konteks perkembangan bangsa-bangsa atau budaya sebelum industri, kebanyakan petani mempraktekkan pertanian subsistem yang kecil dengan sebuah pertanian organik sederhana, memanfaatkan rotasi tanaman, memotong dan membakar. Selanjutnya, kehidupan petani selalu berhubungan dan bahkan atau teknik lain untuk memaksimalkan efisiensi saat menemui kebutuhan rumah tangga atau masyarakat, menggunakan teknik pekerja dilapangan yang disebut buruh. Kemungkinan lain, satu yang merangsang metode-metode dengan properti atau berlawanan secara ironis. Dari skala agribisnis mungkin menjadi sebuah pertemuan petani organik untuk melihat konsumen di pasarlokal. Menurut sejarah, satu penghidupan dalam cara ini diketahui seperti seorang petani.

Petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam pada tanah pertanian. petani juga dapat dikatakan sebagai orang yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya atau memelihara ternak dengan tujuan untuk memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

(15)

11 Status kepemilikan lahan petani dalam usahatani menjadi empat, yaitu : a. Petani pemilik

Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan secara langsung mengusahakan dan menggarapnya. Semua faktor-faktor produksi, baik berupa tanah, peralatan, dan sarana produksi yang digunakan adalah milik petani sendiri.

b. Petani penyewa

Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain, dengan cara menyewa karena tidak memiliki tanah sendiri. Besarnya sewa dapat berbentuk produksi fisik atau sejumlah uang yang sudah ditentukan

sebelum penggarapan dimulai. Dalam sistem sewa, resiko usaha tani hanya ditanggung oleh penyewa. Pemilik tanah hanya menerima sewa tanahnya tanpa dipengaruhi oleh resiko usaha taninya.

c. Petani penggarap

Petani penyakap adalah petani yang mengusahakan tanah orang lain dengan sistem bagi hasil. Resiko usaha tani ditanggung bersama dengan pemilik tanah dan penyakap dalam sistem bagi hasil. Besar bagi hasil tidak sama untuk setiap daerah. Biasanya bagi hasil ini ditentukan oleh tradisi daerahnya masingmasing.

d. Buruh tani

Buruh tani adalah orang yang bekerja untuk sawah orang lain, yang nantinya akan memperoleh upah dari pemilik sawah. Hidupnya sangat bergantung pada pemilik sawah yang mempekerjakannya.

(16)

12 2.3 Budidaya Tanaman Padi

Padi termasuk jenis Oryza (Oriza sativa L.). padi merupakan salah satu tanaman terpenting dalam peradaban manusia. Padi juga merupakan tanaman berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian ini berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (cina)sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di hastinapur uttar pradesh india sekitar 100-800 SM.

Selain cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah Bangladesh utara, Burma, Thailand, Laos dan Vietnam (Anonim, 2013).

Padi dibudidayakan dengan tujuan mendapatkan hasil yang setinggi- tingginya dengan kualitas sebaik mungkin. Untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan maka tanaman yang akan ditanam harus sehat dan subur. Tanaman yang sehat ialah tanaman yang tidak mudah terserang oleh hama dan penyakit, tidak mengalami difisiensi hara, baik unsur hara yang diperlukan dalam jumlah besar maupun dalam jumlah kecil. Sedangkan tanaman yang subur ialah yang pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat, entah oleh kondisi biji atau kondisi lingkungan. Menanam padi dapat dilakukan di sawah dengan pengairan sepanjang musim dan ada juga ditanam di tanah tegalan (tanah kering). Terdapat beberapa teknik dalam melakukan budidaya tanaman padisalah satunya dengan cara sistem tanam jajar legowo. Berdasarkan balai pengkajian teknologi pertanian (2009) bahwa cara tanam jajar legowo 2:1 adalah cara berselang seling 2 baris dan satu baris dan satu baris dikosongkan. Cara ini banyak telah banyak diterapkan oleh petani karena memberikan beberapa keuntungan antara lain: (1). Semua

(17)

13 barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya member hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir), (2). Jumlah rumpun padi meningkat sampai 33% ha, (3). Meningkatkan produktivitas padi 12-22%, (4). Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah, (5). Terdapat ruang kosong untuk pengaturan air, pengumpulan keong mas untuk mina padi, (6). Penggunaan pupuk lebih efisien, (7). Dapat meningkatkan pendapatan usaha tani sampai 30-50%

Padi merupakan tanaman yang cocok ditanam di lahan tergenang, akan tetapi padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan, asal kebutuhan airnya tercukupi. Oleh karena itu, padi dapat tumbuh baik di daerah tropis maupun subtropis dengan dua jenis lahan utama, yaitu lahan basah (sawah) dan lahan kering (ladang).

Padi termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman muda yaitu tanaman yang biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya satu kali berproduksi dan setelah berproduksi akan mati atau dimatikan. Tanaman padi berakar serabut, batang yang beruas-ruas dengan tinggi 1-1,5 m tergantung pada jenisnya. Ruas batang padi berongga dan bulat, diantara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap- tiap buku terdapat sehelai daun. Bunga padi merupakan bunga telanjang dan berkelamin dua, bentuk bulir padi panjang dan ramping.

(Anonim, 2008).

iklim merupakan faktor penting untuk pertumbuhan tanaman padi.

Tanaman padi tumbuh baik di daerah berhawa panas dan tempatnya terbuka serta banyak sinar matahari, terutama padi pada masa berbunga. Temperatur optimum untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah antara 20-30 C. padi

(18)

14 memerlukan curah hujan rata-rata 200 mm/bulan atau lebih. Curah hujan yang cocok untuk padi bisa tumbuh dengan baik adalah 1500-2000 mm/tahun. Tanah yang baik untuk tanaman padi sawah adalah berstruktur lemah dan mengandung liat. Tanah lapisan atas antara 15-30 cm harus merupakan lumpur yaitu suatu struktur butir tanah yang serba sama dan dapat menahan air (AAK, 2003).

Adapun tahapan dalam budidaya khususnya padi sawah maka tahapan- tahapan dalam penanaman padi harus dilakukan dengan baik. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

1. Persiapan Bibit

Kebutuhan benih untuk lahan per ha yaitu 25 – 30 kg/ha. Bibit yang dijadikan sebagai benih termasuk faktor penentu keberhasilan pembudiyaan tanaman, penggunaan bibit yang bermutu tinggi akan dapat mengurangi resiko kegagalan usahatani (Sutopo, 2004). Dalam memproduksi bibit, perlu diperhatikan kualitas bibit antara lain kemurnian, daya kecambah, kotoran, bebas dari hama dan penyakit, serta kadar air.

2. Persemaian

Persemaian harus terlebih dahulu dilakukan sebelum tanaman padi ditanam.

Penyemaian dilakukan setelah benih mengalami proses perendaman dan pemeraman selama masing-masing 48 jam. Perendaman bertujuan untuk mendapatkan bibit yang baik dan gabah yang menyerap air yang cukup untuk kepeluan perkecambahan. Pemeraman bertujuan agar bibit dapat berkecambah.

(19)

15 Bibit yang sudah berkecambah kemudian disebar di atas lahan persemaian yang sebelumnya telah dipupuk dengan pupuk kandang dan disemprot dengan insektisida sebanyak dua kali. Umur bibit yang ditanam pada teknologi sistem tanam legowo ini adalah sekitar 10-15 hari. Hal ini memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh lebih baik dengan jumlah anakan cenderung lebih banayak.

Perakaran bibit berumur<15 hari lebih cepat beradaptasi dan lebih cepat pulih dan stress akibat dipindahkan dari persemaian kelahan pertanaman, apalagi pada kondisi tanah macak-macak dengan irigasi berselang dan diberi pupuk organik.

(Sutopo, 2004).

3. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara memperbaiki tekstur tanah untuk menciptakan kondisi tanah yang yang siap tanam. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk mempermudah atau memepercepat siklus udara dalam tanah. Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan cara dibajak atau dicangkul. Pengolahan tanah dapat mematikan gulma yang kemudian akan membusuk menjadi humus dan aerasi tanah menjadi lebih baik.

4. Penanaman

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian.Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 10-15hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5-

(20)

16 10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:a) Umurnya tidak lebih dari 15 hari, b). Tingginya kurang lebih 25 cm. d). Berdaun 5-7 helai, e). Batangnya besar dan kuat, f). Bebas dari hama dan penyakit.

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam. Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 25 x 25 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm.

Usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring. Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air.

Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi. (Anonim, 2013)

5. Pemeliharaan

Setelah penanaman, tanaman padi perlu diperhatikan secara cermat dan rutin. Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk merawat dan memberikan perlakuan terhadap suatu tanaman, Pemeliharaan terhadap tanaman padi sangat mempengaruhi terhadap produksi dan produktivitas tanaman padi,

(21)

17 pemeliharaan yang efisien dan efektif sangat bergantung pada tingkat pengetahuan petani dalam memelihara tanaman padi tersebut. Pemeliharaan padi antara lain meliputi :

A. Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Saat pengairan tanaman padi di sawah dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman. Tujuan pengairan yaitu untuk memenuhi kebutuhan air yang diperlukan tanaman dalam proses metabolisme sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi optimal.

B. Penyulaman dan penyiangan

Penyulaman bertujuan agar populasi tanaman per satuan luas tanam tidak berkurang dengan mengganti rumpun-rumpun yang mati dan dilakukan 5-7 hari setelah tanam, Penyiangan dilakukan agar tanaman utama bebas dari gulma.

Penyiangan biasanya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua dilakukan setelah padi berumur 6 minggu.Penyiangan tidak hanya dilakukan dengan mencabut gulma saja melainkan sekaligus menggemburkan tanah agar akar tanaman dapat berkembang dengan baik.

C. Pemupukan

pemupukan dasar berupa pupuk Urea sebanyak 1/3 dosis/ha, sedangkan pupuk TSP dan KCl diberikan seluruh dosis. Jadi bila dalam satu hektar sawah akan dipupuk dengan dosis 300 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl maka

(22)

18 pupuk dasar yang diberikan 100 kg Urea, 100 kg TSP, dan 100 kg KCl.

Pemupukan dilakukan dengan cara tabur. Orang yang melakukan pemupukan berada padabarisan kosong di antara 2 barisan legowo. Pupukditabur ke kiri dan ke kanan dengan merata,sehingga 1 kali jalan dapat melalukan pemupukan2 barisan legowo. Khusus cara pemupukan padalegowo 2 : 1 boleh dengan cara ditabur ditengah alur dalam barisan legowonya (Nurul,2008).

Pemupukan untuk tanaman padi perlu diberikan dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga tanaman dapat menyerap unsur hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan suatu tanaman dan untuk mengetahu tingkat kesuburan tanah yang didapatkan melalui uji tanah. Penetapan dosis pupuk berdasar uji tanah membutuhkan data status N,P,dan K tanah yang ditetapkan sebelum mulai tanam.Pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi hasil uji tanah pada lahan becocok tanam dan hasil penelitian varietas padi yang akan digunakan.

Tanaman tumbuh membutuhkan karbondioksida, mineral-mineral, air dan cahaya matahari. Pertumbuhan yang baik diperlukan hara tanaman tersebut terus menerus dan mencukupi.

Beberapa unsur hara diserap oleh tanaman dalam jumlah yang besar dan disebut sebagai unsur makro. Termasuk didalam unsur makro merupakan unsur hara yang banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen (N), phospor (P), kalium K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan sulfur (S). Suatu ciri dari unsur hara makro yaitu apabila tersedianya sangat kurang akan menunjukkan gejala kelapran dan menurunkan hasil, sedangkan dalam keadaan berlebihan tidak akan meracun tanaman atau mengurangi hasil. Makanan atau unsur hara tanaman C, H dan O

(23)

19 diperoleh dari udara, sedangkan N, P, K, Ca, Mg, dan S serta unsur hara mikro lainnya diperoleh dari tanah. Aktivitas produksi pertanian intensif pada suatu bidang tanah tertentu telah mengakibatkan penurunan kandungan hara pada tanah yang bersangkutan. Untuk mendukung produksi pertanian yang relatif tetap tinggi dibutuhkan penambahan hara tersebut melalui “pemupukan”. Pemupukan merupakan upaya penambahan kekurangan hara tanah dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat.

Memahami pemupukan bagi tanaman padi harus mengetahui umur tanaman padi terlebih dahulu sehingga tanaman tidak kelebihan dosis pupuk, kelbihan dosis suatu tanaman dapat mempengaruhi produksi dan produktivitas tanaman padi. Beberapa tahap pemberian pupuk sebagai berikut:

1. Pupuk dasar

Dosis pupuk yang digunakan pada pemupukan dasar yaitu 100 kg Urea, 50 kg Kcl. Sewaktu bibit pindah tanam, bibit perlu waktu sekitar 8-12 hari setelah tanaman atau rata-rata 10 hst untuk dapat memperkokoh perakaran. Saat inilah, sebaiknya pemupukan pertama dilakukan. Sebab pada saat itu daun dan akar tanaman padi sudah mulai berkembang, dengan demikian akan maksimal menyerap unsur hara.Jangan diberikan pada waktu 0-5 hst, sebab daun dan akar tanaman padi belum berkembang dan masih dalam kondisi stres, artinya akar belum siap menerima pupuk. Bila kita berikan akan sia-sia, apalagi kita berikan pupuk urea dalam jumlah yang tinggi. Sebab pupuk urea mudah menguap dan bersifat higroskopis. Pada waktu pemberian sebaiknya memperhatikan kondisi air (Maharani et, al. 2013).

(24)

20 2. Pupuk susulan kedua

Dosis pupuk yang digunakan untuk pupuk susulan pertama yaitu 100 kg/haDiberikan sekitar pekan ke tiga atau sekitar 21-25 hstditandai setelah para petani melakukan pengoyosan, saat inilah pemupukan dilakukan. Sewaktu pengoyosan dilakukan maka akar tanaman padi akan putus. Dengan putusnya akar, tanaman akan membentuk anakan baru. Pada kondisi ini seperti ini, tanaman dapat maksimal penyerap unsur hara yang diberikan. Dengan demikian, tanaman padi akan menghasilkan jumlah anakan yang maksimal ke depannya.(Maharani et, al. 2013).

3. Pupuk susulan ketiga

Dosis pupuk yang diberikan yaitu Urea 75 kg/ha, Kcl 75 kg. Diberikan sekitar umur tanaman mencapai pekan ke lima atau sekitar 30-40 hst. Masa ini adalah peralihan dari fase vegetatif ke generatif. Dalam kondisi ini tanaman sedang membutuhkan nutrisi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan keluarnya daun bendera atau padi bunting, artinya malai padi akan segera keluar. Pada umur tersebut adalah saat yang tepat pemupukan tahap ke-3 diberikan. Dengan demikian, tanaman padi akan menghasilkan malai yang optimal. (Maharani et, al.

2013).

D. Pengendalian hama dan penyakit

Pada pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan alat semprot atau handsprayer, posisi orang berada pada barisan kosong di antara 2 barisan legowo. Penyemprotan diarahkan ke kiri dan ke kanan dengan merata, sehingga 1 kali jalan dapat melakukan penyemprotan 2 barisan legowo.

(25)

21 Tanaman padi sering dirugikan karena adanya gangguan hama dan penyakit.

Hama yang sering menyerang tanaman padi adalah wereng, penggerek batang, walang sangit, ulat grayak, kepik hijau, tikus sawah, dan burung. Penyakit yang sering menyerang tanaman padi adalah penyakit yang umumnya disebabkan oleh jamur, bakteri, virus, dan nematoda. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan pengendalian hama dan penyakit secara terpadu.

Pengendalian ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap hama dan penyakit, melakukan penanaman serempak, melakukan pergiliran tanaman, dan penyemprotan dengan pestisida yang efektif dan bijaksana. ( Sembel, 2012 )

6. Panen

Panen merupakan tahapan akhir penanaman padi sawah. Waktu panen berpengaruh terhadap jumlah produksi, mutu gabah dan mutu beras yang akan dihasilkan. Proses pemasakan butir padi ada empat stadia yaitu stadia masak susu, stadia masak kuning, stadia masak penuh, stadia masak mati. Panen dapat dilakukan pada stadia masak kuning yaitu pada saat butir padi 95% telah menguning atau sekitar 33-36 hari setelah berbunga dan bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau. (AAK, 2003).

Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit. Caranya dengan memotong batang kira-kira 20 cm di atas permukaan tanah. Setelah panen, selanjutnya gabah dirontokkan. Perontokan dapat dilakukan dengan cara manual maupun dengan menggunakan alat. Cara manual, gabah dipukul atau dihempaskan pada bambu atau kayu. Alat perontok yang dapat digunakan antara

(26)

22 lain pedal d`an power thresher. Pembersihan dilakukan setelah gabah dirontokkan. Pembersihan dimaksudkan untuk menghilangkan benda asing, butir hampa, dan kotoran lainnya. Cara yang biasa digunakan adalah menggunakan ayak atau menampih (AAK, 2003).

2.4 Sistem Tanam Jajar Legowo

Upaya pencapaian target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian melalui Badan Pengembangan dan Penelitian telah banyak mengeluarkan rekomendasi untuk diaplikasikan oleh petani. Salah satu rekomendasi ini adalah penerapan sistem tanam yang benar dan baik melalui pengaturan jarak tanam yang dikenal dengan sistem tanam jajar legowo.

Melaksanakan usaha tanam padi ada bebarapa hal yang menjadi tantangan salah satunya yaitu bagaimana upaya ataupun cara yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi padi yang tinggi. Namun untuk mewujudkan upaya tersebut masih terkendala karena jika diperhatikan masih banyak petani yang belum mau melaksanakan anjuran sepenuhnya. Sebagai contoh dalam hal sistem tanam masih banyak petani yang bertanam tanpa jarak tanam yang beraturan.

Padahal dengan pengaturan jarak tanam yang tepat dan teknik yang benar dalam hal ini adalah sistem tanam jajar legowo maka akan diperoleh efisiensi dan efektifitas pertanaman serta memudahkan tindakan kelanjutannya.

Sistem tanam legowo merupakan sistem tanam tandur jajar dimana diantaranya barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi. Bagaimanapun juga upaya untuk

(27)

23 meningkatkan hasil panen padi per satuan luas, juga harus diiringi dengan keberlanjutan teknologi yang dikenal serta bergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pada petani. Oleh karena itu, sangat penting untuk dimengerti model dan peran dalam mempengaruhi putusan petani dalam menerapkan teknologi budidaya padi dengan sistem tanam legowo agar dapat meningkatkan pendapatan dan tingkat efisiensi ekonomi para petani lebih baik untuk menunjang kehidupannya.

Tanam jajar legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditunjukkan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknik ini merupakan perubahan dari teknik jajar tanam simestri (tandur jajar) menjadi tanam jajar “legowo”.

Lego artinya luas, dan dowo artinya memanjang, diantara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang sepanjang barisan.

Teknologi legowo merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadapatan rumpum padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah-olah rumpung padi berada dibarisan pinggir dari pertanaman yang memperoleh manfaat border effect (Nazam, 2007).

Salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan petani dari usahatani lahan sawah yang nilai produktivitasnya sudah mencapai optimal adalah dengan rekayasa teknologi system tanam legowo. Inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi padi terus dilakukan untuk mendapatkan paket teknologi yang spesifik diantaranya dengan sistem tanam legowo 2:1. Berdasarkan hasil penelitian terbukti dapat meningkatkan produksi padi. Paket teknologi yang sudah dihasilkan

(28)

24 ini tidak sepenuhnya diterapkan oleh petani, seperti pemupukan berimbang, karena sangat tergantung pada kemanpuan ekonomi, tetapi kalau komponen teknologi tersebut tidak memerlukan tambahan dana dan memberikan dana tambah, cepat diadopsi dan berkembang, (Ratna dan Wahyuni 2002).

Rekayasa teknik tanam padi dengan cara tanam jajar legowo 2:1, berdasarkan hasil penilitian terbukti dapat meningkatkan produksi padi sebesar 12-22%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas rata-rata padi dengan cara tanam legowo 2:1 dapat mencapai 5,36 t/ha atau meningkat 8,7% dibanding produksi padi dengan tandur jajar biasa (jajar tegel), yaitu 4,93 t/ha. Pada pengkajian minapadi legowo, produktivitas padi dengan cara tanam jajar legowo 2:1 tidak menurunkan produktivitas padi di banding produktivitas padi tahun sebelumnya dan masih lebih tinggi dibanding dengan cara tanam jajar biasa (Daniel,2007).

Jajar legowo (2 : 1) adalah cara tanam padi dimana setiap dua baris tanaman diselingi oleh satu barisan kosong yang memiliki jarak dua kali dari jarak tanaman antar baris sedangkan jarak tanaman dalam barisan adalah setengah kali jarak tanam antar barisan. Dengan demikian jarak tanam pada sistem jajar legowo (2 : 1) adalah 20 cm (antar barisan) x 10 cm (barisan pinggir) x 40 cm (barisan kosong). Dengan sistem jajar legowo (2 : 1) seluruh tanaman dikondisikan seolah- olah menjadi tanaman pinggir.

Modifikasi jarak tanam pada cara tanam legowo bisa dilakukan dengan berbagai pertimbangan. Secara umum, jarak tanam yang dipakai adalah 20 cm dan bisa dimodifikasi menjadi 22,5 cm atau 25 cm sesuai pertimbangan varietas padi

(29)

25 yang akan ditanam atau tingkat kesuburan tanahnya. Jarak tanam untuk padi yang sejenis dengan varietasIR-64, seperti varietas Ciherang cukup dengan jarak 20cm, sedangkan untuk varietas padi yang punyapenampilan lebih lebat dan tinggi perlu diberi jaraktanam yang lebih lebar misalnya antara 22,5 - 25 cm.Kelebihan varietas Ciherang yaitu memiliki anakan produktif terbanyak karena tahan terhadap penyakit hawar daun dan serangan wereng, menghasilkan beras yang pulen dan enak, umurnya relatif singkat, malai yang banyak serta bulirnya yang banyak pula sedangkan kelemahannya yaitu belum mempunyai gen ketahanan lestari sehingga masih mudah terserang hama wereng. (Puji,2010).

Demikian juga pada tanah yang kurang suburcukup digunakan jarak tanam 20 cm, sedangkan padatanah yang lebih subur perlu diberi jarak tanam yanglebih lebar misalnya 22,5 cm atau pada tanah yangsangat subur jarak tanamnya 25 cm.

Pemilihan ukuranjarak tanam bertujuan agar mendapat hasil yang optimal.

Tipe sistem tanam jajar legowo (2 : 1) dipilih sebagai anjuran kepada petani untuk diterapkan dalam rangka peningkatan produksi padi karena berdasarkan hasil penilitian yang telah dilakukan dengan melihat serta mempertimbangkan tingkat efisiensi dan efektifitas biaya produksi dalam penggunaan pupuk dan benih serta pengaruhnya terhadap hasil produksi tanaman padi.

Disamping itu sistem jajar legowo yang memberikan ruang yang luas (lorong) sangat cocok untuk dikombinasikan dengan pemeliharaan ikan (minapadi legowo). Implementasi sistem tanam tanam jajar legowo dalam usahatani minapadi memberikan beberapa keuntungan antara lain: terdapat uang terbuka sampai 50% diantara baris tanamam padi berumur menjelang panen.

(30)

26 Usahatani minapadi dengan menggunakan sistem jajar legowo 2 baris tersedia waktu pemeliharaan yang lebih lama (60 - 95 hari) sebaliknya pada cara tanam sistem tegal (tandur jajar) hanya dapat dipelihara sampai umur 45 hari setelah tanam padi karena pada saat itu kanopi tanaman padi sudah menutup rapat seluruh permukaan tanah sehingga ikan tidak leluasa lagi bergerak (Anonim, 2008).

Selain itu sistem tanam tersebut juga memanipulasi lokasi tanaman sehingga seolah-olah tanaman padi dibuat menjadi taping (tanaman pinggir) lebih banyak.

Seperti kita ketahui tanaman padi yang berada dipinggir akan menghasilkan produksi lebih tinggi dan kualitas gabah yang lebih baik hal ini disebabkan karena tanaman tepi akan mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak.

2.5Kerangka Pikir

Pencapaian kemandirian petani dalam budidaya padi ditentukan beberapa faktor, dan faktor yang utama adalah sumberdaya manusia petani itu sendiri.

Selain faktor utama tersebut yang tak kala pentingnya adalah informasi inovasi teknologi di bidang pertanian secara umum. Sumber informasi utama diharapkan diperoleh dari penyuluh pertanian yang merupakan komunikasi langsung, pelatihan, demplot,brosur, kemudian media massa elektronik, maupun cetak.

Selain itu didalam kerangka pikir ini akan dibahas tentang bagaimana kemandirian petanidalam melaksanakan atau mengaplikasikan dalam hal membudidayakan tanaman padi, baik itu dari tahapan persiapan benih, persemaian, pengolahan tanah dan pemupukan dasar, penanamanpadi, pemeliharan tanaman dan yang terakhir panen. Untuk lebih jelasnyadapat dilihat pada bagan kerangka pikir gambar 1 dibawah ini.

(31)

27 KERANGKA PIKIR

Gambar 1. Kerangka pikir kemandirian petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

Budidaya tanaman padi

Peningkatan kemandirian petani dengan sistem tanam jajar legowo budidaya padi

Sistem tanam jajar legowo tipe 2 : 1

Kemandirian petani

Persiapan bibit Persemaian Pengolahan Tanah

Penanaman Pemeliharaan Pemupukan

Panen

(32)

28

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, Penetapan lokasi penelitian dengan mempertimbangkan bahwa Desa Boddia merupakan salah satu daerah sentra produksi padi sawah.

Waktu penelitian dilakukan bulan juli sampai september 2015.

3.2Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini seluruh petani padi yang ada di Desa Boddia yang terdiri dari 126 orang yang menggunakan sistem jajar legowo, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 15% dari populasi atau 18 orang yang diambil secara metode acak sederhana (random sampling) teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut yang telah ditentukan(Sugiyono, 2010).

3.3 Jenis Dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif :

a. Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari kelompok tani dalam bentuk informasi baik lisan maupun tertulis, yang menggambarkan situasi langsung dalam pengembangan usaha tani padi.

(33)

29 b. Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dari instansi pemerintah dalam

bentuk angka-angka, seperti data kelompok tani 2. Sumber Data

Sumber data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder:

a. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan dari responden. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan responden melalui daftar pertanyaan ( kuesioner).

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi.

Periode waktu data ini berupa laporan data misalnya data produksi, laporan, catatan yang ada kaitannya dengan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara:

1. Observasi yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui pengamatan langsung pada petani padi di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

2. Wawancara yaitu, pengambilan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan setiap petani yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Untuk memudahkan dalam proses interview digunakan kuesioner/daftar pertanyaan yang diberikan kepada setiap petani.

3. Dokumentasi yaitu, teknik ini dilakukan melalui pencacatan data yang diperlukan baik dari responden maupun dari instansi terkait yang ada hubungannya dengan penelitian ini.

(34)

30 3.5. Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjadi permasalahan penelitian adalah dengan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dapat diartikan sebagai pemilihan pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain – lain) yang telah berlangsung pada saat penelitian untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala yang diteliti serta dikumpulkan berupa kata-kata, gambar. Data tersebut berasal dari responden, catatan lapangan, dokumen pribadi, observasi dan dokumen resmi lainnya.

Tiap variabel yang diukur terdiri dari tiga pilihan jawaban yang masing- masing bernilai skor 3 bila menjawab ya, skor 2 jika kadang-kadang, dan skor 1 bila tidak pernah, selanjutnya digunakan rumus interval masing-masing kriteria.

Jawaban responden tersebut akan akan dikategorikan kedalam beberapa katerogi menurut alternatif jawaban. Kategori variabel tersebut akan ditentukan dengan skala interval dengan rumus sebagai berikut ( Sugiyono, 2005 ).

Jawaban responden masing-masing variable dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Skor untuk kategori Tinggi : 2,34 – 3,00 2. Skor untuk kategori Sedang : 1,67 – 2,33 3. Skor untuk kategori Rendah: 1,00 – 1,66

(35)

31 3.6. Definisi Operasional

1. Kemandirian petani adalah suatu perilaku yang mampu mengambil, bertindak, dan melaksanakan sesuatu keputusan atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri dengan perkembangan dan kebutuhan para petani.

2. Petani adalah orang yang terlibat dalam kegiatan usahatani dan menetapkan keputusan atas apa yang diusahakan.

3. Budidaya tanaman padi merupakan suatu tahap atau proses pada tanaman mulai dari persemaian sampai pasca panen.

4. Padi merupakan sejenis tanaman yang berakar serabut yang sering ditanam dilahan berlumpur.

5. Sistem tanam jajar legowo adalah sistem yang diberi jarak dimana diantara barisan tanaman padi terdapat lorong kosong yang lebih lebar dan memanjang sejajar dengan barisan tanaman padi.

(36)

32 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Geografis

Desa boddia adalah desa yang merupakan letak ibu kota kecamatan Galesong yang sebagaian wilayahnya adalah dataran rendah, sebagaian persawahan dan sebagian daerah pesisir. Kondisi geokrafis Desa Boddia memiliki luas wilayah 357,00 Ha, desa boddia berbatasan langsung dengan :

a) Sebelah utara : Desa Galesong b) Sebelah selatan : Desa Bontoloe c) Sebelah timur : Pattinoang d) Sebelah barat : Selat Makassar

Jarak desa boddia dengan ibu kota kecamatan berbatasan langsung di sebelah utara, jarak antara ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten adalah

± 35 km, sedangkan jarak antara ibu kota kabupaten dengan ibu kota propinsi adalah ± 65 km.

Secara administratif, Desa Boddia memiliki lingkungan, yaitu: lingkungan manjalling, lingkungan bura’ne, lingkungan Paramboddong, lingkungan Tarembang dan lingkungan Boddia.

4.2. Keadaan Iklim Dan Tanah

Kondisi topografi wilayah Kecamatan Galesong pada umumnya dataran rendah dengan ketinggian ± 50 meter diatas permukaan permukaan air laut.

Kecamatan galesong beriklim tropis sehingga memiliki dua jenis musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim kemarau terjadi pada bulan April-

(37)

33 September dan musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Maret. Suhu udara rata- rata 32ºC dengan curah hujan rata-rata mencapai 142 mm/bln. Tanah terdiri atas dua jenis yaitu alluvial dan latosol pembentukannya terdiri dari endapan liat berpasir yang berwarna kelabu serta alluvialyang terdapat disepanjang pesisir pantai dengan pH tanah berkisar antara 5-5,5 ( Badan Pusat Statistik Kabupaten Takalar, 2012).

4.3. Kondisi Demografis

Penduduk adalah banyaknya orang bertempat tinggal pada suatu daerah tertentu. Berikut adalah jumlah penduduk di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar tahun 2015 terlihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Lingkungan Di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

No Lingkungan Laki-Laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah Jumlah KK 1.

2.

3.

4.

5.

Boddia Manjalling Paramboddong Bura’ne

Tarembang

637 589 405 413 321

629 615 371 391 330

1266 1204 776 804 650

328 323 216 232 161

Total 2.365 2.336 4.700 1.260

Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014

Desa Boddia berpenduduk sebanyak 4.700 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 2.365 jiwa dan perempuan sebanyak 2.336 jiwa dengan jumlah keseluruhan KK yang ada di Desa Boddia sebanyak 1.260 KK.

(38)

34 Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak menurut lingkungan ada pada lingkungan Boddia sebanyak 1.204 yang terdiri dari laki-laki sebanyak 637 jiwa dan perempuan sebanyak 629 jiwa dengan jumlah 1.260 KK.

4.3.1Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pembangunan pendidikan dititik beratkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai pada perguruan tinggi. Upaya penigkatan pendidikan yang ingin dicapai tersebut agar menghasilkan manusia yang berkualitas, sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksudkan agar penduduk usai sekolah setiap tahunnya mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk.

Tingkat pendidikan di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar umunya meratadari tingkat pendidikan rendah sampai tingkat pendidikan tinggi. Hal ini disebabkan karena banyak diantara mereka yang menyadari betapa pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk lebih jelasnnya table 3 berikut ini akan diuraikan komposisi tingkat pendidikan penduduk Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar secara rinci.

(39)

35 Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Boddia

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Tidak Sekolah Belum Tamat SD TK

SD SMP SMA D3 S1 S2

620 275 41 385 250 75 52 20 3

36,02 15,97 2,38 22,37 14,52 4,35 3,02 1,16 0,17

Jumlah 1.721 100,00

Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dengan Persentase Teebesar adalah 36,02 % yaitu tidak sekolah sedangkan persentase terkecil adalah 0,17 % yaitu tingkat pendidikan S2.

Kondisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan tersebut pada dasarnya masih tergolong rendah, karena umumnya masih banyak penduduk tidak sekolah.

Minimnya tingkat pendidikan di desa boddia disebabkan karena keterbatas biaya.

4.3.2Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat, dimana umunya penduduk di Desa Boddia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka senantiasa melaksanakan berbagai aktivitas, baik sector pertanian, perikanan, industri kecil maupun jasa. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keadaan penduduk berdasarkan mata pencaharian penduduk di Desa Boddia dapat dilihat pada table 4 berikut.

(40)

36 Tabel 4. Jumlah penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Boddia

Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar

No Jenis Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

Petani Buruh Tani Nelayan Pedagang Pengusaha Karyawan Pengrajin Montir PNS

TNI/POLRI Buruh Bangunan Tukang Batu

375 210 345 89 15 45 25 7 53 20 42 55

29,27 16,39 26,93 6,94 1,17 3,51 1,95 0,54 4,13 1,56 3,27 4,29

Jumlah 1.281 100

Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014

Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis mata pencaharian penduduk di Desa Boddia yaitu pada sektor pertanian mencapai 375 orang dari total penduduk atau setara dengan 29,27 % . hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan penduduk di desa boddia mengandalkan sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

4.4 Sarana Dan Prasarana

Sarana adalah alat yang dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan prasarana adalah jembatan untuk menuju ketingkat sarana. Aktivitas dan kegiatas suatu desa tergantung dari sarana dan prasarananya. Oleh sebab itu, sarana dan prasarana social ekonomi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam bidang pembangunan di suatu desa. Untuk lebih jelasnya sarana dan prasarana yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

(41)

37 Tabel 5 . Jumlah Sarana Dan Prasarana Yang Ada Di Desa Boddia Kecamatan

Galesong Kabupaten Takalar

No Jenis Sarana Dan Prasarana Jumlah (Buah) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

Traktor candu

penggiling padi penyemprot/sprayer Pompa Air

TK SD SMP SMK

Kantor Desa Kantor Danramil Kantor Camat Perkuburan Mesjid

37 2 9 31 42 1 3 2 1 1 1 1 5 7

25,87 1.39 6,29 21,67 29,37 0,69 2,09 1,39 0,69 0,69 0,69 0,69 3,49 4,89

Jumlah 143 100

Sumber : Data sekunder Desa Boddia, 2014

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar terdiri dari sarana dan prasarana berkaitan dengan fasilitas yang ada. Sehingga jumlah jenis sarana dan prasarana di Desa Boddia merupakan salah satu faktor pendukung bagi masyarakat yang ikut dalam membangun pertanian.

4.5 Kondisi Pertanian

Pertanian dalam pengertian luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemnafaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia, dalam arti sempit pertanian juga diartikan juga sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu.

(42)

38 Semua kegiatan petanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan dasar-dasar yang sama akan pengelolaan tempat usaha. Dua ciri penting pertanian selalu melibatkan barang dalam volume besar dan proses produksi memliki resiko yang cukup tinggi.

Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana tanaman pangan yang dihasilkan menjadi kebutuhan hidup masyarakat. Kabupaten takalar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi yang cukup baik bagi perkembangan tanaman pangan, hortikultur dan agro industri.

4.5.1.Luas Lahan Pertanian

Kecenderungan penggunaan lahan di setiap daerah berbeda, spesifikasi pemanfaatan lahan lebih banyak ditentukan oleh tingkat daya dukung lahan dan sangat tergantung pada tingkat pengetahuan manusia, serta dapat pula disebabkan oleh orientasi sosial masyarakat. Pola penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

Tabel 6. Pola Penggunaan Lahan Pertanian di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2015

No Jenis Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1.

2.

Sawah

 Tadah Hujan

 Irigasi Teknis Ladang

136,10 18

1,5

87,46 11,56 0,96

Jumlah 155,6 100

Sumber : Data Sekunder Desa Boddia, 2014

Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa desa boddia termasuk wilayah yang berpotensi dalam pengembangan bidang pertanian karena memiliki luas lahan tadah hujan seluas 136,10 Ha atau Setara dengan 87,46 %.

(43)

39 Dengan kondisi wilayah yang mendukung untuk pertanian khususnya untuk tanaman pangan baik di lahan tadah hujan, irigasi tehnis atau lading maka perlu pengembangan lebih lanjut guna untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dengan mengadopsi inovasi baru yang dinilai dapat memberikan keuntungan.

Dengan memperhatikan alokasi tata guna lahan yang ada, maka kabupaten takalar terkhusus di desa boddia berpotensi untuk mengembangkan komoditas tanaman pangan (padi) karena memiliki luas lahan yang relatif luas.

4.5.2 Kelembagaan Petani

Kelembagaan petani merupakan lembaga yang ditumbuh kembangkan dari, oleh dan untuk petani guna memperkuat kerjasama dalam meperjuangkan kepentingan petani dalam bentuk kelompok tani (Poktan) dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Selain itu, kelompok tani dengan lembaga petani mempunyai peran penting dan strategis dalam pertumbuhan ekonomi diwilayah pedesaan.

Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar mempunyai satu orang penyuluh pertanian lapangan (PPL) dan satu orang babingsa sebagai pendamping penyuluh dan Sembilan kelompok tani dimana setiap kelompok tani berjumlah 25 anggota.

(44)

40 V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden

Petani adalah setiap orang yang melaukan usaha untukmemenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dibidang pertanian dalam arti luas meliputi usahatani pertanian, peternakan (termasuk penangkapan ikan), dan penmungutan hasil laut.

Identitas responden menggambarkan suatu kondisi atau keadaan serta status dari responden tersebut. Identitas seseorang responden dapat memberikan informasi tentang keadaan usaha taninya, terutama kemandirian petani dalambudidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo. Informasi-informasi mengenai identitas responden sangat penting untuk diketahui karena merupakan salah satu hal yang dapat memperlancar proses penelitian. Berikut ini identitas responden yang berhasil dikumpulkan di lapangan.

5.1.1.Umur Responden

Umur atau yang biasa disebut usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu nakhluk atau benda, baik dalam keadaan hidup maupun mati. Umur sangat berpengaruh dalam aktivitas dan pekerjaan seseorang, begitu juga dalam melakukan aktivitas tani, umumnya umur mempengaruhi kekuatan fisik dan pola fikir seseorang.

Pada umunya petani yang berusia lebih muda memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat dibanding petani yang telah berusia lanjut dan tua, (Anonim , 2013). Umur sangat mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-

(45)

41 hari, serta berhubungan dengan ketahanan fisik tubuhnya, pengalaman dalam bekerja dan pengalaman dalam berfikir. Pada umumnya seseorang yang berusia muda dan sehat mempunyai ketahanan fisik yang lebih besar dan kuat jika dibanding dengan seseorang yang usianya sudah tua, tapi jika dilihat dari aspek pengalaman yang lebih tua mempunyai pengalaman lebih banyak dan hal ini sangat berpengaruh terhadapar pola pikir seseorang (Patong, 2006).

Responden yang diamati dalam penelitian ini adalah Petani yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar. Berikut umur responden petani dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasaran Tingkat Umur, di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar 2015.

No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

27-34 35-42 43-50 51-58 59-66

9 4 2 - 3

50 22,22 11,12

- 16,66

Jumlah 18 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Berdasarkan Tabel 7 di atas, terlihat bahwa umur responden 27 - 34 tahun sebanyak 9 orang atau 50%, kemudian Petani yang berumur 35 - 42 sebanyak 4 orang atau 22,22 %, yang berumur 43 - 50 tahun sebanyak 2 orang atau 11,12%, sedangkan yang berumur 51 - 58 tidak ada, dan terakhir yang berumur 59 - 66 sebanyak 3 orang atau 16,66 % Jadi persentase yang paling tertinggi adalah umur 27 - 34 tahun sebanyak 9 orang atau 50 % sedangkan persentase yang terendahadalah umur 51 - 58. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam

(46)

42 penelitian ini memiliki usia yang berbeda-beda, sehingga petani dapat menerima pengetahuan dan informasi tentang kemandirian petani dalam budidaya padi dengan sistem tanam jajar legowo pada tanaman padi.

5.1.2.Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden sangat mempengaruhi cara berfikir serta bertindak dalam pengambilan keputusan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya. Secara umum tingkat pendidikan yang lebih tinggi yang ditunjang berbagai pengalaman akan dapat mempengaruhi pula peningkatan peningkatan dalam memperoleh hidup yang layak. Pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi cara berfikir yang lebih agresif, mudah memahami dan menerima inovasi baru serta terbuka dalam menerima perubahan.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan patong (2004), bahwa Pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi car berfikir seseorang. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan seseorang lebih dinamis dalam menerima teknologi baru. Semakin koopertif petani dalam menerima dan menerapkan inovasi atau teknologi baru, maka secara langsung akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi usahatani.

Menyangkut tingkat pendidikan responden, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani responden terbagi atas tiga, yaitu SD, SMP, dan SMA . Karakteristik tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 9.

(47)

43 Tabel 8. Tingkat Pendidikan Responden di Desa Boddia Kecamatan Galesong

Kabupaten Takalar, 2015.

No Tingkat Pendidikan Jumlah Reponden (Orang)

Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

Tidak Sekolah SD SMP SMA

3 6 5 4

16,66 33,34 27,77 22,23

Jumlah 18 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Tabel 8 di atas, menunjukkan bahwa petani responden yang memiliki pendidikan rendah. Dimana 6 orang atau 33,34% dari total jumlah responden mempunyai tingkat pendidikan Sekolah Dasar, SMP/sederajat sebanyak 5 orang atau 27,77 % dan SMA/sederajat sebanyak 4 orang atau 22,23% bahkan diantaranya ada yang tidak pernah sekolah sebanyak 3 orang atau 16,66% .

Melihat pemaparan berdasarkan tingkat pendidikan responden diatas pada tabel 8, bahwa responden mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pengetahuan lebih luas dalam menerima informasi teknologi lebih cepat dibanding dengan responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun pendidikan formal bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan petani tahu, mampu dan menerapkan teknologi tetapi sangat bergantung pada tingkat kemandirian petani tersebut dalam mengelolah usahataninya, luas lahan dan jumlah tanggungan keluarga yang memaksa petani responden untuk berupaya dalam meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya.

(48)

44 5.1.3.Jumlah Tanggungan Keluarga Responden

Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu potensi sumberdaya manusia yang dapat menunjang kegiatan usahatani namun dapat pula menjadi beban ekonomi dari kepala keluarga yang bersangkutan jika memiliki sumber daya modal dan lahan yang terbatas, untuk memanfaatkan sumber daya manusia tersebut secara produktif. Hal ini berakibat pada rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga, karena disatu sisi sumber pendapatan yang terbatas sebagai akibat dari keterbatasan kepemilikan sumberdaya, dan disisi lain anggota keluarga yang ditanggung jumlahnya besar berimplikasi pada besarnya pula biaya untuk menuhi kebutuhan hidupnya.

Penggambaran tentang jumlah anggota keluarga petani bertujuan untuk melihat seberapa besar tanggungan keluarga tersebut. Keluarga petani terdiri dari petani itu sendiri sebagai kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya yang berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Sebahagian besar petani yang ada di Desa Boddia Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar menggunakan tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sendiri yang secara tidak langsung merupakan tanggungjawab kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tanggungan keluarga petani responden dapat disajikan pada tabel 10 berikut ini.

(49)

45 Tabel 9. Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa

BoddiaKecamatan Galesong Kabupaten Takalar, 2015.

No Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)

Jumlah Responden (Orang)

Persentase (%) 1.

2.

3.

1 – 2 3 - 4 5 – 6

4 10

4

22,22 55,56 22,22

Jumlah 18 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Tabel 9 diatas menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden antara 1-2 sebanyak 4 orang atau 22,22%, kemudian 3-4 sebanyak 10 orang atau 55,55%, dan 5-6 orang sebanyak 4 orang atau 22,22%, jumlah tanggungan keluarga paling banyak adalah 3-4 yaitu 10 orang atau 55,56%. Keadaan demikian sangat mempengaruhi terhadap tingkat kemandirian petani untuk mensejahterahkan keluarganya dan untuk meningkatkan produksi dalam memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, seorang petani dengan beban tanggungan keluarga yang cukup besar, akan selalu berupaya memaksimalkan kegiatan usahataninya untuk mendapatkan produksi tinggi yang berdampak pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuia dengan pendapat mubyanto (2005), menyatakan bahwa berusahatani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri atas ayah sebagai kepala rumah tangga, istri dan anak. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani memegang peranan penting dan merupakan sumbangan keluarga pada produksi secara keseluruhan.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi kode RDF yang tidak menggunakan node kosong misalnya pada contoh RDF Standar, maka pencarian informasi dapat dilakukan cukup dengan menggunakan kueri

Hipotesis kesembilan dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah sebagai berikut: hipotesis kesembilan : diduga intervensi motivasi kerja dapat menambah

Hasil panen umbi-umbian lokal seperti singkong (ubi kayu), ubi jalar, kacang tanah, kimpul atau talas, gadung, garut, ganyong, uwi dan gembili biasanya dikonsumsi

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran video animasi berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA anak tunalaras kelas IV di SLB E

Kebijakan pemantapan jaringan pengendalian bencana pesisir dan pulau- pulau kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf g dilakukan dengan upaya pengelolaan dan

1. Angket yang sudah dikumpulkan dikelompokkan sesuai kelompoknya dan diteliti sesuai jumlah serta fisiknya bisa dibaca dan jelas, sedangkan yang bermasalah ditindak lanjut

Optimasi WAAS Appliance belum berjalan dengan benar jika nilai pada kolom ini berupa class-default dan sebaliknya jika nilainya berupa nama dari rules yang telah

Dari penjelasan di atas maka dapat di uraikan bahwa perbandingan bahan baku dengan output yang dihasilkan (faktor konversi) pada pembuatan tepung tapioka lebih