TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ALAT KONTRASEPSI SECARA BEBAS DI ALFAMART JEMBATAN MAS
KABUPATEN BATANGHARI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1)
Dalam Prodi Hukum Ekonomi Syariah Pada Fakultas Syariah
Oleh :
AMELIA AGUSTIN 104170234
Pembimbing Drs. A. FARUK, M.A DIAN MUSTIKA, S.H.I.,M.A
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
1443 H / 2021 M
ii
PERNYATAAN KEASLIAN Yang bertada tangan dibawah ini :
Nama : Amelia Agustin
Nim : 104170234
Jurusan : Hukum Ekonomi Syariah Fakultas : Syariah
Alamat : Desa Tebing Tinggi, RT. 8, Lorong Dusum Tua
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul : “Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari” Adalah hasil karya pribadi yang tidak mengandung unsur plagiarisme dan tidak berisi materi yang tidak di publikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang di benarkan secara ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung jawapkan sesuai dengan hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, September 2021
Amelia Agustin NIM : 104170234
iii Pembimbing I : Drs. A. FARUK, M.A
Pembimbing II : DIAN MUSTIKA, S.H.I.,M.A Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Tel. (0741) 582021
Jambi, September 2021 Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi Di- Jambi
PESETUJUAN PEMBIMBING Assalamualaikum Wr, Wb.
Setelah memebaca dan mengadakan perbaikan sepenunya, maka skripsi saudara Amelia Agustin, 104170234 yang berjudul: Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari Telah disetujui dan dapat diajukan untuk dimunakasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam program studi Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
iv
Drs. A. Faruk, M.A Dian Mustika, S.H.I.,M.A NIP. 196311151992031002 NIP. 198306222011012012
v MOTTO
اَرَت ْنَع ًةَراَجِت َنوُكَت ْنَأ َّلَِإ ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَأ اوُلُكْأَت َلَ اوُنَمَآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي َلََو ْمُكْنِم ٍض
اًميِحَر ْمُكِب َناَك َ َّاللَّ َّنِإ ْمُكَسُفْنَأ اوُلُتْقَت– ءاسنلا:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu ; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” (An-Nisaa : 29)
vi
PERSEMBAHAN
UCAPAN TERIMAKASIH AMELIA AGUSTIN KEPADA:
Allah SWT yang selalu melimpahkan dan memberikan kemudahan, Rahmat serta rizki-Nya sehingga Ananda AMELIA AGUSTIN dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Buat keluargaku yang tercinta: Ayahanda Ansar Bustami dan Uliyah Anggi Putri terimakasih banyak telah mendidik dan mengasuh Ananda dengan penuh kasih sayang, serta do’a dan perjuangan yang
tidak pernah kenal lelah selama ini, agar ananda menjadi anak yang berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa dan dapat meraih cita-cita.
Untuk sahabatku yang selalu mensupport Tok, Rosalina, Nofianto, Tasya, Anggi dan Putri
Tidak lupa teman-teman sahabat seperjuangan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu (Program Studi Hukum Ekonomi Syariah Angkatan 2017), serta orang yang selalu ada menjadi penyemangat,
menemani dari awal semester pertama hingga akhir dan seluruh teman-teman sahabat UIN STS Jambi.
Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang. Aammiin
vii ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang: Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari, Pada tataran kesadaran pelaku remaja dan anak-anak mereka berada pada kondisi kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya free sex yang semakin tidak terkendali, sebagaimana yang dikhawatirkan oleh masyarakat. Apalagi penjualan kondom di Alfamart dijual secara bebasKondom sebagai salah satu alat kontrasepsi dijual bebas, di Alfamart sebagai satu diantara tempat penjualan tersebut. Hal ini menjadi problematika ketika terjadi penyalahgunaan, Ingin mengetahui praktek jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas, Ingin mengetahui respon masyarakat terhadap jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas, Ingin mengetahui tinjaun hukum Islam terhadap praktek jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas, Jenis penelitian ini adalah penelitian Yuridis empiris yang menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tahapan penyaringan data, penyajian data, kesimpulan data, Hasil penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan SOP dan tidak ada pengawasan (1) penjualan kondom di Alfamart dan Indomaret dilakukan secara bebas. (2) jual beli kondom di perbolehkan karena kondom bukan barang yang haram, yang menjadikan haram yaitu perbuatan atau penyalahgunaan si pembeli itu sendiri yaitu di gunakan untuk pasangan yang belum sah sesuai dengan hukum agama dan hukum positif, artinya penjualan kondom tersebut sah saja jika dilihat dari segi akad tergantung individu, dan iman orang itu saja.
KATA KUNCI : Jual Beli, Alat Kontrasesi, Alfamart, Hukum Islam
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.
Skripsi ini Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari merupakan kajian baru pada Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari’
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit terdapat hambatan dan rintangan yang dihadapi dan yang penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, teutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof Dr. H. Su’aidi Asy’ari, MA, Ph.D sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti, S.Ag, M.H, Sebagai Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Agus Salim, S.Th.I., M.IR Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
ix
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H, M. Hum., Sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, M.Hum, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
6. Dr. Rasito, S.H., M.H dan Pidayan Sasnifa, S.H., M.Sy Sebagai Kajur dan Senjur Fakultas Syariah Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Drs. A. Faruk, M.A dan Dian Mustika, S.H.I.,M.ASebagai Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Kariawan /Kariawati Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik langsung dan tidak langsung.
Disampin itu , didasari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karen itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberkan kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kapada Allah SWT kita memohon apunan- Nya dan kepada manusia kita mohon manfaatnya. Semoga amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, September 2021
Penulis
Amelia Agustin 10417023
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAS... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Batasan Masalah ... 6
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6
E. Kerangka Teori ... 7
F. Tinjauan Pustaka ... 12
G. Metode Penelitian ... 15
H. Sistim Matika Penulisan ... 21
BAB II HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI ALAT KONTRASEPSI SECARA BEBAS A. Pengertian Dasar Hukum Jual Beli Alat Kontrasepsi ... 26
xi
B. Jual Beli Dalam Isalam ... 26
C. Rukun dan Syarat Jual-Beli ... 29
D. Macam-Macam Jual Beli ... 31
E. Akat Jual Beli ... 32
F. Penjualan ... 33
G. Jual Beli Secara Bebas ... 35
H. Alat Kontrasepsi ... 35
I. Macam-Macam Alat Kontrasepsi ... 36
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Alfamart ... 39
B. Visi dan Misi Alfamart ... 40
C. Struktur Organisasi Perusahaan ... 41
D. Profil Kabupaten Batanghari ... 53
BAB IV PEMBAHASAN A. Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas di Alfamart Jembatan Mas ... 55
B. Respon Masyarakat Terhadap Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas ... 57
C. Tinjau Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Kontrasepsi Secara Bebas di Alfamart Jembatan Mas ... 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 61
xii
B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1.1 ... 45
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan manusia saling tolong menolong disadari atau tidak, karena manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Hal ini disebabkan karena pada suatu saat seseorang memiliki sesuatu yang dibutuhkan orang lain, sehingga terjadilah hubungan saling memberi dan menerima, menciptakan sesuatu interaksi sosial.
Interaksi sosial sesama manusia membentuk berbagai aktifitas seperti aktifitas ekonomi, sosial, politik maupun aktifitas keagamaan. Dalam Islam aktifitas antarmanusia disebut dengan mu’amalah. Mu’amalah bukan hanya mencakup interaksi bisnis dengan segala konsekuensinya, melainkan interaksi sosial kemasyarakatan.1
Dalam menjalani aktifitas sebagai makhluk sosial manusia sering kali dihadapkan dengan berbagai masalah tersebut timbul karena dua faktor yakni, faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal timbul dalam individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal dapat timbul dari bagaimana keadaan lingkungan individu tersebut. Contoh masalah sosial yang terjadi dan cukup meresahkan didalam masyarakat adalah mengenai pergaulan bebas.
Pakar Seks juga spesialis Obstentri dan Genekologi Boyke Dian Nugraha di Jakarta mengungkapkan dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan
1 Syamsul Hilal “Urgemsi Qawa’id Al Fiqhiyyah Dalam Pengembangan Ekonomi Islam, jumal al adalah V01 X, No. 1 Sekolah Pasca Sarjana HIN Syarif, hlm,106
hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar 5% pada tahun 1980-an menjadi 20% pada tahun 2000 kisaran angka tersebut, kata Boyke dikumpulkan dariberbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu, Banjarmasin, bahkan Palu Sulawesi Tengah, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks bebas mencapai 29,9%
sementara penelitian yang dilakukan oleh Boyke sendiri tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang di klinik pasutri.2
Perkembangan zaman dan tekhnologi menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyimpangan sosial ini, seperti media sosial yang banyak bermuatan konten pornografi, film-film yang terlalu vulgar untuk di tonton dan lain-lain, namun apabila faktor tersebut tidak di pengaruhi oleh lingkungan dan keadaan sosial yang mendukung maka perbuatan penyimpangan sosial ini pasti dapat diminimalisir. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh besar terhadap tindakan-tindakan penyimpangan sosial ini adalah dijualnya alat kontrasepsi kondom secara bebas.
Seks bebas dan alat kontrasepsi kondom memiliki hubungan yang saling berkaitan, seperti yang diketahui bahwa kondom adalah salah satu alat yang efektif untuk mencegah kehamilan sehingga dapat dengan mudah di salah gunakan apabila dijual belikan secara bebas.
Dalam jurnal ilmu kesehatan masyarakat yang berjudul Determina Penggunaan Kondom pada Hubungan Seksual pertama kali oleh remaja belum menikah di Indonesia (Analisis Data SDKI krr 2012) Yunis Adillah dkk yang
2 Siti SUhaida, dkk. “Pergaulan Bebas Di Kalangan Pelajar Studi Kasus Di Desa Mesaloka Kecamatan Kepulauan Masaloka Raya Kabupaten Bamabana”, Jurnal Neo Societa Vol.
III No. 2, Sulawesi Tenggara, 2018, hlm.426
diterbitkan tahun 2017, menjelaskan bahwa penggunaan kondom pada saat hubungan seskaual pertama kali oleh remaja belum menikah di Indonesia adalah 24,7% dari keseluruhan responden yang melakukan hubungan seksual. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status ekonomi akses informasi dan pengetahuan dengan penggunaan kondom pada saat pertama kali oleh remaja belum menikah di Indonesia. Status ekonomi merupakan faktor yang paling mempengaruhi penggunaan kondom pada saat melakukan hubungan seksual pertama kali oleh remaja belum menikah, sehingga alat kontrasepsi kondom menjadi sebuah sarana atau alat yang murah dan efisien untuk melakukan perbuatan tersebut dengan aman.3
Dalam laman Media berita online Geotimes.co.id dijelaskan bahwa Walikota Surabaya Tri Rismaharini melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian melalui surat edaran bernomor 510/1353/436,611/2015 memutuskan untuk membatasi dan melarang mini market dan swalayan menjual alat kontrasepsi kepada pembeli yang belum menikah di Kota Surabaya. Dalam laman tersebut juga menjelaskan di Surabaya, Studi BKKBN menemukan 54% remaja putri sudah tak perawan, di Medan (52%) Bandung 47% dan Yogyakarta 37% mereka kehilangan kegadisannya karena telah melakukan hubungan seks pra nikah dengan menggunakan alat kontrasepsi kondom untuk mencegah kehamilan dengan membatasi ruang gerak penjualan kondom di minimarket dan toko swalayan.
3 Yunis Adillah, dkk. 2007 “Determina Penggunaan Kondom pada Hubungan Seksual Pertama kali oleh Remaja Belum Menikah di Indonesia.” www.jikm.ac.id.index.php
Sebelum munculnya alat kontrasepsi kondom di masa Rasulullah SAW telah terjadi suatu tindakan menghindari kehamilan dengan cara alami yang dilakukan oleh para sahabat dan biasa disebut ‘Azl. “Azl adalah mengeluarkan sperma laki-laki di luar vagina wanita dengan bertujuan mencegah kehamilan sebagaimana disebutkan dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda.
Sebagaimana yang telah dikutip oleh Samsul Hilal, dalam jurnal yang berjudul Kontrasepsi dalam kajian Islam. Syaikh Abu Muhammad bin Shahih bin Hasbullah mengatakan bahwa termasuk ‘Azl adalah alat atau segala macam sarana yang digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan dalam waktu tertentu. Baik itu berupa pil atau yang lainnya. Dapat disimpulkan bahwa kontrasepsi maupun alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah suatu kehamilan diperbolehkan dalam Islam bagi pasangan suami istri yang sah, bertujuan untuk mencegah kehamilkan dan mengontrol jumlah keturunan.
Permasalahan sosial terkait praktik jual beli alat kontrasepsi kondom secara bebas dalam masyarakat menimbulkan keganjilan yang belum menemui titik terang, apakah jual beli ini diperbolehkan atau tidak dalam syariat Islam.
Masalah ini timbul ketika barang yang diperjualbelikan digunakan untuk melakukan perbuatan yang melanggar syariat Islam karena diperjualbelikan secara bebas, tanpa adanya batasan khusus untuk pembeli barang tersebut.
Dalam perspektif hukum Islam, khususnya hukum Ekonomi Syariah permasalahan ini dapat ditinjau dengan salah satu metode istinbath fiqh yakni Sadid A-Zari’ah. Sadd Al Zari’ah secara terminology adalah melaksanakan sesuatu pekerjaan yang semula mengandung kemaslahatan menuju pada suatu
kerusakan (kemafsadatan).4 Maksudnya adalah seseorang melakukan suatu pekerjaan yang pada dasarnya diperbolehkan dan mengandung kemaslahatan namun tujuan yang akan tercapai berakhir dengan sesuatu yang mengandung kemudaratan bagi kehidupan.
Sama halnya dengan praktik jual beli alat kontraspesi kondom yang dilakukan di Minimarket Maupun apotik secara bebas. Terkait dengan praktik pada umumnya, peneliti telah melakukan wawancara tentang kebebasan jual beli kondom ini. Menurut Roni, Calyo dan Anisa selaku masyarakat yang memasarkan kondom di minimarket dan apotik.
Beberapa pembeli yang belum menikah, ketika ditanyakan penggunaan kondom itu, mereka mengatakan “ah kaya enggak tau aja”. Jawaban ini menambah keyakinan penulis terhadap dugaan penyalahgunaan kondom tersebut.
Pada tataran kesadaran pelaku remaja dan anak-anak mereka berada pada kondisi kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap bahaya free sex yang semakin tidak terkendali, sebagaimana yang dikhawatirkan oleh masyarakat. Apalagi penjualan kondom di Alfamart dijual secara bebas yang ditempatkan di etalase penjualan yang mudah sekali dijangkau dari meja kasir penjualan oleh pembeli.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari.
4 Muaidi, “Saddu Al-Dzari’ah dalam Hukum Islam “Jurnal Hukum Ekonomi Syariah dan Ahwal Syahsiyah, Vol. 1. No. 2. IAIN QuatulHuda Bagu, Bagu Lombok Tengah, 2016, hlm. 38
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimana praktek jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas?
2. Bagaimana respon masyarakat terhadap jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas?
3. Bagaimana tinjau hukum Islam terhadap praktek jual beli kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas?
C. Batasan Masalah
Untuk lebih terarahnya pembahasan penelitian ini maka penulis membatasi pembahasan disekitar hal-hal yang berkaitan dengan jual beli kontrasepsi terhadap orang yang belum menikah ditinjau dari Hukum Islam di Alfamat Kelurahan Jembatan Mas.
D. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian diantaranya :
1. Ingin mengetahui praktek jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas.
2. Ingin mengetahui respon masyarakat terhadap jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas.
3. Ingin mengetahui tinjaun hukum Islam terhadap praktek jual beli alat kontrasepsi secara bebas di Alfamart Jembatan Mas.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Peneliti ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa, pemerintah maupun masyarakat umum mengenai jualbeli alat kontrasepsi terhadap orang yang belum menikah ditinjau dari Hukum Islam.
2. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti sehingga hasil penelitiannya dapat memberikan masukan dan pemikiran serta menambah pengetahuan mengenai jual beli alat kontrasepsi kondom ditinjau dari Hukum Islam.
3. Memberikan masukan pemikiran kepada pihak yang terkait langsung dengan objek penelitian penjualan kondom secara bebas.
E. Kerangka Teori
Kajian teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan dan cara menggunakan teori itu sebagai alat analisis data penelitian. Teori-teori tersebut seharusnya berasal dari teori-teori yang sudah populer.
1. Hukum Islam
Ulama Ushul berpendapat bahwa hukum islam merupakan tata cara hidup mengenai doktrin syariat dengan perbuatan yang diperintahkan maupun yang dilarang. Pendapat tersebut jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh ulama fiqih, yang mengatakan bahwa hukum Islam merupakan segala perbuatan yang harus dkerjakan menurut syariat Islam.
Sedangkan Hasby A. S menyatakan dalam pendapatnya mengenai hukum Islam ialah segala daya upaya yang dilakuakan oleh seoarang muslim dengan mengikutsertakan sebuah syariat Islam yang ada. Dalam hal ini Hasby juga
menjelaskan bahwasannya hukum Islam akan tetap hidup sesuai dengan undang- undang yang ada.5
Menurut Amir Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk semua yang beragama islam.6
Dari beberapa pendapat para ahli dapat dipahami hukum Islam adalah tata cara hidup mengenai doktrin syariat dengan perbuatan yang diperintahkan maupun yang dilarang, ialah segala daya upaya yang dilakuakan oleh seoarang muslim dengan mengikutsertakan sebuah syariat Islam yang ada peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia.
2. Jual Beli dalam Islam
Imam Taqiyuddin mendefinisikan jual beli adalah tukar menukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul dengan cara yang sesuai dengan Islam.7
Dalam pengertian istilah syara‟ terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab, yakni :
a. Hanafiah, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, dalam buku Ahmad Wardi Muslich yang berjudul Fiqh Muamalat menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti, pertama arti khusus: jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar-menukar barang dengan
5 https://tesishukum.com/pengertian-hukum-islam-menurut-para-ahli/15,Agustus,2021.
6 Kutbuddin Aibak, “Otoritas dalam Hukum Islam (Telaah Pemikiran Khaled M. Abou El Fadl)”. Disertasi. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hlm. 94
7 Imam Taqiyyudin Aby Bakrin Muhammad Al Husaain, Kifayatul Akhyar, Juzz II, Bandung: CV. Alma‟arif, t.th, hlm. 29.
uang atau semacamnya menurut cara yang khusus. Kedua, arti umum: jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang.
b. Malikiyah, seperti halnya Hanfiah menyatakan bahwa jual beli mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khhusus. Pengertian jual beli yang umum adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atau selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah akad mu‟awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak yaitu penjual dan pembeli uyang objeknya bukan manfaat, yakni benda, dan bukan untuk kenikmatan seksual. Sedangkan jual beli dalam arti khusus adalah akad mu‟awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak, objeknya jelas dan bukan utang.
c. Syafi‟iyah memberikan definisi, jual beli menurut syara‟ adalah suatu akad yang mengandung tukar menukar harta dengan harta dengan syarat yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda benda atau manfaat untuk waktu selamanya.
d. Hanabilah memberikan definisi, pengertian jual beli menurut syara‟ adalah tukar menukar harta dengan harta, atau tukar menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, bukan riba dan bukan utang. 8
8 Imam Taqiyyudin Aby Bakrin Muhammad Al Husaain, Kifayatul Akhyar, Juzz II, Bandung: CV. Alma‟arif, t.th, hlm. 29.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab tersebut dapat diambil intisari bahwa:
1) Jual beli adalah akad mu‟awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang.
2) Syafi‟iyah dan Hanabilah mengemukakan bahwa objek jual beli bukan hanya barang (benda); tetapi juga manfaat, dengan syarat tukar menukar berlaku selamanya, bukan untuk sementara. Dengan demikian, ijarah (sewa menyewa) tidak termasuk jual beli karena manfaat digunakan untuk sementara, yaitu selama waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Demikian pula i‟arah yang dilakukan timbal balik (saling pinjam), tidak termasuk jual beli, karena pemanfaatannya hanya berlaku sementara waktu.9
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa jual beli adalah aktifitas dimana seorang penjual menyerahkan barangnya kepada pembeli setelah keduanya bersepakat terhadap barang tersebut, kemudian pembeli menyerahkan sejumlah uang sebagai imbalan atas barang yang diterimanya, yang mana penyerahannya dilakukan oleh kedua belah pihak dengan didasarkan atas rela sama rela. Sehingga dapat dipahami bahwa pengertian jual beli adalah kesepakatan tukar menukar barang atau barang dengan uang yang dapat ditasharufkan, disertai pertukaran hak kepemilikan dari yang satu ke yang lain secara sukarela sesuai dengan ketentuan Islam.
9 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: AMZAH, 2015), hlm. 175-177.
3. Alat Kontrasepsi
Menurut Harnawatiajh, kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan keluarga untuk memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Menurut Suratun (2008), alat kontrasepsi adalah alat untuk mencegah terjadinya 2 kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sperma10
Kontrasepsi adalah suatu cara untuk menghindari atau untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma yang memilik 3 tujan yaitu menunda, menjarangkan, dan mengakhiri kesuburan.
Macam-macam kontrasepsi Menurut (Atikah proverawati, 2010) Kontrasepsi Sederhana:
a. Kondom merupakan selubung/sarung karet tipis yang dipasang pada penis sebagai tempat penampungan sperma yang dikeluarkan pria pada saat senggama sehingga tidak tercurah pada vagina. Cara kerja kondom yaitu mencegah pertemuan ovum dan sperma atau mencegah spermatozoa mencapai saluran genital wanita. Sekarang sudah ada jenis kondom untuk wanita, angka kegagalan dari penggunaan kondom ini 5-21%.
b. Coitus Interuptus Coitus interuptus atau senggama terputus adalah menghentikan senggama dengan mencabut penis dari vagina pada saat suami menjelang ejakulasi. Kelebihan dari cara ini adalah tidak memerlukan alat/obat
10 http://eprints.ums.ac.id/37998/7/05.%20BAB%20II.pdf(diakses,15,agustus2021,)
sehingga relatif sehat untuk digunakan wanita dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, risiko kegagalan dari metode ini cukup tinggi.
c. KB Alami KB alami berdasarkan pada siklus masa subur dan tidak masa subur, dasar utamanya yaitu saat terjadinya ovulasi. Untuk menentukan saat ovulasi ada 3 cara, yaitu : metode kalender, suhu basal, dan metode lendir serviks.
d. Diafragma Diafragma merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mencegah sperma mencapai serviks sehingga sperma tidak memperoleh akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba fallopi). Angka kegagalan diafragma 4-8% kehamilan.
e. Spermicida Spermicida adalah suatu zat atau bahan kimia yang dapat mematikan dan menghentikan gerak atau melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Spermicida dapat berbentuk tablet vagina, krim dan jelly, aerosol (busa/foam), atau tisu KB. Cukup efektif apabila dipakai dengan kontrasepsi lain seperti kondom dan diafragma.11
F. Tinjauan Pustaka
Dalam sebuah penelitian, tinjauan pustaka merupakan sesuatu yang sangat penting untuk memberikan sumber data yang dapat memberikan penjelasan terhadap permasalahan yang diangkat sehingga menghindari adanya duplikasi terhadap penelitian ini. Tinjauan pustaka digunakan untuk mengemukakan teori- teori yang relevan dengan masalah yang akan diteliti ataupun bersumber dari penelitiaan terdahulu.
11 http://eprints.ums.ac.id/37998/7/05.%20BAB%20II.pdf(diakses,15,agustus2021,)
1. Nurul Mufidah tahun 2016, mengangkat judul “Tinjauan Sadd Adh Dhari‟ah Terhadap Praktek Jua Beli Kondom Secara Bebas di Alfamart Cabang Bolodewo ”. Dengan rumusan masalah : Bagaimana praktik jual beli kondom secara bebas di Alfamart cabang Bolodewo dan Bagaimana tinjauan Sadd Ad- Dhari‟ah terhadap praktik jual beli kondom secara bebas di Alfamart cabang Bolodewo, adapun hasil penelitian nya yaitu: Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dampak dari jual beli kondom secara bebas di Alfamart Cabang Bolodewo, pada dasarnya jual beli kondom secara bebas memiliki dampak positif dan dampak negatif, dengan dampak negatif yang lebih luas daripada dampak positifnya. Oleh karena itu apabila di analisis menggunakan metode Sadd adh-Dhari‟ah maka jual beli kondom secara bebas perlu mendapat perhatian lebih dan bahkan perlu dicegah karena membawa dampak negatif yang lebih besar.untuk kelangsungan hidup bermasyarakat. Karena jalan (perbuatan) yang akan menuju kepada keharaman, hukumnya haram dan ini harus dicegah atau ditutup (Sadd adh-Dhari‟ah).12
2. Rachmad Adiwidjaya Tahun 2015, Mengangkat Judul “Jual Beli Kondom Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus Pada Apotek Kimia Farma Wua- Wua)“. Dengan Rumusan Masalah : Bagaimana mekanisme transaksi jual beli kondom di Apotek Kimia FarmaWua-Wua dan Bagaimanakah tinjauan hukumIslam terhadap transaksi jual beli kondom di Apotek Kimia Farma Wua- Wua Kendari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk transaksi jual beli kondom yang terjadi di Apotek kimia farma terjadi secara leluasa/ bebas,
12 Mufidah, Nurul, Tinjauan Sadd Adh-Dhari‟ah Terhadap Praktek Jua Beli Kondom Secara Bebas di Alfamart Cabang Bolodewo, UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016
antara penjual dan pembeli saling acuh tak acuh. Bentuk transaksi jual beli kondom di Apotek Kimia Farma khususnya pada penjualan produk kondom tidak pernah menanyakan lebih jauh tentang identitas pembeli (konsumen).
Tidak ada proteksi yang di berikan terhadap pembeli, kondom di berikan begitu saja oleh karyawan. Menurut pandangan Islam jual beli kondom di Apotek Kimia Farma WuaWua pada dasarnya belum sepenuhnya sesuai dengan hukum Islam. Meskipun sudah terpenuhinya rukun dan syarat sah jual beli. Karena dikhawatirkan terjadinya peruntukkan dan penyalahgunaannya. Hal ini sesuai dengan metode ijtihad as-sa‟du dzariah dan tujuan hukum Islam (Maqashidu syari‟ah).13
3. Nur Fadlan tahun 2017, dengan judul “ Kebebasan Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Online Perspektif Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008, dan Sadd AdzDzhari‟ah, dengan rumusan masalah : Bagaimana Model Kebebasan Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Online dan Bagaimana Tinjauan Peraturan Pemerintah nomor 82 tahun 2012 tentang penyelenggaraan sistem dan transaksi elektronik (PP-PSTE), dan Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik (UU-ITE) dan sad AdzDzari‟ah terhadap model kebebasan jual beli alat kontrasepsi secara online. Dengan hasil : bahwa kebebasan jual beli alat kontrasepsi secara online, tidak terbatas atau sangat bebas dalam pelaksanaanya. Baik dari segi pemasara, pengkilanan atau penjualannya. Hal ini terjadi akibat belum efektifnya pelaksanaan peraturan PP-PSTE dan UU-
13 Rachmad Adiwidjaya, Jual Beli Kondom Dalam Tinjauan Hukum Islam , IAIN Kediri, 2015.
ITE oleh penyelenggara elektronik. PP-PSTE dan UU-ITE belum mengatur secara detail mengenai penjualan alat kontrasepsi secara online, sedangkan dalam Sadd Adz-Dzari‟ah menegenai jual beli alat kontrasepsi secara online ketika menimbulkan hal-hal terlarang. Maka, Jual beli tersebut harus dilarang dan/atau dapat di hukumi haram. Jual beli alat kontrsepsi secar online seharusnya di control penyalurannya, pemasarannya, peredarannya oleh satu pintu atau melalui lembaga contraception center.14
Dari beberapa penelitian yang di jelaskan memiliki suatu persamaan yaitu penelitian tentan penjualan alat kontrasepsi secara bebas, namun terdapat perbedaan dalampenelitian yang akan di teliti yaitu terdapat pada lokasi yang akan menjadi objek penelitian dengan penelitian terdahulu.
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini mengunakan metode kualitatif deskritif, Penelitian ini Menurut Nasir di dalam buku Pendekatan Penelitian Kuantitatif metode deskriptif adalah suatu metode dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Ciri-ciri deskriptif bukan hanya menggambarkan mengenai situasi atau kejadian, tetapi juga
14 Nur Fadlan, Kebebasan Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Online Perspektif Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012, Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008, dan Sadd AdzDzhari’ah, 2017
menerangkan hubungan, menguji, hipotesa-hipotesa, membuat prediksi serta mendapatkan arti dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.15 2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini mengunakkan pendekatan penelitian normatif empiris merupakan suatu metode penelitian yang dalam hal ini menggabungkan unsur hukum normatif yang kemudian didukung dengan penambahan data atau unsur empiris. “Dalam metode penelitian normatif-empiris ini juga mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang) dalam aksinya disetiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat”, Dalam penelitian hukum normatif-empiris terdapat tiga kategori, yaitu:
a. Non Judi Case Study
Ialah pendekatan studi kasus hukum yang tanpa ada konflik sehingga tidak ada akan campur tangan dengan pengadilan.
b. Judical Case Study
Pendekatan judicial case study ini ialah pendekatan studi kasus hukum dikarenakan adanya konflik sehingga akan melibatkan campur tangan pengadilan untuk dapat memberikan keputusan penyelesaian.
c. Live Case Study
Pendekatan live case study ini ialah pendekatan pada suatu peristiwa hukum yang pada prosesnya masih berlangsung ataupun belum berakhir
15 Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach,(
Yogyakarta: Deepublish,2018),hlm.1.
Penyusunan skripsi ini peneliti menerapkan metode penelitian hukum normatif. Hal ini disebabkan peneliti menggunakan bahan-bahan kepustakaan sebagai data untuk menganalisis kasus dalam penyusunan skripsi ini.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tinjuan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas Di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari : Sebagaimana di dalam judul kita mengetahui bahwa tempat dilaksanakannya penelitian ini adalah di Alfamart Kelurahan Jembatan Mas, kabupaten Batanghari, Berkaitan dengan waktu, peneliti bisa membatasi waktu penelitian, dari surat riset di keluarkan sampai dengan penelitian ini selesai.
4. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer dan data sekunder.
a. Data Primer adalah data yang berasal dari sumber data utama, yang berwujud tindakan-tindakan sosial dan kata-kata, hasil wawancara seperti Ulama MUI, Ulama Kabupaten Batanghari dan Alfamart.16
b. Data Sekunder adalah data-data yang didapat dari buku-buku sebagai data pelengkap sumber data primer. Sumber data sekunder penelitian ini adalah data-data yang diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku ilmiah dan hasil penelitian dan sebagainya.17 Buku yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang terkait dengan penelitian yang di lakukan penulis yaitu Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktek Jual Beli Alat Kontrasepsi Secara Bebas di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari.
16 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), hlm.70.
17 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Hanindita offset, 1983), hlm. 56.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Adapun beberapa Teknik mengumpulkan data yang dilakuakan penulis mengunakan beberapa :
1. Observasi
Merupakan data yang diperoleh dari pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap data yang diteliti, dalam hal inipenyusun melakukan pengamatan terhadap Penjualan alat Kontrasepsi di Alfamart Jembatan Mas Kabupaten Batanghari.
2. Wawancara
Melalui teknik wawancara ini peneliti berkomunikasi secara langsung dengan resporden yaitu MUI, Ulama Kabupaten Batanghari , serta Karyawan Alfamar. Data yang digali dengan menggunakan teknik wawancara semiterstruktur dengan mengacu pada rumusan masalah secara terfokus.
3. Dokementasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang. Contoh dokumen yang berbentuk tulisan yaitu catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan serta kebijakan. Contoh dokumen yang berbentuk gambar yaitu foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Contoh dokumen yang berbentuk karya yaitu gambar, patung, film dan lain-lain.18
18 Lexi J. Moeleong, metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Posadakarya, 2002), hlm. 66.
6. Teknik Analisi Data
Data yang dikumpulkan dilapangan, dianalisis dengan menggunakan analisis non-statistik yaitu dengan cara deskriptif. Konsep analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik model Miles dan Huberman, yaitu model analisa data kualitatif yang dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah seleai pengumpulan data dalam periode tertentu. Dalam penelitian ini seluruh data yang penulis peroleh dari wawancara terhadap Ulama, Pegawai alfamart , dan data-data yang didapatkan dari Alfamart tersebut diolah dengan metode deskriptif analisis, karena data yang yang dikumpulkan berupa kata-kata, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode deskriptif analisis, karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, hal ini disebabkan oleh adanya penerapanmetode kualitatif, selain itu metode yang dikumpulkan menjadi kunci terhadap yang sudah diteliti.19
a. Reduksi Data
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang penting, dicari pola dan temanya Data yang diperoleh dilapangan jumlah cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Menurut Sugiyono Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.20
b. Penyajian Data
Setelah data reduksi, maka langkah selanjutnmya adalah penyajian data.
19 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung: Alfabeta,cv, 2016), hlm138.
20Ibid, hlm, 247.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalman Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono bahwa paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat naratif.21Penyajian dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan teks yang bersifat deskriptif atau penjelasan. Mendisplay data dilakukan setelah data direduksi. Display data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan sejenisnya. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Kesimpulan
Langkah selanjutnya dalam analisis data ini adalah langkah penarikan kesimpulan dan verifikasi”. Miles dan Huberman sebagaimana dikutip oleh Sugiyono, penarikan kesimpulan dan verivikasi yaitu kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.22
Kesimpulan ini masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dalam menganalisis data yang diperoleh dari metode pengumpulan data,
21Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif.(Bandung: Alfabeta, 2008),hlm 95
22Ibid, hlm99
maka penulis menggunakan teknik analisis diskriptif kualitatif dari teknik kuantitatif. Teknik analisis diskriptif kualitatif, penulis gunakan untuk menguraikan, menuturkan, menaksirkan data penulis
peroleh dari metode pengumpulan data.
H. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari pembahasan skripsi ini, maka perlu kiranya disusun secara sistematis. Adapun sistematika yang dipergunakan dalam skripsi ini ialah terdiri dari lima bab, dari setiap bab tersebut di uraikan kembali dalam sub-sub yang bagian uraian lebih kecil dari skripsi ini.
Semua bagian dari skripsi ini merupakan suatu kesatuan antara yang satu dengan yang lainnya. Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori, Tinjauan penelitian terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan, diharapkan Bab Pendahuluan dapat memberikan dan memperlihatkan kerangka, arah dan pijakan penulisan.
Bab II Jual Beli dalam Hukum Islam, Rukun dan Syarat Jual Beli, Macam-macam Juak Beli, Akat Jual Beli, Jual Beli Secara Bebas.
Bab lll Gambaran Umum Lokasi Penelitian, Sejarah Singkar Berdirinya Alfamart, Visi dan Misi Alfamat, Struktur Alafamart, (untuk keteranagn lebih lanjut lihat Bab IV)
Bab lV Pembahasan dan Hasil Penelitian, bab ini merupakan hasil dari
penelitian tentang berbagai hal yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini yang akan dijelaskan tentang Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penjualan Alat Kontrasepsi Secara Bebas.
Bab V Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saransaran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan Curriculum vitae
No Kegiatan
Tahun
November Desember Januari Februari Maret 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul X
2 Pembuatan Proposal
X
3 Revisi Proposal dan Seminar
Proposal 4 Sutat Izin Riset 5 Pengumpulan
Data 6 Pengelolaan Data
Dan Analisi
7 Pembuatan Laporan 8 Bimbingan Dan
Perbaikan 9 Agenda Perbaikan
Dan Ujian Skripsi 10 Perbaikan Dan
Jilit Skripsi
24 BAB II
LANDASAN TEORI A. Hukum Islam
1. Pengertian Hukum Islam
Pengertian hukum Islam atau syariat Islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt untuk umat- Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah.
Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah swt untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya Al- Quran dan Hadits.23
Definisi hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
23 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. hlm24
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim semuanya. Hukum Islam bukan hanya sebuah teori saja namun adalah sebuah aturan-aturan untuk diterapkan di dalam sendi kehidupan manusia. Karena banyak ditemui permasalahan-permasalahan, umumnya dalam bidang agama yang sering kali membuat pemikiran umat Muslim yang cenderung kepada perbedaan.24
Menurut Amir Syarifuddin sebagaimana dikutip oleh Kutbuddin Aibak, hukum islam adalah seperangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf yang diakui dan diyakini berlaku mengikuti untuk semua yang beragama islam.25
Untuk itulah diperlukan sumber hukum Islam sebagai solusinya, yaitu sebagai berikut:
a. Al Qur’an
Sumber hukum Islam yang pertama adalah Al-Quran, sebuah kitab suci umat Muslim yang diturunkan kepada nabi terakhir, yaitu Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Al-Quran memuat kandungankandungan yang berisi perintah, larangan, anjuran, kisah Islam, ketentuan, hikmah dan sebagainya. Al- Quran menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang berakhlak mulia. Maka dari itulah, ayat-ayat Al-Quran menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu syariat.
24 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. hlm25
25 Kutbuddin Aibak, “Otoritas dalam Hukum Islam (Telaah Pemikiran Khaled M. Abou El Fadl)”. Disertasi. (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014), hal. 94. Kutbuddin Aibak, “Membaca Kembali Eksistensi Hukum Islam dalam Keragaman Hidup dan Kehidupan”, dalam Ahkam: Jurnal Hukum Islam, volume 5 No. 13 agustus 2021,hlm. 322
b. Al Hadist
Sumber hukum Islam yang kedua adalah Al-Hadist, yakni segala sesuatu yang berlandaskan pada Rasulullah SAW. Baik berupa perkataan, perilaku, diamnya beliau. Di dalam Al-Hadist terkandung aturan-aturan yang merinci segala aturan yang masih global dalam Alquran. Kata hadits yang mengalami perluasan makna sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka dapat berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Rasulullah SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum Islam.
c. Ijma’
Kesepakatan seluruh ulama mujtahid pada satu masa setelah zaman Rasulullah atas sebuah perkara dalam agama. Dan ijma’ yang dapat dipertanggung jawabkan adalah yang terjadi di zaman sahabat, tabiin (setelah sahabat), dan tabi’ut tabiin (setelah tabiin). Karena setelah zaman mereka para ulama telah berpencar dan jumlahnya banyak, dan perselisihan semakin banyak, sehingga tak dapat dipastikan bahwa semua ulama telah bersepakat.26
d. Qiyas
Sumber hukum Islam yang keempat setelah Al-Quran, Al-Hadits dan Ijma’ adalah Qiyas. Qiyas berarti menjelaskan sesuatu yang tidak ada dalil nashnya dalam Al quran ataupun hadis dengan cara membandingkan sesuatu yang serupa dengan sesuatu yang hendak diketahui hukumnya tersebut. Artinya jika suatu nash telah menunjukkan hukum mengenai suatu kasus dalam agama Islam dan telah diketahui melalui salah satu metode untuk mengetahui permasalahan
26 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. hlm 25
hukum tersebut, kemudian ada kasus lainnya yang sama dengan kasus yang ada nashnya itu dalam suatu hal itu juga, maka hukum kasus tersebut disamakan dengan hukum kasus yang ada nashnya.
Tiap sendi-sendi kehidupan manusia, ada tata aturan yang harus ditaati.
Bila berada dalam masyarakat maka hukum masyarakat harus dijunjung tinggi.
Begitu pula dengan memeluk agama Islam, yaitu agama yang memiliki aturan.
Dan aturan yang pertama kali harus kita pahami adalah aturan Allah.27 Berikut merupakan hukum-hukum dalam Islam:
1) Wajib
Wajib adalah sesuatu perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan diberi siksa. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum wajib adalah shalat lima waktu, memakai hijab bagi perempuan, puasa, melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu, menghormati orang non muslim dan banyak lagi.
2) Sunnah
Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib atau sederhananya perbuatan yang jika dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan siksaan atau hukuman. Contoh dari perbuatan yang memiliki hukum sunnah ialah shalat yang dikerjakan sebelum/sesudah shalat fardhu, membaca shalawat Nabi, mengeluarkan sedekah dan sebagainya.
27 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. hlm 25
3) Haram
Haram ialah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan siksaan dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala. Contoh perbuatan yang memiliki hukum haram adalah berbuat zina, minum alkohol, bermain judi, mencuri, korupsi dan banyak lagi.
4) Makruh
Makruh adalah suatu perbuatan yang dirasakan jika meninggalkannya itu lebih baik dari pada mengerjakannya. Contoh dari perbuatan makruh ini adalah makan bawang, merokok dan sebagainya.
5) Mubah
Mubah adalah suatu perbuatan yang diperbolehkan oleh agama antara mengerjakannya atau meninggalkannya. Contoh dari mubah adalah olahraga, menjalankan bisnis, sarapan dan sebagainya.28
B. Jual Beli Dalam Isalam
Pada umumnya, orang memerlukan benda yang ada pada orang lain (pemiliknya) dapat dimiliki dengan mudah, akan tetapi terkadang pemiliknya tidak mau memberikannya. Adanya syari’at jual beli menjadi wasilah (jalan) untuk mendapatkan keinginan tersebut, tanpa berbuat salah. Jual beli (al-bai’) menurut bahasa artinya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-bai’ merupakan sebuah kata yang mencakup pengertian dari
28 Eva Iryani, Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.2 Tahun 2017. Hlm24-25.
kebalikannya yakni alsyira’ (membeli). Dengan demikian kata al-bai’ disamping bermakna kata jual sekaligus kata beli.29
Imam Taqiyuddin mendefinisikan jual beli adalah tukar menukar harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharruf) dengan ijab dan qabul, dengan cara yang sesuai dengan syara’.30
C. Rukun dan Syarat Jual-Beli
Adapun rukun jual beli ada 3, yaitu Aqid (penjual dan pembeli), Ma’qud Alaih (obyek akad), dan Shigat (lafaz ijab qabul).
a. Aqid (penjual dan pembeli) yang dalam hal ini dua atau beberapa orang melakukan akad, adapun syaratsyarat bagi orang yang melakukan akad ialah:
1) Baligh dan berakal
Disyari‟atkannya aqidain baligh dan berakal yaitu agar tidak mudah ditipu orang maka batal akad anak kecil, orang gila dan orang bodoh, sebab mereka tidak pandai mengendalikan harta, bisa dikatakan tidak sah. Oleh karena itu anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun miliknya.31 Sebagaimana firman Allah :
ْمُه ْوُسْكاَو اَهْيِف ْمُه ْوُقُزْراَّو اًمهيِق ْمُكَل ُ هٰاللَّ َلَعَج ْيِتَّلا ُمُكَلاَوْمَا َءۤاَهَفُّسلا اوُتْؤُت َلََو اًف ْوُرْعَّم ًلَ ْوَق ْمُهَل اْوُل ْوُقَو
Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum Sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
29 Ru‟fah Abdulah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 65.
30 Imam Taqiyyudin Aby Bakrin Muhammad Al Husaain, Kifayatul Akhyar, Juzz II, Bandung: CV. Alma‟arif, t.th, hlm. 29.
31 Hendi suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta, Rajawali Pers, 2010), hlm.74
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. (QS. An- Nisaa : 5)
Namun demikian bagi anak-anak yang sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, akan tetapi dia belum dewasa, menurut pendapat sebagian ulama bahwa anak tersebut diperbolehkan untuk melakukan perbuatan jual beli, khususnya untuk barang-barang kecil dan tidak bernilai tinggi.
2) Kehendaknya sendiri (tanpa paksaan)
Adapun yang dimaksud kehendaknya sendri, bahwa dalam melakukan perbuatan jual beli tersebut salah satu pihak tidak melakukan suatu tekanan atau pakasaan kepada pihak lainnya, sehingga pihak lain tersebut melakukan perbuatan jual beli bukan lagi disebabkan oleh kemauannya sendiri, tapi adanya unsur paksaan. Jual beli yang demikian itu adalah tidak sah, Sebagaimana firman Allah:
ِا ِلِطاَبْلاِب ْمُكَنْيَب ْمُكَلاَوْمَا ا ْٰٓوُلُكْأَت َلَ اْوُنَمها َنْيِذَّلا اَهُّيَآٰهي ْنَع ًةَراَجِت َن ْوُكَت ْنَا ٰٓ َّلَ
اًمْيِحَر ْمُكِب َناَك َ هٰاللَّ َّنِا ۗ ْمُكَسُفْنَا ا ْٰٓوُلُتْقَت َلََو ۗ ْمُكْنِّم ٍضاَرَت
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu (QS. An-Nisa: 29).
Namun jika pemaksaan tersebut atas dasar pemaksaan yang benar, maka jual beli dianggap sah. Seperti jika ada seorang hakim yang memaksa menjual hak miliknya untuk menunaikan kewajiban agamanya, maka paksaan ini adalah paksaan yang berdasarkan atas kebenaran.
3) Keduanya tidak mubazir
Keadaan tidak mubazir, maksudnya para pihak yang mengikatkan diri dalam perbuatan jual beli tersebut bukanlah manusia boros (mubazir), karena orang boros dalam hukum dikategorikan sebagai orang yang tidak cakap dalam bertindak, maksudnya dia tidak dapat melakukan suatu perbuatan hukum walaupun kepentingan hukum itu menyangkut kepentingannya sendiri. 32
b. Ma’qud Alaih (objek akad)
Syarat-syarat benda yang dapat dijadikan objek akad yaitu: suci, memberi manfaat menurut syara‟, tidak digantungkan pada sesuatu, tidak dibatasi waktu, dapat diserahterimakan, milik sendiri, dan diketahui.
c. Shigat (lafazd ijab qabul)
Jual beli dianggap sah, jika terjadi sebuah kesepakatan (sighat) baik secara lisan (sighat qauliyah) maupun dengan cara perbuatan (sighat fi’liyah). Sighat qauliyah yaitu perkataan yang terucap dari pihak penjual dan pembeli. Sedangkan sighat fi’liyah yaitu sebuah proses serah terima barang yang diperjualbelikan yang terdiri dari proses pengambilan dan penyerahan.33
D. Macam-Macam Jual Beli
Ditinjau dari segi hukumnya jual beli dibedakan menjadi tiga yaitu jual beli shahih, bathil dan fasid.
32 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta:
1996), hal.35-37.
33 Saleh Al-Fauzan, Mulakhasul Fiqhiyah, Abdul Khayyi Al-Kahani, Terj. “Fiqh Sehari- hari”,( Jakarta: Gema Insani Pers, Cet. Ke-1, 2005), hlm.364.
a. Jual beli shahih
Dikatakan jual beli shahih karena jual beli tersebut sesuai dengan ketentuan syara’, yaitu terpenuhinya syarat dan rukun jual beli yang telah ditentukan, barangnya bukan milik orang lain dan tidak terikat khiyar lagi.
b. Jual beli bathil
Yaitu jual beli yang salah satu rukunnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasarnya dan sifatnya tidak disyari‟atkan. Misalnya, jual beli yang dilakukan oleh anak-anak, orang gila atau barang-barang yang diharamkan syara’ (bangkai, darah, babi dan khamar).34
c. Jual-Beli Fasid
Menurut Ulama Hanafi yang dikutip dari bukunya Gemala Dewi yang berjudul Hukum Perikatan Islam di Indonesia bahwa jual beli fasid dengan jual beli batal itu berbeda. Apabila kerusakan dalam jual beli terkait dengan barang yang dijualbelikan, maka hukumnya batal, misalnya jual beli benda-benda haram.
Apabila kerusakan kerusakan itu pada jual beli itu menyangkut harga barang dan boleh diperbaiki, maka jual beli dinamakan fasid. Namun jumhur ulama tidak membedakan antara kedua jenis jual beli tersebut.35
E. Akad Jual Beli
Jual beli merupakan kegiatan mu‟amalah yang selalu berjalan. Jual beli adalah salah satu bagian dari bentuk akad (al-„Aqd), yang dalam pengertian bahasa Indonesia disebut kontrak, merupakan konsekuensi logis dari hubungan sosial dalam kehidupan manusia. Hubungan ini merupakan fitrah yang sudah
34 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2003), hlm. 128
35 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia,( Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 108.
ditakdirkan oleh Allah ketika Ia menciptakan makhluk yang bernama manusia.
Karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan dalam setiap masa.
Akad (al-„Aqd) dalam bahasa Arab berarti pengikatan antara ujung-ujung sesuatu. Ikatan di sini tidak dibedakan apakah ia berbentuk fisik atau kiasan.
Sedangkan menurut pengertian istilah, akad berarti ikatan antara ijab dan qabul yang diselenggarakan menurut ketentuan syariah dimana terjadi konsekuensi hukum atas sesuatu yang karenanya akad diselenggarakan. Pengertian ini bersifat lebih khusus karena terdapat pengertian akad secara istilah yang lebih luas dari pengertian ini. Namun ketika berbicara mengenai akad, pada umumnya pengertian inilah yang paling luas dipakai oleh fuqahâ‟ (para pakar fikih).
Adapun pengertian akad yang bersifat lebih umum mencakup segala diinginkan orang untuk dilakukan baik itu yang muncul karena kehendak sendiri (irâdah munfaridah), seperti: wakaf, perceraian dan sumpah atau yang memerlukan dua kehendak (irâdatain) untuk mewujudkannya, seperti: buyû‟
(jual-beli), sewa-menyewa, wakâlah (perwakilan) dan rahn (gadai). Dan dalam akad harus ada rukun dan syarat-syarat yang terpenuhi agar kiranya akad yang dilakukan dapat dikatakan sah atau tidak.36
F. Penjualan
Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mempertahankan bisnisnya untuk berkembang dan untuk mendapatkan laba
36 http://alfauzi.blogspot.co.id/2007/11/teori-akad-dalam-fikih-muamalah.html Diaksespada tanggal 13 agustus 2021
atau keuntungan yang diinginkan. Penjualan juga berarti proses kegiatan menjual, yaitu dari kegiatan penetapan harga jual sampai produk didistribusikan ke tangan konsumen (pembeli). Kegiatan penjualan merupakan kegiatan pelengkap atau suplemen dari pembelian, untuk memungkinkan terjadinya transaksi. Jadi kegiatan pembelian dan penjualan merupakan satu kesatuan untuk dapat terlaksananya transfer hak atau transaksi. Oleh karena itu, kegiatan penjualan seperti halnya kegiatan penjualan seperti halnya kegiatan pembelian, terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi penciptaan permintaan, menemukan si pembeli, nogosiasi harga, dan syarat-syarat pembayaran.dalam hal ini, penjualan ini, seperti penjual harus menentukan kebijaksanaan dan prosedur yang akan diikuti memungkinkan dilaksankannya rencana penjualan yang ditetapkan.37 a. Tujuan Penjualan
Kemampuan perusahaan dalam menjual produknya menentukan keberhasilan dalam mencari keuntungan, apabila perusahaan tidak mampu menjual maka perusahaan akan mengalami kerugian. Adapun tujuan umum penjualan dalam perusahaan yaitu :
1) Tujuan yang dirancang untuk meningkatkan volume penjualan total atau meningkatkan penjualan produk- produk yang lebih menguntungkan.
2) Tujuan yang dirancang untuk mempertahankan posisi penjualan yag efektif melalui kunjungan penjualan regular dalam rangka menyediakan informasi mengenai produk baru .38
37 M. Nafarin, Penganggaran Perusahaan,(Jakarta: Salemba Empat, 2009), hlm. 166
38 Fandy Tjiptono dkk,Pemasaran startegi, (Yogyakarta: Penerbit Andi Yogyakarta, 2008), hlm 604.
Menunjang pertumbuhan perusahaan tujuan tersebut dapat tercapai apabila penjualan dapat dilaksanakan sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya.
Penjualan tidak selalu berjalan mulus, keuntungan dan kerugian yang diperoleh perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan pemasaran. Lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan
G. Jual Beli Secara Bebas
Jual beli berasal dari bahasa arab al-bai’ yakni makna dasarnya menjual, mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain dan as-syira’ (beli).39 Maka, kata al-bai’ berarti jual, tetapi sekaligus juga beli Secara bebas, cara adalah jalan (aturan, sistem) melakukan(berbuat dan sebagainya) sesuatu, sedangkan bebas adalah lepas samasekali (tidak terhalang, terganggu, dan sebagainya sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dan sebagainya dengan leluasa). Jadi jual beli secara bebas merupakan suatu aktifitas jual beli dimana sistemnya bebas, tanpa adanya penghalang, aturan khusus bagi pembeli maupunpenjual dalam melakukan suatu transaksi jual beli.
H. Alat Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah
39 M. Yazid Afandi, Fiqh Muammalah dan Implementasinya Dalam Lembaga Keuangan Syari’ah (Yogyakarta:Logung Pustaka, 2009), hlm.53.