• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DAN JUMLAH LEUKOSIT KASUS KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DAN JUMLAH LEUKOSIT KASUS KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kelompok 4:

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018| ISBN 978-979-792-865-0 561

HUBUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DAN JUMLAH LEUKOSIT KASUS KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI

Dewi Yudiana Shinta1, Herix Sonata MS2 STIKes Perintis Padang1

ITP Padang2

dyshinta@stikesperintis.ac.id herix_sonata@itp.ac.id

Abstract

Indonesia is one of the agricultural countries that use pesticides high enough to control various pests that can reduce the population of plant pest organisms (OPT). Cholinesterase in the blood will bind, because in blood it is generally used as a parameter of pesticide poisoning.

Cholinesterase is also synthesized in the liver or liver, blood plasma, and red blood cells.

Leukocytes in the blood of farmers who experience pesticide poisoning will increase. The purpose of this study was to analyze the relationship between the number of leukocytes and cholinesterase cases of poisoning in farmers. This study uses a blood sample of farmers as many as 20 people. The results showed that the correlation test of Pearson test results showed p = 0.563 and r = 0.137.

This means that there is no significant relationship between the number of leukocytes and cholinesterase cases of pesticide poisoning in farmers with very weak and insignificant correlation strengths. The use of pesticides to control plant pests contains the risk of accidents in humans in the form of chronic / acute poisoning and / or death. The severity of the level of poisoning is related to the level of inhibition of cholinesterase in the blood.

Keywords: cholinesterase, leukocytes, pesticides.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia dengan pertumbuhan penduduk yang selalu meningkat setiap tahun. Penggunaan pestisida di Indonesia cukup tinggi karena Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan sektor pertanian sebagai komoditas utama. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya yang menyebabkan kebutuhan pangan semakin besar. Hal ini menyebabkan komoditi petani memiliki peran yang penting dan strategis bagi negara-negara penghasil bahan pangan dalam menambah perolehan devisa negara (Sulistiyo, 2010).

Pestisida merupakan suatu substansi kimia yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Pengunaan pestisida dapat menurunkan populasi organisme pengganggu tanaman (OPT). Petani merasakan manfaat menggunakan pestisida seperti panen yang baik sehingga petani menggantungkan harapan yang besar terhadap perstisida. Keterbatasan petani menyebabkan pestisida merupakan cara andalan menurunkan populasi (Asnawati, 2010).

Pestisida bersifat racun, maka pestisida haruslah diperlakukan hati–hati, namun keteledoran banyak terjadi. Para petani menyemprot tanpa memperhatikan arah angin, mereka umumnya tidak terlindungi dengan baik. Tangannya, lengannya, badannya, dan kakinya basah oleh semprotan pestisida. Masker pun jarang mereka menggunakannya, karena itu para penyemprot menghadapi resiko besar menderita keracunan. Penyimpanan pestisida oleh petani sering dilakukan dengan tidak aman, antara lain di tempat yang mudah dicapai anak- anak, pestisida berupa tepung disimpan dalam kantong plastik dan yang cair dalam botol yang menyerupai botol minyak goreng tanpa diberi tanda atau label.

Bungkusan pestisida di buang kesembarang tempat, termasuk di selokan atau sungai. Botol

(2)

Kelompok 4:

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018| ISBN 978-979-792-865-0 562

dan kaleng bekas kemasan pestisida sering dipakai lagi untuk keperluan rumah tangga, antara lain untuk menyimpan makanan dan air (Soemarwoto, 2007).

Cholinesterase dalam darah akan mengikat, karena dalam darah umumnya digunakan sebagai parameter keracunan pestisida. Cholinesterase juga disintesis didalam hati atau liver, plasma darah, dan sel darah merah. Pemeriksaan cholinesterase darah memiliki tujuan untuk mengetahui tingkat pemaparan akibat penggunaan pestisida.

Pemeriksaan cholinesterase juga berguna untuk mendeteksi tingkat kontaminasi yang disebabkan oleh pestisida yang bekerja dengan cara menghambat enzim cholinesterase (Conant dan Fadem, 2009).

Pestisida adalah sebagai salah satu faktor lingkungan yang turut mempengaruhi profil darah, salah satunya yaitu leukosit. Leukosit pada darah petani yang mengalami keracunan pestisida akan meningkat. Tingginya leukosit pada tubuh merupakan indikasi peningkatan produksi sel-sel untuk melawan infeksi pada tubuh (Sarar dkk, 2009).

Tujuan dari penelitian ini Untuk menganalisis hubungan kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pada petani.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengunakan penelitian deskriptif korelatif dengan desain Cross Sectional, dimana peneliti melakukan langsung untuk mengetahui hubungan antara kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah petani yang menggunakan pestisida. Sampel yang digunakan adalah petani yang diduga keracunan pestisida sebanyak 20 sampel. Alat yang digunakan tabung vacum, rak tabung, komparator (kaca pembanding), kompor dan panci, stopwatch (timer), timbangan analitik, pipet automatic, alat sysmex KX 21, tabung sampel, alat tulis. Bahan Darah vena, EDTA, reagen cholinesterase (reagen 1 bromtimo blue dan reagen 2 acetil cholin), aquadest, tissue, yellow tip, spuit 3 ml, jarum vacum, kapas kering, kapas alkohol, plester.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik dasar subjek penelitian.

Penelitian ini dilakukan terhadap 20 orang petani sayuran di Alahan Panjang. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan antara kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani, diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini,sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil pengukuran kolinesterase pada petani.

Variabel N % Min Max

Jenis Kelamin

Laki-Laki 20 100

Perempuan 0 0

Umur 24 70

20 – 40 11 55

41 – 60 7 35

> 60 2 10

Masa Kerja 2 10

1 – 5 8 40

6 – 10 12 60

Dari tabel diatas subjek penelitian semua berjenis kelamin laki-laki dengan usia minimum 24 tahun dan maksimum berusia 70 tahun, lama masa kerja minimum 2 tahun dan maksimum 10 tahun.

(3)

Kelompok 4:

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018| ISBN 978-979-792-865-0 563

Gambar 1. Grafik hubungan kadar kolinesterase dengan jumlah leukosit.

Korelasi Cholinesterase dengan Leukosit

Dari hasil uji korelasi Pearson yang telah dilakukan antara hubungan kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani. Hasil uji Pearson menunjukkan nilai p = 0,563 dan r = 0,137. Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara hubungan kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani, dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah dan bersifat tidak signifikan.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 20 orang petani sayuran di Alahan Panjang. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap hubungan kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani yang diambil secara acak dari para petani yang berada diwilayah Alahan Panjang didapatkan hasil korelasi Pearsen menunjukkan nilai p = 0,563 dan r = 0,137. Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani, dengan kekuatan korelasi yang sangat lemah dan bersifat tidak signifikan.

Pada penelitian ini pengukuran leukosit menggunakan hematologi analyzer Sysmex KX 21 dimana reagensia alat ini telah divalidasi berdasarkan ISO 9002, ISO 14001 sudah mendapatkan sertifikasi dari FDA yang berarti reagensia tersebut dibuat sedemikian rupa untuk digunakan sebagai pendukung parameter pemerisaaan. Reagen tersebut hanya sedikit menyebabkan WBC mampu mempertahankan bentuk dan ukuran sel hampir mirip kondidi invivo. Oleh sebab itu, penghitungan WBC dengan regen ini sangat cocok digunakan dengan metode optik.

kerja dari komparator membandingkan Vin dengan Vref-nya maka dengan mengatur Vref, kita sudah mengatur kepekaan sensor terhadap perubahan tingkat intensitas cahaya yang terjadi. Dimana semakin rendah Vref semakin sensitif komparator terhadap perubahan tegangan Vin yang diakibatkan oleh perubahan intensitas cahaya.

Mekanisme keracunan pestisida, penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman mengandung risiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronik/

akut dan atau kematian. Beratnya tingkat keracunan berhubungan dengan tingkat penghambatan cholinesterase dalam darah. Kemampuan zat meracuni tubuh berbeda untuk tiap zat, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang terkandung dalam racun maupun faktor diluar zat racun. Kemampuan suatu zat meracuni tubuh antara lain dipengaruhi oleh:

Sifat fisik bahan kimia (gas, uap, debu, kabut, awan, dan asap), dosis atau jumlah dan konsentrasi racun yang masuk dalam tubuh, lama paparan, sifat kimia dari zat racun seperti jenis persenyawaan, besar molekul, kelarutan dalam jaringan tubuh, dan jenis pelarut. Jalan masuk racun kedalam tubuh (pernafasan, pencernaan, kulit, selaput lender) faktor host atau pejamu seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan tubuh, toleransi, kebiasaan, nutrisi, faktor genetic. Kelebihannya adalah komponen ini memiliki penguatan (A) yang sangat besar, Impedansi input yang besar, (Zin) dan Impedansi Output yang kecil (Zout). Selain dari itu, kemampuan interval frekuensi dari komponen ini sangat lebar.

(4)

Kelompok 4:

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018| ISBN 978-979-792-865-0 564

Mekanisme jalanya pestisida masuk melalui kulit langsung masuk ke pembuluh darah sedangkan pada pernapasan dengan cara gas partikel yang sangat halus (kuran 10 µl) masuk keparu – paru sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel pada selaput lendir dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah lalu masuk ke hati dihati pestisida golongan organofosfatase dan karbonat akan meningikat enzim cholinesterase, yang mana enzim achetilcholin itu berfungsi sebagai katalis untuk menghidrolisis asetilcholin menjadi achetil dan cholin sehingga cholinesterase menjadi tidak aktif dan terjadi akumulasi achetilcholin, jadi akan menyebabkan gangguan system syaraf akibat achetilcholin yang tidak dihidrolisis.

Menurut data yang ada golongan pestisida yang banyak digunakan pertanian Indonesia adalah golongan organofosfat dan karbamat, suatu golongan pestisida yang dikenal sebagai inhibitor untuk enzim cholinesterase. Beberapa zat yang terkandung dalam pestisida (seperti golongan organofosfat dan karbamat) mampu mengurangi kamampuan enzim cholinesterase untuk menghidrolisa asetilcholin, sehingga laju penyampaian rangsangan pada impuls saraf terhambat dan pada akhirnya akan menyebabkan kelainan fungsi sistem saraf (Rasyid, 1995).

Jika terjadi keracunan pestisida golongan organofosfat dan karbamat akan menurunkan aktivitas enzim cholinesterase pada tingkat tertentu sesuai dengan tingkat keracunannya. Sebetulnya selain dengan melihat aktivitas enzim cholinesterase, keracunan pestisida dapat diketahui dengan cara melihat gejala-gejala yang ditimbulkannya atau keluhan subjektif.

Enzim cholinesterase sangat penting terutama untuk kerja sistem saraf. Hidrolisis asetilcholin oleh enzim cholinesterase menghasilkan asam asetat dan cholin yang berfungsi sebagai perantara kimia pada sinaps sistem saraf otonom sehingga rangsangan yang sampai dapat diteruskan. Tinggi rendahnya aktivitas enzim cholinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan.

Derajat pengaruh racun pada tubuh seseorang dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain umur, jenis kelamin, derajad kesehatan tubuh, daya tahan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh, faktor genetik, kondisi sinergi bahan kimia, dan status endocrine.

Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor yang memperberat atau mempercepat timbulnya keracunan atau justru sebagai barier sehingga kasus keracunan tidak sampai terjadi.

Sedangkan menurut Depkes RI (1992), diagnosa gejala keracunan dapat dilakukan dengan uji (test) cholinesterase dengan tingkat keracunan 75 -100% kadar cholinesterase termasuk “normal”, 50 – 75% termasuk keracunan ringan,

25 – 5% termasuk keracunan sedang Mekanisme keracunan pestisida.

Penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama tanaman mengandung risiko kecelakaan pada manusia dalam bentuk keracunan kronik/ akut dan atau kematian.

Beratnya tingkat keracunan berhubungan dengan dengan tingkat penghambatan cholinesterase dalam darah.

Mekanisme jalanya pestisida masuk melalui kulit langsung masuk ke pembuluh darah sedangkan pada pernapasan dengan cara gas partikel yang sangat halus (kuran 10 µl) masuk keparu – paru sedangkan partikel yang lebih besar akan menempel pada selaput lendir dan kemudian masuk ke dalam pembuluh darah lalu masuk ke hati dihati pestisida golongan organofosfatase dan karbonat akan meningikat enzim cholinesterase, yang mana enzim achetilcholin itu berfungsi sebagai katalis untuk menghidrolisis asetilcholin menjadi achetil dan cholin sehingga cholinesterase menjadi tidak aktif dan terjadi akumulasi achetilcholin, jadi akan menyebabkan gangguan system syaraf akibat achetilcholin yang tidak dihidrolisis.

(5)

Kelompok 4:

Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Lingkungan

Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan (SENPLING) 2018| ISBN 978-979-792-865-0 565

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini didapatkan kesimpulan :

1. Jumlah leukosit dalam darah petani terendah adalah 4700 /mm3 dan jumlah leukosit tertinggi 27000 /mm3 dengan rata-rata 12.037 /mm3.

2. Kadar cholinesterase dalam darah petani terendah adalah 100 % dan kadar cholinesterase tertinggi 50 % dengan rata-rata 80%.

3. Tidak ada hubungan yang bermakna antara kadar cholinesterase dan jumlah leukosit kasus keracunan pestisida pada petani.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Sarar et al., 2009, Hematological and Biochemical Alteration in Occupationally Pesticides Exposed Workers of Riyadh Municipality, Research Journal of Environmental Toxicology, Kingdom of Saudi Arabia.

Basuki, Sulistyo. 2010. Metode Penelitian. Jakarta : Penaku Brochure Hematology is a closed system.2 Ed.2013

Conant, Fadem., 2009, Analisis Kadar Cholinesterase Darah Pada Petani Penyemprot Pestisida Tanaman Hortikultura Di Peekebunan Wawo Matani Koto Tomohon 2017.Fakultas Kesehatan Masyarakat: Universitas Sam Ratulangi.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid VI.

Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. P. 116

Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Guyton. 2005, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hoffbrand A.V., et al,2002, Hematologi, edisi 4, Jakarta: EGC.

Mufidah, AR. 2016. Hubungan Antara Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Kadar Cholinesterase Darah Pada Petani Hortikultural Di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang. Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Sartono, 2002 . Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan Aktifitas Enzim Cholinesterase Dalam Darah Petani Sayuran. Widaya Medika, Jakarta

Siswanto, 2004. Pestisida. Balai Hyperkes dan Ergonomi: Surabaya.

Soemirat Juli, 2003. Toksikologi Lingkunga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta Suma‟mur, P.K 1987. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.

Widianto R., 2010. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Wildman FK. Tinjauan klinis ataus hasil pemeriksaan laboratorium. Edisi 9 EGC. 2004 : 261

Referensi

Dokumen terkait

PENDAHULUAN. Perkembangan lingkungan strategis yang senantiasa berubah secara dinamis serta kondisi dan konstelasi geografi Indonesia, dapat memberikan peluang terjadinya berbagai

Analizom povezanosti aspekata osobina posla s varijablama sagorijevanja na poslu zaklju č ujemo kako su negativna obilježja posla u korelaciji negativnog smjera s poželjnim

Dua lahan peternakan sapi di Australia seluas 550 ha yang dibeli oleh Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) lewat anak usaha PT Santos aAgrindo dengan nilai investasi 38 juta dolar

Berdasarkan hasil uji F diperoleh bahwa aplikasi bahan organik atau manajemen jerami pada berbagai perlakuan berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 3-8 MST

Penelitian dalam karya tulis tugas akhir ini berjudul “Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan dengan Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan

Adapun sarana dan prasarana yang dibutuhkan antara lain: penyediaan ruang, peralatan, perangkat lunak, kualifikasi arsip dan kualifikasi sumber daya manusia

Adanya faktor untuk menjual kembali produk kosmetik yang telah digunakan yaitu, masih banyaknya produk kosmetik yang dimiliki dan sudah jarang memakainya lagi, produk

Begitu pula dengan pengungkapan aspek kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial dalam Sustainability Report tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kinerja