• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM. lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

DINAMIKA KEBIJAKAN LINGKUNGAN KANADA DALAM ISU PERUBAHAN IKLIM

Dalam bab II ini, penulis akan membahas mengenai dinamika politik lingkungan Kanada dalam menanggapi isu perubahan iklim. Awalnya akan dituliskan mengenai perkembangan isu perubahan iklim dari awalnya Protokol Kyoto hingga terbentuknya Perjanjian Paris. Dalam hal ini pula akan membahas tentang ratifikasi Protokol Kyoto yang dilakukan oleh Perdana Menteri Jean Chretien berlanjut dengan dikeluarkannya Kanada dari Protokol Kyoto oleh Perdana Menteri Stephen Harper serta latar belakang dibalik keputusannya.

Munculnya Perjanjian Paris sebagai sebuah perjanjian iklim terbaru yang telah diratifikasi oleh Perdana Menteri Justin Trudeau dan usulan kebijakannya untuk isu perubahan iklim akan dijelaskan juga dalam bab ini.

A. Isu Perubahan Iklim

Persoalan lingkungan mulai menjadi topik berawal pada pertengahan abad ke-20 ketika tumbuh kesadaran pada masyarakat tentang perubahan yang terjadi pada sistem bumi mulai mempengaruhi keberlangsungan masa depan manusia.

Ketika sistem bumi sebagai sebuah penyangga kehidupan mulai terganggu dan tidak mampu lagi untuk memopang kehidupan di permukaan bumi maka muncullah berbagai permasalahan lingkungan yang tentu dapat mengancam kehidupan makhluk hidup. Tekanan pada planet ini sekarang mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengalami percepatan pada skala yang masih baru bagi manusia. Permasalah lingkungan yang terjadi akan

(2)

17

memberikan dampak pada seluruh permukaan planet bumi sehingga tidak ada satu negarapun yang luput dari dampak tersebut, karena dampak dari perubahan lingkungan melapaui batas administrasi dan geo-politik suatu negara serta tidak memandang negara penyebab atau sumber kerusakan.1

Publikasi dari BBC News yang melaporkan bahwa setidaknya ada enam permasalahan lingkungan hidup yang harus dicari solusinya dan perlu segera dilakukan upaya internasional dalam rangka menyelamatkan planet bumi dan masa depan kelangsungan hidup geneasi di masa mendatang, diantaranya;2

a. Makanan: diperkitrakan 1 dari 6 orang di dunia menderita kelaparan dan gizi buruk

b. Air: diperkitakan pada tahun 2025, du pertiga orang di dunia akan mengalami krisis air yang parah

c. Energi: produksi minyak bumi mencapai puncaknya dan mulai menurun pada tahun 2010

d. Perubahan iklim: tantangan terbesar adalah perubahan iklim, akibat dari perubahan iklim ini menyebabkan meningkatnya badai, banjir, kekeringan dan hilangnya spesies

e. Keanekaragaman hayati: bumi yang sekarang telah memasuki tahan kepunahan spesies keenam terbesar

1 Surakusumah, Wahyu. Konsensus Global sebagai Solusi Permasalahan Lingkungan Global (Pemanasan Global). Jurusan Biologi Universitas Pendidikan Indonesia

2 Rachman, Bilhuda Amirur. (2013). Latar Belakang yang Mempengaruhi Kanada Keluar dari Protokol Kyoto. Skripsi S1 Ilmu Hubungan Internasional. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Hal 31

(3)

18

f. Polusi: bahan kimi berbahaya ditemukan di semua generasi baru dan diperkirakan satu dari empat orang di dunia terpapar polusi udara yang tidak sehat.

Salah satu diantara keenam isu diatas yang memerlukan perhatian dan tindakan segera adalah isu perubahan iklim sebagai dampak dari terjadinya pemanasan global. Pemanasan global muncul sebagai efek dari fenomena gas rumah kaca. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi ada juga timbul akibat aktifitas manusia. Ada enam jenis gas rumah kaca, yaitu karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), hydrochlorofuorokarbons (HFCs), chlorofluorocanbons (CFCs), dan sulfur heksafluorisa (SF6). Dibandingkan gas rumah kaca lainnya, CO2 merupakan gas yang paling besar konsentrasinya di atmosfer. Oleh karena itu, CO2 dijadikan sebagai acuan dalam mengkonveksi satuan gas rumah kaca berdasarkan Potensi Pemanasan Global (Global Warming Potential/GWP).3

Apabila konsentrasi gas rumah kaca meningkat di troposfer, panas yang diabsorbsi dan dihamburkan kembali ke permukaan bumi akan semakin besar pula, sehingga temperatur rata-rata bumi mungkin akan meningkat, akibat dari meningkatnya temperatur bumi ini diperkirakan akan menyebabkan kenaikan permukaan laut, perubahan pola angin, penumpukan es dan salju di kutub, meningkatnya badai atmosferik, perubahan curah hujan dan siklus hidrologi, perubahan ekosistem hutan, daratan dan ekosistem alami lainnya. Pada akhirnya

3 Ibid Hal 36

(4)

19

kondisi ini akan berdampak pada kelangsungan kehidupan manusia.4 Menanggapi bergabai dampak yang ditimbulkan oleh isu perubahan iklim ini, dibutuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dalam masyarakat. Upaya- upaya untuk menyelesaikan permasalahan lingkungan ini telah dilakukan baik negara maupun organisasi internasional. Perubahan iklim ini merupakan masalah global yang tentu tidak bisa dilakukan secara sendiri oleh negara melainkan membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan negara lain untuk menciptakan suatu solusi bersama yang dapat mencegah bahaya atau dampak dari perubahan iklim ini.

1. Protokol Kyoto

Pada tahun 1992, di Rio de Jeneiro, Brazil, diadakan Koverensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang lingkungan hidup.

Konferensi ini disebut dengan Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nations Conference on Environment and Development) atau juga dikenal sebagai KTT Bumi karena yang hadir pada konferensi tersebut adalah para kepala negara dan pemerintahan yang membicarakan tentang masalah keselamatan bumi. Dalam konferensi tersebut menghasilkan:

a. Deklarasi Rio

b. Konvensi tentang Perubahan Iklim c. Konvensi tentang Keanekaan Hayati

4 Ibid Hal 37

(5)

20 d. Prinsip tentang Hutan.5

Konvensi tentang Perubahan Iklim menjadi salah satu hasil dari konferensi tersebut. Kemudian, PBB sepakat membentuk sebuah badan kerangka kerja yang disebut United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Badan ini bertujuan untuk menstabilisasi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat yang tidak membahayakan sistem iklim. Tingkat konsentrasi yang dimaksud harus dapat dicapai dalam satu kerangka waktu tertentu sehingga memberikan waktu yang cukup kepada ekosistem untuk beradaptasi secara alami terhadap perubahan iklim dan dapat menjamin produksi pangan tidak terancam dan pembangunan ekonomi dapat berjalan secara berkelanjutan. Konvensi Perubahan Iklim berkekuatan hukum sejak 21 Maret 1994, dimana negara-negara yang meratifikasi Konvensi dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitu Negara Annex I dan Negara Non-Annex I. Negara Annex I adalah negara-negara penyumbang emisi GRK sejak revolusi industri. Sedangkan Negara Non-Annex I adalah negara-negara yang tidak termasuk dalam Annex I yang kontribusinya terhadap emisi GRK jauh lebih sedikit dan memiliki pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih rendah. 6

Untuk menjalankan tujuan Konvensi, UNFCCC membentuk badan pengambilan keputusan tertinggi yaitu Pertemuan Para Pihak (Conference of the Parties, COP). Fungsi dari Pertemuan Para Pihak adalah mengkaji pelaksanaan

5 Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. (2011). Buku Referensi Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Hal 21-23

6 United Nations Framework Convention on Climate Change. List List of Annex I Parties to the Convention. Diakses pada 09 Mei 2017, dari

http://unfccc.int/parties_and_observers/parties/annex_i/items/2774.php

(6)

21

Konvensi, memantau pelaksanaan kewajiban para Pihak sesuai tujuan Konvensi, mempromosikan dan memfasilitasi pertukaran informasi, membuat rekomendasi kepada Para Pihak, dan mendirikan badan-badan pendukung jika dipandang perlu.

COP/CMP merupakan pertemuan tahunan Para Pihak United Nations Framework Convention on Climate Change, UNFCCC dan Conferences of the Parties serving as meeting of parties to the Protokol Kyoto (CMP). COP/CMP adalah otoritas pengambilan keputusan tertinggi di bawah UNFCCC.7

Gambar 1. Struktur Konvensi Perubahan Iklim

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined Contribution. Edisi 1

7 Ridha, D. M. (2016). Perubahan Iklim, Perjanjian Paris, dan Nationally Determined Contribution Edisi 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Hal 9

(7)

22

Pertemuan COP/CMP didukung dengan 2 (dua) badan yaitu Badan Pendukung terkait dengan aspek ilmiah dan teknologi atau Subsidiary Body for Scientific and Technological Advice (SBSTA) dan Badan Pendukung Untuk Pelaksanaan Konvensi atau Subsidiary Body for Implementation (SBI). SBSTA memberikan informasi dan rekomendasi ilmiah serta teknologis secara tepat waktu kepada COP, sedangkan SBI membantu COP mengkaji pelaksanaan dari Konvensi. Untuk mengimplementasikan tujuan Konvensi Perubahan Iklim yakni menstabilkan konsentrasi GRK agar tidak mengganggu sistem iklim. UNFCCC menggelar Konferensi Para Pihak yang ketiga atau COP-3 yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang, tahun 1997, dalam pertemuan tersebut dihasilkan suatu konsensus berupa keputusan bersama (Decision 1/CP.3) untuk mengadopsi Protokol Kyoto untuk Konvensi kerangka PBB tentang Perubahan Iklim.8

Protokol Kyoto merupakan dasar bagi Negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca gabungan mereka paling sedikit 5% dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-2012. Komitmen yang mengikat secara hukum ini, bertujuan mengembalikan tendensi peningkatan emisi yang secara historis dimulai di negara-negara tersebut 150 tahun yang lalu.

Protokol Kyoto menempatkan beban yang lebih berat untuk negara-negara maju, dengan berdasarkan pada prinsip common but differentiated responsibilities.

Protokol Kyoto mengatur mekanisme penurunan emisi GRK yang dilaksanakan negara-negara maju maupun berkembang, yakni: (1) Implementasi Bersama (Joint

8 Ibid. Hal 10

(8)

23

Implementation), (2) Perdagangan Emisi (Emission Trading); dan (3) Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism, CDM).

Joint Implementation (JI) dapat ditemukan dalam Pasal 6 Protokol Kyoto, merupakan mekanisme penurunan emisi dimana negara-negara Annex I dapat mengalihkan pengurangan emisi melalui proyek bersama dengan tujuan mengurangi emisi GRK. Emission Trading (ET) atau perdagangan emisi atau yang lebih dikenal dengan istilah Carbon Trading, ini merupakan mekanisme perdagangan emisi yang dilakukan antar negara industri, dimana negara industri yang emisi GRK-nya di bawah batas yang diizinkan dapat menjual kelebihan jatah emisinya ke negara industri lain yang tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Mekanisme ini terdapat dalam pasal 17 Protokol Kyoto. Clean Development Mechanism (CDM) yang dapat ditemukan dalam pasal 12 dari Protokol Kyoto.

Mekanisme ini bertujuan agar negara Annex I dapat mencapai target pengurangan emisi melalui program pengurangan emisi GRK di negara berkembang. Beberapa prinsip yang terkandung di dalam Protokol Kyoto, sebagai berikut:

1. Komitmen terikat untuk negara Annex I. Tujuan utama adalah dibuatnya komitmen terikat secara hukum untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang diperuntukkan untuk negara-negara kategori Annex I.

2. Implementasi. Dalam rangka memenuhi tujuan dari Protokol, Annex I wajib membuat kebijakan dan langkah-langkah untuk mengurangi gas rumah kaca di negara masing-masing. Selain itu, mereka diwajibkan untuk meningkatkan penyerapan gas-gas dan memanfaatkan semua mekanisme yang tersedia, seperti implementasi bersama, mekanisme pembangunan

(9)

24

bersih dan perdagangan emisi, agar dapat mencapai target pengurangan emisi.

3. Meminimalkan dampak terhadap Negara Berkembang dengan membentuk dana adaptasi perubahan iklim.

4. Akuntansi, Pelaporan dan Ulasan untuk memastikan integritas Protokol.

5. Pemenuhan. Membentuk Komite Kepatuhan untuk menegakkan kepatuhan terhadap komintem dalam protokol.

Setelah diadopsi pada tanggal 11 Desember 1997, Protokol Kyoto mulai untuk ditandatangani pada tanggal 16 Maret 1998. Sesuai dengan ketentuan Pasal 25, Protokol Kyoto secara efektif akan berlaku 90 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Pihak Konvensi, termasuk negara-negara maju dengan total emisi CO2 paling sedikit 55 persen dari total emisi tahun 1990 dari kelompok negara-negara industri. Protokol Kyoto memasuki awal berlakunya (entered into force) pada 16 Februari 2005. Pengaturan yang lebih rinci untuk mengimplementasikan Protokol Kyoto telah diadopsi pada COP-7 tahun 2001 di Marrakesh, Morocco, yang selanjutnya dikenal sebagai "Marrakesh Accords."

Periode komitmen pertama dari pelaksanaan Protokol Kyoto telah dimulai tahun 2008 dan berakhir tahun 2012.9

2. Perjanjian Paris

Konferensi tahunan UNFCCC yang ke-21 atau COP21/CMP11 UNFCCC, yang di selenggarakan di Paris, 30 November – 12 Desember 2015.

Pada pertemuan tersebut Negara Pihak telah menyepakati untuk mengadopsi

9 Ibid. Hal 11

(10)

25

serangkaian keputusan di antaranya yakni Keputusan 1/ CP.21 on Adoption of the Paris Agreement sebagai hasil utama. Perjanjian Paris mencerminkan kesetaraan dan prinsip tanggung jawab bersama yang dibedakan sesuai kapabilitas Negara Pihak, dengan mempertimbangkan kondisi nasional yang berbeda-beda (common but differentiated responsibilities and respective capabilities, in the light of different national circumstances). Perjanjian Paris bertujuan untuk menahan peningkatan temperatur rata-rata global jauh di bawah 2°C di atas tingkat di masa pra-industrialisasi dan melanjutkan upaya untuk menekan kenaikan temperatur ke 1,5°C di atas tingkat pra–industrialisasi. Selain itu, Perjanjian Paris diarahkan untuk meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap dampak negatif perubahan iklim, menuju ketahanan iklim dan pembangunan rendah emisi, tanpa mengancam produksi pangan, dan menyiapkan skema pendanaan untuk menuju pembangunan rendah emisi dan berketahanan iklim.10

Perjanjian Paris ini merupakan sebuah persetujuan seperti hukum internasional sehingga negara-negara yang meratifikasi ini akan terikat pada isi perjanjian ketika mulai diberlakukan. Perjanjian Paris secara efektif akan berlaku 30 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Negara Pihak Konvensi yang jumlah total emisinya sekurang-kurangnya 55 persen dari jumlah total emisi gas rumah kaca global. Secara keseluruhan, Perjanjian Paris berisi 5 poin penting sebagai berikut:

Pertama, upaya mitigasi dengan cara mengurangi emisi untuk mencapai ambang batas kenaikan suhu bumi sesuai dengan yang disepakati yakni di bawah

10 Ibid. Hal 12

(11)

26

2 C dan diupayakan ditekan hingga 1,5 C. Penekanan emisi hingga 1,5 C adalah untuk mengurangi dampak dari pemanasan global yang dapat mempengaruhi negara-negara di dunia khususnya bagi kelompok negara SIDS (Small Island Developing States) dan negara LDC (Least Developed Countries).

Kedua, sistem penghitungan karbon dan pengurangan emisi yang dilakukan secara transparan. Setiap negara harus mempersiapkan Nationally Determined Contribution (NDC) yang merupakan mekanisme bagi setiap negara untuk menunjukan upaya negara menurunkan emisi. Disebutkan dalam isi perjanjian bahwa, NDC ini akan dikomunikasikan dan ditinjau setiap 5 tahun sekali untuk melihat perkembangan negara dengan dilakukan secara transparan, jelas dan sesuai dengan integritas lingkungan.

Ketiga, langkah-langkah adaptasi dengan memperkuat kemampuan negara-negara untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim. Disebutkan dalam Pasal 7 isi Perjanjian Paris bahwa perubahan iklim ini merupakan tantangan global yang dihadapi oleh seluruh negara, sehingga setiap negara harus saling mendukung dalam upaya untuk mengatasi dampak perubahan iklim dengan meningkatkan kemampuan negara seperti saling berbagi informasi, pengalaman, teknologi, membantu negara-negara berkembang dalam menemukan upaya efektif.

Keempat, memperkuat upaya dalam pemulihan akibat dari kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Upaya pemulihan ini dalam bentuk dana yang diberikan kepada negara-negara yang telah mengalami kerugian akibat dari kerusakan yang diakibatkan oleh perubahan iklim seperti tenggelamnya pulau-

(12)

27

pulau akibat dari meningkatnya permukaan air laut, kerusakan akibat badai seperti angin topan.

Kelima bantuan pendanaan, terkait dengan pendanaan bagi negara-negara untuk membangun ekonomi hijau dan berkelanjutan. Untuk membantu dan memungkinkan negara berkembang memenuhi komitmennya dalam mengurangi emisi, Perjanjian Paris menguluarkan mandat kepada negara maju guna menyediakan sumbar daya keuangan (Pasal 9), transfer teknologi (Pasal 10), dan meminta kepada seluruh negara pihak untuk bekerja sama dan meningkatkan kamampuan (Pasal 11).

B. Kanada dan Perjanjian Perubahan Iklim

Gambar 2. Peta Kanada

Kanada dikenal sebagai salah satu negara terbesar kedua di dunia menurut ukuran luas wilayah. Menjadi sebuah negara besar, Kanada memiliki berbagai

(13)

28

ekosistem, danau dan sungai menutupi 7 persen wilayah negara. Bagian selatan Kanada beriklim sedang sementara daerah utara dekat dengan wilayah artik.

Termasuk dalam kelompok negara industri dan teknologi maju, perekonomian.

Kanada merupakan salah satu negara maju yang mempunyai emisi cukup besar yaitu sebesar 22,9 metric ton CO untuk per kapita terbesar ketiga setelah Australia dan Amerika Serikat, dan 2,0% untuk emisi global dengan urutan kedelapan.11

Terhadap perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global akan mempunyai berbagai macam dampak yang akan dialami oleh Kanada. Pertama, kenaikan suhu selama tahun 1948 hingga 2013, rata-rata suhu tahunan di Kanada mencapai 1.6 °C, tingkat pemanasan yang tinggi dibandingan negara lain di dunia.

Bagian utara Kanada mengalami peningkatan suhu yang sangat ekstrim, perbedaan suhu yang terjadi di musim dingin dan musim semi berkontribusi terhadap dampak perubahan iklim yang dirasakan Kanada. Kedua, pemanasan global akan menaikkan frekuensi intensitas badai. Kanada merupakan negara maritime dengan 8 dari 10 provinsi dan 3 wilayah yang berbatasan dengan laut (termasuk teluk Hudson Bay). Sehingga banyak daerah Kanada juga akan merasakan dampak dari perubahan lingkungan laut, termasuk perubahan rata-rata permukaan laut, rezim gelombang, dan kondisi es.

Pengurangan drastir dari lapisan es di laut Kutub Utara telah terbukti dan telah dikaitkan dengan pemanasan global yang disebabkan oleh manusia. Upaya pemerintah Kanada untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang akan

11 Chastko, P. A. (2004). Developing Alberta's Oil Sands: From Karl Clark to Kyoto. Calgary:

University of Calgary Press.

(14)

29

dirasakan oleh masyarakat dan juga terhadap perekonomian negara telah dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan nasional maupun internasional seperti bergabung dalam perjanjian-perjanjian perubahan iklim.12

1. Kanada Ratifikasi Protokol Kyoto

Awal keikutsertaan Kanada dalam perjanjian Perubahan Iklim adalah meratifikasi Protokol Kyoto tahun 2002 pada masa pemerintahan Liberal dibawah pimpinan Perdana Menteri Jean Chretien. Dengan meratifikasi Protokol Kyoto, maka Kanada berkomitmen untuk menurunkan emisi sebanyak 6% atau sekitar 570 metric tonnes (Mt). Pilihan pemerintah untuk meratifikasi Protokol Kyoto menuai banyak kritik dari pihak oposisi yakni Partai Aliansi Konservatif (sekarang menjadi Partai Konservatif Kanada), industri minyak dan gas, serta pemerintah Alberta sebagai provinsi industri besar di Kanada. Bagi para oposisi, Protokol Kyoto ini dapat membahayakan perekonomian negara terutama dalam bidang tambang, minyak dan gas.13

Namun, terdapat beberapa pihak yang menyetujui Protokol Kyoto ini untuk diratifikasi Kanada yakni Partai Liberal Kanada, National Democratic Party (NDP), Parta Hijau dan juga para NGO. Bagi pihak pendukung ini memiliki pemikiran yang berbeda terkait dengan kepentingan ekonomi dalam Protokol ini, menurut mereka mengimplementasikn Protokol Kyoto dapat membuka kesempatan untuk membentuk pasar hijau yang berarti bahwa terbukanya

12 Smith, B. (2015, Agustus 6). Canada: Environmental Issues, Policies and Clean Technology.

Diakses pada 28 April 2017, dari AZO Cleantech:

http://www.azocleantech.com/article.aspx?ArticleID=563

13 Smith, Heather. A. (2008). Political Parties and Canadian Climate Change Policy. International Journal Winter 2008-09, 47-66. Hal 53-54.

(15)

30

kesempatan pekerjaan dan inovasi industri yang dapat memberikan keuntungan dengan investasi pada pembentukan industri hijau. Selain itu, letak geografis Kanada yang dekat dengan kutub utara rentan terhadap perubahan iklim, maka dari itu membutuhkan bantuan dari negara-negara lain agar terhindar dari dampak yang akan dirasakan oleh Kanada.

Beberapa scholars mengemukakan pendapatnya terkait pilihan Perdana Menteri Jean Chretien ini, menurut Smith ini merupakan masalah spekulasi, salah satu alasan kuat adalah bahwa partai Liberal berpikir Kanada bisa memiliki pengaruh lebih pada perjanjian ini dengan berada di dalam protokol dari pada berdiri sendiri di luar protokol ini. Dengan menjadi bagian dari Protokol Kyoto, bisa memberikan Kanada peluang untuk mempengaruhi perjanjian ini sehingga sesuai dengan kepentingan Kanada kedepannya. Kedua, keinginan Kanada untuk terlihat sebagai pemimpin dalam skala internasional dalam masalah lingkungan.

Dengan menunjukan etikat politik, Kanada dapa terhindar dari kritik yang dialami oleh Amerika Serikat pasca keputusannya untuk keluar dari ratifikasi Protokol Kyoto.14

Meskipun terdapat banyak kritik terkait dengan Protokol Kyoto yang dilayangkan oleh Partai Konservatif dan Aliansi industri, Perdana Menteri Jean Chretien berhasil mendapatkan suara mayoritas untuk ratifikasi Protokol Kyoto di dalam House of Commons atau parlemen Kanada pada tahun 2002. Hal ini tidak terlepas dari dukungan Partai Liberal, National Democratic Party (NDP), dan

14 Ibid. Hal 51-52

(16)

31

Partai Bloque Quebecois. Kemudian setelah itu, secara resmi Protokol Kyoto diratifikasi oleh Kabinet Kanada.15

2. Kanada Keluar dari Protokol Kyoto

Setelah Partai Konservatif menduduki pemerintahan pada tahun 2006, terdapat beberapa kekhawatiran terkait dengan masa depan kebijakan Perubahan Iklim Kanada. Stephen Harper sebagai Perdana Menteri Kanada sekaligus sebagai pemimpin Partai Konservatif pernah menulis kepada aliansi oposisinya pada tahun 2002 bahwa Protokol Kyoto merupakan sebuah “Konspirasi Sosialis untuk menarik uang dari negara kaya”, dan juga sebagai pemimpin partai, Stephen Harper menyatakan bahwa akan membatalkan Protokol Kyoto.16 Dia juga mempertanyakan ilmu yang membuktikan otentisitas dan keabsahan data-data yang menerangkan bahwa oemanasan global sebagai ancaman serius bagi kelangsungan hidup umat manusia dan planet bumi bagi generasi mendatang.17

Puncak dari keputusan Stephen Harper adalah dengan menarik Kanada dari Protokol Kyoto pada tahun 2011. Dinyatakan bahwa Protokol Kyoto sebagai kebijakan lingkungan yang tidak realistis bagi negaranya khususnya dalam menekan tingkat emisi gas buang dibawah 6% sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Protokol Kyoto. Target ini sangat sulit dicapai oleh Kanada mengingat Kanada merupakan salah satu negara industri maju dengan tingkat konsumsi

15 Ibid. Hal 54

16 CBCNews. (2004, Juni 09). Conservative government would scrap Kyoto: Harper. Diakses pada 09 Mei 2017, dari CBC News: Canada: http://www.cbc.ca/news/canada/conservative- government-would-scrap-kyoto-harper-1.494009

17 Smith, Heather. A. (2008). Political Parties and Canadian Climate Change Policy. International Journal Winter 2008-09, 47-66. Hal 58

(17)

32

bahan bakar fosil yang sangat besar dan mobilitas transportasi yang sangat padat.

Hal ini diperparah dengan meningkatnya emisi gas rumah kaca Kanada pada laporan tahunan di COP-15 yang diselenggarakan di Copenhagen. Pada pertemuan tersebut, dilaporkan bahwa terjadi peningkatan jumlah emisi Kanada mencapai 17%, lebih besar dari tahun 1990 dan tentu meningkatkan target penurunan emisi 6% yang harus dipenuhi hingga tahun 2012. Kenaikan jumlah emisi ini diakibatkan karena peningkatan jumah hydrocarbons CH4 dari energi minyak pasir yang terdapat di wilayah Alberta, Kanada. Dengan adanya peningkatan emisi ini semakin memberikan dorongan terhadap pemerintahan Stephen Harper untuk menarik Kanada dari protokol Kyoto.18

Terdapat 4 alasan utama yang menyebabkan keputusan ini dikeluarkan oleh pemerintahan perdana menteri Stephen Harper, yakni;19

i. Protokol Kyoto sangat rentan dampaknya terhadap industri Kanada, sebagai salah satu negara dengan indutri besar, implementasi Protokol Kyoto dapat meningkatkan tingkat pengangguran dan kerugian besar terhadap industry-industri Kanada, pemerintah provinsi dan juga masyarakat.

ii. Keputusan Amerika Serikat untuk tidak meratifikasi Protokol Kyoto pada pemerintahan Presiden Bush tahun 2001 dan bukan bagian

18 Ljunggren, D. (2011 , Desember 13). Analysis: Canada's Kyoto withdrawal began when Bush bolted. Diakses pada 09 Mei 2017, dari Reuters: http://www.reuters.com/article/us- kyoto-withdrawal-idUSTRE7BB1X420111213

19 Fjellvang, C. V. (2015). Why did Canada withdraw from the Kyoto Protocol? FNI Report 1/2015, 88.

(18)

33

dalam protokol, dengan implematasi Kanada dalam Protokol Kyoto dapat menyebabkan konsekuensi ekonomi kedepannya terhadap daya saing perdagangan Kanada. Seperti yang diketahui, Kanada dan AS menjalin kerjasama ekonomi antar keduanya. AS merupakan partner perdagangan dan penerima ekspor Kanada terbesar sebesar 71% dari total ekspor kanada pada tahun 2011.

iii. Di dalam Protokol Kyoto sendiri tidak ditentukan mengenai emisi yang mengikat kepada negara-negara berkembang, hal ini dianggap tidak adil bagi negara maju termasuk Kanada. Perjanjian ini hanya mengikat kepada negara-negara Annex I untuk menurunkan emisinya.

Dengan tidak mengikutsertakan negara-negara berkembang dengan tingkat emisi tinggi seperti China dan India, perjanjian ini tidak akan mambu menurunkan emisi global yang dapat menghindarkan perubahan iklim.

iv. Kompensasi yang diberikan kepada Kanada ketika tidak memenuhi target penurunan emisi pada tahun 2012 yang sangat tinggi juga dirasa tidak menguntungkan bagi Kanada untuk terus berkontribusi dalam Protokol Kyoto.

Sebagai gantinya, pemerintah Kanada dibawah pemerintahan Stephen Harper merumuskan kebijakan emisi gas buang dan konservasi lingkungan dalam lingkup internal Kanada tanpa terikat dengan Protokol Kyoto. Terkait dengan penurunan emisi gas rumah kaca, tidak ada perbedaan signifikan antara upaya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan Liberal pada masa Jean Chretien dan

(19)

34

pemerintahan Koservatif ini, dengan mengeluarkan program “Turning the Corner”, yakni rencana Perubahan Iklim diusung oleh pemerintah Konservatif Stephen Harper dengan melakukan inisiatif seperti dorongan pajak, dukungan untuk efisiensi energi, dan dana untuk mendukung projek pemerintah provinsi maupun teritorial.

Semua program ini sama dengan yang dibuat oleh pemerintahan sebelumnya yakni “Project Green”. Inti dari rencana “Turning the Corner” ini adalah komitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebanyak 150 juta ton hingga tahun 2020, sementara yang tertera dalam Protokol Kyoto adalah Kanada harus memenuhi komitmen untuk menurunkan emisi sebanyak 300 juta ton hingga tahun 2012. Secara tidak langsung rencana Perubahan Iklim ini tidak disesuaikan dengan kewajiban Kanada untuk menurunkan emisi sebesar 6% dari level tahun 1990 antara tahun 2008 hingga 2012.20

Ditariknya Kanada dari Protokol Kyoto ini tentu memiliki konsekuensi yang harus diterima oleh Kanada. Protokol Kyoto merupakan sebuah perjanjian internasional yang tentu memiliki norma dalam masyarakat internasional, tentu dengan negara tidak mematuhi atau mengikuti perjanjian Perubahan Iklim ini akan mendapatkan efek reputasi negatif. Dengan Kanada menarik diri dari Protokol Kyoto sementara negara-negara lain tetap bertahan di dalam perjanjian ini hingga masa periode pertama berlaku, pilihan untuk menarik diri dari

20 Jaccard, M. (2007, Januari 1). Canada's Kyoto Delusion: The Evidence Is Finally Forcing Us to Admit We Have Done Nothing. Diakses pada 28 April 2017, dari Questia:

https://www.questia.com/magazine/1G1-160281528/canada-s-kyoto-delusion-the- evidence-is-finally-forcing

(20)

35

perjanjian ini merupakan salah satu pelanggaran keras terhadap norma internasional. Hal ini menjadi salah satu yang dikhawatirkan oleh para gerakan lingkungan, seperti yang disebutkan Elizabeth May, pemimpin Partai Hijau Kanada dan salah satu Member of Parlianment: “At the multilateral level, who will ever think we’re a trustworthy nation again?...we will be seen as a country that deals in bad faith”

3. Kanada Ratifikasi Perjanjian Paris

Terbentuknya Perjanjian Paris pada tahuhun 2015 mengakhiri masa berlaku Protokol Kyoto sebagai Perjanjian Perubahan Iklim. Pada 12 Desember 2015, 196 negara yang tergabung dalam United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) mengadopsi Perjanjian Paris, sebuah kerangka yang mengikat secara hukum untuk upaya bersama mengatasi perubahan iklim.

Perjanjian Paris yang disepakati pada COP-21 di Paris ini telah memasuki masa penandatanganan bagi Negara Pihak yang tergabung dalam Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Sesuai Keputusan COP-21, Perjanjian Paris secara efektif akan berlaku 30 hari setelah diratifikasi oleh paling sedikit 55 Negara Pihak Konvensi yang jumlah total emisinya sekurang-kurangnya 55 persen dari jumlah total emisi gas rumah kaca global.21

Kanada di bawah pemerintahan baru dengan Justin Trudeau sebagai Perdana Menteri terpilih saat ini telah meratifikasi Perjanjian Paris pada 5 oktober

21 Droge, S. (2016). The Paris Agreement 2015: Turning Point for the International Climate Regime. Berlin: German Institute for International and Security Affairs.

(21)

36

2015 dan menjadikan Kanada sebagai negara ke-60 yang meratifikasi perjanjian tersebut. Ratifikasi Kanada ini didukung oleh persetujuan Parlemen Kanada yang berhasil diraih Justin Trudeau dengan mendapatkan suara mayoritas. Meskipun ratifikasi Perjanjian Paris ini ditentang oleh Partai Konservatif namun dukungan dari partai lain seperti Partai Liberal, Partai Demokrasi Baru (New Democratic Party), Partai Bloc Québécois, dan Partai Hijau menghasilkan suara mayoritas di dalam Parlemen sehingga menjadikan Kanada untuk berkomitmen dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris dengan mengurangi emisi gas rumah kaca.22

Gambar 3. Target penurunan ERK Kanada

Sumber: Canada’s INDC Submission to the UNFCCC, United Nations Framework Convention on Climate Change.

22 McSheffrey, E. (2016, October 5). Canada officially ratifies historic Paris climate agreement.

Diakses pada April 28, 2017, dari National Observer:

http://www.nationalobserver.com/2016/10/05/news/canada-officially-ratifies-historic- paris-climate-agreement

(22)

37

Sesuai Keputusan COP- 21 yang mengadopsi Perjanjian Paris, negara pihak (Parties) diharapkan menyampaikan Nationally Determined Contribution (NDC) yang pertama paling lambat bersamaan dengan penyampaian dokumen ratifikasi, yang nantinya akan dimuat dalam Public Registry yang dikelola oleh Sekretariat UNFCCC. Kanada bersamaan dengan keputusan meratifikasi Perjanjian Paris telah menyampaikan NDC dengan target penurunan emisi sebesar 30% dari level tahun 2005 dan akan dicapai hingga tahun 2030.23

Undang-undang utama pemerintah federal Kanada adalah Canadian Environmental Protection Act 1999, yang mencakup otoritas untuk mengatur emisi gas rumah kaca. Untuk mencapai target penurunan emisi tersebut, pemerintah Kanada telah melakukan dan merencanakan beberapa upaya penurunan emisi antara lain mengelurkan kebijakan untuk beberapa sector seperti sector transportasi, penggunaan bahan bakar dan penggunaan energi terbarukan.

Provinsi dan wilayah Teritori Kanada memiliki otoritas yang signifikan atas bidang sumber daya alam, energi, dan lingkungan. Masing-masing memiliki kerangka hukum sendiri dan masing-masing memiliki kebijakan dan langkah- langkah yang akan mengurangi emisi gas rumah kaca sendiri.

Terdapat mekanisme bagi pemerintah federal untuk terlibat dengan provinsi dan wilayah Teritori Kanada, serta mitra utama lainnya dan pemangku kepentingan, tentang perubahan iklim. Sistem desentralisasi dalam pemerintahan Kanada berarti bahwa pelaksanaan Perjanjian Paris akan memerlukan tindakan di

23 Che, H. (The Road from Paris: Canada’s Progress Toward Its Climate Pledge). What is an INDC?

IB: 16-10-A, 1-4.

(23)

38

berbagai tingkatan24. Oonagh Fitzgerald, Director of the Centre for International Governance Innovation’s International Law Research Program yang berbasis di Waterloo, Kanada berpendapat bahwa perjanjian tersebut akan memerlukan review undang-undang dan kebijakan nasional, provinsi dan wilayah teritori untuk melihat di mana undang-undang perlu diperbarui.

Dia mencatat bahwa tinjauan harus fokus pada pengembangan strategi perubahan iklim yang komprehensif yang terlihat pada carbon pricing, pengembangan dan komersialisasi teknologi hijau, program untuk konservasi, rehabilitasi hutan dan bangunan penyerap karbon, dan transformasi keseluruhan perekonomian Kanada. Pada akhirnya, Kanada harus terlibat dalam latihan koordinasi yang melibatkan semua provinsi, teritori, serta masyarakat adat, komunitas bisnis, akademisi dan masyarakat sipil untuk menegakkan jalan menuju tujuan yang ditetapkan dalam perjanjian, dengan meninjau pada bukti apa yang telah dan belum bekerja di pemerintahan sebelumnya.

Dalam pernyataannya di COP-21, Perdana Menteri Trudeau berjanji pembentukan kerangka perubahan iklim pan-Kanada untuk membantu dalam melaksanakan perjanjian Paris. Kanada juga berkomitmen untuk sejumlah aliansi, termasuk Mission Inovation yang bertujuan untuk menghidupkan kembali inovasi energi bersih global dengan menggandakan penelitian energi negara-diarahkan dan pengembangan investasi selama lima tahun dan Aliansi Global untuk Bangunan dan Konstruksi yang bertujuan untuk mempercepat dan skala sektor

24 Minister of Environment and Climate Change. (2016). Canada’s INDC Submission to the UNFCCC. Ottawa: UNFCCC.

(24)

39

potensi untuk mengurangi emisi. Perdana Menteri Justin Trudeau mengatakan pemerintah provinsi dan wilayah teritori dapat menempatkan pajak langsung pada emisi karbon minimal $ 10 Kanada ($ 7,60) per ton atau mengadopsi sistem cap- and-trade. Jika provinsi gagal untuk melakukan baik pada tahun 2018, pemerintah federal akan menerapkan pajak karbon dasar $ 10 per ton, naik $ 10 per ton tiap tahun hingga mencapai C $ 50 per ton dengan 2022.25

PM Justin Trudeau berpendapat bahwa pricing polusi karbon akan memberikan Kanada sebuah “keuntungan yang signifikan” dalam membangun ekonomi bersih, memaksa perusahaan untuk mengembangkan cara-cara inovatif untuk mengurangi emisi, dan menciptakan ratusan ribu pekerjaan teknologi bersih. Perjanjian Paris akan memiliki implikasi untuk sejumlah sektor di Kanada, termasuk energi, transportasi, konstruksi, pertanian, perikanan dan lingkungan.

Sustainable Canada Dialogues (SCD) - sebuah inisiatif sukarela yang memobilisasi lebih dari 60 penelitian dari seluruh Kanada - mengajukan sejumlah langkah yang Kanada bisa ambil untuk mewujudkan kemajuan perubahan iklim dalam laporan terbaru.26

Laporan itu menyerukan 10 pergeseran kebijakan, dan menyarankan tindakan jangka panjang pendek, menengah dan spesifik termasuk sehubungan dengan kebijakan energi, transportasi, konstruksi dan lingkungan. Erin Flanagan

25 Kindornay, S., & Venkatesh, J. (2015, December 21). The Paris Agreement: Implications for Canada. Diakses pada 28 April 2017, dari Canadian International Development Platform:

http://cidpnsi.ca/the-paris-agreement-implications-for-canada/

26 Struzik, E. (2017, January 19). Canada’s Trudeau is Under Fire For His Record on Green Issues.

Diakses pada 28 April 2017, dari Yale Environment:

http://e360.yale.edu/features/canada_justin_trudeau_environmental_policy_pipelines

(25)

40

dari Pembina Institute berpendapat bahwa pemerintah federal harus mengejar tiga inisiatif segera, termasuk mendukung penghijauan jaringan listrik di seluruh Kanada, memberikan dukungan keuangan dan kebijakan untuk bisnis rendah karbon dan mengadopsi tes iklim yang kredibel untuk semua proyek bahan bakar fosil dan infrastruktur terkait seperti proyek pipa. Sementara untuk pendekatan regulasi Kanada sejalan dengan Amerika Serikat, dimana sesuai, mengakui pentingnya kerjasama dalam pasar Amerika Utara yang terintegrasi. Kanada akan terus mengambil tindangan kooperatif dengan mitra antar benua, terutama Amerika Serikat, dan akan bekarja menuju tindakan lebih lanjut di sektor ekonomi terintegrasi, termasuk energi dan transportasi.

Pada Juni 2016, Kanada menjadi tuan rumah North American Leaders Summit, pertemuan tersebut dihadiri Presiden AS saat itu Barack Obama, Presiden Meksiko Enrique Peña Nieto, dan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau.

Pertemuan ini menghasilkan North American Climate, Clean Energy, and Environmental Partnership Action Plan, dimana Amerika Utara bertujuan untuk menghasilkan 50 persen listrik dari energi bersih pada tahun 2025. Untuk mencapai tujuan ini, negara-negara ini akan berinvestasi dan menyebarkan berbagai teknologi energi bersih, memajukan penelitian kolaboratif, dan menyelaraskan standar dan peraturan lingkungan di berbagai sektor.27

27 Darby, M. (2016, June 06). US, Canada, Mexico agree climate partnership. Diakses pada 28 April 2017, dari Climate Home: http://www.climatechangenews.com/2016/06/30/us- canada-mexico-agree-climate-partnership/

(26)

41

Masalah Climate Finance untuk mendukung pengembangan adaptasi negara dan upaya mitigasi adalah aspek sentral dari negosiasi di Paris. Kanada berkomitmen untuk terus menyediakan dana bagi negara-negara berkembang untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai bagian dari Perjanjian Paris.

Sebelum COP-21, Perdana Menteri Trudeau mengumumkan bahwa Kanada akan memberikan kontribusi $ 2,65 miliar CAD selama lima tahun ke depan untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim di KTT Commonwealth pada 27 November 2015. Seperti yang disebutkan, The Green Climate Fund (GCF) bertujuan untuk meningkatkan $ 100 miliar USD dari masyarakat dan sektor swasta pada tahun 2020 untuk pembiayaan adaptasi ke negara-negara berkembang, untuk memenuhi komitmen negara maju.28

Kanada baru-baru ini telah memobilisasi CAD $ 300 juta berjanj untuk GCF dari 2014. Pengumuman Trudeau ini akan membuat Kanada menjadi salah satu kontributor terbesar untuk Green Climate Fund (GCF). Kanada juga telah memobilisasi $ 22,4 juta USD untuk Least Developed Countries Fund diselenggarakan oleh Green Environment Facility selama dua tahun ke depan, termasuk komitmen keuangan secara keseluruhan dari $ 2,65 miliar CAD.

Pengumuman Perdana Menteri merupakan peningkatan yang signifikan dalam komitmen Kanada untuk pendanaan iklim, dan berkontribusi terhadap peran Kanada dalam memenuhi tujuan global memobilisasi $ 100 miliar USD per tahun dari negara-negara maju pada tahun 2020 untuk pendanaan iklim. Selama ini

28 Kindornay, S., & Venkatesh, J. (2015, December 21). The Paris Agreement: Implications for Canada. Diakses pada 28 April 2017, dari Canadian International Development Platform:

http://cidpnsi.ca/the-paris-agreement-implications-for-canada/

(27)

42

peranan Kanada dengan perjanjian Perubahan Iklim mempunyai dinamikanya tersendiri yang membawa reputasi Kanada di kancah internasional ternodai.

Meskipun demikian, dengan adanya Perjanjian Paris ini menjadi suatu titik balik Kanada untuk memperbaiki reputasinya dan juga memperbaiki hubungan dengan negara lain terkait dengan isu Perubahan Iklim ini.29

29 Grandia, K. (2015, November 27). A Primer on Trudeau's $2.65 Billion Green Climate Fund Announcement. Diakses pada 28 April 2017, dari Desmog Canada: Clearing the PR Pollution: https://www.desmog.ca/2015/11/27/primer-trudeau-s-2-65-billion-green- climate-fund-announcement

Gambar

Gambar 1. Struktur Konvensi Perubahan Iklim
Gambar 2. Peta Kanada
Gambar 3. Target penurunan ERK Kanada

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan iklim memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan. Dampak langsung seperti musim yang tidak menentu, banjir,

Bulan Mei-Juni diduga bukan merupakan musim penangkapan ikan cendro, dimana pada bulan-bulan ini kondisi perairan di musim peralihan cukup tenang dan bukan kondisi yang cocok untuk

Hal ini sesuai dengan hasil kualitatif ketiga sampel yang disinari laser UV (Gambar 16). Selain itu, grafik tersebut menunjukan bahwa tidak terjadi perubahan panjang

Pembentukan karakter disiplin diyakini perlu ada dan penting untuk dilakukan oleh sekolah guna menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di

Keadaan Cuaca : Pagi Cerah Siang Cerah dan Sore Hujan Intensitas Tinggi Pengamatan dan Pengolahan Data AWS/SP Jum'at, 27 Mei 20167. Melaksanakan kegiatan

harinya Anang main-main dijalan ditabrak sama Jefri dan ternyata itu anak Bram secara kebutulan juga Bram adalah mantan pacar dari ibu Ardan, dan Iwan mengenalinya karena Bram

Perendaman benih dan penyemprotan Methylobacterium spp setiap satu bulan berpengaruh lebih baik pada pertumbuhan tanaman cabai yang ditunjukkan dengan