commit to user 58 BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengujian Bahan Dasar
4.1.1. Hasil Pengujian Agregat Halus
Pengujian terhadap agregat halus yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian kadar lumpur, kandungan zat organik, specific gravity, gradasi agregat dan berat jenis.
•
Hasil Pengujian Kandungan Lumpur Berat pasir awal ( G1 ) = 500 gram
Berat pasir akhir ( G2 ) = 497 gram
Hal ini menunjukkan bahwa kandungan lumpur dalam pasir tersebut banyak.
Hasil dari percobaan dan analisa data, didapat nilai kandungan lumpur dalam pasir sebesar 3 %. Menurut PBI 1971 kandungan lumpur maksimal dalam agregat halus adalah 5 % dari berat kering. Maka dapat disimpulkan bahwa pasir tersebut memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai campuran beton.
•
Hasil Pengujian Kandungan Zat OrganikSetelah pasir dan larutan NaOH 3 % diaduk dan didiamkan selama 24 jam warna larutan NaOH 3 % atau air yang berada diatas pasir berubah warna menjadi kuning muda.Hal ini menunjukkan bahwa zat organik dalam pasir sedikit. Kadar zat organik dalam pasir berdasarkan tabel 3.1 Prof. Roseno adalah 0 - 10 %.
% 3
% 100 100
497 500
% 100
Berat awal akhir Berat awal
berat mpur
Kadungan Lu
commit to user NaOH (kuning muda)
Lumpur (abu-abu)
Endapan pasir (kehitam-hitaman)
Gambar 4.1. Hasil Pengujian Kandungan Zat Organik
Didapat warna larutan dari hasil percobaan NaOH 3 % berubah menjadi kuning muda, yang berarti kandungan zat organik dalam sampel sedikit. Sampel pasir dapat digunakan untuk beton dengan prosentase kandungan zat organik berkisar antara 0-10 %.
•
Hasil Pengujian specific gravity Agregat HalusTabel 4.1. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Halus
Simbol Keterangan Berat ( gram )
a Pasir kondisi SSD 500
b Volumetric Flash + air + pasir 979
c Volumetric Flash + air 675
d Pasir kering oven (110oC, 24 jam ) 492
Bulk Specific Gravity =
b c a
d
=
979 675 500
498
= 2,54
Bulk Specific Gravity SSD =
b c a
a
=
979 675 500
500
= 2,55
Apparent Specific Gravity =
b c d
d
=
979 675 498
498
= 2,57
Absorbtion = 100%
d d
a = 100%
498 498
500 x
= 0,4 %
commit to user
Menurut ASTM C.128, syarat specific gravity SSD 2,5-2,7 sehingga dengan persyaratan tersebut berarti agregat halus yang diuji tersebut sudah memenuhi syarat dan dapat digunakan sebagai campuran beton, karena mempunyai harga specific grafity SSD sebesar 2,50.
•
Hasil Pengujian Gradasi Agregat HalusTabel 4.2. Hasil pengujian gradasi agregat halus
No
Diameter Ayakan
(mm)
Berat Tertahan Berat Lolos
Kumulatif (%) SNI Gram % Kumulatif (%)
1 10 mm 0 0,00 0,00 1 10 mm
2 4,8 mm 262 8,74 8,74 2 4,8 mm
3 2,4 mm 219 7,30 16,04 3 2,4 mm
4 1,2 mm 960 32,02 48,07 4 1,2 mm
5 0,6 mm 842 28,09 76,15 5 0,6 mm
6 0,30 mm 528 17,61 93,76 6 0,30 mm
7 0,15 mm 187 6,24 100,00 7 0,15 mm
Jumlah 2998 100,00 342,76 - Jumlah
Gambar 4.2. Grafik Gradasi Agregat Halus
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
SNI Batas Atas SNI Batas Bawah Hasil Pengujiajn
commit to user
Modulus kehalusan pasir dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.6.
Modulus kehalusan pasir = e d
= 100 100 63 , 342
= 2,42
Modulus halus pasir untuk SNI-0052-80 bahan untuk agregat halus adalah 1,5 - 3,8 sehingga agregat tersebut memenuhi syarat untuk campuran adukan beton karena modulus halus pasir diperoleh 2.77. Hasil grafik yang telah disajikan juga menunjukkan bahwa hasil pengujian agregat halus terletak diantara batas minimal dan batas maksimal sehingga agregat tersebut memenuhi syarat untuk campuran adukan beton.
Rekapitulasi hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalamTabel 4.1 . Tabel 4.3.Hasil Pengujian Agregat Halus
Jenis Kandungan Hasil Pengujian Standar Kesimpulan Kandungan zat organik Kuning Muda 0-10% Memenuhi syarat
Kandungan lumpur 3 % Maks 5% Memenuhi syarat
Bulk specific gravity 2,4 gr/cm3 - -
Bulk specific gravity SSD 2,55 gr/cm3 2,5 - 2,7 Memenuhi syarat Apparent spesific gravity 2,57 gr/cm3 - -
Absorbtion 0,4 % - -
Modulus Halus 2,42 2,3 – 3,1 Memenuhi syarat
•
Hasil Pengujian Agregat KasarPengujian terhadap agregat kasar split (batu pecah) yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pengujian berat jenis (spesific gravity), gradasi agregat kasar dan keausan (abrasi).
commit to user 4.1.2.1.Hasil Pengujian specific gravity Agregat Kasar
Tabel 4.4. Hasil Pengujian Specific Gravity Agregat Halus
Simbol Keterangan Berat ( gram )
A Berat kerikil kering oven 3000
B Berat kerikil kondisi SSD 3049
C Berat agregat dalam air 1880
Bulk Specific Gravity = c b
a
=
1880 3049
3000
= 2,57
Bulk Specific Gravity SSD=
c b
b
=
1880 3049
3049
= 2,61
Apparent Specific Gravity = c a
a
=
1880 3000
3000
= 2,68
Absorbtion = 100% a
a
b = 100%
3000 3000
3049 x
= 1,63 % Menurut ASTM C.128-79 syarat bulk spesific gravity SSD antara 2.5 – 2.7, sehingga agregat kasar memenuhi syarat dan layak digunakan untuk campuran beton.
•
Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar Tabel 4.5.Hasil Pengujian Gradasi Agregat KasarNo
Diameter Ayakan
(mm)
Berat Tertahan Berat Lolos
Kumulatif (%) SNI Gram % Kumulatif (%)
1 38,00 - - - 100,00 95-100
2 19,00 987 32,93 32,93 67,07 30-70
3 9,60 1562 52,12 85,05 14,95 10-35
4 4,80 448 14,95 100,00 0,00 0-5
5 2,40 0 0,00 100,00 0,00 -
6 1,20 0 0,00 100,00 0,00 -
7 0,60 0 0,00 100,00 0,00 -
8 0,30 0 0,00 100,00 0,00 -
9 0,15 0 0,00 100,00 0,00
Jumlah 2997 100 717,98 - -
commit to user
Gambar 4.3.Grafik Gradasi Agregat Kasar Diperoleh data dari grafik diatas sebagai berikut:
Modulus halus kerikil : ∑ % 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙−100
∑ % 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙
: 100 100 98 , 717 : 6,18
Modulus halus kerikil diperoleh sebesar 7,98 sehingga agregat tersebut memenuhi syarat untuk campuran adukan beton, yaitu berkisar antara 5-8 (SK– SNI–T-15- 1990-03). Berdasarkan grafik pengujian yang telah disajikan maka agregat tersebut memenuhi syarat karena masuk dalam syarat british standart yang telah berlaku.
Rekapitulasi hasil-hasil pengujian tersebut disajikan dalam Tabel dibawah ini.
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Agregat Kasar Jenis Pengujian Hasil
Pengujian
Syarat
(Standar) Kesimpulan
Modulus Halus Butir 6,18 5 – 8 Memenuhi syarat
Bulk Specific Gravity 2,57 - -
Bulk Specific Gravity SSD 2,61 - -
Apparent Specific Gravity 2,68 - -
Absorbtion 1,63 % - -
Abrasi 38,67% 50% Memenuhi syarat
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 9,6 19
SNI Batas Atas SNI Batas Bawah Hasil Pengujian
commit to user
•
Hasil Pengujian AbrasiBerat agregat kasar awal = 6 kg = 6000 gram dengan :
1. Agregat kasar lolos ayakan 12,5 mm sebanyak 3 kg = 3000 gram.
2. Agregat kasar lolos ayakan 9,5 mm sebanyak 3 kg = 3000 gram.
3. Jumlah putaran sebanyak 1000 putaran.
Setelah 1000 kali putaran dalam mesin Los Angeles diperoleh berat kerikil yang tertampung di atas ayakan 2 mm = 3680 gram
Analisis Percobaan
Berat agregat kasar awal = 6000 gr Berat agregat kasar akhir = 3680 gr
Kehilangan agregat = 6000 – 3680 = 2320 gram Keausan agregat = Kehilangan agregat × 100 %
berat awal
= 2320 × 100 % = 38,67 % 6000
Keausan agregat kasar dari analisis data diketahui sebesar 38,67 %, sedangkan berdasarkan PBI 1971 pasal 3.4 ayat 5, untuk nilai keausan yang diijinkan adalah lebih kecil atau sama dengan 50 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang dijadikan sampel untuk uji keausan ini memenuhi syarat sebagai penyusun beton dengan nilai keausan sebesar 38,67 %.
4.2. Hasil Perhitungan Rancang Campur Metode
Perhitungan rancang campuran adukan beton dilakukan dengan metode The British Mix Design, dengan faktor air semen yang digunakan adalah 0,48.
Menurut perhitungan tersebut didapat kebutuhan bahan per 1 m3 yaitu (lihat lampiran B) :
a. Pasir = 738,70 kg
b. Agregat Kasar = 972,91 kg
c. Semen = 427,08 kg
d. Air = 205 liter
commit to user
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dihitung kebutuhan bahan tiap adukan yang berupa benda uji silinder dengan ukuran 15 x 30 cm yang akan diuji pada umur 28 hari. Kebutuhan tiap adukan disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7.Proporsi campuran adukan beton untuk 1 sampel silinder beton
Pasir 4,31 Kg
Agregat Kasar 5,71 Kg
Semen 2,49 Kg
Air 1,19 Liter
Abu Sekam 10% 0,25 Kg
Serat Bendrat 0,5% 0,0568 Kg Serat Bendrat 1% 0,1136 Kg Serat Bendrat 1,5% 0,1704 Kg Serat Bendrat 2% 0,2273 Kg 4.3. Hasil Pengujian Slump Flow
Berdasarkan pengujian nilai slump tampak bahwa penambahan serat bendrat akan mempengaruhi tingkat workabilitas, proses pengadukan, pengangkutan, penuangan, dan pemadatan.
Tabel 4,8. Hasil Pengujian Nilai Slump Kadar Serat
Bendrat
Kadar Abu Sekam
Kode Sampel
Nilai Slump (mm)
- - N 12
- 10% S 10
0,5% 10% SB 0,5% 10
1% 10% SB 1% 9
1,5% 10% SB 1,5% 9
2% 10% SB 2% 8
commit to user
Berdasarkan hasil pengujian, nilai slump menunjukkan bahwa nilai slump menurun seiring bertambahnya persentase serat bendrat dan abu sekam padi dalam campuran beton. Hal ini menunjukkan penambahan serat bendrat dan abu sekam padi 10% membuat nilai slump menjadi lebih kecil.
4.4.Hasil Pengujian dan Pembahasan Berat Jenis
Berat jenis didapat dari berat sampel beton (W) dibagi volume beton (V), berat beton bisa dicari dengan menimbang benda uji dan untuk mencari volum beton yaitu dengan cara memasukan benda uji kedalam bejana yang telah diisi air lalu dihitung berapa kenaikan airnya, cara ini sesuai dengan hukum Archimedes yang berbunyi “Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya kedalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”.
Contoh perhitungan berat jenis beton metode British berserat bendrat adalah : berat beton (W) = 12,4 kg
volume beton (V) = 0,005299 m3 berat jenis =
V W
= 0,005299 4 ,
12 = 2340,1745 kg/m3
Hasil Perhitungan berat jenis masing – masing benda uji disajikan pada tabel 4.6.
Tabel 4.9. Hasil Pengujian Berat Jenis Beton.
No
Kadar Serat
Kode
Benda Volume Berat rerata 3 benda uji
(kg)
Berat Jenis
(%) Uji (x 10-3m3) (kg/m3)
1 0% N 5.29 12,40 2344.05
2 0% S 5.29 12,36 2336.48
3 0,5% SB 0,5% 5.29 12,60 2381.85
4 1.0% SB 1% 5.29 12,50 2362.95
5 1,5 % SB 1,5% 5.29 12,20 2306.24
6 2.0% SB 2% 5.29 12,20 2306.24
Rata-rata 2339.63
commit to user
Berdasarkan hasil pengujian diatas diperoleh berat jenis berkisar 2306,24 kg/m3 sampai dengan 2381,85 kg/m3, sehingga beton tersebut termasuk beton normal.
Menurut Mulyono T (2004), beton normal adalah beton yang mempunyai berat jenis antara 2200 kg/m3 – 2400 kg/m3.
4.5. Hasil Pengujian dan Pembahasan Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan beton menggunakan CTM (Compression Testing Machine) merk Controls pada benda uji silinder ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada umur 28 hari didapat beban maksimum (Pmaks). Berdasarkan beban maksimum tersebut dapat diperoleh kuat tekan beton dengan menggunakan Persamaan 4.1.
A Pmaks
f'c (4.1)
dengan:
f’c = kuat desak beton (MPa) Pmaks = beban maksimum (N)
A = luas penampang benda uji beton (mm2)
Sebagai contoh perhitungan diambil data dari benda uji silinder 1 serat bendrat 1% dan abu sekam padi 10% sebagai berikut :
Pmaks = 455000 N A = 0,25 x π x 1502 = 17662,5 mm2
Maka kuat tekan betonnya adalah : f’c =
17662,5 455000
= 25.76 MPa.
Hasil pengujian kuat tekan beton pada benda uji silinder pada umur 28 hari selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.10. dan Gambar 4.4.
commit to user Tabel 4.10. Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton
N o
Kadar Serat
(%)
Kadar Sekam (%)
Kode Benda
Uji
No Benda
Uji
A (mm²) Pmaks (N)
f'c (MPa)
E (MPa)
1 0 0 N
1 17662.50 370000 20.95 21512,45 2 17662.50 365000 20.67 21368,20 3 17662.50 365000 20.67 21368,20 Rerata 366667 20.76 21414,67
2 0 10 S
1 17662.50 395000 22.36 22224,59 2 17662.50 415000 23.50 22784,09 3 17662.50 410000 23.21 22643,07 Rerata 406667 23.02 22550,20
3 0.5 10 SB 0.5 %
1 17662.50 400000 22.65 22368,24 2 17662.50 380000 21.51 21798,07 3 17662.50 480000 27.18 24503,18 Rerata 420000 23.78 22919,42
4 1.0 10 SB 1,0 %
1 17662.50 445000 25.19 23589,13 2 17662.50 455000 25.76 23854,52 3 17662.50 440000 24.91 23457,66 Rerata 446667 25.29 23635,90
5 1.5 10 SB 1.5 %
1 17662.50 390000 22.08 22084,99 2 17662.50 380000 21.51 21798,07 3 17662.50 460000 26.04 23983,82 Rerata 410000 23.21 22643,07
6 2.0 10 SB 2.0 %
1 17662.50 375000 21.23 21655,73 2 17662.50 420000 23.50 22784,09 3 17662.50 390000 22.08 22084,99 Rerata 395000 22.27 22179,81
commit to user
Gambar 4.4. Diagram Hubungan Kuat Tekan Beton dengan % serat Bendrat dan abu sekam padi Hasil Uji Laboratorium.
Gambar 4.5. Kurva Polynomial Hasil Pengujian Kuat Tekan
18 19 20 21 22 23 24 25 26
0 0 0,5 1 1,5 2
Kuat Tekan (MPa)
Serat Bendrat (%)
KUAT TEKAN BETON
y = -19971x2+ 358x + 23 R² = 1
15 17 19 21 23 25 27
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0%
kuat tekan
serat bendrat % 0,89%
commit to user
Berdasarkan grafik diatas didapat nilai fungsi y(x) sebagai berikut : y = -19971x2 + 358x + 23
Nilai optimum kuat tekan kemudian dihitung dengan cara : dy/dx = 0
0 = -39942x + 358, sehingga diperoleh x1 = 0,00896
Maka nilai x dapat disubstitusikan ke persamaan y = -19971x2 + 358x + 23 didapat:
untuk x1 = 0,00896 didapat y = 21,0283
Berdasarkan perhitungan untuk tiap nilai x didapatkan nilai optimum pada x1 = 0,00896 yang dalam persen adalah 0,89% dengan Mn sebesar 24,604 MPa.
Tabel 4.11. Perubahan Kuat Tekan
KODE BENDA f'c PERUBAHAN
UJI (MPa) (%)
SB 0% 20,76 0
S 23,59 13.64
SB 0,5 % 23,78 14.55
SB 1,0 % 25,29 21.82
SB 1,5 % 23,21 11.82
SB 2,0 % 22,27 7.27
Berdasarkan hasil penelitian didapat kuat desak tanpa penambahan bahan tambah yang diuji pada umur 28 hari adalah 20,76 MPa. Kuat desak beton dengan kadar abu sekam padi 10 % adalah 23,59 MPa, dan kuat desak beton dengan penambahan abu sekam padi 10 % dan serat bendrat 0,5%; 1%; 1,5% dan 2%, yang diuji pada umur 28 hari berturut-turut adalah 21,76 MPa ; 23,02 MPa; 23,78 MPa; 25,29 MPa; 23,21 MPa dan 22,27 MPa. Kuat desak maksimum adalah pada beton dengan kadar penambahan serat bendrat sebesar 1 %, dan abu sekam padi 10% menghasilkan kuat tekan sebesar 25,29 MPa atau terjadi kenaikan kuat desak sebesar 21,82 % dibandingkan dengan beton beton normal. Berdasarkan
commit to user
grafik fungsi polynomial, kuat tekan optimum terjadi pada kadar serat 0,89 % dengan nilai sebesar 24,60 MPa.
Peningkatan kuat tekan tersebut antara lain disebabkan karena adanya kontribusi dari serat terhadap berat adukan beton yang semakin padat. Serat yang ditambahkan masih dapat menyebar secara random dimana serat seolah-olah berfungsi sebagai tulangan. Serat bendrat juga mampu terekat kuat dengan adukan beton yang menyebabkan terbentuklah suatu massa yang kompak dan padat sehingga dapat meningkatkan nilai kuat tekannya. Selain serat abu sekam padi juga membuat beton lebih kuat karena mengandung silica yang cukup tinggi.
Mineral silica yang ditambahkan ini akan bereaksi dengan kapur bila ada uap air membentuk bahan yang kuat yaitu kalsium silikat hidrat ( C-S-H ) yang mempunyai sifat sebagai bahan perekat, semakin banyak jumlah perekat maka semakin tinggi kuat desak beton
4.6 Hasil Pengujian dan Pembahasan Kuat Tarik Belah
Pengujian kuat tarik belah beton menggunakan CTM (Compression Testing Machine) pada benda uji silinder umur 28 hari didapat beban maksimum (Pmaks).
Berdasarkan pembebanan maksimum yang diberikan, kekuatan tarik belah dihitung dengan Persamaan 4.2.
D Ls ft P
. .
2
(4.2)
Dengan :
ft = kuat tarik belah beton (N/mm2) P = beban maksimum yang diberikan (N) D = diameter silinder (mm)
Ls = tinggi silinder (mm)
commit to user
Sebagai contoh perhitungan diambil data dari benda uji silinder BS 1 %. Dari Lampiran D diperoleh data sebagai berikut:
P maks = 17500 N
Ls = 300 mm
D = 150 mm
Maka kuat belah betonnya adalah :
ft = 2×17500
π ×300×150 = 2.48 MPa
Hasil pengujian kuat tarik belah beton pada benda uji silinder umur 28 hari selengkapnya disajikan dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
No Kadar Abu sekam
(%)
Kadar Serat
(%)
Kode Benda
Uji
No Benda Uji
Ls (mm)
D (mm)
Pmaks (N)
ft (MPa)
1 0 0 BB 0% 1 300 150 150000 2.12
2 300 150 155000 2.19
3 300 150 140000 1.98
Rerata 148333 2.10
2 10 0 BS 0% 1 300 150 150000 2.12
2 300 150 160000 2.26
3 300 150 155000 2.19
Rerata 155000 2.19
3 10 0,5 BB 0,5% 1 300 150 155000 2.19
2 300 150 165000 2.34
3 300 150 160000 2.26
Rerata 160000 2.26
4 10 1,00 B 1 % 1 300 150 170000 2.41
2 300 150 165000 2.34
3 300 150 175000 2.48
Rerata 170000 2.41
5 10 1,50 BB 1,5% 1 300 150 160000 2.26
2 300 150 155000 2.19
3 300 150 155000 2.19
Rerata 156667 2.22
commit to user
6 10 2 BB 2 % 1 300 150 150000 2.12
2 300 150 155000 2.19
3 300 150 150000 2.12
Rerata 156667 2.14
4.7 Hasil Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan Deform
Benda uji dilakukan uji kuat tarik baja tulangan untuk mengetahui kualitas baja tulangan yang terpasang di balok. Pengujian dilakukan di laboratorium bahan fakultas teknik, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengujian menggunakan alat universal testing machine ( UTM ). Hasil pengujianya didapat gaya leleh (P).
Contoh perhitungan baja berdiameter 10.
Gaya pada saat kondisi leleh : 1885 kgf : 18850 N Luas penampang : 1
4𝜋. 𝐷2: 1
4𝜋. 102 :78,539 mm2 Sehingga :
𝑙𝑒𝑙𝑒ℎ = 𝑃𝑙𝑒𝑙𝑒ℎ
𝐴 = 18850
78,539= 240 𝑁/𝑚𝑚2
Hasil seluruh pengujian kuat tarik tulangan baja selengkapnya di Tabel 4.11.
Tabel 4.13. Hasil Pengujian Kuat Tarik Tulangan Baja.
No Diameter terukur (mm)
Luas penampang
(mm2)
Gaya leleh(N)
Tegangan leleh(MPa)
Rata- rata(MPa)
1 10 78,539 18850 240
240
2 10 78,539 18850 240
3 10 78,539 18850 240
commit to user 4.8.Hasil Pengujian Kuat Lentur dan Analisis Data
4.8.1 Hasil Pengujian
Pengujian kuat lentur dilakukan pada benda uji balok dengan dimensi 8 cm x 12 cm x 100 cm , dengan jumlah benda uji balok sebanyak 18 buah yang terdiri dari 3 buah balok dengan tambahan abu sekam 10 %, 3 buah balok dengan persentasi serat 0 %, 3 buah balok dengan persentasi persentasi serat 0,5 %, 3 buah balok dengan persentasi serat 1%, 3 buah balok dengan persentasi 1,5 % dan 3 buah balok dengan persentasi 2 %. Skema pengujian kuat lentur dapat dilihat pada gambar 4.6.
Gambar 4.6. Skema Pengujian Kuat Lentur
Berdasarkan hasil pengujiaan didapat data meliputi beban saat retak pertama, beban maksimum, lendutan saat retak pertama, lendutan maksimum.
50 300
300 300
50
P
Dial
Pembagi beban
Balok Uji
1/3 L 1/3 L
1/3 L
commit to user Tabel 4.14. Hasil Pengujian Kuat Lentur
Kode Benda
Uji
Beban saat leleh (kN)
Beban Saat Retak Pertama
(KN)
Lendutan Saat Retak Pertama
(mm)
Pmaks
(KN)
Lendutan Saat Beban
maks (mm)
Analisis Lendutan
(mm)
Posisi Runtuh
BB (a)
(0 %) 29 20 13,5 30 18 2,13 1/3 tengah
bentang BB (b)
(0 %) 30 21 15,0 31 20,1 2,34 1/3 tengah
bentang BB (c)
(0 %) 29 23 17,6 32 21,7 2,42 1/3 tengah
bentang BS(a)
(0 %) 32 27 17,0 33 21 2,40 1/3 tengah
bentang BS (b)
(0 %) 31 25 15 35 22,3 2,48 1/3 tengah
bentang BS (c)
(0 %) 32 26 19,0 34 22 2,43 1/3 tengah
bentang BB (a)
(0,5 %) 32 26 17,0 35 21,0 2,52 1/3 tengah
bentang BB (b)
(0,5 %) 33 30 15,2 37 20,4 2,74 1/3 tengah
bentang BB (c)
(0,5 %) 34 29 13,0 38 16,0 2,50 1/3 tengah
bentang BB(a)
(1 %) 36 33 15,0 44 18,7 3,00 1/3 tengah
bentang BB(b)
(1 %) 34 32 13,6 41 16,0 2,77 1/3 tengah
bentang BB(c)
(1 %) 35 31 15,8 42 18,0 2,88 1/3 tengah
bentang BB(a)
(1,5 %) 33 32 17,5 35 22,1 2,55 1/3 tengah
bentang BB(b)
(1,5 %) 33 32 14,0 38 16,0 2,81 1/3 tengah
bentang BB(c)
(1,5 %) 32 30 17 36 20,2 2,42 1/3 tengah
bentang BB(a)
(2 %) 32 31 13 32 21,4 2,38 1/3 tengah
bentang BB(b)
(2 %) 32 30 15 34 20,1 2,41 1/3 tengah
bentang BB(c)
(2 %) 32 32 14 35 17,0 2,55
1/3 tengah bentang
commit to user 4.9 Analisis Data
4.9.1. Momen Nominal Pengujian
Perhitungan momen nominal hasil pengujian ini menggunakan konsep statika dimana simple beam dibebani dengan beban merata q dan beban terpusat sebesar 1/2 P pada sepertiga bentangnya seperti Gambar 4.6. Momen maksimal yang terjadi kita dapat ketahui dari perhitungan ini. Beban yang digunakan dalam perhitungan momen nominal adalah beban saat beton mengalami leleh yaitu saat beban diberikan lendutan yang terbaca pada dial gauge dari konstan menjadi turun tidak konstan dan kembali menjadi konstan kembali.
Gambar 4.7 Diagram Gaya Pembebanan
commit to user
Perhitungan M leleh dengan benda uji BB (a) (1%), sebagai berikut:
Data:
b = 0,08 m
h = 0,12 m
L = 900 mm
Berat sendiri beton = 2362,95 kg/m3
Pleleh = 36 KN = 36000 N
½ Pmaks = 18 KN = 18000 N
q = 0,08 x 0,12 x 2362,95 = 22,68 kg/m = 0,2268 N/mm
maka:
Reaksi Tumpuan:
ΣMB = 0
= RAV. 900 - 1
2P. 600 - 1
2P . 300 - q. 950 .950
2 + q . 50 .50
2
RAV =450𝑃+ q. 950 .950
2 - q . 50 .50 2 900
RAV =1
2
𝑃 +
1
2q (9502− 502)
900 = RBV
RAV =1
236000
+
1
2 0,2268 (9502− 502)
900
=
18113,4 N/mm Momen maksimum terjadi di tengah bentang, maka:Mmax = Mn (momen nominal) Mmax = RAV. 450 − 1
2 𝑃 .150 − 𝑞. 500 .500
2
Mn = 18113,4 ∗ 450 − 1
2 36000 ∗ 150 − 0,2268. 500 .500
2
= 5422684,32 𝑁. 𝑚𝑚 = 5,4226 𝑘𝑁. 𝑚
Perhitungan Mleleh hasil pengujian selengkapnya disajikan pada Tabel 4.15.
Perhitungan Mcrack awal dan Mmax menggunakan perhitungan seperti diatas di atas, hasil selengkapanya dapat dilihat di tabel 4.16 dan 4.17.
commit to user
Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Momen Nominal Hasil Pengujian M Saat Leleh
No Kode Benda Uji
P leleh 1/2 P Leleh Momen Nominal Hasil Rerata
(kN) (kN) (kN-m) (kN-m)
1 BB(0 %) (a) 29 14,5 4,37
4,42
2 BB(0 %) (b) 30 15 4,52
3 BB (0 %) (c) 29 14,5 4,37
4 BS(0 %) (a) 32 16 4,82
4,77
5 BS(0 %) (b) 31 15,5 4,67
6 BS(0 %) (c) 32 16 4,82
7 BB (0,5%) (a) 32 16 4,82
4,97
8 BB (0,5%) (b) 33 16,5 4,97
9 BB (0,5%) (c) 34 17 5,12
10 BB(1 %) (a) 36 18 5,42
5,27
11 BB(1 %) (b) 34 17 5,12
12 BB(1 %) (c) 35 17,5 5,27
13 BB(1,5%) (a) 33 16,5 4,97
4,92
14 BB(1,5%) (b) 33 16,5 4,97
15 BB(1,5%) (c) 32 16 4,82
16 BB(1,5%) (a) 32 16 4,82
17 BB(2%) (b) 32 21 4,82 4,82
18 BB (2 %) (c) 32 21 4,82
Nilai Pleleh diperoleh dari besar pembebanan yang terjadi (P) saat terjadi regangan awal setelah retak pertama yang ditandai oleh perubahan sudut kemiringan pada grafik hubungan antara pembebanan dengan lendutan (Lampiran D).
commit to user
Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Momen Nominal Hasil Pengujian M Max
No Kode Benda Uji
P Max Momen Nominal Hasil Rerata (kN) (kN-m) (kN-m)
1 BB(0 %) (a) 30 4,52
4,67
2 BB(0 %) (b) 31 4,67
3 BB (0 %) (c) 32 4,82
4 BS(0 %) (a) 33 4,97
5,12
5 BS(0 %) (b) 35 5,27
6 BS(0 %) (c) 34 5,12
7 BB (0,5%) (a) 35 5,27
5,52
8 BB (0,5%) (b) 37 5,57
9 BB (0,5%) (c) 38 5,72
10 BB(1 %) (a) 44 6,62
6,37
11 BB(1 %) (b) 41 6,17
12 BB(1 %) (c) 42 6,32
13 BB(1,5%) (a) 35 5,27
5,47
14 BB(1,5%) (b) 38 5,72
15 BB(1,5%) (c) 36 5,42
16 BB(1,5%) (a) 32 4,82
17 BB(2%) (b) 34 5,12 5,07
18 BB (2 %) (c) 35 5,27
commit to user
Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Momen Nominal Hasil Pengujian M Crack Awal
No Kode Benda Uji
P Crack Awal
Momen Nominal Hasil Rerata
(kN) (kN-m) (kN-m)
1 BB(0 %) (a) 20 3,02
3,22
2 BB(0 %) (b) 21 3,17
3 BB (0 %) (c) 23 3,47
4 BS(0 %) (a) 27 4,07
3,92
5 BS(0 %) (b) 25 3,77
6 BS(0 %) (c) 26 3,92
7 BB (0,5%) (a) 26 3,92
4,27
8 BB (0,5%) (b) 30 4,52
9 BB (0,5%) (c) 29 4,37
10 BB(1 %) (a) 33 4,97
4,82
11 BB(1 %) (b) 32 4,82
12 BB(1 %) (c) 31 4,67
13 BB(1,5%) (a) 32 4,82
4,72
14 BB(1,5%) (b) 32 4,82
15 BB(1,5%) (c) 30 4,52
16 BB(1,5%) (a) 31 4,67
17 BB(2%) (b) 30 4,52 4,67
18 BB (2 %) (c) 32 4,82
commit to user
•
Perhitungan Analisis Mn crack awal.sebagai contoh berikut contoh perhitungan balok beton dengan penggunaan kadar serat 1%.
Data Balok :
Ec = 23635,90 MPa h = 120 mm Es = 200000 MPa Aps = 157,0796 mm² fc = 25,29 MPa n = 8,461 mm²
b = 80 mm D tul = 10 mm
fr = 3,520 MPa
Perhitungan :
Aek = 80x120+(8,461-1)x157,079 = 10772,08 mm²
Ytop = 80𝑥120𝑥
120
2 +(8,461−1)𝑥157,078𝑥(120−100)
10772,08
=
55,647 mmYbot = 120 – 55,647 = 64,352 mm
Ig = (1
12𝑥80𝑥120²)+80x120x(55,647-120
2 )² + (8,461 − 1)𝑥157,079𝑥64,352² =
= 16555694 mm⁴
Mcr = 3,520 𝑥 16555694
55,647 = 1047304 N.mm
= 1,047 kN.m
Berdasarkan perhitungan di atas, hasil perhitungan Mn crack awal secara analisis selengkapnya dirangkum ke dalam Tabel 4.17.a
commit to user Tabel 4.17.a Hasil Perhitungan Analisis Mn Crack Awal
No
Kadar Serat ( % )
Kadar Abu Sekam Padi
(%)
Mn crack awal (kN.m)
1 0 0 0,99
2 0 10 1,02
3 0,5 10 1,03
4 1 10 1,04
5 1,5 10 1,02
6 2 10 1,01
•
Perhitungan Analisis Mn leleh.Sebagai contoh berikut contoh perhitungan balok beton dengan penggunaan kadar serat 1%.
Data Balok :
Ec = 23635,90 MPa h = 120 mm Es = 200000 MPa As = 157,0796 mm² ρ = 0,022 MPa n = 8,461 mm² b = 80 mm D tul = 10 mm fy = 240 MPa
Perhitungan :
k = √0,0222𝑥8,4612 + 2𝑥0,022𝑥8,461 − 0,022𝑥8,461 − 0,022𝑥8, ,461
= 0,1909 mm
ɛs = 240
200000 = 0,0012 MPa
commit to user ɛc = ɛ𝑠 𝑘𝑑
𝑑−𝑘𝑑 = 0,0012𝑥 0,190𝑥87
87−0,190𝑥87 = 0,000283 MPa
f’c = 0,000283x23635,9 = 6,695 MPa Cc = 0,5x f’c x b x d x k
= 0,5x6,695x80x120x0,190 = 4449,444
C = kd/3
= (0,190x87)/3 = 5,538 mm
Mleleh = 157,079x240x(87-5,538) = 3071039 N.mm
= 3,071 kN.m
Berdasarkan perhitungan di atas, hasil perhitungan Mn leleh secara analisis selengkapnya dirangkum ke dalam Tabel 4.17.b
Tabel 4.17.b Hasil Perhitungan Analisis Mn leleh.
No
Kadar Serat ( % )
Kadar Abu Sekam Padi
(%)
Mn leleh (Kn.m)
1 0 0 3,04
2 0 10 3,06
3 0,5 10 3,06
4 1 10 3,07
5 1,5 10 3,06
6 2 10 3,05
commit to user
4.9.2. Momen Nominal Hasil Analisis (Menurut SNI 03-2847-2013)
Momen nominal (Mn) menurut SNI 03-2847-2013 adalah kuat kuat momen nominal dengan asumsi bahwa semua tulangan pada penampang yang ditinjau mencapai kuat leleh yang disyaratkan. Distribusi regangan dan tegangan pada balok beton menurut SNI 03-2847-2013 dapat dilihat pada Gambar 4.7
Balok Tulangan Tunggal
Gambar 4.8. Distribusi Regangan dan Tegangan Lentur pada Balok Beton Menurut (SNI 03-2847-2013)
Berdasarkan Gambar 4.8 Dapat dihitung momen nominal yang terjadi pada balok lentur, sebagai contoh berikut contoh perhitungan balok beton dengan penggunaan kadar serat 0%.
•
Analisis Lendutan Balok Data:Bjbeton = 2344,05 kg/m³
q = 0,08 x 0,12 x 1 x 2344,05 = 22,502 kg/m³ Ec = 21512,45N/mm² = 2151245000 kg/m² I = 1
12x80x120³ = 11520000 mm⁴ = 0,00001152 m⁴ L = 1000 mm = 1 m
P = 3000 kg
½ P = 1500 kg
commit to user Gambar. Momen Akibat Beban Titik dan Merata Perhitungan :
Beban Merata
Rav = Rbv= ½ x q x L Mmax = 1
8𝑥𝑞 𝑥 𝐿²
= ½ x 22,502 x 1 = 1
8𝑥 22,503 𝑥 1²
= 11,251 kg.m = 2,813 kg.m
Bidan M beban
Pm1 = 1
24𝑥 𝑞 𝑥 𝐿² Pm2 = 1
24𝑥 𝑞 𝑥 𝐿²
= 1
24𝑥 22,503 𝑥 1² = 1
24𝑥 22,503 𝑥 1²
= 0,938 kg.m = 0,938 kg.m
X1 = 5
16𝑥 𝐿 X2 = 5
16𝑥 𝐿
= 5
16𝑥 1 = 0,313 m = 11
16𝑥 1 = 0,688 m
commit to user Reaksi Perletakan dengan M beban
Ramv=Rbmv = 1
24𝑥𝑞𝑥 𝐿³ Mm = 5
384𝑥𝑞𝑥 𝐿⁴
= 1
24𝑥22,503𝑥 1³ = 5
384𝑥22,503𝑥 1⁴
= 0,938 kg.m² = 0,292 kg.m³
𝛥q
=
5384
𝑥
𝑞𝐿⁴𝐸𝐼
= 5
384
𝑥
22,503 𝑥 1⁴2151245000 𝑥 0,00001152
= 0,00001182 m
= 0,0118 mm
Beban Titik ƩMb = 0 Rav(L) - 1
2 P (2 x 1
3 L) - 1
2 P( 1
3 𝐿 ) = 0 𝑅𝑎𝑣 = (1
2𝑃) 𝑥 2
3𝐿 + (1
2𝑃) 𝑥 1
3𝐿
𝐿
=
(1500) 𝑥2
31+(1500) 𝑥 1 31
1
=
1500 kgRav = Rbv = 1500 kg Mc = Md
Mc = 1
3𝑥(1
2𝑃) Mc = 1
3x(1500) = 500 kg. m Bidang Momen sebagai Beban 𝑃1 = 𝑃4 =1
2x1
3x L x 1
3 (1
2p) 𝑃2 = 𝑃3 =1
6xL x 1
3 (1
2p) =1
2x1
3x 1 x 1
3 (1500) =1
6x 1 x 1
3 (1500) = 83,333 kg.m = 83,333 kg.m
commit to user Jarak P
𝑋1 = 2
3𝑥1
3𝑥 𝐿 𝑋2 = 1
3𝑥𝐿 + (1
2𝑥1
6 𝐿) = 2
9x L = 5
12x L 𝑋3 = 1
3𝑥𝐿 +1
6𝑥 𝐿 + (1
2𝑥1
6𝑥 𝐿) 𝑋4 = 1
3𝑥𝐿 +1
3𝑥 𝐿 + (1
3𝑥1
3𝑥 𝐿) = 7
12𝑥𝐿 = 7
9𝑥 𝐿
Reaksi Perletakan ƩMb = 0
𝑅𝑎𝑣 =(𝑃1𝑥 2
9𝑥𝐿 + 𝑃2 𝑥 5
12 𝑥 𝐿 + 𝑃3 𝑥 7
12𝑥 𝐿 + 𝑃4 𝑥 7
9𝑥 𝐿) 𝐿
𝑅𝑎𝑣 = 𝑅𝑏𝑣 = 𝑃2 + 𝑃1
Momen Max 𝑀𝑚𝑎𝑥 = 𝑅𝑎𝑣.1
2𝐿 − 𝑃1. (1 3𝑥1
3𝐿 +1 2 𝑥1
3𝐿) − (𝑃2 𝑥1 2𝑥1
3𝐿)
= 𝑅𝑎𝑣.1
2𝐿 − 𝑃1. 5
18𝐿 − 𝑃2.1
6 𝐿 = (𝑃2 + 𝑃1)1
2𝐿 − 𝑃1. 5
18𝐿 − 𝑃21
6𝐿
= 1
2𝑃2. 𝐿 +1
2𝑃1. 𝐿 − 𝑃1 5
18. 𝐿 − 𝑃2.1
6𝐿
=1
3. 𝑃2. 𝐿 +2
9. 𝑃1. 𝐿
𝛥𝑝 =1 3 𝑃2𝐿
𝐸𝐼 +2 9 𝑃1𝐿
𝐸𝐼
𝛥𝑝 =1
3 83,333𝑥1
2151245000𝑥0,00001152+2
9 83,333𝑥1
2151245000𝑥0,00001152
= 0,0021 m
= 2,123 mm
Δtotal = 0,0118 + 2,123
= 2,134 mm
commit to user Data:
b = 80 mm ; h = 120 mm ; p = 20 mm ; Øsengkang = 8 mm fc’ = 20,76 N/mm2 ; Dtulangan = 10 mm
fy Leleh Baja = 240 N/mm2 (Hasil Pengujian di Laboratorium) Ebaja = 200000 N/mm2
d = h – ( p + Øsengkang + ½ Dtulangan ) d = 120 – (20 + 8+ ½ x 10)
d = 87 mm
As= 2 x (¼ л 102) = 157,079 mm2
Cb = 0,003
0,003+ fyE d = 0,003
0,003+ (210000)240 x 87 = 63 mm
β1= 0,85 (fc’ < 30 MPa) (SNI 03-2847-2013)
𝑎𝑏 = 𝛽1 𝐶𝑏 = 0,85 𝑥 63 = 53,55 𝑚𝑚
Asb= 0,85 𝑓𝑐′ 𝑏 𝑎𝑏
𝑓𝑦 =0,85 𝑥 20,76𝑥 80 𝑥53,55
240 = 314,981 𝑚𝑚2 Syarat: As ≤ 0,75 Asb
157,0796 ≤ 0,75 𝑥 314,981
157,0796 𝑚𝑚2 < 236,235 𝑚𝑚2 ( 𝑂𝐾) Maka Momen Nominal:
𝑎 = (𝐴𝑠 𝑓𝑦)
0,85 𝑓𝑐′ 𝑏 = (157,079 𝑥240)
0,85 𝑥 20,76 𝑥 80 = 26,705 𝑚𝑚 Cek fs = fy
𝑎
𝑑 =35,60685
87 = 0,306 𝑎𝑏
𝑑 = 𝛽1( 600
600 + 𝑓𝑦) = ( 600
600 + 240) = 0,6071 𝑎
𝑑 ≤𝑎𝑏 𝑑
0,306 ≤ 0,6071 → maka fs = fy (asumsi OK) Momen nominal :
commit to user Mn= (𝐴𝑠 𝑓𝑦)(𝑑 − (𝑎/2))
𝑀𝑛 = (157,0796𝑥 240) 𝑥 (87 − (26,705/2)) 𝑀𝑛 = 2776443 𝑁𝑚𝑚
𝑀𝑛 = 2,77643 𝑘𝑁. 𝑚
Berdasarkan perhitungan di atas, syarat untuk batasan luas tulangan tarik baja telah memenuhi syarat menurut SNI 03-2847-2013, sedangkan untuk hasil perhitungan momen nominal secara analisis selengkapnya dirangkum ke dalam Tabel 4.18.
Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Momen Nominal Secara Analisis Menurut SNI 03-2847-2013
No Kadar Serat ( % ) Kadar Abu
Sekam (%) Mn (kN.m)
1 0 0 2,77
2 0 10 2,82
3 0,5 10 2,84
4 1 10 2,86
5 1,5 10 2,82
6 2 10 2,81
4.9.3 Momen Nominal Hasil Analisis Menurut Usulan Suhendro (1991) Distribusi regangan dianggap linear, dengan regangan maksimum diserat beton terdesak diambil 0,0035. Bagian desak digunakan diagram berbentuk parabola, yang mirip dengan diagram tegangan-regangan dari pengujian desak silinder, distribusi regangan dan tegangan pada balok beton fiber penuh menurut usulan dari Suhendro dapat dilihat pada Gambar 4.8.
commit to user Balok Tulangan Tunggal
Gambar 4.9. Distribusi Regangan dan Tegangan Lentur Pada Balok Beton Bertulang Yang Diberi Fiber Penuh. (Usulan Suhendro, 1991) Dimana notasi yang dipakai :
f’cf = kuat desak beton fiber (kg/cm2) ftf = kuat tarik beton fiber (kg/cm2)
fys = tegangan luluh baja tulangan (kg/cm2) As = luas baja tulangan (cm2)
c = jarak garis netral ke serat terluar di bagian desak (cm) h = tinggi balok(cm)
d = tinggi efektif balok (cm)
Dc = resultan gaya desak pada fiber (kg) Tc = resultan gaya tarik pada beton fiber (kg) Ts = resultan gaya tarik pada baja tulangan (kg)
Sebagai contoh perhitungan dilakukan pada benda uji balok lentur dengan persen serat bendrat sebesar 1%. Sehingga, untuk data-data balok beton serat 1 % sebagai berikut :
f’cf = 252,9 kg/cm2 ftf = 24,1kg/cm2 fys = 2400 kg/cm2 As = 1,5707 cm2 d = 8,70 cm
commit to user h = 12 cm
b = 8 cm
Berdasarkan asumsi diatas dilakukan analisis kuat batas sebagai berikut : Dc = 0,67 f’cf c b
Tc = 0,85 (h - c) 0,85 ftf b Ts = As fys
Persyaratan kesetimbangan gaya dalam memberikan hubungan : Dc – Tc – Ts = 0
(0,67 f’cf c b) - (0,85 (h - c) 0,85 ftf b) - (As fys) = 0
(0,67 . 252,9. c . 8) - (0,85 . (12 - c) . 0,85 . 24,1 . 8) - (1,5707 x 2400) = 0 1355,544 c - (1484,304 – 123,692 c) – 3769,911 = 0
1479,236 c – 5254,2 = 0 1479,236 c = 5254,2
c = 5254,2/ 1479,236 = 3,55 cm
Jadi nilai c yang didapat dari persamaan tersebut, c = 3,55 cm. Berdasarkan nilai c yang diketahui tersebut dimasukan ke nilai Dc, Tc, Ts, maka:
dc = 0,67 f’cf c b
= 0,67 x 252,9 x 3,55 x 8
= 4814,864 kg
Tc = 0,85 (h-c) 0,85 ftf b
= 0,85 x (12 – 3,55) x 0,85 x 24,1 x 8
= 1044,953 kg Ts = Asfys
= 1,5707 x 2400
= 3769,911 kg
Regangan pada tulangan dapat dihitung dari:
εs = 0,0035 .(d-cc)= 0,0035 x (8,70- 3,55
3,55 )= 0,00507 Memberikan tegangan sebesar:
fs = εs Es = 0,00507 x 2000000 = 10140 kg/cm2, Sehingga baja tulangan sudah leleh karena, fs = 10140 kg/cm2 > fys = 2400 kg/cm2
commit to user
Momen nominal yang dapat didukung oleh tampang tersebut adalah Mn = Tc(ℎ − 3
8 𝑐 − (h−𝑐)
2 ) + 𝑇 ( 𝑑 − 3
8 𝑐 ) Mn= 939,874 × (12 − 3
8 × 6,40 – (12−4,40)
2 ) + 5026,55 × ( 8,70 − 3
8 × 4,40 ) Mn= 35169,0 kg.cm = 3,51690 kN.m
Berdasarkan perhitungan di atas, hasil perhitungan momen nominal secara analisis menurut Suhendro (1991) selengkapnya dirangkum ke dalam Tabel 4.16.
Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Momen Nominal Secara Analisis Menurut Usulan Suhendro (1991)
No Kadar
Bendrat (%)
Kadar Abu Sekam (%)
Mn (kNn.m)
1 0 0 -
2 0 10 -
3 0,5 10 3,43
4 1 10 3,51
5 1,5 10 3,40
6 2 10 3,35
Hasil perhitunganmomen nominal secara analisis berdasarkan SNI dan usulan Suhendro (1991), serta momen nominal hasil pengujian kapasitas lentur selengkapnya dirangkum dalam Tabel 4.20.
commit to user
Tabel 4.20. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Momen Nominal Pengujian dan Teoritis.
No
Kadar Serat
(%)
Momen (kN.m)
Pengujian Teoritis
M Crack
awal
M Leleh
M Max
M Crack
awal
M Leleh
Mn SNI
Mn Suhendro
1 0 3,22 4,42 4,67 0,99 3,04 2,77 -
2 0 3,92 4,77 5,12 1,02 3,06 2,82 -
3 0,5 4,27 4,97 5,52 1,03 3,06 2,84 3,43
4 1 4,82 5,27 6,37 1,04 3,07 2,86 3,51
5 1,5 4,72 4,92 5,47 1,02 3,06 2,82 3,4
6 2 4,67 4,82 5,07 1,01 3,05 2,81 3,35
commit to user
Gambar 4.10. Diagram Perbandingan Momen Nominal Hasil Analisa Dengan Hasil Pengujian
Gambar 4.11. Grafik Fungsi Polinomial Perbandingan Momen Nominal Hasil Analisa Dengan Hasil Pengujian
Gambar 4.12. Diagram Perbandingan M leleh Pengujian Dengan M leleh Analisa.
0% 0% 0,5% 1% 1,5% 2%
M Max 4,67 5,12 5,52 6,37 5,47 5,07
Mn Suhendro 0,00 0,00 3,44 3,52 3,41 3,36
Mn SNI 2,78 2,83 2,84 2,87 2,83 2,81
0 1 2 3 4 5 6 7
Momen Nominal (kNm)
y = -1297,1x2+ 25,681x + 3,3529 R² = 0,7656
y = -372,27x2+ 6,618x + 2,8243 R² = 0,7968
y = -9571,4x2+ 188,43x + 5,0645 R² = 0,7395
2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5%
KUAT LENTUR (KN.M)
SERAT (%)
Mn Suhendro Mn SNI M Max
0% 0% 0,5% 1% 1,5% 2%
M leleh Pengujian 4,42 4,77 4,97 5,27 4,92 4,82
M leleh Anallisa 3,04 3,06 3,06 3,07 3,06 3,05
0 1 2 3 4 5 6 7
Momen Nominal (kNm)
commit to user
Gambar 4.13. Grafik Fungsi Polinomial Perbandingan M leleh Pengujian Dengan M leleh Analisa.
Gambar 4.14. Diagram Perbandingan M crack awal Pengujian Dengan M crack awal Analisa.
Gambar 4.15. Grafik Fungsi Polinomial Perbandingan M crack awal Pengujian Dengan M crack awal Analisa.
y = -3571,4x2+ 72,429x + 4,7645 R² = 0,7311 y = -114,29x2+ 1,8857x + 3,0583
R² = 0,7714
2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5%
KUAT LENTUR (KN.M)
SERAT (%) M leleh Pengujian M leleh Anallisa
0% 0% 0,5% 1% 1,5% 2%
M Crack Awal Pengujian 3,22 3,92 4,27 4,82 4,72 4,67
M crack Awal Analisa 0,99 1,02 1,03 1,04 1,02 1,01
0 1 2 3 4 5 6 7
Momen Nominal (kNm)
y = -4142,9x2+ 121,86x + 3,8859 R² = 0,9355
y = -200x2+ 3,4x + 1,02 R² = 0,8462 0,00
1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00
0,0% 0,5% 1,0% 1,5% 2,0% 2,5%
KUAT LENTUR (KN.M)
SERAT (%) M Crack Awal Pengujian M crack Awal Analisa
commit to user
Berdasarkan grafik diatas didapat nilai fungsi y(x) sebagai berikut : Analisis M Leleh
y = -3571,4x2 + 72,429x + 4,7645
Berdasarkan persamaan diatas, nilai optimum kuat lentur dapat dihitung dengan dy/dx= 0, maka:
0 = 7142,8x + 72,429 Didapat nilai x1 = 0,01014
Nilai x1 yang diperoleh disubstitusikan kembali ke persamaan :
y = -3571,4x2 + 72,429x + 4,7645 dan didapatkan nilai y yang berarti nilai Mn.
Berdasarkan perhitungan untuk tiap nilai x didapatkan nilai terbesar pada x1 = 0,01014 yang dalam persen adalah 1,014% dengan Mn sebesar 5,13 kN.m
Analisis M Crack Awal
y = -4142,9x2 + 121,86x + 3,8859
Berdasarkan persamaan diatas, nilai optimum kuat lentur dapat dihitung dengan dy/dx= 0, maka:
0 = 8285,8x + 121,86 Didapat nilai x1 = 0,0147
Nilai x1 yang diperoleh disubstitusikan kembali ke persamaan :
y = -4142,9x2 + 121,86x + 3,8859 dan didapatkan nilai y yang berarti nilai Mn.
Berdasarkan perhitungan untuk tiap nilai x didapatkan nilai terbesar pada x1 = 0,0147 yang dalam persen adalah 1,470% dengan Mn sebesar 4,78 kN.m
Analisis M Max
y = -9571,4x2 + 188,43x + 5,0645
Berdasarkan persamaan diatas, nilai optimum kuat lentur dapat dihitung dengan dy/dx= 0, maka:
0 = 19142,8x + 188,43 Didapat nilai x1 = 0,0098
Nilai x1 yang diperoleh disubstitusikan kembali ke persamaan :
y = -9571,4x2 + 188,43x + 5,0645 dan didapatkan nilai y yang berarti nilai Mn.