commit to user 84
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Jember, Lumajang, Malang.
Kabupaten Jember dengan luas 12.910,71 Ha mempunyai rerata produksi 8.196,29 ton; Lumajang seluas 5.095,71 Ha dengan rerata produksi 2.586,57 ton;
Malang 6.649,60 Ha dengan rerata produksi 2.646,00 ton. Jember dengan 13 unit pengolahan kopi bubuk, Lumajang dengan 11 unit pengolah kopi bubuk, dan Kabupaten Malang memiliki 15 unit pengolah kopi bubuk.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 6 (enam) bulan, dimulai bulan April 2016 sampai dengan bulan September 2016.
B. Tatalaksana Penelitian 1. Desain Penelitian
Penelitian merupakan suatu proses yang dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan dana (Sumarni dan wahyuni, 2006). Keseluruhan rancangan penelitian sangat tergantung pada desain penelitian yang dibuat oleh peneliti. Penelitian tentang “Potensi Pasar Kopi Rakyat Robusta di Jawa Timur” menggunakan desain penelitian survei dengan analisis pendekatannya deskriptif kuantitatif.
2. Penentuan Responden
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan responden, bahwa narasumber memiliki keahlian dan kompetensi yang sesuai dengan ruang lingkup penelitian, meliputi budidaya kopi, pengolahan, dan pemasaran serta konsumen.
commit to user
Tabel 1. Tahapan, Tujuan dan Jumlah Responden
No Tahapan Tujuan Responden Jumlah
1 Daya saing Keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
Petani
Institusi yang terkait dengan kopi
300 petani 3 institusi terkait 2 Identifikasi
Rantai Nilai
Memetakan rantai nilai dari masing- masing kegiatan mulai input sampai konsumen akhir
Petani Pedagang Konsumen
90 dengan rincian masing- masing
kabupaten sebanyak 30 orang 3 Perilaku
Konsumen
Faktor yang berpengaruh terhadap perilaku konsumen
Konsumen Kopi (olahan)
180 responden dengan rincian setiap
Kabupaten sebanyak 60 orang 4 Sikap
Kepercayaan Konsumen
Atribut utama yang
mempengaruhi sikap konsumen
Konsumen Kopi (olahan)
180 responden dengan rincian setiap
Kabupaten sebanyak 60 orang
Teknik penentuan sampel (responden) dalam penelitian ini menggunakan teknik Quota Sampling. Pemetaan pola rantai nilai produk olahan kopi menggunakan metode survei dan wawancara mendalam terhadap aktor pelaku sebanyak 90 untuk tiga kabupaten (Malang, Lumajang, dan Jember) masing- masing kabupaten sebanyak 30 responden. Sementara itu untuk daya saing respondennya sebanyak 300 petani dengan rincian masing-masing kabupaten 100 petani. Perilaku konsumen dan sikap konsumen dengan teknik Quota Sampling untuk masing-masing kabupaten sebanyak 60 responden. Kemudian kepada setiap respondennya menggunakan teknik accidental sampling (tidak sengaja), dipilih pelanggan penggemar, peminum kopi di warkop, cafe, swalayan, toko dengan ciri konsumen yang langsung membeli kopi robusta.
commit to user 3. Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang relevan dengan aktivitas petani dan industri kopi. Data primer diperoleh melalui teknik observasi, wawancara yang mendalam, dan kuesioner terhadap pihak-pihak yang dinilai menguasai permasalahan perkebunan dan industri pengolahan kopi. Data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku dan sumber yang relevan dan terkait dalam penelitian ini, Badan Pusat Statistik, Dinas Perkebunan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan.
Adapun data - data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner di pergunakan sebagai instrumen utama untuk menjaring data yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.
Kuesioner ini diberikan kepada responden petani dan pelaku industri kopi untuk diisi sendiri sesuai dengan kondisi yang dirasakan responden dan didampingi oleh peneliti. Unsur-unsurnya meliputi luas areal, produksi per hektar, kapasitas produksi, dan jumlah penjualan kopi olahan. Untuk perilaku konsumen konstruk endogen meliputi: harga, rasa, aroma, label, umur simpan, ukuran kemasan, kemudahan memperoleh, desain kemasan. Sementara itu untuk konstruk eksogen meliputi budaya, psikologi, individu, dan strategi bauran pemasaran.
4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional istilah maupun pengukuran variabel dibuat untuk menghindari kesalahpahaman dalam menerjemahkan, menganalisis, mengkaji dan membahas daripada variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Pengertian dan batasan dari variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Potensi merupakan kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dengan demikian potensi adalah kemampuan yang dimiliki suatu daerah atau seseorang serta mempunyai kemungkinan untuk ditumbuh dan dikembangkan menjadi suatu kekuatan, kesanggupan, daya yang maksimal.
commit to user
b. Pasar merupakan tempat orang berjual beli; kekuatan penawaran dan permintaan, tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa dengan uang, dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
c. Perilaku konsumen menurut Sumarwan (2000) sebagai berikut Perilaku konsumen dalam hal ini mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam penelitian ini, perilaku konsumen adalah perilaku yang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya budaya, lingkungan sosial, individu, psikologi, dan strategi bauran pemasaran dalam bentuk sikap kepercayaan daripada konsumen dalam membeli/mengkonsumsi kopi.
d. Daya saing merupakan kemampuan suatu produk diproduksi dengan biaya yang rendah tetapi mempunyai kualitas yang baik. Produknya dipasarkan mendapatkan keuntungan yang memadai sehingga produk dapat dipertahankan dan produksi berlangsung secara terus menerus. Dalam penelitian ini, daya saing merupakan kemampuan bersaing suatu produk yang mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan produk yang sejenis dengan atribut yang sama.
e. Rantai Nilai merupakan serangkaian urutan kegiatan utama dan kegiatan pendukung yang dilakukan perusahaan untuk memahami dan saat penerapan rantai nilai yang pada akhir dari kegiatan tersebut dapat membentuk suatu produk. Rantai nilai ini berasal dari aktifitas-aktifitas yang dilakukan, mulai dari bahan baku sampai ketangan konsumen, serta pelayanan purna jual.
f. Konstruk Endogen sikap kepercayaan konsumen (Y) menjabarkan perilaku konsumen, yaitu sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki oleh kopi sebagai produk yang ditawarkan, terdiri dari :
1) Harga (Y1)
Harga adalah jumlah uang atau alat tukar lain yang senilai yang harus dibayarkan untuk produk atau jasa, pada waktu dan di pasar tertentu (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dalam penelitian ini harga yang diukur
commit to user
berdasarkan kondisi dilapang, berpedoman kepada harga yang tertera di toko, mulai dari kesan harga yang sangat murah - hingga sangat mahal.
2) Rasa (Y2)
Rasa adalah tanggapan indra terhadap rangsangan saraf, seperti manis, pahit, masam dan asin terhadap indra pengecap (organoleptik). atau panas, dingin, nyeri terhadap indra perasa (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dalam penelitian ini, rasa diukur berdasarkan rasa kopi yang pernah atau sedang dinikmati, mulai dari kesan sangat enak hingga sangat tidak enak.
3) Aroma (Y3)
Aroma kopi adalah bau (aroma) yang dikeluarkan kopi pada saat diseduh.
Dalam penelitian ini aroma diukur berdasarkan orang yang sedang dan atau pernah menyeduh kopi sehingga aroma kopi muncul. Pengukuran aroma kopi mulai sangat beraroma hingga sangat tidak beraroma.
4) Label (Y4)
Sepotong kertas (kain, logam, kayu, dan sebagainya) yang ditempelkan pada barang dan menjelaskan tentang nama barang, merek dagang serta petunjuk singkat tentang zat yang terkandung dalam suatu produk dan sebagainya (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dalam penelitian ini, label diukur berdasarkan label yang terdapat pada produk produk kopi dengan kriteria mulai sangat lengkap hingga tidak lengkap.
5) Umur Simpan (Y5)
Kemampuan bertahan terhadap segala pengaruh dari luar yang dapat merugikan (penyakit, serangan musuh, godaan, dan sebagainya) (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dalam penelitian ini, umur simpan diukur (batas kadaluwarsa) terhadap lamanya umur simpan daripada produk kopi olahan.
Mulai sangat lama hingga sangat tidak lama/sebentar.
6) Ukuran Kemasan (Y6)
Bilangan yg menunjukkan besar satuan ukuran suatu benda (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Ukuran kemasan kopi adalah kesan pandang terhadap besar-kecilnya yang ideal daripada ukuran kemasan. Dalam penelitian ini,
commit to user
ukuran kemasan diukur berdasarkan ukuran wadah kopi dalam hal ini ukuran berat mulai sangat besar/berat hingga sangat kecil / ringan.
7) Kemudahan memperoleh (Y7)
Kemudahan memperoleh adalah sesuatu yang dapat mempermudah (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Sejauh mana konsumen mendapatkan kemudahan untuk mendapatkan kopi, dalam penelitian ini kemudahan memperoleh diukur dengan cara apakah konsumen untuk mendapatkan kopi yang sejenis dengan kriteria, mulai sangat mudah hingga sangat sulit.
8) Desain Kemasan (Y8)
Desain kemasan adalah bungkus pelindung barang yang menjadi daya tarik dari produk kopi (Kamus Bahasa Indonesia, 2008). Dalam penelitian ini, desain kemasan diukur kondisi kemasan kopi yang baik tampilannya yang menarik. Pengukuran tersebut mulai dari sangat menarik hingga sangat tidak menarik.
commit to user
Y1 = Y +
Y2 = Y +
Y3 = Y +
Y4 = Y +
Y5 = Y +
Y6 = Y +
Y7 = Y +
Y8 = Y +
Gambar 8. Indikator-indikator Sikap Kepercayaan Konsumen g. Konstruk Eksogen
Konstruk Eksogen terdiri dari faktor budaya, lingkungan sosial, individu, psikologi dan strategi bauran pemasaran, masing-masing beserta seluruh dimensinya yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
a) Budaya (X1)
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, dan simbol yang mempengaruhi perilaku, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat.
Selanjutnya, dikemukakan bahwa budaya bukan hanaya bersifat abstrak seperti nilai, pikiran dan kepercayaan, tetapi budaya bisa berbentuk obyek material seperti rumah dan kendaraan (Sumarwan, 2011).
Dalam Penelitian ini budaya dibangun dari tiga dimensi yang diantaranya adalah sebagai berikut :
1
Sikap (Y)
Harga (Y1)
Rasa (Y2)
Aroma (Y3)
1
2
Label (Y4)
Umur simpan (Y5)
3
Ukuran kemasan (Y6)
Kemudahan memperoleh (Y7)
5
Desain Kemasan (Y8)
commit to user 1) Tata Nilai (Value) (X11)
Tata Nilai (Value) adalah kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau suatu masyarakat (Sumarwan, 2011). Dalam penelitian ini tata nilai diukur berdasarkan konsumen dalam membeli kopi yang dianggap perlu di masyarakat. Kriteria tersebut mulai dari sangat tidak perlu hingga sangat perlu.
2) Kebiasaan (Custom) (X12)
Kebiasaan (Custom) adalah berbagai bentuk perilaku dan tindakan yang diterima secara budaya. Kebiasaan tersebut diturunkan dari generasi ke generasi secara turun menurun (Sumarwan, 2011). Dalam penelitian ini diukur berdasarkan konsumen dalam membeli kopi sebagai suatu Kebiasaan (tradisi). Kriteria tersebut mulai dari sangat tidak biasa hingga sangat biasa.
3) Budaya Populer (X13)
Menurut Mowen dan Minor (2002) Budaya populer sebagai budaya masyarakat banyak, budaya yang mudah dipahami oleh sebagian besar anggota masyarakat, mereka tidak memerlukan pengetahuan yang khusus untuk memahami budaya populer tersebut dan dilakukan oleh masyarakat di hampir seluruh kawasan dunia, dinikmati oleh sebagian besar masyarakat suatu bangsa. Budaya populer dalam penelitian ini diukur berdasarkan motif/niat konsumen bahwa membeli kopi adalah sebagai budaya yang populer. Kriteria tersebut mulai sangat tidak populis hingga sangat populis.
X11 = X1 +
X12 = X1 +
X13 = X1 +
Gambar 9. Indikator Variabel Budaya Konsumen (Mowen dan Minor, 2002)
Budaya (X1)
Tata Nilai (X11)
Kebiasaan (X12)
Budaya Populer (X13)
11
12
13
11
12
13
commit to user b) Individu/Perorangan (X2)
Kotler (1995) menjelaskan bahwa keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadinya, terutama yang berpengaruh, yaitu umur dan tahapan siklus hidup pembeli, pekerjaannya, keadaan ekonominya (pendapatan), gaya hidupnya, dan konsep jati dirinya.
Dalam penelitian ini faktor individu/ perorangan dibangun dari dimensi- dimensi sebagai berikut adalah :
1) Umur (X21)
Umur adalah lama waktu hidup sejak dilahirkan (Kamus Bahasa Indonesia.
2008). Dalam penelitian ini umur diukur berdasarkan pengakuan yang disampaikan melalui pilihan kuesioner. Tingkatan usia konsumen ini memiliki pengaruh terhadap konsumen dalam membeli dan atau mengkonsumsi kopi.
2) Pendidikan (X22)
Pendidikan adalah proses belajar yang dialami oleh setiap individu dan diperoleh baik secara formal maupun non formal. Dalam penelitian ini, pendidikan diukur berdasarkan pengakuan yang disampaikan melalui pilihan kuesioner. Persepsi konsumen tentang pengaruh tingkat pendidikan berpengaruh dalam membeli dan atau mengkonsumsi kopi.
3) Pekerjaan (X23)
Pekerjaan adalah penelaahan secara mendalam dan sistematis terhadap suatu pekerjaan yang dapat memberikan tugas dan tanggung jawab dari sifat pekerjaan (Kamus Bahasa Indonesia. 2008). Pekerjaan merupakan kegiatan seseorang untuk mendapatkan penghasilan sesuai dengan aturan yang benar.
Dalam penelitian ini, pekerjaan diukur berdasarkan pengakuan yang disampaikan melalui pilihan kuesioner, dengan indikator persepsi konsumen tentang pengaruh jenis pekerjaan seseorang dalam membeli dan atau mengkonsumsi kopi.
4) Pendapatan (X24)
Pendapatan adalah perhitungan banyaknya uang yang akan diterimanya.
(Kamus Bahasa Indonesia. 2008). Dalam penelitian ini, diukur berdasarkan
commit to user
pengakuan yang disampaikan melalui pilihan kuesioner. Tingkat pendapatan yang diperoleh konsumen per bulan, dalam membeli dan atau mengkonsumsi.
5) Gaya hidup konsumen (Tata nilai) (X25)
Gaya Hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. (Kamus Bahasa Indonesia. 2008). Dalam penelitian ini gaya hidup diukur berdasarkan pengakuan yang disampaikan melalui pilihan kuesioner. Indikator ini meminta persepsi konsumen dalam aktivitas membeli dan atau mengkonsumsi kopi merupakan bagian dari gaya hidup (life style) saat ini.
X21 = X2 +
X22 = X2 +
X23 = X2 +
X24 = X2 +
X25 = X2 +
Gambar 10. Indikator-indikator Variabel Individu Konsumen (Kotler, 1995).
c) Psikologis Konsumen (X3)
Menurut Kotler (1995), pilihan membeli seseorang juga dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, proses belajar dan kepercayaan sikap. Dalam penelitian ini Indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur psikologis konsumen terdiri dari :
1) Motivasi Konsumen (X31)
Motivasi adalah dorongan kuat yang muncul dari diri seseorang dalam rangka memenuhi kebutuhan seorang konsumen dengan membeli dan atau mengkonsumsi suatu produk dalam hal ini adalah kopi. Dalam penelitian ini, motivasi diukur dengan mengetahui dorongan keinginan yang mendasari pembelian dan atau konsumsi kopi, antara lain
1
2
3
Pribadi (X2)
Usia (X21)
Pendidikan (X22)
Pekerjaan (X23)
1
2
Pendapatan (X24)
Tata Nilai (X25)
3
25
commit to user
X311 = kebutuhan yang mendorong dalam pembelian
X312 = memenuhi tujuan ( kesehatan) yang mendorong dalam pembelian.
X313 = kesenangan yang mendorong dalam pembelian
2) Persepsi Konsumen (X32)
Persepsi Konsumen adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan gambaran yang bermakna tentang suatu produk (Kotler, 1995). Dalam penelitian ini, persepsi konsumen diukur dengan pendapat konsumen bahwa persepsi konsumen tentang produk kopi mendasari pembelian, dan atau mengkonsumsi produk kopi.
3) Pengetahuan Konsumen (X33)
Pengetahuan Konsumen menurut (Engel et al., 1995), adalah berbagai informasi tentang produk yang diperoleh konsumen, yang berkaitan dengan 1) kesadaran akan kategori dan merek produk, 2) Terminologi produk, 3) Atribut atau ciri produk, 4) Kepercayaan tentang kategori dan merek produk.
Dalam penelitian ini pengetahuan konsumen diukur dengan meminta persepsi konsumen bahwa pengetahuan konsumen tentang produk mendasari konsumen dalam mengkonsumsi /membeli kopi, yakni meliputi : X331 = pengetahuan tentang produk kopi; X332 = pengetahuan pembelian; X333 = pengetahuan penggunaan kopi.
commit to user
First Order X31 = X4 +
X32 = X4 +
X43 = X4 +
Second Order
X311 = X41 +
X312 = X41 +
X313 = X41 +
X331 = X43 +
X332 = X43 +
X333 = X43 +
Gambar 11. Indikator-indikator Variabel Psikologi Konsumen (Kotler, 1995 dan Engel et al., 1995).
d) Bauran Pemasaran (X4)
Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran dengan variabel yang dapat dikontrol dan tingkat variabel yang digunakan perusahaan untuk mempengaruhi pasar yang menjadi sasarannya dengan variabel produk, harga, promosi dan distribusi (Kotler dan Keller, 2007)
Bauran Pemasaran (Marketing Mix) merupakan salah satu daripada strategi pemasaran yang terdiri dari strategi produk, strategi harga, strategi promosi, dan strategi distribusi, yang sering digunakan oleh perusahaan untuk merencanakan, mengenalkan, dan merangsang konsumen yang berkaitan dengan produk atau jasa. Produk dan jasa tersebut bisa memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen yang berkaitan dengan perusahaan, sebagaimana dapat memenuhi produk atau jasa kepada pasar yang akan dituju dengan segmen yang berbeda sesuai dengan keinginan yang diminta pasar. Bauran pemasaran (marketing mix) dalam penelitian ini diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut.
Psikologi (X3)
Persepsi (X32)
Pengetahuan (X33) Motivasi
(X31)
X331 X311 X312
X313
X332
X333
commit to user 1) Produk (X41)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapat perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi, yang dapat memuaskan konsumen sesuai keinginan atau kebutuhan (Kotler dan Amstrong, 2002) Strategi produk adalah cara yang ditempuh untuk menawarkan sesuatu ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli digunakan atau dikonsumsi (Kotler, 1995). Dalam penelitian ini strategi produk diukur dengan persepsi konsumen bahwa strategi produk yang dinilai oleh konsumen yang mendorong untuk membeli dan atau mengkonsumsi kopi. Konsumen membeli produk karena perusahaan menghasilkan produk yang berkualitas.
Indikator strategi produk yang diukur untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :.
X411 = kualitas produk X412 = merek produk
X413 = bahan kemasan produk 2) Harga (X42)
Harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukarkan konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut (Kotler dan Amstrong, 2002). Strategi harga adalah cara yang ditempuh untuk menentukan harga tertentu daripada suatu produk yang memiliki manfaat untuk dipasarkan kepada konsumen (Kotler, 1995). Dalam penelitian ini, strategi harga diukur dengan cara penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan/penjual yang dinilai oleh konsumen yang mendasari untuk pembelian dan atau mengkonsumsi kopi.
3) Promosi (X43)
Strategi promosi perencanaan, implementasi dan pengendalian komunikasi dari suatu organisasi kepada konsumen atau sasaran lainnya (Cravens, 1996).
Sementara itu (Kotler, 1995), menyampaikan bahwa strategi promosi adalah usaha promosi yang dilakukan oleh perusahaan/pemasar untuk memasarkan produknya yang dapat meliputi salah satu atau keseluruhan, yang meliputi iklan, promosi penjualan, humas; dan organisasi penjualan. Dari kedua
commit to user
definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa strategi promosi merupakan perencanaan dan pengendalian dari suatu organisasi dalam usaha promosi produknya secara keseluruhan kepada konsumen. Dalam penelitian ini, strategi promosi diukur dengan persepsi konsumen tentang pengaruh strategi promosi kopi yang dilakukan oleh perusahaan/toko/kios/swalayan yang dinilai oleh konsumen mendasari mereka untuk membeli dan atau mengkonsumsi kopi, antara lain X431 = iklan; X432 = brosur/leaflet; X433 = promosi penjualan.
4) Tempat/Distribusi (X44)
Saluran distribusi adalah jaringan organisasi yang melakukan fungsi-fungsi yang menghubungkan produsen dengan konsumen akhir (Cravens, 1996).
Strategi tempat (distribusi ) adalah usaha pemilihan tempat, posisi tempat, penataan tempat yang dilakukan oleh perusahaan/pemasaran/toko untuk memasarakan produk (Mowen dan Minor, 2002). Dalam penelitian ini, strategi tempat diukur dengan persepsi konsumen dalam membeli dan atau mengkonsumsi kopi, diantaranya adalah sebagai berikut:
X441 = tempat yang strategis
X442 = banyaknya penjual/toko/kios/swalayan yang menjual kopi X443 = penataan didalam toko/swalayan/warung.
commit to user
First Order
X41 = X4 +
X42 = X4 +
X43 = X4 +
X44 = X4 +
Second Order
X411 = X41 +
X412 = X41 +
X413 = X41 +
X431 = X43 +
X432 = X43 +
X433 = X43 +
X441 = X44 +
X442 = X44 +
X443 = X44 +
Gambar 12. Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix) (Kotler, 1995)
Strategi Bauran Pemasaran
(X4)
Strategi Harga
(X42) Strategi Produk (X41)
X411
X412
X413
Strategi Promosi (X43)
X431
X432
X433
Strategi Distribusi
(X44)
X441
X442
X443
commit to user Persamaan Struktural
Y = X1+X2+X3+X4+Y
Gambar 13. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen (Kotler, 1995 dan Engel et al., 1995).
5. Analisis Data a. Pengolahan Data
Data diolah melalui beberapa tahapan, yaitu 1) melakukan tabulasi data berdasarkan jawaban wawancara dan kuesioner, 2) analisis rantai nilai, 3) analisis daya saing, 4) melakukan uji validitas, reliabilitasnya, (5) kemudian dilakukan tahapan pendugaan model, mengenai struktur hubungan yang membentuk dan menjelaskan hubungan antar konstruk.
b. Teknik Analisis
Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk kepentingan pembahasan, data diolah dan dipaparkan berdasarkan prinsip-prinsip statistik deskriptif kuantitatif.
1) Analisis Daya Saing
Analisis data dalam penelitian ini untuk mengetahui daya saing produk menggunakan metode PAM (Policy Analysis Matrix), didalamnya terdapat DRCR (Domestic Resource Cost Ratio) sebagai indikator keunggulan komparatif, juga
Budaya (X1)
Pribadi (X2)
Psikologi (X3)
Strategi Bauran Pemasaran
(X4)
Sikap (Y)
Y
commit to user
terdapat PCR (Private Ratio Cost) sebagai indikator keunggulan kompetitif.
PAM membantu pengambil kebijakan, baik dipusat maupun didaerah untuk menalaah tiga isu sentral analisis kebijakan pertanian. Isu pertama, berkaitan dengan pertanyaan apakah sebuah sistem usahatani memiliki daya saing pada tingkat harga dan teknologi yang ada, yakni petani, pedagang dan pengolah mendapatkan keuntungan pada tingkat harga yang aktual. Isu kedua, dampak investasi publik dalam bentuk pembangunan insfrastruktur baru terhadap tingkat efisiensi sistem usaha tani. Isu ketiga, dampak investasi baru yang berkaitan dengan riset atau teknologi pertanian terhadap tingkat efisiensi sistem usahatani (Soetriono dkk., 2010).
a. Rasio Biaya Privat (Private Cost Ratio: PCR)
Rasio biaya privat merupakan indikator profitabilitas privat yang menunjukkan kemampuan sistem usahatani padi untuk membayar biaya
sumberdaya domestik dan tetap kompetitif. Sistem usahatani bersifat kompetitif jika PCR < 1. Semakin kecil nilai PCR berarti semakin kompetitif.
... (Pearson et al., 2005) dimana :
A = pendapatan privat
B = biaya privat untuk input tradable C = biaya privat untuk faktor domestik
b. Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resource Cost Ratio: DRCR) Rasio biaya sumberdaya domestik merupakan indikator keunggulan komparatif, yang menunjukkan jumlah sumberdaya domestik yang dapat dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa. Sistem usahatani memiliki keunggulan komparatif jika DRCR < 1. Semakin kecil nilai DRCR berarti sistem usahatani semakin efisien dan mempunyai keunggulan komparatif makin tinggi.
commit to user
...(Pearson et al., 2005) dimana : E = pendapatan sosial
F = biaya sosial untuk input tradable G = biaya sosial untuk faktor domestik Tabel 2. Perhitungan PAM
Keterangan Penerimaan Biaya Keuntungan
Input Tradable
Input non Tradable
Harga privat A B C D
Harga sosial E F G H
Divergensi I J K L
Sumber : Pearson et al., 2005 Keterangan :
1. Analisis keuntungan finansial : D=A – (B+C) 2. Analisis keuntungan sosial : H=E – (F+G) 3. Analisis efisiensi finansial : PCR = C / (A-B) 4. Analisis efisiensi ekonomis : DRCR= G / (E-F)
5. Transfer output : OT = A – E
6. Koefisien proteksi nominal terhadap output : NPCO = A/E
7. Transfer input : IT = B – F
8. Koefisien proteksi nominal terhadap input : NPCI = B / F
9. Transfer faktor : FT = C – G
10. Koefisien proteksi efektif : EPC= (A-B) / (E-F)
11. Transfer bersih : NT = D – H
12. Koefisien profitabilitas : PC = D / H 13. Nisbah subsidi bagi produsen : SRP = L / E 2) Analisis Rantai Nilai
Konsep Value Chain Analysis (VCA) adalah bagaimana mengkoordinasikan semua pihak yang terlibat dalam suatu rantai nilai dan membagi informasi secara transparan di dalam rantai untuk memperoleh efisiensi proses aliran produk dan keuntungan yang adil bagi setiap pelakunya (Andri dan Stringer, 2010). Selanjutnya, Kaplinsky dan Moris (2003), menyatakan bahwa bahwa terdapat empat aspek analisis rantai nilai di sektor pertanian yang dianggap penting, yaitu 1) memetakan para pelaku yang berpartisipasi dalam produksi,
commit to user
distribusi, pemasaran dan penjualan suatu produk tertentu, 2) mengidentifikasi distribusi manfaat (melalui analisis margin pemasaran) bagi para pelaku tata niaga dalam rantai nilai 3) mengkaji peran peningkatan nilai pada rantai pasok pada setiap tingkatan pelaku tata niaga, dan 4) mengkaji peran tata kelola masing- masing pelaku dalam rantai nilai. Analisis rantai nilai merupakan kegiatan observasi dan survei utuk meninjau dan mengumpulkan informasi dari aktifitas jaringan rantai nilai produk olahan kopi.
Penelitian mengenai rantai nilai ini menggunakan data primer. Data primer diperoleh melalui diskusi dengan institusi terkait yang membidangi perkopian. Kegiatan observasi dan survei digunakan untuk meninjau dan mengumpulkan informasi dari aktivitas jaringan rantai nilai, mulai budidaya, pasokan bahan baku, pengolahan buah kopi, pengolahan bubuk kopi, serta pemasarannya. Responden dibedakan menjadi dua, yaitu responden ahli yang mengerti secara detail mengenai seluk beluk rantai nilai dan responden petani sebagai pemasok utama bahan baku.
3) Analisis Perilaku Konsumen
Analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga (perilaku konsumen) dalam penelitian ini menggunakan Structural Equation Model (SEM) yang juga dinamakan Model Persamaan Struktural (MPS) dengan menggunakan piranti lunak (Soft Ware) WarpPLS (Partial Least Squares).
Matrik varians-kovarians digunakan untuk pengujian model yang telah dilandasi berbagai kajian teori, analisis yang dilakukan tidak untuk melihat besar kecilnya efek kausal pada jalur-jalur yang ada dalam model (Sugiyono, 2015). Ghozali dan Latan (2015), menyampaikan bahwa Covariance based SEM merupakan tipe SEM yang mengharuskan konstruk maupun indikator-indikatornya untuk saling berkolerasi satu dengan yang lainnya dalam suatu model struktural. Penggunaan CB-SEM bertujuan untuk mengstimasi model struktural berdasarkan telaah teoritis yang kuat untuk menguji hubungan kausalitas antar konstruk serta mengukur kelayakan model dan mengkonfirmasinya sesuai dengan data empirisnya. Sementara PLS-SEM bertujuan untuk menguji hubungan prediktif
commit to user
antar konstruk tersebut. Konsekuensi penggunaan PLS-SEM adalah pengujian dapat dilakukan tanpa dasar teori yang kuat, mengabaikan beberapa asumsi (non parametrik) dan parameter ketepatan model prediksi dilihat dari nilai koefisien determinasi (R-Square). PLS-SEM sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan mengembangkan teori.
Tabel 3. Perbandingan antara PLS-SEM dan CB-SEM (Ghozali dan Latan, 2015)
Kriteria PLS-SEM CB-SEM
Tujuan penelitian Untuk mengembangkan teori atau mebangun teori (orientasi prediksi)
Untuk enguji teori atau mengkonfirmasi teori (orientasi parameter) Pendekatan Berdasarkan Variance Berdasarkan Covariance
Metode estimasi Least Square Maximum Likelihood
(umumnya) Spesifikasi model dan
parameter model
Components two
loadings, path koefisien dan component weight
Factors one loadings, path koefisien, error variance dan factor means
Model struktural Model dengan
kompleksitas besar dengan banyak konstruk dan banyak indikator (hanya berbentuk recursive)
Model dapat berbentuk recursive dan non recursive dengan tingkat kompleksitas kecil sampai menengah
Evaluasi model dan asumsi normalitas data
Tidak mensyaratkan data terdistribusi normal dan estimasi parameter dapat langsung dilakukan tanpa persyaratan kriteria Goodness Of Fit
Mensyaratkan data terdistribusi normal dan memenuhi persyaratan kriteria Goodness Of Fit sebelum estimasi parameter
Pengujian siqnifikasi Tidak dapat diuji dan difalsifikasi (harus melalui prosedur Bootstrap atau Jackknife
Model dapat diuji dan difalsifikasi
Software produk PLS Graph, Smart PLS, SPAD-PLS, XLSTAT- PLS, Warp-PLS
AMOS, EQS, LISREL, Mplus.
Ghozali dan Latan (2015), menyampaikan bahwa tahapan analisis menggunakan PLS-SEM setidaknya harus melalui lima proses tahapan, dimana setiap tahapan akan berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya.
commit to user a. Konseptualisasi Model
Konseptualisasi model merupakan langkah awal dalam analisis PLS-SEM.
Pada tahap ini peneliti harus mendefinisikan secara konseptual konstruk yang diteliti dan menentukan dimensionalitasnya. Selanjutnya, arah kausalitas antar konstruk yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan harus ditentukan dengan jelas dan indikator pembentuk konstruk laten harus ditentukan apakah berbentuk reflective atau formative. WarpPLS dimungkinkan melakukan eksplorasi hubungan antar variabel laten, sehingga sebagai dasar perancangan model struktural bisa beupa proposisi. Hal ini tidak direkomendasikan di dalam SEM, yaitu perancangan model berbasis teori, sehingga pemodelan didasarkan pada hubungan antar variabel laten yang ada didalam hipotesis (Solimun, 2017) b. Menetukan Metoda Analisis Algorithm
Dalam PLS-SEM menggunakan program WarpPLS terdapat setidaknya empat pilihan metode analisis algorithm yang dapat digunakan yatu Warp3PLS Regression, Warp2PLS Regression, PLS Regression, dan Robust Path Analysis.
Untuk Warp3PLS Regression, merupakan metoda algorithm yang umumnya digunakan untuk mengestimasi model persamaan struktural dengan menggunakan program WarpPLS. Solimun (2017), menyampaikan bahwa algoritma analisis inner model adalah metode dan proses perhitungan koefisien jalur, yaitu koefisien pengaruh (hubungan) antar variabel laten. Software WarpPLS algoritma ini meliputi 1) Linear, model hubungan antara variabel laten adalah linier, 2) Warp2, hubungan antara variabel laten berbentuk kurva U, dan 3) Warp3, hubungan antara variabel laten berbentuk kurva S.
c. Menentukan Metoda Resampling
Pada umumnya terdapat dua metoda yang digunakan oleh peneliti dibidang SEM untuk melakukan proses penyampelan kembali (resampling) yaitu Bootstrapping dan Jackknifing. Jadi metode Bootstrapping menggunakan seluruh sampel asli untuk melakukan resampling kembali, metode ini sering digunakan dalam model persamaan struktural. Program WarpPLS menyediakan kedua metode resampling tersebut.
commit to user d. Menggambar Diagram Jalur
Dalam menggambar diagram jalur (Path Diagram), Ghozali dan Latan (2015) merekomendasikan untuk menggunakan prosedur Nomogram Reticular Action Modeling (RAM) dengan ketentuan sebagai berikut :
1. konstruk teoritikal (theoretical constructs) yang menunjukkan variabel laten harus digambar dengan bentuk lingkaran atau bulatan elips (circle).
2. variabel observed atau indikator harus digambar dengan bentuk kotak (squares)
3. hubungan-hubungan asimetri (asymmetrical relationships) digambarkan dengan arah panah tunggal (Single headed arrow)
4. hubungan-hubungan simetris (symmetrical relationships) digambarkan dengan arah panah doubel (double headed arrow)
e. Evaluasi Model
Evaluasi model dalam PLS-SEM menggunakan WarpPLS dapat dilakukan dengan menilai hasil pengukuran model (measurement model). Untuk variabel laten dengan indikator reflektive yaitu melalui analisis faktor konfirmatori atau Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan menguji validitas dan reliabilitas konstruk laten, sedangkan untuk variabel laten dengan indikator formative melihat nilai signifikasi t statistiknya. Kemudian, dilanjutkan dengan pengujian signifikasi untuk menguji pengaruh antar konstruk atau variabel dan nilai R2. f. Pengukuran Model
Ghozali dan Latan (2015) menyampaikan bahwa seperti yang diketahui validitas sendiri terdiri dari dua jenis yaitu validitas eksternal dan validitas internal. Validitas eksternal (external validity) menujukkan hasil diari suatu penelitian adalah valid sehingga dapat digeneralisir ke semua obyek, situasi dan waktu yang berbeda. Sedangkan validitas internal (internal validity) menunjukkan kemampuan dari instrumen penelitian ntuk mengukur apa yang seharusnya diukur dari suatu konsep. Uji validitas convergent dengan program WarpPLS dapat dilihat dari nilai loading factor untuk tiap idikator konstruk.
Nilai loading factor yang tinggi menunjukkan bahwa tiap indikator konstruk
commit to user
convege pada satu titik. Rule of thumb yang biasanya digunakan untuk menilai validitas convergent yaitu nilai loading factor harus lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai loading factor antara 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat diterima, serta nilai average variance extracted (AVE) harus lebih besar dari 0,5. Lebih lanjut validitas discriminant berhubungan dengan prinsip bahwa pengukur-pengukur (manifes variabel) konstruk yang berbeda seharusnya tidak berkolerasi yang tinggi. Cara untuk menguji validitast discriminant yaitu dengan melihat nilai cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70.
Uji realibilitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi, dan ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk. Dalam PLS-SEM dengan menggunakan WarpPLS, pengukuran reliabilitas suatu konstruk dilakukan dengan composite reliability. Rule of thumb yang biasa digunakan untuk menilai reliabilitas konstruk yaitu nilai composite reliability harus lebih besar dari 0,7 untuk penelitian yang bersifat confirmatory dan nilai 0,6-0,7 untuk penelitian yang bersifat exploratory masih dapat diterima.
Tabel 4. Rule of Thumb Uji Validitas dan Uji Reliabilitas (Ghozali dan Latan, 2015)
Validitas dan Reliabilitas
Parameter Rule of Thumb
Validitas Convergent
Loading Factor 0,70 untuk confirmatory research; 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research
Average Variance Extracted (AVE)
0,50 untuk confirmatory research exploratory research Validitas
Discriminant
Cross Loading 0,70 untuk setiap variabel Akar kuadrat AVE dan
Korelasi antar Konstruk Laten
Akar kuadrat AVE > korelasi antar konstruk laten
Reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,70 untuk confirmatory research; 0,60 masih dapat diterima untuk exploratory research
Composite Reliability 0,70 untuk confirmatory research0,60-0,70 masih dapat diterima untuk exploratory research
commit to user 4) Analisis Sikap-Kepercayaan Konsumen
Tujuan penelitian yang keempat yaitu menganalisis sikap kepercayaan konsumen terhadap atribut-atribut kopi rakyat olahan yaitu dengan mendiskripsikan hasil analisis sikap kepercayaan metode Fishbein yang telah ditabulasikan. Menurut Engel et al (1995), model Fishbein menggambarkan bahwa sikap konsumen terhadap sebuah produk atau merek sebuah produk ditentukan oleh dua hal, yaitu 1) Kepercayaan terhadap atribut yang dimiliki produk atau merek (komponen bi), dan 2) Evaluasi pentingnya atribut dari produk tersebut (komponen ei). Model ini menggunakan rumus sebagai berikut:
n Ao = biei
i =1
Ao = Sikap terhadap suatu objek
bi = Kekuatan kepercayaan bahwa objek tersebut memiliki atribut i ei = Evaluasi mengenai atribut i
n = Jumlah atribut yang menonjol
Atribut yang diamati dalam penelitian ini ada 10 macam atribut, terdiri dari : bi = Kekuatan Kepercayaan terhadap produk kopi rakyat olahan, meliputi : Harga.
Sangat Murah +2 +1 0 -1 -2 Sangat Mahal
Rasa
Sangat enak +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Enak Aroma (Bau)
Sangat Beraroma +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Beraroma Merek
Sangat Bagus +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Bagus Umur Simpan
Sangat Lama +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Lama Ukuran Kemasan
Sangat Besar +2 +1 0 -1 -2 Sangat Kecil Kemudahan Memperoleh
Sangat Mudah +2 +1 0 -1 -2 Sangat Sulit Desain Kemasan
Sangat Menarik +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Menarik Ketajaman warna
Sangat Pekat +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Pekat Labeling
Sangat Lengkap +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Lengkap
commit to user
ei = Unsur Evaluasi produk kopi rakyat olahan, meliputi : Harga.
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Rasa
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Aroma (Bau)
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Merek
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Umur Simpan
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Ukuran Kemasan
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Kemudahan Memperoleh
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Desain Kemasan
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Ketajaman warna
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting Labeling
Sangat Penting +2 +1 0 -1 -2 Sangat Tidak Penting