• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN SIFAT KETELADANAN TERHADAP SISWA SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENANAMKAN SIFAT KETELADANAN TERHADAP SISWA SMP MUHAMMADIYAH LIMBUNG KECAMATAN BAJENG KABUPATEN GOWA"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada Program Studi

Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar

JAMALUDDIN 10519159712

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H / 2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ix

Siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.”

(Dibimbing oleh Dr. Maryam, M.Th.I dan Dr. Mutakallim Sijal, M.Pd).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Sifat Keteladanan terhadap siswa di SMP Muahammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan survei lapangan yaitu mencari dan mengumpulkan informasi tentang masalah yang di bahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (survei) dengan metode pendekatan deskriptif kualitatif, yang menjadi objek pada penelitian ini adalah Guru dan Siswa. Dalam penelitian ini adalah terdapat dua variabel yang diteliti yaitu variabel bebas adalah peranan guru pendidikan Agama Islam dan variabel terikat adalah menanamkan sifat keteladanan teradap siswa. Seluruh data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui instrumen yang digunakan adalah Observasi, Pedoman Wawancara, pedoman Angket, dan Dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Sifat Keteladanan terhadap Siswa merupakan salah satu langkah yang dapat yang ditempuh oleh guru selama dalam proses pembelajaran berlangsung disekolah. Penulis setelah melakukan penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: Dari 62 responden yang menunjukkan ya sebanyak 45 siswa atau 73 %yang menunjukkan kadang-kadang 16 siswa atau 26 % sedangkan yang menunjukkan tidak 1 orang atau 1 % dari 62 responden di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.

(7)

PRAKATA

ِﻪِﻟَا ﻰَﻠَﻋَو َﻦْﻴِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟاَو ِءﺎَﻴِﺒْﻧَﻷْا ِفَﺮْﺷَأ ﻰَﻠَﻋ ُمَﻼﱠﺴﻟاَو ُةَﻼﱠﺼﻟاَو َﻦْﻴِﻤَﻟﺎَﻌْﻟا ﱢبَر ِﷲ ِ ُﺪْﻤَﺤْﻟﺍ ُﺪْﻌَـﺑ ﺎﱠﻣَأ َﻦْﻴِﻌَﻤْﺟَأ ِﻪِﺒْﺤَﺻَو

Alhamdulillah, segala pujian hanya milik Allah ‘Azza Wajalla atas segala rahmat, nikmat, hidayah dan taufiq-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salam dan salawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, sahabatnya serta orang-orang yang senantiasa

mengikutinya sampai hari kiamat.

Atas berkat dan Rahmat-Nya jualah maka dengan mengarahkan segenap kemampuan maka skiripsi yang berjudul “Perilaku Sosial Beragama Komunitas Ammatoa dan Pemahamannya Terhadap Ajaran Agama Islam di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulaweesi Selatan.” Dapat dirampungkan sesuai dengan harapan.

Berkat dukungan dan semangat serta dorongan moral yang diberikan oleh berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Ucapan terimakasih yang tulus dan ikhlas kepada yang terhormat:

vi

(8)

1. Ayahanda Nelong Dg. Ratedan Baintang Dg. Baji yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik, memotivasi dan membiayai penulis dengan penuh keikhlasan, ketabahan dan kesabaran.

2. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar beserta unsur yang terlibat di dalamnya, yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada kami untuk menuntut ilmu.

3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M. Pd, Dekan Fakultas Agama Islam Dan seluruh civitas akademik.

4. Amirah Mawardi, S. Ag M. Si, Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.

5. Dr. Hj. Maryam M.Th.I sebagai dosen pembimbing satu skripsi sekaligus sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam.

6. Drs. Mutakallim Sijal M.Pd dosen pembimbing kedua skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen Unismuh Makassar Khususnya dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar Makassar.

8. Saudara Masjaya yang telah banyak membantu penulis sehingga skripsi ini dapat tersusun, semoga ALLAH Swt. Senantiasa memberikan hidayah dan kesehatan.

(9)

9. Teman-teman di Fakultas Agama Islam khususnya teman sekelas angkatan 2012 yang telah membantu penulis dengan dukungan serta do’a.

10. Serta semua pihak yang penulis tidak mampu sebutkan namanya satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, kepada Allah swt. kami memohon semoga semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingannya semoga senantiasa memperoleh balasan disisi Allah Swt. dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca umumnya dan lebih lagi bagi pribadi penulis, amin ya Rabbal ’alamin.

Makassar, 25 Juni 2016

Penyusun

J a m a l u d d i n Nim : 10559760812

(10)

x

BERITA ACARA MUNAQASAH ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

HALAMAN PRAKATA ... vi

HALAMAN ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7

A. Pengertian dan peranan guru ... 7

B. Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam ... 11

1. Pengertian Keteladanan ... 11

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 12

3. keteladan dalam pendidikan ... 14

4. Kepribadian dan Kriteria Guru Pendidikan Agama Islam .. 16

5. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai suri tauladan ... 17

C. Pembentukan karakter ... 23

1. Pengertian karakter ... 23

(11)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Lokasi dan Objek Penelitian... 49

C. Variabel Penelitian ... 49

D. Definisi Operasional Variabel ... 50

E. Populasi dan Sampel ... 51

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Teknik Pengumpulan Data ... 54

H. Teknik Analisis Data... 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN... 57

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 57

1. Sejarah Berdirinya SMP Muhammadiyah Limbung ... 57

2. Visi dan Misi Sekolah... 58

3. Struktur Organisasi Sekolah ... 59

B. Peranan Guru dalam menanamkan Sifat Keteladanan di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 69

C. Metode-Metode Pendidikan yang digunakan guru PAI SMP Muhammadiyah Limbung... 77

BAB. V PENUTUP... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran-Saran... 81

(12)

xii

(13)

xiii

1. Kedaan populasi SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 53 2. kedaan sampel SMP Muhammadiyah limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa ... 54 3. Nama - nama guru SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa... 60 4. Nama-nama stsf SMP Muhammadiyah limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa... 63 5. Petugas Kemanan SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng

Kabupaten Gowa ... 64 6. Data keadaan siswa kepada peranan Guru pendidikan Agama Islam

dalam menanamkan sifat keteladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kacamatan Bajeng Kabupaten Gowa... 66 7. Sarana dan prasarana di SMP Muhammadiyah Limbung Kwcamatan

Bajeng Kabupaten Gowa... 67 8. Responden siswa terhadap guru dalam kedesiplinan waktu SMP

Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 71 9. peraran guru pendidikan agama islam dalam mengigatkan waktu

shalat di SMP Muhammadiyah Limbung Kabupaten Gowa ... 72 10. Responden terhadap peranan guru pai dalam mencerminkan perilaku

sopan santun di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa ... 73 11. Peranan guru PAI dalam mengaplikasikan sifat kesabaran ... 74

12. peranan guru pendidikan islam dalam memberikan nasehat sebelum pelajaran di mulai di SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatam Bajeng Kabupaen Gowa... 75

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat penting diutamakan dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maju mundurnya suatu bangsa dan negara sangat ditentukan oleh pendidikan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali akal dan pikiran untuk menjamin kelangsungan hidup suatu bangasa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

(Syaiful bahri Jmara, 2005: 22) mengemukakan bahawa pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. Aktivitas dalam pelaksanaannya berada dalam suatu proses yang berkesinambungan semuanya berkaitan dalam pendidikan intgral.

Berdasarkan undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa:

Pendidikan Nasional berfungsikemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar mejadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang Demokratisserta bertanggung jawab. (UU Sisdiknas,No.20 : 2003)

1

(15)

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, maka diperlukan kerja sama yang baik antara berbagai kalangan. Baik orang tua, Guru, maupun masyarakat. Khususnya dalam lingkungan pendidikan, peran guru sangat diharapkan dapat membantu agar tujuan tersebut dapat tercapai.

Pendidikan pada hakikatnya usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.

Dalam perkembangan proses kedewasaan siswa, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua tugas pendidikan dapat di lakukan oleh orang tua dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan yang lainnya. Oleh karena itu orang tua mengirim anak- anaknya ke sekolah untuk belajar bebagai ilmu pengetahuan. Dan salah satu ilmu pengetahuan yang memiliki pengetahuan peranan dalam membentuk Akidah dan Akhlak anak atau siswa adalah terdapat pada bidang studi pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam bagi anak atau siswa pada usia dini adalah salah satu solusi yang tepat dalam proses pembinaan dan pembentukan watak serta kepribadian anak atau siswa. Oleh karena itu, peranan guru pendidikan agama sangat penting dalam pembentukan

(16)

watak dan kepribadian siswa, agar menjadi anak yang memiliki akhlak yang baik.

Namun, walaupun peranan guru pendidikan agama Islam sangat penting dalam interaksi edukatif, tidak dapat kita pungkiri bahwa pendidikan di Indonesia masih mengalami banyak permasalahan yang sangat kompleks, sehingga seolah-olah pendidikan yang diselenggarakan kurang berhasil dibandingkan dengan penyelenggaraan pendidikan di negara-negara lainnya. Hal ini terjadi karena tuntutan masyarakat terhadap kualitas output pendidikan semakin mengikat serta dinamika ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) terus berjalan. Salah satu langkah yang dapat di tempuh untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan mengembangkan berbagai pendektan pembelajaran yang dirasa cukup handal dalam meningkatkan kualitas output pendidikan, yaitu siswa.

Pendekatan pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

Pelaksanaan proses pembelajaran di Indonesia pada masa lampau lebih banyak mengunakan pendekatan bertumpu pada aktivitas guru, sehinggga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan belum terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran.

Pada saat ini, telah banyak dikembangkan pendekatan-pendekatan pembelaran yang bertumpu pada aktivitas siswa. Pembelajaran yang bertumpuh pada aktivitas siswa menekankan kepada aktivitas-aktivitas

(17)

siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kongnitif, afektif, dan psikomotor secara secara berkembang. Dan salah satu pendekatan yang bertumpu pada aktivitas siswa adalah pendekatan keteladanan. Pendekatan tersebut menjadikan agar siswa dapat mencari solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Pendekatan tersebut memiliki maksud dan tujuan agar siswa dapat mencari dan menemukan ilmu pengetahuan secara mandiri.

Sebagaimana dalam hadis Rasulullah saw bersabda:

ﺻ ﷲ لوﺳر نا ةَرْﯾ َرُھ ْﻲِﺑَا ْنَﻋ : لﺎﻗ مﻠﺳو ﮫﯾﻠﻋ ﷲ ل

نَﻣ

ْكَﻠ َﺳ

ِﺔﱠﻧَﺟﻟْا َﻰﻟإ ﺎًﻘْﯾ ِرَط ُﮫَﻟ ُﷲ َلﱠﮭَﺳ ﺎًﻣْﻠِﻋ ِﮫْﯾِﻓ ُسِﻣَﺗْﻠﯾَ ﺎًﻘْﯾ ِرَط )

مﻠﺳﻣ هاور (

Artinya :

Dari abu Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah Saw. Telah bersabda : “Barangsiapa yang menjalani akan suatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan (ilmu Allah), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.” (H R. Muslim, Abu Daud, Sunan Abi Daud. Al Tirmidzi.Tth: 341)

Berdasarkan hadis tersebut, kita dapat memahami bahwa bagi siswa yang mencari ilmu secara terus menerus, Allah akan mempermudah jalannya menuju surga.

Peranan guru pendidikan Agama Islam dalam menerapkan pendekatan keteladanan pada bidang studi Pendidikan Agama Islam juga sangat menuntut agar siswa dapat membuktikan atas suatu konsep melalui nilai-nilai Islami yang berpedoman pada Al-qur’an dan Al-Hadis.

Sehingga proses pembelajaran pada bidang studi pendidikan Agama

(18)

islamdirasa cukup sesuai apabila dilakukan dengan pendekatan keteladanan.sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 21.

َمْﻮَـﻴْﻟاَو َﻪﱠﻠﻟا ﻮُﺟْﺮَـﻳ َنﺎَﻛ ْﻦَﻤِﻟ ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮْﺳُأ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ِﰲ ْﻢُﻜَﻟ َنﺎَﻛ ْﺪَﻘَﻟ َﺮَﻛَذَو َﺮِﺧﻵا اًﲑِﺜَﻛ َﻪﱠﻠﻟا

Terjemahnya :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Departemen Agama RI. 2009 : 420).

Bidangstudipendidikan Agama Islam tidak hanya mengantarkan peserta didik untuk menguasai beberapa ajaran Islam.Tetapi yang terpenting adalah bagaimana peserta didik dapat mengamalkan ajaran- ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari tujuan akhir dari bidang studi pendidikan AgamaIslam adalah terbentuknya peserta didik yang memeiliki akhlak mulia. Tujuan inilah yang sebenarnya merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana dalam hadits Nabi Saw bersabda:

:لﺎﻗ مﻠﺳو ﮫﯾﻠﻋ ﷲ لﺻ ﷲ لوﺳر نا ةَرْﯾ َرُھ ْﻲِﺑَا ْنَﻋ

َمﱢﻣَﺗُ ِﻷ ُتْﺛِﻌُﺑ ﺎَﻣﱠﻧِإ َا َم ِرﺎَﻛَﻣ

ِق َﻼ ْﺧ )

(ق ﺎﺣﯾﺑ هاور

Artinya:

Dari abu Hurairah ra.ia berkata bahwa Rasuslullah bersabda“Sesunguhnya Aku (Muhammad) diutus untuk

(19)

menyempurnakan akhlak yangmulia”. HR. Baihaqi : (An Nawawi Baihaqi Tth : 140)

Dengan demikian pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Agama Islam. Mencapai akhlak yang mulia adalah tujuan sebenarnya dari pendidikan.

Menurut Gallagher dalam bukunya (2009:1), mengatakan bahwa:

Paradigma baru dalam pembelajaran sains termasuk pendidikan Agama Islam adalah penbelajaran dimana siswa tidak hanya dituntut untuk lebih banyak mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis, hafalan, pengenalan rumus-rumus, dan pengenalan istilah-istilah melalui serangkaian latihan secara verbal, namun hendaknya dalam pembelajaran sains (dalam hal ini pendidikan agama Islam), guru lebih banyak mendirikan pengalaman kepada siswa untuk lebih mengerti dan membimbing siswa agar dapat menggunakan pengetahuan pendidikan agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari.

Dari pendapat tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa dalam mempelajari sebuah ilmu pengetahuan baik ilmu agama maupun ilmu sains bukan hanya sekedar dipahami secara teori tetapi harus mampu mengaplikasikan atau mempraktekkan dalam kehidupan sehari- hari.

Bidang studi pendidikan Agama Islam merupakan bidang studi yang sangat penting untuk diajarkan kepada peserta didik dan diberikan pembinaan sekaligus hafalan yang kuat, dan termasuk dalam kelompok pelajaran yang dianggap sulit. Di karenakan Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang menyangkut reaksi pendidikan Agama Islam dan hitungan Pendidikan Agama Islam, Akibat rendahnya pemahaman konsep-konsep Pendidikan Agama Islam dan Kurangnya

(20)

minat siswa terhadap pendidikan Agama Islam, serta Guru kurang memberikan contoh-contoh kongkrit tentang reaksi-reaksi yang ad dilingkungan sekitar dan sering dijumpai siswa. Oleh sebab itu, mereka menyarangkan adanya suatu usaha untuk mengoptimalkan pembelajaran pendidikan Agama Islam.

Kendala-kendala siswa dalam mempelajari pendidikan Agama Islam diyakini berkaitan dengan masalah pelaksanaan strategi pembelajaran yang masih bertumpu pada akitvitas Guru (teacher centered learning). Dan kurangnya pendekatan yang dilakukan oleh Guru dalam

proses belajar mengajar.

Oleh karena itu, maka diyakini penting untuk melaksanakan penelitian yang berjudul peranan Guru pendidikan Agama Islam dalam menanamkan sifat keteladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Pada bidang Studi pendidikan Islam

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis dapat menguraikan beberapa permasalahan yang menjadi objek penelitian pada penulisan proposal ini:

1. Apaperanan guru PAI dalam menanamkan sifat keteladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa?

(21)

2. Metode apa yang digunakan guru PAI dalam menanamkan sifat ketauladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamatan Bajeng Gowa?

3. Apa pengaruh keteladanan yang ditanamkan oleh guru PAI di SMP Muhammadiyah Limbug?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peranan guru PAI dalam menanamkan sifat ketauladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah Limbung kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa

2. Untuk mengetahui metode yang digunakan guru PAI dalam menanamkan sifat ketauladanan terhadap siswa SMP Muhammadiyah Limbung Kecamata Bajeng Gowa.

3. Untuk mengetahui pengaruh keteladanan yang ditanamkan oleh guru PAI di SMP Muhammadiyah Limbung

D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Akademik

Bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas wawasan berfikir penulis tentang berbagai teori, strategi, dan pendekatan yang harus dilakukan oleh seorang calon guru pendidikan agama islam dalam pembelajaran.

2. Manfaat praktis bahwa hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pikiran berupa solusi dan tindakan

(22)

yang harus dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru pendidikan AgamaIslam dalam menerapkan strategi belajar mengajar atau pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran. Agar siswa dapat lebih tertarik dan merasa tertantang untuk terus mencari dan mencari solusi dalam setiap permasalahan yang diberikanoleh guru pendidikan AgamaI slam pada bidang studi Pendidikan Agama Islam.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan peranan guru 1. Pengertian guru

Menurut bahasa, guru adalah orang yang pekerjaannya, (profesinya) mengajar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1995:651).

Pengertian guru menurut istilah, antara lain di sebutkan oleh Rustiyah (1981:49) : adalah:

Seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik, sehingga menunjang hubungan sebaik- baiknya dengan anak didik, sehinggga menjujung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan keilmuan.

Menurut undang undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Guru adalah :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak pada usia dini jalur pendidikn formal, pendidikan dasarpendidikan menengah (pasal ayat 1 UU/No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen)

Berdasarkan uaraian tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu pengetahuan kepada murid-muridnya atau memberikan infomasi di depan kelas, tetapi dia seorang tenaga profesional yang dapat menjadikan murid-muridnya mampu memecahkan, menganalisis dan menyimpulkan masalah yang dihadapi. Dengan demikian,seorang guru hendaknya bercita-cita tinggi’

10

(24)

berpendidikan luas, berkepribadian kuat dan tegar, serta berkemanusiaan yang mendalam.

2. Peranan Guru

Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingka laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru, maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar, mengajar, dapat dipandang sebagai sentral bagi peranannya.

Sebab baik di sadari atau tidak, bahawa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak dicurahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.

Peranan guru menurut beberapa pendapat antara lain:

a) Havighurst dalam Sadirman (1996:126) menjelaskan bahwa peran guru disekolah:Sebagai pegawai (employee) dalam hubungan kedinasan, sebagai bawahan (subordinate) terhadap atasannya, sebagai kolega dalam hubungannya dengan anak didik, sebagai pengatur disiplin,evaluator dan pengganti orang tua.

b) Pert Katz dalam Syafruddin (2005:8) menggambarkan peranan guru:Sebagai komunikator, sahabat yang dapat memberikan nasehat-nasehat motivator sebagai pemberi inspirasi dan diiringi, pembimbing dalam pengembangan sikap dan tingkat laku serta nilai-nilai, orang yang menguasai bahan yang diajarkan.

(25)

c) James . W. Dalam syaifruddin (2005:8) mengemukakan: Tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

d) Federasi dan organisasi frofesional Guru sedunia, dalam sadirman(1996: 126) mengungkapkan bahwa guru disekolah, tidak hanya sebagai transmiter dari ide tetapi juga berperan sebagai transfomerdan dan katalisator dari nilai nilai sikap.

Sesuai hal tersebut Sadirman (1996:128) mengemukakan bahwa guru adalah:

a. Informator

Sebagai pelaksanacara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b. Organisator

Guru sebagai organisator, pengelolah kegiatan akdemik, silabus workshop, jadawal pelajaran dan lain-lain. Komponen-komponen yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat mencapai efektivitas dan efesiensi dalam belajar para siswa.

c. Motivator.

Peranan guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan serta rainforcement untuk mendinamisasikan

(26)

potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta atau kreatifitas, sehingga akan terjadi di dalam proses belajar mengajar.

Peranan guru sebagai motivator ini sangat penting dalam interaksi belajar mengajar, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut perfomance dalam arti personalisasi dn sosialisasi diri.

d. Pengarah/direktur

Jika kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol.

Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegitan belajar siswa sesuai tujuan yang di cita-citakan.

e. Inisiator

Guru dalam hal ini adalah pencetus ide-ide dalam proses belajar.

Sudah barang tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didiknya.

f. Tarnsmtter

Dalam kegiatan belajar, guru juga akan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.

g. fasilitator

Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajarmengajar, misalanya saja dengan menciptakan suasana kegiatan yang sedimikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehinggga interksi belajar mengajar akan berlangsng secara efektif.

(27)

h. Evaluator

Dari beberapa pendapat tersebut di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa peranan guru adalah sebagai penggerak arah jalannya menuju tujuan pendidikan.

Ada kecenderungan bahawa peranan sebagai evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademis maupun tingkat laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Tetapi kalau secara agak mendalam evaluasi-evaluasi yang dilakukan guru itu sering hanya merupakan evaluasiekstrinsik dan sama sekali tidak menyentuh evaluasi instrinsik. Evaluasi yang dimaksud adalah evaluasi yang mencakup pula evaluasi instrinsik. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria keberhasilan. Dalam hal ini tidak cukup hanya dilihat dari bisa atau tidaknya mengajarkan mata pelajaran yang diujikan, tetapi masih perlu ada pertimbangan-pertimbangan yang sanagat unik dan kompleks, terutama yang menyangkut perilaku dan values yang ada pada masing- masing mata pelajaran.

B. Keteladanan Guru Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Keteladanan

Keteladanan berasal dari kata teladan yang berarti sesuatu atau perbuatan yang patut ditiru atau dicontoh. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan uswatun hasanah yang berarti cara hidup yang diridhoi oleh Allah SWT.

(28)

Sementara itu secara etimologi pengetian keteladanan yang diberikan oleh Al-Ashfahani, sebagaiman dikutip Armai Arief,bahwa menurut beliau “al-uswah”dan “al-iswah” sebagaimana kata “al-qudwah”

dan “al-qidwah”berarti “suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemudaratan”.

Senada dengan yang disebutkan di atas, Armai Arief (2002:117) juga mengutip pendapat dari seoarang tokoh pendidikan Islam lainnnya yang bernama Abi Al-Husain Ahmad Ibnu Al–Faris Ibn Zakaria yang termasuk kitab dalam karyanya yang berjudul Mu’jam Magayis al-Lughah, beliau berpendapat bahwa “uswa” berarti “gudwah” yang artinya ikutan, mengikuti yang diikuti.

Sebagaimana di contohkan Rasulullah Saw. dan telah dilakukan pula oleh Nabi Ibrahim As. Dan para pengikutnya. Jadi yang dimaksud dengan keteladanan dalam pengertiannya. Sebagai Uswatun hasanah adalah suatu cara mendidik, membimbing dengan menggunakan contoh yang baik di ridhoi Alllah Swt. Sebagaimana yang tercermin dari prilaku Rasulullah dalam masyarakat dan bernegara.

Dengan demikian keteladan adalah tindakan atau setiap sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti disebut dengan teladan. Namu keteladanan yang dapatdijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik.

(29)

2. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Pengertian guru pendidikan agama Islam atau kerap disingkat menjadi guru agama Islam dan juga mendidik murid-muridnya, agar mereka kelak menjadi manusia yang takwa kepada Allah Swt. Di samping Agama Islam juga berfungsi sebagai pembimbing agar para murid sejak mulai sekarang dapat bertindak dengan dengan prinsip-prinsip islam dan dapat mempraktikkan syarat islam.

Menurut M.Arifin (1987 : 100) menjelaskan bahwa:

Guru Agama Islam adalah orang yang mebimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiannya sehingga tergambarlah dalam tingkat lakunya nilai-nilai agama Islam.

Muhammad Athiyah al-Abrasyi, sebagaimana dikutip oleh samsul Nizar (2002:45), memberikan batasan tentang karakteristik guru Agama Islam, yaitu:

a. Memiliki sifat suhud, yaitu mencari keridaan Allah Swt.

b. Bersih fisik dan jiwanya

c. Ikhlas dan tidak riya dalam melaksnakan tugasnya

d. Bersifat pemaaf, sabar, dan sanggup menahan amarah, terbuka, dan menjaga kehormatan

e. Mencintai peserta didik

f. Mengetahui karakter pserta didk

g. Mengusai pelajaran yang diajarkannnya dengan profesional

h. Mampu menggunakan metode mengajar secara bevariasi dan mampu mengelolah kelas

i. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik.

Sementara itu Abdurrahman al-Nahlawi (1989:239-246) memberikan gambaran tentang sifat-sifat pendidik muslim yaitu sebagai berikut:

(30)

a. Hendaknya tujuan, tingkat laku dan pola pikir guru tersebut bersifat rabbani

b. Hendaknya guru bersifat jujur menyampaikan apa yang diajarkannya

c. Hendknya guru senanantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan kesediaan untuk membiasakan mengajarkannya d. Hendaknya guru mampu menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi dan menguasainya dengan baik serta mampu memiliki metode mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran serta situasi belajar-mengajarnya

e. Hendaknya guru mampu mengelolah siswa, tugas dalam bertindak serta meletakkan berbagai perkara secara profesional f. Hendaknya guru mempelajari kehidupan psikis para pelajar

selaras dengan masa perkembangannya ketika ia mengajar mereka sehingga guru dapat memperlakukan anak didiknya sesuai dengan kemamuan akal dan kesiapan psikis mereka.

g. Hendaknya guru tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang mempengaruhi jiwa dan pola berfikir angkatan mudah.

h. Hendaknya guru bersifat adil di antara para pelajarnya, artinya guru tidak cenderung kepada salah satu golongan diantara mereka serta tidak menistimewkan seseorang diantara lainnya.

Menurut Zakiah Darajat, tujuan pengajaran Agama Islam itu harus mengandung bahan pelajaran yang bersifat:

a. Menumbuhkan dan memperkuat iman.

b. Mebekali dan memperkaya ilmu agama

c. Menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan akhlak terpuji

d. Dapat mengamalkan dan mengembangkan dalam runitinitas sehari-hari.

Dalam pendidikan islam tidak hanya menyiapkan seseorang anak didik memainkan perasaannya sebagai individu dan anggota masyarakat saja, tetapi juga membina sikapnya terhadap agama tekun berikut mematuhi peraturan agama, serta menghayati dan mengamalkan nilai hukum agama dalam kehidupan sehari-hari.

3. Keteladanan Dalam Pendidikan

(31)

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan, seorang pendidik dapat saja menyusun system pendidikan yang lengkap, dengan menggunakan seperangkat metode atau strategi sebagai pedoman atau acuan dalam bertindak serta mencapai tujuan dalam pendidikan.namun keteladanan seorang pendidik sanagatlah penting dalam interaksinya dengan anak didik. Karena pendidikan tidak hanya sekedar menangkap atau memperoleh makna dari sesuatu yang diungkapkan pendidiknya, akan tetapi justru melalui keseluruhankepribadian yang tergambar pada sikap dan tingkat laku para pendidiknya.

Dalam pendidikan Islam konsep keteladanan yang dapat dijadikan sebagai cermin dan model dalam pembentukan kepribadian seorang muslim adalah keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah. Rasulullah mampu mengekspresikan kebenaran, kelurusan dan ketinggian pada akhlaknya. Dalam keadaan seperti sedih, gembira, dan lain-lain yang bersifat fisik, beliau senantiasa menahan diri. Bila tertawa, “beliau tidak terbahak-bahak kecuali tersenyum.” Jika menghadapi sesuatu yang menyedihkan, beliau menyenbunyikannyaserta menahan amarah. Jika kesedihannya terus bertambah beliaupun tidak mengubah tabiatnya, yang penuh kemuliaan dan kebajikan.

Berkaitan dengan makna keteladanan, Abdurrahman An- Nahlawi (1996:263) mengemukakan bahwa keteladanan mengadung nilai-nilai pendidikan yang teraplikasi sehingga keteladanan memiliki azas pendidikan sebagai berikut:

(32)

a. pendidikan islam merupakan konsep senantiasa menyeruhkan pada jalan Allah, dengan demikian seseorang pendidik dituntut untuk menjadi teladan dihadapan anak didiknya. Karena sedikit banyak anak didik akan meniru apa yang dilakukan pendidiknya (guru).

b. Sesunguhnya Islam telah menjadikan kepribadian Rasulullah SAW. Sebagai teladan abadi dan actual bagi pendidikan. Islam tidak menyajikan keteladanan ini untuk menunjukkan kekaguman yang negatif atau perenungan imajinasi belaka, melainkan islam menyajikan agar manusia dapat menerapkan pada dirinya.

Demikianlah keteladanan dalam Islam senantiasa terlihat dan tergambar jelas sehingga tidak beralih imajinasi kecintaan spiritual tanpa dampak yang nyata dalam kehidupan sehari hari.

4. Kepribadian dan Kriteria Guru Pendidikan Agama Islam

Guru bukan hanya sebagai pendidik melainkan juga merupakan pembimbing. Guru dalam mendidik dan membimbing para siswanya tidak hanya dengan bahan yang disampaikan atau dengan metode-metode penyampaian yang digunakannya, tetapi dengan kepribadiannya.

Kepribadian itulah yang akan akan menentukan apakah ia akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak yang masih ketingkat kecil (tingkat sekolah dasar) dan mereka yang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menegah).

Guru merupakan spiritual father atau bapak rohani bagi seorang anak didik. Gurulah yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarti menghormati anak didik kita, mengahargai guru berarti penghargaan terhadap anak didik kita, dengan guru itulah anak didik hidup dan berkembang. Kepribadian berarti haqiqi individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain.

(33)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kepribadian guru pendidikan Agama Islam yang akan tampak dalam tinkah lakunya meliputi cara berbuat, berpikir, sikap, bergaul, berpakaian dan menghadapi persoalan.

Kepribadian guru akan menentukan bagi keberkesanan guru dalam melaksanakan tugasnya. Kepribadian guru, terlebih guru pendidikan agama islam, tidak hanya menjadi dasar bagi guru untuk berprilaku jujur, tetapi juga akan menjadi model keteladanan bagi para siswanya dalam perkembangannya. Oleh kaerna itu, kepribadian guru perlu dibina dan dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Guru-guru telebih dahulu guru pendidikan agama islam, diharapkan mampu menunjukkan kualitas ciri-ciri kepribadian yang baik, seperti jujur, terbuka penyanyang, penolong penyabar,kooperatif, mandiri dan sebagainya.

Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah telah ditunjukkan pada keguruan Rasulullah SAW. sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Ahzab (33): 21.

ْﻟاَو َﻪﱠﻠﻟا ﻮُﺟْﺮَـﻳ َنﺎَﻛ ْﻦَﻤِﻟ ٌﺔَﻨَﺴَﺣ ٌةَﻮْﺳُأ ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ِﰲ ْﻢُﻜَﻟ َنﺎَﻛ ْﺪَﻘَﻟ َمْﻮَـﻴ

اًﲑِﺜَﻛ َﻪﱠﻠﻟا َﺮَﻛَذَو َﺮِﺧﻵا

Terjemahnya :

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (Departemen Agama RI. 2009 : 420).

(34)

Sebagai guru pendidikan agama islam , sudah sewajarnya apabila keguruan Rasulullah SAW. Di implementasikan dalam praktek pembelajaran.

5. Guru Pendidikan Agama Islam sebagai suri teladan.

Suatu hal yang sangat penting pula yang harus di perhatikan oleh guru agama adalah sifat “keteladanan” karena guru adalah pembimbing murid-muridnya dan menjadi tokoh yang akan ditiru, maka kepribadiannya pun menjadi teladan bagi murid-muridnya.

Keteladanan guru adalah contoh yang baik dari guru entah dari tingkat laku, tindak tanduk, ucapan,sopan santun, sifat dan sikaf untuk ditiru dan dicontoh oleh peserta didiknya.

“Dari banyaknya pekerjaan yang dimiliki kepribadian baik, yang patut untuk ditiru peserta didik khususnya dalam menanamkan nilai-nilai Agamis, Haidar Putra Daulay (2004:82), mengemukakan salah satu komponen kompotensi keguruan adalah:

Kompotensi moral akademik, seorang guru bukan hanya orang yang bertugas untuk mentransfer ilmu (Transfer knowledge) tetapi juga orang yang bertugas untuk mentransfer nilai (kongnitif) tetapi juga bertugas untuk mengisi mental mereka dengan nilai-nilai baik dan luhur mengisi afektifnya.

Pendidikan AgamaIslam memegang peran sentral karena memproses manusia untuk memiliki keseimbangan religius-sprit. Islam sangat memperhatikan pendidikan dan menganjurkan kepada para pendidikan untuk betul-betul mendidik peserta didik secara baik pula.

Sebab bila peserta didik terbiasa dengan kebaikan maka akan menjadi

(35)

orang baik pula. Oleh karena itu sangat penting mendidik kepribadian peserta didik dengan memberikan contoh keteladanan yang berwal dari diri sendiri. Untuk itu guru pendidikan agama Islam dituntut untuk menjadi suri teladan dan pembimbing bagi siswanya, sehingga dia harus memiliki sikap yang baik dan lemah lembut.

Dalam pendidikan, pembinaan/penanaman pendidikan Agama Islam tidaklah cukup bila tidak disertai dengan keteldanan dan perantara yang memungkingkan keteladanan itu diikuti dan diteladani. Seperti pendapat Imam Ghozali yang dikutip dalam kitab Iyah’ Ulumuddin salah satu tugas guru adalah beramal dengan ilmunya. Jangan sampai perbuatannya mendustakan ucapannya. Karenah ilmu diketahui dengan akal pikiran dan amal perbuatan dilihat oleh mata kepala, sedang pemilik mata kepala lebih banyak jumlahnya. Jika ilmu bertabrakan dengan perbuatan maka jalan lurus akan buntu.

Jadi keteladanan guru adalah sesuatu yang patut ditiru oleh peserta didik yang ada pada gurunya. Guru disini juga dapat disebut sebagai subjek teladan atau orang yang diteladani oleh peserta didiknya.

Secara psikologis ternyata manusia memang memerlukan tokoh teladan dalam hidupnya. Peserta didik cenderung meneladani pendidik / gurunya, peserta didik meniru baik dalam baik dalam perilaku yang baik maupun yang jelek sekalipun.

Pengaruh yang kuat dalam memberikan pendidikan terhadap anak adalah teladan orang tua atau guru. Anak akan meniru apa saja yang

(36)

dilakukan orang lain. Oleh karena itu perlu disadari dan diperhatikan agar orang tua atau guru dapat memberikan teladan yang baik dan benar, dengan cara:

a) Menunjukkan sikap baik hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

1) Sikap mengahadapi problema dengan baik dalam mengahadapi berbagai masalah seharusnya guru dapat menjadi contoh bagaimana mengatasi problema dengan cara yang baik.

2) Sikap pengadilan diri sebagai seorang guru seharusnya dapat mengendalikan diri dan emosi karena seorang guru harus bisa bersikap sabar dalam menghadapi peserta didiknya yang mempunyai banyak karakter.

3) Sikap komunikasi dengan peserta didik Mempererat dengan peserta didik merupakan faktor yang paling penting demi tercapainya interaksi belajar mengajar dengan baik.

b) Menghargai sikap yang baik

Sebagai seorang guru seharusnya berbuat dan berprilaku yang baik sehingga dia harus seminimal mungkin melakukan sikap yang baik.

c) Menunjukkan kasih sayang

Kasih sayang merupakan kelemahan hati dan kepekaan perasaan sayang terhadap orang lain, merasa sependeritaan dan mengasihi mereka, Islam tidak menyajikan keteladanan ini sekedar untuk dikagumi atau sekedar untuk merenungkan dalam lautan hayat yang serba abstrak.

(37)

Islam menyajikan riwayat keteladan itu semata-mata untuk diterapkan dalam diri mereka sendiri, setiap orang diharapkan meneladaninya sesuai dengan kemampuannya untuk bersabar.

Menurut Ahmad Tafsir (1994:143) mengemukakan bahwa bentuk- bentuk keteladanan ada 2 macam yaitu:

1) Keteledanan yang disengaja

Keteladanan yang disengaja ialah keteladanan yang memang disertai penjelasan atau perintah agar meneladani. Keteledanan ini dilakukan secara formal, sebagaimana pendidik harus meneladani peserta didiknya dengan teladan yang baik. Misalnya seorang pendidik menyampaikan model bacaan yang diakui oleh pesrta didik.

Seorang imam membaguskan shalatnya untuk mengerjakan sahlat yang sepurna. Dalam hal ini Rasulullah SAW telah memberikan teladan langsung kepada para sahabat sehingga mereka telah banyak mempeljari masalah keagaiman sesuai dengan permintaan Rasulullah SAW agar mereka meneladani beliau.

2) Keteladan yang tidak disengaja

Keteladan yang tidak disengaja ialah keteladan dalam keilmuan, kepemimpinan, sifat dan keikhlasan. Dalam hal ini adalah guru, bagaimana sosok guru dapat hadi diharapkan peserta didiknya, walaupun keteladanan ini tidak formal tetapi pendidik selalu saja menjadi perhatian peserta didiknya. Pengaruh keteladan ini terjadi secara spontan dan tidak disengaja, ini berarti bahwa setiap orang yang ingin dijadikan panutan oleh orang lain harus senantiasa mengontrol perilkunya dan menyadari bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah atas segala tindak lanjut yang diikuti oleh khalayak atau ditiru oleh orang-orang yang mengaguminya. Jadi semakin dia waspada dan tulus utuh berbuat baik semakin bertambah pula kekaguman orang pada dirinya.

Bentuk bentuk keteladanan tidak dapat terwujud dengan sendirinya, dalam sekolah gurulah yang harus terwujud semua itu, seorang guru / pendidik dituntut harus memiliki berbagai sifat dan sikap antara lain sebagai berikut:

(38)

1) Seorang guru haruslah manusia pilihan, siap memikul amanah dan menunaikan tanggung jawab dalam pendidikan generasi muda.

2) Seorang guru, hendaklah mampu mempersiapkan dirinya sesempurna mungkin, tidak hanya berperan sebagai pendidik tetapi membina agar pserta didik selalu dijalan Allah Swt.

3) Hendaknya tidak tamak dan batil dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, sehingga seorang guru, semata-mata hanya mengaharapkan pahala dari Allah Swt.

4) Harus dapat memiliki sikap yang terpuji, berhati lembut, berjiwa mulia dan takwa kepada Allah Swt.

5) Penampilan guru, hendaklah selalu sopan dan rapi.

6) Seorang guru seyogyanya mampu menjadi pemimpin yang shalih, contoh teladan yang baik bagi peserta didiknya maka hampir dapat dipastikan bahwa merekapun akan meniru tingkat laku gurunya.

7) Seruan dan anjuran seorang guru, hendaklah tercermin pula dalam sikap keluarganya dan para sahabatnya dan merupakan konsep kehidupan nyata yang dapat dilaksanakan dan diamalkan.

8) Seorang guru harus menyukai dan mencintai peserta didiknya tidak boleh angkuh.

(39)

Demikianlah sifat dan sikap guru yang harus dimilikinya agar anak dapat berkepribadian muslim. Meskipun anak berpotensi besar untuk merahi sifat-sifat baik dan menerima dasar-dasar pendidikan yang mulia, ia akan jauh dari kenyataan postif dan terpuji jika dengan kedua matanya ia melihat langsung pendidik yang tidak bermoral. Memanng yang mudah bagi pendidik adalah mengajarkan berbagai teori tersebut jika orang mengajar dan mendidiknya tidak pernah melakukannya, atau perbuatannya berbeda dengan ucapannya.

C. Pembentukan Karakter 1. Pengertian Karakter

Karakter berasal dari bahasa Yunani “chracter”yang berakar dari diksi charssaeinyang berarti memahat atau mengukir,sedangkan dalam bahasa latin karakter bermakna memberi tanda.

Dan dalam bahasa inggris character dan dalam bahasa indonesia lazim digunakan dengan istilah karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia Arab, ada dua kata yang memiliki makna karakter yaitu”akhlak” dan tabi’ah”. Selain bermakna karakter kalimat tersebut juga berarti watak, pembawaan, kebiasaan. Begitu pula dalam kamus Al-Munawwir, kata yang meiliki arti karaktersama persisi dengan yang disebutkan diatas.

Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat bahasa departemen pendidikan Nasional:

kata karakter berarti sifat-sifatkewajiban, akhlakatau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan yang,atau bermakna bawaan,hati,jiwa,kepribadian,budipekerti,prilaku,personalitas,sifat, tabiat,temperamen,watak. Maka istilah berkarakter artinya memiliki

(40)

karakter, memiliki kepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak.

Sehingga Doni Kusuma dalam bukunya Ahmad Husen (2010:9) mengungkapkan bahwa:

Istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan- bentukan dari lingkungannya.

Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.

Karena itu,jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diktahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.

Individu yang berkarakter baik atau unggul adalah seseorang yang berusaha melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dirinya, sesama, lingkungan,bangsa, dan Negara serta Dunia Internasional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesabaran, emosi dan motivasinya (perasaanya).

Sementara Menurut Istilah (terminologis) Hermawan Kertajaya dalam bukunya Jamal Ma’mur Asmani (2001:28) mengemukakan bahwa:

Karakter adalah ciri khas yang dimilki oleh suatu benda atau individu.

Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin yang mendorong bagaiman seseorang bertindak, bersikap,berujar, dan merespon sesuatu.

Secara umum Istilah karakter yang sering disamakan dengan istilah temperamen,tabiat,watak, atau akhlak yang memberinya sebuah defenisi

(41)

sesuatu yang menekankan unsur psikosoial yang dikaitkan dengan pendidikan dalam konteks lingkungan.

Selain itu, karakter merupakan nilai tentang sesuatu. Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk prilaku individu itulah yang disebut karakter yang melekat dengan nilaidari perilaku tersebut. Karenanya tidak ada perilaku yang tidak bebas dari nilai, hanya sejauh mana kita memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam prilaku individu yang memungkinkan dalam kondisi yang tidak jelas. Dalam arti bahwa nilai dari suatu perilaku sangat sulit dipahami oleh orang lain.

2. Pembiasaan Karakter Di Sekolah

Pendidikan sekolah dimulai dari sejak taman kanak-kanak sampai tingkat perguruan tinggi, maka pendidikan karakter ini hendaknya adasuatu pola yang dapat memberi kesan yang sunguh-sunguh bagi yang memunkingkan teori-teori karakter dalam terealisir dan tercermin dalam pergaulan.

Pada dasarnya sekolah merupakan suatu lembagga yang membantu bagi tercapainya cita-cita keluarga dan masyarakat, khususnya dalam bidang pendidikan pengajaran yang tidak dapat dilaksanakan secara sempurna didalam rumah dan masjid.

Namun, hendaknya dapat diusahakan supaya sekolah menjadi lapangan yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral (karakter ahklak) anak didik, di samping tempat pemberian pengetahuan,perkembangan bakat dan kecerdasan peserta didik.

(42)

Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak, dimana pertumbuhan mental, moral, dan segala aspek kepribadian dapat berjalan dengan baik sebagaimana yang dikatakan oleh zakiyah Darajat bahwa hendaklah segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran (baik guru, pegawai-pegawai, buku- buku,peraturan-peraturan,alat-alat) dapatmembawa anak didik kepada pembinaan mental yang sehat,akhlak yang tinggi dan pengembangan bakat, sehingga anak-anak itu dapat tenang dalam pertumbuhannya dan jiwanya tidak goncang.

Semua komponen pendidikan harus dilibatkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Komponen-komponen tersebut di antaranya adalah isi kurikulumproses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Guru merupakan pembimbing yang dapat membantu membentuk dan mempengaruhi karakter peserta didik. Sehingga guru dituntut untuk memiliki keteladanan yang nantinya dapat dicontoh peserta didik.

Keteladanan ini terdiri dari prilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, cara guru bertoleransi, dan lain sebagainya.

3. Pembentukan Karakter

a) Pengertian dan proses pembentukan karakter

Dalam kamus besar bahasa indonesia Poerwadinata, karakter diartikan sebagai tabiat, watak,sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

(43)

yang membedakan seseorang daripada yang lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka membangun karakter (character buliding)adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.

Menurut Simon Philips dalam bukunya Markus F. Pessiseron (2010:29),mengemukakanbahwa:

Karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.

Lebih jauh juga dikatakan bahwa karakter sama dengan kepribadian.

Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik, atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan bentukan yang diterima dari lingkungan.

Setiap anak manusia dianugrahi kemampuan membangun karakternya. Individu dapat membanagun karakter apapun yang diinginkannya. Setiap orang dapat mengubah karakternya melalui latihan- latihan pribadi. Misalnya apabila seseorang melakukan perubahan dari kebiasaan orang yang kurang disiplin menjadi pribadi yang berdisiplin.

Perubahan dapat dimulai dari hal-hal yang kecil. Mulai datang selalu tepat waktu, menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, melakukan komitmennya dengan setia. Ketika kebiasaan-kebiasaan kecil ini di lakukan, secara perlahan namun pasti terbentuk karakter disiplin dengan sendirinya.

Seseorang yang ingin membentuk karakter positif, misalnya ramah bisa mulai dengan melakukan sesuatu yang positif, dengan menyapa teman-temannya secara tulus. Teman-temannya membalas dengan

(44)

bersikap ramah kepadanya, jadi hasil yang di dapat juga positif.

Pengalaman itu direkam kedalam memori dan mulai membangun sikap ramah dalam diri yang bersangkutan. Sekali lagi yang bersangkutan berprilaku ramah kepada orang lain dengan memberi bantuan pada rekan yang membutuhkan. Pengalaman ini ditanggapi dengan sikap ramah dengan orang yang dibantu. Demikian ketika hal-hal positif tersebut terus dilakukan dengan hal yang positif juga, rekaman didalam memori berubah menjadi sikap (attitude) bahkan menjadi sebuah keyakinan (belief) yang bersangkutan secara spontan akan mendorong perilku ramah untuk berbagai situasi kemudian.

Pembentukan karakter merupakan salahsatu tujuan pendidikan Nasional. Pasal 1 undang-undang sisdiknastahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Pesan dari undang-undang sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia pintar namun juga berkepribadian, sehingga nantinya akan lahir generasi muda yang tumbuh dan berkembang denga kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur agama dan pancasila. Lembagga pendidikan mulai dari taman kanak- kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki peran yang sentral dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter.

b) Unsur-unsur pembentukan karakter

(45)

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran.

Karena pikiran yang didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya, merupakan pelopor segalanya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikirnya yang bisa mempengaruhi perilakunya. Jika progaram yang tertanam tersebut sesuai denga prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjlan selaras dengan hukum alam.

Hasilnya, prilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan.

Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai degan prinsip-prinsip hukum universal,maka prilakunya membawa kerusakan dan menghasilkanpenderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian serius.

Tentang pikiran, Joseph Murphy dan Adi W. Gunawan (2005:27) mengatakan bahwa di dalam diri manusia terdapat satu pikiran yang memiliki ciri yang berbeda. Untuk membedakan ciri tersebut, maka istilahnya dinamakan dengan pikiran sadar (conscious mind) atau pikiran objektif dan pikiran bawah sadar (subconscious mind)atau pikiran subjektif. Penjelasan Adi W. Guawan mengenai fungsi dari pikiran sadar dan bawah sadar menarik untuk dikutip.

Pikiran sadar secara fisik terletak dibagian korteks otak bersifat logis dan analisis dengan memiliki pengaruh sebesar 12 % dari kemampuan otak. Sedabgkan pikiran bawah sadar secara fisik terletak di medulla oblongata yang sudah terbentuk ketika masih didalam

(46)

kandungan. Karena itu, ketika bayi yang di lahirkan menangis, bayi tersebut akan tenang di dekapan ibunya karena dia sudah merasa tidak asing lagi dengan detak jantung ibunya. Pikiran bawah sadar bersifat netral dan sugestif.

Untuk memahami cara kerja pikiran, ketika perlu tahu bahawa pikiran sadar (sonscious) adalah pikiran objektif yang berhubungan denga objek luar dengan menggunakan panca indra sebgai media dan sikap pikiran sadar ini adalah menalar. Sedangkan pikiran bawah sadar(subsconscious) adalah pikiran subjektif yang berisi emosi serta memori, bersifat irasional, tidak menalar,dan tidakk dapat membantah.

Ketika pikiran bawah sadar menjadi sangat optimal ketika kerja pikiran sadar semakin minimal.

Pikiran sadar dan bawah sadar terus berinteraksi. Pikiran bawah sadar akan menjalankan perintah, terlepas perintah itu benar atau salah.

Di sini, pikiran sadar bisa berperan sebagai penjaga untuk melindungi pikiran bawah sadar dari pengaruh objek luar.

Kita ambil sebuah contoh. Jika media masa memberikan bahawa indonesia semaki terpuruk, maka berita ini dapat membuat seseorang merasa depresi karena setelah mendengar dan melihat berita tersebut, dia menalar berdasarkan kepercayaan yang dipegang seperti berikut ini,

“kalau indonesia terpuruk, rakyat jadi terpuruk. Saya adalah rakyat Indonesia, jadi ketika di indonesia terpuruk, maka saya juga terpuruk, maka saya juga terpuruk.” Dari sini kesan yang diperoleh dari hasil

(47)

penalaran di pikiran sadar adalah kesan ketidakberdayaan yang berakibat kepada rasa putus asa.

Akhirnya rasa ketidakberdayaan tersebut akan memunculkan perilaku destruktif, bahan bisa mendorong kepada tindak kejahatan seperti pencurian dengan beralasan untuk bisa bertahan hidup. Namun, melalui pikiran sadar pula, kepercayaan tersebut dapat dirubah untuk memberikan kesan berbeda dengan menambahkan contoh berikut ini,”...tapi tapi aku punya banyak relasi orang-orang kaya yang siap membantuku.” Nah, cara berpikir semacam ini akan memberikan kesan keberdayaan sehingga kesan ini dapat memberikan harapan dan mampu menkaningkatkan rasa percaya diri.

Dengan memahami cara kerja pikiran tersebut, kita memahami bahwa pengendalian pikiran menjadi sangat penting. Dengan kemampuan kita dalam mengendalikan pikiran ke arah kebaikan, kita akan mudah mendapatkan apa yang kita inginkan, yaitu kebahagiaan, sebaliknya, jika pikiran kita lepas kendali sehingga terfokus kepada keburukan dan kejahatan, maka kita akan terus mendapatkan penderitaan-penderitaan, disadari maupun tidak.

c) Faktor-faktor Pembentukan Karakter

Karakter itu tidak terbentuk begitu saja, tetapi terbentuk melalui beberapa faktor yang mempengaruhi. Adapun faktor-faktor tersebut adalah:

1) Faktor Biologis

(48)

Faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani atau sering disebut faktor fisikologis. Faktor ini berasal dari keturunan atau pembawaan yang di bawah sejak lahir. Yang menpunyai peranan pada beberapa unsur kepribadian dan mengpengaruhi tingkah laku seseorang.

2) Faktor Sosial

Adalah masyarakat, yakni manusia lain disekitar individu yang bersangkutan . termasuk di dalamnya adat istiadat peraturan yang berlaku dan bahasa yang di gerakkan. Sejak anak di lahirkan sudah mulai bergaul dengan orang sekitar.pertama-tama dengan keluarga. Keluarga sebagai salah satu faktor sosial yang mempunyai posisi terdepan dalam memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak.

Bagaimanapun juga keluarga terutama orang tua adalah pembina pribadi pertama dalam hidup manusia sebelum mereka mengenal dunia luar.

Dalam keluarga sekolah juga mempengaruhi pembentukan kepribadian anak. Bahkan sekolah di anggap sebagai faktor terpenting setelah keluarga, sekolah merupakan jenjang kedua dalam pembentukan kepribadian muslim.

Dengan demikian nyatalah betapa besar pengaruh faktor sosial yang diterima anak dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dari kecil sampai besar terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian seseorang.

3) Faktor Kebudayaan

(49)

Sebenarnya faktor kebudayaan ini termasuk pula di dalamnya faktor sosial. Karena kebudayaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada masing- masing orang tidak dipisahkan dari kebudayaan masyarakat dimana anak itu dibesarka. karena setiap kebudayaan mempunyai nilai yang harus dijunjung tinggi oleh manusia yang hidup dalam kebudayaan tersebut.

Mentaati dan mematuhi nilai dalam kebudayaan itu menjadi kewajiban bagi setiap anggota masyarakat kebudayaan. Disamping itu harus mempunyai kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat.

Dari urain tersebut dapat disimpulkan bahwasanya kepribadiaan seseorang tumbuh dan berkembang atas dua kekuatan, yaitu kekuatan dari dalam yang berupa faktor biologis dan kekuatan dari luar yang berupa faktor sosial danfaktor kebudayaan.

d) Kedudukan dan pentingnya pembentukan karakter

Beberapa faktor penyebab rendahnya pembentukan karakter adalah :

1) Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih menekanka pegembangan intelektual, misalnya sistem evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif/

akademik, seperti ujian nasional.

(50)

2) Kondisi lingkungan yang kurang mendukung pembentukan karakter yang baik.Mengapa pendidikan karakter itu penting dan mendesak bagi bangsa kita telah lama memiliki kebiasaan- kebiasaan yang kurang kondusif untuk membangun bangsa yang unggul.Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang sistem pendidikan nasional berfungsi megembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabak dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

e) Tahapan pembentukan dan pegembangunan karakter

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik, yang dilakukan secara sadar dan terencana, dalam rangka megembangkan potensi peserta didik yang dimilikinya kearah yang lebih optimal.

Tahap-tahap pembentukan karakter disini meliputi :

1) Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan adab (budi pekerti) yang baik.

2) Suruhlah anak-anakmu menjalangkan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun. Dan jika sudah berusia sepulu tahun, maka

(51)

pukullah jika mereka tidak mau melaksanakan shalat. Dan pisahkanlah tempat tidurnya

3) Rasalullah bersabda : anak itu pada hari ketujuh dari kelahirannya di sembelihkan aqiqahnya, serta diberi nama disingkirkan dari segala kotoran-kotoran, jika telah berumur 9 tahun di pisahkan tempat tidurnya dan jika telah berumur 13 tahun dipukul agar melaksakan shalat (diharuskan)

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka pendidikan karakter anak harus di sesuaikan dengan dunia anak harus di sesuaikan dengan dunia anak. Dengan kata lain pendidikan karakter anak harus disesuaikan dengan tahapan-tahapan pertumbuhan dan pegembangan anak.

Kemudian, proses pendidikan di anggap tepat, bukan hanya memaksa peserta didik untuk menghafal fakta, Informasi dan atau konsep.

Akan tetapi proses pendidikan yang paling baik adalah “ berbuat “

Pegembangan atau pembentukan karakter di yakini perlu dan penting untuk di lakukan oleh sekolah dan stakeholdernya untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah. Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan tujuan hidup. Masyarakat juga berperang membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

(52)

Pelaksanaan pendidikan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan, pelaksanaan, dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjankau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik yaitu (pengetahuan tentang moral), atau perasaan, penguatan emosi tentang moral, dan atau perbuatan moral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan.

1) Moral Knowing

Moral knowing merupakan langka pertama dalam pendidikan karakter. Dalam tahapan ini tujuan diorientasikan pada penguasaan pengetahuan tentang nilai-nilai. Peserta didik harus mampu yakni:

a) Membedakan nilai akhlak baik dan buruk, nilai-nilai yang perlu dilkukan dan yang terlarang;

b) Menguasai dan memahami secara logis dan rasional (bukan hanya secara dokmatis dan doktriner) mengapa nilai-nilai akhlak mulia itu penting dimiliki dalam kehidupan, dan menggapai nilai- nilai akhlak buruk itu dihindari dalam kehidupan;

(53)

c) Mengenal sosok-sosok figur teladan akhlak (karakter) yang dipelajari melalui berbagai kajian, termasuk figur Nabi Muhammad Saw. Sebagai teladan dalam kehidupan sehari-hari.

Beragkat dari hal tersebut di atas, maka dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan mengisi rana kognitif peserta didik adalah kesadaran moral (moral awareness), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge).

2) Moral loving/moral feeling

Moral loving/moral feeling merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri (concsience), percaya diri (self esteem) kepekaan terhadap derita orang lain (empathy), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility).

Belajar mencintai dengan melayani orang lain. Belajar mencintai dengan cinta yang tampak syarat dan bukan karena mencintai yang tanpa alasan. Tahapan ini dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa utuh terhadap nilai akhlak mulia. Dalam tahapan ini yang menjadi sasaran adalah pengembangan dimensi emosional siswa, hati atau jiwanya, tidak lagi masuk pada wilayah akal atau rasionya.

(54)

Dalam rangka mengembangkan moral feling atau moral loving siswa, guru meyentuh sisi emosional siswa, sehingga akan tumbuh dalam diri mereka kesadaran, keinginan dan kebutuhan sehingga siswa mampu mensugesti dirinya kepada jalan yang baik. Dalam pelaksanaannya guru dapat meningkatkan berbagai cerita atau kisah-kisah yang menyentuh hati, modeling atau kontenplasi. Serta membiasakan bersikap baik, dan bersikap empati kepada siapapun. Dalam rangka menumbuhkan sikap empati dan kasih sayang, kejujuran dalam berucap dan bertindak, guru dapat melatih dengan cara memberikan keteladanan kepada meraka.

Wiliam killpatrickmenyebutkan (1986:40 )menjelaskan bahwa : salah satu penyebab ketidak mampuan seseorang berlaku baik meskipun ia telah memiliki pengetahuan tentang kebaikan itu (moral knowing) adalah karena ia terlatih untuk melakukan kebaikan.

Dari pendapat tersebut diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa walaupun sesesorang memiliki pengetahuan tentang kebaikaan tetapi tidak melatih dirinya untuk melakukan kebaikan maka bisa jadi tidak mampu melakukan kebaikan.

3) Moral doing/moral action

Moral actioan / moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (action morally) maka harus dilihat dari tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi, keinginan, dan kebiasaan.

(55)

Moral action merupakan keberhasilan dari pendidikan karakter kepada siswa. Dimana siswa mampu melaksanakan nilai-nilai karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Siswa semakin berlaku ramah sopan dalam berbicara, hormat kepada guru dan orang tua, penyayang, jujur dalam segala tindakan baik ucapan maupun perbuatan, bersikap disiplin dalam belajar dan lainnya, cinta dan kasih sayang, adil, murah hati dan lain sebagainya. Maka dalam hal ini, contoh dari keteladanan dari guru dan semua warga menjadi hal yang penting.

Selain itu menurut character counts M. Furqon Hidayatullah (2010:39), pilar karakter diidentifikasi menjadi 10 pilar yaitu : dapat dipercaya, rasa hormat, perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun dan integritas.

Pendidikan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan dan dapat berupa berbagai kegiatan yang dilakukan yang dilakukan secara Intrakurikuler maupun Ekstrakurikuler. Karakter memiliki strategi yang dapat dilakukan melalui sikap-sikap dalam pembentukannya. Sikap-sikap tersebut adalah:

a) Keteladanan

Dalam pembentukan pendidikan karakter keteladanan sanagat diperlukan agar apa yang diajarkan kepada siswa tidak dapat dipahami sebagai teori saja. Karena itulah guru dituntut untuk mematuhi standar kelayakan tertentu agar bisa memberikan teladan kepada siswa. Selain itu untuk menjadi orang yang diteladani, sorang guru tidak hanya

Referensi

Dokumen terkait

Peran pengajian Ahad pagi Cabang Muhammadiyah Tulung dalam menanamkan nilai-nilai Agama Islam masyarakat Desa Tulung Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Tahun

Metode ini digunakan untuk mencari informasi tentang contoh kegiatan cara guru agama Islam motivasi dalam menanamkan nnilai- nilai keislaman kepada siswa SMP

Sunu Prasetyo Nugroho, (UMS, 2014) dalam tesisnya yang berjudul “Peran Guru Agama Islam dalam mengatasi kenakalan siswa (Studi Multi Kasus di SMP Nurul Islam dan SMP Muhammadiyah

Peran yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam terhadap permasalahan kenakalan siswa dapat penulis ambil kesimpulan bahwa di SMP Nurul Islam dan SMP

“PERANAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PROSES PEMBINAAN AKHLAK SISWA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010”.

Gowa” Selai n karena peneliti tertarik ingin meneliti khusus pada guru perempuan juga karena selama ini kebanyakan yang terangkat menjadi guru untuk bidang studi Agama

masalah peran guru agama dalam mengatasi kenakalan siswa di SMP Nurul. Islam dan SMP Muhammadiyah

Azizah, Imro’atul. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menanamkan Nilai-nilai Multikultural di SMP Negeri 15 Kota Malang. Tesis, Program Studi Magister Pendidikan