37 4.1. Gambaran Umum
PT ‘x’ adalah perusahaan yang berkedudukan di Surabaya, Jawa Timur.
Dengan produk yang dihasilkan berupa kertas. PT ‘x’ didirikan dalam rangka Undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri No.6 tahun1968. PT ’x’ juga sempat mengalami perubahan nama dibawah akta notaris yang sama dan kemudian akta pendirian dan perubahan nama perusahaan telah disahkan oleh Mentri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/449/22 tanggal 15 September 1981 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 26 tambahan No. 376 tanggal 30 Maret 1982.
PT ‘x’ memulai usaha komersialnya pada tahun 1978 dengan satu mesin kertas dan hingga kini perseroan masih merupakan produk kertas industri.
Pemusatan produksi di kertas industri merupakan salah satu strategi perusahaan dalam upaya menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan dapat di serap oleh daya beli masyarakat dalam negeri.
PT ‘x’ memproduksi dan menjual produknya dengan berbagai jenis, baik kertas budaya maupun kertas industri. Produk-produk yang dihasilkan antara lain:
kertas tulis dan cetak, doorslag, litto, duplex dan kraft, yang dipasarkan dan dijual ke seluruh Indonesia dan ada beberapa yang diekspor.
Mengenai bahan baku selain diperoleh dari pemasok lokal, sebagian besar masih diimpor dari luar negeri. Sehingga faktor-faktor keterlambatan pengiriman, kekurangan pasokan di pasaran, serta gejolak ekonomi dan politik di negara asal impor akan mempengaruhi kelancaran proses produksi.
PT ‘x’ membeli sebagian besar bahan bakunya di luar negeri, yang dibayar dalam mata uang asing, disamping itu juga mempunyai pinjaman bank dalam (dollar AS). Oleh karena itu dampak perubahan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah Indonesia dapat mempengaruhi laba yang diperoleh. Untuk mengurangi resiko ini manajemen PT ‘x’ selalu merencanakan dengan seksama
dan konservatif kebutuhan pendanaan dan selalu berusaha untuk memperbesar porsi ekspornya. Pada tahun 2003 ini PT ‘x’ berhasil meningkatkan jumlah negara tujuan ekspornya dengan berhasilnya penetrasi ke beberapa negara seperti Korea, Taiwan, dan Filipina sehingga kuantitas penjualan ekspor PT ’x’ meningkat.
Sebagaimana telah diketahui, PT ‘x’ adalah produsen kertas, dimana produk yang dihasilkan dapat dengan mudah terbakar, yang mana apabila terbakar akan menyebabkan kerugian yang cukup besar. Untuk mengurangi resiko tersebut PT
‘x’ membentuk suatu tim kebakaran yang dilengkapi dengan peralatan penanggulangan bahaya kebakaran yang cukup memadai. Disamping itu PT ‘x’
mempunyai pertanggungan asuransi yang komprehensif untuk mengurangi resiko usaha yang kemungkinan akan timbul dari akibat terjadinya kebakaran, petir, peledakan, dan kejatuhan pesawat terbang sehingga menimbulkan kerusakan dan kerugian terhadap fasilitas produksi, peralatan produksi, dan persediaan.
Pertanggungan asuransi ini ditutup secara ko-asuransi oleh beberapa perusahaan asuransi dibawah koordinasi PT Asuransi Wahana Tata.
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT ‘x’ didirikan pada tahun 1976 dan memulai produksi komersialnya pada tahun 1978 dengan hanya satu unit mesin kertas berkapasitas terpasang 6.000 ton per tahun. PT ‘x’ telah mengembangkan kegiatan usahanya secara terus menerus.
Pada tahun 1979, PT ‘x’ menambah satu mesin lagi dengan kapasitas produksi sebanyak 3.000 ton per tahun. Kemudian antara tahun 1982 dan 1984, perseroan ini menambah dua mesin kertas dengan kapasitas produksi masing-masing 6.000 ton dan 27.000 ton per tahun.
Selain itu perseroan juga memiliki fasilitas first dan second line de-inking plant yang berkapasitas total 120 ton per hari dan pabrik caustic soda, yang kesemuanya mulai beroperasi pada tahun 1988. Dengan adanya fasilitas de-inking plant, maka penggunaan bahan baku pulp dapat dikurangi dengan disubstitusi oleh kertas-kertas bekas yang diolah untuk menjadi bubur kertas, sehingga lebih meningkatkan efisiensi produksi.
Selanjutnya untuk mengantisipasi meningkatnya permintaan atas produk- produk, maka PT ‘x’ menambah dua mesin kertas lagi masing-masing dengan kapasitas produksi sebesar 36.000 ton dan 42.000 ton pertahun. Sehingga dengan
6 mesin kertas tersebut total kapasitas produksi PT ‘x’ menjadi sekitar 120.000 ton per tahun.
Bahan baku utama yang dipergunakan dalam produksi kertas adalah pulp dan kertas-kertas bekas. PT ‘x’ masih mengimpor sebagian besar bahan-bahan tersebut karena industri pulp dan penyediaan kertas bekas dalam negeri tampaknya belum memenuhi kebutuhan nasional. Untuk menjaga kontinuitas penyediaan bahan baku, PT ‘x’ menjalin hubungan dengan beberapa pemasok lokal dan luar negeri.
4.1.2. Produksi
PT ‘x’ memiliki fasilitas produksi yang semi-otomatis di Surabaya, Jawa Timur. PT ‘x’ menempati areal tanah seluas 21 ha dan luas bangunan sebesar 68.890 m2 dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 472 orang dimana 7 orang diantaranya adalah teknisi tenaga asing.
Guna memenuhi kebutuhan kertas yang semakin meningkat dan bervariasi, maka langkah yang diambil oleh PT ‘x’ adalah menggunakan sebagian dari hasil emisi saham kepada masyarakat untuk memodifikasi mesin-mesin lamanya, yaitu mesin no. 1 sampai no. 4 sehingga dapat meningkatkan kapasitas produksi terpasangnya dari 120.000 ton menjadi 148.000 ton per tahun. Selain itu PT ‘x’
juga akan membeli mesin-mesin coating baru guna menambah jenis produknya.
4.1.2.1. Produk yang Dihasilkan
Tabel 4.1 Jenis-jenis Kertas Yang Diproduksi
Jenis Kertas Penjelasan
1. Kertas Budaya (Cultural paper),
meliputi: merupakan jenis kertas yang biasanya
digunakan sebagai alat tukis dan cetak, seperti buku tulis, majalah, koran, dan sebagainya.
Contoh: KertasHVS, kertas doorslag/manifold, kertas koran, dll.
-Kertas tulis dan kertas cetak (writing and printing paper)
-
-Kertas ketik (manifold paper) Jenis kertas tipis padat dan ringan yang biasanya digunakan sebagai tembusan (rangkap karbon).
-Kertas kartu (briefkaart carton) -
-Kertas fotocopy (photocopy paper) - -Kertas komputer (continuous paper) -
2. Kertas Industri (Industrial Paper), meliputi:
jenis kertas yang biasanya digunakan untuk konsumsi keperluan industri untuk diproses lebih lanjut.
Contoh:Duplex Board, Ivory Board, Manila Board, Litto, Kraft liner, kraft medium, dll
-Kertas Litto (machine glazed paper) Jenis kertas yang digunakan untuk kemasan dalam kertas rokok, sepatu bagian dalam, untuk kantung belanja, dan kalender harian.
-Kertas kraft dan kertas pembungkus (kraft and wrapping paper)
Sack kraft
Kertas yang sangat kuat, biasanya berwarna colkat alami dan terbuat dari pulp yang tidak diputihkan.
Jenis kertas pembungkus tipis warna coklat alami, elastis dan rentang jaringan lebih kuat, biasanya dipakai untuk bungkus dalam zak semen.
-Karton duplex (uncoated and coated duplex board)
Kertas board
Kertas kemasan
Karton yang terdiri dari dua lapisan atau lebih dengan lapisan atas putih, disalut atau tidak, dan mempunyai sifat cetak yang baik.
Kertas karton yang umumnya terbuat dari beberapa lapis kertas dengan berat jenis lebih dari 150 gr/sqm.
Kertas dan kertas karton yang digunakan sebagai bahan kemasan (Paper dan Board Packaging) yang antara lain adalah Folding Box Board.
-Kertas liner dan kertas medium (kraft liner dan kraft medium)
Jenis kertas kemasan warna coklat alami yang didalamnya bergelombang dan ditutup kertas tipis.
Kertas Tissue (Tissue Paper) Jenis kertas tipis, ringan dan agak menerawang yang digunakan sebagai alat pembersih, penyerap, pembungkus, dll.
4.1.2.2. Strategi dibidang Produksi
Strategi PT ‘x’ di bidang produksi diarahkan terhadap upaya dalam mempertahankan mutu dan berekspansi kepada produk-produk yang memiliki nilai tambah sesuai dengan kebutuhan pasar sebagai berikut:
a. Mempertahankan mutu produk
Untuk mempertahankan mutu produk, PT ‘x’ telah mendirikan Departemen Pengawasan Mutu yang terlatih dan berpengalaman dalam bidangnya. Selain
mengawasi proses produksi, Departemen tersebut juga melakukan pencobaan yang bertujuan antara lain untuk peningkatkan kualitas hasil produksi.
Departemen Pengawasan Mutu tersebut memperkerjakan 6 analisis.
b. Menghasilkan produk yang memberikan nilai tambah.
Dalam upaya mengembangkan produknya, manajemen PT ‘x’ selalu ikut serta dalam menghadiri pameran-pameran baik didalam maupun diluar negeri untuk dapat selalu mengetahui teknologi terakhir yang berlaku dipasar, sehingga dapat selalu meningkatkan kapasitas produksi maupun kemungkinan mendatangkan nilai-nilai tambah bagi produk-produk PT ‘x’. Disamping itu PT ‘x’ secara berkala juga mengirim sejumlah karyawannya untuk mendapatkan program pelatihan dan pendidikan didalam maupun diluar negeri.
4.1.2.3. Proses Produksi
Proses produksi merupakan aktivitas yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Rangkaian proses produksi kertas dapat di kelompokkan sebagai berikut:
4.1.2.3.1. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kertas terdiri dari bahan baku utama, bahan pengisi, dan bahan pembantu. Agar kontinuitas pengadaan bahan baku utama yang berupa pulp murni dan kertas bekas, bahan pengisi dan bahan pembantu dapat berlanjut terus, PT ‘x’ mengimpor sebagian besar bahan- bahan tersebut dari berbagai negara dan sisanya diperoleh dari para pemasok lokal. Untuk menghasilkan produk-produk yang berkualitas prima, terlebih dahulu kertas bekas disortir dan diklasifikasikan, kemudian baru diproses.
Penggunaan bahan baku dari kertas bekas mendatangkan banyak keuntungan dan keuntungan tersebut antara lain adalah menekan biaya produksi serta mengurangi ketergantungan penggunaan Pulp murni, dimana hal ini juga dimaksudkan untuk mengantisipasi mengenai perlindungan terhadap fungsi hutan yang merupakan paru-paru dunia.
4.1.2.3.2. Proses Produksi a. De-Inking Pulp.
Bahan baku untuk menghasilkan De-inking pulp terdiri dari berbagai jenis kertas bekas yang sebelum digunakan harus disortir dan diklasifikasikan terlebih dahulu.
Proses De-inking pada dasarnya meliputi tahap sebagai berikut:
• Proses penghancuran kertas-kertas bekas menjadi bubur kertas (Repulping/Defibering).
• Proses pembersihan dan penyaringan (Cleaning and Screening).
• Proses pelumatan dengan penambahan bahan-bahan kimia an proses perendaman (Kneading and soaking).
• Proses pemisahan tinta dari stock serat (Flotating).
• Proses pemutihan dan pencucian (Blenching and Washing).
Bubur kertas yang dihasilkan setelah melewati tahap-tahap tersebut diatas disebut De-inked Pulp.
b. Caustic Soda Cair.
Bahan baku utama untuk memproduksi Caustic Soda Cair adalah garam industri yang dapat diperoleh dari dalam negeri. Garam tersebut dilarutkan dalam air sampai jenuh dan diolah sehingga dicapai standar mutu yang diinginkan. Selanjutnya air garam ini diproses diunit elektrolisa dengan hasil berupa Caustic Soda Cair, gas hydrogen, dan gas chlorida. Caustic Soda Cair yang yang dihasilkan dari unit elektrolisa selanjutnya dimurnikan dalam evaporator sehingga didapatkan Caustic Soda Cair yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan. Gas hidrogen dan gas chlorida yang dihasilkan merupakan produk samping yang dapat dipakai sebagai bahan baku kimia pemutih/Sodium Hypochlorida (NaOCL) dan Asam Chlorida (HCl). Kimia Pemutih/Sodium Hypoclorida dan Caustic Soda dipakai di de-inking plant untuk proses produksi kertas.
c. Kertas
Proses produksi kertas yang bahan bakunya terdiri dari pulp serat pendek, pulp serat panjang dan kertas bekas berupa De-Inked Pulp pada dasarnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bahan pulp serat pendek dan serat panjang yang telah diolah menjadi bubur kertas digiling lebih dahulu, kemudian dicampur dengan De-Inking Pulp untuk digiling sekali lagi. Setelah melalui proses penggilingan, bubur kertas ini ditambah dengan beberapa macam bahan kimia pembantu yang berfungsi untuk mengembalikan struktur kertas dan meningkatkan kualitas kertas jadi. Bubur kertas ini kemudian dibentuk menjadi lembaran pada mesin kertas, kemudian diturunkan kadar airnya dengan cara ditekan; dan untuk menyempurnakan proses pengeringan, lembaran kertas dilewatkan melalui rol pengering (Dryer).
Lembaran kertas kering lalu dihaluskan melalui rol Calender yang juga berfungsi sebagai kontrol terhadap ketebalan kertas. Akhirnya kertas digulung (windup) dan selanjutnya dipotong atau digulung kembali (rewinding) sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Dasar pembuatan setiap jenis kertas pada umumnya sama, namun diperlukan variasi-variasi tertentu untuk menghasilkan jenis kertas yang berbeda, misalnya dengan menambahkan lapisan kimia (Coating) pada lembaran kertas.
4.1.3. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT ' x '
Lokal
Import Pembelian
Lokal
Eksport
Customer Service Penjualan Divisi
Logistik dan Pemasaran
Perencanaan Produksi Produksi
Quality Control Gudang Produksi
Reparasi dan Pemeliharaan Laboratorium
Penelitian dan Pengembangan
Teknik Divisi Produksi dan
Teknik
Keuangan
Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi
Umum
Personalia
Expedisi Umum dan Personalia Divisi
Produksi dan Teknik DIREKSI
DEWAN KOMISARIS RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM
(Sumber: data internal PT “x”)
4.1.4. Pemasaran
Pada tahun ini untuk pasar domestik, perseroan memasarkan sekitar 60%
hasil produksinya langsung kepada konsumen sektor industri yang meliputi:
percetakan, industri penerbitan surat kabar, industri rokok, industri pengemas, dan sisanya dipasarkan kepada pedagang. Sedangkan untuk pasar ekspor, hampir 65%
produk perseroan dipasarkan melalui agen, sisanya dipasarkan langsung ke konsumen dan pedagang.
Selain itu perseroan juga berhasil meningkatkan jumlah negara tujuan ekspornya dengan berhasilnya penetrasi ke beberapa negara, seperti korea, Taiwan, dan Filipina. Sehingga kuantitas penjualan ekspor perseroan meningkat dibandingkan dengan kuantitas penjualan ekspor tahun lalu, demikian juga porsi penjualan ekspor terhadap jumlah penjualan bersihnya juga meningkat. Sama seperti tahun 2002, hampir semua negara tujuan ekspor di tahun 2003 adalah negara-negara di Asia. Sedangkan di pasar dalam negeri, hampir 95% dari distribusi penjualan perseroan ada di Pulau Jawa.
4.1.5. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 4.1.5.1. Limbah Cair
Jenis limbah dari proses produksi kertas yang menimbulkan masalah lingkungan yang cukup berarti adalah limbah cair, dimana pada akhirnya limbah tersebut dibuang ke sungai. Akibatnya kualitas air sungai yang umumnya sebagai bahan baku air minum, sangat tergantung dari kualitas limbah cair dari pabrik- pabrik sekitar sungai yang membuang limbahnya ke sungai.
Dalam rangka pembangunan industri yang berwawasan lingkungan dan ikut berpartisipasi aktif menciptakan bebas pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, perseroan beranggapan bahwa masalah limbah dari proses produksi kertas merupakan masalah yang perlu diperhatikan.
Dalam pelaksanaannya, agar limbah cair PT ‘x’ dapat dibuang disungai sesuai dengan standar baku mutu air buangan, maka PT ‘x’ mengoperasikan 2 unit pengolahan air limbah Industri atau yang disebut Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan total kapasitas pengolahan 40.000 meterkubik per hari. Air hasil pengolahan kedua unit tersebut, sebagian besar dipergunakan lagi atau didaur
ulang untuk proses produksi kertas, selebihnya dialirkan ke kali Surabaya, dimana air limbah tersebut masih harus melalui instalasi penyaring, agar kualitas air limbah menjadi lebih baik dialirkan ke sungai.
Semua air limbah yang dibuang PT ‘x’ masih dibawah ambang batas pencemaran yang digariskan oleh Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dalam peraturan No. Kep. 03/MENKLH/II/1991 tanggal 1 Febuari 1991 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan yang sudah beroperasi, sebagaimana dinyatakan dalam hasil analisa lingkungan PT ‘x’ yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, seperti yang tertera dalam Surat No. 0284/PT12.H9/N/1994.
Demi menjaga kualitas air limbah, kedua unit WWTP ini tidak pernah terlepas dari pengawasan Laboratorium dan Badan Penelitian dan Perkembangan Industri (BPPI) dan Badan Pengawasan Lingkungan Hidup (BPLH). Bahkan pada tahun 1995 PT ‘x’ mendapat penghargaan berupa SAHWALI AWARD dari Lembaga Swadaya Masyarakat PIPLI (Pusat Informasi dan Pengelolaan Lingkungan Indonesia).
4.1.5.2. Limbah Padat
Dalam pemrosesan limbah cair di kedua Unit Pengelolahan Limbah dihasilkan ‘sludge’ atau endapan yang terdiri dari serat-serat kertas dan bahan- bahan pengisi yang turut terbuang selama proses produksi. Endapan Limbah cair ini kemudian dibentuk menjadi limbah padat berupa ‘cake’ pada mesin press (De- Watering Equipment). Limbah padat yang dihasilkan ini dimanfaatkan sebagai bahan penolong dalam pembuatan karton duplex, dan dimanfaatkan pula oleh industri lain misalnya sebagai bahan pembuatan tempat telur, bahan peredam suara, bahan pembuatan pigura, dan lain-lain. Dengan demikian jelas bahwa PT
’x’ telah berusaha mengatasi masalah limbah padat tersebut, dengan jalan memanfaatkannya semaksimal mungkin sehingga tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan.
4.1.5.3. Pengelolaan Lingkungan
Perseroan menyadari bahwa pengelolaan lingkungan perlu diintegrasikan ke dalam pengelolaan usaha secara umum, antara lain: Produksi Bersih (Cleaner Production), maksud dilaksanakannya cleaner production oleh perseroan adalah
memberikan efek sinergi penerapan berbagai kebijaksanaan, pengendalian pencemaran dengan integrasi, dan penerapan kebijaksanaan secara: simultan, fokus dan berkelanjutan, serta menciptakan kondisi agar perusahaan dalam perkembangannya menerapkan prinsip-prinsip pengendalian antara lain:
1. Pemilihan jenis-jenis bahan baku yang menimbulkan dampak seminimal mungkin.
2. mengidentifikasi potensi dampak secara dini.
3. pemilihan teknologi bersih dan minimalisasi limbah.
4. melaksanakan self monitoring dan emergency plan.
Penerapan cleaner production oleh perseroan merupakan langkah konkrit untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat global terhadap lingkungan yang sehat dan aman dari gangguan polusi serta persyaratan proses produksi yang ramah lingkungan untuk dapat menembus pasar Internasional. Selain itu teknik penanganan limbah dengan system 3R (Recycled, Reuse, dan Recovery) yang telah dilakukan oleh PT ‘x’ merupakan cara paling efektif dan ekonomis, sehingga dampak negatif limbah dapat dihindari dengan penanganan yang tepat serta mengurangi beban biaya perusahaan.
4.2. Deskripsi Data
Aktiva tetap PT ’x’ dinyatakan sebesar biaya harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan, kecuali untuk aktiva tetap tertentu yang digunakan dalam usaha dan diperoleh sampai dengan tanggal 31 Desember 1992 yang dinilai kembali sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 507/KMK.04/1996 tanggal 13 Agustus 1996 (kecuali hak atas tanah yang tidak disusutkan).Aktiva tetap yang telah dinilai kembali dinyatakan sebesar penilaian yang akan dikurangi melalui penyusutan.
Penyusutan di hitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method), tarif beban penyusutan dan taksiran masa manfaat sesuai dengan prinsip perpajakan yang berlaku. Untuk aktiva tetap bangunan dengan masa manfaat 20 tahun termasuk bangunan permanen dan dikenakan tarif 5% sedangkan untuk mesin menurut bidang industrinya (industri kimia) termasuk kelompok 3 dengan masa manfaat 16 tahun dan dikenakan tarif 6.25% .
Aktiva tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang dijual dikeluarkan dari daftar kelompok aktiva tetap berikut akumulasi penyusutannya. Keuntungan atau kerugian dari penjualan aktiva tetap tersebut dibukukan dalam laporan laba rugi pada tahun yang bersangkutan.
Penelitian ini menggunakan asumsi untuk tahun-tahun mendatang setelah dilakukannya penelitian tidak terdapat penambahan aktiva tetap. Pada tahun dilakukannya penelitian terhadap PT ‘x’ ada akumulasi kerugian fiskal yang dapat dikompensasikan.
Pendekatan revaluasi dalam penilaian kembali aktiva tetap PT ‘x’ adalah pendekatan apresiasi yaitu penilaian kembali aktiva tetap berwujud yang memberikan nilai yang lebih tinggi dari nilai historis aktiva tetap yang tercatat dan dampaknya akan menambah akun modal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Daftar Aktiva Tetap PT ‘x’ per 31 Desember 1997 (dalam Rp) Daftar Aktiva Tetap Harga
Perolehan
Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku
Hak atas Tanah 17.652.158.990 - 17.652.158.990
Bangunan dan Prasarana 18.731.202.524 7.254.138.229 11.477.064.295 Mesin dan Peralatan 185.262.348.681 33.193.953.824 152.068.394.857 Alat Pengangkutan 2.239.332.506 1.249.488.943 989.843.563 Peralatan Kantor 1.196.127.283 670.472.439 525.654.844 TOTAL 225.081.169.984 42.368.053.435 182.713.116.549 (Sumber: data internal PT’x’ yang diolah kembali)
4.3. Analisis dan Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap terhadap Laporan Rugi laba Fiskalnya Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 507/KMK.04/1996 tanggal 13 Agustus 1996 tentang penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, aktiva tetap yang memenuhi syarat untuk direvaluasi adalah aktiva tetap yang dimiliki selama lebih dari 5 tahun. Berikut ini adalah rincian masing-masing aktiva tetap yang dimiliki oleh PT ’x’ yang memenuhi syarat untuk direvaluasi:
Tabel 4.3 Kelompok Aktiva Tetap Hak Atas Tanah PT ‘x’ (dalam Rp) Umur
Aktiva Harga
Perolehan Akumulasi
Penyusutan Nilai
Buku
1 tahun 6.579.877.500 0 6.579.877.500
2 tahun 84.815.100 0 84.815.100
3 tahun 49.737.000 0 49.737.000
4 tahun 533.750.000 0 533.750.000
Sub total: 7.248.179.600 0 7.248.179.600
6 tahun 2.460.674.175 0 2.460.674.175
9 tahun 6.664.827.755 0 6.664.827.755
12 tahun 489.189.960 0 489.189.960
19 tahun 789.287.500 0 789.287.500
Sub total: 10.403.979.390 0 10.403.979.390 TOTAL: 17.652.158.990 0 17.652.158.990 Sumber: data internal yang telah diolah)
Berdasarkan data tabel 4.3 Kelompok Hak atas tanah yang memenuhi syarat untuk direvaluasi (umur yang memenuhi syarat untuk di revaluasi adalah lebih dari lima tahun) memiliki nilai buku Rp 10.403.979.390 yang diperoleh dari total nilai buku mulai dari umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun, atau harga perolehan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun dikurangi dengan akumulasi
penyusutan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun (Rp 10.403.979.390 – 0 = Rp 10.403.979.390 ) karena tanah tidak bisa habis masa
manfaatnya.
Tabel 4.4 Kelompok Aktiva Tetap Bangunan dan Prasarana PT ‘x’ (dalam Rp) Umur Aktiva Harga
Perolehan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku 1 tahun 2.095.279.666 104.763.983 1.990.515.683 2 tahun 904.638.900 90.463.890 814.175.010 3 tahun 414.411.900 62.161.785 352.250.115 4 tahun 213.464.886 42.692.977 170.771.909 5 tahun 467.124.603 116.781.151 350.343.452
Sub total: 4.094.919.955 416.863.786 3.678.056.169 6 tahun 4.263.425.000 1.279.027.500 2.984.397.500
7 tahun 5.950.372.410 2.082.630.344 3.867.742.066 8 tahun 477.588.778 191.035.511 286.553.267 9 tahun 274.160.089 123.372.040 150.788.049
17 tahun 3.259.904.289 2.770.918.645 488.985.644
19 tahun 410.832.003 390.290.403 20.541.600
Sub total: 14.636.282.569 6.837.274.443 7.799.008.126 TOTAL 18.731.202.524 7.254.138.229 11.477.064.295 Sumber: data internal yang telah diolah.
Berdasarkan data tabel 4.4 Kelompok bangunan dan prasarana yang memenuhi syarat untuk direvaluasi (umur yang memenuhi syarat untuk di revaluasi adalah lebih dari lima tahun) memiliki nilai buku Rp 7.799.008.126 yang diperoleh dari total nilai buku mulai dari umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun, atau harga perolehan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun dikurangi dengan akumulasi penyusutan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 19 tahun (Rp14.636.282.569 – Rp 6.837.274.443 = Rp7.799.008.126)
Tabel 4.5 Kelompok Aktiva Tetap Mesin dan Peralatan PT ‘x’ (dalam Rp) Umur
Aktiva Harga
Perolehan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku 1 tahun 71.223.427.322 4.451.464.208 66.771.963.114 2 tahun 13.515.725.017 1.689.465.627 11.826.259.390 3 tahun 41.719.162.598 7.822.342.987 33.896.819.611 4 tahun 37.470.494.541 9.367.623.635 28.102.870.906 5 tahun 13.921.107.204 4.350.346.001 9.570.761.203 Sub total: 177.849.916.682 27.681.242.459 150.168.674.223
6 tahun 927.558.022 347.834.258 579.723.764 7 tahun 522.623.540 228.647.799 293.975.741 9 tahun 1.067.465.518 600.449.354 467.016.164 11 tahun 344.823.546 237.066.188 107.757.358 12 tahun 499.767.608 374.825.706 124.941.902 13 tahun 585.348.757 475.595.865 109.752.892 15 tahun 3.464.845.008 3.248.292.195 216.552.813 Sub total: 7.412.431.999 5.512.711.365 1.899.720.634
TOTAL 185.262.348.681 33.193.953.824 152.068.394.857 Sumber: data internal yang telah diolah.
Berdasarkan data tabel 4.5 Kelompok Mesin dan Peralatan yang memenuhi syarat untuk direvaluasi (umur yang memenuhi syarat untuk di revaluasi adalah lebih dari lima tahun) memiliki nilai buku Rp 1.899.720.634 yang diperoleh dari total nilai buku mulai dari umur 6 tahun sampai dengan 18 tahun, atau harga perolehan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 18 tahun dikurangi dengan akumulasi penyusutan aktiva mulai umur 6 tahun sampai dengan 15 tahun (Rp 7.412.431.999- Rp5.512.711.365 = Rp1.899.720.634)
Tabel 4.6 Penghitungan Nilai Buku
Aktiva Tetap PT ‘x’ Sebelum Dilakukan Revaluasi (dalam Rp) Aktiva Tetap Nilai
Perolehan Akumulasi
Penyusutan Nilai Buku Hak atas tanah 10.403.979.390 - 10.403.979.390 Bangunan dan prasarana 14.636.282.569 6.837.274.443 7.799.008.126 Mesin dan Peralatan 7.412.431.999 5.512.711.365 1.899.720.634
TOTAL 32.452.693.958 12.349.985.808 20.102.708.150 Sumber: data internal yang telah diolah
Nilai buku didapat dari total nilai buku aktiva tetap PT ‘x’ mulai umur aktiva 6 tahun sampai 19 tahun dari masing-masing jenis aktiva tetap (tanah, bangunan dan prasarana, mesin dan peralatan) perinciannya dapat dilihat pada tabel 4.3 sampai tabel 4.5 .
Tabel 4.7 Selisih Lebih Penilaian Kembali Aktiva Tetap PT ‘x’ Setelah Revaluasi (dalam Rp) Aktiva Tetap Nilai
Pasar wajar Nilai Buku Selisih Penilaian Kembali Hak atas tanah 30.888.205.600 10.403.979.390 20.484.226.210 Bangunan dan prasarana 28.084.370.000 7.799.008.126 20.285.361.874 Mesin dan Peralatan 172.616.675.000 1.899.720.634 170.716.954.366 TOTAL 231.589.250.600 20.102.708.150 211.486.542.450 Sumber: data internal
Laporan penilaian antara lain terdiri dari:
• Surat yang mengidentifikasikan property dan ringkasan dari hasil penelitian.
• Sertifikat dari penaksir.
• Tabel.
• Rangkuman yang menjelaskan nilai tanah secara terperinci secara terperinci, biaya penggantian dari nilai bangunan yang ada, lain-lain dan perbaikan, mesin dan peralatan.
• Laporan penilaian dari tanah, bangunan, dan lahan perkembangan lainnya, mesin dan peralatan.
• Inventaris dengan rincian teknis mengenai segala item yang ada dalam property yang dimasukan ke dalam taksiran, yang menunjukkan biaya nilai penggantian untuk setiap item.
• Foto property
Untuk memperoleh hal-hal yang ada pada laporan penilaian diatas para penaksir secara pribadi telah memeriksa properti tersebut diatas, meneliti kondisi pasar lokal, dan memberikan pertimbangan pada beberapa aspek berikut:
1. Manfaat dan nilai pasar dari lahan.
2. Biaya jika terjadi penggantian properti sesuai dengan harga pasar yang berlaku untuk material, tenaga kerja, biaya tidak terduga, profil kontraktor ditambah biaya tidak langsung tanpa provisi untuk kerja lembur atau bonus bagi tenaga kerja.
3. Depresiasi yang dihitung seperti terlihat dari kondisi yang ada dan daya pakai prospektif dibandingkan dengan unit-unit baru yang sejenis.
4. Depresiasi dipertimbangkan dengan memperhatikan kerusakan fisik, ketertinggalan fungsional dan ketertinggalan ekonomis:
- Kerusakan fisik: aus dan robek, membusuk, retak, kerusakan struktural, pertimbangan karena lama dipakai dan kondisi fisik yang diamati.
- Ketertinggalan Fungsional: rancangan yang buruk, tidak memadai secara fungsional atau memadai yang terlalu berlebihan karena ukuran, masa pakai atau yang lainnya.
- Ketertinggalan ekonomis: disebabkan oleh perubahan eksternal terhadap properti seperti ketidaksesuaian lingkungan, lingkungan yang tidak selaras, penyalahgunaan property, ketetapan hukum dan sebagainya.
5. Kemanfaatan dan ciri khas yang luas dari property.
Dalam penilaian lahan ini, para penaksir berasumsi bahwa sertifikat lahan ini sah, dapat di pasarkan dan bebas dari pertikaian. Hak lahan yang ditaksir dalam laporan ini adalah hak dalam “biaya sederhana” yang merupakan kepemilikan mutlak tanpa batas unutk kelompok ahli waris tertentu atau keterbatasan, tetapi dipengaruhi oleh batas wilayah, pajak, dan wewenang kepolisian.
Keterbatasan kondisinya:
1. Laporan penaksiran ini disiapkan berdasarkan data, fakta, penelitian, dan verifikasi dari properti yang dimaksud dan telah dilaksanakan sesuai standar penilaian yang berlaku.
2. Perusahaan, dan para penilai, tidak menyertakan ataupun menghadirkan minat terhadap properti yang dimaksud baik sekarang maupun dimasa yang akan datang dalam menetapkan nilai dari properti yang dilaporkan.
3. Biaya untuk pelayanan yang diberikan kepada para penilai tidak tergantung pada nilai properti yang dilaporkan.
4. Segala penghalang dan pinjaman yang ada diabaikan dan property ditaksir atau dinilai seolah-olah kepemilikannya bersih dan bertanggung jawab.
5. Pendistribusian dari nilai total laporan ini antara lahan, bangunan, dan perbaikan hanya berlaku untuk program pemanfaatan yang ada.
6. Dalam penilaian ini, mesin dan peralatan didaftar sebagai unit kerja yang utuh, artinya mesin dan peralatan yang dimaksud termasuk semua bagian dan perlengkapan yang biasanya membentuk unit tersebut.
7. Nilai dilaporkan dalam mata uang Indonesia.
Pendekatan data pasar adalah metode untuk menentukan nilai dari property berdasarkan data yang di analisa perolehan perbandingan melalui wawancara dari pemilik property dan juga dari pemilik tanah yang lain yang mengerti nilai tanah berdasarkan penjualan atau transaksi terhadap area yang dapat disamakan dengan area yang sedang dianalisa. Lebih lanjut para penilai juga meneliti berbagai faktor terhadap pertimbangan seperti lokasi, ukuran, bentuk, dan terhadap elemen waktu.
Berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 507/KMK.04/1996 tanggal 13 Agustus 1996 pada pasal 6 (ayat 1) yang meyebutkan bahwa Nilai pasar wajar merupakan dasar penyusutan mulai tahun pajak dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut, maka harus dibuat jurnal penutup terhadap akumulasi penyusutan yang lama, maka sesuai dengan data-data yang ada pada tabel 4.7 dan tabel-tabel sebelumnya, berikut ini adalah jurnal penutup terhadap akumulasi penyusutan aktiva tetap PT ‘x’ sebelum dilakukannya revaluasi aktiva tetapnya, yang dibukukan ke dalam jurnal penyesuaian fiskalnya:
Untuk Bangunan dan prasarana:
Bangunan dan prasarana 13.448.087.431 Akumulasi penyusutan 6.837.274.443
Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 20.285.361.874 Untuk Mesin dan Peralatan:
Mesin dan peralatan 165.204.243.001 Akumulasi penyusutan 5.512.711.365
Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap 170.716.954.366 Dari deskripsi data diatas telah diketahui bahwa metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus (straight line method), dimana berdasarkan peraturan pajaknya untuk aktiva tetap bangunan dengan masa manfaat 20 tahun termasuk bangunan permanen yang dikenakan tarif 5% sedangkan untuk mesin menurut bidang industrinya (industri kimia) termasuk kelompok 3 dengan masa manfaat 16 tahun yang dikenakan tarif 6.25%, maka dapat disimpulkan bahwa beban penyusutan untuk masing-masing aktiva tetap pada tahun 1997 sebelum revaluasi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 Penghitungan Beban Penyusutan (sebelum revaluasi) Aktiva Tetap Nilai Perolehan Tarif Pajak Beban
Penyusutan Bangunan dan Prasarana 14.636.282.569 5% 731.814.128,4 Mesin dan Peralatan 7.412.431.999 6.25% 463.276.999,9
Total 22.048.714.568 - 1.195.091.128
Sumber: data internal yang telah diolah
Untuk penghitungan terhadap selisih beban penyusutan antara melakukan revaluasi dan tidak melakukan revaluasi dapat dilakukan dengan cara mengurangkan beban penyusutan setelah revaluasi 1997 dengan beban penyusutan sebelum revaluasi 1997 sehingga di peroleh selisih beban penyusutan tahun1997 (perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1 sampai dengan lampiran 5) sebesar Rp 10.997.669.559.
Selisih beban penyusutan dengan adanya penilaian kembali (revaluasi) aktiva tetap mengakibatkan beberapa hal dan ini mempengaruhi laporan keuangan perusahaan dari sisi laporan laba-rugi maupun rekonsiliasi laporan laba ruginya.
Untuk selanjutnya masing-masing laporan laba rugi dan rekonsiliasi laporan laba rugi sebelum dan setelah revaluasi dapat dilihat dalam tabel 4.9 sampai 4.11 berikut ini, sehingga dapat dilihat perbandingannya.
Tabel 4.9
Penghitungan Laporan Laba Rugi PT ‘x’
PT ‘x’
LAPORAN LABA RUGI
PERIODE: 1 JANUARI 1997 - 31 DESEMBER 1997
Keterangan Jumlah (Rp)
PENJUALAN BERSIH
BEBAN POKOK PENJUALAN LABA KOTOR
BEBAN USAHA Penjualan
Umum dan administrasi Jumlah Beban Usaha LABA USAHA
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN Beban bunga
Rugi selisih kurs-bersih Penghasilan bunga Lain-lain bersih Beban lain-lain bersih LABA (RUGI) BERSIH
Rp 170.703.904.044 137.358.693.249 --- 33.345.210.795
7.544.100.936 4.767.274.912
--- 12.311.375.848 21.033.834.947 (19.158.724.080) (10.011.117.772) 1.770.193.634
(1.309.359.833) ---
(28.709.008.051) ______________
( 7.675.173.104)
============
(Sumber: data internal)
Laporan laba-rugi komersial diatas menunjukkan kerugian PT ’x’ selama tahun 1997 sebesar Rp 7.675.173.104, yang akan direkonsiliasi menjadi Laporan laba-rugi fiskal dengan penambahan koreksi positif maupun pengurangan koreksi negatif.
Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap Rp 211.486.542.450 setelah dikurangi kompensasi kerugian PT ‘x’ akan dikenakan PPh sebesar 10% yang bersifat final apabila laba, jika masih rugi tidak dikenakan. Berikut ini adalah
rekonsiliasi laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1997 dan taksiran rugi fiskal adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10
Perhitungan Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi PT ’x’ Bila Tidak Revaluasi PT ‘x’
REKONSILIASI LAPORAN LABA RUGI TAHUN 1997
Keterangan Jumlah (Rp)
Rugi bersih sesuai dengan laporan laba rugi (Rp 7.675.173.104) Koreksi positif
-Perbedaaan metode akuntansi sewa guna usaha antara fiskal dan komersial
-Amortisasi beban ditangguhkan -Denda pajak
-Pemberian kenikmatan kepada karyawan -Jamuan dan representasi
-Penghapusan piutang -Sumbangan
-Amortisasi rugi ditangguhkan atas transaksi penjualan dan penyewaan kembali
Koreksi negatif
-Perbedaan metode akuntansi untuk rugi selisih kurs antar fiskal dan komersial
-Penyusutan
-Penghasilan bunga yang pajaknya bersifat final Taksiran rugi fiskal tahun berjalan
Rugi fiskal tahun 1996
4.652.507.525 1.407.839.432 722.915.308 197.310.254 163.495.662 27.101.071 19.348.000 5.172.057
(Rp 177.639.604.860) ( 72.850.051.167) ( 1.770.193.625) --- ( 251.483.535.998) ( 7.624.754.811) ---
Taksiran akumulasi rugi fiskal _________________
(Rp 259.108.290.809)
===============
(Sumber: data internal yang telah diolah)
Dari Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi bila tidak revaluasi dapat dilihat bahwa taksiran rugi fiskal untuk tahun berjalan sebesar Rp 251.483.535.998 dan taksiran akumulasi rugi fiskalnya sebesar Rp 259.108.290.809. Untuk dapat melihat perbandingannya kita harus melihat Laporan Laba Rugi bila revaluasi pada tabel 4.11 sebagai berikut:
Tabel 4.11
Perhitungan Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi PT ’x’ Setelah Revaluasi PT ‘x’
REKONSILIASI LAPORAN LABA RUGI TAHUN 1997
Keterangan Jumlah (Rp)
Rugi bersih sesuai dengan laporan laba rugi (Rp 7.675.173.104) Koreksi positif
-Perbedaaan metode akuntansi sewa guna usaha antara fiskal dan komersial
-Amortisasi beban ditangguhkan -Denda pajak
-Pemberian kenikmatan kepada karyawan -Jamuan dan representasi
-Penghapusan piutang -Sumbangan
-Amortisasi rugi ditangguhkan atas transaksi penjualan dan penyewaan kembali
Koreksi negatif
-Perbedaan metode akuntansi untuk rugi selisih kurs antar fiskal dan komersial
-Penyusutan
-Penghasilan bunga yang pajaknya bersifat final Taksiran rugi fiskal tahun berjalan
Rugi fiskal tahun 1996
4.652.507.525 1.407.839.432 722.915.308 197.310.254 163.495.662 27.101.071 19.348.000 5.172.057
(Rp 177.639.604.860) ( 83.847.720.726) ( 1.770.193.625) --- ( 263.737.003.015) ( 7.624.754.811) ---
Taksiran akumulasi rugi fiskal
_________________
(Rp 271.361.757.826)
===============
(Sumber: data internal yang telah diolah)
Untuk dapat melihat pengaruh revaluasi aktiva tetap terhadap taksiran akumulasi rugi fiskal PT ‘x’, berikut perhitungannya:
Taksiran rugi fiskal tahun berjalan (tahun 1997) ( 263.737.003.015) Rugi fiskal tahun sebelumnya (tahun 1996) ( 7.624.754.811) Selisih penilaian kembali aktiva tetap yang
pajaknya bersifat final 211.486.542.450 Taksiran akumulasi rugi fiskal (Rp 59.875.215.376)
Didalam rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Fiskalnya dapat dilihat bahwa dengan adanya selisih penilaian kembali aktiva tetap sebesar Rp 211.486.542.450, setelah dikompensasikan dengan taksiran rugi fiskal tahun berjalan sebesar Rp 263.737.003.015 dan rugi fiskal tahun sebelumnya Rp 7.624.754.811 perusahaan masih mengalami kerugian sebesar Rp 59.875.215.379 oleh karena itu, maka perusahaan tidak membayar Pajak Penghasilan final sebesar 10%.
4.3.1 Pengaruh Revaluasi Aktiva Tetap terhadap penyusutan periode mendatang.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 507/KMK.04/1996 tanggal 13 Agustus 1996 tentang penilaian kembali aktiva tetap perusahaan pada pasal 6 (ayat 1) dan (ayat 2), tercantum bahwa:
(ayat 1) Nilai pasar wajar merupakan dasar penyusutan mulai tahun pajak dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut.
(ayat 2) Penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan menggunakan tarif penyusutan berdasarkan masa manfaat dari aktiva tersebut sesuai dengan kelompok aktivanya yang dimulai pada tahun penilaian kembali aktiva
Analisis pengaruh revaluasi aktiva tetap terhadap periode mendatang dilakukan dengan cara menghitung masa manfaat (penyusutan) periode mendatang dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method) untuk masing-masing tahun. Penyusutan dilakukan dengan cara nilai pasar wajar yang didapat dari revaluasi aktiva tetap diperlakukan sebagai aktiva yang baru sehingga untuk memperoleh beban penyusutan yang baru nilai pasar wajar tersebut dikalikan dengan tarif pajak yang sesuai dengan kelompok aktiva tetap (penghitungannya dapat dilihat pada lampiran 3 dan lampiran 4).
Pada lampiran 1 dan lampiran 2 menjelaskan tentang penghitungan aktiva tetap terhadap sisa masa manfaatnya sesuai dengan umur aktiva masing-masing bila tidak melakukan revaluasi, sedangkan untuk lampiran 3 dan lampiran 4 menjelaskan tentang penghitungan aktiva tetap terhadap masa manfaat yang baru setelah dilakukan revaluasi, penghitungan pengaruhnya terhadap periode mendatang dilakukan dengan cara beban penyusutan yang baru yaitu setelah revaluasi aktiva tetap dikurangkan dengan beban penyusutan yang lama sehingga
didapat selisih unutk setiap tahunnya, dan untuk beban penyusutan yang baru untuk setiap tahunnya dikalikan dengan tarif pajak paling besar 30%. Hasil penghitungan terhadap masa manfaat terhadap aktiva tetap bila melakukan revaluasi dan bila tidak melakukan revaluasi dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai lampiran 4 (tabel 4.14 sampai dengan 4.17), dan perhitungan terhadap selisih beban penyusutan antara melakukan revaluasi dan bila tidak melakukan revaluasi dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13.
Berdasarkan pada perhitungan tabel-tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh penyusutan untuk periode mendatang akibat adanya revaluasi aktiva tetap penyusutannya menjadi semakin besar. Penyusutan yang semakin besar akan dapat memperkecil laba yang harus dibayar oleh perusahaan.
Tabel 4.12 Estimasi Beban Penyusutan Fiskal Aktiva Tetap PT ‘x’ Antara Melakukan Revaluasi dengan Tidak Melakukan Revaluasi Aktiva Tetap (Tidak
revaluasi) 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Bangunan dan
Prasarana 731.814.128,4 731.814.128,4 711.272.528,3 711.272.528,3 548.277.313,8 548.277.313,8 548.277.313,8 Mesin dan
Peralatan 463.276.999,9 463.276.999,9 246.724.187 246.724.187 210.139.889,6 178.904.414,1 157352942,5 Total 1.195.091.128 1.195.091.128 957.996.715,3 957.996.715,3 758.417.203,4 727.181.727,9 705.630.256,3 Aktiva Tetap
(Revaluasi) 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Bangunan dan
Prasarana 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 Mesin dan
Peralatan 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 Total 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 Selisih Estimasi
Beban
penyusutan aktiva tetap
10.997.669.559 10.997.669.559 11.234.763.972 11.234.763.972 11.434.343.484 11.465.578.960 11.487.130.431
Beban pajak 30%
terhadap aktiva
revaluasi 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 Sumber: data internal yang telah diolah
Dari penghitungan diatas dapat dilihat selisih estimasi beban penyusutan unutk tahun 1997 yaitu sebesar Rp 10.997.669.559, selisih inilah yang nantinya akan menjadi selisih pada rekonsiliasi laporan laba rugi fiskalnya apabila tidak melakukan revaluasi dan melakukan revaluasi. Untuk selanjutnya penghitungan diatas juga menunjukkan pengaruh revaluasi aktiva tetap untuk periode-periode mendatang yang dilihat dari segi penyusutannya.
Tabel 4.13 Lanjutan Estimasi Nilai Sekarang Beban Penyusutan Fiskal Aktiva Tetap PT ‘x’ Antara Melakukan Revaluasi dengan Tidak Melakukan Revaluasi
Aktiva Tetap
(Tidak revaluasi) 2004 2005 2006 2007 2008
Bangunan dan
Prasarana 548.277.313,8 548.277.313,8 548.277.313,8 548.277.313,8 548.277.313,8 Mesin dan
Peralatan 157.352.942,5 90.636.347,63 90.636.347,63 57.972.376,38 - Total 705.630.256,3 638.913.661,4 638.913.661,4 606.249.690,2 548.277.313,8 Aktiva Tetap
(Revaluasi) 2004 2005 2006 2007 2008
Bangunan dan
Prasarana 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 1.404.218.500 Mesin dan
Peralatan 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 10.788.542.188 Total 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 12.192.760.688 Selisih Estimasi
Beban penyusutan aktiva tetap
11.487.130.431 11.553.847.026 11.553.847.026 11.586.510.997 11.644.483.374
Beban pajak 30%
terhadap aktiva
revaluasi 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 3.657.828.206 Sumber: data internal yang telah diolah