• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Surabaya, Desember Penulis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Surabaya, Desember Penulis"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Penilaian Terhadap Produk Perencanaan Pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi” dengan tepat waktu. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyusun tugas akhir dari bagian mata kuliah Perencanaan Pesisir. Selama proses penulisan, penulis banyak mendapatkan bantuan dari pihak-pihak lain sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan optimal. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah ini, Ibu Dian Rahmawati, ST., MT. yang turut membimbing dalam penyelesaian laporan ini, serta sumber- sumber terkait yang turut menjadi referensi makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat secara luas bagi perkembangan perencanaan pesisir serta rekomendasi ke depannya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Surabaya, Desember 2015

Penulis

(2)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 5

1.1 Latar Belakang ... 5

1.2 Tujuan dan Sasaran ... 6

1.3 Lingkup Substansi ... 6

1.4 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II CRITICAL REVIEW RZWP3K KABUPATEN BANYUWANGI ... 7

2.1 Data dan Informasi ... 7

2.1.1 Data Terestrial ... 7

2.1.2 Data Batimetri ... 10

2.1.3 Data Geologi dan Geomorfologi Laut ... 11

2.1.4 Data Oseanografi ... 12

2.1.5 Data Ekosistem Pesisir ... 15

2.1.6 Data Sumber Daya Ikan ... 15

2.1.7 Data Penggunaan Lahan dan Status Lahan ... 16

2.1.8 Data Pemanfaatan Wilayah Laut ... 20

2.1.9 Data Sumber Daya Air ... 20

2.1.10 Data Infrastuktur ... 20

2.1.11 Data Demografi dan Sosial ... 23

(3)

iii

2.1.12 Data Ekonomi Wilayah ... 26

2.1.13 Data Risiko Bencana dan Pencemaran ... 28

2.1.14 Data Hukum Penyusunan dan Kajian Perencanaan yang diacu ... 28

2.2 Metode dan Hasil Analisis ... 30

2.2.1 Proses Analisis... 30

2.2.2 Deskripsi Potensi Sumberdaya ... 30

2.2.3 Analisis Kesesuaian Lahan dan Penentuan Alokasi Ruang ... 32

2.2.4 Analisis Non Spasial ... 34

2.2.5 Analisis Konflik Pemanfaatan Ruang ... 40

2.3 Produk Perencanaan ... 40

2.3.1 Batas Wilayah Perencanaan ... 40

2.3.2 Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Pengelolaan ... 41

2.3.3 Kawasan Pemanfaatan Umum ... 42

2.3.4 Kawasan Konservasi ... 47

2.3.5 Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) ... 48

2.3.6 Alur Laut ... 51

2.3.7 Peta Pemanfaatan Ruang Pesisir ... 52

2.3.8 Peraturan Pemanfaatan Ruang ... 53

2.3.9 Arahan Pemanfaatan Ruang ... 54

2.3.10 Pengawasan ... 57

2.3.11 Pengendalian ... 57

BAB III EVALUASI TEKNIS ... 58

BAB IV PENUTUP ... 69

(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Penduduk ... 23 Tabel 2 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Banyuwangi ... 26 Tabel 3 Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Kabupaten Banyuwangi ... 27 Tabel 4 Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita

Kabupaten Banyuwangi ... 28 Tabel 5 Analisa Isu-Isu Pengelolaan Kawasan Pesisir di Kecamatan Banyuwangi ... 37 Tabel 6 Zona Pertambangan ... 47 Tabel 7 Evaluasi Teknis Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) Kabupaten Banyuwangi ... 58

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Contoh penentuan zona dan sub zona pada RZWP3K Kabupaten Banyuwangi ... 34 Gambar 2 Peta Wilayah Pesisir Banyuwangi ... 41 Gambar 3 Peta Kawasan Strategis ... 50

(5)

5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan dimana batasnya dapat didefinisikan baik dalam konteks struktur administrasi pemerintah maupun secara ekologis. Sebagai negara kepulauan, laut dan wilayah pesisir memiliki nilai strategis dengan berbagai keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya sehingga berpotensi menjadi primemover pengembangan wilayah nasional. Bahkan secara historis menunjukkan bahwa wilayah pesisir ini telah berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat karena berbagai keunggulan fisik dan geografis yang dimilikinya. Agar pemanfaatan sumber daya laut dan pesisir dapat terselenggara secara optimal, diperlukan upaya penataan ruang sebagai salah satu bentuk intervensi kebijakan dan penanganan khusus dari pemerintah dengan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Selain itu, implementasi penataan ruang perlu didukung oleh program-program sektoral baik yang terselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha.

Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir, perairan, dan pulau-pulau kecil Pasal 5 menyatakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian terhadap interaksi manusia dalam memanfaatkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta proses alamiah secara berkelanjutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hasil dari perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas rencana strategis, rencana zonasi, rencana pengeloaan, dan rencana aksi. Pasal 7 ayat 3 undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun semua rencana sebagaimana dimaksud sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan ribuan gugus pulau-pulau kecil yang tersebar di seluruh nusantara. Dimana negara ini juga mendapat pengakuan memiliki garis pantai terpanjang ke 2 (dua) setelah Kanada. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu bagian kecil dari wilayah Indonesia yang terletak di sebelah ujung timur Pulau Jawa yang wilayahnya disekelilingi oleh pantai. Pada Kabupaten Banyuwangi ada 11 dari 24 kecamatan yang ada, lokasinya berbatasan langsung dengan pantai yang mana termasuk pada wilayah pesisir. Berkaitan dengan amanah UU No. 27 Tahun 2007 dan pentingnya dokumen perencanaan pengelolaan wilayah pesisir sebagai dasar untuk pemanfaatan wilayah pesisir Kabupaten Banyuwangi yang mana Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kabupaten Banyuwangi untuk mendukung terciptanya

(6)

6 penataan ruang laut dan pesisir secara serasi, seimbang dan berkelanjutan. Adanya maksud dari makalah ini disusun agar lebih informatif produk perencanaan ini dalam penelitian/pengembangan secara lebih lanjut, seiring dengan rencana penyatuan dari RZWP3K Kabupaten/Kota menjadi RZWP3K Provinsi.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan makalah ini adalah mendapatkan penilaian sederhana terhadap produk perencanaan pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi secara teknis maupun tidak, yang mana disesuaikan dengan pedoman penyusunan RZWP3K Provinsi Tahun 2015. Yang mana sasaran ialah terdapat evaluasi teknis terhadap produk perencanaan untuk dasar informasi pada pengembangan atau penelitian selanjutnya.

1.3 Lingkup Substansi

Lingkup substansi studi dalam makalah mengenai Penilaian Terhadap Produk Perencanaan Pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi ini mencakup input, process, serta output yang terkait dalam perencanaan pesisir pada Kabupaten Banyuwangi.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari makalah mengenai Penilaian Terhadap Produk Perencanaan Pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi meliputi:

 BAB I PENDAHULUAN:

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, lingkup substansi, serta sistematika penulisan dalam makalah mengenai penilaian terhadap produk perencanaan pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi ini.

 BAB II CRITICAL REVIEW RZWP3K KABUPATEN BANYUWANGI:

Bab ini menjabarkan review atas dokumen perencanaan serta adanya kritik atau saran mengenai isi dari produk perencanaan pesisir RZWP3K Kabupaten Banyuwangi.

 BAB III EVALUASI TEKNIK:

Bab ini menjelaskan hasil deskriptif pada bab sebelumnya yang mana ditampilkan dalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam eksplorasi makalah ini.

 BAB IV PENUTUP:

Bab ini berisi kesimpulan atas isi maupun penyusunan makalah ini.

(7)

7

BAB II

CRITICAL REVIEW RZWP3K KABUPATEN BANYUWANGI 2.1 Data dan Informasi

2.1.1 Data Terestrial 2.1.1.1 Topografi

Dalam perencanaan kota kemiringan lahan/topografi merupakan unsur yang penting untuk ditelaah. Kesesuaian lahan bagi peruntukkan bangunan tertentu tidak terlepas dari pertimbangan kemiringan lahan di kawasan tersebut. Wilayah Kabupaten Banyuwangi terletak pada beberapa ketinggian yang terjadi sebagai berikut sebagai berikut:

 0-50 meter diatas permukaan laut (mdpl): merupakan wilayah dengan dataran rendah, ataupun wilayah yang berada di sekitar kawasan pantai. Wilayah yang berada pada ketinggian tersebut meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Banyuwangi, Kabat, Rogojampi, Muncar, Purwoharjo, Tegaldlimo, Bangorejo, Siliragung, Pesanggaran.

 50-100 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Srono, Cluring, Purwoharjo, Bangorejo, Siliragung dan Pesanggaran.

 100-500 meter diatas permukaan laut (mdpl), meliputi sebagian dari Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Giri, Glagah Licin, Kabat, Cluring, Singojuruh, Rogojampi, Genteng, Sempu, Songgon, Glenmore, Kalibaru, Tegaldlimo, Siliragung, Pesanggaran, Bangorejo, Purwoharjo, Gambiran, Tegalsari.

 500-1000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan wilayah berbukit yang meliputi sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Glagah, Licin, Songgon, Sempu, Glenmore, Kalibaru, Siliragung, Pesanggaran.

 1000-2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) merupakan daerah pegunungan terletak di sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore, dan Kalibaru.

 > 2000 meter diatas permukaan laut (mdpl) meliputi sebagian Kecamatan Wongsorejo, Kalipuro, Licin, Songgon, Glenmore dan Kalibaru.

(8)

8 2.1.1.2 Kemiringan Lahan

Kondisi kemiringan lahan di Kabupaten Banyuwangi dapat dibedakan dalam 5 (lima) bagian kemiringan yang ditampilkan dalam tabel, sebagai berikut:

Tabel 1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Banyuwangi

No. Kecamatan Kemiringan Jumlah (%)

0-2% 2-15% 15-40% >40%

1 Pesanggaran 2,60 1,69 3,21 6,19 13,69

2 Siliragung 1,47 0,40 0,38 0,43 2,68

3 Bangorejo 4,32 0,50 0,00 0,16 4,98

4 Purwoharjo 3,53 0,05 0,10 0,06 3,74

5 Tegaldlimo 5,85 1,82 4,49 4,10 16,26

6 Muncar 2,27 0,00 0,00 0,00 2,27

7 Cluring 1,89 0,00 0,00 0,00 1,89

8 Gambiran 1,18 0,00 0,00 0,00 1,18

9 Tegalsari 1,23 0,04 0,00 0,00 1,27

10 Glenmore 0,96 4,93 0,98 2,07 8,94

11 Kalibaru 0,96 1,24 1,11 1,62 4,93

12 Genteng 0,53 0,87 0,00 0,00 1,40

13 Srono 1,81 0,18 0,00 0,00 1,99

14 Rogojampi 2,19 0,12 0,00 0,00 2,31

15 Kabat 1,15 0,99 0,09 0,00 2,23

16 Singojuruh 0,63 0,64 0,01 0,00 1,28

17 Sempu 0,8 1,37 0,28 0,00 2,45

18 Songgon 0,00 1,24 0,85 2,47 4,56

(9)

9

19 Glagah 0,00 1,31 0,02 0,00 1,33

20 Licin 0,00 2,59 0,94 0,75 4,28

21 Banyuwangi 0,4 0,24 0,00 0,00 0,64

22 Giri 0,06 0,40 0,07 0,00 0,53

23 Kalipuro 0,08 2,93 0,62 2,12 5,75

24 Wongsorejo 1,51 3,02 2,18 2,71 9,42

Jumlah 35,45 26,56 15,31 22,67 100,00

Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Banyuwangi

2.1.1.3 Tanah

Untuk Jenis Tanah terdapat 17 jenis tanah di Kabupaten Banyuwangi yaitu Aluvial Coklat Kemerahan, Aluvial Hidromorf, Andosol Coklat Kekuningan, Assosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Coklat Kekelabuan, Assosiasi Andosol Coklat Kekuningan dan Regosol Coklat Kekuningan, Asosiaso Latosol Coklat dan Regosol Kelabu, Grumosol Hitam, Grumosol Kelabu, Kompleks Latosol Coklat Kekuningan dan Litosol, Kompleks Latosol Coklat Kemerahan dan Litosol, Kompleks Mediteran Coklat dan Litosol, Kompleks Mediteran Merah dan litosol, Kompleks Regosol Kelabu dan Litosol, Kompleks Brown Forest Soil, Litosol dan Mediteran, Latosol Coklat Kemerahan, Regosol Coklat, Regosol Kelabu.

Kedalaman efektif tanah menggambarkan ketebalan tanah dan sejauh mana akar tanaman dapat berkembang. Besarnya diukur dari permukaan tanah sampai dengan lapisan di mana akar tanaman tidak dapat lagi menembusnya. Lapisan tersebut biasanya berupa penghalang fisik yang berupa batuan atau lapisan kedap akar. Pada keadaan tertentu lapisan tersebut dapat berupa suatu lapisan yang secara kimia mengandung racun yang mematikan akar tanaman.

Kedalaman efektif tanah untuk Kabupaten Banyuwangi dibagai menjadi 4 (empat) kelompok, yaitu:

a. >90 cm, tersebar pada seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Banyuwangi b. 60 – 90 cm, tersebar di Kecamatan Tegaldlimo, Bangorejo, Kalipuro dan

Wongsorejo

c. 30-60 cm, tersebar di Kecamatan Tegaldlimo yakni di sekitar di Tanjung Sembulungan

d. < 30 cm, berada di Kecamatan Wongsorejo

(10)

10 Tekstur tanah adalah kasar halusnya bahan padat organik tanah berdasarkan perbandingan fraksi pasir, lempung debu dan air. Tekstur ini akan berpengaruh terhadap pengolanah tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam mengatur kandungan udara dalam rongga tanah dan persediaan serta kecepatan peresapan air di tanah tersebut.

Berdasarkan teksturnya, tanah di Kabupaten Banyuwangi dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:

1. Halus (liat) tersebar di Kecamatan Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, sebagian Genteng, Siliragung, Cluring dan Muncar.

2. Sedang (lempung) tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi kecuali Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo

3. Kasar (pasir) hanya terdapat di sebagian kecil wilayah kabupaten Banyuwangi, tepatnya di wilayah pantai selatan di Kecamatan Purwoharjo dan Tegaldlimo.

Data terrestrial yang disampaikan oleh produk perencanaan kali ini sudah cukup detail, namun tidak ada terlampir peta untuk informasi visualnya.

2.1.2 Data Batimetri

Kondisi dasar pantai Kabupaten Banyuwangi yang diukur oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, diperoleh kedalaman pantai berkisar -10 m hingga -160 m dari rata-rata muka laut (Mean Sea Level). Bagian Selat Bali mempunyai perubahan kedalaman dari -11 m hingga ke tengah mencapai kedalaman -140 m. Di bagian tengah Selat Bali terdapat cekungan hingga mencapai kedalaman -90 m. Bagian selatan Banyuwangi, perubahan kedalaman dari -10 m hingga -160 m, dengan perubahan yang agak curam mengarah ke selatan dengan kontur batimetri rata-rata sejajar pantai. Disepanjang Pantai Selatan Banyuwangi terdapat banyak teluk maupun tanjung bahkan beberapa pulau terdapat di wilayah tersebut. Hal ini akan membuat perubahan gelombang dan yang diakibatkan menjadi sangat variatif.

Dari data angin sebagaimana yang telah digambarkan dalam Mawar Angin Tahunan, menunjukkan bahwa prosentase terbesar terjadi dari selatan, sementara di Perairan Samudera Indonesia mempunyai panjang fetch yang absolut, sehingga gelombang angin yang terbentuk akan menjadi tinggi. Dengan demikian perilaku gelombang maupun yang diakibatkan akan sangat variatif. Akibat dari bentuk batimetri dan bentuk garis pantai maka dimungkinkan terjadinya gelombang yang datang dengan menggulung dengan indah, dan kemungkinan di tempat lain akan terjadi gelombang dengan tinggi gelombang relatif kecil. Dan setelah gelombang pecah juga akan memberikan

Gambar

Tabel 1 Kemiringan Lahan di Kabupaten Banyuwangi

Referensi

Dokumen terkait

Melalui kegiatan diskusi, mengamati, dan mendengarkan siswa dapat mengidentifikasi keteladanan dari seorang tokoh pemimpin dengan benar.. Melalui presentasi siswa

Kemampuan berbikir kreatif siswa adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan jawaban atau menyelesaikan permasalahan matematika menggunakan ide (gagasan) yang bersifat

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di kantor BPNB terkait dengan pemeliharaan arsip dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan arsip tidak

Meskipun demikian, sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri, sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, maka pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu siswa

Technical Assistance for Institutional Development in Participatory Irrigation Management (IDPIM) Water Resources and Irrigation Sector Management Project (WISMP) Indonesia Deputi

variabel bebas yang diteliti ada 2 variabel yang hasil analisis bivariat menunjukkan secara statistik bermakna. Variabel tersebut yaitu tingkat pengetahuan dengan nilai.. Variabel

Untuk memilih titik yang sudah ada dalam internal memori tekan panah kiri kanan pada PtID , bila ingin mencari dalam memori masukkan nama titik yang akan di stake out pada Search,

Dari hasil yang didapatkan pada bartlett’s test of sphericity setelah dilakukan eliminasi terhadap variabel X14, didapatkan nilai sig sebesar 0.000. Nilai tersebut