• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 2 Nomor 1 Juni 2009 P-ISSN: Diterbitkan oleh: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Volume 2 Nomor 1 Juni 2009 P-ISSN: Diterbitkan oleh: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni

PERBANDINGAN PERLINDUNGAN HAK CIPTA ANTARA INDONESIA DAN FILIPINA

I. Timisela Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH) Bintuni E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Copyrights is exclusive rights for creator or endorsee to announce or multiplies his creation or gives permit for the purpose without lessening demarcations according to law and regulation. Protection Comparison of Copyrights Between Indonesia and Philippine, meant to be able to find point of equations and difference between both law systems from two the states. Actually Indoensia and Philippine embraces mixture law system, that is system Eropah Kontinental or Civil Law System and Anglo-Saxon law system (English--America) or Common Law System. Philippine law system embraces combination between Civil Law System and Common Law System, while Indonesia embraces mixture between Common Law System and Civil Law System, added with Customary law and Islam Law.

Keyword: Copyrights

I. PENDAHULUAN

Pembahasan mengenai Perbandingan Hak Cipta Antara Indonesia dan Filipina merupakan suatu masalah dalam kerangka perbandingan hukum perdata antara Indonesia dan Filipina. Dalam konteks ini, pembahasan mengenai masalah perbadingan perlindungan hak cipta antara Indonesia dan Filipina, hendaknya dimulai dengan menjelaskan hakekat perbandingan hukum secara umum.

Di dalam hukum perdata, perbandingan hukum sangat diperlukan karena, (a) dengan perbandingan hukum dapat diketahui jiwa serta pandangan hidup bangsa lain, termasuk hukumnya; (b) dengan saling mengetahui hukumnya, sengketa dan kesalahpahaman dapat dihindari, bahkan “untuk mencapai perdamaian dunia”

(Soeroso, 2001:1). Oleh karena itu, tujuan dari perbandingan hukum adalah untuk (a) mengetahui sebab-sebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi persamaan dan perbedaan dari pada sistem-sistem hukum yang diperbandingkan; dan (b) mengetahui persamaan dan perbadaan antara aturan-aturan hukum yang diperbandingkan.

Dihubungkan dengan kebutuhan ilmiah, maka perbandingan hukum menunjukkan bahwa, (a) adanya titik-titik persamaan dengan titik-titik perbedaan dari pada berbagai sistem hukum yang diperbandingkan; (b) terhadap masalah yang sama, dapat dicapai penyelesaian (problem solving) yang berbeda-beda; (c) akan tetapi kadang-kadang masyarakat yang berbeda dan berjauhan letaknya dapat menyelesaikan kebutuhan yang sama dengan cara yang sama pula, walaupun antara

(2)

anggota masyarakatnya tidak tampak adanya hubungan kebudayaan apapun (Soeroso, 2001:17).

Perbandingan Perlindungan Hak Cipta antara Indonesia dan Filipina, dimaksudkan untuk dapat menemukan titik-titik persamaan dan perbedaan dalam kedua sistem hukum. Sebagaimana diketahui, bahwa dikenal adanya sistem hukum Eropah Kontinental atau Civil Law System dan sistem hukum Anglo-Saxon yang dianut Inggris dan Amerika atau Common Law System. Kedua sistem hukum tersebut berbeda landasan filsafatnya. Sistem hukum Eropah Kontinental mendasarkan falsafah hukumnya pada hukum alam (matuurrecht) yang bersifat yuridis-dogmatis, sedangkan sistem hukum Anglo-Saxon mendasarkan atau melihat hukum sebagai proses sosial dan bersifat utilities (Hasibuan, 2008:41). Dilihat dari sudut sistem hukum, Indonesia dan Filipina mempunyai kesamaan, karena berlaku sistem hukum campuran. Sistem Hukum Filipina merupakan kombinasi antara Civil Law dan Common Law, karena dalam sejarahnya Filipina dijajah oleh Amerika Serikat dan Spanyol (Nurhayati, 2007). Sedangkan Sistem Hukum Indonesia juga merupakan antara Common Law dan Civil Law, ditambah dengan Hukum Adat dan Hukum Islam.

Dilihat dari penerimaan terhadap ketentuan-ketentuan hukum internasional mengenai Hak Cipta, Indonesia telah meratifikasi Konvensi Paris dan Konvensi WIPO dengan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 1979. Filipina mejadi anggota WIPO tahun 1980, serta telah menjadi anggota Budapest Treaty on the International Recognition on the Deposit of Microorganism tahun 1981 (Soenandar, 2007: 100). Dalam konteks ini, kedua Negara memiliki perbedaan dan persamaan dalam rangka perlindungan hak cipta.

Pembahasan perbandingan perlindungan Hak Cipta antara Indonesia dan Filipina dilakukan berdasarkan undang-undang Hak Cipta yang berlaku pada kedua negara. Di Indonesia, perlindungan Hak Cipta dapat dilihat pada Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta yang selanjutnya diubah dengan Undang- undang Nomor 12 Tahun 1997 dan terakhir setelah diadakan penyesuaian dengan beberapa hal yang disempurnakan untuk memberi perlindungan bagi karya-karya intelektual berdasarkan beberapa Konvensi Internasional di bidang Hak Cipta maka diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002. Sedangkan di Filipina, perlindungan Hak Cipta dapat dilihat pada Republic Act 165 tanggal 20 Juni 1947 dan Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property tanggal 6 Desember 1972.

II. PERLINDUNGAN HAK CIPTA ASING

Pada dasarnya suatu undang-undang Hak Cipta nasional dikeluarkan untuk memberikan perlindungan kepada hak cipta dari warga negara tertentu. Akan tetapi, dalam perkembangan masyarakat internasional dewasa ini, suatu undang-undang hak cipta nasional dapat juga mengatur mengenai hak cipta dari warga negara asing.

Di dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, Republik Indonesia telah menegaskan sikap Indonesia dalam menghadapi hak cipta asing (luar negeri).

(3)

Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) macam persyaratan yang harus dipenuhi oleh hak cipta asing agar dapat dilindungi di Indonesia, yaitu:

(1) Pertama kali diumumkan di Indonesia;

(2) Negaranya telah melakukan perjanjian bilateral mengenai perlindungan hak cipta dengan Indonesia;

(3) Negaranya telah menjadi peserta perjanjian multilateral dimana Indonesia menjadi anggota.

Ketentuan dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tersebut, dimaksudkan untuk memberi jaminan perlindungan hak cipta bagi warga negara Indonesia, atau penduduk Indonesia, atau badan hukum Indonesia terhadap pelanggaran diluar negeri atau dimanapun ciptaannya diumumkan.

Ketentuan yang sama, diatur dalam Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property. Rule Nomor 12 menyatakan:

“Copyright in the Philippines may be applied for the following:

a. A citizen of the Philippines, if he is:

b. An alien author domicilied in Philippines at the time he makes an application for copyright, or

c. An alien author who is a citizen or subject of any country which grants by treaty, convention, agreement, or law to citizens of Philippines the benefit of copyright on substantially the same base as to its own citizens;

or an alien author who is citizen of subject of a foreign state which is a party to an international agreement providing for reciprocity in the granting of copyright, to which agreement the Philippines is also a party.

Dalam konteks ketentuan ini, Filipina tidak mensyaratkan pertama kali diumumkan di Filipina, tetapi pencipta asing harus tinggal di Filipina pada saat ia mengajukan permohonan Hak Cipta.

III. CIPTAAN YANG DILINDUNGI

Di dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 pada pasal 12 ayat (1) ditegaskan mengenai ciptaan yang dilindungi. Dalam hal ini, ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni da sastra yang meliputi karya:

(a) Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (layout) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya;

(b) Ceramah, kuliah, pidato, dan sebagainya;

(c) Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

(d) Lagu untuk musik dengan atau tanpa teks;

(e) Drama atau drama musikal, tari atau koreografi, pewayangan, dan pantomim;

(f) Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolose, dan seni kerapan;

(g) Arsitektur;

(h) Peta;

(i) Seni batik;

(4)

(j) Fotografi;

(k) Sinematografi;

(l) Terjemahan, tafsir, sadur, bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Sedangkan berdasarkan Republic Act 165 Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property, maka hak cipta yang dilindungi di Filipina meliputi:

(1) Buku komposisi dan karya ensiklopedia, naskah-naskah, petunjuk, kamus ilmu bumi;

(2) Periodik, termasuk pamflet dan koran;

(3) Kuliah, khotbah, pidato, disertasi yang dipresentasikan secara lisan;

(4) Kesusastraan;

(5) Komposisi drama atau drama musik, koreografi, hiburan dalam pertunjukan bisu, untuk akting yang dibuat tertulis;

(6) Komposisi musik dengan atau tidak dengan kata-kata;

(7) Gambar, lukisan, arsitektur, pahatan, litografi dan karya seni lainnya, model atau desain karya seni;

(8) Reproduksi karya seni;

(9) Desain atau model hiasan asli manufacturing, baik yang diperlukan atau tidak, dan karya lainnya dari seni serapan;

(10) Peta rencana skets dan atlas;

(11) Gambar atau karya plastik yang memiliki sifat ilmiah atau teknis;

(12) Karya fotografi dan karya yang diproduksi dengan fotografi, lentera slide;

(13) Karya sinematografi dan karya yang diproduksi oleh suatu proses yang sama dengan karya sinematografi antuk rekaman audio visual;

(14) Program komputer;

(15) Cetakan, ilustrasi hiasan, kopi ikian, label tags dan pembungkus boks;

(16) Dramatisasi, terjemahan, singkatan dam gubahan lainnya, karya oratik musik, karya pemerintah;

(17) Koleksi sastra, karya ilmiah, karya seni;

(18) Sastra lainnya, karya ilmiah dan seni.

IV. JANGKA WAKTU PERLINDUNGAN

Di dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, ditegaskan jangka waktu perlindungan hak cipta berdasarkan kurun waktu berlakunya meliputi:

(1) Hak Cipta berlaku selama hidup dan berlangsung selama 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhadap ciptaan atas:

(a) Buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya;

(b) Drama atau drama musikal, tari atau koreografi;

(c) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, seni patung;

(d) Seni batik;

(e) Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

(f) Arsitektur;

(g) Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;

(5)

(h) Alat peraga; dan

(i) Terjemahan, tafsir, sadur, dan bunga rampai,

Berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (limapuluh) setelah pencipta meninggal dunia.

Jika hak cipta atas ciptaan (a s/d i) dimiliki oleh 2 orang atau lebih, maka hak cipta berlaku selama hidup dan berlangsung hingga 50 tahun sesudah pencipta yang terlama hidupnya tersebut meninggal.

(2) Hak Cipta berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan terhadap ciptaan atas:

(a) Program komputer;

(b) Sinematografi;

(c) Fotografi;

(d) Database;

(e) Karya hasil pengalihanwujudan; dan (f) Perwajahan karya tulis;

(3) Hak Cipta atas ciptaan yang dipegang atau dilaksanakan oleh Negara berdasarkan Pasal 10 ayat (2) yaitu hak cipta atas faktor dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita rakyat, dongeng, legenda, babad, logi, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi, dan karya seni lainnya, berlaku tanpa batas waktu, sedangkan berdasarkan Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) berlaku selama 50 tahun sejak ciptaan tersebut pertama kali diketahui umum.

(4) Hak cipta berlaku selama 50 tahun sejak pertama kali diumumkan terhadap hak cipta yang memiliki atau dipegang oleh seuatu badan hukum, atas ciptaan:

(a) Buku, pamflet, dan semua karya tulis lainnya;

(b) Seni tari (koreografi);

(c) Segala bentuk seni rupa seperti seni lukis, seni pahat, sening patung;

(d) Seni batik;

(e) Ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

(f) Karya pertunjukan seperti karawitan, drama tari pewayangan, pantomim, dan karya siaran antara lain: untuk radio, televisi, dan film video;

(g) Ceramah, kuliah, pidato, dan lain sebagainya;

(h) Peta;

(i) Karya sinematografi;

(j) Karya rekaman suara atau bunyi;

(k) Terjemahan atau tafsiran.

(5) Hak cipta berlaku 50 tahun sejak pertama kali diumumkan terhadap hak cipta yang dimiliki atau dimiliki atau dipegang oleh badan hukum atas:

(a) Karya fotografi;

(b) Program komputer atau komputer program;

(c) Saduran atau penyusunan bunga rampai.

Sedangkan menurut Republic Act 165 Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property, maka jangka waktu perlindungan hak cipta di Filipina meliputi:

(1) - Hak cipta berlaku seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal.

(6)

- Apabila pencipta lebih dari satu orang, jangka waktu 50 tahun dihitung setelah meninggal pencipta yang paling lama hidup.

- Karya anonim dan pseudonim, hak cipta berakhir 50 tahun dari pertama kali pengumuman apabila identitas pengarang tanpa dirugikan atau jika pencipta dari suatu karya anonim atau pseudonim dalam periode jangka perlindungan diatur oleh ketentuan diatas.

(2) Jangka waktu 30 tahun terhadap:

(a) Karya periodik atau koran;

(b) Karya seni terapan;

(c) Sinematografi atau fotografi juga produk yang sama dengan sinematografi atau fotografi atau proses rekaman audio visual.

- Jangka waktu perlindungan yang diberikan setelah meninggalnya pencipta yang diatur dalam section 21 dan 23 dan jangka waktu yang diberikan dalam section 22 dan 24 mulai dari tanggal meninggalnya atau penerbitannya, tetapi jangka waktu itu selalu dianggap dimulai pada tanggal 6 Januari tahun dimana kejadian itu terjadi.

V. PEMBATASAN HAK CIPTA

Agar tidak membingungkan masyarakat, maka Undang-undang hak cipta harus mengatur pembatasan terhadap hak cipta sehingga tidak semuanya dianggap sebagaai pelanggaran hak cipta. Dalam konteks ini, menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, meliputi:

(a) Pengumuman dan perbanyakan dari lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifat yang asli;

(b) Pengumuman dan atau perbanyakan dari sesuatu yang diumumkan oleh atau atas nama pemerintah;

(c) Pengambilan baik seluruhnya maupun sebagian berita dari kantor berita, badan penyiaran, media atau TV dan surat kabar setelah 1 x 24 jam saat pengumuman pertama, berita dan sumber harus disebut secara lengkap;

(d) Pengutipan dan pengambilan hak cipta lain dengan menyebutkan secara lengkap sumbernya:

(1) Sampai sebanyak-banyaknya 10% dari kesatuan yang bulat.

(2) Seluruhnya atau sebagian untuk keperluan pembelaan di dalam dan di luar pengadilan, ceramah pertujukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran.

(e) Pembayaran suatu ciptaan dalam huruf Braille untuk tunanetra.

(f) Fotokopi oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau pendidikan dan pusat dokumentasi yang non-komersil.

(g) Perubahan yang dilakukan atas karya arsitektur.

(h) Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh pemilik program komputer untuk dipergunakan sendiri.

(i) Terjemahan dan perbanyak untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan dan kegiatan penelitian dan pengembangan.

(7)

(j) Ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta ketertiban umum.

(k) Pengumuman suatu ciptaan melalui penyiaran radio atau TV yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk kepentingan nasional.

(l) Pengumuman dan perbanyak potret seseorang untuk keamanan umum dan atau untuk keperluan proses peradilan pidana.

Sedangkan menurut Republic Act 165 Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property, maka yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta meliputi:

(1) Karya yang dibuat untuk umum tidak dilarang:

a) Pembacaan dan pertujukan, (1) untuk pribadi dan tidak dipungut biaya; (2) untuk lembaga-lembaga sedekah dan keagamaan.

b) Reproduksi, terjemahan dan saduran untuk digunakan sendiri.

(2) Kutipan dari karya yang telah beredar di masyarakat untuk tujuan ilmiah, kritik, informasi atau pendidikan, kutipan itu harus dalam bentuk asli atau terjemahan dengan cara-cara yang sehat;

(3) Macam-macam berita, editorial, artikel-artikel tentang topik-topik politik, sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan atau agama, dapat direproduksi oleh pos atau siaran, kecuali hal itu disertai oleh keterangan bahwa reproduksi atau publikasi dilarang.

(4) Kurtipan dari karya musik untuk sebagian kecil dapat direproduksi dengan disertai pemberit ahuan sumber dan nama pengarangnya;

(5) Laporan kejadian hangat dengan foto, film atau siaran, sastra, karya ilmiah atai seni yang dapat dilihat atau didengar di tempat kejadian itu dapat diproduksi dan dikomunikasikan pada umum;

(6) Perpustakaan, arsip umum, dan musium mempunyai hak, dengan tunduk pada syarat-syarat berikutnya, memproduksi karya bagi kegiatannya melalui foto, tanpa persetujuan pencipta atau pengarang hak pencipta.

(7) Materi-materi yang membentuk bagian dari koleksi yang disebut diatas, dengan alasan sifat bahaya atau sifat kelangkaan, tidak dapat dipinjamkan kepada pemakai dalam bentuk aslinya, dapat direpoduksi dengan foto untuk dipinjam.

Namun, kecuali apabila ada alasan khusus yang membenarkannya tidak boleh lebih dari 2 kopi dibuat. Hal itu sama dengan diizinkan dibuat dengan foto, reproduksi, artikel-artikel, karya yang diumumkan, untuk menyediakannya secara layak, untuk orang yang meminta untuk meminjam bagi keperluan penelitian, daripada meminjamkan isi atau bookletnya. Setiap orang yang mencari pinjaman hanya boleh menerima satu kopi dari setiap artikel atau setiap bagian dari karya itu.

(8) Jika kopi dari karya itu ditemukan tidak lengkap bagian yang hilang direproduksi dengan foto. Tetapi dilarang memproduksi buku yang hilang atau bagian majalah atau karya yang sama, kecuali isi buku atau karena kebiasaan stok dari penjualan buku, percetakan dan penerbitan. Setiap perpustakaan yang dengan undang-undang berhak menerima satu atau dua kopi dari suatu karya cetak berhak dengan alasan tertentu, untuk memproduksi, memotret, dengan fotokopi dari karya yang diumumkan karena dianggap penting untuk koleksi perpustakaan.

(8)

(9) Karya yang dibuat untuk umum yang tidak disebarkan tidak boleh direproduksi atau diumumkan tanpa persetujuan pencipta atau pemegangnya. Tetapi, karya itu dapat direproduksi untuk persediaan.

(10) Jika setelah habis masa 5 tahun dari tanggal pengumuman pertama kali dari suatu lukisan, terjemahan dari tulisan itu yang tidak diumumkan dalam bahasa nasional dan bahasa lokal, oleh pemilik hak terjemahan atau kuasanya.Setiap warga negara dapat melakukan “non exclusive license”

dari direktur perpustakaan nasional untuk menerjemahkan dalam bahasa nasional atau lokal.

(11) Lisensi juga dapat diberikan dengan syarat yang sama jika semua edisi terjemahan dlam bahasa itu “out of print”.

VI. ANCAMAN PIDANA

Pelanggaran terhadap hak cipta dapat menyebabkan orang atau yang melakukan pelanggaran dapat dipidana. Di dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002, diatur mengenai ancaman pidana sebagai berikut:

(1) Dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan, ancaman hukuman pidana paling singkat 1 bulan dan atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).

(2) Dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum ciptaan hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait, ancaman hukuman pidana penjara 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah).

(3) Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak penggunaan untukm kepentingan komersial suatu program komputer dipidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (limaratus juta rupiah).

(4) Melanggar ketentuan pasal 17 (ciptaan yang bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah di bidang agama, pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan serta ketertiban umum) ancaman pidana penjara 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah).

(5) Melanggar ketentuan pasal 19 dan pasal 20 (memperbanyak atau mengumumkan potret seseorang), atau pasal 49 ayat (3) (memperbanyak dan atau menyiarkan ulang karya siaran melalui transmisi dengan atau tanpa kabel, atau melalui sistem elektronik lain) dipidana penjara paling lama 2 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).

(6) Dengan sengaja tanpa hak melanggar pasal 24 (nama pencipta tetap dicantumkan dalam ciptaannya) atau pasal 55 (penyerahan hak cipta kepada pihak lain dengan meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan itu, mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya, mengganti atau mengubah judul ciptaan, atau mengubah isi ciptaan), dipidana penjara paling lama lama 2 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus limapuluh juta rupiah).

(9)

(7) Dengan sengaja tanpa hak melanggar pasal 25 (informasi elektronik tentang informasi manajemen hak cipta tidak boleh ditiadakan atau diubah), dipidana penjara paling lama 2 tahun dan atau denda Rp. 150.000.000,- (seratus limapuluh juta).

(8) Dengan sengaja tanpa hak melanggar pasal 27 (sarana kontrol teknologi sebagai pengaman hak pencipta tidak boleh dirusak, ditiadakan, atau dibuat tidak berfungsi), dipidana penjara paling lama 2 tahun dan atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus limapuluh juta).

(9) Dengan sengaja melanggar pasl 28 (ciptaan-ciptaan yang menggunakan sarana produksi berteknologi tinggi, khususnya dibidang cakram optik (optical disc)),dipidana penjara paling lama 5 tahun dan atau denda paling banyak Rp.

1.500.000.000,- (satu miliar limaratus juta rupiah).

Sedangkan menurut Republic Act 165 dan Presidential Decree Nomor 49 The Decree on Intellectual Property, di Filipina diatur mengenai ancaman hukuman sebagai berikut:

(1) Semua tindakan, tuntutan, dan acara tanpa memperhatikan jumlah yang terkait, ditangani oleh pengadilan tingkat pertama;

(2) Tidak ada kerugian dapat diganti berdasarkan Dekrit ini setelah 4 tahun dari waktu timbulnya sebab perbuatan;

(3) Banding diatur oleh Peraturan Pengadilan.

VII. PENUTUP

Perbedaan dan persamaan perlindungan hak cipta antara Indonesia dan Filipina, dapat ditemukan dalam perbedaan antara sistem hukum kedua negara yang merupakan akibat dari perbedaan karakteristik hukum dari sistem yang dianut.

Bagi Indonesia, dengan memperhatikan keadaan perlindungan hak cipta di Filipina, maka dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan sistem perlindungan hak cipta di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Gautama, Sudargo. 1990. Segi-segi Hukum Hak Milik Intelektual. Eresco, Bandung.

Nurhayati, Abbas. 2007. Perbandingan Sistem Hukum (Hukum Perdata). Bahan Kuliah Program Doktor (S3) Program Pascasarjana Universitas Hasanudin, Makassar.

Soeroso, R. 2001. Perbandingan Hukum Perdata. Sinar Grafika, Jakarta.

Subekti, R. 1988. Perbandingan Hukum Perdata. Pradnya Paramitha, Jakarta.

Hartono, Sunaryati. 1976. Capita Selekta Perbandingan Hukum. Alumni Bandung.

Soenandar, Taryana. 2007. Perlindungan Hak Milik Intelektual di Negara-negara Asean. Sinar Grafika, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, hasil temuan penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya komposisi dewan komisaris dengan aspek keahlian akuntansi maupun perpajakan yang memadai untuk

Perjuangan yang sangat melelahkan itu telah membuahkan hasil dengan terbentuknya UUHT dapat memberikan nuansa baru dalam bidang hukum jaminan atau hak jaminan, dimana

Menurut konsep tanggung jawab tanpa bersalah (legal liability without fault concept), perusahaan penerbangan (air carrier) bertanggung jawab mutlak terhadap kerugian yang diderita

Berdasarkan hasil tinjauan pada penelitian sebelumnya terdapat kesamaan yaitu untuk meningkatkan pelayanan guna untuk memenuhi kepuasan pelanggan, namun yang menjadi

Tujuan Penelitian adalah mengetahui perbedaan tingkat penerimaan pajak Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi tahun 2013 di KPP Pratama Badung Selatan sebelum dan sesudah penerapan

Petani diharapkan dapat mengaplikasikan kalsium pada budi daya buah manggis untuk menurunkan cemaran getah kuning dengan dosis efektif yang diperoleh dari

Hasil dari brainstorming didapat produk sandal akupuntur dengan memiliki fungsi tambahan sandal akupuntur yang memiliki duri akupuntur terbuat dari bahan plastik,

Sedangkan faktor masyarakat menurut Musakkir (2013:83) bahwa lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan dapat menyebabkan kegagalan penegakan hukum. Misalnya