• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN. : Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Program Kotaku DFAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TIM PENYUSUN. : Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Program Kotaku DFAT"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul Buku

Penasihat : J. Wahyu Kusumosusanto

(Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat)

Pengarah : ▪ Aswin G. Sukahar

(Kasubdit Kawasan Permukiman Wilayah III)

Pimpinan Redaksi Wakil Pimpinan Redaksi

Valentina

(Koordinator PLT. Pengelolaan Infrastruktur Berbasis Masyarakat) :

Mochammad Reyhan Firlandy Redaktur Pelaksana : ▪ Chrisantum Aji Paramesti

Maria Immaculata Krisna Adyasari

Yushi Rahayu

Ega Kartikawati

Siwi Sulistyaningtyas Tim Penyusun : ▪ Ayi Sugandhi

Maizil jalaludin

Nani Buchari

Editor : Ayi Sugandhi

Disain Grafis : Bambang Irawan Kontributor : ▪ Hari Prasetyo

Arief Rahadi

Tim Bank Dunia

: Mita Dwi Aprini (Wakil Kepala PMU NSUP) : ▪ : ▪ Mokhamad Fahrur Rifqie

: Prosedur Operasional Standar (POS) Penyelenggaraan Program Kotaku DFAT

TIM PENYUSUN

(4)
(5)

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN

PROGRAM KOTAKU- DFAT

(6)
(7)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT i

KATA PENGANTAR

Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian dari Program KOTAKU yang mendapat dukungan pembiayaan dari Hibah Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT). Sejalan dengan kebijakan Presiden dan Menteri PUPR, maka Program KOTAKU-DFAT difokuskan untuk mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, yaitu mendukung terwujudnya kota layak huni, inklusif, dan tanpa permukiman kumuh.

Tahun 2020 Indonesia menghadapi tantangan pandemi COVID-19 yang berpengaruh sangat signifikan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di perkotaan. Sehingga, hibah ini juga menjadi salah satu instrumen bantuan pemulihan kondisi sosial dan ekonomi akibat dampak COVID- 19, melalui Pola Padat Karya.

Tujuan dari penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT untuk mendukung tujuan Program KOTAKU sesuai Pedoman Umum KOTAKU, yaitu: “Meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan”.

Program KOTAKU-DFAT dilakukan sebagai upaya penguatan elemen aksesibilitas universal, ketahanan terhadap risiko bencana, dan/atau keberlanjutan lingkungan, terutama berkaitan dengan air minum dan/atau sanitasi yang terdiri dari persampahan, air limbah domestik, dan drainase dengan fasilitasi lokasi percontohan/pilot yang harapannya kemudian menjadi model pembelajaran untuk diadopsi, diadaptasi, dan direplikasi oleh pemerintah daerah di lokasi lainnya.

Melalui buku POS ini, diharapkan dapat memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan program KOTAKU-DFAT kepada semua pelaku.

Semoga bermanfaat

Jakarta, Februari 2021

Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Ir. J. Wahyu Kusumosusanto, MUM

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI……….ii

DAFTAR SINGKATAN………..v

MENGENAI PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT ... 1

1. Kedudukan ... 1

2. Pengguna ... 1

3. Acuan ... 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 4

1.2 Maksud dan Tujuan ... 4

1.2.1 Maksud ... 4

1.2.2 Tujuan ... 5

1.3 Strategi Pelaksanaan ... 5

1.4. Keluaran ... 6

1.5. Ciri Khas Program KOTAKU-DFAT ... 7

BAB II KETENTUAN UMUM 2.1 Lokasi Sasaran ... 10

2.1.1 Kriteria Lokasi Penerima Program ... 10

2.1.2 Alur Seleksi Lokasi Sasaran ... 11

2.2 Alokasi Program KOTAKU-DFAT ... 11

2.2.1 Pagu Hibah ... 11

2.2.2 Penyediaan Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) ... 12

(9)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT iii

BAB III KOMPONEN KEGIATAN

3.1 Komponen 1 : Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan ... 18

3.2 Komponen 2 : Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat, termasuk dukungan untuk Perencanaan Penanganan Permukiman Kumuh untuk Terintegrasi ... 18

3.3. Komponen 3 ; Pendanaan Investasi Infrastruktur dan Pelayanan Perkotaan ... 19

3.4 Komponen 4 : Dukungan Pelaksanaan dan Bantuan Teknis ... 20

BAB IV TAHAP PENYELENGGARAAN 4.1 Tahap Persiapan ... 24

4.2 Tahap Perencanaan ... 24

4.3 Tahap Pelaksanaan dan Keberlanjutan ... 26

BAB V ORGANISASI DAN TATA PERAN 5.1 Organisasi Pelaksana ... 30

5.2 Tata Peran Pelaku ... 31

BAB VI PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN KEGIATAN 6.1 Indikator Keberhasilan ... 42

6.2 Pelaku Pemantauan dan Pengendalian ... 43

6.3 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Pemantauan ... 43

6.4 Pelaporan Kegiatan Pemantauan ... 43

LAMPIRAN Lampiran 1 Tahapan Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT ... 46

Lampiran 2 Lokasi Program KOTAKU-DFAT ... 53

Lampiran 3 Contoh Pendekatan Berinovasi ; Pendekatan Ekologis untuk Peningkatan Penghidupan dan Ketahanan Masyarakat ... 54

Geografis (GIS) Untuk Proses Perencanaan Permukiman ... 58

Lampiran 5 Contoh Kajian Aksesibilitas ... 62 Lampiran 4 Contoh Pendekatan Berinovasi: Penggunaan Sistem Informasi

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengguna dan Manfaat POS Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT ... 2 Tabel 2. Indikator Kinerja Program KOTAKU-DFAT ... 38

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Pencairan Dana BPM ... 16 Gambar 2. Tahapan Kegiatan Program KOTAKU-DFAT ... 26 Gambar 3. Organisasi Pelaksana KOTAKU ... 28

(11)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT v

DAFTAR SINGKATAN

A APBD Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan Belanja Nasional

B

Askot ATR/BPN Bappenas BKM BNPB

Asisten Kordinator Kota

Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional Badan Keswadayaan Masyarakat

Badan Nasional Penanggulangan Bencana BOP Bantuan Operasional Penyelenggaraan BPBD Badan Penggulangan Bencana Daerah BPM Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat BPPW Balai Prasarana Permukiman Wilayah C CCMU Central Collaboration Management Unit

D

CERC COVID-19 DED DFAT

Contingency Emergency Response Component Corona Virus Desease 2019

Detail Engineering Design

Department of Foreign Affairs and Trade Dinas LH Dinas Lingkungan Hidup

E ESMF Environmental and Social Management Framework F Faskel Fasilitator Kelurahan

G GESI Gender Equality and Social Inclusion GIS Geographic Information System

J Juklak Petunjuk Pelaksanaan

K Kades KMP

Kepala Desa

Kantor Manajemen Pusat

(12)

KMT KMW Korkot

Konsultan Manajemen teknis Kantor Manajemen Wilayah Kordinator Kota

KOTAKU Kota Tanpa Kumuh

KPP Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara

KSM Kelompok Swadaya Masyarakat

L LKM Lembaga Keswadayaan Masyarakat

LPJ Laporan pertanggungjawaban

LSM Lembaga Swadaya Masyarakat

M MP2K Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi

N NBS Nature-based Solution

NSUP National Slum Upgrading Project

NUSP-2 Neighborhood Upgrading and Shelter Project Phase-2 Q O&P Operasional dan Pemeliharaan

OSP Oversight Service Provider

P PDAM Perusahaan Daerah Air Minum

PIU Project Implementation Unit

PKP Perumahan dan Kawasan Permukiman

PMU Program Manajemen Unit

Pokja Kelompok Kerja

PPK Pejabat Pembuat Komitmen

PUPR Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

R RAB Rencana Anggaran Biaya

RISE Revitalising Informal Settlements and Their Environments

RKM Rebug Kesiapan Masyarakat

RKS Rencana Kerja dan Syarat-syarat

RP2KPKP Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman

(13)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT vii

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

RPK Rencana Pelaksanaan Program

RPLP Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

RT Rukun Tetangga

RW Rukun Warga

S SIG Sistem Informasi Geografis

SIM Sistem Informasi Manajemen

SK Surat Keputusan

SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SPK Surat Perjanjian Kerjasama

T

SPPB SPPD-L TIPP TPA TPS

Surat Perjanjian Penyaluran bantuan

Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan Tim Inti Perencanaan Patisipatif

Tempat Pemrosesan Akhir

Tempat Penampungan Sementara

U UPL Unit Pengelola Lingkungan

W WB World Bank

(14)
(15)

MENGENAI PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT

1. Kedudukan

Prosedur Operasional Standar Penyelenggaraan Program Kota Tanpa Kumuh- Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), selanjutnya disingkat POS Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT ini adalah turunan dari Pedoman Umum Program KOTAKU. Pedoman Umum menyajikan panduan dan informasi menyeluruh tentang program KOTAKU bagi seluruh pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan sebagainya. Segala ketentuan yang diatur dalam pedoman umum namun tidak dimuat dalam POS ini secara otomatis diberlakukan untuk penyelenggaraan program di tingkat kabupaten/kota, diantaranya terkait Kerangka Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Framework/ ESMF); kerangka rencana aksi tata kelola pemerintahan yang baik; serta penanganan pengaduan dan pengelolaan konflik.

POS ini merupakan suplemen dari Pedoman Umum Program KOTAKU, yang menjabarkan terkait kegiatan yang didanai dari Program KOTAKU-DFAT. Juklak ini menyediakan panduan yang lebih detail bagi pemerintah kabupaten/kota tentang proses, tahapan kerja, dan substansi penyelenggaraan kegiatan hibah.

2. Pengguna

Pengguna POS Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT ini adalah masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi pelaksana KOTAKU, konsultan, fasilitator kelurahan, organisasi non-pemerintah, serta pemangku kepentingan lainnya.

POS ini berlaku bagi pelaku dilokasi penerima program KOTAKU-DFAT. Namun, di luar lokasi penerima program KOTAKU-DFAT, dapat dilakukan pendampingan teknis di lokasi KOTAKU lainnya sebagai upaya penguatan elemen aksesibilitas universal, ketahanan terhadap risiko bencana, dan/atau keberlanjutan lingkungan, terutama berkaitan dengan air minum dan/atau sanitasi yang terdiri dari persampahan, air limbah domestik, dan drainase.

Pengguna dan manfaat POS Penyelenggraan Program KOTAKU-DFAT dapat dilihat pada tabel berikut ini.

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 1

(16)

Tabel 1 Pengguna dan Manfaat POS Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT

Pengguna Buku Juklak Manfaat

Organisasi Pelaksana KOTAKU

§ Memahami secara menyeluruh kegiatan Program KOTAKU-DFAT

§ Sebagai acuan teknis pelaksanaan kegiatan

Pemerintah Pusat § Memahami secara menyeluruh kegiatan Program KOTAKU-DFAT

§ Sebagai acuan teknis untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan Pemerintah Daerah § Memahami secara menyeluruh kegiatan Program KOTAKU-DFAT

§ Menciptakan keberlanjutan penanganan pasca berakhirnya kegiatan

§ Membangun jaringan kerja sama dan kolaborasi di tingkat pelaksanaan

§ Acuan koordinasi

§ Sebagai acuan teknis untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kegiatan

Konsultan § Panduan kerja pengendalian pelaksanaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT

§ Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan kegiatan KOTAKU-DFAT

§ Memantau dan evaluasi kemajuan kegiatan Program KOTAKU-DFAT

§ Acuan untuk melakukan perbaikan dan/atau perubahan Buku POS Fasilitator Kelurahan § Menyusun rencana kerja pelaksanaan di kelurahan/desa

§ Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan tingkat kelurahan/desa

§ Pengendalian mutu pekerjaan

BKM, TIPP, KSM § Panduan kerja persiapan, perencanaan dan pelaksanaan di kelurahan/desa

Pemerhati/

kelompok peduli

Membangun sinergi dalam pelaksanaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT

3. Acuan

Penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT mengacu pada seluruh kebijakan, pedoman, dan petunjuk teknis yang berlaku di program KOTAKU. Kerangka kerja lingkungan dan social, pengadaan barang dan jasa, manajemen keuangan, rekruitmen konsultan dan tenaga pendamping, serta beragam hal yang berlaku di program KOTAKU maka berlaku pula di kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

Hal-hal lain yang belum diatur secara rinci dalam POS Penyelenggaraan Program KOTAKU- DFAT ini akan diatur kemudian.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

(18)

1.1 Latar Belakang

Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian dari Program KOTAKU yang mendapat dukungan pembiayaan dari Hibah Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT). KOTAKU-DFAT merupakan salah satu bentuk kolaborasi dalam upaya peningkatan kualitas permukiman kumuh perkotaan pada Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Program KOTAKU-DFAT mendukung pengembangan inovasi melalui percontohan/pilot penanganan kumuh secara tematik untuk lokasi kumuh dengan tantangan urbanisasi serta mengalami krisis lingkungan/ekologis akibat pembangunan.

Sejalan dengan kebijakan Presiden dan Menteri PUPR, maka Program KOTAKU-DFAT difokuskan untuk mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) 2020-2024, yaitu mendukung terwujudnya kota layak huni, inklusif, dan tanpa permukiman kumuh dengan sasaran terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel.

Pelaksanaan upaya pengurangan kumuh pada tahun pertama RPJMN 2020-2024, yakni tahun 2020 menghadapi tantangan pandemi COVID-19 yang berpengaruh sangat signifikan terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di perkotaan. Sehingga, hibah ini juga menjadi salah satu instrumen bantuan pemulihan kondisi sosial dan ekonomi akibat dampak COVID- 19, melalui Pola Padat Karya dalam penyediaan akses terhadap infrastruktur dasar permukiman, serta upaya pembangunan permukiman yang berketahanan terhadap bencana, termasuk pandemi.

Agar pelaksanaan kegiatan penanganan permukiman kumuh melalui Program KOTAKU-DFAT ini berjalan dengan baik, maka diperlukan Prosedur Operasional Standar (POS) sebagai acuan bagi para pelaku di tingkat kabupaten/kota dan masyarakat.

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Maksud dari penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT adalah untuk mendukung Program KOTAKU dalam pengembangan inovasi penanganan permukiman kumuh perkotaan. Program ini mendukung pula pemulihan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat akibat dampak wabah COVID-19 melalui pola padat karya dalam perbaikan dan/atau pembangunan infrastruktur permukiman; serta

(19)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 5

Program KOTAKU-DFAT dilakukan dengan fasilitasi lokasi percontohan/pilot yang harapannya kemudian menjadi model pembelajaran untuk diadopsi, diadaptasi, dan direplikasi oleh pemerintah daerah di lokasi lainnya.

1.2.2 Tujuan

Tujuan dari penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT untuk mendukung tujuan Program KOTAKU sesuai Pedoman Umum KOTAKU, yaitu: “Meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan”.

Tujuan Program KOTAKU-DFAT adalah “Mewujudkan permukiman perkotaan layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan”.

1.3 Strategi Pelaksanaan

Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka strategi pelaksanaan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan inovasi penanganan permukiman kumuh yang inklusif dengan menerapkan aksesibilitas universal, berketahanan terhadap bencana (termasuk wabah), serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan penghidupan masyarakat setempat secara berkelanjutan;

b. Meningkatkan dukungan pencapaian akses terhadap infrastruktur dan pelayanan sarana air minum dan sanitasi di lokasi sasaran dalam memenuhi target pelayanan minimal 80%;

terbangunnya infrastruktur yang ramah disabilitas dan ramah lingkungan; inovasi alternatif penanganan keamanan bermukim; serta meningkatkan kualitas permukiman di lokasi kumuh Program KOTAKU;

c. Meningkatkan pemulihan kondisi sosial dan ekonomi masyarakat akibat pandemi COVID- 19 melalui pelaksanaan kegiatan dengan Pola Padat Karya dalam perbaikan dan/atau pembangunan infrastruktur permukiman dan pelayanannya; dan

d. Mendorong kolaborasi dengan para pihak dalam peningkatan akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi.

(20)

Box 1. Makna Berinovasi dalam KOTAKU-DFAT

Inovasi merupakan hal utama yang dikembangkan dalam penanganan permukiman kumuh melalui Program KOTAKU-DFAT. Inovasi yang dimaksud terkait penerapan aksesibilitas universal, berketahanan terhadap bencana (termasuk wabah), serta meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan penghidupan masyarakat setempat yang berkelanjutan. Mengapa inovasi dengan nilai tambah tersebut yang diharapkan?

Pertama, tingginya urbanisasi, pembangunan dan gaya hidup perkotaan yang tidak berwawasan lingkungan, meningkatkan risiko terjadinya krisis air. Padahal air merupakan sumber daya yang vital.

Masih banyaknya rumah tangga yang belum terakses air minum dan sanitasi yang aman dan layak, dan di saat yang bersamaan, tingginya angka kejadian banjir, menunjukkan bahwa pengelolaan sumber daya air dan sumber daya lainnya sudah tidak bisa lagi menggunakan cara-cara konvensional. Secara paralel, perbaikan lingkungan hidup dan pembangunan yang ramah lingkungan sangat mendesak untuk dilakukan, agar tidak memperparah kondisi yang ada dan meningkatkan risiko bencana.

Kedua, terdapat risiko bencana lainnya yang tidak bisa diabaikan. Semaksimal apapun transformasi yang terjadi di permukiman kumuh menjadi tidak berarti apabila rentan dan tidak siap terhadap ancaman tertentu. Berbagai tempat di Indonesia menghadapi berbagai ancaman/bahaya, mulai dari gempa bumi, tsunami, erupsi, banjir, longsor, sampai ke krisis akibat perubahan iklim, berkurangnya biodiversitas, wabah, dll. Sehingga perencanaan, desain, dan pelaksanaan penanganan kumuh yang diterapkan perlu beradaptasi dengan keberadaan ancaman/bahaya tersebut.

Ketiga, penanganan permukiman kumuh tanpa perbaikan penghidupan masyarakat tidak menjamin keberlanjutan dari kualitas permukiman yang telah diperbaiki.

Tantangan utamanya adalah, bagaimana mengembangkan inovasi satu paket dengan kegiatan penanganan kumuh yang memberikan ketiga nilai tambah tersebut secara sekaligus? Jika berharap ada inovasi, maka cara yang ditempuh pun harus berbeda dari yang biasanya. Misalnya, lebih banyak membuka ruang-ruang diskusi dan kolaborasi multidisiplin-multisektor, belajar dari lembaga/program lain, eksplorasi metode dan teknologi atau instrumen yang berbeda, fleksibilitas, keterbukaan dalam berpendapat, dan melibatkan beragam elemen masyarakat, termasuk yang biasanya menjadi

‘minoritas’ atau yang jarang terdengar. Kolaborasi diperluas dengan pihak yang berkeahlian dan berpengalaman dalam muatan tambahan KOTAKU-DFAT. Intinya, dalam setiap tahapan proyek ini, perlu dibangun ekosistem yang kondusif agar inovasi terwujud.

1.4 Keluaran

Keluaran yang akan dicapai dalam kegiatan Program KOTAKU-DFAT adalah sebagai berikut:

a. Adanya kesiapan pemerintah kabupaten/kota dalam memfasilitasi penyelenggaraan kegiatan Program KOTAKU-DFAT;

b. Tersusunnya penajaman dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) yang sudah melalui uji publik dan berbagai instrumen/dokumen turunannya;

(21)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 7

c. Tersusun penajaman dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP);

d. Terlaksananya pembangunan fisik dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan Program KOTAKU-DFAT; dan e. Adanya kontribusi pada berkurangnya luasan kumuh melalui percontohan tematik

penataan lingkungan permukiman yang inovatif.

Penajaman RP2KPKP dan RPLP akan fokus pada:

§ inovasi model penanganan permukiman kumuh untuk mendukung terwujudnya pencapaian tujuan kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

§ penguatan muatan: (i) perubahan sikap dan perilaku pemerintah daerah dan masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh; (ii) inovasi dalam peningkatan akses dan pelayanan sarana air minum dan sanitasi; (iii) pengarusutamaan gender dan inklusi sosial; (iv) permukiman yang menerapkan aksesibilitas universal; (v) masyarakat yang berketahanan terhadap bencana (termasuk wabah); (vi) peningkatan kualitas lingkungan hidup dan penghidupan yang berkelanjutan; (vii) inovasi alternatif penanganan keamanan bermukim;

dan (viii) penguatan dalam merespon dampak wabah COVID-19 pada penanganan permukiman kumuh.

1.5 Ciri Khas Program KOTAKU-DFAT

Meskipun Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Program KOTAKU, namun kegiatan ini mempunyai kekhasan tersendiri yang perlu diperkuat, yaitu sebagai berikut:

a. Permukiman inklusif yang menerapkan aksesibilitas universal;

b. Permukiman yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan;

c. Permukiman yang mendukung ketahanan masyarakat di permukiman kumuh terhadap bencana, termasuk wabah/pandemik; dan

d. Permukiman yang melaksanakan keterpaduan antar sektor untuk sarana air minum dan sanitasi serta sektor lainnya, termasuk pendukung pengembangan penghidupan yang berkelanjutan.

(22)

Box 2. Prinsip Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (Gender Equity and Social Inclusion/ GESI) Pembangunan yang tidak berkeadilan dapat menghasilkan masyarakat yang tidak sehat, kelompok-kelompok rentan, dan dampak sosial-ekonomi lainnya. KOTAKU, diperkuat dengan hibah DFAT ini, perlu memastikan proses dan hasil pembangunan yang berprinsip kesetaraan gender dan inklusi sosial (kerangka yang sering disebut sebagai GESI, atau Gender Equality and Social Inclusion). Kesetaraan gender berarti kesempatan, hak, dan tanggung jawab yang setara antara perempuan dan laki-laki (DFAT, 2016). Inklusi sosial adalah proses meningkatkan kemampuan, kesempatan, dan martabat seseorang atau sekelompok orang, yang terpinggirkan berdasarkan identitasnya, untuk berpartisipasi dalam bermasyarakat (World Bank, 2013). Contoh identitas yang mengalami eksklusi yaitu terkait gender, ras, kasta, etnis, agama, usia, disabilitas, status kenegaraan, dll. Dengan mengarusutamakan prinsip GESI tersebut, diharapkan tidak ada pihak yang tertinggal dalam pembangunan dan kesejahteraan pun secara umum akan meningkat.

Sumber:

1. Commonwealth of Australia, DFAT, Gender equality and women’s empowerment strategy, February 2016.

2. World Bank. 2013. Inclusion Matters: The Foundation for Shared Prosperity. New Frontiers of Social Policy; Washington, DC. © World Bank.

https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/16195 License: CC BY 3.0 IGO.

Box 3. Prinsip Membangun Ketahanan Terhadap Risiko Bencana

Dengan meningkatnya wilayah perkotaan di dunia dan perilaku manusia yang tidak sensitif terhadap alam, kejadian bencana semakin banyak dengan dampak yang serius. Pemahaman terhadap risiko bencana harus menjadi pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan dalam pembangunan. Faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya risiko bencana adalah bahaya/ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Pada dasarnya, secara fisik, permukiman kumuh memiliki kerentanan yang tinggi, karena tidak terakses infrastruktur dan pelayanan dasar, serta sumber penghidupan yang terbatas. Dengan memahami bahaya/ancaman apa saja yang dihadapi di lokasi dampingan, kita akan memperoleh gambaran langkah-langkah yang perlu diambil agar menghindari terjadinya bencana, atau mengurangi risikonya. Bencana dapat bersumber dari fenomena geologi, hidrometeorologi, kegagalan teknologi, kecelakaan industri, wabah, konflik sosial, dll.

Pandemi COVID-19 merupakan bencana yang sejak bulan Maret 2020 terdeteksi di Indonesia.

Permukiman kumuh merupakan salah satu tempat yang berisiko menjadi hotspot penularan, terutama karena kesulitan menerapkan protokol kesehatan dan menjaga jarak fisik, dengan minimnya layanan air minum dan sanitasi serta kesesakan penghuni yang tinggi. Sumber pendapatan rumah tangga pun terancam menurun bahkan hilang, dengan pemberlakuan pembatasan sosial secara jangka panjang. Melalui KOTAKU-DFAT, fenomena ini perlu dijadikan momen untuk perbaikan pembangunan permukiman perkotaan yang lebih berketahanan di masa depan, yang mampu memitigasi potensi penularan maupun beradaptasi terhadap berbagai disrupsi terhadap penghidupan.

(23)

BAB II

KETENTUAN UMUM

(24)

2.1. Lokasi sasaran

Lokasi sasaran percontohan Program KOTAKU-DFAT yang dipilih adalah lokasi kumuh yang memiliki tantangan urbanisasi serta mengalami krisis lingkungan/ekologis akibat pembangunan, mengalami keterbatasan akses terhadap air minum, pengelolaan air limbah, dan sampah, serta berada di kota/kabupaten dengan kinerja KOTAKU yang baik. Lokasi juga akan dipilih berdasarkan ragam tipologi permasalahan lingkungan/ekologis dan kerentanan terhadap bencana tertentu, seperti lokasi yang tercemar limbah industri rumah tangga, lokasi dekat tempat pembuangan akhir atau pasar, lokasi kepadatan tinggi sehingga kesulitan menerapkan jaga jarak, lokasi dengan risiko bencana yang tinggi (misalya di daerah kekeringan/banjir/longsor), dll.

2.1.1 Kriteria Lokasi Penerima Program

Mekanisme seleksi kelurahan yang menerima hibah diusulkan PMU serta disepakati oleh pemerintah daerah untuk komitmen dan dukungannya dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kelurahan Kumuh berdasarkan SK Bupati/Walikota;

b. Memiliki permasalahan kekumuhan terkait air minum dan/atau sanitasi”;

c. Kinerja pembukuan keuangan BKM dalam 3 bulan terakhir minimal “Memadai” dan opini audit tahun buku 2019 “Wajar Dengan Pengecualian”;

d. Tidak ada penyimpangan dana yang belum terselesaikan; dan

e. Berada di kota/kabupaten dengan Pokja PKP yang aktif dalam melakukan koordinasi, pertemuan rutin dan kegiatan monitoring dalam rangka penanganan kumuh.

Pertimbangaan lainnya terkait dengan tipologi lokasi kumuh yang bervariasi seperti kawasan pesisir, tepi/atas sungai, pusat kota, kawasan dengan krisis lingkungan atau risiko bencana yang tinggi, dan lain-lain. Kriteria tambahan dari pemerintah daerah dapat diberikan sesuai dengan kondisi kota/kabupaten.

Lokasi penerima program dapat menerima dukungan berupa pendampingan teknis dan/atau hibah program.

(25)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 11

2.1.2 Alur Seleksi Lokasi Sasaran

Ketentuan alur/proses seleksi dan penetapan lokasi sasaran dilaksanakan sebagai sebagai berikut:

a. Seleksi dilakukan pada kelurahan berdasarkan RC yang telah ditentukan (Longlist Kelurahan-1);

b. Dari hasil seleksi kedua diperoleh longlist kelurahan-2. Selanjutnya akan diseleksi berdasarkan masukan Pemda sehingga diharapkan dapat diperoleh shortlist kelurahan;

c. Dari hasil seleksi bersama, akan ditetapkan oleh Direktur PKP daftar lokasi kelurahan sasaran setelah mendapat NOL dari Bank Dunia.

Pemerintah kota/kabupaten di mana calon kelurahan penerima hibah berada perlu mengirimkan surat yang menyatakan minat dan komitmen untuk menggalang kolaborasi dengan berbagai pemerhati atau kelompok peduli (mis. perguruan tinggi, LSM/OMS) untuk mendukung proses perencanaan dan pelaksanaan.

2.2 Alokasi Program KOTAKU-DFAT 2.2.1 Pagu Hibah

Peruntukan dana hibah Program KOTAKU-DFAT memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Pagu alokasi KOTAKU-DFAT sebesar USD 5,5 juta atau ekuivalen sebesar Rp 79,2 milyar (kurs APBN 2020 USD 1 = IDR 14.400) dimanfaatkan sampai dengan 30 Juni 2022.

b. Alokasi Program KOTAKU-DFAT diperuntukkan untuk kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan, khususnya untuk peningkatan akses air minum dan sanitasi. Alokasi ini hanya bagi sub-proyek tingkat masyarakat di lokasi sasaran kelurahan/desa yang terpilih sebagai pilot/percontohan.

c. Program KOTAKU-DFAT dialokasikan kepada masyarakat melalui LKM/BKM dengan mekanisme Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM).

d. Investasi di lokasi percontohan akan berkolaborasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan pihak lainnya di bawah pengawasan PMU.

(26)

e. Jumlah alokasi yang disalurkan ke kelurahan/desa akan didasarkan pada kebutuhan yang diidentifikasi dalam RPLP hasil penajaman dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dalam rencana teknis. Dengan asumsi terdapat sekitar 15 kota/kabupaten sasaran percontohan dengan dana 4-10 Milyar per kota/kabupaten.

f. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan Pola Padat Karya yang melibatkan warga terdampak COVID-19, sesuai keputusan masyarakat dan Tim Satgas setempat.

2.2.2 Penyediaan Dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM)

Dana BPM Program KOTAKU-DFAT merupakan dana stimulan dan tidak dimaksudkan untuk membiayai seluruh rencana pembangunan yang telah direncanakan. Dana tersebut hanya merupakan bagian kecil dari seluruh dana yang diperlukan kelurahan/desa untuk mewujudkan hasil perencanaan partisipatif, yang tidak hanya mencakup pembangunan fisik saja. Penyediaan BPM ini dimaksudkan untuk sarana belajar melaksanakan sebagian rencana penataan menuju permukiman layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan di lokasi prioritas dan mendorong masyarakat bersama pemerintah daerah untuk menjalin kemitraan dengan pihak lain (dunia usaha, SKPD, LSM, dan kelompok peduli lainnya).

a. Alokasi Dana BPM Program KOTAKU-DFAT

Dana BPM Program KOTAKU-DFAT di lokasi sasaran hanya dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang langsung terkait dengan kegiatan di lokasi percontohan, yaitu untuk pelaksanaan pembangunan fisik dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman dalam rangka mendukung permukiman layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan. Alokasi dana BPM per Kelurahan maksimum 2 milyar/tahun termasuk di dalamnya untuk BOP BKM/LKM dan biaya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta protokol Kesehatan COVID-19.

Untuk kegiatan non fisik, pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT akan diberikan dukungan biaya dari loan NSUP untuk pembiayaan:

(27)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 13

(1)Tim Fasilitator;

(2)Askot Bidang;

(3)Pengembangan kapasitas masyarakat dan Sosialisasi; dan (4)Dukungan perencanaan partisipatif.

b. Pencairan dan Pemanfaatan BPM Program KOTAKU-DFAT1

Pencairan BPM dilakukan secara langsung dalam bentuk dana tunai ke rekening BKM/LKM.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan secara swakelola oleh masyarakat.

BPM dicairkan melalui 2 (dua) tahap, yaitu tahap I (70%) dan tahap II (30%).

c. Rincian Penggunaan Dana BPM Program KOTAKU-DFAT (1)Tahap I (70%)

§ BOP BKM/LKM setinggi-tingginya sebesar Rp.10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) dari pagu BPM yang diperoleh, termasuk BOP untuk kegiatan TIPP.

§ Biaya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) serta protokol Kesehatan COVID-19 dengan batasan setinggi-tingginya sebesar Rp.10.000.000,00 (Sepuluh juta rupiah) untuk setiap paket pekerjaan KSM.

§ Pelaksanaan pembangunan fisik dan peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman di lokasi percontohan Tahap I.

(2)Tahap II (30%)

§ Pelaksanaan Pembangunan Fisik dan Peningkatan Pelayanan Infrastrutktur Permukiman di lokasi percontohan Tahap II.

§ Administrasi KSM.

Tata cara pengajuan, pencairan dan pemanfaatan BPM Program KOTAKU-DFAT akan dijelaskan lebih rinci di dalam gambar 1 dibawah ini:

1 Mekanisme pencairan BPM secara rinci akan diatur dalam SE DJCK Nomor…/SE/DC/2021 tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Padat Karya Direktorat Jenderal Cipta Karya, Lampiran G.Program Kotaku, bagian II

(28)

Gambar 1. Alur Pencairan Dana BPM

Keterangan:

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) membuat Surat Keputusan Penetapan Penerima BPM yang disahkan oleh Kepala Satuan Kerja (Ka Satker) selaku KPA di wilayah kerja masing-masing;

2. Atas dasar surat penetapan tersebut PPK menandatangani Surat Perjanjian Kerja Sama (SPK) bersama penerima bantuan dalam bentuk uang di wilayah kerja masing-masing;

3. Penerima bantuan menyusun berkas pencairan dana dan menyampaikan kepada PPK setelah di verifikasi oleh Tim Fasilitator/Koordinator Kota (Korkot);

4. PPK menerima seluruh kelengkapan dokumen untuk pencairan dana BPM yang sudah diverifikasi bersama Tim Konsultan Manajemen Wilayah

(29)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 15

(OC/OSP) dan membuat Surat Permohonan Pembayaran (SPP) untuk disampaikan kepada Pejabat Pembuat SPM (PP-SPM);

5. Atas diterimanya SPP dan semua kelengkapan dokumen pencairan dana BPM maka PP-SPM memeriksa dan menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada KPPN setempat;

6. Atas dasar SPM yang disampaikan PP-SPM, maka KPPN akan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang berisi perintah untuk mencairkan sejumlah dana ke rekening penerima bantuan;

7. Atas diterimanya SP2D, maka Bank Penyalur melakukan pembayaran ke rekening penerima bantuan; dan

8. Setelah dana BPM masuk ke rekening penerima bantuan, maka pelaksanaan kegiatan dapat segera dilaksanakan dengan tahapan sebagaimana tertuang dalam SPK.

(30)
(31)

BAB III

KOMPONEN KEGIATAN

(32)

Pelaksanaan kegiatan di lokasi sasaran Program KOTAKU-DFAT terdiri dari empat komponen seperti dalam Program KOTAKU. Bentuk penguatan setiap komponen dalam kaitannya dengan Program KOTAKU-DFAT adalah sebagai berikut:

3.1 Komponen 1: Pengembangan Kelembagaan dan Kebijakan

Komponen ini akan mendukung penguatan kelembagaan dan kebijakan di tingkat pusat maupun daerah, khususnya kota/kabupaten terpilih yang menghadapi kompleksitas penanganan permukiman kumuh dengan tantangan urbanisasi dan krisis lingkungan/ekologis.

Penguatan Komponen 1 terkait Program KOTAKU-DFAT meliputi:

a. Penguatan Pokja PKP pusat maupun daerah dalam inovasi penanganan permukiman kumuh untuk mewujudkan permukiman perkotaan layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan. Penguatan dilakukan dengan memperluas kolaborasi multi-pihak, multi-disiplin, dan multi-sektor, seperti dengan Dinas Sosial, organisasi terkait penyandang disabilitas, Dinas Lingkungan Hidup, akademisi dengan berbagai bidang keahlian, PDAM, BNPB/BPBD, organisasi keprofesian, organisasi kepemudaan, praktisi inovasi, dll;

b. Koordinasi antar-lembaga, mulai dari persiapan, perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, sampai dengan pemantauan dan evaluasi;

c. Pengelolaan pengetahuan dan studi terkait untuk replikasi berdasarkan pembelajaran di lokasi percontohan; dan

d. Pendampingan dalam pengembangan kebijakan pusat maupun daerah terkait, misalnya kebijakan kota ramah air, panduan aksesibilitas universal dengan konteks lokal, pengembangan ekonomi sirkular, dll.

3.2 Komponen 2: Pengembangan Kapasitas Pemerintah Daerah dan Masyarakat, termasuk dukungan untuk Perencanaan Penanganan Permukiman Kumuh yang Terintegrasi

Kegiatan ini akan memberikan dukungan teknis dan peningkatan kapasitas pemerintah daerah, masyarakat dan instansi terkait lainnya untuk mengembangkan inovasi penanganan permukiman kumuh di kabupaten/kota terpilih. Bentuk dukungan dalam kegiatan ini antara lain:

(33)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 19

a. Peningkatan kapasitas, khususnya:

1). Peningkatan kapasitas teknis terkait Program KOTAKU-DFAT, diantaranya pelatihan, coaching, pelatihan tematik sesuai kebutuhan, di tingkat masyarakat, pemerintah daerah dan konsultan;

2). Lokakarya dan/atau pelatihan tentang pemutakhiran profil (diantaranya penambahan elemen GESI, kebencanaan, dll) di lokasi percontohan, pemanfaatan SIM dan GIS untuk pemantauan dan pengambilan kebijakan; dan

3). Pelatihan dalam mengintegrasikan program dan penganggaran penanganan permukiman kumuh yang memanfaatkan pembiayaan dari tingkat pusat, provinsi, daerah, dan sumber lainnya.

b. Pengembangan inovasi model perencanaan penanganan permukiman kumuh yang lebih baik dalam mendukung perwujudan permukiman layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan, antara lain dengan:

1). Fasilitasi penyusunan pedoman dan materi pelatihan teknis berdasarkan tipologi daerah kumuh;

2). Dukungan tenaga ahli/pendamping di masyarakat;

3). Pendampingan teknis penajaman RP2KPKP, penajaman RPLP, konsolidasi hasil penajaman antara RP2KPKP dan RPLP, serta sinkronisasi dengan dokumen perencanaan lain di tingkat kota/kabupaten dan kelurahan/desa;

4). Dukungan teknis untuk desain inovatif di permukiman kumuh yang kompleks, termasuk pendampingan penguatan penyusunan dokumen pelengkapnya (mis. pra- desain, rencana tapak, DED, rencana-rencana aksi, instrumen pengelolaan sosial dan lingkungan); dan

5). Dukungan lainnya sesuai kebutuhan pemerintah daerah dan masyarakat.

c. Pengembangan media sosialisasi dan beragam metode peningkatan kapasitas, termasuk e-learning, untuk mendukung peningkatan kapasitas tersebut di atas, antara lain berupa materi komunikasi dan materi belajar untuk pemerintah daerah, fasilitator, dan masyarakat.

3.3 Komponen 3: Pendanaan Investasi Infrastruktur dan Pelayanan Perkotaan

Komponen 3 KOTAKU terbagi menjadi dua sub-komponen, yaitu Komponen 3.1 Infrastruktur Skala Kawasan dan Skala Kabupaten/Kota dan Komponen 3.2 Infrastruktur Skala Lingkungan,

(34)

termasuk dukungan pengembangan penghidupan yang berkelanjutan. Dukungan investasi dari KOTAKU-DFAT dialokasikan untuk Komponen 3.2 Infrastruktur Skala Lingkungan dalam bentuk Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM).

BPM Program KOTAKU-DFAT akan mendukung penajaman RPLP dan pelaksanaan hasil penajaman tersebut di lokasi percontohan dengan kolaborasi sumber-sumber daya lainnya, termasuk dari beragam program pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, lembaga donor, badan usaha/swasta, masyarakat, dll. Pemerintah daerah perlu menyiapkan dukungan teknis, sumber daya, dan sumber pembiayaan untuk melaksanakan hasil penajaman RP2KPKP dan dukungan pelaksanaan hasil penajaman RPLP.

Dalam upaya tersebut, BPM Program KOTAKU-DFAT akan berfokus pada pengembangan inovasi penyediaan akses infrastruktur dan pelayanan dasar permukiman secara terpadu dengan penguatan:

a. desain inklusif yang menerapkan aksesibilitas universal;

b. desain yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan;

c. desain yang mendukung ketahanan masyarakat di permukiman kumuh terhadap bencana, termasuk wabah/pandemi;

d. desain terpadu antar sektor, yaitu antara sarana air minum dan sanitasi dan sektor lainnya;

e. peningkatan kualitas infrastruktur yang memastikan keterhubungan sistem tingkat rumah tangga/lingkungan dengan sistem infrastruktur dan pelayanan perkotaan; dan f. pengembangan fasilitas pendukung penghidupan yang berkelanjutan.

3.4 Komponen 4: Dukungan Pelaksanaan dan Bantuan Teknis

Selain penambahan kapasitas, tenaga ahli, tenaga pendamping, dan pengelolaan pengetahuan untuk mendukung pengembangan inovasi, secara umum struktur penyelenggaraan bantuan teknis kegiatan Program KOTAKU-DFAT akan menggunakan dukungan Pelaksanaan dan Bantuan Teknis Program KOTAKU.

Kegiatan Program KOTAKU-DFAT akan difasilitasi oleh tim konsultan yang terdiri dari Tim Advisory, Konsultan Manajemen Pusat (KMP), Konsultan Manajemen Wilayah/ Oversight Service Provider (KMW/OSP), Konsultan Manajemen Teknis (KMT), Tim Koordinator Kota (Korkot), dan Tim Fasilitator.

(35)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 21

Personil konsultan pendamping di tingkat kota/kabupaten dan tim fasilitator yang mendampingi lokasi sasaran Program KOTAKU-DFAT adalah sebagai berikut:

a. Pendamping Tingkat Kota/Kabupaten

Personil di tim Koordinator Kota akan menggunakan tim Asisten Kota exsisting dan dimungkinkan untuk penambahan personil Asisten Kota sesuai kebutuhan lapangan.

Untuk kota/kabupaten yang akan memiliki kegiatan yang berkaitan dengan pertanahan, maka perlu ditambah dengan Asisten Kota bidang Safeguards. Latar belakang atau pengalaman di bidang air minum dan sanitasi atau teknik penyehatan lingkungan akan sangat membantu bagi Asisten Kota bidang Infrastruktur.

b. Pendamping Tingkat Kelurahan/Desa

Tim Fasilitator Kelurahan akan mendampingi kelurahan/desa Program KOTAKU-DFAT.

Tim Fasilitator yang mendampingi kelurahan/desa yang mendapatkan Program KOTAKU- DFAT sekurang-kurangnya terdiri dari Senior Fasilitator, Fasilitator Teknik, Fasilitator Urban Planer, Fasilitator Keuangan, dan Fasilitator Sosial.

Komposisi rinci dan jenis posisi Tim Korkot dan Tim Fasilitator akan diatur kemudian dalam surat Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Direktorat Jenderal Cipta Karya. Fungsi dan tugas masing-masing konsultan dan fasilitator terkait dengan tugas pendampingan pelaksanaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT akan diatur rinci dalam kerangka acuan kerja masing-masing personil.

(36)
(37)

BAB IV

TAHAP PENYELENGGARAAN

(38)

Penyelenggaraan kegiatan Program KOTAKU-DFAT di tingkat kota/kabupaten dan kelurahan/desa dilaksanakan dalam empat tahap sebagai berikut:

4.1 Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini terdiri dari:

a. Pemilihan dan penetapan lokasi sasaran kegiatan Program KOTAKU-DFAT, dimulai dari sosialisasi awal oleh PMU ke pemerintah daerah, seleksi lokasi dan penetapan daftar lokasi oleh Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman.

b. Peningkatan kapasitas, yang terdiri dari mobilisasi tim pendamping, sosialisasi, dan pelatihan penguatan materi mengenai kegiatan Program KOTAKU-DFAT baik untuk pemerintah daerah, konsultan, fasilitator, dan masyarakat.

c. Penyiapan masyarakat dalam memasuki tahap perencanaan, yaitu membentuk dan melatih Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP). Sebaiknya TIPP terdiri dari berbagai elemen masyarakat, baik pemerintah setempat, organisasi masyarakat, individu, komunitas pemuda, komunitas lansia, penyandang disabilitas, dll. TIPP akan menjadi agen yang intensif melakukan proses perencanaan dan sebagai fasilitator konsultasi publik untuk pelibatan masyarakat yang lebih luas.

d. Rekrutmen Fasilitator UP

e. Pemetaan multipihak untuk kolaborasi sebagai pendukung pengembangan inovasi dan yang akan dilibatkan dalam setiap tahapan kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

4.2 Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan, kegiatan Program KOTAKU-DFAT akan memberikan dukungan teknis dan peningkatan kapasitas dalam perencanaan lanjutan tata ruang, penajaman RP2KPKP dan RPLP, rencana teknis, Rancangan Teknis Rinci (DED), serta dokumen pendukung lainnya. Perencanaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT akan mencakup penajaman perencanaan RP2KPKP dan RPLP (dan dokumen turunan/pelengkapnya) serta konsolidasi dari penajaman dokumen-dokumen tersebut. Tahap ini dilaksanakan bersama oleh pemerintah kabupaten/kota, masyarakat, dan instansi terkait lainnya untuk mengembangkan inovasi penanganan permukiman kumuh di lokasi terpilih.

Secara garis besar, tahap perencanaan di tingkat kelurahan/desa dimulai dengan memahami

(39)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 25

permukimannya, penajaman RPLP, penyusunan rencana teknis, serta pencairan BPM tahap I (70%). Metodologi perencanaan yang diterapkan akan melibatkan kombinasi kegiatan diskusi dalam studio perencanaan, pemilihan lokasi prioritas, tinjauan lapangan, peningkatan kapasitas/pembekalan, dan konsultasi publik dalam proses yang berkesinambungan.

Metode/instrumen perencanaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kreativitas fasilitator perencanaan.

Secara paralel, tahap perencanaan di tingkat kota/kabupaten dimulai dengan meninjau kembali tantangan terkini dan masa depan dari urbanisasi dan krisis lingkungan/ekologis akibat pembangunan yang dialami kota/kabupaten, penajaman RP2KPKP, konsolidasi dengan RPLP hasil penajaman, konsolidasi hasil penajaman RP2KPKP dengan dokumen perencanaan lain di tingkat kota/kabupaten sebagai upaya untuk kolaborasi sumber daya dan sumber pendanaan, serta rangkaian konsultasi publik yang berkesinambungan.

Tahap ini merupakan salah satu tahapan kunci yang menghasilkan inovasi dalam penanganan kumuh untuk mewujudkan permukiman perkotaan layak huni, inklusif, produktif, berketahanan, dan berkelanjutan. Oleh karenanya, perlu ada penyesuaian proses perencanaan dari proses yang biasa diterapkan. Metodologi, instrumen perencanaan, keterampilan konsultan pendamping dan fasilitator, dan siapa saja yang terlibat dalam perencanaan menentukan kemungkinan terciptanya inovasi. Kolaborasi multi-pihak, multi- disiplin, dan multi-sektor, juga mendukung terciptanya inovasi. Peningkatan kapasitas selama proses perencanaan akan dilakukan untuk memperkuat, antara lain, isu-isu sosial dan lingkungan, penyertaan pengelolaan sosial dan lingkungan, gender dan inklusi sosial, serta pengelolaan risiko bencana.

RPLP harus terkonsolidasi dengan RP2KPKP dengan indikator sebagai berikut:

a. Luas Kumuh. Luas kumuh di RPLP sama dengan luas kumuh yang ada di SK kumuh Walikota/Bupati yang tercantum dalam RP2KPKP;

b. Database Permukiman RPLP dan RP2KPKP menggunakan data baseline permukiman yang sama;

c. Delineasi Kumuh Lokasi permukiman kumuh kelurahan/desa termuat dalam peta sebaran kumuh dalam RP2KPKP, dan sebaliknya, delineasi kawasan kumuh kota tercantum dalam RPLP;

(40)

d. Roadmap Penanganan Kumuh dan skenario penanganan pengurangan kumuh di dokumen RPLP selaras dengan rencana skenario penanganan kumuh di RP2KPKP;

e. Rencana Investasi serta kolaborasi rencana investasi dan kegiatan penanganan kumuh di RPLP dan RP2KPKP selaras. Rencana investasi penanganan kumuh di RPLP memuat rencana yang berkolaborasi dengan pemda dan beragam pihak;

f. Peta dan Data Keterpaduan Penanganan Kumuh Peta dan data keterpaduan rencana penanganan kumuh tercantum dalam RPLP dan RP2KPKP. Keterpaduan penanganan kumuh bukan hanya antara kelurahan/desa dengan kota/kabupaten, namun juga antar kelurahan/desa berdekatan dan/atau yang mempunyai isu penanganan yang sama.

4.3 Tahap Pelaksanaan dan Keberlanjutan

Tahap pelaksanaan akan dilaksanakan setelah pencairan BPM tahap I (70%) dicairkan ke rekening BKM/LKM. Tahap pelaksanaan terdiri dari tahap persiapan konstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi. Sedangkan tahap keberlanjutan, yang terdiri dari kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan, peningkatan kesiapsiagaan, pemantauan, evaluasi, dan pengelolaan pengetahuan. Berdasarkan pembelajaran yang diperoleh dari pengembangan inovasi penanganan kumuh di lokasi percontohan, para pelaku Program KOTAKU diharapkan untuk mengembangkan kegiatan tersebut dengan mereplikasi/mengadopsi/mengadaptasi, dan berkolaborasi.

Gambaran umum keterkaitan tahapan kegiatan KOTAKU-DFAT di tingkat kota/kabupaten dan kelurahan/desa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

(41)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 27

Gambar 2. Tahapan Kegiatan KOTAKU-DFAT

Rincian tahapan kegiatan dapat dilihat dalam Tabel di Lampiran 1

(42)
(43)

BAB V

ORGANISASI & TATA PERAN

(44)

5.1 Organisasi Pelaksana

Organisasi pelaksana kegiatan Program KOTAKU-DFAT adalah sama dan mengikuti mekanisme yang ada pada KOTAKU. Kegiatan Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KOTAKU. Oleh sebab itu pengelolaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian dari pengelolaan program KOTAKU yang telah diatur dalam Pedoman Umum KOTAKU yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Organisasi penyelenggaraan yang diuraikan di sini adalah organisasi penyelenggaraan KOTAKU yang fokus pada kegiatan Program KOTAKU-DFAT dan secara struktur oganisasi berada di bawah kendali PMU Program Management Unit (PMU) NSUP, NUSP-2, dan NSUP- CERC. Struktur organisasi pelaksana Program KOTAKU-DFAT merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan struktur organisasi KOTAKU secara keseluruhan, dengan penambahan personil yang dibutuhkan di tingkat nasional sampai tingkat kelurahan/desa.

Dalam penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya menugaskan Program Management Unit (PMU) NSUP, NUSP-2, dan NSUP-CERC. PMU melalui PPK Pembinaan Manajemen II menugaskan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Wilayah II dan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) / Oversight Service Provider (OSP) dengan dukungan dari Konsultan Manajemen Teknis untuk melaksanakan manajemen proyek secara menyeluruh.

Secara rinci hubungan kerja antar unsur pelaksana proyek dari tingkat pusat sampai dengan tingkat masyarakat dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

(45)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 31

Gambar 3. Organisasi Pelaksana KOTAKU

5.2 Tata Peran Pelaku a. Tingkat Nasional

Penanggung jawab pengelolaan kegiatan Program KOTAKU-DFAT adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang bertindak sebagai lembaga penyelenggara program (executing agency). Untuk melaksanakan program tersebut agar dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan terciptanya kolaborasi dengan program lain, serta untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai dalam rangka pencapaian tujuan kegiatan, telah dibentuk Program Management Unit (PMU) NSUP, NUSP-2 dan NSUP-CERC.

1. Program Management Unit (PMU)

Program Management Unit adalah sebuah unit kerja yang dibentuk berdasarkan Keputusan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor:

GARIS KOLABORASI

DAN KOORDINASI GARIS PELAKSANAAN GARIS DUKUNGAN PROGRAM

Tingkat Pusat

Tingkat Provinsi

Tingkat Kab/Kota

Tingkat Kel/Desa

Garis Pengendalian Garis Koordinasi KPP

KSM

Relawan BKM/LKM

Kelurahan/Desa

Tim Fasilitator Kecamatan

Pokja PKP Kab/Kota Tim Korkot

PEMKOT/KAB

Pokja PKP Provinsi Balai/PIU CK Provinsi KMW/KMT PEMPROV

KMP/NMC PIU CK Pusat

PIU ATR/

BPN

Tim Evaluasi Tim Advisory

CCMU PMU

Dit. PKP Pokja PKP

Nasional

Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR Tim Pengarah Pokja PKP

Nasional

(46)

975/KPTS/M/2019 tanggal 17 Oktober 2019 tentang Pembentukan Organisasi Pelaksana Kegiatan NSUP, NUSP-2 dan NSUP-CERC.

PMU dalam penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT memiliki kewenangan sebagai berikut:

a) Menyusun kebijakan penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT.

b) Memastikan penyusunan rencana pelaksanaan, pembinaan teknis, dan sinkronisasi program dan strategi keberlanjutan program Program KOTAKU-DFAT.

c) Melakukan koordinasi dengan Bappenas, Kementerian Keuangan, ATR/BPN berkaitan dengan pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

d) Memastikan peningkatan kapasitas pelaku untuk membuka ruang inovasi dalam pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

e) Menyusun kebijakan tentang rekrutmen penambahan personil pendamping dan fasilitator.

f) Memfasilitasi seleksi lokasi pilot Program KOTAKU-DFAT.

g) Melakukan koordinasi dan fasilitasi pengembangan kemitraan dengan berbagai pihak dan membuka akses kepada berbagai sumberdaya untuk kelancaran inovasi dalam kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

h) Melakukan sosialisasi tingkat pusat dan daerah.

i) Melakukan pembinaan kelembagaan berkaitan dengan kegiatan Program KOTAKU- DFAT.

j) Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.

k) Membantu menyelesaikan Pengelolaan Informasi dan Masalah.

2. Project Implementation Unit (PIU)

Project Implementation Unit berperan membantu pelaksanaan tugas PMU dalam pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai berikut:

a) Melaksanakan kegiatan Program KOTAKU-DFAT sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.

b) Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pengelolaan pengetahuan.

c) Memastikan tersusunnya POS dan modul-modul Pelatihan.

d) Melakukan pengumpulan serta pengolahan data, pelaporan, dan informasi pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

(47)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 33

e) Menyampaikan informasi yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

f) Melakukan penanganan pengaduan dari pihak manapun yang berkaitan dengan Program KOTAKU-DFAT.

g) Melakukan pengawasan dan pengendalian atas pelaksanaan tugas KMP dan KMW/OSP.

b. Tingkat Provinsi

Pelaksana di tingkat provinsi ditunjuk PIU Provinsi/Balai PPW dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Melaksanakan kegiatan teknis dan administratif untuk pelaksanaan Program KOTAKU- DFAT.

2. Menyalurkan dan mengadministrasikan dana Program KOTAKU-DFAT.

3. Melakukan rekrutmen tim koordinator kota dan tim fasilitator.

4. Melakukan pembayaran gaji dan BOP tim korkot dan fasilitator.

5. Melaksanakan sosialisasi dan koordinasi tingkat provinsi.

6. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

7. Mengelola tata pelaporan pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

8. Mempertanggungjawabkan seluruh pengeluaran dana sesuai ketentuan yang berlaku.

9. Menindak lanjuti berbagai pengaduan terkait kegiatan Program KOTAKU-DFAT sampai proses hukum/ke tangan penegak hukum dengan tetap mengutamakan penyelesaian secara kekeluargaan.

c. Tingkat Kabupaten/Kota

Pelaku utama kegiatan Program KOTAKU-DFAT di tingkat kabupaten/kota adalah pemerintah kabupaten/kota dan Pokja PKP Kabupaten/Kota. Tugas masing-masing pelaku tingkat kota/kabupaten adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten/Kota, dalam hal ini Bupati/Walikota sebagai penanggung jawab pelaksanaan program/kegiatan di kabupaten/kota:

a) mengoordinasikan penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT di wilayah kerjanya;

b) membina dan mengendalikan kegiatan Program KOTAKU-DFAT di wilayah kerjanya;

c) mengkoordinasikan keterpaduan program dan penganggaran (APBD); dan

(48)

d) melakukan konsolidasi perencanaan, pendanaan, dan pendataan dari tingkat kabupaten/kota.

2. Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP) Kabupaten/Kota a) Melaksanakan penajaman dokumen Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) dan konsolidasi hasil penajaman dengan RPLP;

b) memastikan keterlibatan aktif dinas dan lembaga yang berurusan dengan perumahan dan Permukiman, terutama berkaitan dengan air minum, air limbah, sampah, lingkungan hidup, kebencanaan (termasuk wabah), inklusi, termasuk penyandang disabilitas;

c) menambah keberagaman sektor dan disiplin di dalam keanggotaannya, untuk mendukung terbangunnya inovasi di tingkat kota/kabupaten dan masyarakat;

d) memastikan kolaborasi berjalan efektif serta memediasi penanganan masalah antar sektor/lembaga/tingkatan pemerintahan dan dengan komunitas (termasuk fasilitator dan Tim Korkot) yang bersangkutan;

e) memfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan di tingkat kota/kabupaten dengan tingkat komunitas dan mengkoordinasikan keterpaduan program pencapaian target kegiatan Program KOTAKU-DFAT;

f) menyampaikan surat persetujuan RPLP;

g) memastikan keterpaduan program dan penganggaran (APBD) untuk kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman dengan program KOTAKU- DFAT;

h) mengoordinasikan pemantauan pelaksanaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dalam program KOTAKU-DFAT; dan

i) mengoordinasikan, menyiapkan, melaksanakan, memantau, mndokumentasikan, dan melaporkan hal-hal terkait pengelolaan dampak lingkungan dan sosial;

j) memfasilitasi sosialisasi tingkat kota/kabupaten selama pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT.

k) memantau dan mengendalikan pelaksanaan program KOTAKU-DFAT di tingkat kabupaten/kota dibantu oleh Tim Korkot.

l) memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul atas kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

(49)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 35

d. Tingkat Kecamatan

Perangkat daerah kecamatan sebagai pelaksana teknis kewilayahan yang dipimpin oleh camat merupakan pemegang peran utama di tingkat kecamatan. Berikut ini tugas camat dalam program ini adalah:

a) mengkoordinasikan penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT di wilayah kerjanya;

b) memastikan Renstra Kecamatan memuat rencana penanganan permukiman, terutama permukiman kumuh, serta melengkapi Renstra Kecamatan dengan hasil penajaman RPLP;

c) melakukan sinkronisasi target terkait perumahan dan permukiman layak huni dalam Renstra Kecamatan dengan RPJM Kabupaten/kota;

d) berkoordinasi dengan Pokja PKP dan perangkat desa/lurah yang ada di wilayah kerjanya;

e) bertanggung jawab atas pengelolaan lingkungan dan sosial di wilayah kerjanya;

f) membina penyelenggaraan Program KOTAKU-DFAT di wilayah kerjanya; dan g) melakukan pembinaan kepada pemerintahan kelurahan/desa dan BKM/LKM.

h) memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul atas kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

e. Tingkat Kelurahan/Desa

Di tingkat kelurahan/desa, unsur utama pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT adalah Lurah/Kepala Desa dan perangkatnya, BKM/LKM, UPL, TIPP, dan KSM/Panitia dengan peran dan tugas masing-masing unsur sbb:

1. Lurah/Kepala Desa

Secara umum peran utama lurah/ kepala desa adalah memberikan dukungan dan jaminan agar pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT di wilayah kerjanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga tujuan yang diharapkan melalui Program KOTAKU-DFAT dapat tercapai dengan baik. Untuk itu, lurah/ kepala desa dapat mengerahkan perangkat kelurahan atau desa sesuai dengan fungsi masing- masing.

Lurah/kepala desa bekerja bersama BKM/LKM dalam penyelenggaraan kegiatan Program KOTAKU-DFAT di wilayahnya.

(50)

Tugas dan tanggung jawab lurah/kepala desa dalam pelaksanaan Program KOTAKU- DFAT, antara lain adalah sebagai berikut:

a) Memfasilitasi keterlibatan aktif lembaga tingkat kelurahan/ desa yang berurusan dengan perumahan dan permukiman, terutama berkaitan dengan air minum, air limbah, sampah, lingkungan hidup, kebencanaan (termasuk wabah), inklusi, termasuk penyandang disabilitas;

b) Memfasilitasi sosialisasi tingkat kelurahan/desa;

c) Memfasilitasi terselenggaranya pertemuan pengurus RT/RW dan masyarakat dengan Korkot/Askot Mandiri/Tim Fasilitator, dan relawan masyarakat dalam upaya penyebarluasan informasi dan pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT;

d) Memfasilitasi koordinasi dan sinkronisasi rencana dan kegiatan yang terkait dengan pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT dengan rencana kegiatan pembangunan tingkat kelurahan/desa;

e) Berkoordinasi dengan Tim Fasilitator, relawan masyarakat dan BKM/LKM, memfasilitasi penyelesaian persoalan dan konflik serta penanganan pengaduan yang muncul dalam pelaksanaan Program KOTAKU-DFAT;

f) Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul atas kegiatan Program KOTAKU-DFAT.

2. BKM/LKM

BKM/LKM bekerja bersama dengan Lurah/Kepala Desa dalam penyelenggaraan kegiatan Program KOTAKU-DFAT di wilayahnya. BKM/LKM dalam pelaksanaan Program KOTAKU- DFAT mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Melaksanakan penajaman dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dan berbagai instrumen/dokumen turunannya serta mengkonsolidasi hasil penajaman RPLP dengan RP2KPKP;

b) Bekerja sama aktif dengan Lurah/Kades untuk membangun kolaborasi dengan lembaga tingkat kelurahan/ desa yang berurusan dengan perumahan dan permukiman, terutama berkaitan dengan air minum, air limbah, sampah, lingkungan hidup, kebencanaan (termasuk wabah), inklusi, termasuk penyandang disabilitas;

c) Membangun kondisi yang kondusif dalam menumbuhkan inovasi untuk perumahan dan permukiman layak huni;

(51)

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS) PENYELENGGARAAN PROGRAM KOTAKU-DFAT 37

d) Menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti akademisi, LSM/OMS dengan berbagai bidang keahlian, berbagai dinas pemerintahan, sektor swasta, dsb, untuk mendukung pengembangan inovasi;

e) Menjamin keterlibatan semua pihak dan lapisan masyarakat dalam proses pemgambilan keputusan yang partisipatif, transparan, demokratis, dan inklusif;

f) Melaksanakan pencairan dana kepada KSM/Panitia;

g) Membuat Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan (SPPD-L) dengan KSM/

Panitia selaku pelaksana kegiatan Program KOTAKU-DFAT; dan

h) Memfasilitasi penyelesaian permasalahan yang mungkin muncul ditingkat kelurahan, termasuk memberikan sanksi/peringatan kepada KSM/Panitia atas pelanggaran pemanfaatan dana dan atau pelanggaran atas ketentuan-ketentuan dalam SPPD-L;

i) Memastikan investasi yang akan dibangun adalah kegiatan inovatif yang berkontribusi pada berkurangnya luasan kumuh melalui pilot tematik penataan lingkungan permukiman yang inovatif.

3. Unit Pengelola Lingkungan (UPL)

Unit Pengelola Lingkungan (UPL) unit pelaksana yang dibentuk oleh BKM/LKM berperan mengkoordinasikan seluruh kegiatan sebagai berikut:

a) Memfasilitasi pembentukan Organisasi Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP);

b) Menyelenggarakan Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (MP2K) bagi semua tim pelaksana (KSM/ Panitia) termasuk praktek lapangan;

c) Memverifikasi administrasi pencairan/pemanfaatan dana kepada KSM/ Panitia;

d) Memfasilitasi, mengawasi dan mengkoordinir seluruh pelaksanaan kegiatan KSM/

Panitia termasuk memberikan penguatan teknik konstruksi maupun administrasi kegiatan;

e) Menyelenggarakan rapat-rapat evaluasi rutin bersama KSM/ Panitia untuk mengevaluasi kemajuan pelaksanaan kegiatan dan mendorong upaya-upaya percepatan penyelesaiaan kegiatan lapangan;

f) Bersama Tim Fasilitator, terutama Faskel Teknik dan KSM/ Panitia melakukan cek opname pekerjaan di lapangan;

g) Memfasilitasi penyusunan dan memverifikasi laporan-laporan Kegiatan KSM/ Panitia (Mingguan, Bulanan, LPJ, termasuk foto dokumentasi) dan melaporkannya kepada BKM/LKM;

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulannya adalah disiplin belajar dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh siswa di sekolah sebagai penataan tindakan agar mempunyai

Yang perlu disadari oleh semua pihak yang bekerja dalam lapangan konflik bahwa sekalipun sebuah aksi telah dibicarakan secara bersama dengan semua pihak tetapi

Berdasarkan hasil penghalusan pola difraksi sinar-x pada sampel tersebut menunjukkan bahwa perubahan jumlah fraksi massa masing-masing fasa relatif tidak signifikan

Tabel 9 menunjukkan variabel yang signifikan berpengaruh di wilayah Puskesmas Ujung Loe dengan uji bivariat diuji kembali dengan uji regresi linier berganda maka diketahui faktor

Pada dasarnya, ketika suatu gelombang datang melewati dasar dengan kedalaman berbeda, perambatan gelombang tersebut akan terpecah menjadi dua bagian, yaitu gelombang transmisi

Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas sehingga dapat menilai status ibu dan bayinya, untuk melaksanakan skreening yang komprehensif mendeteksi masalah,

Laki-laki 41 tahun dengan keluhan kejang parsial sederhana pada kaki kanan sejak 2015, frekuensi 10x/bulan, disertai kelemahan pada kaki kanan sejak 3 bulan yang lalu

Data dan informasi hasil kegiatan RPK dan Konsolidasi data kumuh dianalisa melalui tahapan kajian kebijakan dan rencana kota untuk penanganan kumuh, pada tahapan ini