i
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, yang telah memberikan kenikmatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan buku ajar ini. Buku ajar ini digunakan oleh penulis sebagai bahan mengajar mata kuliah Kalkulus II. Materi yang terdapat pada buku ajar ini ditujukan bagi mahasiswa S1 Jurusan Teknik Elektro, Teknik Informatika, dan Teknik Industri yang sedang mengikuti kuliah kalkulus II pada Program Perkuliahan Dasar Umum di STT Telkom.
Buku ajar ini terdiri dari lima bab, yaitu : Persamaan Diferensial Biasa, Fungsi Dua Peubah, Fungsi Vektor, Integral Lipat, serta Integral Garis dan Integral Permukaan.
Semua materi tersebut merupakan bahan kuliah yang sesuai dengan kurikulum silabus yang berlaku di STT Telkom.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak atas segala bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
Mudah-mudahan buku ajar kuliah ini dapat memberikan manfaat bagi para mahasiswa yang ingin mempelajari materi kuliah terkait. Akhirnya, penulis mohon maaf jika dalam tulisan ini masih banyak kekurangan, sumbangan ide dan kritik yang membangun untuk perbaikan buku ajar ini sangat penulis harapkan.
Bandung, Juni 2001
Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ….……… i
DAFTAR ISI ……….………. ii
BAB I Persamaan Diferensial Biasa ……….. . 1
1.1 Persamaan Diferensial Orde satu ………... …. 1
1.2 Trayektori Ortogonal ……… 3
1.3 Persamaan Diferensial Orde Dua ……… 5
1.3.1 Persamaan Diferensial Orde Dua Homogen …..……….. 5
1.3.2 Persamaan Diferensial Orde Dua Tak Homogen ………. 6
BAB II Fungsi Dua Peubah ……….. 10
2.1 Bentuk Permukaan di Ruang ..………. 10
2.2 Domain dan Kurva Ketinggian Fungsi Dua Peubah ……….…. 13
2.3 Turunan Parsial ……… 15
2.4 Vektor Gradien,Turunan Berarah dan Bidang Singgung ………. 17
2.5 Bidang Singgung ………. 18
2.6 Nilai Ekstrim ………. ………. 19
BAB III Fungsi Vektor .. ……….…. 22
3.1 Daerah Definisi dan Grafik ……… 22
3.2 Limit, kekontinuan dan Turunan Parsial ……..………. 24
3.3 Kinematika Pertikel ………. 24
3.4 Kelengkungan ………. 25
BAB IV Integral Lipat ………. ……… 28
4.1 Integral Lipat Dua ………. 28
4.1.1 Integral Lipat Dua pada Koordinat Kartesius ……….. 29
4.1.2 Integral Lipat Dua pada Koordinat kutub (Polar) ……….… 32
4.2 Integral Lipat Tiga ...……… 34
4.2.1 Integral Lipat Tiga dengan Koordinat Kartesius ….……… 34
4.2.2 Integral Lipat Tiga dengan Koordinat Tabung dan Bola …..……….. 35
BAB V Integral Garis dan Integral Permukaan ………..…………. 39
iii
5.1 Integral Garis ………39
5.2 Integral Garis Bebas Lintasan ……….…………. 42
5.3 Teorema Green ……….….. 44
5.4 Integral Permukaan ……….. 45
5.5 Teorema Divergensi dan Sokes ….……….. 47
DAFTAR PUSTAKA ……….. .50
1 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
BAB I
PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA
Persamaan Diferensial adalah suatu persamaan yang mengandung satu atau beberapa turunan dari peubah tak bebasnya. Jika persamaan diferensial tersebut mengandung peubah tak bebas yang hanya bergantung pada satu peubah bebasnya maka persamaan diferensial tersebut dinamakan persamaan diferensial biasa. Sedangkan jika peubah bebasnya lebih dari satu dinamakan persamaan diferensial parsial. Orde suatu persamaan diferensial adalah turunan tertinggi pada persamaan diferensial tersebut.
Contoh Persamaan Diferensial Biasa : 1. +2sinx=0
dx
dy , persamaan diferensial orde satu dimana y sebagai peubah tak bebas dan x merupakan peubah bebas.
2. 1 0
dt 2dr dt
r d
2 2
= +
+ , persamaan diferensial orde dua dimana r sebagai peubah tak bebas dan t merupakan peubah bebas.
Notasi persamaan diferensial bisa dalam beberapa bentuk, antara lain notasi pada contoh kedua, selain diatas dapat pula ditulis sebagai berikut :
r ” + 2r’ +1 = 0 atau rtt + 2rt + 1 = 0
Persamaan diferensial dikatakan linear, apabila persamaan diferensial tersebut mempunyai peubah tak bebas maupun turunannya bersifat linear.
Definisi solusi suatu persamaan diferensial :
Misal ada suatu persamaan diferensial dimana y sebagai peubah tak bebas yang bergantung pada peubah bebas x.
Suatu fungsi f(x) disubstitusikan untuk y dalam persamaan diferensial, persamaan yang dihasilkan merupakan suatu kesamaan untuk setiap x dalam suatu selang, maka f(x) dinamakan solusi persamaan diferensial tersebut.
Contoh :
Diketahui persamaan diferensial y’ + 2 sinx = 0
f(x) = 2 cos x + C merupakan solusi persamaan diferensial diatas,
dimana C adalah konstanta yang bergantung pada syarat awal persamaan diferensial tersebut.
1.1 Persamaan Diferensial Orde Satu
Bentuk umum persamaan diferensial orde satu adalah:
) (
) (
y g
x f dxdy =
Beberapa metode untuk menyelesaikan persamaan diferensial orde satu, antara lain : a. Peubah Terpisah
Bentuk umum :
) (
) (
y g
x f
dxdy = atau
) (
) (
x f
y g dxdy =
Cara penyelesaian dengan integral biasa dari kedua ruas di bawah ini :
2 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
∫
g(y)dy=∫
f(x)dxContoh :
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial
x y dx dy
= + 1
Penyelesaian :
) 1 (
) 1 ln(
ln 1 1
x C y
C x y
x dx y dy x
y dx dy
+
=
⇒
+ +
=
⇒
= + + ⇒
=
b. Faktor Integrasi
Bentuk umum merupakan persamaan diferensial linear, yaitu : y’ + p(x) y = q(x)
Solusi persamaan diferensial diatas adalah :
C dx x q x x u
y=u(1)
∫
( ) ( ) + dimana u(x)=e∫p(x)dx Bukti :Kalikan persamaan diferensial (*) dengan u(x) sehingga menjadi : u(x) y’ + u(x) p(x) y = u(x) q(x)
u(x) y’ + u’(x) y - [ u’(x) y - u(x) p(x) y ] = u(x) q(x)
Ambil u’(x) y - u(x) p(x) y = 0 (**)
Sehingga u(x) y’ + u’(x) y = u(x) q(x) [ u(x) y ]’ = u(x) q(x)
u x q xdx C x
y=u(1)
∫
( ) ( ) +Dari (**) kita mempunyai u’(x) y - u(x) p(x) y = 0
Dengan metode peubah terpisah diperoleh : u(x)=e∫p(x)dx ΘΘΘ Contoh :
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial 12
x x y dx dy + =
Penyelesaian :
p(x) = 1/x u(x) = dx x
x =
∫
1exp ) ln 1 ( 1
1
2 x C
dx x x x
y= x
∫
= +f(x, y) adalah fungsi homogen jika f(kx, ky) = kn f(x, y), untuk k ∈ skalar riil dan n merupakan orde dari fungsi tersebut.
Beberapa persamaan diferensial orde satu tak linear yang dapat ditulis
) , ( T
) , ( S
y x
y x
dxdy = , dimana S, T merupakan fungsi homogen berderajat sama maka solusi persamaan diferensial dapat dicari dengan menggunakan metode substitusi sehingga menjadi bentuk persamaan diferensial
3 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
dengan peubah terpisah. Misal, kita dapat mensubstitusi peubah tak bebas y dengan ux, yaitu : y = ux dimana u = u(x), sehingga y’ = u’x + u.
Contoh :
Tentukan Solusi umum dari persamaan diferensial
x y x dx
dy +
=
Penyelesaian :
Misal y = ux, dimana u = u(x) Oleh karena itu y’ = u’ x + u
Dengan mensubstitusi pada persamaan diferensial di atas ke persamaan diferensial, di peroleh :
x ux u x
x
u +
= ' +
u'x +u =1+u
u x C
u =x1 ⇒ = ln + '
Maka y = x lnx + cx
1.2 Trayektori Ortogonal
Salah satu aplikasi dari persamaan diferensial orde satu adlaah menentukan trayektori ortogonal dari suatu fungsi persamaan. Trayektori ortogonal dari suatu keluarga kurva adalah keluarga kurva yang memotong tegak lurus keluarga kurva tersebut.
Langkah-langkah menetikan trayektori ortogonal dari suatu keluarga kurva f(x,y)= C, sebagai berikut :
Turunkan f(x,y) = C secara implisit terhadap x, Misal Df(x,y)
Jika turunan pertama mengandung C (parameter) maka substitusikan C(x,y) dari persamaan awal.
Trayektori Ortogonal akan memenuhi persamaan diferensial berikut :
) , (
1 y x Df dx
dy =− ,
artinya solusi persamaan diferensial diatas merupakan trayektori ortogonal dari persamaan f(x,y)= C
Contoh :
Tentukan trayektori ortogonal dari keluarga kurva x2 + y2 = C Penyelesaian :
Turunan implisit dari fungsi di atas adalah : 2x + 2y y‘ = 0 Sehingga Df(x,y) =
y
− x
Trayektori ortogonal akan memenuhi persamaan diferensial :
) , (
1 y x Df dx
dy =−
x y dxdy =
Trayektori ortogonalnya adalah y = Cx
4 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
Latihan
Tentukan solusi umum dari persamaan diferensial orde satu berikut : 1. 1 y2
dx dy = +
2. 2
2
2 3
x y xy x dx
dy + +
=
3. y x
dx
dy +2 =6
4. 2
2 1
cos y
x y dx dy
= +
5. y x ex
dx
xdy −2 = 3
6. 0
2
2 − =
− y
x x y dx dy
Tentukan solusi khusus dari persamaan diferensial orde satu berikut : 7. 3y x4
dx
xdy − = ; y (1) = 4
8.
( )
e ydx ex dy + x +
1 ; y (0) = 1
Tentukan trayektori ortogonal dari fungsi berikut : 9. y=Ce−2x
10. x2 − y2 =C
11. y =Cx2
12. x2 + (y−c)2 =C2
5 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
1.3 Persamaan Diferesial Orde Dua
Bentuk umum persamaan diferensial orde dua : y” + a y’ + b y = f(x)
Jika f(x) = 0 maka persamaan diferensial diatas disebut persamaan diferensial homogen, sedangkan jika f(x) ≠ 0 maka dinamakan persamaan diferensial tak homogen.
1.3.1 Persamaan Diferensial Orde Dua Homogen
Misalkan ada dua fungsi f(x) dan g(x), dikatakan bebas linier pada interval I, jika persamaan yang merupakan kombinasi linier dari keduanya, yaitu : m f(x) + n g(x)
= 0 untuk setiap x ∈ I hanya dipenuhi oleh m = n = 0. Jika tidak demikian maka kedua fungsi tersebut dikatakan bergantung linier. Andai fungsi yang diberikan yaitu f(x) dan g(x) terdiferensialkan untuk setiap x ∈ ℜ. Maka Wronskian dari f(x) dan g(x) didefinisikan sebagai berikut :
W (f( x ) , g ( x )) f( x ) g ( x ) f' ( x ) g ' ( x )
=
Keterkaitan antara kebebasan linier dan wronskian dari dua fungsi tersebut dapat dikatakan sebagai berikut : Dua fungsi f(x) dan g(x) dikatakan bebas linier pada I jika dan hanya jika wronskian dari kedua fungsi tersebut tidak sama dengan nol, untuk suatu x ∈ I.
Misal u1 dan u2 adalah solusi persamaan diferensial orde dua dan wronskian (determinan wrosnki) dari keduanya didefinisikan oleh :
W (u1, u2)=
'
' 2
1 2 1
u u
u u
Jika W ≠ 0 maka u1 dan u2 saling bebas linear artinya u1 dan u2 merupakan basis solusi, sehingga kombinasi linear dari u1 dan u2 , yaitu y = c1u1 + c2u2 juga merupakan solusi dari persamaan diferensial orde dua.
Misal u(x)=erx solusi persamaan diferensial orde dua maka dengan mensubstitusikan pada persamaan diperoleh : erx(r2+ar+b)=0
Oleh karena erx≠0 maka r2 + ar + b = 0 (dinamakan persamaan karakteristik)
Solusi umum dari persamaan diferensial orde dua homogen bergantung pada akar persamaan karakteristik.
Tiga kemungkinan solusi umum persamaan diferensial orde dua :
Persamaan karakteristik mempunyai 2 akar riil yang berbeda (r1 dan r2) maka solusi umumnya berbentuk :
x r x
r ce
e c x
y( )= 1 1 + 2 2
Persamaan karakteristik mempunyai 2 akar riil kembar (r1 = r2 = r) maka solusi umumnya berbentuk :
rx rx c xe e
c x
y( )= 1 + 2
Persamaan karakteristik mempunyai 2 akar kompleks (r = p ± qi) maka solusi umumnya berbentuk :
(c qx c qx)
e x
y( )= px 1sin + 2cos
Tunjukan (sebagai latihan) bahwa untuk setiap kasus, wronskian ≠ 0.
Contoh :
6 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut : a. y” + y’ – 2y = 0
b. y” + 4y‘ + 4y = 0 c. y” + 9y = 0 Penyelesaian :
a. Persamaan karakteristik yang sesuai adalah r2 + r – 2 = 0
(r – 1) (r + 2) = 0
mempunyai dua akar real berbeda, yaitu : 1 dan -2 Sehingga solusi umumnya : y(x)=c1ex +c2e−2x
b. Persamaan karakteristik yang sesuai adalah r2 + 4r + 4 = 0
(r – 2) 2 = 0
mempunyai dua akar real kembar, yaitu : 2 Sehingga solusi umumnya : y(x)=c1e2x+c2xe2x
c. Persamaan karakteristik yang sesuai adalah r2 + 9 = 0
r2 = – 9 r = 3 i
mempunyai akar kompleks, yaitu : 3i
Sehingga solusi umumnya : y(x)=c1sin3x+c2cos3x
1.3.2 Persamaan Diferensial Orde Dua Tak Homogen Bentuk umum persamaan diferensial orde dua :
y” + a y’ + b y = f(x)
Solusi umum dari persamaan diferensial orde dua tak homogen adalah y = yh + yp, dimana yh merupakan solusi homogen dan yp solusi pelengkap.
Solusi homogen diperoleh dari persamaan diferensial orde dua homogen (ambil f(x) = 0), sedangkan untuk menentukan solusi pelengkap ada dua metode, yaitu :
• Koefisien Tak Tentu
• Variasi Parameter Metode Koefisien Tak Tentu
Metode ini sangat berguna manakala fungsi f(x) berupa polinom, eksponensial sinus, dan cosinus. Metode ini bisa dikatakan metode coba-coba, untuk memudahkan perhatikan tabel berikut :
) (x
f yp
Cxn bnxn + ….+ b1x + b0
Ceax Aeax
Cxeax Aeax + Bxeax
Csin ax A sin ax + Bcos ax Bcos ax A sin ax + Bcos ax Ket : C, B, A, a, b0 , b1 , …, bn adalah konstanta riil.
Aturan 1 : Jika f(x) merupakan fungsi seperti pada kolom pertama, pilih yp dari kolom kedua yang bersesuaian (terletak pada baris yang sama)
7 KALKULUS II
ADIWIJAYA
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELKOM
Aturan 2 : Jika f(x) sama dengan salah satu dari solusi homogen maka kalikan yp
dengan x atau dengan x2 jika f(x) sama dengan salah satu dari solusi homogen yang berasal dari dua akar kembar.
Aturan 3 : Jika f(x) penjumlahan dari fungsi dalam kolom satu maka pilih yp sebagai penjumlahan dari baris-baris yang bersesuaian.
Setelah memilih yp yang diinginkan, dengan mensubstitusikan yp tersebut pada persamaan diferensial, kita berusaha menetukan koefisien yang yp. sehingga diperoleh solusi umum dari persamaan diferensial tersebut yaitu penjumlahan dari solusi homogen (yh) dengan solusi pelengkap (yp).
Contoh :
Tentukan solusi umum persamaan diferensial berikut :
x sin 2 y dx 4 3 dy dx
y d
2 2
=
−
−
Penyelesaian :
Kita mempunyai solusi umum homogen
x x
h ce c e
y = 1 − + 2 4
Untuk menentukan solusi pelengkap, kita pilih : yp = Asinx + B cosx
Substitusikan ke persamaan diferensial, sehingga diperoleh : (– A + 3B – 4A) sinx + (– B – 3A – 4B) cosx = 2 sinx Maka ada dua persamaan yaitu :
– 5A + 3B = 2 – 5B – 3A = 0
Oleh karena itu A = – 5/17 dan B = 3/17
Solusi umum dari persamaan diferensial diatas adalah : x
x e
c e c x
y x x cos
17 sin 3 17 ) 5
( = 1 − + 2 4 − +
Metode Variasi Parameter
Metode ini lebih umum dari metode sebelumnya, artinya jika kondisi persamaan diferensial seperti di atas, metode ini dapat digunakan dalam menentukan solusinya.
Jika f(x) tidak sama dengan fungsi-fungsi pada kolom pertama tabel maupun penjumlahannya, bisa berupa perkalian atau pembagian dari fungsi-fungsi tersebut, kondisi ini mendorong kita untuk menggunakan metode variasi parameter.
Solusi pelengkap dari persamaan diferensial dengan menggunakan metode variasi parameter adalah :
yp = v1u1 + v2u2
dimana u1, u2 merupakan solusi homogen yang bebas linear, sedangkan
[
uu u u]
dxx f
v1=
∫
1−u22'−(2)1' dan[
uu u u]
dxx f
v2 =
∫
1u21'−(2)1'Bukti :
Misal yp = v1u1 + v2u2 solusi persamaan diferensial.
Substitusikan sehingga diperoleh:
v1’u1’ + v2’u2’ + v1u1” + v2u2” + a (v1’u1 + v2’u2 + v1u1’+ v2u2’)
+ b(v1u1+ v2u2)= f(x)