• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN DUREN SAWIT, JAKARTA TIMUR"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN DUREN

SAWIT, JAKARTA TIMUR

Kasriman

Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

ABSTRACT

The aims of this study are to find out about the phenomena in evaluation of physical education learning programs which in principle is not to prove but to repair the State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta, as well as to determine the level of success and absorption of students who achieved from educational learning program physical at State Elementary Schools at District Duren Sawit, East Jakarta. Evaluation research program is housed at State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta. Evaluative study is an evaluation of the program by using the case study method.

The results showed that the evaluation of learning programs for physical education in State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta. Evaluation of the context that seeks to describe the physical education learning programs related to the foundation and existence educational program of the State Elementary Schools in District Duren Sawit, East Jakarta interpretation scored 4.07 and has high assessment criteria. Evaluation inputs that seeks to describe the planning of physical education learning programs in State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta interpretation scored by 3.63 and has high assessment criteria. Evaluation of the learning programs of physical education in State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta interpretation scored at 3.76 and has high assessment criteria. Evaluation of the results of physical education learning program in State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta interpretation scored at 3.51 and has high assessment criteria. This means that the evaluation of physical education learning programs in State Elementary Schools at District of Duren Sawit, East Jakarta that include context, input, process, and product already well underway with the problem is still a lack of teachers with a background in physical education.

Keywords: Physical Education, Learning, Elementary Schools

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah utama dalam pendidikan jasmani di Indonesia, hingga saat ini adalah belum efektifnya pengajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah. Kondisi kualitas pengajaran pendidikan jasmani yang memprihatinkan di sekolah dasar, sekolah lanjutan dan

(2)

bahkan perguruan tinggi telah dikemukakan dan ditelaah dalam berbagai forum oleh beberapa pengamat pendidikan jasmani dan olahraga. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya ialah terbatasnya kemampuan guru pendidikan jasmani dan terbatasnya sumber-sumber yang digunakan untuk mendukung proses pengajaran pendidikan jasmani.

(Samsudin, 2008: 11)

Mata pelajaran pendidikan jasmani yang mempunyai alokasi waktu 2 jam pelajaran per minggu, dimana satu jam pelajaran berkisar antar 30 – 40 menit. Alokasi waktu tersebut sangat jelas akan mempengaruhi tujuan dari pendidikan jasmani, sehingga proses pembelajaran tidak dapat mencapai tujuan pendidikan jasmani yang sebenarnya dan tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi perkembangan anak. Sekolah-sekolah cenderung memberikan alokasi wkatu yang sangat banyak pada mata pelajaran-mata pelajaran tertentu. Pada Sekolah Dasar, hal ini sangat bertolakbelakang dengan perkembangan anak. Kurangnya waktu bagi anak sekolah dasar untuk memenuhi hasrat bergeraknya mengakibatkan permasalahan dalam proses pembelajaran mata pelajaran, ketika anak berkeinginan untuk bergerak di dalam kelas yang sedang berlangsung proses pembelajaran, maka anak tidak dapat menahan hasrat bergerak itu yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak terarah.

Hal ini merupakan suatu kenyataan yang menjadi tantangan bagi para guru sekolah dasar untuk dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi anak seusia sekolah dasar.

Guru pendidikan jasmani sekolah dasar harus mengetahui dan mengerti karekteristik pertumbuhan dan perkembangan anak sekolah dasar itu sendiri, kemudian mengerti dan mengetahui strategi pembelajaran yang tepat bagi anak seusia itu. Hal tersebut merupakan nilai tambah, sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Seksi Dinas Pendidikan Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, di wilayah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur terdapat 123 Sekolah Dasar baik Negeri maupun Swasta. Sebagai gambaran saja, dari 123 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Duren Sawit, guru pendidikan jasmani yang memiliki latar belakang pendidikan olah raga hanya 36 orang guru yang tersebar di 36 sekolah. Hal ini berarti hanya 29% saja sekolah dasar yang diajar oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan guru olah raga. Dengan kata lain, masih ada 87 sekolah dasar yang siswanya diajar pendidikan jasmani oleh guru honorer bahkan guru kelas. Dari 87 sekolah dasar tersebut, 62 sekolah berstatus sekolah negeri.

Jumlah guru pendidikan jasmani di sekolah dasar yang masih kurang pada gilirannya melahirkan ketidakmampuan mereka dalam melaksanakan tugasnya secara profesional.

Mereka belum berhasil melaksanakan misinya untuk mendidik siswa secara sistematik melalui program pendidikan jasmani yang semestinya dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan anak secara menyeluruh baik fisik, mental, maupun intelektual. Hal ini amat terasa pada guru pendidikan jasmani di sekolah dasar, karena mereka pada umumnya adalah guru kelas yang secara formal tidak mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam mengelola pendidikan jasmani.

Rendahnya mutu hasil pembelajaran pendidikan jasmani juga dapat dilihat dari keluhan masyarakat olahraga yang mengindikasikan bahwa mutu bibit olahragawan usia dini dari sekolah-sekolah sangat rendah. Keluhan ini dapat dikaitkan dengan dua hal. Pertama, para

(3)

calon atlet kita rata-rata mengandung kelemahan dalam hal kemampuan motoriknya, dari mulai kecepatan, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, dan kesadaran ruangnya; kedua, para calon atlet kita memiliki kekurangan dalam hal kemampuan fisik (kebugaran jasmani), terutama dalam hal daya tahan umum, kekuatan, kelenturan, power, dan daya tahan otot lokal.

Belum lagi jika ukuran kinerja atau efektivitas proses belajar mengajar Penjas tersebut dinilai dari aspek lain yang seharusnya terintegrasi dalam Penjas. Misalnya kualitas proses yang seharusnya dapat terlihat dari Penjas yang baik, seperti bagaimana guru menerapkan model pengembangan disiplin, pengajaran yang bernuansa DAP (Developmentally Appropriate Practice = praktik pengembangan yang disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik), kesadaran guru dalam mengembangkan bukan hanya aspek fisik dan motorik, tetapi aspek kognitif dan afektif (mental sosial serta moral anak), yang dipercayai oleh para ahli dapat mengembangkan nilai-nilai dan karakter positif pada diri anak.

Pembelajaran pendidikan jasmani telah dipandang sebagai pendidikan olahraga, suatu proses pendidikan kedalam olahraga. Kini, pembelajaran dalam pendidikan jasmani telah diyakini sebagai pendidikan teknik-teknik kecabangan olahraga. Namun demikian, pada saat yang bersamaan pendidikan jasmani di sekolah telah pula dimaknai sebagai pendidikan nilai, suatu upaya pendidikan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam kegiatan olahraga.

Pembelajaran pendidikan jasmani telah diarahkan pada upaya upaya promosi sekolah melalui jalur prestasi olahraga. Secara tradisional, pendidikan jasmani adalah pendidikan olahraga, yang lebih mudah dimaknai sebagai proses pendidikan kedalam olahraga. Para guru olahraga, yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan (Penjasorkes) lebih mengarahkan pada pelaksanaan pembelajaran teknik-teknik dasar kecabangan olahraga.

Pembelajaran pendidikan jasmani yang mengarah pada pembelajaran olahraga itu pun tidak ditopang oleh ketersediaan sarana dan prasarana serta peralatan pembelajaran yang memadai. Banyak lingkungan olahraga di sekolah dibatasi infrastruktur bangunan sekolah yang mengitari lapangan olahraga, tempat pembelajaran pendidikan jasmani ataukah itu pendidikan olahraga, sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran mengganggu pembelajaran matapelajaran lain yang dilakukan. Lingkungan sekolah tidak tersedia sarana bangunan indoor olahraga, sehingga pembelajaran pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga tidak dapat berjalan efisien dan efektif.

Banyaknya masalah dan hambatan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani tersebut pada dasarnya berakar pada guru sebagai pemegang kendali dalam proses pembelajaran.

Guru pendidikan jasmani yang memiliki kemampuan merancang pembelajarannya baik tentunya akan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran. Dalam membuat suatu perencanaan, seorang guru akan merencanakan materi apa yang akan diberikan, metode apa yang akan digunakan, media apa yang akan digunakan, juga evaluasi apa yang akan diterapkan. Sehingga dengan perencanaan pembelajaran yang baik akan tergambar dengan jelas proses pembelajaran dan evaluasi yang akan dilaksanakan.

Dari latar belakang masalah di atas dan dari pengamatan peneliti terhadap pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur, ternyata menurut pengamatan peneliti belum berjalan seperti yang diharapkan. Banyaknya guru

(4)

pendidikan jasmani yang bukan lulusan guru olah raga menyebabkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seringkali tidak sesuai dengan pembelajaran pendidikan jasmani sebagaimana mestinya. Oleh karena itu perlu diupayakan adanya evaluasi program pembelajaran pendidikan jasmani yang selama ini sedang berjalan di sekolah-sekolah dasar di lingkungan Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

2. Permasalahan Penelitian

Permasalahan pada penelitian ini menitiberatkan pada evaluasi program dari model CIPP yang meliputi context, input, process, dan product sebagai berikut: 1) Dari sudut Konteks meliputi; a) Bagaimana kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? b) Bagaimana tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang menjadi prioritas pencapaian pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? c) Bagaimana tujuan pengembangan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? d) Bagaimana tujuan-tujuan yang paling mudah dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? e) Bagaimana tujuan-tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang benar-benar sangat diinginkan siswa pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? 2) Dari sudut Input meliputi; a) Bagaimanakah pembuatan RPP sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? b) Bagaimanakah SDM yang ada sesuai dengan beban program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? c) Bagaimanakah kelengkapan sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? d) Bagaimanakah perencanaan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? e) Bagaimanakah persiapan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur

? f) Bagaimanakah waktu yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? g) Bagaimanakah pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? h) Bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? 3) Dari sudut Proses meliputi; a) Bagaimanakah kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan jadwal yang ada pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? b) Bagaimanakah pelaksana pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan RPP pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? c) Bagaimanakah penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? d) Bagaimanakah penggunaan metode pembelajaran sesuai dengan perencanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? e) Bagaimanakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan

(5)

Duren Sawit Jakarta Timur ? f) Bagaimanakah hambatan yang ditemui pada saat pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ? 4) Dari sudut Produk meliputi; a) Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah dicapai meliputi apasaja ? b) Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani ? c) Apakah ada prestasi olahraga yang dicapai sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ?

B. DESKRIPSI KONSEP

Pada dasarnya pendidikan jasmani dan olahraga (penjasor) merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Penjasor adalah proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan melalui aktivitas jasmani yang disusun secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Istilah penjasor mengandung dua makna, pertama, pendidikan untuk jasmani, kedua, pendidikan melalui aktivitas jasmani. (Wuest dan Bucher, 2006: 125) Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Zeigler (2009: 68) yang mengatakan bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani lebih fokus pada pengembangan fisik dan keterampilan siswa, dengan memakai sarana cabang-cabang olahraga untuk mencapai tujuan penjas. Fungsi olahraga sebagai salah satu sarana yang dipakai untuk melaksanakan proses penjasor. Selain itu, olahraga berfungsi sebagai sarana untuk (1) penyaluran emosi, (2) penguatan identitas, (3) kontrol sosial, (4) sosialisasi, (5) agen perubahan, (6) penyaluran kata hati, dan (7) mencapai keberhasilan. (Wuest dan Bucher, 2006: 248-249) Dengan demikian penjasor merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani dan olahraga sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan secara umum. Seperti dikatakan oleh Hardman dan Green (2005: 397) yang mengatakan bahwa pendidikan jasmani sebagai bagian dari kurikulum sekolah dengan mengembangkan kompetensi siswa secara fisik, rasa percaya diri, dan kemampuannya untuk menggunakan keterampilan di berbagai kegiatan.

Penjasor memberikan kontribusi yang baik bagi kehidupan manusia, kontribusinya terhadap organ biologik, psikomotorik, afektif, dan kognitif pelakunya. Selain itu, penjasor mampu mengembangkan pola hidup yang sehat dan aman, serta memiliki peran penting dalam mempengaruhi pola aktivitas dan kesehatan individu maupun masyarakat. (Whitehead, 2001: 8) Sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara umum, maka hendaknya penjasor dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain dan olahraga yang dilakukan secara sistematis. Dari pengalaman belajar tersebut akan membina dan membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat, yang pada akhirnya melalui penjasor diharapkan siswa akan memiliki pemahaman tentang (1) dirinya dan orang lain untuk terus mengembangkan diri dan berhubungan dengan orang lain, (2) nilai-nilai sosial dan keterampilan agar efektif dalam partisipasi, (3) budaya dan mampu menilai, (4) peran dan terampil berkomunikasi, (5) dunia sekitar dan cara beradaptasi, serta (6) peran keindahan dalam kehidupan dan mampu mengekspresikannya melalui aktivitas jasmani dan olahraga. (Wuest dan Bucher, 2006: 62- 63)

Menurut Leonard II (1998: 91) nilai-nilai yang terkandung dalam partisipasi olahraga antara lain dapat membangun watak, mengajarkan disiplln, mempersiapkan seseorang untuk kehidupan yang kompetitif, mengembangkan moral dan kemasyarakatan yang baik, dan

(6)

menanamkan sifat-sifat kepribadian. Dengan demikian kedua proses sosial pada aktivitas olahraga saling mendukung dan berkaitan satu dengan yang lain, sehingga materi olahraga perlu dan wajib diajarkan di sekolah sejak SD sampai SMU/SMK bahkan Perguruan Tinggi.

Melalui penjasor dapat sebagai sarana untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas secara fisik.

Tujuan pendidikan jasmani melalui kegiatan olahraga merupakan bagian integral dari seluruh proses pendidikan, yaitu sebagai upaya yang mendasar untuk mengembangkan fisik, mental, emosi, dan kesehatan sosial warga negara melalui media aktivitas fisik yang telah dipilih. (Singer dan Dick, 2001: 13) Selanjutnya, Annarino, Cowell, Hazelton (2000: 60-64) menyatakan bahwa tujuan penjasor adalah meningkatkan semua siswa menjadi lebih sehat, berguna, dan berperan sebagai anggota masyarakat. Terbukti bahwa melalui aktivitas jasmani akan meningkatkan kemampuan organ tubuh, neuromuskuler, mengembangkan sikap pribadi sosial dan penyesuaiannya, kemampuan penafsiran dan intelektual, serta pengendalian emosi pelakunya. Dengan demikian secara mendasar tujuan olahraga di sekolah melalui penjasor mencakup seluruh aspek kepribadian siswa, yaitu aspek jasmani, rohani, makhluk sosial, dan aspek sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari kurikulum di sekolah dasar (SD) yang menekankan pada usaha memacu, meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental, emosional, dan sosial siswa. Oleh karena itu program pendidikan jasmani wajib diikuti oleh semua siswa, mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI, diberikan dengan waktu dua jam per minggu yang terdiri dari kegiatan wajib dan kegiatan pilihan.

Perencanaan dalam arti umum dapat diartikan sebagai penyusunan langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. (Majid, 2005: 15) Rencana Pembelajaran adalah serangkaian strategi yang disusun secara maju, berkelanjutan dan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran khususnya yang telah ditetapkan. (Suherman, 2001: 127)

Perencanaan pembelajaran menurut Majid (2005: 17) diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan pendekatan dan metode pengajaran serta penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Pengajaran harus direncanakan untuk mempermudah proses belajar mengajar agar lebih bermakna. Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pengajarannya berhasil.

Salah satu faktor yang bisa membawa keberhasilan itu, ialah guru tersebut senantiasa membuat perencanaan mengajar sebelumnya. Guru juga harus menyadari bahwa tujuan pengajaran adalah untuk membentuk kepribadian peserta didik dengan cara membekalinya dengan seperangkat materi pengajaran.

Hal ini menunjukkan bahwa guru harus mempersiapkan perangkat yang harus dilaksanakan dalam merencanakan program. Majid (2005: 21) mengemukakan bahwa perangkat yang harus dipersiapkan dalam perencanaan pembelajaran antara lain; a) memahami kurikulum, b) menguasai bahan ajar, c) menyusun program pengajaran, d) melaksanakan program pengajaran, dan e) menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu program. Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134) bahwa evaluasi mempunyai satu tujuan utama

(7)

yaitu untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu program. Guru adalah orang yang paling penting statusnya dalam kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut.

Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari program pengajaran.

Dalam melakukan evaluasi program, hal-hal yang dievaluasi adalah sebagai berikut; a) Input. Siswa adalah subjek yang menerima pelajaran. Ada siswa pandai, kurang pandai, dan tidak pandai. Setiap siswa mempunyai bakat intelektual, emosional, social yang berbeda.

Oleh karena itu dalam pembuatan program pengajaran hendaknya guru juga perlu memperhatikan aspek-aspek individu tersebut. Secara umum, hal-hal yang ada pada siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. b) Materi atau kurikulum. Di Indonesia, kurikulum berlaku secara nasional karena kita menganut system sentralisasi. Meskipun penyusunan dan pengembangan kurikulum sekolah sudah dilakukan secara cermat dan melibatkan banyak pihak, namun tidak mustahil bahwa di lapangan masih juga dijumpai kelemahan dan hambatan. Wilayah Indonesia yang sedemikian luas mengandung keragaman yang tidak sedikit. Itulah sebabnya guru perlu dibekali dengan kemampuan untuk melakukan evaluasi program, termasuk mengevaluasi materi kurikulum. Sasaran yang perlu dievaluasi dari komponen kurikulum ini antara lain, kejelasan pedoman untuk dipahami, kejelasan materi yang tercantum dalam GBPP, urutan penyajian materi, kesesuaian antara sumber yang disarankan dengan materi kurikulum dan sebagainya. c) Guru. Guru merupakan komponen penting dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah orang yang diberi kepercayaan untuk meciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Guru adalah manusia biasa yang mempunyai banyak keterbatasan. oleh karena itu untuk menutupi kelemahan guru perlu dilakukan pembinaan dan penataran dalmrangka melaksanakan pembelajaran. d) Metode atau pendekatan dalam mengajar. Berbeda dengan evaluasi terhadap kurikulum, evaluasi terhadap metode mengajar merupakan kegiatan guru untuk meninjau kembali tentang metode mengajar, pendekatan, atau strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi kurikulum kepada siswa. Metode mengajar adalah cara-cara atau teknik yang digunakan dalam mengajar. Sedangkan strategi pembelajaran menunjuk kepada bagaimana guru mengatur waktu pemenggalan penyajian, pemilihan metoda, pemilihan pendekatan dan sebagainya. e) Sarana. Komponen lain yang perlu dievaluasi oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar adalah sarana pendidikan, yanga meliputi alat pelajaran dan media pendidikan. Sebelum guru memulai kegiatan mengajar, bahkan sebelum atau sekurang-kurangnya pada waktu menyusun rencana mengajar, guru telah memilih alat yang kira-kira dapat membantu melancarkan dan memperjelas konsep yang diajarkan. Selain guru, mungkin siswa juga dapat dijadikan titik tolak dalam menentukan apakah sarana yang digunakan di dalam kegiatan belajar mengajar sudah tepat. Mungkin saja pada waktu menentukan alat pelajaran guru berpikir bahwa pilihannya sudah tepat. Tetapi ternyata di dalam praktek pelaksanaan pengajaran, alat tersebut ternyata kurang atau sama sekali tidak

(8)

tepat. Proses pengajarannya tidak menjadi semakin lancar, tetapi mungkin bahkan kacau balau. Apabila guru menjumpai dalam mengajar atau ketidak berhasilan siswa dengan nilai rendah-rendah, ia dapat mecoba mengadakan evaluasi terhadap sarana yang digunakan.

Sasaran evaluasi yang berkenaan antara lain kelengkapannya, ragam jenisnya, modelnya, kemudahannya untuk digunakan, mudah dan sukarnya diperoleh, kecocokan dengan materi yang diajarkan, jumlah persediaan dibandingkan dengan banyaknya siswa yang memerlukan.

f) Lingkungan Ada dua macam lingkungan, yaitu lingkungan manusia dan lingkungan bukan manusia. Yang dapat digolongkan sebagai lingkungan masukan lingkungan manusia bukan hanya bukan hanya kepala sekolah, guru-guru, dan pegawai tata usaha di sekolah itu, tetapi siapa saja yang dengan atau tidak sengaja berpengaruh terhadap tingkat hasil belajar siswa.

Sedangkan yang dimaksudkan dengan lingkungan bukan manusia adalah segala hal yang berada di lingkungan siswa yang secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Yang termasuk kategori lingkungan bukan manusia misalnya suasana sekolah, halaman sekolah, keadaan gedung dan sarana lain. Pengaruh lingkungan bukan manusia dapat positif maupun negative. Tatanan perabot kelas yang rapi dapat berpengaruh terhadap kesejukan suasana sehingga siswa dapat belajar dengan tenteram. Sebaliknya suasana yang gaduh di luar kelas dapat mengganggu konsentrasi siswa dan menyebabkan siswa tidak dapat seperti yang diharapkan.

Ada beberapa kajian dan penelitian yang berhubungan dengan evaluasi program pembelajaran pendidikan jasmani diantaranya adalah:

Penelitian yang dilakukan oleh Setia Yunus Saputra pada tahun 2013, dengan judul

―Evaluasi Program Pembelajaran Pendidikan Jasmani Kelas VIII Semester Gasal Tahun Ajaran 2012/2013 di SMP Negeri Kota Malang dengan Pendekatan Evaluasi Model CIPP‖.

Tatang Mukhtar yang meneliti pada tahun 2012 tentang ―Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berbasis Nilai Sportivitas Bagi Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Sumedang‖.

―Evaluasi Program Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Pada Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Di SMP Negeri di Kota Banda Aceh Tahun 2011‖, oleh Yeni Marlina.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen evaluasi program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang meliputi context, input, process, dan product. Penelitian evaluasi program ini bertempat di Sekolah Dasar Negeri yang berada di wilayah Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mendeskripsikan dan menilai hasil program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur.

Penelitian evaluatif ini merupakan evaluasi program dengan mengunakan metode studi kasus (case studies).

Dalam evaluasi ini akan dilakukan penggalian data secara intensif kemudian dianalisa dengan cermat pada tiap-tiap tahapan. Tahapan penelitian evaluasi program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur mengacu pada alur model CIPP (Context, Inputs, Process, Product) dari Daniel L.

Stufflebeam.

(9)

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuisioner, wawancara, observasi, sedangkan dokumentasi berupa arsip yang digunakan sebagai data pendukung atau data sekunder.

D. HASIL PENELITIAN

Secara umum gambaran program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sebagai berikut:

1. Konteks (Context)

Evaluasi konteks yang berupaya untuk mendeskripsikan program pembelajaran pendidikan jasmani yang berhubungan dengan landasan dan keberadaan program pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 4,07 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi konteks yang meliputi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang menjadi prioritas pencapaian, tujuan pengembangan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, tujuan-tujuan yang paling mudah dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dan tujuan-tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang benar-benar sangat diinginkan siswa telah berjalan dengan baik.

Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur adalah kebutuhan guru dengan latar belakang pendidikan S1 pendidikan jasmani memiliki perolehan angka penafsiran sebesar 4,10 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur adalah kebutuhan guru dengan latar belakang pendidikan S1 pendidikan jasmani dikarenakan lulusan S1 pendidikan jasmani kebanyakan ditempatkan pada sekolah menengah. Hal ini membutuhkan kebijakan dari Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta dalam menempatkan para guru disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri adalah membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal baik secara fisik, motorik, mental dan sosial dengan angka penafsiran sebesar 3,91 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Hal ini berarti tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Durensawit adalah membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal baik secara fisik, motorik, mental dan sosial yang terjabar dalam gerak dasar fundamentalis, walaupun pada kenyataannya berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa sekolah yang lebih memprioritaskan siswa memiliki prestasi olehraga guna mengangkat nama baik sekolah.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur perolehan angka penafsiran sebesar 4,02 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang meliputi tujuan yang menjadi prioritas dalam program pembelajaran

(10)

pendidikan jasmani, manfaat tujuan yang menjadi prioritas, dan sekolah yang memiliki tujuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan termasuk dalam kondisi baik.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang paling mudah dilaksanakan adalah pertumbuhan dan perkembangan siswa baik fisik maupun motorik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,95 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang paling mudah dilaksanakan adalah pertumbuhan dan perkembangan siswa baik fisik maupun motorik, dan tujuan tersebut selalu ditekankan pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang dibutuhkan siswa adalah penggabungan antara fisik, motorik, mental, dan sosial dan diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan perolehan angka penafsiran sebesar 4,03 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang dibutuhkan siswa adalah penggabungan antara fisik, motorik, mental, dan sosial dan sudah diimplementasikan dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Masukan (Input)

Evaluasi masukan yang berupaya untuk mendeskripsikan perencanaan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,63 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi masukan yang meliputi pembuatan RPP sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, SDM yang ada sesuai dengan beban program pembelajaran pendidikan jasmani, kelengkapan sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani, perencanaan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, persiapan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, waktu yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani, pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, pengembangan materi pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur telah berjalan dengan baik.

Pembuatan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,42 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah sudah mencukupi dengan angka penafsiran sebesar 2,90 dan memiliki kriteria penilaian sedang.

Hal ini berarti guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur belum mencukupi.

3. Proses (Process)

(11)

Evaluasi proses program pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,76 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi proses yang meliputi kesesuaian dengan jadwal, kesesuaian dengan RPP, penggunaan media, penggunaan metode, pelaksanaan evaluasi, dan hambatan yang ditemui sudah berjalan dengan baik.

Kesesuaian dengan jadwal dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,16 dan memiliki kriteria penilaian sedang.

Penafsiran sedang dikarenakan adanya jenis pernyataan negatif yang mengakibatkan penilaian menjadi kecil, sejatinya pelaksanaan kesesuaian dengan jadwal sudah memiliki penilaian yang sangat tinggi.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani diberi kebebasan untuk mengembangkan materi pembelajaran dengan angka penafsiran sebesar 4,38 dan memiliki kriteria penilaian sangat tinggi. Kesesuaian dengan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan sangat baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 4,36 dan memiliki kriteria penilaian sangat tinggi.

Guru dalam menggunakan media pembelajaran hanya menggantungkan pada ketersediaan sekolah saja dengan angka penafsiran sebesar 4,00 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani mampu memanfaatkan fasilitas di sekolah sebagai media pembelajaran dengan angka penafsiran sebesar 3,39 dan memiliki kriteria penilaian sedang.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dengan angka penafsiran sebesar 3,96 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,91 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan RPP dengan angka penafsiran sebesar 3,98 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode yang bervariasi dengan angka penafsiran sebesar 4,08 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode yang membuat siswa aktif dengan angka penafsiran sebesar 3,74 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Penggunaan metode pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,93 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani melaksanakan evaluasi pembelajaran setiap kali selesai kegiatan dengan angka penafsiran sebesar 2,43 dan memiliki kriteria penilaian rendah. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah di antaranya adalah kurangnya sarana

(12)

olahraga di sekolah dengan angka penafsiran sebesar 4,05 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

4. Hasil (Product)

Evaluasi hasil program pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,51 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi hasil yang meliputi kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah tercapai, hasil belajar pendidikan jasmani, dan prestasi olahraga siswa telah berjalan dengan baik. Walaupun untuk prestasi olahraga siswa masih rendah, akan tetapi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih utama adalah tercapainya tingkat kebugaran pada diri siswa sehingga dapat menjadi bekal dalam menjalani aktivitas belajarnya.

Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dengan angka penafsiran sebesar 3,98 dan memiliki kriteria penilaian sangat tinggi. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah tercapai adalah tingkat kebugaran para siswa dengan angka penafsiran sebesar 4,06 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani sudah tinggi sesuai dengan angka penafsiran sebesar 3,48 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Prestasi olahraga siswa yang bersekolah di SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur termasuk sangat rendah sesuai dengan angka penafsiran sebesar 2,51 dan memiliki kriteria penilaian rendah.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahas-an pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

a. Konteks (Context)

Evaluasi konteks yang berupaya untuk mendeskripsikan program pembelajaran pendidikan jasmani yang berhubungan dengan landasan dan keberadaan program pendidikan Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 4,07 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Dengan demikian, evaluasi konteks yang meliputi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang menjadi prioritas pencapaian, tujuan pengembangan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, tujuan-tujuan yang paling mudah dilaksanakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, dan tujuan-tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani yang benar- benar sangat diinginkan siswa telah berjalan dengan baik.

Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur adalah kebutuhan guru dengan latar belakang pendidikan S1 pendidikan jasmani memiliki perolehan angka penafsiran sebesar 4,10 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan

(13)

demikian, kebutuhan yang belum terpenuhi dalam pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur adalah kebutuhan guru dengan latar belakang pendidikan S1 pendidikan jasmani dikarenakan lulusan S1 pendidikan jasmani kebanyakan ditempatkan pada sekolah menengah. Hal ini membutuhkan kebijakan dari Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta dalam menempatkan para guru disesuaikan dengan kebutuhan setiap sekolah.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri adalah membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal baik secara fisik, motorik, mental dan sosial dengan angka penafsiran sebesar 3,91 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Hal ini berarti tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Durensawit adalah membantu para siswa untuk dapat menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan secara optimal baik secara fisik, motorik, mental dan sosial yang terjabar dalam gerak dasar fundamentalis, walaupun pada kenyataannya berdasarkan hasil observasi masih ada beberapa sekolah yang lebih memprioritaskan siswa memiliki prestasi olehraga guna mengangkat nama baik sekolah.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur perolehan angka penafsiran sebesar 4,02 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang meliputi tujuan yang menjadi prioritas dalam program pembelajaran pendidikan jasmani, manfaat tujuan yang menjadi prioritas, dan sekolah yang memiliki tujuan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan termasuk dalam kondisi baik.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang paling mudah dilaksanakan adalah pertumbuhan dan perkembangan siswa baik fisik maupun motorik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,95 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang paling mudah dilaksanakan adalah pertumbuhan dan perkembangan siswa baik fisik maupun motorik, dan tujuan tersebut selalu ditekankan pada setiap pembelajaran pendidikan jasmani.

Tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang dibutuhkan siswa adalah penggabungan antara fisik, motorik, mental, dan sosial dan diimplementasikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dengan perolehan angka penafsiran sebesar 4,03 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, tujuan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur yang dibutuhkan siswa adalah penggabungan antara fisik, motorik, mental, dan sosial dan sudah diimplementasikan dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani.

(14)

b. Masukan (Input)

Evaluasi masukan yang berupaya untuk mendeskripsikan perencanaan program pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,63 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi masukan yang meliputi pembuatan RPP sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, SDM yang ada sesuai dengan beban program pembelajaran pendidikan jasmani, kelengkapan sarana dan prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani, perencanaan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, persiapan media pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, waktu yang tepat dalam pembelajaran pendidikan jasmani, pemilihan materi pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, pengembangan materi pembelajaran pendidikan jasmani pada Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur telah berjalan dengan baik.

Pembuatan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,42 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah sudah mencukupi dengan angka penafsiran sebesar 2,90 dan memiliki kriteria penilaian sedang. Hal ini berarti guru yang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur belum mencukupi.

c. Proses (Process)

Evaluasi proses program pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,76 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi proses yang meliputi kesesuaian dengan jadwal, kesesuaian dengan RPP, penggunaan media, penggunaan metode, pelaksanaan evaluasi, dan hambatan yang ditemui sudah berjalan dengan baik.

Kesesuaian dengan jadwal dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,16 dan memiliki kriteria penilaian sedang. Penafsiran sedang dikarenakan adanya jenis pernyataan negatif yang mengakibatkan penilaian menjadi kecil, sejatinya pelaksanaan kesesuaian dengan jadwal sudah memiliki penilaian yang sangat tinggi.

Guru dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan jasmani diberi kebebasan untuk mengembangkan materi pembelajaran dengan angka penafsiran sebesar 4,38 dan memiliki kriteria penilaian sangat tinggi. Kesesuaian dengan RPP dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan sangat baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 4,36 dan memiliki kriteria penilaian sangat tinggi.

Guru dalam menggunakan media pembelajaran hanya menggantungkan pada ketersediaan sekolah saja dengan angka penafsiran sebesar 4,00 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani mampu

(15)

memanfaatkan fasilitas di sekolah sebagai media pembelajaran dengan angka penafsiran sebesar 3,39 dan memiliki kriteria penilaian sedang.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dengan angka penafsiran sebesar 3,96 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Penggunaan media pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,91 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode pembelajaran sesuai dengan RPP dengan angka penafsiran sebesar 3,98 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode yang bervariasi dengan angka penafsiran sebesar 4,08 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani menggunakan metode yang membuat siswa aktif dengan angka penafsiran sebesar 3,74 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Penggunaan metode pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani pada SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta Timur sudah berjalan dengan baik dengan perolehan angka penafsiran sebesar 3,93 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Guru dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani melaksanakan evaluasi pembelajaran setiap kali selesai kegiatan dengan angka penafsiran sebesar 2,43 dan memiliki kriteria penilaian rendah. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah di antaranya adalah kurangnya sarana olahraga di sekolah dengan angka penafsiran sebesar 4,05 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

d. Hasil (Product)

Evaluasi hasil program pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur memperoleh angka penafsiran sebesar 3,51 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Dengan demikian, evaluasi hasil yang meliputi kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran, tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah tercapai, hasil belajar pendidikan jasmani, dan prestasi olahraga siswa telah berjalan dengan baik. Walaupun untuk prestasi olahraga siswa masih rendah, akan tetapi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang lebih utama adalah tercapainya tingkat kebugaran pada diri siswa sehingga dapat menjadi bekal dalam menjalani aktivitas belajarnya.

Guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani dengan angka penafsiran sebesar 3,98 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah tercapai adalah tingkat kebugaran para siswa dengan angka penafsiran sebesar 4,06 dan memiliki kriteria penilaian tinggi.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran pendidikan jasmani sudah tinggi sesuai dengan angka penafsiran sebesar 3,48 dan memiliki kriteria penilaian tinggi. Prestasi olahraga siswa yang bersekolah di SD Negeri di Kecamatan Durensawit Jakarta

(16)

Timur termasuk sangat rendah sesuai dengan angka penafsiran sebesar 2,51 dan memiliki kriteria penilaian rendah.

2. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian evaluasi pogram program pembelajaran pendidikan jasmani Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur ini, maka dapat disarankan beberapa hal berikut ini:

1. Mengingat sumber daya manusia (guru pendidikan jasmani) yang dapat disediakan oleh pemerintah terbatas, sementara itu mutu pendidikan harus ditingkatkan, maka peranan swasta dan partisipasi masyarakat perlu juga ditingkatkan untuk membantu upaya pengembangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan. Upaya untuk mendapatkan bantuan dari masyarakat, pemberian beasiswa, atau model sponsor, perlu juga dikembangkan guna menggali dana dan sumber daya dari masyarakat.

2. Diharapkan kepada stakeholder pendidikan (Kepala Sekolah beserta Dinas Pendidikan Kecamatan dan Kabupaten) menjadikan ini sebagai acuan melakukan monitoring proses pembelajaran Penjas di masa mendatang, agar proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru Penjas benar-benar dilaksanakan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

3. Untuk mengantisipasi pemenuhan kebutuhan guru yang berubah selaras dengan pergeseran struktur demografi ataupun kebutuhan struktur tenaga kerja dan perkembangan iptek, maka upaya untuk membuat sistem pendidikan guru yang lebih fleksibel yang mampu menghadapi tantangan pasang surutnya kebutuhan akan guru pendidikan jasmani yang diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS), sangat diperlukan untuk menekan terjadinya pemborosan. Pengembangan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan (Penjaskes) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Keolahragaan diarahkan untuk menghasilkan calon guru pendidikan jasmani yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang kuat di bidang pendidikan jasmani dan kemampuan metodologi pengajaran, serta mempunyai peluang pasar yang lebih fleksibel dalam menghadapi perkembangan iptek, yang diimplementasikan antara lain dalam bentuk pengembangan kurikulum.

Peningkatan kemampuan bidang studi pendidikan jasmani dilakukan dengan mempertinggi bobot mata kuliah bidang studi, sedangkan peningkatan metodologi pendidikan jasmani dilakukan dengan meningkatkan intensitas kegiatan praktik mengajar. Selain itu kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga lulusannya memiliki fleksibilitas horizontal ataupun vertikal. Fleksibilitas horizontal dengan maksud agar lulusan dapat mengajar lebih dari satu bidang studi dalam satu rumpun. Ada pula pemikiran agar fleksibilitas horizontal ini dapat memberikan kemampuan lain, selain profesi guru.

4. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan guru pendidikan jasmani dilakukan antara lain dengan memberikan kesempatan untuk belajar, baik melalui program pendidikan dan pelatihan yang bergelar ataupun tidak bergelar dalam jangka pendek atau jangka panjang, ataupun melalui program tatap muka dan jarak jauh.

Ini dapat dilakukan dengan mengadakan program penyetaraan, baik yang bersifat tatap muka ataupun dengan cara jarak jauh, serta penataran-penataran singkat

(17)

sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, diharapkan nantinya semua guru pendidikan jasmani Sekolah Dasar (SD) diharapkan minimal berpendidikan serendah-rendahnya diploma dua (D2), guru pendidikan jasmani Sekolah Menengah Pertama (SMP) serendah-rendahnya berpendidikan Diploma Tiga (D3) dan guru pendidikan jasmani SMA/SMK serendah-rendahnya berpendidikan Strata Satu (S1)

5. Dengan meningkatnya jumlah penduduk di perkotaan dan menurunnya jumlah penduduk di pedesaan, maka pendekatan pemetaan sekolah dan kebutuhan guru termasuk guru pendidikan jasmani yang selama ini dipergunakan perlu dirubah.

Perencanaan pendidikan guru termasuk guru pendidikan jasmani diintegrasikan dengan sistem pemetaan pengembangan perkotaan termasuk pemukiman penduduk pada masa mendatang.

6. Perencanaan pendidikan guru pendidikan jasmani pada masa mendatang dituntut tidak hanya berorientasi kepada upaya untuk memberikan kesempatan memperoleh pendidikan, tetapi bagaimana dapat memberikan layanan pendidikan yang bermutu pada masa mendatang.

7. Untuk mengantisifasi permasalahan yang dihadapi guru pendidikan jasmani di era globalisasi agar dapat mengangkat harkat dan martabat profesinya, maka upaya untuk meningkatkan peranan dan pengembangan profesionalisme guru pendidikan jasmani, merupakan upaya yang perlu dilakukan secara bersama-sama baik oleh unsur pemerintah, masyarakat, ataupun individu guru pendidikan jasmani itu sendiri.

8. Guru hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi, menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas, sehingga kualitas pembelajaran yang dilakukannya dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya. Selain itu, guru hendaknya mau membuka diri untuk menerima berbagai bentuk masukan, saran, dan kritikan agar dapat lebih memperbaiki kualitas mengajarnya.

9. Penyediaan fasilitas belajar bisa dilakukan secara mandiri dari sekolah guna mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani. Jadi sekolah tidak hanya bisa menunggu bantuan dari pemerintah, akan tetapi juga berkreasi sendiri menyediakan fasilitas belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Annarino, AA., Cowell, CC., Hazelton, HW. Curriculum Theory and Design in Pliysical Education. London: The C.V. Mosby Company, 2000.

Ansyar, Mohammad. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud, 1989.

Hardman, Kenneth and Green, Ken. Contemporary Issues in Physical Education.

Manchester UK: Sage Publications, 2005

Leonard II, Wilbert Marcellus. A Social Perspective of Sport. Minneapolis Minnesota:

Burgess Publishing Company, 1998.

Majid, Abdul. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005.

Singer, R.N., Dick, W. Teaching Physical Education: A System Approach Boston: Houghton Mifflin Company, 2001.

(18)

Stufflebeam, Daniel L. dan Corin, Chris L.S. Evaluation Theory, Models, & Applications.

San Fransisco: Jossey Bass, 2014.

Stufflebeam, Daniel L., McKee, H., dan McKee, B., ―The CIPP Model for Evaluation‖, Paper Presented at The 2003 Annual Conference of the Oregon Program Evaluation Network (OPEN), Portland, Oregon, tahun 2003.

Stufflebeam, Daniel L. dan Shinkfield, Anthoniy J. Systematic Evaluation Kluwer: Nijhoff Publishing, 2005.

Suherman, Wawan S. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani. Yogyakarta: FIK UNY, 2001.

Whitehead, M. The Concepts of Physical Literacy. The British Journal of Teaching Physical Education, Spring 2001.

Wuest, Deborah A. dan Bucher, Charles A. Foundations of Physical Education and Sport. St.

Louis, Missouri: Mosby-Year Book, Inc., 2006.

Zeigler, Earle F. International and Comparative Physical Education and Sport. Canada:

Trafford, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dengan cara meninjau, membaca dan mempelajari berbagai macam buku, jurnal, dan informasi dari internet yang berhubungan dengan

Pada usia kurang lebih 2 tahun, anak menggunakan istilah yang berkaitan dengan gender seperti "anak laki-laki, anak perempuan, ayah, ibu,", dan cenderung.

Utang luar negeri bagi negara berkembang merupakan variabel yang banyak memiliki dampak terhadap perekonomian suatu negara, baik positif (seperti yang dikemukakan

Sehubungan telah dilaksanakannya Evaluasi terhadap Penawaran Saudara untuk Kegiatan Peningkatan Jalan Nunpo - Seoam , selanjutnya akan dilaksanakan Pembuktian Kualifikasi

Hasil analisi menunjukkan bahwa t hitung > t tabel dimana t hitung = 2,242 dan t tabel = 2,145 yang berarti terdapat perbedaan produktivitas bawang merah sebelum dan

Observasi pelaksanaan pembelajaran meliputi observasi perangkat pembelajaran seperti kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),

Dilakukan studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi mark up penawaran kontraktor dan analisis biaya penawaran dan biaya pelaksanaan untuk mendapatkan besar ban persentase

Pengkajian struktur komunitas makrozoobenthos sering digunakan untuk mengindikasikan kestabilan lingkungan, hal ini disebabkan oleh karena sifatnya yang menetap, mempunyai masa