1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMA Negeri 1 Cawas
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : X/Genap
Materi Pokok : Teks Puisi Alokasi waktu : 1 x Pertemuan
A. Kompetensi Dasar dan Tujuan Pembelajaran
Kompetensi Dasar Tujuan Pembelajaran 4.17 Menulis puisi dengan
memperhatikan unsur pembangunnya (tema, diksi, gaya bahasa, imaji, struktur, perwajahan)
Melalui kegiatan pembelajaran menggunakan model discovery learning dengan pendekatan saintifik, peserta didik dapat menyusun puisi dengan memperhatikan unsur pembangunnya dengan rasa ingin tahu, kerja sama, tanggung jawab, bersikap jujur, percaya diri, dan pantang menyerah selama proses pembelajaran.
B. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Pendahuluan
1. Pendidik membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam.
2. Pendidik mengondisikan kelas.
3. Pendidik mempresensi peserta didik.
4. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran dan garis besar cakupan materi.
5. Pendidik memberikan apersepsi dan motivasi.
15 menit
Kegiatan Inti Pemberian rangsangan (Stimulation)
1. Peserta didik menyimak lagu Beranjak Dewasa – Nadin Amizah
(https://www.youtube.com/watch?v=t17xjn2UD3s) 2. Peserta didik melihat contoh puisi dalam
antologi puisi karya kakak tingkat yang ditunjukkan oleh pendidik.
3. Peserta didik diminta dengan seksama mengamati objek yang menurutnya menarik.
60 menit
Pernyataan/
identifikasi masalah (problem statement)
Peserta didik bertanya kembali berkait dengan unsur-unsur pembangun puisi.
Pengumpulan data (Data Collection)
1. Peserta didik mendiskusikan unsur-unsur pembangun puisi.
2. Peserta didik merumuskan hasil diskusi.
2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu Mengolah data
(data processing)
Peserta didik menentukan unsur-unsur pembangun teks puisi yang akan ditulis.
Pembuktian (verification)
1. Peserta didik secara berpasangan melakukan kegiatan mantai (menulis berantai) teks puisi dengan memperhatikan unsur-unsur
pembangunnya.
2. Peserta didik membaca dan memberikan masukan terhadap teks puisi milik teman.
3. Peserta didik mengulangi aktivitas nomor 1-2 sebanyak 2 kali.
4. Peserta didik merevisi teks puisi yang telah ditulis berdasarkan masukan dari teman.
Menarik kesimpulan (generalization)
Peserta didik bersama pendidik menarik
kesimpulan berkait penulisan teks puisi dengan memerhatikan unsur pembangun puisi.
Penutup
1. Peserta didik diberikan penguatan berkait dengan materi yang dipelajari.
2. Peserta didik bersama pendidik melakukan refleksi pembelajaran dengan jujur.
3. Peserta didik diberikan penjelasan mengenai kegiatan pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
4. Pendidik menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.
15 menit
C. Penilaian
1. Penilaian Sikap
a. Teknik Penilaian : Pengamatan b. Bentuk Instrumen : Jurnal Guru c. Instrumen : (Terlampir) 2. Penilaian Keterampilan
a. Teknik Penilaian : Unjuk Kerja b. Bentuk Instrumen : Uji Kerja c. Rubrik Penilaian : (Terlampir)
Plt. Kepala SMA Negeri 1 Cawas
Suharja, S.Pd., M.Si.
NIP 19710611 199412 1 001
Cawas, 7 Juli 2022 Guru Mata Pelajaran
Septin Gis Ferdiana, S.Pd.
NIP 19920930 202012 1 009
3 LAMPIRAN
A. Materi Pembelajaran
1. Unsur-Unsur Pembangun Puisi a. Tema
Tema adalah ide dasar yang mendasari sebuah tulisan, termasuk puisi.
Tema puisi menjadi inti dari makna atau pesan yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung bermakna konotatif, tetapi tema puisi salah satunya dapat dirunut dengan menggunakan kata-kata kunci dalam puisi tersebut. Tema puisi akan sangat menentukan penyair dalam memilih kata-kata yang digunakan dalam puisinya.
Contohnya, pada puisi berjudul Aku Ingin karya Sapardi Djoko Damono, temanya adalah Cinta. Tema ini dapat dengan mudah ditemukan karena pengulangan kalimat “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana’ sebanyak dua kali. Lalu pada puisi Sajak Anak Muda, temanya adalah pendidikan.
Tema ini dapat ditemukan dari penggunaan kata-kata yang berkaitan dengan ilmu pengethuan seperti ilmu hukum, filsafat, logika; serta istilah pendidikan seperti pendidikan, pengetahuan, sekolah, dan ujian.
b. Diksi (Kata Konotasi dan Lambang)
Dalam menulis puisi, penyair harus dengan cermat memilih kata-kata agar dapat mewakili makna yang hendak disampaikan serta dapat menimbulkan efek estetis (keindahan) yang diinginkan. Kata-kata yang dipilih penyair berdasarkan pertimbangan dari aspek makna, efek pengucapannya, serta dapat mewakili pikiran dan suasana hati penyair. Diksi muncul karena adanya makna kias (kata konotatif/konotasi), lambing (simbol), dan persamaan bunyi atau rima.
Kata konotasi adalah kata yang bermakna tidak sebenarnya. Kata tersebut telah mengalami penambahan-penambahan, baik perdasarkan pengalaman, kesan, maupun imajinasi, dan perasaan penyair.
Kata-kata dalam puisi memang banyak menggunakan kata-kata yang bermakna konotatif. Kata-kata itu merupakan kiasan atau merupakan suatu perbandingan. Pemaknaan terhadap kata-kata konotasi dalam sebuah puisi bisa saja berbeda-beda di antara orang yang satu dengan yang lain. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hal tersebut.
1) Tingkat pemahaman terhadap setiap kata yang ada dalam puisi itu.
Semakin banyak kata yang mudah dipahami, mudah pula dalam memaknainya.
2) Tingkat pengenalan atau pergaulan seseorang dengan puisi. Seseorang yang sering membaca atau bahkan menulis puisi, mudah pula bagi orang itu dalam mengenali watak puisi termasuk isi yang dikandungnya.
3) Pengalaman pribadi. Seseorang yang pernah merasakan ganasnya kehidupan kota, akan lebih mudah dalam memaknai puisi itu daripada orang yang sama sekali belum pernah mengalami atau menyaksikan keadaan itu.
4 Contoh penggunaan kata konotasi:
AKU
Karya: Chairil Anwar
Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang ...
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih perih ...
Larik binatang jalang dari kumpulannya terbuang dapat diartikan orang yang selalu bersikap memberontak dan berada di luar organisasi formal.
Penyair memilih kata ‘binatang jalang’ untuk menggambarkan bahwa ‘aku’
adalah orang yang tidak bisa mengikuti aturan atau norma sosial yang berlaku. Dalam kehidupan nyata orang-orang seperti ini menjadi orang terbuang, tidak diakui keberadaannya. Oleh karena itu, Chairil memilih kata
‘terbuang.’
Lambang atau simbol adalah sesuatu seperti gambar, tanda, ataupun kata yang menyatakan maksud tertentu. Misalnya rantai dan padi kapas dalam gambar Garuda Pancasila yang bermakna perlunya persatuan dan kesatuan bagi seluruh rakyat indonesia, tunas kelapa sebagai lambang Pramuka yang bermakna bahwa anggota pramukan yang diharapkan menjadi generasi yang serba guna bagi agama, nusa, dan bangsa.
Lambang-lambang seperti itu pula sering digunakan penyair dalam puisinya. Hal itu seperti tampak pada puisi “Hujan Bulan Juni”, lambang- lambang yang dimaksud dinyatakan dengan kata ‘hujan’ yanng bermakna kebaikan atau kesuburan dan ‘bunga’ yang bermakna keindahan.
Contoh penggunaan lambang:
Surat kepada Bunda tentang Calon Menantunya Karya: W.S. Rendra
...
Burung dara jantan yang nakal Yang sejak dulu kau piara
Kini terbang dan telah menemui jodohnya
Ia telah meninggalkan kandang yang kau buatkan Dan tiada akan pulang
Buat selama-lamanya ...
Dalam puisi tersebut kata ‘kandang’ menjadi simbol rumah. Penyair memilih kata ‘kandang’ karena kandang merupakan simbol tempat tinggal bagi binatang piaraannya, dan di dalamnya tersedia kebutuhan pangan yang cukup bagi binatang piaraan tersebut. Sama seperti rumah orang tua yang menjadi tempat berlindung bagi anak-anak. Di dalam rumah tersebut anak- anak mendapatkan kasih sayang dan semua yang ia butuhkan.
5 c. Rima
Rima adalah alunan bunyi yang teratur dan berulang-ulang. Rima berfungsi untuk memberi jiwa pada kata-kata dalam sebuah puisi yang pada akhirnya dapat membangkitkan emosi tertentu seperti sedih, kecewa, marah, rindu, dan bahagia. Seperti dalam puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono, yang harus diekspresikan dengan lembut sebagai perwujudan dari rasa kagum dan simpati. Hal itu tampak pada kata-kata pujian yang diungkapkan, yaitu tabah, bijak, dan arif.
Beberapa hal yang diperhatikan dalam pemilihan dan penempatan bunyi.
1) kekuatan bunyi suatu kata yang dipilih mampu memberikan atau membangkitkan tanggapan pada pikiran dan perasaan pembaca atau pendengar;
2) bunyi untuk memperjelas ekspresi;
3) bunyi untuk membangun puisi;
4) bunyi yang dapat membangkitkan asosiasi-asosiasi tertentu.
Perhatikan contoh berikut.
DOA
Karya: Chairil Anwar Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh ...
Tuhanku
Aku hilang bentuk Remuk
...
Dalam puisi di atas, Chairil Anwar dengan cermat memilih kata-kata yang secara bunyi menghasilkan persamaan bunyi. Persamaan bunyi itu membuat puisi tersebut semakin indah ketika dibacakan.
Berdasarkan jenis-jenis rima, pertama dapat dilihat secara vertikal (persamaan bunyi pada akhir baris dalam satu bait). Jenis-jenisnya sebagai berikut.
1) Rima sejajar berpola : a-a-a-a 2) Rima kembar berpola : a-a-b-b 3) Rima berpeluk berpola : a-b-b-a 4) Rima bersilang berpola : a-b-a-b
Kedua dapat dilihat secara horizontal (persamaan bunyi pada setiap kata dalam satu baris), yaitu sebagai berikut.
1) Aliterasi yaitu persamaan bunyi konsonan pada setiap kata dalam satu baris.
2) Asonansi yaitu persamaan vokal pada akhir kata dalam satu baris.
6 d. Majas (Gaya Bahasa)
Majas (figurative language), merupakan bahasa kias yang digunakan untuk menciptakan kesan tertentu bagi pembaca. Bahasa kias mencakup semua jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya, yang bisa berupa kata, frasa, ataupun satuan sintaksis yang lebih luas. Bahasa kias yang dipergunakan dapat berupa perbandingan, pertentangam, perulangan, dan perumpamaan. Berikut jenis-jenis bahasa kias yang sering muncul.
1) Majas perbandingan a) Simile/Perumpamaan
Majas yang membandingkan secara jelas antara dua hal dengan menggunakan kata hubung, misalnya seperti, ibarat, bak, bagai, dan sebagainya. Contoh majas ini adalah sebagai berikut.
Senyummu indah bagaikan bunga-bunga yang bermekaran Kau dan aku laksana kucing dan anjing
b) Metafora
Majas yang langsung membandingkan antara dua hal atau wujud yang hakikatnya berlainan secara implisit. Metapora adalah gaya bahasa perbandingan langsung, membandingkan sesuatu yang dimaksudkan oleh penyair dengan sesuatu yang lain secara langsung, tanpa menggunakan kata pembanding. Contohnya:
Dewi malam menunjukkan sinar cerahnya malam ini Perasaanku sejernih embun pagi
c) Personifikasi
Majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat manusia. Personifikasi merupakan pemberian sifat-sifat manusia pada suatu hal yang merupakan benda mati. Contohnya:
Jendela menjerit ditiup angin Angin disisiku mendengkur
Lonceng memanggil-manggil, pohon-pohon menjadi saksi bisu d) Alegori
Majas yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu secara tidak langsung namun masih saling berkaitan, mirip dengan metafora hanya saja membandingkan secara keseluruhan/utuh. Contoh:
Otak manusia laksana mata pisau, semakin dipakai semakin tajam. Namun, jika dibiarkan saja maka akan menjadi tumpul, mengkarat, dan tidak menyilaukan lagi.
e) Metonimia
Majas yang menggunakan kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Majas yang digunakan untuk menyebutkan satu kata dengan kata lainnya yang masih berhubungan erat, misalnya menggunakan merk atau nama khusus suatu benda sebagai pengganti benda lain.
Contoh:
Sang Merah Putih harus kita pertahankan mati-matian Ibu pergi naik Garuda
f) Sinekdoke
Pars pro toto: penyebutan sebagian mewakili keseluruhan Contoh: Sampai detik ini belum terlihat batang hidup anak itu
7 Totem pro parte : penyebutan keseluruhan untuk sebagian.
Contoh: Indonesia berhasil menjadi juara di Kejuaraan Bulu Tangkis Dunia
2) Majas Pertentangan a) Hiperbola
Majas yang berisi ungkapan yang membesar-besarkan untuk menegaskan makna. Majas ini menggunakan ungkapan yang berlebih-lebihan dari kenyataan yang ada. Contoh:
Larinya secepat kilat
Inilah daftar karya anak negeri yang mampu mengguncang dunia
b) Litotes
Penggunaan bahasa dengan cara merendahkan diri, tujuannya untuk menghaluskan. Contoh:
Makanlah seadanya, sekedar penghilang lapar (padahal lauk banyak)
Mampirlah ke gubuk saya (padahal rumah besar) c) Paradoks
Majas yang menyajikan pertentangan antara pernyataan dengan fakta yang ada. Contoh:
Entahlah, aku merasa sendirian di tengah keramaian kota Jakarta
Ia mati kelaparan di tengah-tengah kekayaan yang melimpah d) Antitesis
Majas yang menyajikan pasangan kata yang memiliki makna yang berlawanan. Kata-kata yang berlawanan ini disajikan dalam satu rangkaian kata. Contoh:
Jaminan masuk surga bukan miskin kaya
Tua muda semua menyaksikan film “Dalam Mihrab Cinta”
3) Majas Perulangan a) Repetisi
Majas yang menggunakan perulangan suatu kata dalam beberapa frasa dengan tujuan menegaskan suatu maksud.
Contoh:
Kau terus belajar, belajar, dan belajar agar bisa menjadi siswa yang berprestasi
b) Paralelisme
Majas perulangan yang tersusun dalam baris yang berbeda.
Kata-kata perulangan dapat terlihat pada setiap baitnya.
Paralelisme adalah gaya bahasa yang digunakan penyair dengan cara mensejajarkan kata-kata atau frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatik yang sama pula. Contoh:
Segala kupinta tiada kuberi Segala kutanya tiada kau sahut
…
Tertahan aku di muka dewala Tertegun aku di jalan buntu
8 4) Majas Perumpamaan
a) Ironi
Majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara bertentangan dengan kenyataan. Majas ini diungkapkan seperti pujian padahal sebenarnya bermakna negatif/sindiran. Contoh:
Bau badanmu harum sekali, sampai-sampai orang bisa pinsan dibuatnya
Bagus sekali tulisanmu sampai-sampai saya tidak bisa membaca b) Sinisme
Majas yang dipakai untuk menyatakan sindiran secara tidak langsung. Contoh:
Sungguh tidak pantas kata-kata seperti itu diucapkan oleh orang terpelajar sepertimu
e. Kata konkret
Kata konkret adalah kata yang memungkinkan munculnya imaji karena dapat ditangkap indra. Ini berkaitan dengan kemampuan wujud fisik objek yang dimaksud dalam kata itu untuk membangkitkan imajinasi pembaca. Contoh kata ‘salju’ yang berwarna putih dan rasanya dingin bisa digunakan untuk menyampaikan makna kias tentang kesucian, kehampaan, dan rasa dingin. Dengan kata konkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair. Pengonkretan kata ini berhubungan erat dengan pengimajian, pelambangan, dan pengisian. Ketiga hal itu juga memanfaatkan gaya bahasa untuk memperjelas apa yang ingin dikemukakan.
d. Imaji
Pengimajinasian atau citraan adalah kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut, pembaca seolah-olah merasa, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan penyair. Pengimajian terdiri dari imajinasi auditif, yaitu pembaca seolah-olah mendengar suara, imajinasi visual (melihat benda-benda), dan imajinasi taktil (menyentuh benda-benda/meraba).
Istilah citraan dalam puisi dapat dan sering dipahami dalam dua cara. Yang pertama dipahami secara reseptif, dari sisi pembaca. Dalam hal ini citraan merupakan pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi pembaca, yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau oleh rangkaian kata. Yang kedua dipahami secara ekspresif, dari sisi penyair, yakni ketika citraan merupakan bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh penyair untuk membangun komunikasi estetik atau untuk menyampaikan pengalaman inderanya.
2. Penulisan puisi dengan memerhatikan unsur pembangun a. Amatilah tempat-tempat yang ada di lingkungan sekolah.
b. Tentukan tema puisi yang akan ditulis berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan.
c. Tentukan unsur-unsur pembangun puisi yang telah ditentukan.
d. Susunlah sebuah puisi berdasarkan tema dengan memerhatikan unsur- unsur pembangun puisi.
9 B. Media Pembelajaran
1. Media Tabel Majas
TABEL MAJAS
Personifikasi
Jendela
menjerit ditiup angin
Angin disisiku mendengkur
Metafora
Dewi malam menunjukkan sinar
cerahnya malam ini
Simile
Senyummu indah bagaikan bunga- bunga yang bermekaran
Hiperbola
Larinya secepat kilat
Alegori
Otak manusia laksana mata pisau,
semakin dipakai semakin tajam. Namun, jika dibiarkan saja maka akan menjadi tumpul, mengkarat, dan tidak menyilaukan lagi.
Paradoks
Ia mati kelaparan di tengah- tengah kekayaan yang melimpah
Litotes
Makanlah seadanya, sekadar penghilang lapar
Ironi
Bau badanmu harum sekali, sampai- sampai orang bisa pinsan dibuatnya
Paralelisme
Segala kupinta tiada kuberi Segala kutanya tiada kau sahut
….
Tertahan aku di muka dewala Tertegun aku di jalan buntu
Repetisi
Kau terus belajar, belajar, dan belajar agar bisa menjadi siswa yang berprestasi
Antitesis
Jaminan masuk surga bukan miskin kaya
Metonimia
Ibu pergi naik Garuda
10 2. Media Audio Video
Video Lirik Lagu Beranjak Dewasa – Nadin Amizah
Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=t17xjn2UD3s 3. Media Cetak
Buku Antologi Puisi SMANCA Berpuisi
11 C. Penilaian
1. Penilaian Sikap
INSTRUMEN PENILAIAN SIKAP
Nama Satuan pendidikan : SMAN 1 Cawas Tahun pelajaran : 2022/2023 Kelas/Semester : X/2 (Genap) Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
NO WAKTU NAMA
SISWA
KEJADIAN/
PERILAKU
BUTIR SIKAP
POSITF/
NEGATIF
TINDAK LANJUT 1
2 3 dst.
Plt. Kepala SMA Negeri 1 Cawas
Suharja, S.Pd., M.Si.
NIP 19710611 199412 1 001
Cawas, 7 Juli 2022 Guru Mata Pelajaran
Septin Gis Ferdiana, S.Pd.
NIP 19920930 202012 1 009
2. Penilaian Keterampilan Instrumen :
Indikator:
4.17.1 Menentukan unsur pembangun puisi (tema, diksi, gaya bahasa, imaji, perwajahan) 4.17.2 Menyusun puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya
Butir Instrumen:
1. Amatilah lingkungan sekolahmu!
2. Tentukan isi puisi yang akan kamu tulis berdasarkan hasil pengamatanmu!
3. Tulislah sebuah puisi berdasarkan isi yang telah kamu tentukan dengan memerhatikan unsur pembangun puisi!
Rubrik Penilaian Menulis Puisi
No Aspek yang dinilai Skor Kriteria
1 Unsur Pembangun Teks Puisi
Tema 7-9 Tema teks puisi tepat dan menarik
4-6 Tema teks puisi tepat tetapi kurang menarik 1-3 Tema teks puisi tidak tepat dan kurang menarik 0 Tidak menentukan tema puisi
Diksi 10-12 Kata konotasi dan lambang yang digunakan tepat, sesuai, dan jelas
7-9 Kata konotasi dan lambang yang digunakan tepat, sesuai, tetapi kurang jelas
4-6 Kata konotasi dan lambang yang digunakan tepat, tetapi kurang sesuai dan kurang jelas
12 1-3 Kata konotasi dan lambang yang digunakan
kurang tepat, kurang sesuai dan tidak jelas 0 Tidak memuat Kata konotasi dan lambang Rima 7-9 Rima teks puisi tepat dan menarik
4-6 Rima teks puisi tepat tetapi kurang menarik 1-3 Rima teks puisi tidak tepat dan kurang menarik 0 Tidak menentukan rima puisi
Majas 10-12 Majas yang digunakan tepat, sesuai, dan menarik
7-9 Majas yang digunakan tepat, sesuai, tetapi kurang menarik
4-6 Majas yang digunakan tepat, tetapi kurang sesuai dan kurang menarik
1-3 Majas yang digunakan kurang tepat, kurang sesuai dan tidak menarik
0 Tidak menggunakan majas
Imaji 10-12 Imaji yang digunakan tepat, sesuai, dan menarik 7-9 Imaji yang digunakan tepat, sesuai, tetapi kurang
menarik
4-6 Imaji yang digunakan tepat, tetapi kurang sesuai dan kurang menarik
1-3 Imaji yang digunakan kurang tepat, kurang sesuai dan tidak menarik
0 Tidak menggunakan imaji
Skor Maksimal 57
Perolehan Skor
Nilai = --- X 100 = Nilai Akhir Skor Maksimal
Pedoman Jawaban Penilaian Keterampilan :
Puisi yang ditulis sesuai dengan kreativitas peserta didik masing-masing dengan memperhatikan unsur-unsur puisi.
D. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan 1. Remedial
Kegiatan remedial diberikan kepada peserta didik yang belum menguasai materi pelajaran dan belum mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Bentuk yang dilakukan antara lain peserta didik secara terencana mempelajari Buku Teks Bahasa Indonesia kelas X pada bagian tertentu yang belum dikuasainya. Peserta didik diminta komitmennya untuk belajar secara disiplin dalam rangka memahami materi pelajaran yang belum dikuasainya. Pendidik kemudian mengadakan uji kompetensi kembali pada materi yang belum dikuasai peserta didik yang bersangkutan
2. Pengayaan
Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi pembelajaran, yaitu materi Teks Puisi. Dalam pengayaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara dan pilihan.
Sebagai contoh, peserta didik dapat di berikan bahan bacaan yang relevan dengan materi pembelajaran.