• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Mineral Magnetik dan Logam Berat pada Sedimen di Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa Provinsi Kalimantan Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Karakterisasi Mineral Magnetik dan Logam Berat pada Sedimen di Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa Provinsi Kalimantan Selatan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Fisika Flux: Jurnal Ilmiah Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Volume xx, Nomor x, mm yyyy

ISSN : 1829-796X (print); 2514-1713(online) https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/f/

1

Karakterisasi Mineral Magnetik dan Logam Berat pada Sedimen di Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa Provinsi

Kalimantan Selatan

Abdus Salim, Sudarningsih*), Simon Sadok Siregar

Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat

*)Email korespondensi : sudarningsih@ulm.ac.id, sudarningsihunlam@gmail.com

ABSTRACT− Riam Kanan River and Riam Kiwa II River are two very important rivers for the surrounding community. Both of these rivers has begun to be polluted, allegedly as a result in activity of illegal mining, agriculture and fish farming with keramba jaring apung (KJA). The research aims to determine the magnetic susceptibility and content of heavy metals in sediments. Twelve samples with six samples in each river were taken at several points along the river. The results of measurements that have been carried out show that the magnetic susceptibility value of sediment samples ranges from 103.11 x 10-8 m3 / kg to 1403.64 x 10-8 m3 / kg in the Riam Kanan River and ranges from 218.75 x 10 -8 m3 / kg to 393.45 x 10-8 m3 / kg on the Riam Kiwa II River.

The heavy metal content contained in the Riam Kanan River from the highest to the least amount are Fe (66500 ppm), Mn (1000 ppm), Zn (94.33 ppm), Cu (48.67 ppm) and Hg (0.05644 ppm) and in Riam Kiwa II River are Fe (49866.67 ppm), Mn (1258.83 ppm), Zn (90.67 ppm), Cu (62 ppm) and Hg (0.05454 ppm). Correlation between magnetic susceptibility and heavy metal content in Riam Kanan River are Cu (-0,462), Zn (0,166), Fe (0,603), Mn (-0,209) and Hg (0,068) and in Riam Kiwa II River Cu (-0,699), Zn (-0.577), Fe (-0.132), Mn (0.427) and Hg (-0.787).

KEYWORD : Riam Kanan River, Riam Kiwa River, magnetic sucseptibility, heavy metal, sediment

PENDAHULUAN

Sungai merupakan bagian yang penting dan memberikan banyak manfaat bagi manusia dan organisme lain (Chapparo dkk., 2015). Sungai telah menjadi tulang punggung bagi hampir semua pemukiman manusia selama beberapa generasi (Adoloye, 2009).

Masyarakat yang menghuni tepian sungai melakukan kegiatan yang bermula dan berakhir di sungai (Buzarboruah, 2014).

Menurut Perry & Taylor (2007), limbah yang terlarut dalam air sungai terakumulasi di sedimen sungai. Sedimen sungai merupakan hasil dari suatu proses alami yang disebut sedimentasi di lingkungan sungai. Proses sedimentasi berasal dari seluruh proses pelapukan batuan-batuan dasar (batuan beku maupun metamorf) serta juga dari limbah

antropogenik (limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia). Pemanfaatan Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa menjadi perhatian, karena dalam pemanfaatan air sungai dari hulu hingga hilir terdapat usaha penambangan pasir, batu koral, budidaya ikan dengan sistem keramba dan jaring apung (KJA), serta masyarakat yang menggunakan air sungai untuk keperluan rumah tangga, seperti untuk air minum, mandi, cuci dan kakus (MCK). Namun, akibat aktivitas berlebihan dari kegiatan masyarakat tersebut mengakibatkan penurunan kualitas air terjadi.

Penurunan kualitas air di perairan diantaranya diakibatkan oleh aktivitas yang menghasilkan limbah rumah tangga (Wahyuni dkk, 2011;

Mantaya dkk, 2016).

(2)

Menurut Perry & Taylor (2007), limbah yang terlarut dalam air sungai terakumulasi di sedimen sungai. Sedimen sungai merupakan hasil dari suatu proses alami yang disebut sedimentasi di lingkungan sungai. Proses sedimentasi berasal dari seluruh proses pelapukan batuan-batuan dasar (batuan beku maupun metamorf) serta juga dari limbah antropogenik (limbah yang dihasilkan oleh aktivitas manusia). Sedimen yang mengandung bahan polutan (bahan yang berbahaya bagi lingkungan) akan menjadi salah satu permasalahan yang sangat dominan pada sedimen sungai, contohya meliputi limbah rumah tangga, limbah pertambangan (seperti pendulangan emas), serta limbah pertanian.

Dari permasalahan diatas, penelitian pada dua sungai tersebut sangat penting dilakukan karena baik Sungai Riam Kanan maupun Sungai Riam Kiwa merupakan kawasan perairan yang sangat melekat dengan kegiatan sehari-hari masyarakat di sekitarnya sehingga sangat perlu dilakukan monitoring mengenai kondisi ketercemaran pada sungai tersebut.

Suseptibilitas Magnetik

Secara sederhana suseptibilitas magnetik adalah seberapa besar kecenderungan suatu material dapat menjadi magnet ketika dikenai medan magnetik luar. Untuk menghitung suseptibilitas magnetik langkah yang harus dillakukan terlebih dahulu adalah

menentukan suseptibilitas volumetrik (κ, baca kappa).

𝜅 = 𝑀

𝐻 (1) Langkah selanjutnya adalah mengecualikan efek terkait massa jenis bahan dan kemungkinan untuk melakukan perbandingan terhadap sampel yang beragam suseptibilitas suseptibilitas volumetrik dapat digunakan dalam mengoreksi nilai massa jenis bahan untuk mengetahui nilai suseptibilitas magnetik (χ) yang dapat digunakan secara massal.

𝜒 =𝜅

𝜌 (2) (Hatfield & Stoner, 2013)

Parameter - parameter magnetik seringkali digunakan sebagai indikator proksi logam berat umumnya menggunakan χ karena parameter ini merupakan suatu parameter yang paling umum digunakan sebagai indikator sifat magnetik dan merupakan ukuran mudah tidaknya suatu bahan dimagnetisasi. (Maher, 2011).

χFD (%) merupakan indikator kandungan mineral yang berukuran superparamagnetik (SP). Nilai χFD (%) < 2%

mengindikasikan bahwa mineral magnetik yang terkandung dalam sampel bukan superparamagnetik (Dearing, 1999).

Definisi Logam Berat

Logam berat didefinisikan sebagai golongan logam yang memiliki densitas yang melebihi 5 g/cm3 (Curtis, 2008). Sedangkan logam yang bobotnya kurang dari atau sama dengan 5 g/cm3 termasuk logam ringan (Stoker & Sieger, 1979). Berdasarkan pernyataan Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia atau yang disingkat dengan BPOM RI (2010) menjelaskan bahwa logam berat memiliki nomor atom yang berkisar antara 21 (scandium) hingga 92 (uranium) dari Sistem Periodik Bahan Kimia (Gambar 1).

Gambar 1. Tabel Periodik Unsur dikutip dari BPOM RI (2010)

Tabel 1. Klasifikasi Logam Esensial dikutip dari Underwood (1977)

(3)

Batuan yang berperan utama sebagai sumber logam berat di alam merupakan batuan beku atau batuan magmatik yang terjadi dikarenakan pembekuan magma. Logam berat juga dilepas ke lingkungan oleh banyak aktivitas manusia (antropogenik). Kegiatan yang menjadi sumber antropogenik utama diantaranya adalah kegiatan pertanian, dimana pupuk dan pestisida yang mengandung logam berat. Kegiatan industri yang paling banyak menyumbang logam berat ke lingkungan adalah melalui pertambangan, pembakaran bahan bakar fosil, aliran limbah dan pembuangan limbah. Ketika kegiatan pertambangan dilakukan, batuan yang masih mengandung sisa logam yang tidak diambil, kemudian dibuang di sekitar tempat pertambangan. Limbah padat juga memberikan konstribusi yang besar pada penyebaran logam berat di lingkungan.

Limbah padat diproduksi di seluruh dunia dalam jumlah ribuan ton setiap tahunnya.

Limbah padat ini dapat berasal dari limbah kegiatan industri, pembangkit energi, pertambangan, pertanian (kotoran hewan) dan limbah rumah tangga (contohnya ban, baterai, peralatan mobil bekas dan lainnya) (Bradl, 2005). Berdasarkan sudut pandang ahli toksikologi, logam dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu logam esensial dan logam non esensial (BPOM RI, 2010).

a. Logam Esensial

Logam esensial diklasifikasikan kedalam dua golongan logam esensial yaitu logam ringan esensial dan logam berat esensial (Tabel 1). Menurut BPOM RI (2010) logam berat esensial sangat dibutuhkan oleh organisme hidup dalam kadar tertentu, namun dalam

jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun.

b. Logam Non Esensial

Logam berat jenis ini dapat menimbulkan efek yang merugikan kesehatan manusia, sehingga sering disebut sebagai logam beracun. Senyawa ini tidak dapat rusak di alam dan tidak berubah menjadi bentuk lain. Penggolongan logam beracun dapat dilihat dalam (Gambar 2).

Gambar 2. Skema Penggolongan Logam Berat Beracun menurut BPOM RI (2010)

METODE PENELITIAN

Gambar 3 telah menunjukkan diagram alir prosedur penelitian secara ringkas mulai dari proses pengambilan sampel, preparasi sampel, pengukuran sampel hingga analisis korelasi antara parameter magnetik dengan parameter non magnetik pada sampel sedimen.

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian Lokasi Pengambilan Sampel

Golongan Logam

Esensial Nama Logam

Logam Ringan

Esensial (Makro) Ca, Na, K, Mg, P dan Cl

Logam Berat Esensial (Mikro)

Cu, Zn, Fe, Mn, Mo, Ni dan Se

(4)

Sampel sedimen sungai yang dijadikan bahan penelitian diambil di sepanjang Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa II Kalimantan Selatan dengan jumlah sampel keseluruhan adalah 12 buah sampel. Sampel yang berasal

dari Sungai Riam Kanan diberi nama antara lain RN 1, RN 2, RN 3, RN 4, RN 5, dan RN 6.

Sementara sampel yang berasal dari Sungai Riam Kiwa II diberi nama antara lain RW 1, RW 2, RW 3, RW 4, RW 5, dan RW 6.

Preparasi Sampel

Sampel sedimen yang sudah diambil di lapangan dengan menggunakan sediment grab kemudian diayak dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh untuk mendapatkan ukuran bulir sedimen yang seragam di laboratarium. Sampel hasil dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di ruang terbuka pada suhu ruang. Menurut Dearing (1999) pengeringan dengan cara inilah cara yang terbaik dikarenakan tidak merusak sampel, karena perubahan besi hidroksida dapat terjadi pada suhu berkisar dari 40 0C sampai 50 0C. Setelah sampel kering sampel kemudian dihaluskan menggunakan lumpang

dan alu proselin sampai halus. Namun, setelah proses ini selesai dilakukan, lakukanlah penyaringan ulang pada sampel-sampel yang telah ditumbuk tadi dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh agar ukuran bulir sedimen benar-benar menjadi halus dan memiliki ukuran partikel yang seragam.

Kemudian masukkan ke dalam holder dengan ukuran 2,54 cm dan tinggi 2,2 cm untuk pengukuran suseptibilitas magnetik dan sebagian yang lain dimasukkan ke plastik klip untuk pengukuran unsur yang dikandung dalam sampel. Seluruh sampel sedimen yang sudah dimasukkan ke dalam holder maupun Gambar 4. Lokasi Pengambilan Sampel (dimodifikasi dari Lapak GIS (2019))

(5)

plastik klip, masing-masingnya ditimbang terlebih dahulu dengan menggunakan neraca analitik.

Pengukuran Sampel

Setelah proses preparasi sampel sedimen selesai, selanjutnya akan dilakukan pengukuran terhadapa sampel sedimen.

Pengukuran sampel sedimen Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa II dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengukuran parameter magnetik dan pengukuran non magnetik. Pengukuran parameter magnetik sedimen Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II yaitu pengukuran suseptibilitas magnetik dan pengukuran parameter non magnetik dengan mengukur kandungan logam berat.

a. MS2B Bartington (Sucseptibility Meter) MS2B merupakan alat pengukur suseptibilitas magnetik dengan sensor MS2 bertipe B biasa digunakan untuk mengukur suseptibilitas magnetik pada sedimen (Bartington Instrument, 2018).Sampel - sampel sedimen yang telah melalui tahap preparasi dan telah dimasukkan kedalam holder dan ditimbang pada neraca analitik digital selanjutnya akan diukur suseptibilitas magnetiknya. Pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Karakterisasi dan Pemodelan Sifat Fisis Batuan Institut Teknologi Bandung (ITB).

b. AAS (Atomic Absorption Spectrometry) AAS adalah teknik analisa kuantitatif dari unsur-unsur yang pemakainya sangat luas di berbagai bidang dikarenakan prosedurnya spesifik, selektif, biaya analisa relatif murah dan sensitif tinggi (ppm-ppb).

AAS dapat digunakan untuk mengukur logam. Atom-atom dari sampel akan menyerap sebagian sinar yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Penyerapan energi cahaya terjadi pada panjang gelombang tertentu sesuai dengan energi yang dibutuhkan oleh atom tersebut (Basset, 1994).Pengukuran AAS pada sampel sedimen Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suseptibilitas Magnetik pada Sedimen Berikut disajikan sebuah grafik yang menunjukkan nilai suseptibilitas magnetik sampel sedimen di senpanjang Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II.

Gambar 5. Nilai suseptibilitas magnetik dari relatif dari hilir ke hulu pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II.

Gambar 5 merupakan tampilan nilai suseptibilitas magnetik sampel sedimen dari Sungai Riam Kanan yang memiliki variasi nilai berkisar antara 103,11 x 10-8 m3/kg sampai dengan 1403,64 x 10-8 m3/kg dengan rata-rata 622,23 x 10-8 m3/kg. Nilai terendah yaitu 103,11 x 10-8 m3/kg (sampel RN 5). Nilai tertinggi yaitu 1403,64 x 10-8 m3/kg (sampel RN 6). Sedangkan Sungai Riam Kiwa II yang memiliki variasi nilai berkisar antara 218,75 x 10-8 m3/kg sampai dengan 393,45 x 10-8 m3/kg dengan rata-rata 278,94 x 10-8 m3/kg. Nilai terendah yaitu 218,75 x 10-8 (sampel RW 3) dan nilai tertinggi yaitu 393,45 x 10-8 m3/kg (sampel RW 4).

Pada Sungai Riam Kanan, sampel RN 6 merupakan sampel dengan nilai suseptibilitas magnetik yang tertinggi pada sungai tersebut.

Hal ini dapat disebabkan karena posisi titik pengambilan tersebut berada pada formasi batuan gabbro (Mgb) yang mana menurut Rasyid dkk. (2020) bahwa formasi batuan ini sering ditemukan berasosiasi dengan batuan ultrabasa. Sampel tersebut telah diduga

(6)

berasal dari hasil pelapukan batuan ultrabasa yang merupakan batuan yang berasal dari batuan beku dengan karakteristik salah satunya memiliki sifat kemagnetan yang sangat tinggi. Sementara nilai suseptibilitas magnetik yang terendah berada pada sampel RN – 5.

Kemudian pada Sungai Riam Kiwa II, sampel RW 4 merupakan sampel dengan nilai suseptibilitas magnetik tertinggi pada sungai tersebut. Sedangkan sampel RW 3 merupakan sampel dengan nilai suseptibilitas magnetik terendah pada sungai tersebut. Sampel-sampel yang diambil pada sepanjang Sungai Riam Kiwa II banyak dilakukan aktivitas seperti budidaya perikanan dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA), penambangan batubara (Mantaya dkk., 2016; Setiabudi dkk., 2003) dan merupakan kawasan pertanian. Jika merujuk kepada penelitian Wahyuni & Afdal (2018) yang menyatakan bahwa kawasan pertambangan batubara memiliki nilai suseptibilitas magnetik yang relatif sangat rendah yaitu berkisar pada nilai kurang dari 50 x 10-8 m3/kg. Sedangkan pada kawasan lain seperti dalam hal ini adalah wilayah pertanian memiliki nilai suseptibilitas yaitu berada pada angka lebih dari 50 x 10-8 m3/kg. Menurut Telford (1990) dalam Ahmad dkk. (2019) menjelaskan bahwa pasir dan lempung memiliki tingkat suseptibilitas magnetik memiliki sifat kemagnetan rendah yaitu berada pada kisaran 37,68 x 10-8 m3/kg – 62,80 x 10-8 m3/kg, diduga inilah yang menyebabkan profil nilai suseptibilitas magnetik pada Sungai Riam Kiwa II yang cenderung relatif rendah jika dibandingkan dengan Sungai Riam Kanan. Dengan mengacu kepada penelitian Zainuddin (2019) pada Sungai Martapura yang terletak di kawasan pemukiman yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik sampel sedimen yang berkisar antara 196,13 x 10-8 m3/kg sampai dengan 414,88 x 10-8 m3/kg dengan rata-rata 231,55 x 10-8 m3/kg yang mana sungai tersebut juga berbatasan langsung (daerah percabangan) dengan sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II. Maka, baik sungai Sungai Riam Kanan maupun Sungai Riam Kiwa II memiliki rata-rata nilai

suseptibilitas magnetik yang masing-masing bernilai 278,94 x 10-8 m3/kg dan 622,23 94 x 10-

8 m3/kg yang mana ini relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai suseptibilitas magnetik sampel sedimen Sungai Martapura.

Hal tersebut dapat disebabkan karena aktivitas antropogenik disekitar Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa II cenderung memiliki frekuensi yang banyak jika dibandingkan dengan Sungai Martapura dan juga dapat disebabkan karena formasi geologi yang menyusun batuan di kawasan tersebut (Setiabudi dkk., 2003; Mantaya dkk., 2016;

Sikumbang & Heriyanto, 1994). Sementara nilai suseptibilitas sedimen Sungai Citarum Jawa Barat berkisar antara 319,6 x 10-8 m3/kg-1 sampai 1076,6 10-8 m3/kg-1, dengan daerah hulunya merupakan daerah vulkanik yang kandungan mineral magnetiknya sangat tinggi (Sudarningsih, 2017).

Kandungan Logam Berat pada Sedimen Pada Gambar 6 – 10 menampilkan profil nilai masing-masing kandungan logam berat pada kedua sungai (Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II).

Gambar 6. Profil kandungan logam berat Cu pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

Pada Gambar 6 telah disajikan profil kandungan logam berat Cu pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II relatif dari hilir (RN 1 dan RW 1) hingga ke hulu (RN 6 dan RW 6). Kandungan logam berat Cu yang terdapat pada Sungai Riam Kanan berada pada kisaran antara 28 – 72 ppm dengan rata- rata 48,67 ppm. Sedangkan pada Sungai Riam Kiwa II berada pada kisaran nilai 29 – 85 ppm dengan rata-rata 62 ppm. Kemudian dengan

0 50 100

1 2 3 4 5 6

Cu (ppm)

Kandungan Logam Berat Cu

Sampel RN Sampel RW Hilir

Hulu

(7)

melihat nilai ambang batas logam berat Cu yaitu pada angka 108 ppm yang mana nilai kandungan logam berat Cu pada kedua sungai tersebut yang jauh lebih rendah maka dapat disimpulkan bahwa kedua sungai tersebut masih belum tercemar dengan logam berat Cu.

Gambar 7. Profil kandungan logam berat Zn pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

Pada Gambar 7 telah disajikan profil kandungan logam berat Zn pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II relatif dari hilir (RN 1 dan RW 1) hingga ke hulu (RN 6 dan RW 6). Kandungan logam berat Zn yang didapatkan pada kedua lokasi penelitian tersebut masing-masing adalah berada pada kisaran 60 – 127 ppm untuk Sungai Riam Kanan dan pada kisaran 65 – 127 untuk Sungai Riam Kiwa II yang mana jika dibandingkan dengan ambang batas alamiah yang diketahui berada pada angka 271 ppm maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sampel sedimen pada kedua sungai tersebut tidak tercemar oleh logam berat Zn.

Gambar 8. Profil kandungan logam berat Fe pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

Pada Gambar 8 telah disajikan profil kandungan logam berat Fe pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II relatif dari hilir (RN 1 dan RW1) hingga ke hulu (RN 6 dan RW 6). Kandungan logam berat Fe yang didapatkan di lokasi penelitian masing-masing berkisar antara 49700 – 86800 ppm dengan rata-rata 65500 ppm untuk Sungai Riam Kanan sedangkan 33600 – 55600 ppm dengan rata-rata 49866,67 ppm untuk Sungai Riam Kiwa II. Hal ini jika dibandingkan dengan ambang batasnya yaitu senilai 248,77 ppm, maka kandungan logam berat Fe pada keseluruhan titik pengambilan sampel sedimen telah melebihi ambang batas. Hal ini disebabkan batuan dasar pada kedua sungai tersebut (Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II) terdiri dari batuan beku mengandung Fe tinggi (Zainuddin, 2019).

Gambar 9. Profil kandungan logam berat Mn pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

Pada Gambar 9 telah disajikan profil kandungan logam berat Mn pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II relatif dari hilir (RN 1 dan RW 1) hingga ke hulu (RN 6 dan RW 6). Kandungan logam berat Mn pada kedua sungai masing-masing adalah berkisar antara 596 – 1597 ppm dengan rata-rata berapa pada angka 1000 ppm untuk Sungai Riam Kanan dan berkisar antara 950 – 1565 ppm dengan rata-rata 1258,83 ppm untuk Sungai Riam Kiwa II. Sedangkan pada Sungai Martapura menurut Zainuddin (2019) ditemukan nilai kandungan logam berat Mn yang berkisar antara 494 – 2142 ppm dengan rata-rata 1141,22 ppm. Jika mengacu kepada

0 50 100 150

1 2 3 4 5 6

Zn (ppm)

Kandungan Logam Berat Zn

Sampel RN Sampel RW Hilir

Hulu

0 25000 50000 75000 100000

1 2 3 4 5 6

Fe (ppm)

Kandungan Logam Berat Fe

Sampel RN Sampel RW Hilir

Hulu

0 500 1000 1500 2000

1 2 3 4 5 6

Mn (ppm)

Kandungan Logam Berat Mn

Sampel RN Sampel RW

Hilir Hulu

(8)

nilai ambang batas alamiah didapatkan fakta bahwa seluruh sampel sedimen yang diambil di sepanjang sungai tersebut mengandung logam berat Mn berada di atas ambang batas alamiah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Normaningsih (2009) diketahui bahwa kandungan logam berat Mn pada air Sungai Riam Kanan berada di atas ambang baku mutu air rata-rata konsentrasi Mn ini melebihi standar baku mutu air kelas satu. Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan No. 05 Tahun 2007 mengenai Baku Mutu Air Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan menyebutkan bahwa batas maksimum kadar kandungan logam berat Mn di perairan untuk peruntukan air minum adalah sebesar 0,1 mg/L atau setara dengan 0,1 ppm yang mana jika dibandingkan dengan pengukuran kadar kandungan logam berat pada Sungai Riam Kanan maupun Riam Kiwa II yang masing-masing memiliki nilai rata-rata 1000 ppm dan 1258,53 ppm artinya air pada kedua sungai tersebut sudah tidak layak minum. Pencemaran logam berat ini dapat berasal dari bahan galian yang mana dengan mengacu dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setiabudi dkk. (2003) bahwa Kabupaten Banjar memiliki potensi bahan galian yang cukup baik dan bervariasi, meliputi mineral logam (emas, besi, kromit, nikel, mangan dan platina), mineral industri (intan, lempung, kaolin, pasir kuarsa, batugamping, marmer dan batuan beku), batubara dan gambut. Sebagian bahan galian ini telah ditambang baik oleh masyarakat secara tradisional maupun pengusaha swasta.

Gambar 10. Profil kandungan logam berat Hg pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II

Pada Gambar 10 telah disajikan profil kandungan logam berat Hg pada Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II relatif dari hilir (RN 1 dan RW 1) hingga ke hulu (RN 6 dan RW 6). Kandungan logam berat Hg yang didapatkan di lokasi penelitian masing-masing berkisar antara 0,009 – 0,14783 ppm dengan rata-rata 0,05644 ppm untuk Sungai Riam Kanan sedangkan untuk Sungai Riam Kiwa II berkisar antara 0,00909 – 0,100 ppm dengan rata-rata 0,05454 ppm. Jika mengacu dengan ambang batas alamiah logam berat Hg yang berkisar pada angka 0,02 – 0,35 ppm dalam sedimen, maka keseluruhan sampel sedimen masih belum tercemar oleh logam berat jenis ini.

Hubungan Suseptibilitas Magnetik dengan Konsentrasi Logam Berat

Dari Tabel 2 telah disajikan analisis dari parameter – parameter uji korelasi setiap sampel antara lain adalah normalisasi variabel (Sig. Asimtotik), signifikansi (Sig), Koefisien Korelasi (r) dan Pengaruh Korelasi. Dalam hal ini nilai suseptibilitas magnetik (RN dan RW) berlaku sebagai variabel bebas (x). Sedangkan kandungan logam berat (Cu, Zn, Fe, Mn dan Hg) berlaku sebagai variabel terikat (y). Nilai signifikansi asimtotik pada keseluruhan nilai suseptibilitas magnetik maupun kandungan logam berat berkisar antara 0,187 – 0,200.

Kemudian didapatkan nilai signifikansi (Sig) yang berkisar antara 0,063 – 0,898. Koefisien korelasi masing-masing untuk RN vs Cu (- 0,462); RN vs Zn (0,166); RN vs Fe (0,603); RN vs Mn (-0,209); RN vs Hg (0,068); RW vs Cu (- 0,699); RW vs Zn (-0,577); RW vs Fe(-0,132);

RW vs Mn(-0,427); RW vs Hg (-0,787).

Dari pengujian data yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai koefisien korelasi dari kedua sungai tersebut untuk RN vs Cu (-0,462) dan RW vs Cu (-0,699); RN vs Mn (-0,209) dan RW vs Mn (-0,427).

Keduanya sama-sama memiliki korelasi yang berpengaruh secara negatif signifikansi dari uji tersebut menyatakan bahwa seluruh nilai signifikansi berada pada angka diatas 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan adanya pengaruh antara variabel

0 0,05 0,1 0,15 0,2

1 2 3 4 5 6

Hg (ppm)

Kandungan Logam Berat Hg

Sampel RN Sampel RW Hilir

Hulu

(9)

bebas terhadap variabel terikat. Dengan kata lain nilai suseptibilitas magnetik tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai kandungan logam berat pada sampel sedimen. Hal ini juga didukung oleh Zainuddin (2019) yang menyatakan bahwa nilai koefisien korelasi

suseptibilitas magnetik dalam sampel sedimen tidak berkonstribusi besar terhadap kandungan logam berat, melainkan ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut seperti sedimentasi, keadaan geologi dan komposisi mineral magnetik.

Tabel 2. Menunjukkan Hasil Uji Parameter-parameter Statistik untuk melakukan Uji Korelasi antara Suseptibilitas Magnetik terhadap Kandungan Logam Berat (Cu, Zn, Fe, Mn dan Hg) pada Sampel Sedimen.

Nama Korelasi (x vs y)

Normalisasi Variabel (Sig. Asimptotik)

Koefisien

Korelasi (r) Signifikansi (Sig)

RN vs Cu RN = 0,200

Cu = 0,200 -0,462 RN = 0,356

Cu = 0,356

RN vs Zn RN = 0,200

Zn = 0,200 0,166 RN = 0,754

Zn = 0,754

RN vs Fe RN = 0,200

Fe = 0,200 0,603 RN = 0,205

Fe = 0,205

RN vs Mn RN = 0,200

Mn = 0,200 -0,209 RN = 0,691

Mn = 0,691

RN vs Hg RN = 0,200

Hg = 0,200 0,068 RN = 0,898

Hg = 0,898

RW vs Cu RW = 0,187

Cu = 0,200 -0,699 RW = 0,122

Cu = 0,122

RW vs Zn RW = 0,187

Zn = 0,200 -0,577 RW = 0,231

Zn = 0,231

RW vs Fe RW = 0,187

Fe = 0,177 -0,132 RW = 0,803

Fe = 0,803

RW vs Mn RW = 0,187

Mn = 0,200 -0,427 RW =0,399

Mn = 0,399

RW vs Hg RW = 0,187

Hg = 0,200 -0,787 RW = 0,063

Hg = 0,063

(10)

Gambar 11 menunjukkan grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kandungan logam berat Cu, Zn, Fe,

Mn dan Hg pada sampel sedimen di Sungai Riam Kanan.

Gambar 11 menunjukkan grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kandungan logam berat Cu, Zn, Fe, Mn dan Hg yang disajikan secara terpisah pada sampel sedimen di Sungai Riam Kanan.

y = -0,0173x + 59,418 R² = 0,2136

r = -0,4622 Sig = 0,356

0 10 20 30 40 50 60 70 80

0 400 800 1200 1600

Cu (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = 0,0099x + 88,201 R² = 0,0275

r= 0,1657 Sig = 0,754

0 20 40 60 80 100 120 140

0 400 800 1200 1600

Zn (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = 17,945x + 54334 R² = 0,3637

r = 0,6031 Sig = 0,205

0 20000 40000 60000 80000 100000

0 400 800 1200 1600

Fe (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = -0,1555x + 1096,7 R² = 0,0436 r = -0,2089 Sig = 0,691

0 300 600 900 1200 1500 1800

0 400 800 1200 1600

Mn (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = 8E-06x + 0,0515 R² = 0,0047

r = 0,0683 Sig = 0,898

0 0,04 0,08 0,12 0,16

0 400 800 1200 1600

Hg (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

(11)

Gambar 12 menunjukkan grafik hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kandungan logam berat Cu, Zn, Fe,

Mn dan Hg pada sampel sedimen di Sungai Riam Kiwa II.

Gambar 12. Hubungan antara nilai suseptibilitas magnetik dengan masing-masing konsentrasi logam berat pada sampel sedimen di Sungai Riam Kiwa II

y = -0,2053x + 119,26 R² = 0,4886

r = -0,6990 Sig = 0,122

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

0 100 200 300 400 500

Cu (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = -0,1311x + 128,91 R² = 0,3328 r = -0,5769 Sig = 0,231

0 20 40 60 80 100 120

0 100 200 300 400 500

Zn (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = -16,407x + 54443 R² = 0,0175

r = -0,1323 Sig = 0,803

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

0 200 400 600

Fe (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = -1,4191x + 1654,7 R² = 0,1819 r = -0,4265 Sig = 0,399

0 300 600 900 1200 1500 1800

0 100 200 300 400 500

Mn (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

y = -0,0004x + 0,1633 R² = 0,6194

r= -0,7870 Sig = 0,630

0,00 0,04 0,08 0,12

0 200 400 600

Hg (ppm)

Suseptibilitas Magnetik (10-8m3/kg)

(12)
(13)

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Nilai suseptibilitas magnetik pada sedimen Sungai Riam Kanan berkisar antara 103,11 x 10-8 m3/kg (sampel RN 5) sampai dengan 1403,64 x 10-8 m3/kg (sampel RN 6. Sedangkan nilai suseptibilitas magnetik pada sedimen Sungai Riam Kiwa II berkisar antara 217,69 x 10-8 m3/kg (sampel RW 3) sampai dengan 392,93 x 10-8 m3/kg (sampel RW 4).

2. Nilai rata-rata kandungan logam berat pada sedimen di Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa II Kalimantan Selatan yaitu Cu, Zn, Mn, Fe dan Hg. Pada Sungai Riam Kanan dan Riam Kiwa II terdapat kandungan logam berat yang bernilai masing-masing 65500 ppm dan 49866,67 ppm dengan nilai ambang batas alamiah senilai 247,77 ppm untuk logam Mn.

Sedangkan 1000 ppm dan 1258,53 ppm dengan ambang batas alamiah senilai 20 ppm. dapat dikatakan bahwa kedua sungai tersebut tercemar oleh logam berat Mn dan Fe. Kandungan logam berat Cu, Zn dan Hg berada pada nilai dibawah nilai ambang batas alamiah yang mana mengartikan bahwa kedua sungai tersebut belum tercemar oleh logam berat tersebut.

3. Berdasarkan uji korelasi Pearson yang menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikansi (Sig) yang melebihi 0,05 yang berarti tidak ditemukan adanya pengaruh yang signifikan antara nilai suseptibilitas magnetik terhadap kandungan logam berat atau dengan kata lain dapat berarti bahwa nilai suseptibilitas magnetik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kandungan logam berat. Ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut seperti sedimentasi, keadaan geologi dan komposisi mineral magnetik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Laboratotium Pusat Survei Geologi Bandung yang telah

membantu dalam proses pengukuran parameter magnetik (suseptibilitas magnetik) pada sampel dan kepada Institut Teknologi Bandung yang telah membantu dalam proses pengukuran parameter non magnetik (kandungan logam berat) pada sampel.

DAFTAR PUSTAKA

Adeloye, A. J. 2019. Rivers and Human Development. Heriot-Watt University.

Edinburgh.

Ahmad, A. J., Syafirin, M., De Sousa, Y. A. &

Tumalang, I. S. 2019. Analisis Data Magnetik Bawah Permukaan untuk Identifikasi Sebaran Mineral Mangan Desa Tolnaku, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang. Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara. 15(3). 145 – 157.

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM RI). 2010. Mengenal Logam Beracun. Agustus. Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Bagian Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Jakarta.

Bartington Instrumens. 2018. MS2/MS3 Magnetic Sucseptibity System. Bartington Instruments Limited 5, 10 & 11 Thorney Leys Business Park Witney. Oxford Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisa

Kuantitatif Anorganik. EGC. Jakarta.

Buzarboruah, P. D. 2014. Rivers and the Assamese folk life: A right relationship of man and nature. International journal of social sciences and arts and humanities. 2(2).

33 – 45.

Bradl, H. B. 2005. Heavy Metals in the Environment. Elsevier Ltd. London.

Chaparro, Marcos, A. E., Krishnamoorthy, N., Lecomte, K. L., Mullainathan, S., Mehra, R. & Sinito, A.M. 2015. Magnetic, chemical and radionuclide studies of river sediments and their variation with different physiographic regions of Bharathapuzha river, southwestern India. Stud. Geophys. Geod. 50(3). 438–460.

Curtis, D. K. 2008. Casarett dan Doull’s Toxicology the basic science of poisons,

(14)

McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York.

Dearing, J. A. 1999. Environmental Magnetic Susceptibility using the Bartington MS2 System. Second edition.

Chi Publishing. Kenilworth.

Hatfield, R.G. & Stoner, J. S. 2013. Magnetic Proxies and Susceptibility. In: Elias S.A.

(ed.) The Encyclopedia of Quaternary Science. 2. 884 – 898.

Lapak GIS. 2019a. SHP Shapefile Peta Geologi Se-Indonesia. Available at :

https://www.lapakgis.com/2019/04/SHP- Shapefile-Peta-Geologi-Seluruh-

Indonesia.html. (Diakses 13 September 2019).

Maher, B. A. 2011. The Magnetic Properties of Quaternary Aeolian Dusts and Sediments, and Their Palaeoclimatic Significance, Aeolian Research. 3. 87–144.

Mantaya, S., Rahman, M. & Yasmi, Z. 2016.

Model Storet dan Beban Pencemaran untuk Analisis Kualitas Air di Bantaran Sungai Batu Kambing, Sungai Mali-Mali dan Sungai Riam Kiwa Kecamatan Aranio Kalimantan Selatan. Fish Scientiae. 6(11). 35 – 36.

Normaningsih. 2009. Kandungan Mangan dalam Air Sungai Riam Kanan dan Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L) di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Bioscientiae. 6(2). 15 – 25.

Perry, C. & Taylor, K. 2007. Environmental Sedimentology. Blackwell Publishing.

Oxford.

Rasyid, A , Nurhakim & Riswan. (2020). Studi Kederdapatan Bijih Besi pada Endapan Laterit di Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal GEOSAPTA. 6(1). 43 – 47.

Sikumbang, N. & Heryanto, R.,1994. Peta Geologi Lembar Banjarmasin, Skala 1 : 250.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.

Setiabudi, B. T., Sukandar, M & Ahdiat, A.

2003. Kolokium Hasil Kegiatan Inventarisasi Sumber Daya Mineral. Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM). Banjarbaru.

Stoker, S. & Sieger, S. L. 1979. Environmental Chemistry : Air and Water Pollution.

Second edition. Brington. England.

Sudarningsih. 2017. Kajian Kemagnetan Batuan dan Logam Berat Pada Sedimen Sungai di Daerah Vulkanik dan Tropis Studi Kasus Sungai Citarum Bandung Jawa Barat.

Disertasi. Program Studi Doktor Teknik Geofisika. Universitas Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Underwood, E. J. 1977. Trace Elements in Human and Animal Nutrition. Fourth edition.

Academic Press. Australia.

Wahyuni, L. F., Rahman, M., Yusran, F. H. &

Iriadenta, E. 2011. Kajian Status Kualitas Air Sungai Riam Kanan Studi Kasus Sungai Riam Kanan di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Enviroscienteae. 7(2).

88 – 92.

Wahyuni, E. S. & Afdal. 2018. Identifikasi Hubungan Kandungan Logam Berat dengan Nilai Suseptibilitas Magnetik pada Tanah Lapisan Atas di Kota Sawahlunto. Jurnal Fisika Unand. 7(1). 1 – 7.

Zainuddin, A. 2019. Karakterisasi Mineral Magnetik dan Logam Berat Pada Sedimen Sungai Martapura Kalimantan Selatan.

Skripsi. Program Studi S1 Fisika.

Universitas Lambung Mangkurat.

Banjarbaru.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem kesiagaan merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi atau komunikasi (telepon

Konsumen merasa puas pada Bank Rakyat Indonesia Unit Tatura dikarenakan ketanggapan pegawai yang dimiliki oleh bank tersebut, dimana karyawan cepat

Kebergantungan antarmakhluk hidup dan lingkungannya menjadi bagian dari kehidupan di dalam sebuah ekosistem. Tumbuhan mendapatkan energy dari matahari. Hewan mendapatkan energi

berdasarkan hasil olahan data menggunakan SPSS 22 maka hasil R Squar yang diperoleh yaitu sebesar 0,973 yang artinya bahwa variansi dari semua variabel bebas yaitu

Sebagai tambahan gaya angkat , suatu gaya yang langsung melawan gerak sayap di udara akan selalu ada dan dinamakan gaya hambat (drag). Untuk satu sayap yang

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan taufik dan rahmat serta hidayah-Nya, dalam bentuk kesehatan, kekuatan, kesabaran dan ketabahan, sehingga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan disimpulkan bahwa (1) bentuk modul berbasis multirepresentasi yang dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman konseptual

done under my supervision and is suitable for submission for the award of M.Phil, degree in Urdu. It is further certified that this work has not been submitted to any other