Pr ogram Acara ”J am Malam” di Trans 7)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fisip UPN ”Veteran”
J awa Timur
Disusun Oleh :
Denny Ar yo Wibowo 0543310457
YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
▸ Baca selengkapnya: proposal acara malam tahun baru
(2)ACARA ”J AM MALAM” DI TELEVISI
Nama : Denny Ar yo Wibowo
NPM : 0243010086
Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi
Telah Disetujui untuk Mengikuti Seminar Proposal :
Pembimbing Utama
J uwito, S. Sos, Msi NPT. 367049500361
Mengetahui
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
Motif Masyarakat Sur abaya Menonton Program Acar a
”J am Malam” di Trans 7)
Nama : Denny Ar yo Wibowo
NPM : 0543310457
Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik
Telah Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi :
Mengetahui
Pembimbing Utama
J uwito, S. Sos, Msi
NPT. 367049500361
Menyetujui
Dekan
”J AM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskr iptif Motif
Masyarakat Sur abaya Menonton Progr am Acara ”J am Malam”
di Trans 7)
Nama : Denny Ar yo Wibowo
NPM : 0543310457
Pr ogdi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1.
J uwito, S. Sos. MSi J uwito, S.Sos, MSi
NPT. 367049500361 NPT. 367049500361
2.
Dr s. Syaifuddin Zuhr i, MSi NPT. 370069400351
3.
Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001
Mengetahui Ketua Program Studi
Pr ogram Acara ”J am Malam” di Trans 7)
Oleh
Denny Ar yo Wibowo
0543310457
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 26 J uli 2012
Menyetujui
Pembimbing Utama Tim Penguji
1. Ketua
J uwito, S. Sos, MSi J uwito, S. Sos, MSi
NPT. 367049500361 NPT. 367049500361
2. Sekr etaris
Dr s. Syaifuddin Zuhr i, MSi NPT. 370069400351
3. Anggota
Dr s. Kusnarto, Msi
NIP. 195808011984021001
Mengetahui Dekan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
penelitian ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa
adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis
menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi
serta dosen pembimbing penulis, yang telah meluangkan waktu disela
kesibukannya guna membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”
memenuhi harapan.
6. Semua orang yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari
penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat
dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa
yang akan datang.
Surabaya, Juli 2012
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasar Teori ... 7
2.1.1.Komunikasi ... 7
2.1.2.Komunikasi Massa ... 8
2.1.3.Media Televisi ... 10
2.1.4.Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 11
2.1.5.Masyarakat Sebagai Pemirsa Televisi ... 14
2.1.6.Motif ... 15
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25
3.1.1.Motif ... 25
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.2.1.Populasi ... 30
3.2.2.Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33
3.4. Teknik Analisis Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 34
4.1.1.Geografi Kota Surabaya ... 34
4.1.2.Demografi Kota Surabaya ... 35
4.1.3.Tayangan Jam Malam di Trans 7 ... 36
4.2. Penyajian Data ... 36
4.2.1.Karakteristik Responden ... 37
4.2.2.Motif Responden ... 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70
5.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 71
Tabel 3.1. Jumlah Penduduk di 8 (Delapan) Kelurahan ... 32
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37
Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37
Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 38
Tabel 4.4. Acara Jam Malam Mendapatkan Informasi Mengenai Kehidupan Pada Malam Hari ... 39
Tabel 4.5. Mendapatkan Pengetahuan Tentang Tempat-Tempat Yang Dikunjungi Oleh Orang-Orang Yang Menyukai Gemerlap Malam ... 40
Tabel 4.6. Acara Jam Malam Untuk Mendapatkan Informasi Mengenai Kegiatan Pada Malam Hari ... 42
Tabel 4.7. Acara Jam Malam untuk mendapatkan informasi mengenai Makanan khas pada malam hari ... 44
Tabel 4.8. Acara Jam Malam Untuk Menambah Wawasan Dan Pengetahuan Yang Positif Dan Negatif Mengenai Gemerlap Kehidupan Malam ... 45
Tabel 4.9.Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Motif Informasi ... 47
Tabel 4.12. Acara Jam Malam Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Cara
Masyarakat Untuk Bertahan Hidup Dengan Bekerja Pada
Malam Hari ... 51
Tabel 4.13. Acara Jam Malam Untuk Mendapatkan Pengetahuan Tentang
Kehidupan Yang Dialami Seseorang ... 52
Tabel 4.14. Acara Jam Malam Untuk Dapat Mengetahui Profesi Seseorang
Yang Suka Dengan Gemerlap Kehidupan Malam ... 53
Tabel 4.15. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Identitas
Pribadi ... 54
Tabel 4.16. Acara Jam Malam Untuk Mengetahui Cara Berinteraksi Dengan
Suatu Kelompok Atau Komunitas Pada Malam Hari ... 56
Tabel 4.17. Acara Jam Malam Untuk Berbagi Pengalaman Dengan Orang
Lain ... 57
Tabel 4.18. Acara Jam Malam Untuk Membantu Menjalankan Peran Sosial
Untuk Masyarakat Yang Membutuhkan Pertolongan ... 58
Tabel 4.19. Acara Jam Malam Untuk Menjalin Pertemanan Persahabatan
Dengan Orang Lain ... 60
Tabel 3.20. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Integrasi dan
Interaksi Sosial ... 61
Tabel 4.21. Acara Jam Malam Untuk Melepaskan Diri Dari Permasalahan
Tabel 4.22.Acara Jam Malam Untuk Mengisi Waktu Istirahat Setelah
Seharian Beraktivitas ... 64
Tabel 4.23. Acara Jam Malam Untuk Memperoleh Informasi Mengenai
Tempat-Tempat Hiburan Yang Dapat Dikunjungi Pada Malam
Hari ... 65
Tabel 4.24.Acara Jam Malam Untuk Bersantai Setelah Seharian
Menjalankan Tugas ... 66
Tabel 4.25. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Hiburan .... 67
Lampiran 1 : Kuesioner ... 72
Lampiran 2 : Rekapilulasi Jawaban Responden ... 78
Lampiran 3 : Output SPSS ... 83
Abstrak
Televisi merupakan media massa yang popular dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu program terbaru di Trans 7 “Jam Malam” yang merupakan acara dokumenter yang ingin mengetahui berbagai kegiatan malam yang menarik untuk jelajahi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7.
Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat surabaya yang menonton Jam Malam, berusia minimal 17 tahun ke atas. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya berjumlah 100 orang. Teknik penarikan sampel dalam
penelitian ini adalah multistage cluster random sampling. Teknik analisis data
menggunakan tabel frekuensi.
Hasil dalam penelitian ini adalah responden dalam penelitian ini termasuk kedalam katagori tinggi, Karena dengan menonton program acara Jam Malam di Trans 7 juga dapat mengetahui bagaimana kehidupan seseorang yang menyukai gemerlapnya malam.
Kata Kunci : Motif Informasi, Identitas Pribadi, Interhrasi dan Interaksi Sosial dan Hiburan people watch the show "Jam Night" at the Trans 7.
The population in this study were people who watch surabaya Jam Night, at least 17 years old and above. The sample in this study is the Surabaya community numbered 100 people. The sampling technique in this study was multistage random cluster sampling. Data analysis techniques using frequency tables.
The results in this study were the respondents in this study included into the category of high, Because by watching programs on Trans 7 Night Jam can also find out how the life of someone who loves the glitter of the night.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Media massa adalah salah satu aspek komunikasi yang penting,
terutama pada masa sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran
media massa, sehingga keberadaan media massa senantiasa dituntut untuk
mengikuti gerak dan dinamika individu sebagai kesatuan dalam masyarakat,
namun kehadiran media massa akan dinilai berbeda-beda oleh setiap
individu. Untuk memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat, media
massa (pers) diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui muatan
informasi yang memiliki keenaran, kepentingan dan mafaat untuk
masyarakat.
Keberadaan media massa tidak bisa terlepas kaitannya dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat
menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan
yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. Media
massa memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan masyarakat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah
komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, tabloid, radio, televisi
dan film (Rakhmat, 2004 : 189).
Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu
teknologi pun akhirnya sampai pada tahap modern, seperti yang terjadi saat
ini. Dalam situasi seperti ini, salah satu pihak yang dapat memberikan
informasi secara global adalah televisi. Televisi adalah salah satu produk dari
perkembangan teknologi komunikasi yang dilengkapi dengan tampilan suara
serta gambar.
Televisi merupakan media massa yang popular dan telah menjadi
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Morissan
(2004:1), “saat ini banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di
depan televisi untuk menikmati berbagai macam program yang ditawarkan,
dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga
atau pasangan mereka.
Dewasa ini perkembangan pertelevisian di Indonesia telah sampai
pada tahap yang bisa dikatakan cepat. Hal ini ditandai dengan adanya stasiun
televisi yang telah mengudara secara lokal maupun nasional. Stasiun-stasiun
yang ada saat ini seakan berlomba-lomba dalam menayangkan informasi atau
hiburannya. Berbagai bentuk hiburan saat ini telah disuguhkan oleh semua
stasiun televisi yang ada. Mulai dari acara musik, sinetron, film, kuis, reality
show, variety show, talk show, olah raga dan acara lainnya. Diantara banyak
hiburan yang ada, masing-masing stasiun televisi mempunyai program
andalan sendiri untuk disuguhkan kepada pemirsa. Progarm-program tersebut
diolah dan dikemas sedemikian rupa agar dapat memberikan daya tarik
Persaingan antar stasiun televisi dalam menyajikan beragam program
acara kian ketat. Pertanyaannya, setiap stasiun televisi memasuki peta baru
persaingan televisi yang ketat dan kompetitif itu, terlebih dalam
menampilkan program-program inovatif yang mampu memanjakan pemirsa.
Tampaknya pertanyaan tersebut telah dijawab oleh Trans 7, diusia 9 tahun
pada Desember 2010 mendatang, stasiun televisi ini didominasi
tangan-tangan dingin praktisi muda pertelevisian ini telah menunjukkan bahwa
mereka memang mampu bersaing dengan stasiun televisi lainnya. Trans 7
telah berhasil memasuki era prosuksi sendiri, dengan menayangkan berbagai
program in house. Trans 7 memang mengedepankan in house productions
dan berkomitmen untuk terus menciptakan program-program yang inovatif,
cerdas, tajam dan menjadi trendsetter di industri pertelevisian. Tujuannya tak
lain adalah program-program itu bisa menjadi juara di hati pemirsa. Salah
satu buah dari in house production itu adalah program hiburan.
(http://indonesiatvguide.blogspot.com/2009/01/berinovasi-dengan-program-in-house.html)
Salah satu program terbaru di Trans 7 adalah ”Jam Malam”.
Program “Jam Malam” merupakan sebuah acara dokumenter yang ingin
mengetahui berbagai kegiatan malam yang menarik untuk jelajahi.
Tempat-tempat dan geliat kehidupan malam di kota-kota yang ada di Indonesia.
Melalui program tersebut peneliti ingin menggetahui motif yang mendasari
banyaknya masyarakat yang menyaksikan tayangan hiburan tersebut,
Istilah Jam Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di
malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi bagaimana
sebagian orang di negeri ini berkerja keras membanting tulang di malam hari
demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja keras
mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Konseptor program ini berpikir
cukup out of the box, menyajikan kisah hidup para pekerja malam dari sisi
positif yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Cap negatif para
pekerja malam yang selama ini melekat di masyarakat sedikit terkikis ketika
menonton program berdurasi 30 menit ini. Semua narasumbernya nyata,
tidak dikondisikan, dimana nara sumbernya adalah Sita Destya.
(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimanakah motif
masyarakat di Surabaya tentang program acara ”Jam Malam” di Trans 7.
Motif merupakan ciri dan kebutuhan. Kebutuhan menimbulkan motif bagi
masyarakat. Menurut Mc. Quail ada 4 kategori motif pengkonsumsian media
secara umum yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi
dan interaksi sosial serta motif hiburan. Motif infomasi dari acara tersebut
berasal dari seorang yang menyukai gemerlap dengan dunia malam. Untuk
motif indentitas pribadi mereka mengetahui karakteristik dan kepribadian
pada suatu kelompok atau seseorang. Untuk motif integrasi dan interaksi
yang ingin mengetahui dunia malam. Sedangkan untuk motif hiburan mereka
untuk menikmati hiburan sehingga tingkat stres yang dialami sangat tinggi.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori uses and gratification.
Dari berbagai kebutuhan yang dibutuhkan tersebut muncul mengasumsikan
bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media
mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi
kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak
yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus
(Effendi, 2003:290).
Sedangkan universal dan sederhana masyarakat sebagai pemirsa
televisi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,
pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen
isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, masyarakat ini memiliki beberapa
karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar
dan anonim, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial
sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.
Quil, 2001:201).
Subjek dalam penelitian ini adalah para pemirsa (Masyarakat
Surabaya) yang berusia diatas 17 tahun keatas. Dipilihnya pemirsa yang
berusia diatas 17 tahun keatas sebagai responden karena dianggap pada usia
tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu
provinsi Jawa Timur, Indonesia. Selain itu adanya syuting Jam Malam di
Surabaya pada episode Variasi MX.
Berdasarkan uraian penjelasan di ats maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana motif masyarakat Surabaya tentang program acara ”Jam Malam”
di Trans 7.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah motif
masyarakat Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7 ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat
Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Kegunaan praktis, yaitu untuk menambah literatur dan referensi yang
berguna sebagai dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian
sejenis di masa mendatang yang berhubungan dengan media televisi.
2. Manfaat Teoritis
Kegunaan teroritis, yaitu untuk menambah kajian ilmu komunikasi yang
KAJ IAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1.Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris, communication
berasal dari kata latin communicato dan bersumber dari kata communis
yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut
Carl I Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain
(communication is the process to modify the behaviour of other
individuals). Sedangkan menurut Lasswell, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu. Dalam komunikasi verlangsung proses
penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan
lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,
kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,
kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy,
2005:10-11).
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan komukasiadalah suatu proses
dimana dua orang atau lebih saling bertukar ide atau informasi
interaksi dengan memperhatikan bebarapa aspek yang bertujuan untuk
mempengaruhi perubahan sikap dan tingkah laku orang lain.
2.1.2. Komunikasi Massa
Menurut Effendy (2003:79) komunikasi massa (mass
communication) disini ialah komunikasi melalui media massa modern yang
meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan
televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di
gedung-gedung bioskop.
Menurut Effendy (2003:80), komunikasi massa menyiarkan
informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam
jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Melakukan kegiatan
komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antar pribadi.
Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi
yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan
harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu
pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang
komunikator melalui media massa yang mahir adalah seorang yang berhasil
menemukan metode yang tepat untuk menyeiarkan pesannya guna membina
empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah
komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara
Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan pribadi lain
yang diulangi reibuan kali secara serentak.
Menurut Effendy (2003:81-83), seseorang yang akan
menggunakan media massa seagai alat untuk melakukan kegiatan
komunikasinya perlu memahani karakteristik komunikasi massa
diantaranya:
a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang
disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.
b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah
komunikan yang besar dalam komunikasi masa dengan keterbukaan
dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya
dengan sifat heterrogen komunikan.
c. Media massa menimbulkan keserempakan artinya keserempakan
kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari
komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan
terpisah.
Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena
komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya
dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non
pribadi ini timbul disebabkankarena teknologi dari penyebaran yang massal
dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang
2.1.3. Media Televisi
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang
menghadirkan suatu peradaban, khusunya dalam proses komunikasi dan
inforamsi yang bersifat massa. Kata massa dalam kitannya dengan media
massa mempunyai makna, banyak orang dalam jumlah relatif besar,
heterogen, berada tidak dalam satu tempat, anonim atau tidak saling
mengenal, tidak terlembagakan, perhatiannya terikat pada satu pesan yaitu
pesan dari medium yang sama, memberikan arus balik secara tunda.
Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beerapa media
massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling
akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media
massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan
masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini
disebabkanoleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya
mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual
yang memiliki siaran televisi sangat bermanfaat sebagai upaya
pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir.
Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal
ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyetuh segi-segi
kejiwaan.
Media televisi dipilih karena lebih mampu menjangkau banyak
pemirsa, serta mampu mengatasi jarak dan waktu sehingga khalayak yang
lagi dipersoalkan dari dampak positif maupun negatifnya terhadap
masyarakat, melainkan sampai sejauh mana masyarakat menjadikan televisi
sebagai alat untuk memperluas pola pikirnya serta sekaligus memunculkan
kondisi peradapan manusi (Kuswandi, 1996:20)
2.1.4. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa
Menurut Rakhmat (2002:189), media komuniksi massa adalah
jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran
(media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua
komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang
diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran dan
diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima
merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara
sumber dan penerima (Winarso, 2005:18-20).
Pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya sama seperti
bentuk-bentuk komunikasi yang lain, yaitu memiliki unsur-unsur komuniksi
seperti sumber, pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan balik dan
konteks. Namun beberapa hal yang membedakannya terutama adalah sifat
Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu prosees dimana
komunikator secara professional menggunakan media massa di dalam
mnyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.
Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan
radio (broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah
“tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi “jauh”
dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan segi “penglihatan” oleh gambar
(Effendy, 2007:174).
Televisi secara umum adalah melihat jauh. Hal ini sesuai dengan
kenyataan bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari
Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian
salah satu media massa yang memancarkan suara atau gambar yang berarti
sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui
gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di
rumah (Effendy, 1993:10).
Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi media
massa lainnya. Kalau radio memiliki daya tarik yang kuat karena
unsur-unsur vokal, misik dan efek suara, maka televisi selain memiliki ketiga
unsur-unsur itu juga memiliki unsur visual verupa gambar hidup yang
menimbulkan kesan mendalam bagi penonton. Daya tarik ini melebihi
bioskop karena dapat dinikmati di rumah dengan santai, aman dan nyaman.
Menurut Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya
peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap
media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan
nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik
perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebu menguasai jarak
secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian
besar, sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi,
berubah total sama sekali. Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan
dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi
yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi
telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi
dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi
nemenbus ruang dan jarak geografis pemirsa.
Salain itu televisi menimbulkan dampak yang kuat bagi
pemirsanya, selain adanya tekanan pada kedua indra sekaligus, yakni
penglihatan dan pendengaran. Untuk tujuan komersial, televisi dipandang
sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan misinya. Televisi
mempunyai kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.
Jutaan orang menonton televisi secara teratur. Televisi dapatmenjangkau
khalayak sasaran yang tidak terjangkau oleh media massa lainnya,
misalnya media cetak dan film. Televisi mempunyai kemampuan yang
kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayk sasaran. Kebanyakan
masyarakat meluangkan waktunya di depan televisi sebagai sumber berita,
Pada intinya televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan
pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang
pesat. Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan
sebanyak banyaknya oleh pemirsa. Oleh karen itu kehadiran televisi
menembus ruang dan jaran geografis pemirsa.
2.1.5. Masyarakat Sebagai Pemir sa Televisi
Secara universal dan sederhana masyarakat sebagai pemirsa
televisi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,
pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen
isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, masyarakat ini memiliki
beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat
heterogen, menyebar dan anonim, serta mempunyai kelemahan dalam
ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat
berubah dengan cepat (Mc. Quail, 2001:201). Masyarakat sebagai pemirsa
televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan, serta memiliki kerangka acuan dan lapangan pengalaman yang
berbeda. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika pemirsa terpikat
perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengeri, tergerak hatinya dan
melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara (Effendy, 2004:84).
Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka sejumlah acara
diperuntukan untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group),
disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran
(target audience). Contoh acara untuk kahalayak sasaran adalah warta
kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, ibu
rumah tangga, pemeluk agama islam, dan lain-lain (Effendy, 1993:20).
2.1.6. Motif
Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu
tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang
melatarbelakanginya, apa saja yang mendorong melakukan tindakan
perbuatan tersebut, apa motifnya, untuk itu peneliti akan menjelaskan
mengenai motif.
Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang
meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari
dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat
sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai.
Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.
Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya
motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu,
artinya ndividu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan
media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya.
Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan
atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu
berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).
1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif
itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)
kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.
2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu
tujuan atau cita-cita.
3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai
tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada
dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain
motif merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan
kebutuhan.
Menurut Blumer (Rakhmat, 1999:66), motif meliputi: motif
kognitif, yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif
diversi yaitu keinginan untuk mendapatkan hiburan. Motif identitas
personal yaitu keinginan utnuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan
motif intratif personal, yaitu keinginan yang berhubungan dengan
usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi. Maka
pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain
motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.
Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan
dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman
bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.
Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku.
Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar
sekali. Tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan
pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar
dirinya (Gerungan, 2000:144)
Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus
dipenuhi oleh seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa
kategori dalam motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif
menurut Mc. Quail (1994:72), yaitu:
1. Motif Informasi (Surveillance)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau
informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Dorongan mencari
konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan, dorongan
rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh ras aman
melalui pengetahuan yang didapat.
2. Motif Identitas Perbadi (Personal Identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi.
dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan
pemahaman diri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationship)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan
dengan orang lain atau suatu nilai tertentu, di dalam mempertahankan
norma-norma sosial. Motif ini didasarkan oleh adanya keinginan setiap
individu untuk berafiliasi.
4. Motif Hiburan (Diversi)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri
dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh
kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
2.1.7. Pr ogram Acara ”J am Malam”
Trans 7 telah berhasil memasuki era produksi sendiri, dengan
menayangkan berbagai program. Trans 7, lebih mengedepankan program
acara hiburan dan informasi serta berkomitmen untuk terus menciptakan
program-program yang inovatif, cerdas, taman dan menjadi trendsetter
diindustri pertelevisian. Tujuannya tak lain, program-program itu bisa
menjadi juara di hati pemirsa.
Salah satu program yang banyak diminati pemirsa televisi itu
adalah program dokumenter. Pada saat yang sama, Trans 7 kembali
menyuguhkan program berkualitas untuk para pemirsa setianya. Berbagai
program-program menarik dan unik siap disajikan. Program tersebut
Jam Malam merupakan salah satu program acara dokumenter produksi
Trans 7. Jam Malam yang ingin mengetahui berbagai kegiatan malam
yang menarik untuk Anda jelajahi. Tempat-tempat dan geliat kehidupan
malam di kota-kota yang ada di Indonesia akan dikemas secara unik dan
patut untuk disaksikan menjelang waktu istirahat.
Istilah J am Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di
malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi
bagaimana sebagian orang di negeri ini kerja keras membanting tulang di
malam hari demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja keras
mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Yang jelas karena mereka kehidupan
malam di kota-kota besar tak pernah rehat dan selalu bergairah. Konseptor
program ini berpikir cukup out of the box, menyajikan kisah hidup para
pekerja malam dari sisi positif yang mungkin tidak diketahui oleh banyak
orang. Cap negatif para pekerja malam yang selama ini melekat di
masyarakat sedikit terkikis ketika menonton program berdurasi 30 menit
ini. Semua narasumbernya nyata, tidak dikondisikan. Selain itu acara Jam
Malam ini mempunyai nilai plus sebab pembawa acaranya yang tidak
‘bertopeng’ ketika mendalami kehidupan sang narasumber, sebagai contoh
dari seorang sexy dancer di Makassar rela berlenggak-lenggok di atas
panggung sebuah klub malam, diantara puluhan pasang mata lelaki nakal
dengan pakaian yg terbilang minim demi menghidupi keluarganya. demi
bisa membayar uang sekolah adiknya dan bisa membantu uang kuliah sang
memang ada benarnya, tak semua pekerja malam mempunyai sisi negatif.
Salah satu contohnya kawasan di timur Jakarta ini menjadi saksi betapa tak
mengenal lelahnya sekelompok penari jaipong bergoyang menghibur
kaum kelas bawah di pinggiran jalan. Berbalut atribut sunda yang
dipadupadankan dengan gaya kontemporer, para penari yang mayoritas
gadis belia perantauan asal Jawa Barat ini mempertontonkan kelihaian
tubuhnya ditengah dinginnya udara malam. Tak heran jika malam tiba
puluhan orang yang mayoritas kaum adam memadati kawasan pinggir rel
kereta ini. Diiringi musik khas tanah pasundan para penari jaipong ini
tampil bergiliran meliuk-liukan tubuhnya memanjakan mata lelaki hingga
pagi menjelang. Tak jarang demi mendapatkan saweran yang banyak, para
mojang priangan ini bergoyang dan menggoda. Tapi sekali lagi semuanya
mereka lakukan demi bisa mengirim uang kepada keluarga mereka di
kampung, hingga kelak kalau mereka harus kembali ke kampung halamannya meraka
sudah punya cukup tabungan untuk sekedar membuka warung kopi dan membeli
beras
(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).
2.1.8. Teori Uses dan Gratifications
Teori uses dan gratifications menunjukkan yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan
perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi
sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy,
2003:289).
Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses and gratifications
yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmad, 2002:65).
Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa
beruna (utility), bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif
(intentionality), bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan
preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu
(stunborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi
ketika kebutuhan itu terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang
merujuk kepada hirarki kebutuhan (need hierarchy) yang ditampilkan oleh
Abraham Maslow (1954) dalam Effendy (2003:290), ia membedakan lima
perangkat kebutuhan dasar, yaitu:
1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi), adalah kebutuhan primer
yang menyangkut fungsi bagi organisme manusia seperti kebutuhan
pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.
2. Safety needs (kebutuhan keamanan), adalah kebutuhan mengenai
perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil dan terjaminnya
keamanan diri.
3. Love needs (kebutuhan cinta), adalah kebutuhan akan dicintai,
4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan), adalah kebutuhan dihargai
secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.
5. Self Actulization needs (kebutuhan aktualisasi diri), adalah kebutuhan
mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri
secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.
Teori uses adn gratifications menurut Kats, Gurevitch dan Haas
dalam Effendy (2003:294) dimulai dengan lingkungan sosial (social
environment) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial
tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian.
Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif), adalah kebutuhan yang
berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman
mengenai lingkungannya.
2. Affective needs (kebutuhan afektif), adalah kebutuhan yang berkaitan
dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan
dan emosional.
3. Personal integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif), adalah
kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,
teman dan dunia.
4. Escapist needs (kebutuhan pelepasan), adalah berkaitan dengan upaya
menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan
Menurut para pendirinya Katz, Gurevitch dan Blumer, uses and
gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan
tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada
pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhank
kebutuhan dan akibat-akibat lain.
Lebih lanjut untuk memahami teori uses and grativication, maka
sebagimana yang dikutip Rahmat (2007:66) dari Katz, Gurevitch dan
Blumer dijelaskan bahwa dalam motif yang dipengaruhi dalam
penggunaan media terdiri dari tiga motif, yaitu: kognitif, diversi dan
identitas personal. Teori ini menunjukkan bahwa bagaimana media
memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, bukan bagaimana media
mengubah sikap dan perilaku khalayak. Asumsi dari teori ini adalah
khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai
tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena didorong
oleh motif-motif tertentu dan karena adanya berbagai kebutuhan yang
dapat dipuaskan oleh media massa. Seseorang ingin mencari kesenangan,
media massa dapat memberikan hiburan, seseorang mengalami guncangan
batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari
masalahnya. Jika seseorang kesepian, maka media massa dapat berfungsi
sebagai sahabat.
2.2. Kerangka Pikir
Dewasa ini perkembangan pertelevisian di Indonesia telah sampai
televisi yang telah mengudara secara lokal maupun nasional. Persaingan
dalam dunia pertelevisian saat ini berlomba-lomba menyajikan beragam
program acara. Program Jam Malam yang ditayangkan di Trans 7 ini
menggambarkan tentang berbagai kegiatan malam yang menarik untuk Anda
jelajahi. Tempat-tempat dan geliat kehidupan malam di kota-kota yang ada
di Indonesia akan dikemas secara unik dan patut untuk disaksikan
menjelang waktu istirahat.
Dalam menonton acara Jam Malam merupakan kegitan yang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat informatif dan hiburan.
Menurut Blumer dalam Rakhmad (2007:66) motif terdiri dari motif kognitif
yaitu kebutuhan akan informasi, motif diversi yaitu kebutuhan untuk
menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang
penting dalam kehidupan dan motif integrasi dan interaksi sosial yaitu
kebutuhan untuk merujuk pada kelangsungan hubungan individu tersebut
dengan orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir
METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu
mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi
akan menggambarkan secara sistematis tentang motif masyarakat dalam
menonoton acara Jam Malam. Berikut ini adalah definisi operasional dari
variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
3.1.1. Motif
Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak,
alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140). Motif dapat
timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa kategori dalam
motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Mc.
Quil (1994:72), yaitu:
1. Motif Informasi
a. Mendapatkan informasi mengenai kehidupan pada malam hari.
b. Mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi
oleh orang-orang yang menyukai gemerlap malam.
c. Mendapatkan informasi mengenai kegiatan pada malam hari
d. Mendapatkan informasi mengenai kumpulan orang atau komunitas
e. Menambah pengetahuan tentang makanan khas pada malam hari .
2. Motif Identitas Pribadi
a. Dapat mengetahui kegiatan atau aktivitas orang-orang yang
menyukai gemerlap kahidupan malam.
b. Dapat mengetahui kehidupan sosial pada malam hari.
c. Dapat mengetahui bagaimana cara masyarakat untuk bertahan
hidup dengan bekerja pada malam hari
d. Mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan yang dialami
seseorang
e. Dapat mengetahui profesi seseorang yang suka dengan gemerlap
kehidupan malam
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
a. Menonton acara Jam Malam untuk mengetahui cara berinteraksi
dengan suatu kelompok atau komunitas pada malam hari.
b. Berbagi pengalaman dengan orang lain.
c. Membantu menjalankan peran sosial untuk masyarakat yang
membutuhkan pertolongan
d. Menjalin pertemanan persahabatan dengan orang lain
4. Motif Hiburan
a. Melepaskan diri dari permasalahan dengan melihat tayangan yang
menghibur.
b. Mengisi waktu istirahat setelah seharian beraktivitas.
c. Memperoleh informasi mengenai tempat-tempat hiburan yang
Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan
menggunakan modifikasi model skala likert. Cara ini merupakan sebuah
cara untuk mengetahui pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi
respon jawaban sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan
pengskalaan, digunakan kuesioner yang diberikan kepada responden
mengenai motif dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus
dipilih oleh responden untuk menyatakan pilihannya.
Maka dalam penelitian ini ditetapkan pada empat alternatif pilihan
yang dapat dipilih oleh responden, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S),
tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).
Pada tahap selanjutnya sempat kategori jawaban di atas akan diberi
nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Selanjutnya pada
masing-masing jawaban diberikan bobot skor sebagai berikut:
SS (sangat setuju) = diberi skor 4
S (setuju) = diberi skor 3
TS (tidak setuju) = diberi skor 2
STS (sangat tidak setuju) = diberi skor 1
Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari tiap-tiap
indikator motif yang diperoleh dari tipa-tiap kuesioner, sehingga diperoleh
skor total dari tiap penyataannya tersebut untuk masing-masing responden.
Selanjutnya, tiap-tiap indikator motif diukur melalui
pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian jawaban yang telah
dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, yang diperoleh
responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval
tingkat tinggi, sedang dan rendah menggunakan rumus:
diinginkan
Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah nilai
item pertanyaan
Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai
item pertanyaan
Jenjang : 3 (tiga)
Interval dari motif sebagai berikut :
Interval = (18x4)-(18x1) = 72 - 18 = 54 = 18
3 3 3 3
a. Dikategorikan Tinggi, bila total skor keseluruhan jawaban responden
berada diinterval 50 s/d 72. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif
masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara
"Jam Malam" di Trans 7 tinggi
b.Dikategorikan Sedang, bila total skor keseluruhan jawaban responden
berada diinterval 36 s/d 49. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif
masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara
"Jam Malam" di Trans 7 cukup atau sedang.
c. Dikategorikan Rendah, bila total skor keseluruhan jawaban responden
berada diinterval 18 s/d 35. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif
"Jam Malam" di Trans 7 rendah.
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk
mengetahui motif masyarakat Surabaya dalam menonton acara "Jam Malam" di
Trans7" untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Motif Informasi
Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif informasi memiliki 5
indikator atau lima (5) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif
informasi adalah sebagai berikut :
Motif informasi = (5x4)-(5x1) = 20 - 5 = 15 = 5
3 3 3 3
Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 5-10
Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 11-15
Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 16 – 20
2. Motif Identitas Pribadi
Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif identitas pribadi
memiliki 5 indikator atau lima (5) pernyataan, maka pengkategorian untuk
motif identitas pribadi adalah sebagai berikut :
Motif Identitas Pribadi = (5x4)-(5x1) = 20 - 5 = 15 = 5
3 3 3 3
Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 5-10
Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 11-15
Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 16 – 20
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial
Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif integrasi dan interaksi
sosial memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian
Motif Integrasi dan Interaksi Sosial = (4 x 4) – (4 x 1) = (16 – 4) = 12 = 4 3 3 3 Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 4 – 8
Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 9 – 12
Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 13 – 16
4. Motif Hiburan
Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif hiburan memiliki 4
indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif
hiburan adalah sebagai berikut :
Motif Hiburan = (4 x 4) – (4 x 1) = (16 – 4) = 12 = 4
3 3 3
Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 4 – 8
Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 9 – 12
Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 13 – 16
3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa
yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 2002:152). Populasi pada
penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang menonton Jam Malam,
berusia minimal 17 tahun ke atas yang berjumlah 2.599.795 orang (Data
BPS tahun 2007).
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan
pemirsa atau responden yang bertempat tinggal di kota Surabaya. Teknik
cluster random sampling, maka secara sistematis teknik penarikan sampel
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling
Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling
dapat dilakukan melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut:
a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di
kota Surabaya, diamana kota Surabaya terbagi dalam 5 wilayah yaitu
Surabaya pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan
dan Surabaya Barat. Dalam penelitian ini wilayah yang terpilih
adalah Surabaya Timur dan Selatan.
b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan,
kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing-masing dua
kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Dari wilayah Surabaya timur
terpilih Kecamatan Tenggilis Mejoyo dan Gubeng. Sedangkan
wilayah Surabaya selatan yang terpilih adalah Kecamatan
Karangpilang dan Jambangan.
c. Tahap ketiga dilakukan pemilihan kelurahan. Setelah dilakukan
masing-masing kecamatan. Kecamatan Tenggilis Mejoyo tepilih
Kelurahan Tenggilis Mejoyo dan Prapen. Kecamatan Gubeng terpilih
Kelurahan Kertajaya dan Gubeng. Sedangkan untuk Kecamatan
Karangpilang terpilih Kelurahan Karangpilang dan Kebraon. Untuk
Kecamatan Jambangan terpilih Kelurahan Pagesangan dan Kebonsari.
Tabel 3.1.
J umlah Penduduk di 8 (Delapan) Kelur ahan
No Kelurahan Jumlah
1. Kelurahan Tenggilis Mejoyo 7.345
2. Kelurahan Prapen 2.294
3. Kelurahan Kertajaya 21.834
4. Kelurahan Gubeng 13.625
5. Kelurahan Karangpilang 7.632
6. Kelurahan Kebraon 20.669
7. Kelurahan Pagesangan 10.748
8. Kelurahan Kebonsari 9.225
Jumlah 93.372
Sumber: Badan Pusat Statistik (2007)
Jadi berdasarkan data tersebut, untuk mengetahui jumlah sampel,
maka digunakan rumus yamane sebagai berikut:
1
d = Presisi (derajat ketelitian 10%)
1 = Angka konstan
berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus yamane
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari
resonden berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah
data yang berupa jawaban dari kuesioner yang diberikan berupa jawaban
yang diberikan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh
dari buku-buku penunjang.
3.4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel
frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari
hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh
responden.
Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan dioleh
untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner
terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam
tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan
yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengabn
menggunakan rumus:
Dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh apa yang diinginkan
peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1. Geografi Kota Sur abaya
Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang
Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit
BT (Bujur Timur)
Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah),
kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah
Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas
permukaan air laut
Batas Wilayah :
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Selat Madura
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo
Sebelah Barat : Kabupaten Gresik
Luas Wilayah : 33.306,30 Ha
Jumlah Kecamatan : 31
Jumlah Desa
Kelurahan
: 160
Kelembapan Udara : Rata-rata minimum 42% dan maksimum 96%
Tekanan Udara : Rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum 1.014,41
Mbs
4.1.2. Demografi Kota Sur abaya
Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam
etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa.
Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak,
Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya
membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota
Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli
dan orang Madura. Ciri khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah
bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun tampak seperti
bertemperamen kasar, masyarakat disini sangat demokratis, toleran dan
senang menolong orang lain Dalam berkesenian masyarakat disini senang
dengan gerakan yang atraktif, dinamis dan humoristik. Gerak tari yang
lambat kurang diterima disini.
Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga
mencapai bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal dalam
perkampungan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,2 % setahun,
tentu saja kebutuhan akan perumahan sangat besar. Masyarakat dapat
menetap dalam perkampungan padat ataupun memilih berpindah ke real
estate yang lebih teratur. Pilihan kelas real estate pun sangat beragam.
Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan padang golf dengan
keamanan yang ketat juga tersedia di sini. Seperti di belahan rnanapun di
tetapi masing-masing dapat berdampingan dengan damai, dan tidak menjadi
alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman
(http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=22).
4.1.3. Tayangan J am Malam di Trans 7
Istilah J am Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di
malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi
bagaimana sebagian orang di negeri ini berkerja keras membanting tulang
di malam hari demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja
keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Yang jelas karena mereka
kehidupan malam di kota-kota besar tak pernah rehat dan selalu bergairah.
Konseptor program ini berpikir cukup out of the box, menyajikan kisah
hidup para pekerja malam dari sisi positif yang mungkin tidak diketahui
oleh banyak orang. Cap negatif para pekerja malam yang selama ini
melekat di masyarakat sedikit terkikis ketika menonton program berdurasi
30 menit ini. Semua narasumbernya nyata, tidak dikondisikan
(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).
4.2. Penyajian Data
Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner
yang telah dibagikan kepada 100 orang yang tersebar di Surabaya diperoleh
4.2.1. Karakteristik Responden
1. Karakteristik Responden Berdasar kan Usia
Tabel 4.1
responden dalam penelitian ini berusia 17-26 tahun yaitu sebanyak 45 orang
atau sebesar 45%, sedangkan untuk usia 27-36 tahun yaitu sebanyak 30
orang atau 30% dan sisanya sebanyak 25 orang atau sebesar 25% adalah
orang-orang yang berusia lebih dari 37 tahun.
2. Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin
Tabel 4.2.
Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (N) Prosentase (%)
1 Laki-Iaki 75 75
2 Perempuan 25 25
Total 100 100
Sumber : Kuesioner Sub I. No.3
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah
sebanyak 75 orang atau sebesar 75% dan sisanya 25 orang atau sebesar 25%
3. Karakteristik Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir
Tabel 4.3.
Karakteristik Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir
No Pendidikan Jumlah (N) Prosentase (%)
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini berpendidikan terakhir S1 yaitu sebesar 27
orang atau 27%, sedangkan yang berpendidikan terakhir SMA sebesar 23
orang atau 23%, berpendidikan terakhir Diploma sebesar 20 orang atau
20%, selain itu sebanyak 15 orang atau 15% berpendidikan terakhir S2,
yang berpendidikan terakhir S3 sebanyak 8 orang atau 8% dan sisanya
sebanyak 7 orang atau 7% berpendidikan terakhir SMP.
4.2.2.Motif Responden
Berikut ini akan disajikan penjabaran dari frekuensi jawaban yang
diberikan oleh responden terhadap beberapa pernyataan yang diajukan dan
digolongkan menjadi empat kategori yakni Kognitif, Identitas Personal,
Diversi dan Integratif Sosial, dan dapat dijabarkan sebagai berikut :
A. Motif Infor masi
Motif informasi berkaitan dengan keinginan untuk mencari berita
tentang lingkungan sekitar, yaitu menonton program acara Jam Malam di
Trans 7 akan dibedakan menjadi lima pernyataan yang akan dijabarkan
berdasarkan frekuensi di bawah ini :
1.Menonton acara J am Malam mendapatkan infor masi mengenai
kehidupan pada malam hari
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat
diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari
informasi tentang menonton acara Jam Malam mendapatkan informasi
mengenai kehidupan pada malam hari, seperti tertera pada tabel berikut :
Tabel 4.4
besar responden memberian jawaban setuju mengenai pernyataan
menonton acara Jam Malam mendapatkan informasi mengenai kehidupan
pada malam hari sebanyak 73 orang atau73%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa responden mempunyai keinginan untuk mengetahui kehidupan
pada malam hari dengan menonton acara Jam Malam di Trans 7.
Sedangkan sebanyak 21 orang atau 21% memberikan jawaban tidak
pada malam hari tidak perlu menonton acara Jam Malam dan bisa
dilakukan sendiri atau terjun langsung dalam kehidupan malam.
Sebanyak 6 orang atau 6% responden memberikan jawaban sangat setuju
dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bahwa dengan menonton
acara Jam Malam dapat mengetahui kehidupan pada malam hari, sehigga
tidak perlu harus menyelami dunia malam sendiri cukup dengan
menonton acara Jam Malam.
2.Mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi
oleh orang-orang yang menyukai gemer lap malam
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat
diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari
informasi tentang mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang
dikunjungi oleh orang-orang yang menyukai gemerlap malam seperti
tertera pada tabel berikut :
mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi oleh
orang-orang yang menyukai gemerlap malam yaitu sebanyak 78 orang
atau 78% hal tersebut menunjukkan bahwa responden mempunyai
keinginan untuk mengetahui tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh
orang-orang yang menyukai gemerlap kehidupan malam seperti, club
malam, diskotik dan lain sebagainya.
Sebanyak 21 orang atau 21% responden memberikan
jawaban tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan oleh peneliti
mengenai tempet-tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang
menyukai gemerlap kehidupan malam, hal tersebut menunjukkan bahwa
responden tidak mempunyai keinginan atau motif untuk mengetahui
tempet-tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang menyukai
gemerlap malam, sebab menurut responden untuk mengetahui
tempat-tempat tersebut tidak perlu menonton acara Jam Malam di Trans 7 tetapi
bisa mensurvai langsung ketempat-tempat tersebut. Sedangkan sebanyak
8 orang atau 8% memberikan jawaban setuju dengan pertanyaan yang
diajukan oleh peneliti, hal tersebut menunjukkan bahwa responden
mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui tempat-tempat yang
disukai oelh orang yang menyukai gemerlap malam dengan mengetahui
maka tidak perlu mencari sendiri tempat-tempat yang sering dikunjungi
oleh orang-orang yang menyukai gemerlap kehidupan malam. Dan tidak
3.Menonton acara J am Malam untuk mendapatkan informasi
mengenai kegiatan pada malam hari
Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat
diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari
informasi tentang menonton acara Jam Malam untuk mendapatkan
informasi mengenai kegiatan pada malam hari, seperti tertera pada tabel
berikut :
besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban setuju
terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti mengenai menonton
acara Jam Malam untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan pada
malam hari yaitu sebanyak 74 orang atau 74%, hal tersebut menunjukkan
bahwa responden memiliki motif atau keinginan untuk mencari informasi
mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan orang-orang pada malam hari
dengan menonton acara Jam Malam di Trans 7 seperti touring sebuah
komunitas motor dan lain yang dilakukan pada malam hari pada acara