• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MOTIF MASYARAKAT MENONTON PROGRAM ACARA ”JAM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Menonton Program Acara ”Jam Malam” di Trans 7)."

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Pr ogram Acara ”J am Malam” di Trans 7)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fisip UPN ”Veteran”

J awa Timur

Disusun Oleh :

Denny Ar yo Wibowo 0543310457

YAYASAN KESEJ AHTERAAN, PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

▸ Baca selengkapnya: proposal acara malam tahun baru

(2)

ACARA ”J AM MALAM” DI TELEVISI

Nama : Denny Ar yo Wibowo

NPM : 0243010086

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Telah Disetujui untuk Mengikuti Seminar Proposal :

Pembimbing Utama

J uwito, S. Sos, Msi NPT. 367049500361

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

(3)

Motif Masyarakat Sur abaya Menonton Program Acar a

”J am Malam” di Trans 7)

Nama : Denny Ar yo Wibowo

NPM : 0543310457

Pr ogram Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik

Telah Disetujui untuk Mengikuti Ujian Skripsi :

Mengetahui

Pembimbing Utama

J uwito, S. Sos, Msi

NPT. 367049500361

Menyetujui

Dekan

(4)

”J AM MALAM” DI TELEVISI (Studi Deskr iptif Motif

Masyarakat Sur abaya Menonton Progr am Acara ”J am Malam”

di Trans 7)

Nama : Denny Ar yo Wibowo

NPM : 0543310457

Pr ogdi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1.

J uwito, S. Sos. MSi J uwito, S.Sos, MSi

NPT. 367049500361 NPT. 367049500361

2.

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, MSi NPT. 370069400351

3.

Dr s. Kusnarto, Msi

NIP. 195808011984021001

Mengetahui Ketua Program Studi

(5)

Pr ogram Acara ”J am Malam” di Trans 7)

Oleh

Denny Ar yo Wibowo

0543310457

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal 26 J uli 2012

Menyetujui

Pembimbing Utama Tim Penguji

1. Ketua

J uwito, S. Sos, MSi J uwito, S. Sos, MSi

NPT. 367049500361 NPT. 367049500361

2. Sekr etaris

Dr s. Syaifuddin Zuhr i, MSi NPT. 370069400351

3. Anggota

Dr s. Kusnarto, Msi

NIP. 195808011984021001

Mengetahui Dekan

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan karunianya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

penelitian ini dengan baik. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana program studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Penulisan skripsi ini tidak akan bisa terselesaikan dengan baik tanpa

adanya bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis

menyampikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu

penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S. Sos., MSi., selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi

serta dosen pembimbing penulis, yang telah meluangkan waktu disela

kesibukannya guna membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Semua dosen dan staff dosen Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran”

(7)

memenuhi harapan.

6. Semua orang yang telah banyak membantu penulis namun tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu, penulis ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan guna meningkatkan mutu dari

penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat

dan menjadi acuan bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalaminya di masa

yang akan datang.

Surabaya, Juli 2012

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasar Teori ... 7

2.1.1.Komunikasi ... 7

2.1.2.Komunikasi Massa ... 8

2.1.3.Media Televisi ... 10

2.1.4.Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 11

2.1.5.Masyarakat Sebagai Pemirsa Televisi ... 14

2.1.6.Motif ... 15

(9)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 25

3.1.1.Motif ... 25

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30

3.2.1.Populasi ... 30

3.2.2.Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 30

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 34

4.1.1.Geografi Kota Surabaya ... 34

4.1.2.Demografi Kota Surabaya ... 35

4.1.3.Tayangan Jam Malam di Trans 7 ... 36

4.2. Penyajian Data ... 36

4.2.1.Karakteristik Responden ... 37

4.2.2.Motif Responden ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

Tabel 3.1. Jumlah Penduduk di 8 (Delapan) Kelurahan ... 32

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 37

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 37

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 38

Tabel 4.4. Acara Jam Malam Mendapatkan Informasi Mengenai Kehidupan Pada Malam Hari ... 39

Tabel 4.5. Mendapatkan Pengetahuan Tentang Tempat-Tempat Yang Dikunjungi Oleh Orang-Orang Yang Menyukai Gemerlap Malam ... 40

Tabel 4.6. Acara Jam Malam Untuk Mendapatkan Informasi Mengenai Kegiatan Pada Malam Hari ... 42

Tabel 4.7. Acara Jam Malam untuk mendapatkan informasi mengenai Makanan khas pada malam hari ... 44

Tabel 4.8. Acara Jam Malam Untuk Menambah Wawasan Dan Pengetahuan Yang Positif Dan Negatif Mengenai Gemerlap Kehidupan Malam ... 45

Tabel 4.9.Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Motif Informasi ... 47

(11)

Tabel 4.12. Acara Jam Malam Untuk Dapat Mengetahui Bagaimana Cara

Masyarakat Untuk Bertahan Hidup Dengan Bekerja Pada

Malam Hari ... 51

Tabel 4.13. Acara Jam Malam Untuk Mendapatkan Pengetahuan Tentang

Kehidupan Yang Dialami Seseorang ... 52

Tabel 4.14. Acara Jam Malam Untuk Dapat Mengetahui Profesi Seseorang

Yang Suka Dengan Gemerlap Kehidupan Malam ... 53

Tabel 4.15. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Identitas

Pribadi ... 54

Tabel 4.16. Acara Jam Malam Untuk Mengetahui Cara Berinteraksi Dengan

Suatu Kelompok Atau Komunitas Pada Malam Hari ... 56

Tabel 4.17. Acara Jam Malam Untuk Berbagi Pengalaman Dengan Orang

Lain ... 57

Tabel 4.18. Acara Jam Malam Untuk Membantu Menjalankan Peran Sosial

Untuk Masyarakat Yang Membutuhkan Pertolongan ... 58

Tabel 4.19. Acara Jam Malam Untuk Menjalin Pertemanan Persahabatan

Dengan Orang Lain ... 60

Tabel 3.20. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Integrasi dan

Interaksi Sosial ... 61

Tabel 4.21. Acara Jam Malam Untuk Melepaskan Diri Dari Permasalahan

(12)

Tabel 4.22.Acara Jam Malam Untuk Mengisi Waktu Istirahat Setelah

Seharian Beraktivitas ... 64

Tabel 4.23. Acara Jam Malam Untuk Memperoleh Informasi Mengenai

Tempat-Tempat Hiburan Yang Dapat Dikunjungi Pada Malam

Hari ... 65

Tabel 4.24.Acara Jam Malam Untuk Bersantai Setelah Seharian

Menjalankan Tugas ... 66

Tabel 4.25. Pengelompokkan Responden Berdasarkan Kategori Hiburan .... 67

(13)
(14)

Lampiran 1 : Kuesioner ... 72

Lampiran 2 : Rekapilulasi Jawaban Responden ... 78

Lampiran 3 : Output SPSS ... 83

(15)

Abstrak

Televisi merupakan media massa yang popular dan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Salah satu program terbaru di Trans 7 “Jam Malam” yang merupakan acara dokumenter yang ingin mengetahui berbagai kegiatan malam yang menarik untuk jelajahi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7.

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat surabaya yang menonton Jam Malam, berusia minimal 17 tahun ke atas. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya berjumlah 100 orang. Teknik penarikan sampel dalam

penelitian ini adalah multistage cluster random sampling. Teknik analisis data

menggunakan tabel frekuensi.

Hasil dalam penelitian ini adalah responden dalam penelitian ini termasuk kedalam katagori tinggi, Karena dengan menonton program acara Jam Malam di Trans 7 juga dapat mengetahui bagaimana kehidupan seseorang yang menyukai gemerlapnya malam.

Kata Kunci : Motif Informasi, Identitas Pribadi, Interhrasi dan Interaksi Sosial dan Hiburan people watch the show "Jam Night" at the Trans 7.

The population in this study were people who watch surabaya Jam Night, at least 17 years old and above. The sample in this study is the Surabaya community numbered 100 people. The sampling technique in this study was multistage random cluster sampling. Data analysis techniques using frequency tables.

The results in this study were the respondents in this study included into the category of high, Because by watching programs on Trans 7 Night Jam can also find out how the life of someone who loves the glitter of the night.

(16)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Media massa adalah salah satu aspek komunikasi yang penting,

terutama pada masa sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran

media massa, sehingga keberadaan media massa senantiasa dituntut untuk

mengikuti gerak dan dinamika individu sebagai kesatuan dalam masyarakat,

namun kehadiran media massa akan dinilai berbeda-beda oleh setiap

individu. Untuk memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat, media

massa (pers) diharapkan mampu mencerdaskan masyarakat melalui muatan

informasi yang memiliki keenaran, kepentingan dan mafaat untuk

masyarakat.

Keberadaan media massa tidak bisa terlepas kaitannya dengan

perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Media massa dapat

menjadi jembatan yang menghubungkan komunikator dengan komunikan

yang melintasi jarak, waktu, bahkan lapisan sosial dalam masyarakat. Media

massa memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan masyarakat. Secara sederhana, komunikasi massa adalah

komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, tabloid, radio, televisi

dan film (Rakhmat, 2004 : 189).

Perkembangan teknologi dan informasi dari waktu ke waktu

(17)

teknologi pun akhirnya sampai pada tahap modern, seperti yang terjadi saat

ini. Dalam situasi seperti ini, salah satu pihak yang dapat memberikan

informasi secara global adalah televisi. Televisi adalah salah satu produk dari

perkembangan teknologi komunikasi yang dilengkapi dengan tampilan suara

serta gambar.

Televisi merupakan media massa yang popular dan telah menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Menurut Morissan

(2004:1), “saat ini banyak orang yang menghabiskan waktunya lebih lama di

depan televisi untuk menikmati berbagai macam program yang ditawarkan,

dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk ngobrol dengan keluarga

atau pasangan mereka.

Dewasa ini perkembangan pertelevisian di Indonesia telah sampai

pada tahap yang bisa dikatakan cepat. Hal ini ditandai dengan adanya stasiun

televisi yang telah mengudara secara lokal maupun nasional. Stasiun-stasiun

yang ada saat ini seakan berlomba-lomba dalam menayangkan informasi atau

hiburannya. Berbagai bentuk hiburan saat ini telah disuguhkan oleh semua

stasiun televisi yang ada. Mulai dari acara musik, sinetron, film, kuis, reality

show, variety show, talk show, olah raga dan acara lainnya. Diantara banyak

hiburan yang ada, masing-masing stasiun televisi mempunyai program

andalan sendiri untuk disuguhkan kepada pemirsa. Progarm-program tersebut

diolah dan dikemas sedemikian rupa agar dapat memberikan daya tarik

(18)

Persaingan antar stasiun televisi dalam menyajikan beragam program

acara kian ketat. Pertanyaannya, setiap stasiun televisi memasuki peta baru

persaingan televisi yang ketat dan kompetitif itu, terlebih dalam

menampilkan program-program inovatif yang mampu memanjakan pemirsa.

Tampaknya pertanyaan tersebut telah dijawab oleh Trans 7, diusia 9 tahun

pada Desember 2010 mendatang, stasiun televisi ini didominasi

tangan-tangan dingin praktisi muda pertelevisian ini telah menunjukkan bahwa

mereka memang mampu bersaing dengan stasiun televisi lainnya. Trans 7

telah berhasil memasuki era prosuksi sendiri, dengan menayangkan berbagai

program in house. Trans 7 memang mengedepankan in house productions

dan berkomitmen untuk terus menciptakan program-program yang inovatif,

cerdas, tajam dan menjadi trendsetter di industri pertelevisian. Tujuannya tak

lain adalah program-program itu bisa menjadi juara di hati pemirsa. Salah

satu buah dari in house production itu adalah program hiburan.

(http://indonesiatvguide.blogspot.com/2009/01/berinovasi-dengan-program-in-house.html)

Salah satu program terbaru di Trans 7 adalah ”Jam Malam”.

Program “Jam Malam” merupakan sebuah acara dokumenter yang ingin

mengetahui berbagai kegiatan malam yang menarik untuk jelajahi.

Tempat-tempat dan geliat kehidupan malam di kota-kota yang ada di Indonesia.

Melalui program tersebut peneliti ingin menggetahui motif yang mendasari

banyaknya masyarakat yang menyaksikan tayangan hiburan tersebut,

(19)

Istilah Jam Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di

malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi bagaimana

sebagian orang di negeri ini berkerja keras membanting tulang di malam hari

demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja keras

mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Konseptor program ini berpikir

cukup out of the box, menyajikan kisah hidup para pekerja malam dari sisi

positif yang mungkin tidak diketahui oleh banyak orang. Cap negatif para

pekerja malam yang selama ini melekat di masyarakat sedikit terkikis ketika

menonton program berdurasi 30 menit ini. Semua narasumbernya nyata,

tidak dikondisikan, dimana nara sumbernya adalah Sita Destya.

(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).

Penelitian ini berusaha untuk mengetahui bagaimanakah motif

masyarakat di Surabaya tentang program acara ”Jam Malam” di Trans 7.

Motif merupakan ciri dan kebutuhan. Kebutuhan menimbulkan motif bagi

masyarakat. Menurut Mc. Quail ada 4 kategori motif pengkonsumsian media

secara umum yaitu motif informasi, motif identitas pribadi, motif integrasi

dan interaksi sosial serta motif hiburan. Motif infomasi dari acara tersebut

berasal dari seorang yang menyukai gemerlap dengan dunia malam. Untuk

motif indentitas pribadi mereka mengetahui karakteristik dan kepribadian

pada suatu kelompok atau seseorang. Untuk motif integrasi dan interaksi

(20)

yang ingin mengetahui dunia malam. Sedangkan untuk motif hiburan mereka

untuk menikmati hiburan sehingga tingkat stres yang dialami sangat tinggi.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori uses and gratification.

Dari berbagai kebutuhan yang dibutuhkan tersebut muncul mengasumsikan

bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media

mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi

kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah pada khalayak

yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus

(Effendi, 2003:290).

Sedangkan universal dan sederhana masyarakat sebagai pemirsa

televisi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,

pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen

isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, masyarakat ini memiliki beberapa

karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar

dan anonim, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial

sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.

Quil, 2001:201).

Subjek dalam penelitian ini adalah para pemirsa (Masyarakat

Surabaya) yang berusia diatas 17 tahun keatas. Dipilihnya pemirsa yang

berusia diatas 17 tahun keatas sebagai responden karena dianggap pada usia

tersebut para pemirsa bisa bersifat lebih bijak lagi menanggapi suatu

(21)

provinsi Jawa Timur, Indonesia. Selain itu adanya syuting Jam Malam di

Surabaya pada episode Variasi MX.

Berdasarkan uraian penjelasan di ats maka peneliti ingin mengetahui

bagaimana motif masyarakat Surabaya tentang program acara ”Jam Malam”

di Trans 7.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah motif

masyarakat Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7 ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat

Surabaya menonton program acara ”Jam Malam” di Trans 7.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Kegunaan praktis, yaitu untuk menambah literatur dan referensi yang

berguna sebagai dasar pemikiran bagi kemungkinan adanya penelitian

sejenis di masa mendatang yang berhubungan dengan media televisi.

2. Manfaat Teoritis

Kegunaan teroritis, yaitu untuk menambah kajian ilmu komunikasi yang

(22)

KAJ IAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1.Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris, communication

berasal dari kata latin communicato dan bersumber dari kata communis

yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut

Carl I Hovland, komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain

(communication is the process to modify the behaviour of other

individuals). Sedangkan menurut Lasswell, komunikasi adalah proses

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media

yang menimbulkan efek tertentu. Dalam komunikasi verlangsung proses

penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada

orang lain (komunikan). Pikiran bisa berupa gagasan, informasi, opini dan

lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan,

kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian,

kegairahan dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendy,

2005:10-11).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik suatu

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan komukasiadalah suatu proses

dimana dua orang atau lebih saling bertukar ide atau informasi

(23)

interaksi dengan memperhatikan bebarapa aspek yang bertujuan untuk

mempengaruhi perubahan sikap dan tingkah laku orang lain.

2.1.2. Komunikasi Massa

Menurut Effendy (2003:79) komunikasi massa (mass

communication) disini ialah komunikasi melalui media massa modern yang

meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas, siaran radio dan

televisi yang ditujukan kepada umum dan film yang dipertunjukkan di

gedung-gedung bioskop.

Menurut Effendy (2003:80), komunikasi massa menyiarkan

informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam

jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Melakukan kegiatan

komunikasi massa jauh lebih sukar daripada komunikasi antar pribadi.

Seorang komunikator yang menyampaikan pesan kepada ribuan pribadi

yang berbeda pada saat yang sama, tidak akan bisa menyesuaikan

harapannya untuk memperoleh tanggapan mereka secara pribadi. Suatu

pendekatan yang bisa merenggangkan kelompok lainnya. Seorang

komunikator melalui media massa yang mahir adalah seorang yang berhasil

menemukan metode yang tepat untuk menyeiarkan pesannya guna membina

empati dengan jumlah terbanyak diantara komunikannya. Meskipun jumlah

komunikan bisa mencapai jutaan, kontak yang fundamental adalah antara

(24)

Komunikasi massa yang berhasil ialah kontak pribadi dengan pribadi lain

yang diulangi reibuan kali secara serentak.

Menurut Effendy (2003:81-83), seseorang yang akan

menggunakan media massa seagai alat untuk melakukan kegiatan

komunikasinya perlu memahani karakteristik komunikasi massa

diantaranya:

a. Komunikasi massa bersifat umum artinya pesan komunikasi yang

disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang.

b. Komunikasi bersifat heterogen artinya perpaduan antara jumlah

komunikan yang besar dalam komunikasi masa dengan keterbukaan

dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi erat sekali hubungannya

dengan sifat heterrogen komunikan.

c. Media massa menimbulkan keserempakan artinya keserempakan

kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari

komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya dalam keadaan

terpisah.

Hubungan komunikator-komunikan bersifat non pribadi, karena

komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya

dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator. Sifat non

pribadi ini timbul disebabkankarena teknologi dari penyebaran yang massal

dan sebagian lagi dikarenakan syarat-syarat bagi peranan komunikator yang

(25)

2.1.3. Media Televisi

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang

menghadirkan suatu peradaban, khusunya dalam proses komunikasi dan

inforamsi yang bersifat massa. Kata massa dalam kitannya dengan media

massa mempunyai makna, banyak orang dalam jumlah relatif besar,

heterogen, berada tidak dalam satu tempat, anonim atau tidak saling

mengenal, tidak terlembagakan, perhatiannya terikat pada satu pesan yaitu

pesan dari medium yang sama, memberikan arus balik secara tunda.

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beerapa media

massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling

akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media

massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpati kalangan

masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini

disebabkanoleh sifat audio visualnya yang tidak lain penayangannya

mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan modal audio visual

yang memiliki siaran televisi sangat bermanfaat sebagai upaya

pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir.

Pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal

ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyetuh segi-segi

kejiwaan.

Media televisi dipilih karena lebih mampu menjangkau banyak

pemirsa, serta mampu mengatasi jarak dan waktu sehingga khalayak yang

(26)

lagi dipersoalkan dari dampak positif maupun negatifnya terhadap

masyarakat, melainkan sampai sejauh mana masyarakat menjadikan televisi

sebagai alat untuk memperluas pola pikirnya serta sekaligus memunculkan

kondisi peradapan manusi (Kuswandi, 1996:20)

2.1.4. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Menurut Rakhmat (2002:189), media komuniksi massa adalah

jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan

yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Komunikasi massa pada dasarnya merupakan penggunaan saluran

(media) yang mempunyai proses melibatkan beberapa komponen. Dua

komponen yang berinteraksi (sumber dan penerima) terlibat, pesan yang

diberi kode oleh sumber (encoded), disalurkan melalui sebuah saluran dan

diberi kode oleh penerima (decoded), tanggapan yang diamati penerima

merupakan umpan balik yang memungkinkan interaksi berlanjut antara

sumber dan penerima (Winarso, 2005:18-20).

Pada hakekatnya komunikasi massa sebenarnya sama seperti

bentuk-bentuk komunikasi yang lain, yaitu memiliki unsur-unsur komuniksi

seperti sumber, pesan, saluran, gangguan, tujuan, efek, umpan balik dan

konteks. Namun beberapa hal yang membedakannya terutama adalah sifat

(27)

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai suatu prosees dimana

komunikator secara professional menggunakan media massa di dalam

mnyebarkan pesannya untuk mempengaruhi khalayak banyak.

Televisi adalah salah satu media massa yang merupakan paduan

radio (broadcast) dan film (moving picture). Televisi terdiri dari istilah

tele” yang berarti jauh dan “vision” yang berarti penglihatan. Segi “jauh”

dihasilkan dengan prinsip radio, sedangkan segi “penglihatan” oleh gambar

(Effendy, 2007:174).

Televisi secara umum adalah melihat jauh. Hal ini sesuai dengan

kenyataan bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari

Jakarta atau kota-kota lain dari rumah masing-masing. Dengan demikian

salah satu media massa yang memancarkan suara atau gambar yang berarti

sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui

gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima di

rumah (Effendy, 1993:10).

Televisi memiliki daya tarik yang sangat kuat melebihi media

massa lainnya. Kalau radio memiliki daya tarik yang kuat karena

unsur-unsur vokal, misik dan efek suara, maka televisi selain memiliki ketiga

unsur-unsur itu juga memiliki unsur visual verupa gambar hidup yang

menimbulkan kesan mendalam bagi penonton. Daya tarik ini melebihi

bioskop karena dapat dinikmati di rumah dengan santai, aman dan nyaman.

Menurut Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya

(28)

peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap

media massa jelas melahirkan satu efek sosial yang bermuatan perubahan

nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik

perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebu menguasai jarak

secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian

besar, sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi,

berubah total sama sekali. Pengaruh dari televisi lebih kuat dibandingkan

dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio televisi

yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media televisi

telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi

dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi

nemenbus ruang dan jarak geografis pemirsa.

Salain itu televisi menimbulkan dampak yang kuat bagi

pemirsanya, selain adanya tekanan pada kedua indra sekaligus, yakni

penglihatan dan pendengaran. Untuk tujuan komersial, televisi dipandang

sebagai media yang paling efektif untuk menyampaikan misinya. Televisi

mempunyai kemampuan menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas.

Jutaan orang menonton televisi secara teratur. Televisi dapatmenjangkau

khalayak sasaran yang tidak terjangkau oleh media massa lainnya,

misalnya media cetak dan film. Televisi mempunyai kemampuan yang

kuat untuk mempengaruhi persepsi khalayk sasaran. Kebanyakan

masyarakat meluangkan waktunya di depan televisi sebagai sumber berita,

(29)

Pada intinya televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan

pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang

pesat. Dimana pada saat ini kebutuhan akan informasi sangat dibutuhkan

sebanyak banyaknya oleh pemirsa. Oleh karen itu kehadiran televisi

menembus ruang dan jaran geografis pemirsa.

2.1.5. Masyarakat Sebagai Pemir sa Televisi

Secara universal dan sederhana masyarakat sebagai pemirsa

televisi dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca,

pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen

isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, masyarakat ini memiliki

beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat

heterogen, menyebar dan anonim, serta mempunyai kelemahan dalam

ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat

berubah dengan cepat (Mc. Quail, 2001:201). Masyarakat sebagai pemirsa

televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat

pendidikan, serta memiliki kerangka acuan dan lapangan pengalaman yang

berbeda. Komunikasi dapat dikatakan efektif jika pemirsa terpikat

perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengeri, tergerak hatinya dan

melakukan aktifitas apa yang diinginkan pembicara (Effendy, 2004:84).

Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka sejumlah acara

diperuntukan untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group),

disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran

(target audience). Contoh acara untuk kahalayak sasaran adalah warta

(30)

kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, ibu

rumah tangga, pemeluk agama islam, dan lain-lain (Effendy, 1993:20).

2.1.6. Motif

Untuk dapat mengamati seseorang dalam melakukan suatu

tindakan ataupun perbuatan perlu memperhatikan hal-hal yang

melatarbelakanginya, apa saja yang mendorong melakukan tindakan

perbuatan tersebut, apa motifnya, untuk itu peneliti akan menjelaskan

mengenai motif.

Lebih lanjut pengertian motif adalah suatu pengertian yang

meliputi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dari

dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Istilah berbuat

sesuatu tersebut disebabkan adanya tujuan yang hendak dicapai.

Pencapaian tujuan itu merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan.

Kebutuhan-kebutuhan (needs) inilah yang menyebabkan timbulnya

motif yang mendorong aktifitas individu menggunakan media tertentu,

artinya ndividu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan dari penggunaan

media karena didorong oleh sejumlah motif yang mempengaruhinya.

Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak, alasan-alasan

atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan individu

berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140).

(31)

1. Motif sebagai pendorong manusia untuk bertindak atau berbuat. Motif

itu berfungsi sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan)

kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas.

2. Motif menentukan arah perbuatan, yakni kearah perwujudan suatu

tujuan atau cita-cita.

3. Motif menyeleksi perbuatan kita, artinya menentukan

perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi, guna mencapai

tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.

Dengan demikian dari ketiga pengertian tersebut, maka pada

dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain

motif merupakan ciri dari kebutuhan atau motif dapat diidentikkan dengan

kebutuhan.

Menurut Blumer (Rakhmat, 1999:66), motif meliputi: motif

kognitif, yaitu keinginan untuk menambah pengetahuan baru. Motif

diversi yaitu keinginan untuk mendapatkan hiburan. Motif identitas

personal yaitu keinginan utnuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan

motif intratif personal, yaitu keinginan yang berhubungan dengan

usaha-usaha untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan, dan status pribadi. Maka

pada dasarnya motif itu timbul karena adanya kebutuhan, dengan kata lain

motif merupakan ciri dari kebutuhan atau identik dengan kebutuhan.

Motif itu akan dapat mempengaruhi manusia dalam melakukan

(32)

dan motif seseorang dapat berbentuk melalui serangkaian pengalaman

bersifat konstan meskipun ada kemungkinan berubah.

Motif merupakan pencerminan motif dan mengaktifkan perilaku.

Pada umumnya peranan motif dalam segala tingkah laku manusia besar

sekali. Tampak bahwa motif orang pada umumnya banyak rupanya dan

pada mulanya berasal dari dalam dirinya dan ada yang berasal dari luar

dirinya (Gerungan, 2000:144)

Motif dapat timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus

dipenuhi oleh seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa

kategori dalam motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif

menurut Mc. Quail (1994:72), yaitu:

1. Motif Informasi (Surveillance)

Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau

informasi tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan

lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia. Dorongan mencari

konfirmasi untuk menentukan pendapat atau suatu pilihan, dorongan

rasa ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan memperoleh ras aman

melalui pengetahuan yang didapat.

2. Motif Identitas Perbadi (Personal Identity)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi.

(33)

dengan nilai-nilai, meningkatkan harga diri dan meningkatkan

pemahaman diri.

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationship)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk berhubungan

dengan orang lain atau suatu nilai tertentu, di dalam mempertahankan

norma-norma sosial. Motif ini didasarkan oleh adanya keinginan setiap

individu untuk berafiliasi.

4. Motif Hiburan (Diversi)

Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri

dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh

kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.

2.1.7. Pr ogram Acara ”J am Malam”

Trans 7 telah berhasil memasuki era produksi sendiri, dengan

menayangkan berbagai program. Trans 7, lebih mengedepankan program

acara hiburan dan informasi serta berkomitmen untuk terus menciptakan

program-program yang inovatif, cerdas, taman dan menjadi trendsetter

diindustri pertelevisian. Tujuannya tak lain, program-program itu bisa

menjadi juara di hati pemirsa.

Salah satu program yang banyak diminati pemirsa televisi itu

adalah program dokumenter. Pada saat yang sama, Trans 7 kembali

menyuguhkan program berkualitas untuk para pemirsa setianya. Berbagai

program-program menarik dan unik siap disajikan. Program tersebut

(34)

Jam Malam merupakan salah satu program acara dokumenter produksi

Trans 7. Jam Malam yang ingin mengetahui berbagai kegiatan malam

yang menarik untuk Anda jelajahi. Tempat-tempat dan geliat kehidupan

malam di kota-kota yang ada di Indonesia akan dikemas secara unik dan

patut untuk disaksikan menjelang waktu istirahat.

Istilah J am Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di

malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi

bagaimana sebagian orang di negeri ini kerja keras membanting tulang di

malam hari demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja keras

mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Yang jelas karena mereka kehidupan

malam di kota-kota besar tak pernah rehat dan selalu bergairah. Konseptor

program ini berpikir cukup out of the box, menyajikan kisah hidup para

pekerja malam dari sisi positif yang mungkin tidak diketahui oleh banyak

orang. Cap negatif para pekerja malam yang selama ini melekat di

masyarakat sedikit terkikis ketika menonton program berdurasi 30 menit

ini. Semua narasumbernya nyata, tidak dikondisikan. Selain itu acara Jam

Malam ini mempunyai nilai plus sebab pembawa acaranya yang tidak

‘bertopeng’ ketika mendalami kehidupan sang narasumber, sebagai contoh

dari seorang sexy dancer di Makassar rela berlenggak-lenggok di atas

panggung sebuah klub malam, diantara puluhan pasang mata lelaki nakal

dengan pakaian yg terbilang minim demi menghidupi keluarganya. demi

bisa membayar uang sekolah adiknya dan bisa membantu uang kuliah sang

(35)

memang ada benarnya, tak semua pekerja malam mempunyai sisi negatif.

Salah satu contohnya kawasan di timur Jakarta ini menjadi saksi betapa tak

mengenal lelahnya sekelompok penari jaipong bergoyang menghibur

kaum kelas bawah di pinggiran jalan. Berbalut atribut sunda yang

dipadupadankan dengan gaya kontemporer, para penari yang mayoritas

gadis belia perantauan asal Jawa Barat ini mempertontonkan kelihaian

tubuhnya ditengah dinginnya udara malam. Tak heran jika malam tiba

puluhan orang yang mayoritas kaum adam memadati kawasan pinggir rel

kereta ini. Diiringi musik khas tanah pasundan para penari jaipong ini

tampil bergiliran meliuk-liukan tubuhnya memanjakan mata lelaki hingga

pagi menjelang. Tak jarang demi mendapatkan saweran yang banyak, para

mojang priangan ini bergoyang dan menggoda. Tapi sekali lagi semuanya

mereka lakukan demi bisa mengirim uang kepada keluarga mereka di

kampung, hingga kelak kalau mereka harus kembali ke kampung halamannya meraka

sudah punya cukup tabungan untuk sekedar membuka warung kopi dan membeli

beras

(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).

2.1.8. Teori Uses dan Gratifications

Teori uses dan gratifications menunjukkan yang menjadi

permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan

perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi

(36)

sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy,

2003:289).

Anggota khalayak dianggap aktif menggunakan media untuk

memenuhi kebutuhannya, sehingga timbul istilah uses and gratifications

yang itu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan (Rakhmad, 2002:65).

Dalam asumsi ini tersirat pengertian bahwa komunikasi massa

beruna (utility), bahwa konsumsi media diarahkan oleh motif

(intentionality), bahwa perilaku media mencerminkan kepentingan dan

preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala batu

(stunborn). Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk

memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi

ketika kebutuhan itu terpenuhi. Mengenai kebutuhan biasanya orang

merujuk kepada hirarki kebutuhan (need hierarchy) yang ditampilkan oleh

Abraham Maslow (1954) dalam Effendy (2003:290), ia membedakan lima

perangkat kebutuhan dasar, yaitu:

1. Psysiological needs (kebutuhan fisiologi), adalah kebutuhan primer

yang menyangkut fungsi bagi organisme manusia seperti kebutuhan

pangan, sandang, papan dan kesehatan fisik.

2. Safety needs (kebutuhan keamanan), adalah kebutuhan mengenai

perlindungan dari bahaya, perlakuan tidak adil dan terjaminnya

keamanan diri.

3. Love needs (kebutuhan cinta), adalah kebutuhan akan dicintai,

(37)

4. Esteem needs (kebutuhan penghargaan), adalah kebutuhan dihargai

secara prestasi, kemampuan, kedudukan atau status.

5. Self Actulization needs (kebutuhan aktualisasi diri), adalah kebutuhan

mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri

secara maksimal, kreativitas dan ekspresi diri.

Teori uses adn gratifications menurut Kats, Gurevitch dan Haas

dalam Effendy (2003:294) dimulai dengan lingkungan sosial (social

environment) yang menentukan kebutuhan manusia. Lingkungan sosial

tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Cognitive needs (kebutuhan kognitif), adalah kebutuhan yang

berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman

mengenai lingkungannya.

2. Affective needs (kebutuhan afektif), adalah kebutuhan yang berkaitan

dengan peneguhan pengalaman-pengalaman estetis, menyenangkan

dan emosional.

3. Personal integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif), adalah

kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman dan dunia.

4. Escapist needs (kebutuhan pelepasan), adalah berkaitan dengan upaya

menghindar dari tekanan, ketegangan dan hasrat akan

(38)

Menurut para pendirinya Katz, Gurevitch dan Blumer, uses and

gratifications meneliti asal mula kebutuhan yang menimbulkan harapan

tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada

pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhank

kebutuhan dan akibat-akibat lain.

Lebih lanjut untuk memahami teori uses and grativication, maka

sebagimana yang dikutip Rahmat (2007:66) dari Katz, Gurevitch dan

Blumer dijelaskan bahwa dalam motif yang dipengaruhi dalam

penggunaan media terdiri dari tiga motif, yaitu: kognitif, diversi dan

identitas personal. Teori ini menunjukkan bahwa bagaimana media

memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak, bukan bagaimana media

mengubah sikap dan perilaku khalayak. Asumsi dari teori ini adalah

khalayak yang aktif yang sengaja menggunakan media untuk mencapai

tujuan khusus. Jadi jelaslah penggunaan media massa karena didorong

oleh motif-motif tertentu dan karena adanya berbagai kebutuhan yang

dapat dipuaskan oleh media massa. Seseorang ingin mencari kesenangan,

media massa dapat memberikan hiburan, seseorang mengalami guncangan

batin, media massa memberikan kesempatan untuk melarikan diri dari

masalahnya. Jika seseorang kesepian, maka media massa dapat berfungsi

sebagai sahabat.

2.2. Kerangka Pikir

Dewasa ini perkembangan pertelevisian di Indonesia telah sampai

(39)

televisi yang telah mengudara secara lokal maupun nasional. Persaingan

dalam dunia pertelevisian saat ini berlomba-lomba menyajikan beragam

program acara. Program Jam Malam yang ditayangkan di Trans 7 ini

menggambarkan tentang berbagai kegiatan malam yang menarik untuk Anda

jelajahi. Tempat-tempat dan geliat kehidupan malam di kota-kota yang ada

di Indonesia akan dikemas secara unik dan patut untuk disaksikan

menjelang waktu istirahat.

Dalam menonton acara Jam Malam merupakan kegitan yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat informatif dan hiburan.

Menurut Blumer dalam Rakhmad (2007:66) motif terdiri dari motif kognitif

yaitu kebutuhan akan informasi, motif diversi yaitu kebutuhan untuk

menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yang

penting dalam kehidupan dan motif integrasi dan interaksi sosial yaitu

kebutuhan untuk merujuk pada kelangsungan hubungan individu tersebut

dengan orang lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berpikir

(40)

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang tidak perlu

mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis, tetapi

akan menggambarkan secara sistematis tentang motif masyarakat dalam

menonoton acara Jam Malam. Berikut ini adalah definisi operasional dari

variabel yang diamati dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

3.1.1. Motif

Motif adalah pengertian yang melingkupi seluruh penggerak,

alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang

menyebabkan individu berbuat sesuatu (Gerungan, 2000:140). Motif dapat

timbul karena adanya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh

seseorang dan dalam pengklasifikasiannya ada beberapa kategori dalam

motif tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif menurut Mc.

Quil (1994:72), yaitu:

1. Motif Informasi

a. Mendapatkan informasi mengenai kehidupan pada malam hari.

b. Mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi

oleh orang-orang yang menyukai gemerlap malam.

c. Mendapatkan informasi mengenai kegiatan pada malam hari

d. Mendapatkan informasi mengenai kumpulan orang atau komunitas

(41)

e. Menambah pengetahuan tentang makanan khas pada malam hari .

2. Motif Identitas Pribadi

a. Dapat mengetahui kegiatan atau aktivitas orang-orang yang

menyukai gemerlap kahidupan malam.

b. Dapat mengetahui kehidupan sosial pada malam hari.

c. Dapat mengetahui bagaimana cara masyarakat untuk bertahan

hidup dengan bekerja pada malam hari

d. Mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan yang dialami

seseorang

e. Dapat mengetahui profesi seseorang yang suka dengan gemerlap

kehidupan malam

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

a. Menonton acara Jam Malam untuk mengetahui cara berinteraksi

dengan suatu kelompok atau komunitas pada malam hari.

b. Berbagi pengalaman dengan orang lain.

c. Membantu menjalankan peran sosial untuk masyarakat yang

membutuhkan pertolongan

d. Menjalin pertemanan persahabatan dengan orang lain

4. Motif Hiburan

a. Melepaskan diri dari permasalahan dengan melihat tayangan yang

menghibur.

b. Mengisi waktu istirahat setelah seharian beraktivitas.

c. Memperoleh informasi mengenai tempat-tempat hiburan yang

(42)

Pengukuran motif ini diukur melalui pemberian skor dengan

menggunakan modifikasi model skala likert. Cara ini merupakan sebuah

cara untuk mengetahui pernyataan sikap dengan menggunakan distribusi

respon jawaban sebagai dasar penentuan skalanya. Untuk melakukan

pengskalaan, digunakan kuesioner yang diberikan kepada responden

mengenai motif dan setiap pernyataan akan disediakan jawaban yang harus

dipilih oleh responden untuk menyatakan pilihannya.

Maka dalam penelitian ini ditetapkan pada empat alternatif pilihan

yang dapat dipilih oleh responden, yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S),

tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

Pada tahap selanjutnya sempat kategori jawaban di atas akan diberi

nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden. Selanjutnya pada

masing-masing jawaban diberikan bobot skor sebagai berikut:

SS (sangat setuju) = diberi skor 4

S (setuju) = diberi skor 3

TS (tidak setuju) = diberi skor 2

STS (sangat tidak setuju) = diberi skor 1

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari tiap-tiap

indikator motif yang diperoleh dari tipa-tiap kuesioner, sehingga diperoleh

skor total dari tiap penyataannya tersebut untuk masing-masing responden.

Selanjutnya, tiap-tiap indikator motif diukur melalui

pernyataan-pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian jawaban yang telah

dipilih diberi skor dan ditotal. Total skor dari tiap kategori, yang diperoleh

(43)

responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk lebar interval

tingkat tinggi, sedang dan rendah menggunakan rumus:

diinginkan

Skor tertinggi : perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Skor terendah : perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai

item pertanyaan

Jenjang : 3 (tiga)

Interval dari motif sebagai berikut :

Interval = (18x4)-(18x1) = 72 - 18 = 54 = 18

3 3 3 3

a. Dikategorikan Tinggi, bila total skor keseluruhan jawaban responden

berada diinterval 50 s/d 72. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara

"Jam Malam" di Trans 7 tinggi

b.Dikategorikan Sedang, bila total skor keseluruhan jawaban responden

berada diinterval 36 s/d 49. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

masyarakat untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan acara

"Jam Malam" di Trans 7 cukup atau sedang.

c. Dikategorikan Rendah, bila total skor keseluruhan jawaban responden

berada diinterval 18 s/d 35. Hal tersebut menunjukkan bahwa motif

(44)

"Jam Malam" di Trans 7 rendah.

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh tingkat interval untuk

mengetahui motif masyarakat Surabaya dalam menonton acara "Jam Malam" di

Trans7" untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Motif Informasi

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif informasi memiliki 5

indikator atau lima (5) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif

informasi adalah sebagai berikut :

Motif informasi = (5x4)-(5x1) = 20 - 5 = 15 = 5

3 3 3 3

Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 5-10

Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 11-15

Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 16 – 20

2. Motif Identitas Pribadi

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif identitas pribadi

memiliki 5 indikator atau lima (5) pernyataan, maka pengkategorian untuk

motif identitas pribadi adalah sebagai berikut :

Motif Identitas Pribadi = (5x4)-(5x1) = 20 - 5 = 15 = 5

3 3 3 3

Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 5-10

Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 11-15

Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 16 – 20

3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif integrasi dan interaksi

sosial memiliki 4 indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian

(45)

Motif Integrasi dan Interaksi Sosial = (4 x 4) – (4 x 1) = (16 – 4) = 12 = 4 3 3 3 Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 4 – 8

Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 9 – 12

Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 13 – 16

4. Motif Hiburan

Sesuai dengan yang telah diuraikan sebelumnya, motif hiburan memiliki 4

indikator atau empat (4) pernyataan, maka pengkategorian untuk motif

hiburan adalah sebagai berikut :

Motif Hiburan = (4 x 4) – (4 x 1) = (16 – 4) = 12 = 4

3 3 3

Rendah : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 4 – 8

Sedang : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 9 – 12

Tinggi : bila total skor keseluruhan jawaban responden berada diinterval 13 – 16

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi atau universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa

yang ciri-cirinya akan diduga (Singarimbun, 2002:152). Populasi pada

penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang menonton Jam Malam,

berusia minimal 17 tahun ke atas yang berjumlah 2.599.795 orang (Data

BPS tahun 2007).

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari keseluruhan

pemirsa atau responden yang bertempat tinggal di kota Surabaya. Teknik

(46)

cluster random sampling, maka secara sistematis teknik penarikan sampel

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling

Dalam penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah multistage cluster random sampling

dapat dilakukan melalui 3 tahap yang digambarkan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, dilakukan pemilihan terhadap wilayah penelitian di

kota Surabaya, diamana kota Surabaya terbagi dalam 5 wilayah yaitu

Surabaya pusat, Surabaya Utara, Surabaya Timur, Surabaya Selatan

dan Surabaya Barat. Dalam penelitian ini wilayah yang terpilih

adalah Surabaya Timur dan Selatan.

b. Tahap kedua, dilakukan pemilihan pada wilayah kecamatan,

kemudian dilakukan pengundian dan terpilih masing-masing dua

kecamatan pada satu wilayah Surabaya. Dari wilayah Surabaya timur

terpilih Kecamatan Tenggilis Mejoyo dan Gubeng. Sedangkan

wilayah Surabaya selatan yang terpilih adalah Kecamatan

Karangpilang dan Jambangan.

c. Tahap ketiga dilakukan pemilihan kelurahan. Setelah dilakukan

(47)

masing-masing kecamatan. Kecamatan Tenggilis Mejoyo tepilih

Kelurahan Tenggilis Mejoyo dan Prapen. Kecamatan Gubeng terpilih

Kelurahan Kertajaya dan Gubeng. Sedangkan untuk Kecamatan

Karangpilang terpilih Kelurahan Karangpilang dan Kebraon. Untuk

Kecamatan Jambangan terpilih Kelurahan Pagesangan dan Kebonsari.

Tabel 3.1.

J umlah Penduduk di 8 (Delapan) Kelur ahan

No Kelurahan Jumlah

1. Kelurahan Tenggilis Mejoyo 7.345

2. Kelurahan Prapen 2.294

3. Kelurahan Kertajaya 21.834

4. Kelurahan Gubeng 13.625

5. Kelurahan Karangpilang 7.632

6. Kelurahan Kebraon 20.669

7. Kelurahan Pagesangan 10.748

8. Kelurahan Kebonsari 9.225

Jumlah 93.372

Sumber: Badan Pusat Statistik (2007)

Jadi berdasarkan data tersebut, untuk mengetahui jumlah sampel,

maka digunakan rumus yamane sebagai berikut:

1

d = Presisi (derajat ketelitian 10%)

1 = Angka konstan

berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus yamane

(48)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh langsung dari

resonden berdasarkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah

data yang berupa jawaban dari kuesioner yang diberikan berupa jawaban

yang diberikan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh

dari buku-buku penunjang.

3.4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel

frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari

hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh

responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuesioner selanjutnya akan dioleh

untuk mendiskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuesioner

terdiri dari mengedit, mengkode, dan memasukkan data tersebut dalam

tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif setiap pertanyaan

yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengabn

menggunakan rumus:

Dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh apa yang diinginkan

peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya dilampirkan

(49)

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1. Geografi Kota Sur abaya

Letak : 07 derajat 9 menit - 07 derajat 21 menit LS (Lintang

Selatan) dan 112 derajat 36 menit - 112 derajat 54 menit

BT (Bujur Timur)

Ketinggian : 3 - 6 meter di atas permukaan air laut (dataran rendah),

kecuali di bagian selatan terdapat dua bukit landai di daerah

Lidah & Gayungan dengan ketinggian 25-50 meter di atas

permukaan air laut

Batas Wilayah :

Sebelah Utara : Selat Madura

Sebelah Timur : Selat Madura

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Luas Wilayah : 33.306,30 Ha

Jumlah Kecamatan : 31

Jumlah Desa

Kelurahan

: 160

Kelembapan Udara : Rata-rata minimum 42% dan maksimum 96%

Tekanan Udara : Rata-rata minimum 1.005,38 Mbs dan maksimum 1.014,41

Mbs

(50)

4.1.2. Demografi Kota Sur abaya

Surabaya merupakan kota multi etnis yang kaya budaya. Beragam

etnis ada di Surabaya, seperti etnis Melayu, Cina, India, Arab, dan Eropa.

Etnis Nusantara pun dapai dijumpai, seperti Madura, Sunda, Batak,

Kalimantan, Bali, Sulawesi yang membaur dengan penduduk asli Surabaya

membentuk pluralisme budaya yang selanjutnya menjadi ciri khas kota

Surabaya. Sebagian besar masyarakat Surabaya adalah orang Surabaya asli

dan orang Madura. Ciri khas masyarakat asli Surabaya adalah mudah

bergaul. Gaya bicaranya sangat terbuka. Walaupun tampak seperti

bertemperamen kasar, masyarakat disini sangat demokratis, toleran dan

senang menolong orang lain Dalam berkesenian masyarakat disini senang

dengan gerakan yang atraktif, dinamis dan humoristik. Gerak tari yang

lambat kurang diterima disini.

Kota Surabaya merupakan kota lama yang berkembang hingga

mencapai bentuknya seperti saat ini. Awalnya masyarakat tinggal dalam

perkampungan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk 1,2 % setahun,

tentu saja kebutuhan akan perumahan sangat besar. Masyarakat dapat

menetap dalam perkampungan padat ataupun memilih berpindah ke real

estate yang lebih teratur. Pilihan kelas real estate pun sangat beragam.

Hunian bertaraf internasional yang dilengkapi dengan padang golf dengan

keamanan yang ketat juga tersedia di sini. Seperti di belahan rnanapun di

(51)

tetapi masing-masing dapat berdampingan dengan damai, dan tidak menjadi

alasan hidup di Surabaya menjadi kurang nyaman

(http://www.surabaya.go.id/profilkota/index.php?id=22).

4.1.3. Tayangan J am Malam di Trans 7

Istilah J am Malam bukanlah pembatasan aktivitas masyarakat di

malam hari ketika keadaan darurat, tapi lebih kepada mengagumi

bagaimana sebagian orang di negeri ini berkerja keras membanting tulang

di malam hari demi menghidupi anggota keluarganya. Mereka bekerja

keras mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Yang jelas karena mereka

kehidupan malam di kota-kota besar tak pernah rehat dan selalu bergairah.

Konseptor program ini berpikir cukup out of the box, menyajikan kisah

hidup para pekerja malam dari sisi positif yang mungkin tidak diketahui

oleh banyak orang. Cap negatif para pekerja malam yang selama ini

melekat di masyarakat sedikit terkikis ketika menonton program berdurasi

30 menit ini. Semua narasumbernya nyata, tidak dikondisikan

(http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/01/13/jam-malam-sebuah-catatan-hidup/).

4.2. Penyajian Data

Pada bagian ini akan disajikan data hasil penyebaran kuesioner

yang telah dibagikan kepada 100 orang yang tersebar di Surabaya diperoleh

(52)

4.2.1. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasar kan Usia

Tabel 4.1

responden dalam penelitian ini berusia 17-26 tahun yaitu sebanyak 45 orang

atau sebesar 45%, sedangkan untuk usia 27-36 tahun yaitu sebanyak 30

orang atau 30% dan sisanya sebanyak 25 orang atau sebesar 25% adalah

orang-orang yang berusia lebih dari 37 tahun.

2. Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin

Tabel 4.2.

Karakteristik Responden Berdasar kan J enis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (N) Prosentase (%)

1 Laki-Iaki 75 75

2 Perempuan 25 25

Total 100 100

Sumber : Kuesioner Sub I. No.3

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah

sebanyak 75 orang atau sebesar 75% dan sisanya 25 orang atau sebesar 25%

(53)

3. Karakteristik Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir

Tabel 4.3.

Karakteristik Responden Berdasar kan Pendidikan Ter akhir

No Pendidikan Jumlah (N) Prosentase (%)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden dalam penelitian ini berpendidikan terakhir S1 yaitu sebesar 27

orang atau 27%, sedangkan yang berpendidikan terakhir SMA sebesar 23

orang atau 23%, berpendidikan terakhir Diploma sebesar 20 orang atau

20%, selain itu sebanyak 15 orang atau 15% berpendidikan terakhir S2,

yang berpendidikan terakhir S3 sebanyak 8 orang atau 8% dan sisanya

sebanyak 7 orang atau 7% berpendidikan terakhir SMP.

4.2.2.Motif Responden

Berikut ini akan disajikan penjabaran dari frekuensi jawaban yang

diberikan oleh responden terhadap beberapa pernyataan yang diajukan dan

digolongkan menjadi empat kategori yakni Kognitif, Identitas Personal,

Diversi dan Integratif Sosial, dan dapat dijabarkan sebagai berikut :

A. Motif Infor masi

Motif informasi berkaitan dengan keinginan untuk mencari berita

(54)

tentang lingkungan sekitar, yaitu menonton program acara Jam Malam di

Trans 7 akan dibedakan menjadi lima pernyataan yang akan dijabarkan

berdasarkan frekuensi di bawah ini :

1.Menonton acara J am Malam mendapatkan infor masi mengenai

kehidupan pada malam hari

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat

diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari

informasi tentang menonton acara Jam Malam mendapatkan informasi

mengenai kehidupan pada malam hari, seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 4.4

besar responden memberian jawaban setuju mengenai pernyataan

menonton acara Jam Malam mendapatkan informasi mengenai kehidupan

pada malam hari sebanyak 73 orang atau73%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa responden mempunyai keinginan untuk mengetahui kehidupan

pada malam hari dengan menonton acara Jam Malam di Trans 7.

Sedangkan sebanyak 21 orang atau 21% memberikan jawaban tidak

(55)

pada malam hari tidak perlu menonton acara Jam Malam dan bisa

dilakukan sendiri atau terjun langsung dalam kehidupan malam.

Sebanyak 6 orang atau 6% responden memberikan jawaban sangat setuju

dengan pertanyaan yang diajukan oleh peneliti bahwa dengan menonton

acara Jam Malam dapat mengetahui kehidupan pada malam hari, sehigga

tidak perlu harus menyelami dunia malam sendiri cukup dengan

menonton acara Jam Malam.

2.Mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi

oleh orang-orang yang menyukai gemer lap malam

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat

diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari

informasi tentang mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang

dikunjungi oleh orang-orang yang menyukai gemerlap malam seperti

tertera pada tabel berikut :

(56)

mendapatkan pengetahuan tentang tempat-tempat yang dikunjungi oleh

orang-orang yang menyukai gemerlap malam yaitu sebanyak 78 orang

atau 78% hal tersebut menunjukkan bahwa responden mempunyai

keinginan untuk mengetahui tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh

orang-orang yang menyukai gemerlap kehidupan malam seperti, club

malam, diskotik dan lain sebagainya.

Sebanyak 21 orang atau 21% responden memberikan

jawaban tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan oleh peneliti

mengenai tempet-tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang

menyukai gemerlap kehidupan malam, hal tersebut menunjukkan bahwa

responden tidak mempunyai keinginan atau motif untuk mengetahui

tempet-tempat yang sering dikunjungi oleh orang-orang yang menyukai

gemerlap malam, sebab menurut responden untuk mengetahui

tempat-tempat tersebut tidak perlu menonton acara Jam Malam di Trans 7 tetapi

bisa mensurvai langsung ketempat-tempat tersebut. Sedangkan sebanyak

8 orang atau 8% memberikan jawaban setuju dengan pertanyaan yang

diajukan oleh peneliti, hal tersebut menunjukkan bahwa responden

mempunyai keinginan yang kuat untuk mengetahui tempat-tempat yang

disukai oelh orang yang menyukai gemerlap malam dengan mengetahui

maka tidak perlu mencari sendiri tempat-tempat yang sering dikunjungi

oleh orang-orang yang menyukai gemerlap kehidupan malam. Dan tidak

(57)

3.Menonton acara J am Malam untuk mendapatkan informasi

mengenai kegiatan pada malam hari

Dari hasil penyebaran kuesioner kepada 100 orang maka dapat

diperoleh frekuensi jawaban responden mengenai motif mencari

informasi tentang menonton acara Jam Malam untuk mendapatkan

informasi mengenai kegiatan pada malam hari, seperti tertera pada tabel

berikut :

besar responden dalam penelitian ini memberikan jawaban setuju

terhadap pernyataan yang diajukan oleh peneliti mengenai menonton

acara Jam Malam untuk mendapatkan informasi mengenai kegiatan pada

malam hari yaitu sebanyak 74 orang atau 74%, hal tersebut menunjukkan

bahwa responden memiliki motif atau keinginan untuk mencari informasi

mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan orang-orang pada malam hari

dengan menonton acara Jam Malam di Trans 7 seperti touring sebuah

komunitas motor dan lain yang dilakukan pada malam hari pada acara

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 3.1. Bagan Multistage Cluster Random Sampling
Tabel 3.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akhir ini berjudul “ Aplikasi sensor Passive Infrared Receiver (PIR) pada smart room system berbasis Mikrokontroler ATmega 8535 ”.. Tujuan utama dari Laporan

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Selain itu, data dari youtube.com ada 2.319.238 jumlah penonton di youtube, maka dapat diasumsikan bahwa audiens yang menikmati tayangan ini cukup banyak dan jumlah

Untuk mengetahui pengaruh Current Ratio, Cash Ratio, dan Working Capital Turnover secara parsial terhadap Return on Assets pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa

AIR LAUT MENJADI AIR MINUM Dengan Pretreatment Variasi Multimedia Filter Pada Proses Desalinasi Dengan Analisa (Konduktivitas, TDS, Salinitas dan pH) ”.. Pembuatan laporan

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk melihat budaya organisasi pada salah satu perusahaan Network marketing yaitu Amway dengan sistem Network 21

Pengalatnan pertama seorang anak yang diperoleh pada awal kehidurannya melllPunyai pengaruh yang sangat pcnting bagi pcrkembangan anak selanjutnya karena apa yang

Mereka tinggal di panti karena berbagai alasan, diantaranya menghadapi anak-anak yang sudah selesai pendidikannya dan mulai mandiri sehingga mulai meninggalkan rumah dan