• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Laporan Kinerja Ditjen Kerja Sama ASEAN

2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

i

Daftar Isi

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

BAB II PERENCANAAN KINERJA

3

A. RENCANA STRATEGIS DITJEN KSA TAHUN 2015-2019

3

B. PERJANJIAN KINERJA DITJEN KSA

4

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

5

A. GAMBARAN UMUM

5

B. ANALISA PENCAPAIAN SASARAN

9

1.

Analisis Capaian Sasaran 1 IKU 1

2.

Analisis Capaian Sasaran Strategis 2 IKU 2

14

3.

Analisis Capaian Sasaran Strategis 2 IKU-3

17

C. ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA

20

D. REALISASI ANGGARAN TAHUN 2015

20

BAB IV PENUTUP

25

LAMPIRAN

1. PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

2. REALISASI RENCANA AKSI TAHUN 2015

3. MATRIKS INDIKATOR KINERJA UTAMA

(5)
(6)

BAB I

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN (Ditjen KSA) merupakan salah satu Unit

Organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri yang mempunyai tugas

menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan politik luar negeri pada lingkup kerja sama ASEAN, serta

sekaligus sebagai Sekretariat Nasional ASEAN–Indonesia.

Dalam rangka pencapaian Visi Ditjen KSA Tahun 2015—2019, ―Menjadi Pemimpin

Diplomasi dalam Pelaksanaan Kerja Sama ASEAN untuk Kepentingan Nasional

‖ yang

mendukung Visi Kemenlu Tahun 2015—2019, ―Terwujudnya Wibawa Diplomasi guna

Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara Maritim untuk Kepentingan Rakyat

‖, peran

strategis Ditjen KSA adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pilar terdepan dalam melaksanakan politik luar negeri dan hubungan luar negeri

dalam rangka kerja sama ASEAN.

2. Meningkatkan kepemimpinan Indonesia di ASEAN dan dukungan serta komitmen yang

tinggi dari pemangku kepentingan nasional atas berbagai kesepakatan yang telah

dihasilkan dalam konteks ASEAN.

3. Menyampaikan dan memperjuangkan prakarsa dan rekomendasi Indonesia dalam

berbagai isu yang tengah dibahas di pertemuan ASEAN agar dapat diterima oleh seluruh

negara anggota ASEAN.

4. Mendorong agar Cetak Biru Masyarakat ASEAN 2015 di ketiga pilarnya (pilar

politik-keamanan, pilar ekonomi, pilar sosial-budaya) dapat diimplementasikan secara penuh

baik oleh seluruh Negara Anggota ASEAN dan Indonesia pada tingkat nasional.

5. Turut serta membangun kesadaran publik mengenai ASEAN dan kerja sama ASEAN.

6. Sebagai Koordinator Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia.

Perpres Nomor 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri menyebutkan

bahwa dalam melaksanakan tugas Ditjen KSA untuk menyelenggarakan perumusan dan

pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar

negeri pada lingkup kerja sama ASEAN, Ditjen KSA menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan

pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama asean;

2. pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan hubungan luar negeri dan politik luar

negeri pada lingkup kerja sama asean;

3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama

asean;

4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang penyelenggaraan hubungan luar

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama asean;

5. pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan

hubungan luar negeri dan pelaksanaan politik luar negeri pada lingkup kerja sama

asean;

6. pemajuan identitas dan kesadaran mengenai asean pada tingkat nasional;

7. pengelolaan kebijakan dan pelaksanaan kerja sama internasional dalam pembentukan

masyarakat asean;

8. pelaksanaan administrasi direktorat jenderal kerja sama asean; dan

9. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.

Ditjen KSA sebagai Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia memiliki peran yang

sangat strategis untuk mendukung kesiapan Indonesia menyambut Masyarakat ASEAN

(8)

2015 dan ke depan. Dengan peran tersebut, Ditjen KSA bukan hanya sebagai pilar terdepan

dalam hubungan luar negeri di bidang kerja sama ASEAN, namun juga pada tingkat

nasional, sebagai pumpunan kegiatan (focal point) dan koordinator persiapan nasional untuk

pertemuan-pertemuan ASEAN dan implementasi hasil kerja sama ASEAN, menjadi

penyimpan informasi mengenai semua urusan ASEAN dan memajukan identitas dan

kesadaran ASEAN.

Grafik 1

Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN

Pada tahun 2015, diplomasi Indonesia dalam kerangka kerja sama ASEAN ditujukan

untuk menghasilkan manfaat yang secara nyata dapat dirasakan secara langsung oleh

rakyat. Dalam penyusunan Visi Masyarakat ASEAN 2025, Ditjen KSA senantiasa

memastikan bahwa rakyat Indonesia dapat merasakan dampak langsung dari pembentukan

Masyarakat ASEAN.

Isu-isu strategis yang dihadapi selama tahun 2015 antara lain implementasi Cetak

Biru Masyarakat ASEAN 2015, isu Laut China Selatan, promosi dan proteksi HAM,

perlindungan buruh migran di luar negeri, kerja sama Maritim dalam konteks ASEAN dan

EAS, kerja sama di bidang anti-terorisme, operasionalisasi Sekretariat AICHR, penguatan

AIPR, perampingan pertemuan ASEAN, isu asap lintas batas, RCEP, penyusunan Visi

Masyarakat ASEAN 2025, pengangkatan moratorium mitra wicara ASEAN, penguatan

Sekretariat ASEAN dan sentralitas ASEAN.

Berbagai isu dan tantangan yang semakin kompleks yang dihadapi di ASEAN

mempengaruhi cara pandang dan kebijakan Indonesia dalam menanganinya.

Kepemimpinan Indoensia di ASEAN perlu diperkuat dan memperoleh dukungan dari para

pemangku kepentingan terkait agar mampu mengelola berbagai dinamika di kawasan untuk

meraih manfaat dan peluang yang ditawarkan ASEAN bagi rakyat Indonesia. Kepemimpinan

Indonesia di ASEAN sangat tergantung pada upaya menindaklanjuti komitmen Indonesia di

ASEAN ke dalam dukungan domestic melalui regulasi, kelembagaan, maupun

program/kegiatan. Untuk mendukung kondisi tersbut, Ditjen KSA senantiasa perlu secara

konsisten menyesuaikan dirinya terhadap dinamika di kawasan dan dalam negeri.

(9)

BAB II

(10)

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS DITJEN KSA TAHUN 2015-2019

Renstra Ditjen KSA Tahun 2015-2019 telah ditetapkan melalui Keputusan Direktur

Jenderal Kerja Sama ASEAN Nomor SK. 018/KP/05/2015/05. Renstra Ditjen KSA

2015-2019 dapat diringkas seperti di bawah ini:

INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN KSA

1.

Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap

pertemuan.

2.

Persentase masyarakat yang memahami integrasi Masyarakat ASEAN.

3.

Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN

di tingkat nasional.

VISI KEMLU

"Terwujudnya Wibawa Diplomasi Guna Memperkuat Jati Diri Bangsa sebagai Negara

Maritim untuk Kepentingan Rakyat"

MISI KEMLU

1. Memperkuat peran dan kepemimpinan Indonesia sebagai negara maritim

dalam kerja sama internasional untuk memajukan kepentingan nasional.

2. Memantapkan peran Kementerian Luar Negeri sebagai penjuru pelaksana

hubungan luar negeri dengan dukungan dan peran aktif seluruh pemangku

kepentingan nasional.

3. Mewujudkan kapasitas Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI yang

mumpuni.

VISI DITJEN KSA

―Menjadi Pemimpin Diplomasi dalam pelaksanaan Kerja Sama ASEAN untuk

kepentingan nasional‖

MISI DITJEN KSA

1. Meningkatkan rekomendasi dan prakarsa Indonesia dalam pelaksanaan kerja sama

ASEAN di bidang politik-keamanan, ekonomi dan sosial budaya serta hubungan

eksternal ASEAN.

2. Mendorong implementasi saran kebijakan oleh pemangku kepentingan

nasional untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN.

3. Memperkuat organisasi, manajemen, dan kualitas sumber daya manusia di

lingkungan Ditjen Kerja Sama ASEAN.

SASARAN STRATEGIS DITJEN KSA

1.

Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat.

2.

Dukungan dan komitmen nasional yang tinggi atas kesepakatan ASEAN.

PROGRAM DITJEN KSA

―Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri Melalui Kerja Sama ASEAN‖.

KEGIATAN DITJEN KSA

1. Kerja Sama ASEAN Bidang Politik dan Keamanan

2. Kerja Sama ASEAN Bidang Ekonomi

3. Kerja Sama ASEAN Bidang Fungsional

4. Kerja Sama ASEAN dengan Mitra Wicara dan Antar Kawasan

5. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Kerja Sama ASEAN

TUJUAN DITJEN KSA

(11)

B. PERJANJIAN KINERJA DITJEN KSA

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA ASEAN

No

Sasaran Program/Kegiatan

Indikator Kinerja

Target

(1)

(2)

(3)

(4)

1. Kepemimpinan Indonesia di

ASEAN yang meningkat

1 Persentase rekomendasi dan prakarsa

Indonesia yang diterima dalam setiap

pertemuan.

90%

2. Dukungan dan komitmen

nasional yang tinggi atas

kesepakatan ASEAN

2 Persentase masyarakat yang memahami

integrasi Masyarakat ASEAN.

85%

3 Persentase saran kebijakan yang disetujui

untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN

di tingkat Nasional.

97%

Kegiatan

Anggaran

1

Kerja Sama ASEAN Bidang Ekonomi

Rp.

6.764.100.000,-

2

Kerja Sama ASEAN Bidang Fungsional

Rp.

5.604.600.000,-

3

4

5

Kerja Sama ASEAN Dengan Bidang Wicara

dan Antar Kawasan

Kerja Sama Asean Bidang Politik dan

Keamanan

Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis

Lainnya Ditjen Kerja Sama ASEAN

Rp.

Rp.

Rp.

5.686.600.000.-

11.769.800.000,-

32.742.000.000,-

Jumlah Total Anggaran Kegiatan

Rp.

62.567.100.000,- *)

*) Total Anggaran Saat Penandatanganan Perjanjian Kinerja Rp. 62.567.100.000,-

Total Anggaran Revisi Ditjen KSA Rp. 60.203.987.000,-

(12)

BAB III

(13)

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. GAMBARAN UMUM

Secara keseluruhan tingkat capaian kinerja Ditjen KSA pada tahun 2015 sebesar

99.08%

. Selama tahun 2015, Indonesia senantiasa melanjutkan dan meningkatkan

kepemimpinannya di ASEAN. Dengan mulainya Masyarakat ASEAN pada 31 Desember

2015, ASEAN kini menjadi suatu kawasan yang terintegrasi dalam satu komunitas yang

terbuka, damai, dan sejahtera, saling peduli, dan terikat bersama dalam kemitraan dinamis.

Diplomasi dan politik luar negeri Indonesia dalam kerangka kerja sama ASEAN

utamanya dilakukan untuk mendukung Visi Presiden RI menjadikan Indonesia berdaulat

secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian secara budaya. Untuk

mendukung kebijakan ASEAN sebagai prioritas politik luar negeri Indonesia pada tahun

2015, Ditjen KSA memberikan kontribusi yang signifikan di bidang perlindungan buruh dan

diplomasi ekonomi di ASEAN. Untuk mendukung realisasi Poros Maritim, diplomasi

Indonesia ditujukan untuk mendorong penguatan kerja sama maritim dalam berbagai

mekanisme di ASEAN.

Tahun 2015 merupakan tahun dimana Masyarakat ASEAN termasuk Masyarakat

Ekonomi ASEAN akan mulai diberlakukan yaitu pada 31 Desember 2015. Masyarakat

ASEAN bukanlah suatu ―event‖ tetapi sebuah proses yang akan terus berlangsung, bahkan

setelah tahun 2015. Tujuan para Pemimpin negara anggota ASEAN membentuk Masyarakat

ASEAN adalah untuk menciptakan masyarakat yang berpandangan maju, hidup dalam

lingkungan yang damai, stabil, dan makmur serta saling peduli. Secara lebih luas,

Masyarakat ASEAN dibentuk guna mempererat kesatuan ASEAN dalam menghadapi

konstelasi global. Faktor-faktor dinamis tersebutlah yang menegaskan bahwa Masyarakat

ASEAN adalah proses bukan akhir dari sebuah event.

Sepanjang tahun 2015, Indonesia secara konsisten aktif mendorong implementasi

Declaration on the Conduct of Parties in the South China Sea(DoC)

secara penuh dan

efektif, serta diselesaikannya Code of Conduct in The South China Sea (CoC). Indonesia

juga terus berperan aktif dalam pencapaian Masyarakat ASEAN dan menyiapkan Visi

Masyarakat ASEAN pasca 2015. Selain masalah Laut Cina Selatan dan Visi Masyarakat

ASEAN pasca 2015, isu-isu strategis dan prioritas yang diperjuangkan Indonesia dalam

konteks ASEAN antara lain mengenai perlindungan buruh migran dan HAM, kerja sama

penanggulangan bencana dan terorisme, kerja sama maritim dan penguatan Sekretariat

ASEAN. Indonesia juga menginginkan semakin sempitnya gap kemakmuran antar-negara

ASEAN dan hubungan kerja sama yang saling menghormati, soliditas dan sentralitas

ASEAN serta kawasan ASEAN yang aman dan stabil.

Pada tahun 2015, ASEAN juga berhasil menyelesaikan dokumen ASEAN 2025:

Forging Ahead Together

yang terdiri dari Visi Masyarakat ASEAN 2025, Cetak Biru

Masyarakat Politik Keamanan ASEAN 2025, Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025,

dan Cetak Biru Masyarakat Sosial Budaya 2025, serta Kuala Lumpur Declaration on ASEAN

2025: Forging Ahead Together.

Dalam hal ini Ditjen Kerja Sama ASEAN telah berhasil

memasukan elemen-elemen penting usulan Indonesia agar terefleksikan dalam dokumen

tersebut.

Agar kerja sama ASEAN dapat memberikan manfaat optimal bagi rakyat, maka

Ditjen KSA terus berupaya untuk mendorong tindaklanjut dan implementasi kesepakatan

ASEAN kepada pemangku kepentingan di tingkat nasional. Pada tahun 2015, Ditjen KSA

selaku Setnas ASEAN-Indonesia telah melakukan penguatan operasionalisasi Setnas

(14)

ASEAN-Indonesia. Upaya penguatan ini direalisasikan melalui pembentukan Tim Pelaksana

Harian Setnas ASEAN-Indonesia di bawah Satker Ditjen KSA. Kegiatan pemajuan identitas

dan kesadaran ASEAN di tingkat nasional menjadi prioritas utama Tim ini. Operasionalisasi

didukung secara penuh melalui penyediaan fasilitas kantor Setnas yang berlokasi di

kompleks Pusdiklat Kemlu dan penguatan anggaran. Koordinasi dengan seluruh

kementerian teknis yang menangani isu ASEAN di bidang politik, ekonomi dan sosial

budaya dalam rangka formulasi kebijakan dan implementasi berbagai kesepakatan ASEAN

semakin solid dan terus ditingkatkan.

Dibandingkan dengan tahun 2014, diplomasi Indonesia di ASEAN lebih difokuskan

pada isu-isu yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat Indonesia seperti isu

perlindungan buruh migran, pemberantasan IUU fishing, penanggulangan bencana asap

dan lainnya. Peningkatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN di tahun 2015 sejatinya

merupakan proses yang berkesinambungan dan tidak dapat terpisahkan dari capain Ditjen

KSA pada tahun 2014. Berbagai prakarsa dan rekomendasi yang berhasil diperjuangkan

Indonesia pada tahun 2015 merupakan refleksi dari kemajuan dan dinamika kerja sama

ASEAN dari tahun sebelumnya dan tahun berjalan.

Terkait upaya peningkatan kesadaran dan dukungan terhadap kesiapan nasional,

Ditjen KSA selaku Setnas ASEAN-Indonesia terus berupaya menyelaraskan dan

menyinergikan berbagai upaya yang telah dilakukan oleh para pemangku kepentingan

nasional termasuk publik domestik. Mengingat Masyarakat ASEAN bukan suatu peristiwa

melainkan sebuah proses, Ditjen KSA berkepentingan untuk terus mendorong tingkat

pemahaman masyarakat tentang Masyarakat ASEAN. Luas wilayah Indonesia

mengharuskan Ditjen KSA untuk merangkul berbagai pihak, misalnya dengan berbagai

perguruan tinggi di Indonesia. Ditjen KSA bekerja sama dengan berbagai perguruan tinggi

negeri maupun swasta untuk membentuk Pusat Studi ASEAN (PSA). Di Indonesia kini

terdapat 20 PSA yang tersebar di berbagai provinsi. Ditjen KSA terus merangkul PSA di

masa-masa mendatang untuk dapat melaksanakan kegiatan yang mampu mendorong

tingkat pemahaman masyarakat Indonesia mengenai Masyarakat ASEAN, dan memastikan

keberlangsungan dan efektivitas dari upaya tersebut.

Berbagai upaya yang telah dilakukan Ditjen KSA adalah untuk mewujudkan

peningkatan kepemimpinan Indonesia di ASEAN. Kepemimpinan Indonesia di ASEAN harus

terus diperjuangkan agar Indonesia memiliki pengaruh terhadap kebijakan di forum ASEAN

yang pada akhirnya dapat menyuarakan kepentingan nasional. Status kepemimpinan

Indonesia di ASEAN tidak dapat diragukan lagi, hal ini didukung berbagai pendapat dan

analisa berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri. Pattharapong Rattanasevee,

akademisi Burapha University-Thailand, dalam artikelnya yang dimuat di Jurnal East Asia

Forum

, Maret 2015 menyatakan bahwa ada 3 jenis kepemimpinan di ASEAN yaitu sectoral,

cooperative

dan periodical leadership. Rattanasevee berpendapat bahwa ASEAN

membutuhkan undisputed leadership dimana Indonesialah satu-satunya kandidat, sebagai

negara terbesar, makmur dan terkuat di kawasan dan pendiri pelopor ASEAN. Pernyataan

ini tentu saja merupakan apresiasi yang sangat tinggi bagi sejarah perjuangan, peran dan

kontribusi Indonesia untuk ASEAN.

Amitav Acharya seorang profesor di American University, pada 29 Juni 2015 menulis

di Jurnal yang sama bahwa Indonesia merupakan ―a thought leader‖. Kishore Mahbubani,

Dekan Lee Kuaw Yew School of Public Policy (pada World Economic Forum on East Asia

2015 yang diselenggarakan di Jakarta 19-21 April 2015-www.rappler.com) menyampaikan

bahwa peran Indonesia sangatlah fundamental bagi kesuksesan MEA, mengingat Indonesia

merupakan ekonomi terbesar di kawasan, sehingga apabila Indonesia tidak ikut dalam

keterbukaan MEA, maka MEA menjadi tidak berarti. Pernyataan ini senada dengan

ungkapan Chairman CIMB Niaga Group Datuk Sri Nazir Razak, bahwa ASEAN bukan

apa-apa tanpa Indonesia. Dia melanjutkan, Indonesia memiliki peranan yang sangat penting di

(15)

ASEAN, baik dalam bidang politik maupun ekonomi. Oleh sebab itu, kepemimpinan

Indonesia dibutuhkan untuk berlangsungnya MEA.

Grafik 2

Pengakuan akan Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat

Grafik 3

Dukungan dan komitmen dari pemangku kepentingan di Indonesia terkait

kesepakatan ASEAN

(16)

Capaian kinerja Ditjen KSA tahun 2015 sebesar 98.99% menandai penuntasan

proses pencapaian pembentukan Masyarakat ASEAN 31 Desember 2015. Capaian pada

tahun 2015 tidak bersifat akumulatif terhadap tingkat pengaruh kepemimpinan Indonesia

dalam kerja sama ASEAN yang akan dicapai sesuai Renstra dengan target 2016 sebesar

78,50% dan sebesar 82,50% pada tahun 2019. Capaian pada masa mendatang juga akan

dipengaruhi oleh perkembangan di kawasan yang sangat dinamis, serta dukungan

pemangku kepentingan nasional terhadap pelaksanaan kesepakatan ASEAN.

Capaian kinerja Ditjen KSA pada tahun 2015 diperoleh dari hasil pengukuran kinerja

yang dilakukan dengan membandingkan antara realisasi kinerja dengan target kinerja yang

telah ditetapkan pada tahun berjalan.

Tabel 1

Capaian IKU Ditjen Kerja Sama ASEAN

NO

SASARAN

IKU

T

C

INFORMASI

KINERJA

J

R

1.

2.

Kepemimpinan

Indonesia di

ASEAN yang

meningkat

Dukungan dan

komitmen

nasional yang

tinggi terhadap

kebijakan luar

negeri terkait

kesepakatan

ASEAN

IKU 1

Persentase

rekomendasi dan

prakarsa Indonesia

yang diterima

dalam setiap

pertemuan.

90%

107,01%

Prakarsa yang

disampaikan

48

Prakarsa yang

diterima

47

Rekomendasi

yang

disampaikan

710

Rekomendasi

yang diterima

683

REALISASI IKU 1: 96.31%

IKU 2:

Persentase

masyarakat yang

memahami

integrasi

Masyarakat

ASEAN

85%

90.03%

Jumlah total

kuesioner yang

diterima

16.949

Jumlah

masyarakat yang

memiliki nilai

80-100 (skala 0-80-100)

dalam menjawab

kuesioner

12.970

REALISASI IKU 2: 76.52%

IKU 3:

Persentase saran

kebijakan yang

disetujui untuk

pelaksanaan

kesepakatan

ASEAN di tingkat

nasional

97%

99.94%

Jumlah total

saran kebijakan

yang

disampaikan

98

Jumlah saran

kebijakan yang

disetujui

95

REALISASI IKU 3: 96.94%

CAPAIAN SASARAN: 98.99%

(17)

B. ANALISA PENCAPAIAN SASARAN

1. ANALISIS CAPAIAN SASARAN I IKU 1

Capaian

Sasaran Strategis Ditjen KSA ―Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang

meningkat

‖ sebagai Sasaran Strategis 1 (SS-1) diukur dengan Indikator Kinerja Utama

(IKU-1) ―Persentase rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang diterima dalam setiap

pertemuan”. Wujud Kepemimpinan Indonesia di ASEAN, ditandai dengan banyaknya

prakarsa (inisiatif/gagasan baru) dan rekomendasi (usulan) Indonesia yang diterima oleh

negara-negara ASEAN.

Pada tahun 2015, Indonesia telah berhasil memperjuangkan 730 rekomendasi dan

prakarsa yang diterima dari 758 rekomendasi dan prakarsa yang disampaikan dalam 250

pertemuan ASEAN yang dihadiri oleh delegasi Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 2015,

capaian kinerja SS-1 IKU-1 sebesar 107,01% dengan realisasi 96.31% dari target 90%,

sebagaimana tabel berikut :

Tabel 2

Capaian IKU 1 Ditjen Kerja Sama ASEAN

IKU 1

Bidang

Prakarsa

yang

Disampaikan

Prakarsa

yang

Diterima

Rekomendasi

yang

disampaikan

Rekomendasi

yang diterima

Nilai

Persentase

rekomendasi

dan prakarsa

Indonesia yang

diterima dalam

setiap

pertemuan.

Bidang Politik

0

0

268

248

Bidang Ekonomi

18

17

72

71

Bidang Sosial Budaya

27

27

89

86

Kerjasama ASEAN

dengan negara mitra

wicara ASEAN dan

organisasi regional/

internasional

7

7

281

278

Jumlah

48

47

710

683

Yang diterima (%)

Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang disampaikan:

758

Jumlah Rekomendasi dan Prakarsa yang diterima:

730

Realisasi IKU 1 (%):

96,31

Capaian (%) dari target 90%:

107,01

Jika dibandingkan dengan capaian IKU pada tahun 2014, capaian IKU tahun ini

mengalami penurunan dari 118.81% menjadi 107,01%, dikarenakan adanya peningkatan

target dari 80% di tahun 2014 menjadi 90% di tahun 2015. Sedangkan, jika dilihat dari angka

realisasi, tahun 2015 telah mengalami peningkatan realisasi dari 95.05% di tahun 2014

menjadi 96.31% pada 2015.

Lebih lanjut berdasarkan data komponen IKU dapat dilihat bahwa jumlah prakarsa

dan rekomendasi yang disampaikan dalam pertemuan ASEAN tahun 2015 mengalami

peningkatan dari 525 menjadi 756 (jumlah rekomendasi yang disampaikan Indonesia

meningkat dari 501 menjadi 705 atau naik 28.9% dan jumlah prakarsa meningkat dari 24

menjadi 51 atau naik 52%). Pada tahun ini Indonesia terus mendorong tindak lanjut dari

rekomendasi dan prakarsa yang telah disepakati tahun 2014 dan merealisasikan keinginan

Indonesia sebagai Poros Maritim dunia.

(18)

Tabel 3

Perbandingan Kinerja Komponen-1 IKU-1 SS-1

Tahun 2015 dengan Tahun 2014

INFORMASI KINERJA IKU I

TAHUN 2014

TAHUN 2015

Prakarsa Yang Disampaikan

24

48

Prakarsa Yang Diterima

23

47

Rekomendasi Yang Disampaikan

501

710

Rekomendasi Yang Diterima

476

683

Realisasi

95.05%

96.31%

Capaian IKU

118,81%

107,01%

Adapun perbandingan kinerja IKU-1 SS-1 tahun 2015 dengan beberapa tahun

terakhir sebagai berikut:

Tabel 4

Perbandingan Realisasi IKU-1 SS-1 Tahun 2012—2015

Informasi Kinerja IKU 1

2012

2013

2014

2015

Jumlah Sidang

328

188

192

250

Rekomendasi dan Prakarsa yang

disampaikan

209

442

525

758

Rekomendasi dan Prakarsa yang

diterima

187

717

499

730

Persentase

rekomendasi

dan

prakarsa Indonesia yang diterima

dalam setiap pertemuan

89.48%

94.34%

95.05%

96.31%

Capaian selengkapnya rekomendasi dan prakarsa sebagaimana lampiran Matriks No. 1.

Beberapa pertemuan penting pada tahun 2015 diantaranya Pertemuan Tingkat

Pejabat Tinggi (SOM), Pertemuan Tingkat Menteri (AMM/PMC/IAMM), KTT ke-26 dan ke-27

ASEAN, KTT EAS, KTT Plus One, Pertemuan HLTF on ASEAN Community's Post-2015

Vision

, Pertemuan ARF, AIPR, AICHR dan berbagai pertemuan dengan negara mitra wicara

ASEAN. Rekomendasi dan prakarsa Indonesia yang bernilai strategis dan merupakan

perwujudan kepemimpinan Indonesia di ASEAN yaitu:

PRAKARSA

1. Prakarsa Indonesia terkait EAS Statement on Enhancing Regional Maritime Cooperation

telah disahkan para Pemimpin Negara Peserta EAS pada November 2015. Dokumen ini

merupakan salah satu deliverables penting dan utama dari KTT ke-10 EAS dan berisikan

salah satunya upaya pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing.

Indonesia mengusulkan perlunya dibentuk suatu mekanisme/instrumen hukum ASEAN

guna memberantas IUU Fishing dan memasukkannya dalam kategori kejahatan

trans-national.

Upaya ini membantu Indonesia dalam mewujudkan visi sebagai poros maritim dunia dan

upaya pengembangan kerja sama di bidang maritim yang bersifat lebih komprehensif di

kawasan. Hal itu juga akan bermanfaat untuk mendorong kerja sama pemberantasan

IUU Fishing

dalam kerangka EAS dan dapat menjadi pedoman yang penting bagi

(19)

Indonesia juga berhasil mendorong disepakatinya beberapa dokumen kerja sama di

sektor perikanan yang bertujuan untuk mencegah masuknya produk perikanan hasil IUU

Fishing

ke dalam regional supply chain pada pertemuan the 37

th

Meeting of the ASEAN

Ministers on Agriculture and Forestry

(37

th

AMAF).

2. Terkait arsitektur kawasan, Indonesia telah memprakarsai suatu konsep pemikiran

berdasarkan Treaty of Amity and Cooperation (TAC) dan EAS Declaration for Mutually

Beneficial Relations

(Bali Principles) guna menghadapi berbagai tantangan ke depan

sekaligus memperkuat pembentukan Masyarakat ASEAN dan juga implementasi dari

Visi Masyarakat ASEAN pasca-2015. Konsep pemikiran Indonesia pada hakekatnya dan

dalam jangka panjang adalah memanfaatkan elemen-elemen TAC dan Bali Principles

untuk disinergikan dengan berbagai inisiatif negara peserta EAS lainnya dalam rangka

menyusun suatu instrumen hukum yang mengikat bagi kawasan yang lebih luas.

Dengan terciptanya arsitektur kawasan yang stabil maka dapat menciptakan enabling

environment

yang memungkinkan Indonesia tetap dapat melanjutkan pembangunan

nasional untuk kepentingan rakyat.

REKOMENDASI

3. Dalam rangka mendorong pemeliharaan perdamaian, keamanan dan stabilitas di

kawasan, Indonesia mendorong implementasi DOC secara penuh dan finalisasi COC

secepat mungkin. Indonesia berhasil mendorong tersusunnya elemen awal COC serta

adanya workplan pembahasan COC. Pada isu SEANWFZ, Indonesia mengusulkan

adanya penandatanganan dan ratifikasi dimulai dari negara yang tidak akan melakukan

reservasi. Isu Laut China Selatan dan SEANWFZ sangat penting bagi Indonesia

sehingga stabilitas keamanan di kawasan menjadi terpelihara dan mewujudkan sebuah

prakondisi yang memungkinkan Indonesia melakukan pembangunan nasional secra

berkelanjutan.

4. Terkait aplikasi Timor Leste sebagai anggota ASEAN:

a. Indonesia mengusulkan agar Sekretariat ASEAN dapat menyusun daftar

kegiatan/pertemuan ASEAN yang dapat diikuti oleh Timor Leste dalam kerangka

capacity building

.

b. Indonesia menekankan agar negara anggota ASEAN dapat mempertimbangkan

untuk mengundang Timor Leste dalam kegiatan yang bersifat teknis dan untuk

meningkatkan capacity building Timor Leste.

Keanggotaan Timor Leste di ASEAN dapat menjamin stabilitas keamanan dan politik di

Timor Leste yang berbatasan langsung dengan Indonesia. Sehingga berdampak penting

bagi pembangunan Indonesia terutama di wilayah-wilayah Indonesia timur.

5. Indonesia telah berhasil memasukkan beberapa poin penting dalam proses perundingan

High Level Task Force on ASEAN Community’s Post-2015 Vision antara lain

memperluas kerja sama maritim ASEAN untuk menanggulangi terorisme, kejahatan

lintas negara dan transboundary challenges di wilayah laut, termasuk IUU fishing,

penyelundupan, trafficking in persons. Pertemuan HLTF ini memiliki arti strategis karena

akan melandasi arah kerja sama ASEAN pada periode 2016-2025. Dengan ikut serta

secara konstruktif dalam HLTF, Indonesia akan ikut mewarnai arah kerja sama ASEAN

pada dekade mendatang agar searah dan mendukung kepentingan pembangunan

nasional.

6. Terkait hubungan eksternal ASEAN, Indonesia mendorong permintaan Selandia Baru

untuk meningkatkan status kerja sama kemitraan dengan ASEAN dari status

Comprehensive menjadi Strategic Partnership agar dapat dipertimbangkan secara positif

oleh ASEAN. Manfaat bagi Indonesia antara lain pemberian beasiswa dan peningkatan

kapasitas/pelatihan, peningkatan people to people contact, dan permasalahan sosial

lainnya. Manfaat ini direalisasikan melalui optimalisasi program Four Flagship Initiatives

(20)

and Plan of Action 2016-2020. Indonesia selama ini berpandangan bahwa ASEAN perlu

menyusun kriteria klasifikasi level kerja sama kemitraan ASEAN dengan mitra wicara,

yaitu enhanced, comprehensive, dan strategic partnership untuk menjadi panduan

ASEAN.

7. Indonesia menyampaikan perlunya empat kriteria sebagai rujukan dalam aplikasi

keanggotaan baru di ARF (UAE dan Chili), yaitu: (1) komitmen untuk bekerjasama

mewujudkan tujuan ARF, (2) geographical footprint yaitu Asia timur, Asia Tenggara dan

Oceania, (3) kewajaran jumlah anggota dan (4) dibahas melalui proses konsultasi.

8. Dalam negosiasi RCEP, Indonesia memberi rekomendasi dan mendorong ASEAN untuk

segera menyelesaikan kesepakatan RCEP yang substansial pada akhir tahun ini. RCEP

diharapkan dapat memperlancar arus perdagangan barang, jasa, dan investasi bagi

suatu pasar besar yang mencakup lebih dari 3,5 milyar jiwa (48% penduduk dunia),

dengan jumlah produk domestik bruto sebesar $22,4 triliun dan total nilai ekspor barang

sebesar $5,1 triliun. Indonesia memandang pentingnya RCEP untuk mempersempit

kesenjangan tingkat pembangunan antar negara, karena demi implementasi RCEP yang

efektif dan efisien, manfaatnya harus dapat dirasakan oleh semua pihak termasuk UKM.

9. Sebagai wujud komitmen kuat terhadap penanganan polusi asap lintas bantas,

Indonesia telah menjadi negara pihak pada Persetujuan ASEAN mengenai Polusi Asap

Lintas Batas (ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution /AATHP) pada

tanggal 23 Maret 2015. Komitmen ini ditindaklanjuti dengan pencalonan Indonesia

menjadi tuan rumah ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution

Control

(ACCTHPC).

10. Indonesia menegaskan kembali posisi nasional bahwa untuk perlindungan pekerja

migran di ASEAN secara efektif dan komprehensif draft instrumen wajib memenuhi 3 hal

yaitu legally binding, memberikan perlindungan bagi seluruh pekerja migran tanpa

membedakan status keimigrasiannya, serta menghormati hak-hak anggota keluarga

pekerja migran sebagaimana tercantum dalam ASEAN Declaration on the Protection

and Promotion of the Rights of Migrant Workers (2007), ASEAN Human Rights

Declaration (2012), International Convention on the Protection of the Rights of All

Migrant Workers and members of Their Famillies (1990).

Penguatan perlindungan bagi Buruh Migran Indonesia pada konteks ASEAN dilakukan

melalui upaya mendorong terbentuknya instrumen hukum ASEAN tentang perlindungan

buruh migran yang bersifat non-diskriminatif. Hal ini sejalan dengan Visi ASEAN untuk

membentuk Masyarakat ASEAN yang saling peduli.

Capaian di bidang perdagangan barang nampak dari keberhasilan Indonesia

mempertahankan kepentingannya, antara lain tetap mengenakan bea masuk bagi produk

alkohol karena alasan masalah sosial dan moral, serta produk beras dan gula guna

melindungi petani dalam negeri. Indonesia juga berhasil mempertahankan pengaturan

ketentuan standar dan kualitas barang terbatas pada produk yang diproduksi ASEAN dan

bukan produk yang dipasarkan di ASEAN.

Sementara capaian di bidang perdagangan jasa antara lain adalah keberhasilan

Indonesia memperpanjang pemenuhan persyaratan AFAS Paket ke-10 dari tahun 2015

menjadi tahun 2017. Indonesia juga mendominasi jumlah tenaga kerja terampil insinyur

(569 orang dari total 1483) dan arsitek (84 orang dari total 285) yang terdaftar sebagai

tenaga kerja ahli ASEAN. Selain mendominasi jumlah tenaga kerja ahli ASEAN, Indonesia

juga dipercaya menjadi lokasi regional secretariat untuk ASEAN Healthcare Services,

(21)

ASEAN Tourism Professional. Keberhasilan Indonesia lainnya adalah mendorong

dirampungkannya ASEAN Strategic Action Plan for SME Development 2016-2025.

Pencapaian target IKU 1 terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Mengingat mekanisme pengambilan keputusan di ASEAN melalui konsensus penuh

sehingga pencapaian IKU ini juga dipengaruhi oleh posisi dan dinamika yang ditimbulkan

oleh 9 negara anggota lainnya. Ditetapkannya target di Renstra tahun 2019 sebesar 94%,

meski bukan merupakan target akumulatif, namun menunjukkan pentingnya kepemimpinan

Indonesia di ASEAN dan optimisme akan kemampuan Indonesia untuk terus meningkatkan

kepemimpinan di ASEAN. Realisasi IKU-1 tahun 2015 sebesar 96,31% menunjukkan

peningkatan kualitas dari rekomendasi dan prakarsa yang dihasilkan. Perolehan yang telah

melebihi tahun 2015 menunjukkan pada tahun 2015 Ditjen Kerja Sama ASEAN telah

berhasil meningkatkan kuantitas dan kualitas rekomendasi dan prakarsa sehingga tingkat

penerimaan dari negara ASEAN lainnya menjadi cukup tinggi. Dalam tahun berikutnya

Ditjen KS ASEAN terus meningkatkan target persentase rekomendasi dan prakarsa yang

diterima, meski pengaruh dinamika dari 9 negara ASEAN lainnya sangat menentukan

realisasi pencapaian IKU ini.

Dalam upaya untuk mencapai IKU-1, Ditjen Kerja Sama ASEAN menghadapi

beberapa kendala. Secara umum, faktor penghambat utama yang dihadapi oleh Indonesia

untuk melaksanakan prioritasnya, antara lain masih terdapat perbedaan kepentingan di

antara negara-Negara Anggota ASEAN yang belum dapat dijembatani dan sejumlah negara

anggota ASEAN memiliki posisi yang bertentangan dengan Indonesia terutama dalam isu

perlindangan buruh migran di ASEAN. Koordinasi antar Negara Anggota ASEAN perlu terus

ditingkatkan untuk menjamin kesatuan dan sentralitas ASEAN, khususnya ketika melakukan

pembahasan isu-isu regional seperti Laut China Selatan. Selain itu, keterbatasan waktu dan

sumber daya manusia juga menjadi kendala, sehingga alokasi waktu dan sumber daya

manusia untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan ASEAN menjadi terbatas.

Pada pertemuan ke-48 ASEAN Foreign Ministers Meeting di Kuala Lumpur tanggal

1-4 Agustus 2015,

Indonesia telah mengajukan proposal untuk adopsi ASEAN Foreign

Ministers’ Statement on the Protection and Promotion of the Rights of Migrant Workers yang

didukung beberapa negara anggota, namun pertemuan belum mencapai konsensus.

Statement

ini merupakan bentuk dukungan Menteri Luar Negeri ASEAN atas proses drafting

Instrumen perlindungan pekerja migran dalam ACMW/ACMW-DT dan melalui 15 putaran, di

mana penyelesaiannya terkendala isu-isu yang memerlukan arahan kebijakan politis.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Ditjen KSA terus melakukan pendekatan dengan

negara-negara yang masih belum sejalan dengan posisi Indonesia melalui lobi, pertemuan

informal, dialog, dan konsultasi. Sebagai contoh, terkait isu asap lintas batas, Malaysia dan

Singapura cukup keras dalam memasukkan paragraf yang menyudutkan Indonesia. Namun

atas hasil pendekatan yang efektif, Malaysia dan Singapura pada akhirnya dapat

berkompromi dan dapat menerima posisi dan sebagian besar paragraf usulan Indonesia

sebagaimana terefleksi dalam Chairman’s Statement of the 27th ASEAN Summit.

Selanjutnya, Indonesia aktif mendorong perampingan dan perbaikan format pertemuan

ASEAN (streamlining of ASEAN Meetings). Selain hal tersebut sejalan dengan semangat

efektivitas dan efisiensi pertemuan ASEAN, perampingan pertemuan ASEAN akan

berdampak pada optimalnya partisipasi Ditjen KSA di berbagai pertemuan ASEAN.

Langkah antisipasi mendatang terkait dengan negosiasi finalisasi instrumen

perlindungan pemajuan hak-hak pekerja migran ASEAN, Indonesia akan tetap konsisten

dengan posisi nasionalnya bahwa dalam rangka memberikan perlindungan yang efektif dan

komprehensif kepada pekerja migran di ASEAN. Oleh karenanya Indonesia akan

merekomendasikan agar permasalahan dalam perumusan instrument ini dibahas dalam

forum-forum ASEAN selain SLOM seperti AMM. Indonesia akan menyelenggarakan

(22)

konferensi regional untuk menggalang dukungan terkaitnya pentingnya isu pekerja migran

dengan mengundang seluruh negara ASEAN dan pemangku kepentingan terkait lainnya.

2. ANALISIS CAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 IKU 2

Capaian

Sasaran Strategis Ditjen KSA ―Dukungan dan komitmen nasional yang

tinggi terhadap kebijakan luar negeri terkait kesepakatan ASEAN

‖ sebagai Sasaran

Strategis 2 (SS-2) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-2) ―Persentase masyarakat

yang memahami integrasi Masyarakat ASEAN” Tingkat pemahaman masyarakat

Indonesia mengenai integrasi masyarakat ASEAN dapat mendukung formulasi dan

implementasi hasil kebijakan luar negeri RI terhadap ASEAN. Tingkat pemahaman ini

pengukurannya dilakukan dengan penyebaran kuesioner yang berisi substansi

pembentukan Masyarakat ASEAN terhadap peserta.

Pada tahun 2015, Ditjen KSA telah berhasil melakukan 100 kegiatan

pemasyarakatan di 50 kota. Dari total 16.949 kuesioner yang diterima kembali dari peserta

kegiatan sebanyak 12.790 kuesioner memiliki nilai 80-100 (skala 0-100). Sehingga pada

tahun 2015, capaian kinerja SS-2 IKU-1 sebesar 90.03% dengan realisasi 76.52% dari

target 85%, sebagaimana tabel berikut :

Tabel 5

Capaian IKU 2 Ditjen Kerja Sama ASEAN

IKU 2

Kuesioner yang

diterima

Kuesioner yang

menjawab dengan nilai

80-100

Nilai

Persentase masyarakat

yang memahami integrasi

Masyarakat ASEAN

16.949

12.790

Realisasi IKU 2 (%):

76.52

Capaian IKU 2 (%) dari target 85%:

90.03

Tabel 6

Perbandingan Kinerja Komponen-1 IKU-1 SS-2

Tahun 2015 dengan Tahun 2014

INFORMASI KINERJA IKU 2

TAHUN 2014

TAHUN 2015

Kuesioner yang diterima

13.453

16.949

Kuesioner yang menjawab dengan nilai 80-100

12.191

12.790

Realisasi

90,62%

76.52

Capaian IKU

113,27%

90.03%

Tabel 7

Perbandingan Realisasi IKU-1 SS-2 Tahun 2011—2015

Kegiatan Pemasyarakatan

2011

2012

2013

2014

2015

Jumlah Sosialisasi

115 kali 110 kali 141 kali 132 kali 100 kali

Jumlah Kabupaten/Kota

42

25

42

37

49

(23)

Jika dibandingkan dengan capaian IKU pada tahun 2014, capaian IKU tahun ini

mengalami penurunan dari 113.27% menjadi 90.03% hal ini disebabkan adanya

peningkatan target IKU dari tahun 2014 sebesar 80% menjadi 85% pada tahun 2015.

Apabila dilihat dari data komponen IKU dapat dilihat bahwa jumlah kuesioner yang

diterima tahun 2015 mengalami peningkatan dari 13.453 di tahun 2014 menjadi 16.949,

namun realisasi jumlah kuesioner dengan nilai 80-100 mengalami penurunan dari 90.62%

menjadi 76.52%. Penurunan realisasi SS-2 IKU-1 dipengaruhi oleh peningkatan kualitas

kuesioner terhadap pertanyaan subtansi yang lebih tinggi terhadap ASEAN, diantaranya

terkait Visi Masyarakat ASEAN, kebijakan dan pilar Masyarakat ASEAN. Selain itu,

pemilihan daerah kunjungan yang menjangkau hingga pelosok mempengaruhi tingkat

prioritas dan penyerapan pemahaman peserta tingkat pengetahuan peserta mengenai

ASEAN khususnya di daerah pelosok masih kurang sehingga mempengaruhi hasil penilaian

kuesioner.

Pada tahun 2015, Ditjen KSA melanjutkan dan memperkuat strategi pemasyarakatan

Masyarakat ASEAN dengan lebih banyak mengoptimalkan manfaat saluran televisi, radio

dan media cetak agar dapat menjangkau masyarakat lebih luas. Disamping itu, kegiatan

yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan dilakukan melalui pelaksanaan seminar,

kuliah umum, pendirian Pusat Studi ASEAN (PSA), simulasi sidang ASEAN, perlombaan dan

penyelenggaraan ASEAN Corner di berbagai kota di Indonesia. Sejak 2011 hingga 2015,

tercatat lebih dari 498 kegiatan sosialisasi baik di ibukota provinsi maupun di daerah

perbatasan, seperti di Kepulauan Anambas, Atambua, Kepulauan Riau dan di Kabupaten

Sangita Laut, Sulawesi Utara. Pada tahun 2015, terdapat lebih dari 10 kegiatan

pemasyarakatan Masyarakat ASEAN yang dilaksanakan Ditjen KSA di 50 kota.

Kegiatan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman tentang Masyarakat ASEAN

masih menjadi tantangan karena belum dapat banyak mendorong pemahaman masyarakat.

Hal ini tercermin dari hasil kuesioner yang didistribusikan kepada peserta sosialisasi, serta

hasil survei pihak lainnya seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), media cetak

dan elektronik, radio dan televisi.

Survei lain yang dilakukan oleh pihak luar, diantaranya pada tanggal 2 Desember

2015, LIPI mengumumkan hasil survei tentang pemahaman masyarakat Indonesia terhadap

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Survei tersebut menunjukkan hanya 25,90%

responden memiliki pemahaman mengenai MEA, dan hanya 27,80% dari kalangan

pengusaha dan pedagang. Survei tersebut dilakukan terhadap 2.500 responden dari 16 kota

di Indonesia. Hasil survei juga menunjukkan sebanyak 43,7% responden masyarakat

konsumen mengakui penerapan MEA akan bermanfaat secara ekonomi, yaitu terbukanya

peluang baru.

Survei lain yang dilaksanakan Litbang Kompas menemukan 43% responden tahu

bahwa MEA akan mulai diterapkan akhir 2015 dan 74.7% setuju Indonesia wajib mengikuti

pasar bebas ASEAN. Survei tersebut dilaksanakan pada 1-2 November 2015 melalui jajak

pendapat lewat telepon dengan 582 responden di 12 kota besar. Meskipun hasil survei

menyiratkan pemahaman yang minim tentang MEA, Litbang Kompas menemukan bahwa

terdapat optimism terhadap pembukaan MEA karena Indonesia bisa mencari peluang.

INFID (International NGO Forum on Indonesia Development) juga telah melakukan

survei tentang pemahaman warga Indonesia mengenai ASEAN yang diseminarkan pada 17

Desember 2015, yang hasilnya yaitu 85.20% warga mengaku tahu sedikit mengenai

ASEAN. 80% warga cukup mengenali visi-misi/tujuan dan relevansi ASEAN untuk

Indonesia. Sumber informasi tentang ASEAN sesuai hasil survei INFID yaitu 78% dari

teman, 9% dari Koran/Majalah dan 7% dari Sekolah.

(24)

Tabel 8

Rekapitulasi Hasil Survei tentang Pemahaman Masyarakat Indonesia

mengenai ASEAN Tahun 2015

No

Survey

Hasil

Keterangan

1

LIPI

- 25,90% responden memiliki pemahaman

mengenai MEA

- 43,7% responden masyarakat konsumen

mengakui

penerapan

MEA

akan

bermanfaat

secara

ekonomi,

yaitu

terbukanya peluang baru

2.500

responden

dari 16 kota di

Indonesia

2

Litbang

Kompas

- 43% responden tahu bahwa MEA akan

mulai diterapkan akhir 2015

- 74.7% setuju Indonesia wajib mengikuti

pasar bebas ASEAN

582 responden di 12

kota besar

3

INFID

(International

NGO Forum on

Indonesia

Development

)

- 85.20% warga mengaku tahu sedikit

mengenai ASEAN

- 80% warga cukup mengenali

visi-misi/tujuan dan relevansi ASEAN untuk

Indonesia

600

orang

responden

sampel

purposif di Jakarta

Kurangnya pemahaman warga tentang Masyarakat ASEAN tidak hanya terjadi di

Indonesia, tetapi juga di sebagian besar negara-negara anggota ASEAN lainnya. Ditjen KSA

memperoleh informasi tersebut melalui kegiatan benchmarking ke hampir seluruh negara

ASEAN. Kegiatan ini memungkinkan untuk melihat secara langsung, mengumpulkan

informasi yang tidak dapat diperoleh dari sumber terbuka, bertukar pikiran dan pengalaman

dengan pihak-pihak terkait di negara tujuan mengenai persiapan negara tersebut

menghadapi pembentukan Masyarakat ASEAN 2015. Pada tahun 2015, kegiatan

benchmarking

dilaksanakan di Myanmar, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Brunei

Darussalam. Sebagai contoh, tingkat pemahaman dan kepedulian masyarakat Malaysia

terhadap Masyarakat ASEAN masih rendah, namun hal tersebut dipandang bukan sebagai

kendala. Pemerintah Malaysia dan para pelaku ekonomi yang tergabung dalam Kamar

Dagang dan Industri (KADIN) Malaysia menekankan bahwa banyak masyarakat Malaysia

sesungguhnya sudah dan sedang menikmati manfaat dari Masyarakat ASEAN tanpa

menyadari secara langsung, melalui berbagaipenerapan kebijakan terkait Masyarakat

ASEAN.

Hal ini selaras dengan informasi yang diperoleh Ditjen KSA dari beberapa

Pemerintah Provinsi di Indonesia. Untuk mengetahui lebih jauh tingkat persiapan di setiap

daerah, serta meningkatkan kesadaran dan menjangkau masyarakat lebih luas, Ditjen KSA

telah melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah tingkat satu di seluruh Indonesia.

Saat ini Ditjen KSA telah menerima tanggapan dari 13 provinsi, yang pada umumnya

memiliki semangat positif dan menunjukan kesiapan, tercermin dari berbagai program

kebijakan daerah yang ditujukan untuk peningkatan daya saing. Meskipun tingkat

pemahaman masyarakat di masing-masing Provinsi masih perlu didorong, tetapi berbagai

kebijakan tersebut membuka jalan bagi masyarakat masing-masing untuk dapat

memperoleh manfaat dari Masyarakat ASEAN. Salah satu success story provinsi Indonesia

di ranah ASEAN adalah Provinsi Jawa Timur.

Dengan dimulainya Masyarakat ASEAN pada tanggal 31 Desember 2015 maka perlu

strategi baru yang lebih tepat sasaran dan selaras dengan tugas pokok dan fungsi yang

diemban oleh Ditjen Kerja Sama ASEAN. Tantangan yang dihadapi adalah agar

kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan oleh ASEAN dapat memberikan manfaat secara

langsung bagi rakyat Indonesia. IKU ini pada tahun 2016 tidak digunakan lagi dan sumber

(25)

daya yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN akan difokuskan untuk

menghasilkan saran kebijakan bagi pemangku kepentingan untuk pelaksanaan kesepakatan

ASEAN di tingkat nasional.

Dalam upaya untuk mencapai IKU-1 SS-2, Ditjen Kerja Sama ASEAN menghadapi

beberapa kendala terutama terkait upaya menyosialisasikan rasa kepemilikan dan kekitaan

terhadap ASEAN di Indonesia. Kendala tersebut, antara lain, yaitu faktor geografis

Indonesia berupa gugusan kepulauan yang mendorong perlunya diversifikasi metode

sosialisasi yang masih harus ditingkatkan, sehingga bersifat lebih interaktif, tidak monoton,

dan tailor made (disesuaikan dengan kondisi suatu daerah) sehingga berdampak lebih luas.

Kendala lain terkait konsistensi dan kontinuitas kebijakan yang mempengaruhi banyak hal

termasuk koordinasi di tingkat pusat serta antara pusat dan daerah, contohnya

pembentukan kementerian baru. Khusus terkait dengan isu MEA, masih terdapat kesulitan

menerjemahkan istilah teknis terkait MEA ke dalam bahasa sehari-hari agar mudah

dipahami masyarakat.

Untuk mengatasi kendala tersebut, perlu disadari beberapa hal berikut. Dari berbagai

kegiatan sosialiasasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, dapat

disimpulkan bahwa secara umum masyarakat Indonesia sudah mengenal ASEAN, tetapi

tidak dapat dipungkiri tingkat pemahaman mereka masih rendah. Selanjutnya, rasa

kepemilikan dan kekitaan terhadap ASEAN juga perlu ditingkatkan dalam kalangan

penyelenggara sosialisasi. Kadar rasa kepemilikan dan kekitaan yang masih rendah

tersebut terlihat dari keengganan dalam mengerahkan sumber daya manusia secara lebih

besar dan mengalokasikan anggaran yang lebih memadai. Dengan kata lain, sosialisasi

dengan skala yang lebih besar sangat diperlukan guna menjangkau Indonesia yang secara

geografis sangat luas dengan beragam hambatan infrastrukturnya.

Untuk itu, langkah antisipasi mendatang sangat bergantung dari diversifikasi metode

sosialisasi yang mampu menjawab berbagai tantangan tersebut di atas. Ditjen KSA dapat

memanfaatkan berbagai pusat studi ASEAN (PSA) yang telah terbentuk. Dalam hal ini,

pemanfaatan PSA perlu berkoordinasi dengan instansi pusat terkait sehingga lebih tepat

sasaran. Di tahun mendatang Ditjen KSA akan melanjutkan kegiatan peningkatan

pemahaman tentang Masyarakat ASEAN secara lebih terarah dengan menyampaikan

saran-saran kebijakan kepada para pemangku kepentingan di pusat maupun daerah. Peran

penyampaian informasi kepada masyarakat luas ke depan dapat dijajaki untuk dilakukan

dengan bekerja sama dengan Kemkominfo menyusun suatu narasi tunggal tentang

kebijakan Pemerintah untuk Pembentukan Masyarakat ASEAN. Sesuai Instruksi Presiden

no. 9 tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kemkominfo bertugas

mendiseminasikan dan melakukan edukasi terkait kebijakan Pemerintah melalui seluruh

saluran komunikasi dan melakukan evaluasi efektivitasnya.

3. ANALISIS CAPAIAN SASARAN STRATEGIS 2 IKU-3

Capaian Sasaran Strategis Ditjen KSA ―Dukungan dan komitmen nasional yang

tinggi terhadap kebijakan luar negeri terkait kesepakatan ASEAN

‖ sebagai Sasaran

Strategis 2 (SS-2) diukur dengan Indikator Kinerja Utama (IKU-3) ―Persentase saran

kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat nasional”.

Pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat nasional merupakan wujud keberhasilan Ditjen

KSA dalam mengawal hasil diplomasi Indonesia dalam kerangka ASEAN dengan

mendorong tindak lanjut berbagai komitmen Indonesia di ASEAN oleh pemangku

kepentingan terkait.

Sesuai dengan Manual IKU Ditjen Kerja Sama ASEAN, pada tahun 2015 ini, IKU 3

Ditjen Kerja Sama ASEAN masih melanjutkan implementasi ASEAN Community Blueprint

(26)

pada setiap pilar. Sedangkan pada tahun 2016-2019 akan menggunakan implementasi

rencana aksi sesuai dengan visi ASEAN 2016-2025 yang sedang dalam proses perundingan

untuk disahkan pada KTT ke-27 ASEAN.

Pada tahun 2015, tingkat implementasi Cetak Biru ASEAN 2015 di tingkat ASEAN

telah mencapai 96,94 persen, dengan rincian sebagai berikut: pilar Masyarakat Politik

Keamanan ASEAN sebesar 100 persen, pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN 92,7 persen,

dan pilar Masyarakat Sosial-Budaya ASEAN sebesar 100 persen. Implementasi Rencana

Aksi dalam kerangka pilar Masyarakat Ekonomi ASEAN yang belum terimplementasi akan

diprioritaskan di dalam agenda pasca 2015 untuk diselesaikan sebelum tahun 2016

berakhir. Pada tahun 2015, capaian kinerja SS-2 IKU-1 sebesar 100.23% dengan realisasi

97.22% dari target 97%,sebagaimana tabel berikut:

Tabel 9

Implementasi Langkah Aksi Cetak Biru Masyarakat ASEAN s.d Tahun 2015

IKU 3

Bidang

Jumlah total Action

Line Cetak Biru

Masyarakat ASEAN

Jumlah Action Line

yang

diimplemen-tasikan Indonesia

Nilai

Persentase

Implementasi

langkah aksi

(action line)

Cetak Biru

Masyarakat

ASEAN.

Bidang

Politik-Keamanan

147

147

Bidang Ekonomi

506

476

Bidang Sosial Budaya

339

339

Jumlah

992

962

Realisasi IKU 3 (%)

96.94

Capaian IKU 3 (%) dari target 97%

99.94

Tabel 10

Perbandingan Jumlah Langkah Aksi yang Diimplementasikan Negara Anggota ASEAN

Pilar

Total

Langkah

Aksi

Jumlah Langkah Aksi yang diimplementasikan oleh

Negara Anggota ASEAN

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Politik dan

Keamanan

147

67

22

14

10

2

10

25

Ekonomi

N/A

94

126

81

301

82

476

Sosial

Budaya

339

19

24

25

30

197

27

17

Di tahun 2015, Indonesia telah melaksanakan seluruh 13 langkah aksi Pilar Politik dan

Keamanan ASEAN yang menjadi komitmen Indonesia. Pada Pilar Ekonomi, di tingkat nasional

Indonesia telah mengimplementasikan 94,1% High Priority Measures atau 476 dari 506 langkah aksi

untuk tahun 2015. Tingkat implementasi tersebut di atas tingkat implementasi keseluruhan ASEAN

yang mencapai 92,7% High Priority Measures.

(27)

Tabel 11

Capaian IKU 3 Ditjen Kerja Sama ASEAN Tahun 2015

IKU 3

Bidang

Jumlah saran

kebijakan yang

disampaikan

Jumlah saran

kebijakan yang

disetujui

Nilai

Persentase

saran kebijakan

yang disetujui

untuk

pelaksanaan

kesepakatan

ASEAN di

tingkat

nasional.

Bidang

Politik-Keamanan

75

72

Bidang Ekonomi

20

20

Bidang Sosial Budaya

3

3

Jumlah

98

95

Realisasi IKU 3 (%)

96.94

Capaian IKU 3 (%) dari target 97%

99.94

Pada tahun 2015, Ditjen KSA telah menyelenggarakan 49 kegiatan yang

menghasilkan 98 saran kebijakan. Dari jumlah tersebut, 95 saran kebijakan telah disetujui

untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN di tingkat Nasional.

Pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019, Ditjen KS ASEAN akan menggunakan

IKU

Persentase saran kebijakan yang disetujui untuk pelaksanaan kesepakatan ASEAN. Target

capaian IKU

ini pada tahun 2019 adalah 70%. Target ditetapkan relatif tidak tinggi mengingat

IKU ini mengalami perubahan dari IKU yang digunakan sebelumnya yakni implementasi

action line

Masyarakat ASEAN yang telah selesai dilaksanakan dengan berlakunya

Masyarakat ASEAN pada 31 Desember 2015. Agar Masyarakat ASEAN dapat memberikan

manfaat bagi rakyat Indonesia, Ditjen KS ASEAN akan memfokuskan upaya untuk

menghasilkan saran kebijakan kepada para pemangku kepentingan nasional untuk

pelaksanaan kesepakatan ASEAN. IKU ini tidak bersifat akumulatif namun diharapkan target

yang terus meningkat mencerminkan keinginan kuat untuk terus meningkatkan implementasi

kesepakatan-kesepakatan di tingkat nasional dengan menghasilkan saran-saran kebijakan

yang berkualitas.

Dalam upaya untuk mencapai IKU-2 SS-2, Ditjen Kerja Sama ASEAN menghadapi

kendala utama yang dihadapi adalah penanganan ASEAN yang menuju ke arah integrasi

menjadi suatu Masyarakat meliputi aspek politik keamanan, ekonomi dan sosial budaya di

Indonesia belum dilaksanakan lintas sektor, hal ini berakibat lemahnya koordinasi di dalam

negeri.

Untuk mengatasi kendala tersebut, Ditjen KS ASEAN pada tahun 2015 membentuk

tim pelaksana harian Sekretariat Nasional ASEAN-Indonesia yang memperkuat fungsi Ditjen

KS ASEAN penguatan peran Setnas ASEAN sebagai focal point untuk semakin

meningkatkan peran Ditjen KS ASEAN untuk menjalin koordinasi dan kerja sama dengan

instansi lain.

Langkah antisipasi yang akan dilakukan di masa mendatang ialah penajaman IKU,

memanfaatkan momentum penataan kelembagaan di Kementerian Luar Negeri

mengusulkan pembentukan Bagian Kerja Sama Antar Lembaga pada Setditjen KS ASEAN

sehingga upaya mengkoordinasikan pemangku kepentingan di tingkat nasional dapat lebih

optimal. Penyesuaian kembali Keppres 23 tahun 2012 mengenai Susunan Sekretariat

Nasional ASEAN-Indonesia sesuai dengan struktur Kementerian dan Lembaga yang baru,

juga perlu segera dilaksanakan.

(28)

C. ANALISIS EFISIENSI SUMBER DAYA

Capaian Ditjen KSA tahun 2015 sebesar 98.99% didanai dengan anggaran sebesar

54,136,591,034 atau 89.92% dari total anggaran Ditjen KSA sebesar 60.203.987.000.

Selama periode tahun anggran 2015, Ditjen KSA sejak awal tahun telah melakukan efisiensi

anggaran sebesar 3.7% dengan melakukan revisi anggaran dari 62,567,100,000 menjadi

60.203.987.000. Revisi tersebut merupakan tindak lanjut dari instruksi Penghematan

Anggaran Perjalanan Dinas/Meeting Konsinyering Kementerian/Lembaga Tahun 2015.

Selain itu, sebagai konsekuensi logis dari upaya ASEAN untuk melakukan

perampingan pertemuan ASEAN sebagaimana Indonesia menjadi salah satu penggagas ide

tersebut, Ditjen KSA juga telah melakukan efisiensi anggaran dan SDM dalam rangka

menghadiri sidang. Hal ini dilakukan tanpa mengurangi kuantitas dan kualitas penyampaian

prakarsa dan rekomendasi dalam setiap pertemuan ASEAN.

D. REALISASI ANGGARAN TAHUN 2015

Sesuai dengan Surat Pengesahan DIPA TA 2015 Nomor SP

DIPA-011.04.1.606322/2015 tanggal 14 November 2014, Pagu DIPA Ditjen Kerja Sama ASEAN

TA 2015 dialokasikan sebesar Rp. 62.567.100.000,- (enam puluh dua milyar lima ratus

enam puluh tujuh juta seratus ribu rupiah). Dalam pelaksanaan kegiatan di tahun 2015,

secara umum DIPA TA 2015 Ditjen Kerja Sama ASEAN melakukan 2 (dua) kali revisi untuk

menyesuaikan dan mengoptimalisasikan anggaran untuk kegiatan yang lebih prioritas. Pagu

anggaran dan realisasi Ditjen KSA dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 12

Realisasi Anggaran Ditjen KSA Tahun 2010-2015

(Berdasarkan Data SAKPA)

No

DIPA

ANGGARAN

SEMULA

ANGGARAN

REVISI

REALISASI

%

1

2010

40,515,300,000

40,515,300,000

36,910,359,588

91.10

2

2011

52,910,000,000

85,788,239,000

80,893,752,121

94.29

3

2012

53,200,000,000

37,885,917,000

32,633,752,251

86.14

4

2013

51,852,935,000

54,627,376,000

47,742,955,431

87.40

5

2014

53,976,884,000

52,363,440,000

49,559,453,030

94.65

6

2015

62,567,100,000

60.203.987.000

54,136,591,034

89,92

Dari segi realisasi anggaran, Ditjen Kerja Sama ASEAN mengalami penurunan dari

94,65% di tahun 2014 menjadi 89,92% di tahun 2015. Hambatan yang dihadapi dalam

upaya penyerapan anggaran yang maksimal yaitu dalam hal penyerapan Belanja Pegawai

(79.99%). Besarnya jumlah anggaran pembayaran gaji dan tunjangan khususnnya pada

anggaran Belanja Pegawai untuk Tunjangan Khusus/Kegiatan (Tunjangan Kinerja) disusun

sesuai dengan grade kelas jabatan pada jabatan struktural dan jabatan fungsional, namun

demikian tidak semua kelas jabatan struktural terisi.

(29)

Grafik 4

Komposisi pagu Anggaran Ditjen KSA TA 2015

Tabel 13

Realisasi Anggaran Ditjen KSA Tahun 2014-2015

(Per Direktorat berdasarkan Data SAKPA)

UNIT ESELON II

2015

2014

PAGU

REALISASI

%

PAGU

REALISASI

%

KSEA

6,273,790,000

5,912,188,990

94.24%

4,560,213,000

4,426,731,453

97.07%

KFA

5,554,600,000

5,304,243,200

95.49%

3,834,504,000

3,735,464,921

97.42%

MWAK

5,081,971,000

4,597,178,065

90.46%

4,106,088,000

3,790,918,014

92.32%

POLKAM

10,551,626,000

9,867,515,586

93.52%

10,711,192,000

10,064,423,543

93.96%

SETDITJEN

32,742,000,000

28,455,465,193

86.91%

29,151,443,000

27,541,915,099

94.48%

Grafik 5

Referensi

Dokumen terkait

1) Setiap Orang yang mengetahui pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan Secara Komersial dapat melaporkan kepada

transparansi 10 CSCW & Ubiquitous Computing TIU : Mahasiswa mampu menjelaskan komunikasi dalam kelompok dan pemrosesan yang ubiquitous - Systems - Groupware Ø

Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Blitar, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Gresik, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang, Kabupaten

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Penelitian ini bertujuan untuk pembantu proses pembelajaran tentang pembelajaran bahasa inggris dan perilaku yang baik dalam berlalu lintas melalui media game agar

Geometri pahat yang optimum memberikan proses pemotongan yang cepat dengan hasil yang halus serta keausan pahat yang minimum.Tujuan dari penelitian ini untuk

dinyatakan bahwa pemahaman konsep dan pemecahan masalah masalah pada materi KK3 dari siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif tipe GI lebih baik dari

selaku ketua Jurusan Teknik Elektro, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah begitu sabar membimbing, menasehati, memberi pengarahan