• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization berbantuan modul ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun pelajaran 2015 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization berbantuan modul ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan tahun pelajaran 2015 2016"

Copied!
283
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MODUL DITINJAU

DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Leonardus Agus Setiyawan NIM: 121414069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM

ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MODUL DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP

PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Leonardus Agus Setiyawan NIM: 121414069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya”

Mateus 21:22

Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Bapak Yustinus Paijan (Alm)

Ibu Caecilia Rubiyati

Adik Dela dan Putri

Gisela Anggita Sari

Sahabat dan teman-temanku

Universitas Sanata Dharma

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Leonardus Agus Setiyawan. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbantuan Modul Ditinjau Dari Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul pada materi prisma dan limas.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII A yang terdiri dari 37 siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran terdiri dari (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) modul, (3) tes kemampuan awal, dan (4) kuis serta instrumen pengumpulan data berupa (1) pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, (2) pengamatan minat belajar siswa, (3) angket, (4) wawancara dan (5) tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul mengalami peningkatan sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran dari kriteria cukup berminat menjadi kriteria berminat serta saat proses pembelajaran berlangsung minat siswa termasuk dalam kriteria berminat; (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul memiliki kriteria tinggi dengan presentasi ketuntasan sebesar 63,89% dan nilai rata-rata 76,79.

(9)

viii

ABSTRACT

Leonardus Agus Setiyawan. 2016. The Implementation of Cooperative Learning Model using Team Assisted Individualization type with module as seen from the interests and learning outcomes of Grade VIII Students in SMP Pangudi Luhur Moyudan, Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, F aculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The aim of the research is to know the interest and learning outcomes of grade VIII A students in SMP Pangudi Luhur Moyudan with the implementation of Cooperative Learning Model using Team Assisted Individualization type with module in the topics of prism and pyramid.

This is a qualitative-quantitative descriptive research. The experiment was conducted in grade VIII A which consists of 37 students. The data collection was conducted in April-May 2016. The instruments used in this research were (1) Lesson Plan, (2) module, (3) pretest, and (4) quiz, as well as data collection in the form of (1) learning observation, (2) student learning’s interest observation, (3) questionnaire, (4) interview, and (5) test.

The results showed that (1) the student’s learning interest using this model has increased before and after joining the lesson, from the criteria of sufficiently interested became really interested and also during the learning process students were categorized as interested; (2) the learning outcomes using this model has high criteria with the completeness percentage is 63.89% and the average is 76.79.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan

penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulis

menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak R. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.PD., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan

kepada penulis.

5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku Dosen Pendidikan Matematika

yang telah memberi saran dan masukan serta membantu penulis dalam

memverifikasi instrumen yang digunakan dalam penelitian.

6. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah mendidik dan mendampingi penulis selama

berada di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(11)
(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Batasan Istilah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

(13)

xii

B. Pembelajaraan Kooperatif ... 14

C. Pembelajaraan Kooperatif tipe Team Assisted Individualization ... 20

D. Modul ... 24

E. Minat ... 26

F. Hasil Belajar ... 28

G. Materi Pembelajaran Bangun Ruang Prisma dan Limas ... 29

H. Kerangka Berpikir ... 38

I. Hipotesis ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41

D. Bentuk Data ... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Validitas dan Reliabilitas ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 52

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 59

BAB IV PELAKSANAAN, PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 62

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 62

B. Penyajian Data ... 77

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 87

(14)

xiii

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Ketentuan nilai perkembangan kelompok ... 23

Tabel 2.2 Perhitungan perkembangan skor kelompok ... 24

Tabel 2.3 Jenis-jenis prisma ... 31

Tabel 2.4 Jenis-jenis limas ... 35

Tabel 3.1 Rencana pembelajaran ... 44

Tabel 3.2 Kisi-kisi tes kemampuan awal ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi kuis 1 ... 45

Tabel 3.4 Kisi-kisi kuis 2 ... 45

Tabel 3.5 Kisi-kisi observasi keterlaksanaan RPP ... 46

Tabel 3.6 Kisi-kisi observasi minat belajar siswa ... 47

Tabel 3.7 Kisi-kisi angket minat belajar ... 47

Tabel 3.8 Kisi-kisi wawancara minat belajar ... 48

Tabel 3.9 Kisi-kisi tes kemampuan akhir ... 49

Tabel 3.10 Intepretasi besarnya koefisien korelasi r ... 51

Tabel 3.11 Intepretasi besarnya koefisien korelasi r ... 52

Tabel 3.12 Kriteria minat belajar tiap siswa ... 55

Tabel 3.13 Kriteria minat belajar keseluruhan siswa ... 55

Tabel 3.14 Skor setiap pernyataan angket ... 56

Tabel 3.15 Kriteria hasil belajar tiap siswa ... 59

Tabel 3.16 Kriteria hasil belajar siswa keseluruhan ... 59

Tabel 4.1 Daftar nilai awal kelas VIIIA ... 63

Tabel 4.2 Daftar kelompok ... 64

(16)

xv

Tabel 4.4 Perolehan nilai kuis 2 ... 73

Tabel 4.5 Penghargaan kelompok ... 75

Tabel 4.6 Data pengamatan keterlaksanaan RPP ... 77

Tabel 4.7 Data minat belajar awal ... 78

Tabel 4.8 Data pengamatan minat belajar siswa ... 81

Tabel 4.9 Data minat belajar akhir ... 83

Tabel 4.10 Data hasil belajar siswa ... 86

Tabel 4.11 Validitas angket minat belajar ... 87

Tabel 4.12 Validitas tes hasil belajar ... 89

Tabel 4.13 Analasisi keterlaksanaan RPP ... 90

Tabel 4.14 Skor dan kriteria minat belajar sebelum pembelajaran ... 91

Tabel 4.15 Analisis minat belajar siswa sebelum pembelajaran ... 92

Tabel 4.16 Analisis kriteria minat belajar siswa sebelum pembelajaran ... 92

Tabel 4.17 Skor dan kriteria minat belajar saat pemebalaran ... 93

Tabel 4.18 Analisis minat belajar siswa saat pembelajaran ... 93

Tabel 4.19 Analisis kriteria minat belajar siswa saat pembelajaran ... 94

Tabel 4.20 Skor dan kriteria minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95

Tabel 4.21 Analisis minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95

Tabel 4.22 Analisis kriteria minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95

Tabel 4.23 Hasil wawancara siswa ... 96

Tabel 4.24 Ketuntasan dan klasifikasi hasil belajar siswa ... 104

Tabel 4.25 Analisis hasil belajar siswa ... 105

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jaring-jaring prisma segitiga ... 30

Gambar 2.2 Jaring-jaring prisma segilima ... 31

Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma segienam ... 31

Gambar 2.4 Prisma segitiga beserta jaring-jaringnya ... 32

Gambar 2.5 Balok dan prisma segitiga ... 33

Gambar 2.6 Jaring-jaring limas segiempat ... 34

Gambar 2.7 Jaring-jaring limas segitiga ... 35

Gambar 2.8 Jaring-jaring limas segilima ... 35

Gambar 2.9 Limas segiempat beserta jaring-jaringnya ... 36

Gambar 2.10 Kubus dengan panjang rusuk a ... 36

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A ... 112

A1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113

A2 Modul Guru ... 133

A3 Modul Siswa ... 162

A4 Soal Tes Awal dan Kunci Jawaban ... 193

A5 Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban ... 195

A6 Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban ... 197

A7 Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 199

A8 Lembar Observasi Pembelajaran ... 201

A9 Lembar Observasi Minat Belajar ... 203

A10 Angket Minat Belajar Sebelum Direvisi ... 204

A11 Angket Minat Belajar Sesudah Direvisi ... 206

A12 Pembentukan Kelompok ... 208

LAMPIRAN B ... 210

B1 Penghitungan Validitas Angket Minat Belajar ... 211

B2 Penghitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar ... 216

B3 Penghitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 220

B4 Penghitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 224

LAMPIRAN C ... 226

C1 Contoh Lembar Pengisian Uji Validitas Angket ... 227

C2 Contoh Lembar Jawaban Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 231

C3 Contoh Lembar Observasi Pembelajaran ... 235

(19)

xviii

C5 Contoh Lembar Pengisian Angket Awal ... 241

C6 Contoh Lembar Pengisian Angket Akhir ... 245

C7 Contoh Lembar Jawaban Tes Awal ... 249

C8 Contoh Lembar Jawaban Kuis 1 ... 252

C9 Contoh Lembar Jawaban Kuis 2 ... 254

C10 Contoh Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar ... 256

LAMPIRAN D ... 260

D1 Surat Izin Penelitian ... 261

D2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 262

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki

peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan

pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD, SMP,

SMA, hingga perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah

mempunyai obyek kajian yang bersifat abstrak, ini menyebabkan banyak siswa

mengalami kesulitan dalam menghayati dan memahami konsep-konsep

matematika. Mata pelajaran matematika sering menjadi momok bagi sebagian

besar siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti rumus yang terlalu

banyak, kalimat yang susah diterjemahkan dan model pembelajaran guru yang

terlalu monoton. Model pembelajaran yang monoton atau tidak berubah dapat

menyebabkan siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika.

Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru sehingga

pembelajaran matematika menjadi menarik dan menyenangkan salah satunya

yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI). Model Pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dengan

teknik yang mengakomodasi perbedaan individu terkait kemampuan siswa.

Model pembelajaran TAI mengajak siswa untuk bekerja secara berkelompok

dengan tingkat yang berbeda dimana setiap anggota memiliki tanggung jawab

untuk saling mengoreksi dan membantu rekannya. Di dalam model

(21)

pembelajaran, yaitu: placement test, teams, teaching gruop, student creative,

team study, fact test, team score and team recognition, serta whole-class.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

diperlukan suatu bahan ajar yang berisi materi-materi pelajaran yang akan

dipelajari. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

yaitu modul pembelajaran. Modul pembelajaran digunakan sebagai alat untuk

mempermudah siswa dalam mempelajari materi secara individu sesuai dengan

tujuan modul pembelajaran, yaitu siswa diharapkan dapat belajar secara

mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dalam pandangan lainnya, modul

dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis,

sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa fasilitator atau guru.

Dengan demikian, sebuah modul dapat dijadikan bahan ajar sebagai fungsi

pendidik.

Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VIII semester

genap adalah Bangun Ruang Sisi Datar Pokok Bahasan Prisma dan Limas.

Konsep dari materi ini cukup abstrak sehingga membingungkan siswa. Materi

ini membuat sebagian siswa kesulitan dalam membayangkan bentuk-bentuk

bangun ruang. Selain itu guru juga mengatakan bahwa kesulitan yang paling

banyak dialami oleh siswa yaitu siswa sering lupa dengan rumus-rumus pada

pelajaran matematika. Saat pembelajaran di kelas, siswa dapat mengerjakan

soal-soal latihan dengan baik tetapi dengan membuka buku catatan. Namun

ketika menghadapi ulangan harian atau kuis, sebagian siswa banyak yang

(22)

memahami soal dengan baik terutama dalam mengerjakan soal mengenai

bangun ruang sisi datar. Hal tersebut salah satunya dikarenakan siswa hanya

mau mengerjakan soal latihan saat pembelajaran berlangsung di kelas karena

bisa langsung dikoreksi oleh guru dan dapat langsung mengetahui hasil

pekerjaannya. Namun ketika tidak dalam pembelajaran di kelas, siswa merasa

enggan belajar atau mengerjakan soal latihan.

Modul pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi

pembelajaran karena di dalam modul pembelajaran berisi materi-materi

pembelajaran dan disediakan soal latihan beserta kunci jawaban. Siswa dapat

mengukur kemampuannya masing-masing dalam mengerjakan soal latihan

dengan mencocokkan jawabannya dengan kunci jawaban yang tersedia. Siswa

juga dapat mengamati dan memperhatikan setiap materi yang dibahas saat

pelajaran berlangsung.

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMP Pangudi

Luhur Moyudan mengenai proses pembelajaran matematika, guru tidak pernah

menggunakan buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah kepada siswa dalam

pembelajaran di kelas. Buku paket tersebut hanya digunakan siswa ketika

belajar di rumah. Siswa juga belum tentu bisa memahami secara langsung

ketika belajar di rumah menggunakan buku tersebut tanpa adanya penjelasan

dari orang lain seperti guru. Selain itu guru lebih sering menerapkan metode

ceramah dan memberikan latihan-latihan soal. Metode pembelajaran dengan

memberikan latihan soal yang dilakukan guru secara terus menerus

(23)

pembelajaran. Hal tersebut benar adanya ketika ada beberapa siswa yang

mengatakan pembelajaran yang diterapkan guru di kelas terkadang membuat

siswa tersebut merasa bosan. Perasaan bosan yang timbul di dalam kelas

membuat keseriusan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran menjadi

berkurang. Selanjutnya berdasarkan pengalaman salah satu teman yang

melaksanakan PPL di SMP Pangudi Luhur Moyudan pada bulan Juli sampai

Oktober 2015, guru lebih sering menggunakan metode konvensional dalam

kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sudah dikonfirmasi kepada guru yang

bersangkutan. Guru mengatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional

yang dilakukan, terkadang ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan

guru terutama untuk siswa yang duduk di barisan belakang. Hal itu membuat

siswa kesulitan memahami materi pelajaran dengan baik sehingga siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya. Hal ini berdampak

pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan ketika ujian ataupun ulangan

harian. Masih banyak dari sebagian besar siswa yang mendapat nilai di bawah

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga harus diadakan remedi.

Terlepas dari peran guru, faktor dari dalam diri siswa juga sangat

berpengaruh dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi

hasil belajar siswa yaitu minat belajar. Minat belajar yang baik dari dalam diri

siswa mampu memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya

dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan di kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan, seringkali minat belajar

(24)

Siswa terkadang tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sebagian siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri yang tidak berhubungan

dengan materi pembelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangku,

melamun, atau menggambar di buku tulis. Dari kegiatan yang dilakukan

beberapa siswa tersebut menggambarkan bahwa siswa kurang berminat untuk

mengikuti pembelajaran. Kurangnya minat belajar ini dapat mempengaruhi

hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti mencoba

menerapkan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization dengan

menggunakan bantuan modul pembelajaran. Penerapan model pembelajaran

ini diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi. Oleh

karena itu, peneliti mengangkat permasalahan tersebut melalui suatu penelitian

yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

Individualization berbantuan Modul ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar

Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Pelajaran 2015/2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan

bentuk-bentuk bangun ruang.

2. Siswa sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal karena siswa

(25)

3. Siswa kurang berminat untuk mengerjakan soal-soal latihan yang

diberikan guru maupun yang ada dalam buku terutama saat di luar jam

pelajaran.

4. Metode latihan soal lebih sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran

sehingga menyebabkan sebagian siswa merasa bosan.

5. Hasil belajar siswa masih kurang, ditunjukkan dengan masih adanya

sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.

6. Kurangnya minat belajar siswa ditunjukkan dengan masih adanya aktifitas

siswa yang melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan

pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut dengan mempertimbangkan

pengetahuan, kemampuan, dan waktu agar hasil penelitian lebih terfokus, maka

peneliti membatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur

Moyudan tahun ajaran 2015/2016.

2. Materi yang akan digunakan sebagai bahan penelitian adalah bangun ruang

sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.

3. Peneliti ingin mengetahui minat dan hasil belajar siswa dengan penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

dengan bantuan modul.

4. Hasil belajar dibatasi pada nilai yang diperoleh dari tes akhir pada pokok

(26)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah

dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana minat siswa dalam pembelajaran matematika pada materi

prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa kelas VIII

A SMP Pangudi Luhur Moyudan?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

materi prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa

kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan?

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman maksud dan tujuan serta agar lebih

efektif dalam mengadakan penelitian, maka perlu adanya penjelasan istilah.

Sesuai dengan judul penelitian ini penulis memberikan penjelasan sebagai

berikut:

1. Belajar

Belajar adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan aktivitas mental atau

psikis yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,

(27)

2. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran melalui proses

dinamika dalam kelompok kecil yang bertujuan untuk melibatkan siswa

supaya bekerja sama dalam proses pembelajaran untuk mencapai

ketuntasan belajar.

3. Team Assisted Individualization (TAI)

Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran

kooperatif yang mengkombinasikan pembelajaran secara berkelompok

maupun individual dimana siswa bisa saling membantu antar anggota

kelompok untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa secara

individual.

4. Modul

Modul pembelajaran adalah paket belajar mandiri yang meliputi satu unit

konsep pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat

membantu siswa mencapai tujuan belajar.

5. Minat

Minat adalah suatu rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu hal

terutama dalam pembelajaran sehingga akan timbul rasa senang dalam

mempelajari tanpa ada yang menyuruhnya.

6. Hasil belajar

Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah menerima pengalaman

belajar dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar dilihat dari

(28)

Berdasarkan batasan istilah tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa

maksud dari judul penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran

dengan menerapkan pembelajaran secara berkelompok dan individual dengan

menggunakan bahan ajar modul. Melalui kegiatan berkelompok siswa dapat

saling membantu antar anggota kelompok untuk mengatasi kesulitan siswa

yang dialami secara individual. Dengan menggunakan bantuan modul siswa

dapat belajar mandiri secara individual sehingga dapat membantu siswa

mencapai tujuan belajar. Pelaksanaan pembelajaran demikian, diharapkan

dapat menarik perhatian siswa dan menumbuhkan rasa senang untuk terlibat

dalam kegiatan pembelajaran matematika serta mencapai hasil belajar yang

baik.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui minat siswa dalam pembelajaran matematika pada materi

prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa kelas VIII

A SMP Pangudi Luhur Moyudan.

2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada

materi prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa

(29)

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan ketika penelitian ini berhasil adalah:

1. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan sumber informasi mengenai pemanfaatan modul serta penggunaanya

dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI).

2. Bagi Guru

Penelitian ini membantu guru dalam menciptakan suasana kelas

yang baru dan memberikan alternatif strategi pembelajaran yang lebih

bervariasai.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai referensi bagi pembaca untuk penulisan tugas akhir serta

menambah pengetahuan untuk penelitian lebih lanjut.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan,

pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran

kooperatif dalam bidang pendidikan serta sebagai acuan penelitian yang

(30)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Muhibbin (2013:68) belajar dapat dipahami sebagai

tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap

sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Menurut Winkel (2014:59) belajar adalah suatu aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

keterampilan dan nilai-sikap.

Menurut Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan

jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil

dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

(31)

psikis yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap dimana perubahan tersebut relatif menetap.

2. Faktor yang mempengaruhi belajar

Menurut Muhibbin (2013:145) faktor yang mempengaruhi belajar

dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor

pendekatan belajar. Faktor internal dilihat dari keadaan atau kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal dilihat dari kondisi lingkungan

di sekitar siswa. Faktor pendekatan belajar dilihat dari upaya siswa yang

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan

kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

a. Faktor internal

1) Faktor jasmani

Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran

organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas

siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus

siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera

penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam

menyerap informasi dan pengetahuan. Kondisi organ tubuh yang

lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga

materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.

2) Faktor psikologis

Faktor yang termasuk dalam faktor psikologis antara lain:

(32)

a) Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk

mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan dengan cara yang tepat.

b) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecendurangan untuk mereaksi atau merespons dengan cara

yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan

sebagainya.

c) Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang

untuk mencapai keberhasilan pada yang akan datang.

d) Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu.

e) Motivasi ialah keadaan internal orgnanisme yang mendorong

untuk berbuat sesuatu.

b. Faktor eksternal

1) Lingkungan sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial ialah para

guru, staf administrasi sekolah, teman-teman, masyarakat, orang

tua, dan anggota keluarga lainnya.

2) Lingkungan non-sosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah

gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan

(33)

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai strategi yang

digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses

pembelajaran materi tertentu.

B. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran

Menurut Trianto (2014:19) hakikat pembelajaran adalah usaha sadar

dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan. Dari makna tersebut terlihat bahwa pembelajaran adalah

interaksi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru, yang intens

dan terarah menuju pada suatu target pembelajaran yang telah disepakati

sebelumnya.

Menurut Syaiful Sagala (2014:61) pembelajaran ialah

membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar

merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran

merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru

sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif

permanen pada perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir melalui

pengalaman (Santrock, 2014:246).

Menurut Ngalimun (2012:3) pembelajaran merupakan suatu proses

(34)

yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran dan aspek ini

akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi

interaksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa saat

pembelajaran berlangsung.

2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pada awalnya pembelajaran kooperatif muncul dari suatu konsep

bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang

sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin

bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah

yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat

menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Menurut roger (1992) dalam Miftahul Huda (2012:29) pembelajaran

kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir

oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan

informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang

didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya

sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota

yang lain.

Menurut Slavin (1995) pada Trianto (2014:108) dalam belajar

kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari

empat atau lima orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang

diberikan guru. Masih dalam buku yang sama, Artzt & Newman (1990)

(35)

sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai

tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab

yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok

kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat

tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama

lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok ini yaitu untuk

memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara

aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam

kelompok, tugas anggota kelompok yaitu mencapai ketuntasan materi

yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya

untuk mencapai ketuntasan belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

strategi pembelajaran melalui proses dinamika dalam kelompok kecil yang

bertujuan untuk melibatkan siswa supaya bekerja sama dalam proses

pembelajaran untuk mencapai ketuntasan belajar.

3. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Menurut Johnson dan Sutton dalam bukunya Trianto (2014:112)

terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja

sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa

(36)

b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat

Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini

terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk

sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar

kooperatif yakni dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang

sedang dipelajari bersama.

c. Tanggung jawab individual

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa

tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan

bantuan sehingga siswa tidak hanya sekedar menyalin hasil kerja

teman sekelompoknya.

d. Keterampilan interpersonal dalam kelompok kecil

Dalam belajar kooperatif selain dituntut untuk mempelajari materi

yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana

berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa

bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam

kelompok akan menuntut keterampilan khusus.

e. Proses kelompok

Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan

bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat

(37)

4. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Pembelajaaran kooperatif memiliki ciri khas yang membedakan

model pembelajaran ini dengan model pembelajaran yang lain. Menurut

Arends (1997) dalam Trianto (2014:116) pembelajaran kooperatif

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajar.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, dan jenis kelamin yang beragam.

d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

5. Metode-metode pembelajaran kooperatif

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai metode-metode

pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:9).

a. Student Team Achievement Division (STAD)

Metode STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif yang

melibatkan kompetisi dalam kelompok. Siswa dikelompokkan secara

beragam berdasarkan kemampuan, ras, gender, dan etnis. Siswa

mempelajari materi bersama dengan kelompok dan pada akhir

(38)

b. Teams Games Tournament (TGT)

Metode TGT menggunakan mirip dengan metode STAD. Perbedaan

dalam pemebelajaran ini yaitu menggantikan kuis dengan turnamen

mingguan, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota

tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.

c. Team Assisted Individualization (TAI)

Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode STAD dan TGT.

Namun, metode STAD dan TGT menggunakan pola pengajaran

tunggal untuk satu kelas, sementara TAI menggabungkan

pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Para

siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan

kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka

sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran

yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja

masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam

menyelesaikan berbagai masalah.

d. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan

membaca dan menulis. Biasanya guru menggunakan bahan bacaan

yang berisi latihan soal dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk

berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian

(39)

sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah

cerita naratif, merangkum cerita, dan menulis tanggapan cerita.

e. Jigsaw

Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam kelompok dan ditugaskan

untuk membaca materi yang bersifat penjelasan terperinci. Tiap

anggota ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek

tertentu. Selanjutnya, para ahli bertemu untuk mendiskusikan topik

yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali pada timnya untuk

mengajarkan topik mereka kepada teman kelompoknya.

C. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Pembelajaran kooperatif tipe TAI pertama kali diperkenalkan oleh

Slavin pada tahun 1985 yaitu suatu model pembelajaran yang

menggabungkan antara model pembelajaran individual dengan model

pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2005:187) teknik Team Assisted

Individualization adalah teknik yang mengadaptasi pengajaran terhadap

perbedaan individu terkait kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi

siswa. Dalam proses pembelajarannya, anggota kelompok menggunakan

lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman

sekelompok. Proses diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan

jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang

(40)

dimana siswa bisa saling membantu antar anggota kelompok untuk

mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa secara individual.

2. Pembelajaran kooperatif tipe TAI menurut Slavin (Suyatno & Asep,

2013:172) meliputi 6 tahap, yaitu sebagai berikut:

a. Pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk beranggotakan

4-5 siswa dan bersifat heterogen. Kelompok ini mewakili hasil akademis

dalam kelas yang diambil dari nilai rata-rata harian kelas dan mewakili

jenis kelamin. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa

semua anggota kelompok ikut belajar, dan lebih khusus adalah

mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tes dengan baik.

b. Pemberian bahan ajar. Pemberian materi yang diajarkan dalam bentuk

lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru. Lembar kerja di-setting

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan model pembelajaran yang

akan dikembangkan.

c. Belajar dalam kelompok. Belajar kelompok dilakukan untuk

mendsikusikan materi yang ada dalam bahan ajar secara

bersama-sama dalam satu kelompok.

d. Skor kelompok dan penghargaan kelompok. Penghargaan ini

diberikan dari hasil kerja sama kelompok saat memecahkan masalah

yang didiskusikan serta pemaparan hasil diskusi kelompok.

e. Pengajaran materi-materi pokok oleh guru. Temuan-temuan hasil

diskusi kelompok dipertegas oleh guru dengan menerangkan ulang

(41)

f. Tes formatif.

3. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

menurut Slavin (Aris, 2014:200) adalah sebagai berikut:

a. Placement Test. Guru memberikan tes awal kepada siswa. Cara ini

bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian atau nilai

pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat

mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu.

b. Teams. Guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat

heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.

c. Teaching Group. Guru memberikan materi secara singkat menjelang

pemberian tugas kelompok.

d. Student Creative. Guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi

bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh

keberhasilan kelompoknya.

e. Team Study. Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas

dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Guru juga memberikan

bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan

dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di

dalam kelompok tersebut.

f. Fact Test. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang

diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya.

g. Team Score and Team Recognition. Guru memberikan skor pada

(42)

berhasil dan kelompok yang dipandang kurang berhasil. Misalnya

dengan menyebut mereka sebagai kelompok bagus, kelompok luar

biasa, dan sebagainya.

h. Whole-Class. Guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan

strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.

Pada model pembelajaran TAI, cara memberikan penghargaan

berdasar nilai perkembangan individu siswa. Contoh penentenuan nilai

perkembangan menurut Suyatno dan Asep Jihad (2013:167) adalah

sebagai berikut:

a. Menetapkan skor standar. Skor ini bisa berasal dari pemberian tes

awal atau tes sebelumnya.

b. Menghitung skor kuis terkini.

c. Menghitung skor perkembangan yang besarnya ditentukan apakah

skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasarnya

dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini.

Tabel 2.1 Ketentuan nilai perkembangan kelompok

Kriteria Skor Perkembangan Nilai kuis turun lebih dari 10 poin di bawah skor

standar 0

Nilai kuis turun 1 sampai dengan 10 poin di

bawah skor standar 10 Nilai kuis sama dengan skor standar sampai

dengan naik 10 poin di atas skor standar 20 Nilai kuis lebih dari 10 poin di atas skor standar 30 Nilai kuis mendapat nilai sempurna misalnya

100 (tanpa memperhatikan skor standar) 30

(43)

Tabel 2.2 Perhitungan perkembangan skor kelompok

No Rata-rata Skor Perkembangan (N) Kualifikasi

1 N ≤ 14 -

2 15 ≤ N ≤ 19 Tim Baik

3 20 ≤ N ≤ 24 Tim Hebat

4 N ≥ 25 Tim Super

Sumber: Suyatno dan Asep Jihad (2013:167)

D. Modul

1. Pengertian Modul

Menurut Mulyasa (2006:231) modul merupakan paket belajar

mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan

dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai

tujuan belajar.

Sedangkan menurut Vembriarto (1981:20) suatu modul adalah suatu

paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan

pengajaran.

Menurut Winkel (2014:487) modul merupakan satuan program

belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara

perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri. Setelah

siswa menyelesaikan satuan yang satu dia melangkah maju dan

memperlajari satuan berikutnya.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

pengertian modul adalah paket belajar mandiri yang meliputi satu unit

konsep pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat

(44)

2. Komponen modul

Komponen modul menurut Winkel (2014:492), antara lain sebagai berikut:

a. Pedoman guru

Pedoman ini menguraikan peranan guru dalam kegiatan belajar

mengajar, mendeskripsikan unit yang dipelajari, berbagai kegiatan

siswa, alat-alat pelajaran yang digunakan dan alat evaluasi.

b. Lembar kegiatan siswa

Lembaran kegiatan siswa ini berisikan rumusan tujuan intruksional

yang akan dicapai, rangkaian kegiatan belajar yang harus dilakukan,

alat-alat pelajaran yang akan digunakan, tugas-tugas yang harus

diselesaikan.

c. Lembar kerja

Lembar kerja ini menyertai lembaran kerja siswa dan berisikan

setumpuk pertanyaan dan semua tugas yang harus dikerjakan.

d. Kunci lembaran kerja

Kunci lembaran kerja berisikan seluruh jawaban atas pertanyaan atau

tugas yang dimuat dalam lembaran kerja. Siswa dapat mencocokkan

sendiri.

e. Lembaran tes

Lembaran tes berisikan soal-soal yang harus dikerjakan untuk

(45)

f. Kunci lembaran tes

Kunci lembaran tes berisikan seluruh jawaban atas pertanyaan atau

tugas yang dimuat dalam lembaran tes. Siswa dapat mencocokkan

sendiri.

E. Minat

1. Pengertian Minat

Menurut Muhibbin Syah (2013:152) minat adalah kecenderungan

dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam

bidang studi tertentu.

Menurut Winkel (2014:219) minat diartikan sebagai kecenderungan

subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok

bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi-materi tertentu.

Adanya suatu ketertarikan dalam hal atau bidang tertentu yang bersifat

tetap di dalam diri subjek, sehingga seseorang mendalaminya.

Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minatnya. Selanjutnya dalam Djamarah

(2011:191), Dalyono mengungkapkan bahwa minat belajar yang besar

cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar

(46)

diyakini bahwa minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar

seseorang. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk mendapatkan

prestasi belajar yang baik dari seseorang yang tidak berminat untuk

mempelajari sesuatu.

Djamarah (2011:193) mengatakan bahwa minat tidak dibawa sejak

lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat dapat ditumbuhkan dan

dikembangkan dengan cara memberikan informasi pada anak didik

mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan

dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan kegunaanya di masa

depan bagi anak didik.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa

minat adalah suatu rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu hal

terutama dalam pembelajaran sehingga akan timbul rasa senang dalam

mempelajari tanpa ada yang menyuruhnya. Dalam penelitian ini yang

dimaksud minat belajar adalah rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari

materi prisma dan limas. Diharapkan dari minat siswa yang tinggi akan

mendapatkan hasil belajar yang tinggi.

2. Ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

(47)

c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang

diminati. Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang

diminati.

d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang

lainnya.

e. Dimanifestikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

F. Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk

(Mulyasa, 2006:243): (1) peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap

kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan; (2) mereka

mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap

atau dua tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku

yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan.

Benyamin Bloom dalam buku Nana Sudjana (1990:22)

mengklasifikasikan hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni

pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan

(48)

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan

hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan

perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah

yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan

kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Maka,

diperlukan alat untuk melakukan penilaian yang berupa tes. Menurut Nana

Sudjana (1990:35) tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar

kognitif dengan penguasaan bahan pengajaran.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah

menerima pengalaman belajar dalam waktu tertentu. Namun dalam penelitian

ini hanya dilihat dari ranah kognitif karena berkaitan dengan kemampuan para

siswa dalam menguasai isi pelajaran.

G. Materi Pembelajaran Bangun Ruang Prisma dan Limas

1. Prisma

a. Pengertian prisma

Prisma adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua

bidang berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta

bidang-bidang yang lainnya diperoleh dengan menghubungkan

(49)

b. Unsur-unsur prisma

Prisma memiliki beberapa unsur, berikut pengertian

unsur-unsur pada sebuah prisma:

1) Bidang sisi adalah bidang-bidang yang membentuk suatu prisma.

2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan

dua bidang sisi yang bertemu pada suatu prisma.

3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga bidang sisi pada

suatu prisma.

4) Tinggi prisma adalah jarak antara bidang alas dan bidang tutup.

c. Jaring-jaring prisma

Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa

rusuk prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma

terlihat. Misalkan, prisma yang akan dibuat jaring-jaringnya adalah

prisma segitiga. Berikut ini alur pembuatan jaring-jaring prisma

segitiga.

(50)

Contoh jaring-jaring prisma lainnya.

Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh daerah

permukaan yang membatasi prisma tersebut. Dengan kata lain luas

permukaan prisma adalah luas daerah jaring-jaring prisma. Sebagai

contoh pada prisma segitiga yang sisi alas dan sisi atasnya berupa

(51)

Gambar 2.4 Prisma segitga beserta jaring-jaringnya

Luas permukaan prisma

= luas ∆ ABC + luas ∆ DEF + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF

= (2 × luas ∆ ABC) + (AB × AD) + (AC × AD) + (CB × CF)

= (2 × luas ∆ ABC) + (AB × AD) + (AC × AD) + (CB × AD)

= (2 × luas ∆ ABC) + [(AB + AC + CB) × AD]

= (2 × luas alas) + (keliling ∆ ABC × tinggi)

= (2 × luas alas) + (keliling alas × tinggi)

Jadi, secara umum luas permukaan prisma sebagai berikut.

f. Volume prisma

Volume prisma adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi

penuh prisma tersebut. Sebagai contoh pada prisma segitiga yang sisi

alas dan sisi atasnya berupa daerah segitiga siku-siku, volumenya

adalah sebagai berikut:

(52)

Gambar 2.5 Balok dan prisma segitiga

Volume prisma ABD.EFH

= × volume balok ABCD.EFGH

= × (AB × BC × FB)

= ( × AB × BC) × FB

= luas ∆ ABD × tinggi

= luas alas × tinggi

Jadi, secara umum volume prisma sebagai berikut.

2. Limas

a. Pengertian limas

Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang

segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga yang

(53)

b. Unsur-unsur limas

Limas memiliki berbagai unsur, berikut pengertian unsur-unsur

pada sebuah limas:

1) Bidang sisi adalah bidang-bidang yang membentuk suatu limas.

2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan

dua sisi limas.

3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga bidang sisi pada

suatu limas.

4) Titik puncak adalah titik sudut yang tidak berada pada bidang

alas.

5) Tinggi limas adalah jarak antara titik puncak limas dengan bidang

alas.

c. Jaring-jaring limas

Jaring-jaring limas diperoleh dengan cara mengiris beberapa

rusuk limas tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan limas

terlihat. Misalkan, limas yang akan dibuat jaring-jaringnya adalah

limas segiempat. Berikut ini alur pembuatan jaring-jaring limas

segiempat.

(54)

Contoh jaring-jaring limas lainnya

permukaan limas adalah luas daerah jaring-jaring limas. Sebagai

contoh pada limas yang sisi alasnya berupa daerah persegi, luas

(55)

Gambar 2.9 Limas segiempat beserta jaring-jaringnya

Luas permukaan limas

= luas persegi ABCD + luas ∆ TAB + luas ∆ TBC + luas ∆ TDC +

luas ∆ TAD

= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

Jadi, secara umum luas permukaan limas sebagai berikut.

f. Volume Limas

Volume Limas adalah banyaknya kubus satuan yang dapat

mengisi penuh limas tersebut. Rumus volume limas dapat dibuktikan

berdasarkan rumus volume kubus.

Gambar 2.10 Kubus dengan panjang rusuk

Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak

A E

F

H G

D C

B

(56)

Limas yang terbentuk dari kubus yang dibelah kemudian

Jadi, secara umum volume limas sebagai berikut.

(57)

H. Kerangka Berpikir

Prisma dan limas merupakan salah satu pokok bahasan pada materi

bangun ruang sisi datar yang diajarkan di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur

Moyudan. Berdasarkan kenyataan yang ada, materi ini cukup membuat

beberapa siswa mengalami kesulitan karena konsep dari bangun ruang yang

abstrak. Hal itu ditambah lagi dengan keadaan minat belajar siswa yang tidak

menentu sehingga konsentrasi tidak terfokus pada materi pembelajaran. Siswa

kadang merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah

karena kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada latihan soal. Dengan

keadaan yang seperti ini diperlukan adanya variasi baru dalam memilih model

pembelajaran yang mendukung agar dapat meningkatkan minat belajar siswa

dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa terutama dalam

mempelajari pokok bahasan prisma dan limas.

Metode pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran yang

mengkombinasikan pembelajaran secara berkelompok maupun individual

dimana siswa bisa saling membantu antar anggota kelompok untuk mengatasi

kesulitan belajar yang dialami siswa. Kelompok dibentuk beranggotakan 4-5

siswa dan bersifat heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan

bahwa semua anggota kelompok terlibat aktif dalam pembelajaran. Belajar

kelompok dilakukan untuk mendiskusikan materi yang ada dalam bahan ajar

secara bersama dalam satu kelompok. Melalui metode ini siswa diajak untuk

belajar mandiri, dilatih untuk memecahkan masalah, serta dilatih untuk

(58)

Dalam penerapan metode pembelajaran TAI, peneliti mempergunakan modul.

Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi satu konsep

pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu siswa

mencapai tujuan belajar. Modul diharapkan dapat membantu siswa dalam

memahami materi pembelajaran serta memahami rumus yang ada dan dapat

menerapkannya dalam mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan pada

modul. Selain itu siswa juga dapat mengukur kemampuan masing-masing

dengan mengecek jawaban yang telah diperoleh dengan kunci jawaban yang

sudah disediakan.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan bantuan

modul diharapkan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa.

Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan membuat siswa

semakin semangat dalam belajar dan dapat mengembangkan pemahaman

materi yang telah diperoleh dan pada akhirnya hasil belajar juga akan menjadi

baik.

I. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul dapat

meningkatkan minat belajar sehingga siswa mencapai hasil belajar yang baik

dalam mata pelajaran matematika materi bangun ruang sisi datar pokok

(59)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif

kualitatif kuantitatif. Menurut Suharsimi (2003:309) penelitian deskriptif

merupakan penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu

gejala yang ada. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif

sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripitf berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,

2006:4) Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan

keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2007:105).

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk angka dan uraian.

Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan yang

dilakukan peneliti, hasil wawancara dengan siswa, dan angket mengenai minat

belajar siswa. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis

hasil tes pada materi bangun ruang sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 semester genap tahun

(60)

2. Tempat

Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan yang

beralamat di Mergan, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur

Moyudan semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 siswa,

yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.

Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VIII A

SMP Pangudi Luhur Moyudan pada pembelajaran matematika materi bangun

ruang sisi datar prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif

tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul.

D. Bentuk Data

1. Data minat belajar siswa

Data minat belajar siswa diperoleh dari skor sebelum dan sesudah

mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul.

Selain itu skor penilaian minat juga diperoleh selama pembelajaran

berlangsung. Selanjutnya data yang sudah diperoleh didukung dengan data

uraian-uraian keterangan mengenai minat belajar siswa yang diperoleh

setelah pembelajaran prisma dan limas.

2. Data hasil belajar siswa

Data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai atau skor setelah siswa

(61)

Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul pada materi

bangun ruang sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.

E. Metode Pengumpulan Data

1. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

(Daryanto, 2007:33). Pengamatan bertujuan untuk mengumpulkan data

dengan cara mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran

berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk melihat keterlaksanaan

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

berbantuan modul. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan mengamati

kegiatan siswa untuk melihat minat siswa saat pembelajaran berlangsung

di dalam kelas.

2. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan

tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 2013:194).

Penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup yaitu angket

yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Angket digunakan untuk mengambil data mengenai minat belajar siswa

sebelum dan sesudah menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe

(62)

3. Tes

Menurut Muchtar Bukhori tes ialah suatu percobaan yang diadakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada

seorang murid atau kelompok murid (Daryanto, 2007:35). Tes ini

digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes yang digunakan

berupa tes tertulis dengan soal berbentuk uraian yang disusun berdasarkan

indikator pada materi prisma dan limas. Tes hasil belajar dilaksanakan

setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) berbantuan modul.

4. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.

Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi

kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. (Suharsimi, 2005:

44). Wawancara dilakukan dengan beberapa siswa untuk mengetahui

minat belajar siswa yang digunakan untuk melengkapi data yang sudah

diperoleh melalui angket.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua macam instrumen yang akan digunakan yaitu

instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen pembelajaran

Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari Rencana

(63)

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sesuai dengan

karakterisitik dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) pada pokok bahasan prisma dan limas. RPP

digunakan untuk 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×45 menit.

Rencana pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran

Pertemuan ke- Materi yang diajarkan

1 Unsur-unsur prisma dan limas 2 Jaring-jaring prisma dan limas 3 Luas permukaan prisma dan limas 4 Volume prisma

5 Volume limas 6 Tes Akhir

b. Modul

Modul berisi penjelasan mengenai materi prisma dan limas.

Modul digunakan untuk pedoman bagi guru dan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran. Modul disusun menjadi dua yang

masing-masing ditujukan untuk guru dan siswa. Dalam modul

tersebut disertakan latihan soal yang dipergunakan dalam proses

pembelajaran di kelas maupun untuk melatih kemampuan secara

mandiri ketika di luar pembelajaran.

c. Tes Kemampuan Awal

Tes kemampuan awal dilaksanakan sebelum diterapkannya

model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Referensi

Dokumen terkait

Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama.. kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai

Shalawat Muhammad sendiri yang telah menjadi amalan bagi para jamaah majelis Shalawat Muhammad Rahmatan Lil Alamin ini di ambil oleh Shaykh Abdul Kahar dari salah

[r]

Untuk mengantisipasi kemajuan di bidang industri, maka diperlukan suatu ilmu ergonomi yang bermanfaat untuk menganalisa perancangan dan pengembangan sistem kerja..

Hal ini disebabkan daging pada fase prerigor ini hampir 50% protein-protein daging yang larut dalam larutan garam, dapat diekstraksi keluar dari

Sedangkan j ika peubah bebasnya lebih dari sat u dinam akan Persam aan Diferensial Parsial.. PDB Orde 1 PDB

Yang bertanda tangan dibawah ini Kelompok Kerja Barang Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Kepulauan Aru, berdasarkan :. Berita Acara Pemberian Penjelasan (BAPP) Nomor

 Peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya mengenai modifikasi wadah tanam yang dapat digunakan untuk menanam tanaman sayur berdasarkan pengamatan dari gambar berdasarkan