PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MODUL DITINJAU
DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Leonardus Agus Setiyawan NIM: 121414069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM
ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBANTUAN MODUL DITINJAU DARI MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
PANGUDI LUHUR MOYUDAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Leonardus Agus Setiyawan NIM: 121414069
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh
kepercayaan, kamu akan menerimanya”
Mateus 21:22
Dengan penuh syukur, kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria
Bapak Yustinus Paijan (Alm)
Ibu Caecilia Rubiyati
Adik Dela dan Putri
Gisela Anggita Sari
Sahabat dan teman-temanku
Universitas Sanata Dharma
vii
ABSTRAK
Leonardus Agus Setiyawan. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbantuan Modul Ditinjau Dari Minat dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Pelajaran 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui minat dan hasil belajar siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul pada materi prisma dan limas.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Penelitian dilaksanakan di kelas VIII A yang terdiri dari 37 siswa. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen pembelajaran terdiri dari (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) modul, (3) tes kemampuan awal, dan (4) kuis serta instrumen pengumpulan data berupa (1) pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, (2) pengamatan minat belajar siswa, (3) angket, (4) wawancara dan (5) tes.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) minat belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul mengalami peningkatan sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran dari kriteria cukup berminat menjadi kriteria berminat serta saat proses pembelajaran berlangsung minat siswa termasuk dalam kriteria berminat; (2) hasil belajar siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) dengan bantuan modul memiliki kriteria tinggi dengan presentasi ketuntasan sebesar 63,89% dan nilai rata-rata 76,79.
viii
ABSTRACT
Leonardus Agus Setiyawan. 2016. The Implementation of Cooperative Learning Model using Team Assisted Individualization type with module as seen from the interests and learning outcomes of Grade VIII Students in SMP Pangudi Luhur Moyudan, Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education and Science, F aculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The aim of the research is to know the interest and learning outcomes of grade VIII A students in SMP Pangudi Luhur Moyudan with the implementation of Cooperative Learning Model using Team Assisted Individualization type with module in the topics of prism and pyramid.
This is a qualitative-quantitative descriptive research. The experiment was conducted in grade VIII A which consists of 37 students. The data collection was conducted in April-May 2016. The instruments used in this research were (1) Lesson Plan, (2) module, (3) pretest, and (4) quiz, as well as data collection in the form of (1) learning observation, (2) student learning’s interest observation, (3) questionnaire, (4) interview, and (5) test.
The results showed that (1) the student’s learning interest using this model has increased before and after joining the lesson, from the criteria of sufficiently interested became really interested and also during the learning process students were categorized as interested; (2) the learning outcomes using this model has high criteria with the completeness percentage is 63.89% and the average is 76.79.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
penyertaannya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak R. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.PD., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan
kepada penulis.
5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc., selaku Dosen Pendidikan Matematika
yang telah memberi saran dan masukan serta membantu penulis dalam
memverifikasi instrumen yang digunakan dalam penelitian.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah mendidik dan mendampingi penulis selama
berada di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 7
E. Batasan Istilah ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 9
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
xii
B. Pembelajaraan Kooperatif ... 14
C. Pembelajaraan Kooperatif tipe Team Assisted Individualization ... 20
D. Modul ... 24
E. Minat ... 26
F. Hasil Belajar ... 28
G. Materi Pembelajaran Bangun Ruang Prisma dan Limas ... 29
H. Kerangka Berpikir ... 38
I. Hipotesis ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 40
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 41
D. Bentuk Data ... 41
E. Metode Pengumpulan Data ... 42
F. Instrumen Penelitian ... 43
G. Validitas dan Reliabilitas ... 50
H. Teknik Analisis Data ... 52
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 59
BAB IV PELAKSANAAN, PENYAJIAN DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 62
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 62
B. Penyajian Data ... 77
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 87
xiii
BAB V PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Saran ... 108
DAFTAR PUSTAKA ... 109
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ketentuan nilai perkembangan kelompok ... 23
Tabel 2.2 Perhitungan perkembangan skor kelompok ... 24
Tabel 2.3 Jenis-jenis prisma ... 31
Tabel 2.4 Jenis-jenis limas ... 35
Tabel 3.1 Rencana pembelajaran ... 44
Tabel 3.2 Kisi-kisi tes kemampuan awal ... 45
Tabel 3.3 Kisi-kisi kuis 1 ... 45
Tabel 3.4 Kisi-kisi kuis 2 ... 45
Tabel 3.5 Kisi-kisi observasi keterlaksanaan RPP ... 46
Tabel 3.6 Kisi-kisi observasi minat belajar siswa ... 47
Tabel 3.7 Kisi-kisi angket minat belajar ... 47
Tabel 3.8 Kisi-kisi wawancara minat belajar ... 48
Tabel 3.9 Kisi-kisi tes kemampuan akhir ... 49
Tabel 3.10 Intepretasi besarnya koefisien korelasi r ... 51
Tabel 3.11 Intepretasi besarnya koefisien korelasi r ... 52
Tabel 3.12 Kriteria minat belajar tiap siswa ... 55
Tabel 3.13 Kriteria minat belajar keseluruhan siswa ... 55
Tabel 3.14 Skor setiap pernyataan angket ... 56
Tabel 3.15 Kriteria hasil belajar tiap siswa ... 59
Tabel 3.16 Kriteria hasil belajar siswa keseluruhan ... 59
Tabel 4.1 Daftar nilai awal kelas VIIIA ... 63
Tabel 4.2 Daftar kelompok ... 64
xv
Tabel 4.4 Perolehan nilai kuis 2 ... 73
Tabel 4.5 Penghargaan kelompok ... 75
Tabel 4.6 Data pengamatan keterlaksanaan RPP ... 77
Tabel 4.7 Data minat belajar awal ... 78
Tabel 4.8 Data pengamatan minat belajar siswa ... 81
Tabel 4.9 Data minat belajar akhir ... 83
Tabel 4.10 Data hasil belajar siswa ... 86
Tabel 4.11 Validitas angket minat belajar ... 87
Tabel 4.12 Validitas tes hasil belajar ... 89
Tabel 4.13 Analasisi keterlaksanaan RPP ... 90
Tabel 4.14 Skor dan kriteria minat belajar sebelum pembelajaran ... 91
Tabel 4.15 Analisis minat belajar siswa sebelum pembelajaran ... 92
Tabel 4.16 Analisis kriteria minat belajar siswa sebelum pembelajaran ... 92
Tabel 4.17 Skor dan kriteria minat belajar saat pemebalaran ... 93
Tabel 4.18 Analisis minat belajar siswa saat pembelajaran ... 93
Tabel 4.19 Analisis kriteria minat belajar siswa saat pembelajaran ... 94
Tabel 4.20 Skor dan kriteria minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95
Tabel 4.21 Analisis minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95
Tabel 4.22 Analisis kriteria minat belajar siswa setelah pembelajaran ... 95
Tabel 4.23 Hasil wawancara siswa ... 96
Tabel 4.24 Ketuntasan dan klasifikasi hasil belajar siswa ... 104
Tabel 4.25 Analisis hasil belajar siswa ... 105
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jaring-jaring prisma segitiga ... 30
Gambar 2.2 Jaring-jaring prisma segilima ... 31
Gambar 2.3 Jaring-jaring prisma segienam ... 31
Gambar 2.4 Prisma segitiga beserta jaring-jaringnya ... 32
Gambar 2.5 Balok dan prisma segitiga ... 33
Gambar 2.6 Jaring-jaring limas segiempat ... 34
Gambar 2.7 Jaring-jaring limas segitiga ... 35
Gambar 2.8 Jaring-jaring limas segilima ... 35
Gambar 2.9 Limas segiempat beserta jaring-jaringnya ... 36
Gambar 2.10 Kubus dengan panjang rusuk a ... 36
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 112
A1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113
A2 Modul Guru ... 133
A3 Modul Siswa ... 162
A4 Soal Tes Awal dan Kunci Jawaban ... 193
A5 Soal Kuis 1 dan Kunci Jawaban ... 195
A6 Soal Kuis 2 dan Kunci Jawaban ... 197
A7 Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 199
A8 Lembar Observasi Pembelajaran ... 201
A9 Lembar Observasi Minat Belajar ... 203
A10 Angket Minat Belajar Sebelum Direvisi ... 204
A11 Angket Minat Belajar Sesudah Direvisi ... 206
A12 Pembentukan Kelompok ... 208
LAMPIRAN B ... 210
B1 Penghitungan Validitas Angket Minat Belajar ... 211
B2 Penghitungan Reliabilitas Angket Minat Belajar ... 216
B3 Penghitungan Validitas Tes Hasil Belajar ... 220
B4 Penghitungan Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 224
LAMPIRAN C ... 226
C1 Contoh Lembar Pengisian Uji Validitas Angket ... 227
C2 Contoh Lembar Jawaban Uji Validitas Tes Hasil Belajar ... 231
C3 Contoh Lembar Observasi Pembelajaran ... 235
xviii
C5 Contoh Lembar Pengisian Angket Awal ... 241
C6 Contoh Lembar Pengisian Angket Akhir ... 245
C7 Contoh Lembar Jawaban Tes Awal ... 249
C8 Contoh Lembar Jawaban Kuis 1 ... 252
C9 Contoh Lembar Jawaban Kuis 2 ... 254
C10 Contoh Lembar Jawaban Tes Hasil Belajar ... 256
LAMPIRAN D ... 260
D1 Surat Izin Penelitian ... 261
D2 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 262
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki
peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan
pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD, SMP,
SMA, hingga perguruan tinggi. Salah satu karakteristik matematika adalah
mempunyai obyek kajian yang bersifat abstrak, ini menyebabkan banyak siswa
mengalami kesulitan dalam menghayati dan memahami konsep-konsep
matematika. Mata pelajaran matematika sering menjadi momok bagi sebagian
besar siswa. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti rumus yang terlalu
banyak, kalimat yang susah diterjemahkan dan model pembelajaran guru yang
terlalu monoton. Model pembelajaran yang monoton atau tidak berubah dapat
menyebabkan siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika.
Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan guru sehingga
pembelajaran matematika menjadi menarik dan menyenangkan salah satunya
yaitu model pembelajaran Kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI). Model Pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran dengan
teknik yang mengakomodasi perbedaan individu terkait kemampuan siswa.
Model pembelajaran TAI mengajak siswa untuk bekerja secara berkelompok
dengan tingkat yang berbeda dimana setiap anggota memiliki tanggung jawab
untuk saling mengoreksi dan membantu rekannya. Di dalam model
pembelajaran, yaitu: placement test, teams, teaching gruop, student creative,
team study, fact test, team score and team recognition, serta whole-class.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)
diperlukan suatu bahan ajar yang berisi materi-materi pelajaran yang akan
dipelajari. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran
yaitu modul pembelajaran. Modul pembelajaran digunakan sebagai alat untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari materi secara individu sesuai dengan
tujuan modul pembelajaran, yaitu siswa diharapkan dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Dalam pandangan lainnya, modul
dimaknai sebagai seperangkat bahan ajar yang disajikan secara sistematis,
sehingga penggunanya dapat belajar dengan atau tanpa fasilitator atau guru.
Dengan demikian, sebuah modul dapat dijadikan bahan ajar sebagai fungsi
pendidik.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VIII semester
genap adalah Bangun Ruang Sisi Datar Pokok Bahasan Prisma dan Limas.
Konsep dari materi ini cukup abstrak sehingga membingungkan siswa. Materi
ini membuat sebagian siswa kesulitan dalam membayangkan bentuk-bentuk
bangun ruang. Selain itu guru juga mengatakan bahwa kesulitan yang paling
banyak dialami oleh siswa yaitu siswa sering lupa dengan rumus-rumus pada
pelajaran matematika. Saat pembelajaran di kelas, siswa dapat mengerjakan
soal-soal latihan dengan baik tetapi dengan membuka buku catatan. Namun
ketika menghadapi ulangan harian atau kuis, sebagian siswa banyak yang
memahami soal dengan baik terutama dalam mengerjakan soal mengenai
bangun ruang sisi datar. Hal tersebut salah satunya dikarenakan siswa hanya
mau mengerjakan soal latihan saat pembelajaran berlangsung di kelas karena
bisa langsung dikoreksi oleh guru dan dapat langsung mengetahui hasil
pekerjaannya. Namun ketika tidak dalam pembelajaran di kelas, siswa merasa
enggan belajar atau mengerjakan soal latihan.
Modul pembelajaran dapat membantu siswa dalam memahami materi
pembelajaran karena di dalam modul pembelajaran berisi materi-materi
pembelajaran dan disediakan soal latihan beserta kunci jawaban. Siswa dapat
mengukur kemampuannya masing-masing dalam mengerjakan soal latihan
dengan mencocokkan jawabannya dengan kunci jawaban yang tersedia. Siswa
juga dapat mengamati dan memperhatikan setiap materi yang dibahas saat
pelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa SMP Pangudi
Luhur Moyudan mengenai proses pembelajaran matematika, guru tidak pernah
menggunakan buku paket yang dipinjamkan oleh sekolah kepada siswa dalam
pembelajaran di kelas. Buku paket tersebut hanya digunakan siswa ketika
belajar di rumah. Siswa juga belum tentu bisa memahami secara langsung
ketika belajar di rumah menggunakan buku tersebut tanpa adanya penjelasan
dari orang lain seperti guru. Selain itu guru lebih sering menerapkan metode
ceramah dan memberikan latihan-latihan soal. Metode pembelajaran dengan
memberikan latihan soal yang dilakukan guru secara terus menerus
pembelajaran. Hal tersebut benar adanya ketika ada beberapa siswa yang
mengatakan pembelajaran yang diterapkan guru di kelas terkadang membuat
siswa tersebut merasa bosan. Perasaan bosan yang timbul di dalam kelas
membuat keseriusan siswa dalam mempelajari materi pembelajaran menjadi
berkurang. Selanjutnya berdasarkan pengalaman salah satu teman yang
melaksanakan PPL di SMP Pangudi Luhur Moyudan pada bulan Juli sampai
Oktober 2015, guru lebih sering menggunakan metode konvensional dalam
kegiatan pembelajaran. Hal tersebut sudah dikonfirmasi kepada guru yang
bersangkutan. Guru mengatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional
yang dilakukan, terkadang ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan
guru terutama untuk siswa yang duduk di barisan belakang. Hal itu membuat
siswa kesulitan memahami materi pelajaran dengan baik sehingga siswa
mengalami kesulitan dalam mempelajari materi berikutnya. Hal ini berdampak
pada hasil belajar siswa yang kurang memuaskan ketika ujian ataupun ulangan
harian. Masih banyak dari sebagian besar siswa yang mendapat nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sehingga harus diadakan remedi.
Terlepas dari peran guru, faktor dari dalam diri siswa juga sangat
berpengaruh dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar siswa yaitu minat belajar. Minat belajar yang baik dari dalam diri
siswa mampu memungkinkan siswa untuk belajar lebih giat dan pada akhirnya
dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan di kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan, seringkali minat belajar
Siswa terkadang tidak antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sebagian siswa sibuk dengan aktivitasnya sendiri yang tidak berhubungan
dengan materi pembelajaran seperti mengobrol dengan teman sebangku,
melamun, atau menggambar di buku tulis. Dari kegiatan yang dilakukan
beberapa siswa tersebut menggambarkan bahwa siswa kurang berminat untuk
mengikuti pembelajaran. Kurangnya minat belajar ini dapat mempengaruhi
hasil belajar siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti mencoba
menerapkan model pembelajaran tipe Team Assisted Individualization dengan
menggunakan bantuan modul pembelajaran. Penerapan model pembelajaran
ini diharapkan dapat memberikan solusi dari permasalahan yang terjadi. Oleh
karena itu, peneliti mengangkat permasalahan tersebut melalui suatu penelitian
yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted
Individualization berbantuan Modul ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar
Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Moyudan Tahun Pelajaran 2015/2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1. Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam membayangkan
bentuk-bentuk bangun ruang.
2. Siswa sering melakukan kesalahan dalam mengerjakan soal karena siswa
3. Siswa kurang berminat untuk mengerjakan soal-soal latihan yang
diberikan guru maupun yang ada dalam buku terutama saat di luar jam
pelajaran.
4. Metode latihan soal lebih sering digunakan oleh guru dalam pembelajaran
sehingga menyebabkan sebagian siswa merasa bosan.
5. Hasil belajar siswa masih kurang, ditunjukkan dengan masih adanya
sebagian besar siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.
6. Kurangnya minat belajar siswa ditunjukkan dengan masih adanya aktifitas
siswa yang melakukan kegiatan yang tidak berhubungan dengan
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah tersebut dengan mempertimbangkan
pengetahuan, kemampuan, dan waktu agar hasil penelitian lebih terfokus, maka
peneliti membatasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur
Moyudan tahun ajaran 2015/2016.
2. Materi yang akan digunakan sebagai bahan penelitian adalah bangun ruang
sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.
3. Peneliti ingin mengetahui minat dan hasil belajar siswa dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
dengan bantuan modul.
4. Hasil belajar dibatasi pada nilai yang diperoleh dari tes akhir pada pokok
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimana minat siswa dalam pembelajaran matematika pada materi
prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa kelas VIII
A SMP Pangudi Luhur Moyudan?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada
materi prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa
kelas VIII A SMP Pangudi Luhur Moyudan?
E. Batasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman maksud dan tujuan serta agar lebih
efektif dalam mengadakan penelitian, maka perlu adanya penjelasan istilah.
Sesuai dengan judul penelitian ini penulis memberikan penjelasan sebagai
berikut:
1. Belajar
Belajar adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan aktivitas mental atau
psikis yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran melalui proses
dinamika dalam kelompok kecil yang bertujuan untuk melibatkan siswa
supaya bekerja sama dalam proses pembelajaran untuk mencapai
ketuntasan belajar.
3. Team Assisted Individualization (TAI)
Team Assisted Individualization (TAI) adalah model pembelajaran
kooperatif yang mengkombinasikan pembelajaran secara berkelompok
maupun individual dimana siswa bisa saling membantu antar anggota
kelompok untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa secara
individual.
4. Modul
Modul pembelajaran adalah paket belajar mandiri yang meliputi satu unit
konsep pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat
membantu siswa mencapai tujuan belajar.
5. Minat
Minat adalah suatu rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu hal
terutama dalam pembelajaran sehingga akan timbul rasa senang dalam
mempelajari tanpa ada yang menyuruhnya.
6. Hasil belajar
Hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah menerima pengalaman
belajar dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini hasil belajar dilihat dari
Berdasarkan batasan istilah tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa
maksud dari judul penelitian ini adalah pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan menerapkan pembelajaran secara berkelompok dan individual dengan
menggunakan bahan ajar modul. Melalui kegiatan berkelompok siswa dapat
saling membantu antar anggota kelompok untuk mengatasi kesulitan siswa
yang dialami secara individual. Dengan menggunakan bantuan modul siswa
dapat belajar mandiri secara individual sehingga dapat membantu siswa
mencapai tujuan belajar. Pelaksanaan pembelajaran demikian, diharapkan
dapat menarik perhatian siswa dan menumbuhkan rasa senang untuk terlibat
dalam kegiatan pembelajaran matematika serta mencapai hasil belajar yang
baik.
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui minat siswa dalam pembelajaran matematika pada materi
prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Team
Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa kelas VIII
A SMP Pangudi Luhur Moyudan.
2. Mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada
materi prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe
Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul untuk siswa
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan ketika penelitian ini berhasil adalah:
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dan sumber informasi mengenai pemanfaatan modul serta penggunaanya
dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
(TAI).
2. Bagi Guru
Penelitian ini membantu guru dalam menciptakan suasana kelas
yang baru dan memberikan alternatif strategi pembelajaran yang lebih
bervariasai.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Sebagai referensi bagi pembaca untuk penulisan tugas akhir serta
menambah pengetahuan untuk penelitian lebih lanjut.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai penambah wawasan,
pengalaman dan pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran
kooperatif dalam bidang pendidikan serta sebagai acuan penelitian yang
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:2) belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
Menurut Muhibbin (2013:68) belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif.
Menurut Winkel (2014:59) belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai-sikap.
Menurut Djamarah (2011:13) belajar adalah serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
psikis yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap dimana perubahan tersebut relatif menetap.
2. Faktor yang mempengaruhi belajar
Menurut Muhibbin (2013:145) faktor yang mempengaruhi belajar
dibagi menjadi tiga, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor
pendekatan belajar. Faktor internal dilihat dari keadaan atau kondisi
jasmani dan rohani siswa. Faktor eksternal dilihat dari kondisi lingkungan
di sekitar siswa. Faktor pendekatan belajar dilihat dari upaya siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan
kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
a. Faktor internal
1) Faktor jasmani
Kondisi umum jasmani yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ tubuh dapat mempengaruhi semangat dan intensitas
siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus
siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam
menyerap informasi dan pengetahuan. Kondisi organ tubuh yang
lemah dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
2) Faktor psikologis
Faktor yang termasuk dalam faktor psikologis antara lain:
a) Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.
b) Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecendurangan untuk mereaksi atau merespons dengan cara
yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan
sebagainya.
c) Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada yang akan datang.
d) Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar terhadap sesuatu.
e) Motivasi ialah keadaan internal orgnanisme yang mendorong
untuk berbuat sesuatu.
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial ialah para
guru, staf administrasi sekolah, teman-teman, masyarakat, orang
tua, dan anggota keluarga lainnya.
2) Lingkungan non-sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah
gedung sekolah, rumah tempat tinggal, alat-alat belajar, keadaan
c. Faktor pendekatan belajar
Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses
pembelajaran materi tertentu.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran
Menurut Trianto (2014:19) hakikat pembelajaran adalah usaha sadar
dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan. Dari makna tersebut terlihat bahwa pembelajaran adalah
interaksi dua arah dari guru ke siswa dan dari siswa ke guru, yang intens
dan terarah menuju pada suatu target pembelajaran yang telah disepakati
sebelumnya.
Menurut Syaiful Sagala (2014:61) pembelajaran ialah
membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar
merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru
sebagai pendidik dan belajar dilakukan oleh peserta didik.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif
permanen pada perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir melalui
pengalaman (Santrock, 2014:246).
Menurut Ngalimun (2012:3) pembelajaran merupakan suatu proses
yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran dan aspek ini
akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi
interaksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa saat
pembelajaran berlangsung.
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pada awalnya pembelajaran kooperatif muncul dari suatu konsep
bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang
sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin
bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah
yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat
menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut roger (1992) dalam Miftahul Huda (2012:29) pembelajaran
kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir
oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan
informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang
didalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya
sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota
yang lain.
Menurut Slavin (1995) pada Trianto (2014:108) dalam belajar
kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari
empat atau lima orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang
diberikan guru. Masih dalam buku yang sama, Artzt & Newman (1990)
sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas kelompok untuk mencapai
tujuan bersama. Jadi, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab
yang sama untuk keberhasilan kelompoknya.
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok
kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang sederajat
tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras, dan satu sama
lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok ini yaitu untuk
memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara
aktif dalam proses berpikir dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok yaitu mencapai ketuntasan materi
yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya
untuk mencapai ketuntasan belajar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
strategi pembelajaran melalui proses dinamika dalam kelompok kecil yang
bertujuan untuk melibatkan siswa supaya bekerja sama dalam proses
pembelajaran untuk mencapai ketuntasan belajar.
3. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif
Menurut Johnson dan Sutton dalam bukunya Trianto (2014:112)
terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa
Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja
sama untuk mencapai tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa
b. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat
Belajar kooperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Hal ini
terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu siswa lain untuk
sukses sebagai anggota kelompok. Interaksi yang terjadi dalam belajar
kooperatif yakni dalam hal tukar menukar ide mengenai masalah yang
sedang dipelajari bersama.
c. Tanggung jawab individual
Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa
tanggung jawab siswa dalam hal membantu siswa yang membutuhkan
bantuan sehingga siswa tidak hanya sekedar menyalin hasil kerja
teman sekelompoknya.
d. Keterampilan interpersonal dalam kelompok kecil
Dalam belajar kooperatif selain dituntut untuk mempelajari materi
yang diberikan, seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana
berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa
bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam
kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
e. Proses kelompok
Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat
4. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif
Pembelajaaran kooperatif memiliki ciri khas yang membedakan
model pembelajaran ini dengan model pembelajaran yang lain. Menurut
Arends (1997) dalam Trianto (2014:116) pembelajaran kooperatif
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan
materi belajar.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang, dan rendah.
c. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku, dan jenis kelamin yang beragam.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
5. Metode-metode pembelajaran kooperatif
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat mengenai metode-metode
pembelajaran kooperatif (Slavin, 2005:9).
a. Student Team Achievement Division (STAD)
Metode STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana dalam pembelajaran kooperatif yang
melibatkan kompetisi dalam kelompok. Siswa dikelompokkan secara
beragam berdasarkan kemampuan, ras, gender, dan etnis. Siswa
mempelajari materi bersama dengan kelompok dan pada akhir
b. Teams Games Tournament (TGT)
Metode TGT menggunakan mirip dengan metode STAD. Perbedaan
dalam pemebelajaran ini yaitu menggantikan kuis dengan turnamen
mingguan, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota
tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya.
c. Team Assisted Individualization (TAI)
Metode ini tidak jauh berbeda dengan metode STAD dan TGT.
Namun, metode STAD dan TGT menggunakan pola pengajaran
tunggal untuk satu kelas, sementara TAI menggabungkan
pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Para
siswa memasuki sekuen individual berdasarkan tes penempatan dan
kemudian melanjutkannya dengan tingkat kemampuan mereka
sendiri. Secara umum, anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran
yang berbeda. Teman satu tim saling memeriksa hasil kerja
masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam
menyelesaikan berbagai masalah.
d. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)
CIRC merupakan program komprehensif untuk mengajarkan
membaca dan menulis. Biasanya guru menggunakan bahan bacaan
yang berisi latihan soal dan cerita. Para siswa ditugaskan untuk
berpasangan dalam tim mereka untuk belajar dalam serangkaian
sama lain, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir dari sebuah
cerita naratif, merangkum cerita, dan menulis tanggapan cerita.
e. Jigsaw
Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam kelompok dan ditugaskan
untuk membaca materi yang bersifat penjelasan terperinci. Tiap
anggota ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek
tertentu. Selanjutnya, para ahli bertemu untuk mendiskusikan topik
yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali pada timnya untuk
mengajarkan topik mereka kepada teman kelompoknya.
C. Pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
1. Pengertian pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
Pembelajaran kooperatif tipe TAI pertama kali diperkenalkan oleh
Slavin pada tahun 1985 yaitu suatu model pembelajaran yang
menggabungkan antara model pembelajaran individual dengan model
pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin (2005:187) teknik Team Assisted
Individualization adalah teknik yang mengadaptasi pengajaran terhadap
perbedaan individu terkait kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi
siswa. Dalam proses pembelajarannya, anggota kelompok menggunakan
lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman
sekelompok. Proses diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan
jawaban yang dikerjakan teman sekelompoknya. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah model pembelajaran yang
dimana siswa bisa saling membantu antar anggota kelompok untuk
mengatasi kesulitan belajar yang dialami siswa secara individual.
2. Pembelajaran kooperatif tipe TAI menurut Slavin (Suyatno & Asep,
2013:172) meliputi 6 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Pembentukan kelompok. Kelompok yang dibentuk beranggotakan
4-5 siswa dan bersifat heterogen. Kelompok ini mewakili hasil akademis
dalam kelas yang diambil dari nilai rata-rata harian kelas dan mewakili
jenis kelamin. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa
semua anggota kelompok ikut belajar, dan lebih khusus adalah
mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tes dengan baik.
b. Pemberian bahan ajar. Pemberian materi yang diajarkan dalam bentuk
lembar kerja siswa yang dibuat oleh guru. Lembar kerja di-setting
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan model pembelajaran yang
akan dikembangkan.
c. Belajar dalam kelompok. Belajar kelompok dilakukan untuk
mendsikusikan materi yang ada dalam bahan ajar secara
bersama-sama dalam satu kelompok.
d. Skor kelompok dan penghargaan kelompok. Penghargaan ini
diberikan dari hasil kerja sama kelompok saat memecahkan masalah
yang didiskusikan serta pemaparan hasil diskusi kelompok.
e. Pengajaran materi-materi pokok oleh guru. Temuan-temuan hasil
diskusi kelompok dipertegas oleh guru dengan menerangkan ulang
f. Tes formatif.
3. Unsur-unsur pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization
menurut Slavin (Aris, 2014:200) adalah sebagai berikut:
a. Placement Test. Guru memberikan tes awal kepada siswa. Cara ini
bisa digantikan dengan mencermati rata-rata nilai harian atau nilai
pada bab sebelumnya yang diperoleh siswa sehingga guru dapat
mengetahui kekurangan siswa pada bidang tertentu.
b. Teams. Guru membentuk kelompok-kelompok yang bersifat
heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
c. Teaching Group. Guru memberikan materi secara singkat menjelang
pemberian tugas kelompok.
d. Student Creative. Guru perlu menekankan dan menciptakan persepsi
bahwa keberhasilan setiap siswa (individu) ditentukan oleh
keberhasilan kelompoknya.
e. Team Study. Siswa belajar bersama dengan mengerjakan tugas-tugas
dari LKS yang diberikan dalam kelompoknya. Guru juga memberikan
bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan, dengan
dibantu siswa-siswa yang memiliki kemampuan akademis bagus di
dalam kelompok tersebut.
f. Fact Test. Guru memberikan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa, misalnya dengan memberikan kuis dan sebagainya.
g. Team Score and Team Recognition. Guru memberikan skor pada
berhasil dan kelompok yang dipandang kurang berhasil. Misalnya
dengan menyebut mereka sebagai kelompok bagus, kelompok luar
biasa, dan sebagainya.
h. Whole-Class. Guru menyajikan kembali materi di akhir bab dengan
strategi pemecahan masalah untuk seluruh siswa di kelasnya.
Pada model pembelajaran TAI, cara memberikan penghargaan
berdasar nilai perkembangan individu siswa. Contoh penentenuan nilai
perkembangan menurut Suyatno dan Asep Jihad (2013:167) adalah
sebagai berikut:
a. Menetapkan skor standar. Skor ini bisa berasal dari pemberian tes
awal atau tes sebelumnya.
b. Menghitung skor kuis terkini.
c. Menghitung skor perkembangan yang besarnya ditentukan apakah
skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasarnya
dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini.
Tabel 2.1 Ketentuan nilai perkembangan kelompok
Kriteria Skor Perkembangan Nilai kuis turun lebih dari 10 poin di bawah skor
standar 0
Nilai kuis turun 1 sampai dengan 10 poin di
bawah skor standar 10 Nilai kuis sama dengan skor standar sampai
dengan naik 10 poin di atas skor standar 20 Nilai kuis lebih dari 10 poin di atas skor standar 30 Nilai kuis mendapat nilai sempurna misalnya
100 (tanpa memperhatikan skor standar) 30
Tabel 2.2 Perhitungan perkembangan skor kelompok
No Rata-rata Skor Perkembangan (N) Kualifikasi
1 N ≤ 14 -
2 15 ≤ N ≤ 19 Tim Baik
3 20 ≤ N ≤ 24 Tim Hebat
4 N ≥ 25 Tim Super
Sumber: Suyatno dan Asep Jihad (2013:167)
D. Modul
1. Pengertian Modul
Menurut Mulyasa (2006:231) modul merupakan paket belajar
mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan
dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan belajar.
Sedangkan menurut Vembriarto (1981:20) suatu modul adalah suatu
paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan
pengajaran.
Menurut Winkel (2014:487) modul merupakan satuan program
belajar-mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara
perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri. Setelah
siswa menyelesaikan satuan yang satu dia melangkah maju dan
memperlajari satuan berikutnya.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian modul adalah paket belajar mandiri yang meliputi satu unit
konsep pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat
2. Komponen modul
Komponen modul menurut Winkel (2014:492), antara lain sebagai berikut:
a. Pedoman guru
Pedoman ini menguraikan peranan guru dalam kegiatan belajar
mengajar, mendeskripsikan unit yang dipelajari, berbagai kegiatan
siswa, alat-alat pelajaran yang digunakan dan alat evaluasi.
b. Lembar kegiatan siswa
Lembaran kegiatan siswa ini berisikan rumusan tujuan intruksional
yang akan dicapai, rangkaian kegiatan belajar yang harus dilakukan,
alat-alat pelajaran yang akan digunakan, tugas-tugas yang harus
diselesaikan.
c. Lembar kerja
Lembar kerja ini menyertai lembaran kerja siswa dan berisikan
setumpuk pertanyaan dan semua tugas yang harus dikerjakan.
d. Kunci lembaran kerja
Kunci lembaran kerja berisikan seluruh jawaban atas pertanyaan atau
tugas yang dimuat dalam lembaran kerja. Siswa dapat mencocokkan
sendiri.
e. Lembaran tes
Lembaran tes berisikan soal-soal yang harus dikerjakan untuk
f. Kunci lembaran tes
Kunci lembaran tes berisikan seluruh jawaban atas pertanyaan atau
tugas yang dimuat dalam lembaran tes. Siswa dapat mencocokkan
sendiri.
E. Minat
1. Pengertian Minat
Menurut Muhibbin Syah (2013:152) minat adalah kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam
bidang studi tertentu.
Menurut Winkel (2014:219) minat diartikan sebagai kecenderungan
subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok
bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi-materi tertentu.
Adanya suatu ketertarikan dalam hal atau bidang tertentu yang bersifat
tetap di dalam diri subjek, sehingga seseorang mendalaminya.
Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan
rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan
tersebut, semakin besar minatnya. Selanjutnya dalam Djamarah
(2011:191), Dalyono mengungkapkan bahwa minat belajar yang besar
cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar
diyakini bahwa minat sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar
seseorang. Tidak banyak yang dapat diharapkan untuk mendapatkan
prestasi belajar yang baik dari seseorang yang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu.
Djamarah (2011:193) mengatakan bahwa minat tidak dibawa sejak
lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan dengan cara memberikan informasi pada anak didik
mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan
dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan kegunaanya di masa
depan bagi anak didik.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
minat adalah suatu rasa ketertarikan yang tinggi terhadap suatu hal
terutama dalam pembelajaran sehingga akan timbul rasa senang dalam
mempelajari tanpa ada yang menyuruhnya. Dalam penelitian ini yang
dimaksud minat belajar adalah rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari
materi prisma dan limas. Diharapkan dari minat siswa yang tinggi akan
mendapatkan hasil belajar yang tinggi.
2. Ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa ketertarikan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
d. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
e. Dimanifestikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan.
F. Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (1990:22) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.
Pada umumnya hasil belajar akan memberikan pengaruh dalam dua bentuk
(Mulyasa, 2006:243): (1) peserta didik akan mempunyai perspektif terhadap
kekuatan dan kelemahannya atas perilaku yang diinginkan; (2) mereka
mendapatkan bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap
atau dua tahap, sehingga timbul lagi kesenjangan antara penampilan perilaku
yang sekarang dengan perilaku yang diinginkan.
Benyamin Bloom dalam buku Nana Sudjana (1990:22)
mengklasifikasikan hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan
penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan
perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan
gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah
yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena berkaitan dengan
kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Maka,
diperlukan alat untuk melakukan penilaian yang berupa tes. Menurut Nana
Sudjana (1990:35) tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar
kognitif dengan penguasaan bahan pengajaran.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah
menerima pengalaman belajar dalam waktu tertentu. Namun dalam penelitian
ini hanya dilihat dari ranah kognitif karena berkaitan dengan kemampuan para
siswa dalam menguasai isi pelajaran.
G. Materi Pembelajaran Bangun Ruang Prisma dan Limas
1. Prisma
a. Pengertian prisma
Prisma adalah bangun ruang tertutup yang dibatasi oleh dua
bidang berbentuk segi banyak yang sejajar dan kongruen, serta
bidang-bidang yang lainnya diperoleh dengan menghubungkan
b. Unsur-unsur prisma
Prisma memiliki beberapa unsur, berikut pengertian
unsur-unsur pada sebuah prisma:
1) Bidang sisi adalah bidang-bidang yang membentuk suatu prisma.
2) Rusuk prisma adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan
dua bidang sisi yang bertemu pada suatu prisma.
3) Titik sudut prisma adalah titik pertemuan tiga bidang sisi pada
suatu prisma.
4) Tinggi prisma adalah jarak antara bidang alas dan bidang tutup.
c. Jaring-jaring prisma
Jaring-jaring prisma diperoleh dengan cara mengiris beberapa
rusuk prisma tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan prisma
terlihat. Misalkan, prisma yang akan dibuat jaring-jaringnya adalah
prisma segitiga. Berikut ini alur pembuatan jaring-jaring prisma
segitiga.
Contoh jaring-jaring prisma lainnya.
Luas permukaan prisma adalah jumlah luas seluruh daerah
permukaan yang membatasi prisma tersebut. Dengan kata lain luas
permukaan prisma adalah luas daerah jaring-jaring prisma. Sebagai
contoh pada prisma segitiga yang sisi alas dan sisi atasnya berupa
Gambar 2.4 Prisma segitga beserta jaring-jaringnya
Luas permukaan prisma
= luas ∆ ABC + luas ∆ DEF + luas BADE + luas ACFD + luas CBEF
= (2 × luas ∆ ABC) + (AB × AD) + (AC × AD) + (CB × CF)
= (2 × luas ∆ ABC) + (AB × AD) + (AC × AD) + (CB × AD)
= (2 × luas ∆ ABC) + [(AB + AC + CB) × AD]
= (2 × luas alas) + (keliling ∆ ABC × tinggi)
= (2 × luas alas) + (keliling alas × tinggi)
Jadi, secara umum luas permukaan prisma sebagai berikut.
f. Volume prisma
Volume prisma adalah banyaknya kubus satuan yang dapat mengisi
penuh prisma tersebut. Sebagai contoh pada prisma segitiga yang sisi
alas dan sisi atasnya berupa daerah segitiga siku-siku, volumenya
adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 Balok dan prisma segitiga
Volume prisma ABD.EFH
= × volume balok ABCD.EFGH
= × (AB × BC × FB)
= ( × AB × BC) × FB
= luas ∆ ABD × tinggi
= luas alas × tinggi
Jadi, secara umum volume prisma sebagai berikut.
2. Limas
a. Pengertian limas
Limas adalah bangun ruang yang dibatasi oleh sebuah bidang
segibanyak sebagai sisi alas dan sisi-sisi tegak berbentuk segitiga yang
b. Unsur-unsur limas
Limas memiliki berbagai unsur, berikut pengertian unsur-unsur
pada sebuah limas:
1) Bidang sisi adalah bidang-bidang yang membentuk suatu limas.
2) Rusuk limas adalah ruas garis yang dibentuk oleh perpotongan
dua sisi limas.
3) Titik sudut limas adalah titik pertemuan tiga bidang sisi pada
suatu limas.
4) Titik puncak adalah titik sudut yang tidak berada pada bidang
alas.
5) Tinggi limas adalah jarak antara titik puncak limas dengan bidang
alas.
c. Jaring-jaring limas
Jaring-jaring limas diperoleh dengan cara mengiris beberapa
rusuk limas tersebut sedemikian sehingga seluruh permukaan limas
terlihat. Misalkan, limas yang akan dibuat jaring-jaringnya adalah
limas segiempat. Berikut ini alur pembuatan jaring-jaring limas
segiempat.
Contoh jaring-jaring limas lainnya
permukaan limas adalah luas daerah jaring-jaring limas. Sebagai
contoh pada limas yang sisi alasnya berupa daerah persegi, luas
Gambar 2.9 Limas segiempat beserta jaring-jaringnya
Luas permukaan limas
= luas persegi ABCD + luas ∆ TAB + luas ∆ TBC + luas ∆ TDC +
luas ∆ TAD
= luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
Jadi, secara umum luas permukaan limas sebagai berikut.
f. Volume Limas
Volume Limas adalah banyaknya kubus satuan yang dapat
mengisi penuh limas tersebut. Rumus volume limas dapat dibuktikan
berdasarkan rumus volume kubus.
Gambar 2.10 Kubus dengan panjang rusuk �
Luas permukaan limas = luas alas + jumlah luas seluruh sisi tegak
A E
F
H G
D C
B
�
Limas yang terbentuk dari kubus yang dibelah kemudian
Jadi, secara umum volume limas sebagai berikut.
H. Kerangka Berpikir
Prisma dan limas merupakan salah satu pokok bahasan pada materi
bangun ruang sisi datar yang diajarkan di kelas VIII A SMP Pangudi Luhur
Moyudan. Berdasarkan kenyataan yang ada, materi ini cukup membuat
beberapa siswa mengalami kesulitan karena konsep dari bangun ruang yang
abstrak. Hal itu ditambah lagi dengan keadaan minat belajar siswa yang tidak
menentu sehingga konsentrasi tidak terfokus pada materi pembelajaran. Siswa
kadang merasa bosan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah
karena kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada latihan soal. Dengan
keadaan yang seperti ini diperlukan adanya variasi baru dalam memilih model
pembelajaran yang mendukung agar dapat meningkatkan minat belajar siswa
dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa terutama dalam
mempelajari pokok bahasan prisma dan limas.
Metode pembelajaran TAI merupakan model pembelajaran yang
mengkombinasikan pembelajaran secara berkelompok maupun individual
dimana siswa bisa saling membantu antar anggota kelompok untuk mengatasi
kesulitan belajar yang dialami siswa. Kelompok dibentuk beranggotakan 4-5
siswa dan bersifat heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan
bahwa semua anggota kelompok terlibat aktif dalam pembelajaran. Belajar
kelompok dilakukan untuk mendiskusikan materi yang ada dalam bahan ajar
secara bersama dalam satu kelompok. Melalui metode ini siswa diajak untuk
belajar mandiri, dilatih untuk memecahkan masalah, serta dilatih untuk
Dalam penerapan metode pembelajaran TAI, peneliti mempergunakan modul.
Modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi satu konsep
pembelajaran yang disusun secara sistematis sehingga dapat membantu siswa
mencapai tujuan belajar. Modul diharapkan dapat membantu siswa dalam
memahami materi pembelajaran serta memahami rumus yang ada dan dapat
menerapkannya dalam mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan pada
modul. Selain itu siswa juga dapat mengukur kemampuan masing-masing
dengan mengecek jawaban yang telah diperoleh dengan kunci jawaban yang
sudah disediakan.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dengan bantuan
modul diharapkan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik bagi siswa.
Ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan membuat siswa
semakin semangat dalam belajar dan dapat mengembangkan pemahaman
materi yang telah diperoleh dan pada akhirnya hasil belajar juga akan menjadi
baik.
I. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul dapat
meningkatkan minat belajar sehingga siswa mencapai hasil belajar yang baik
dalam mata pelajaran matematika materi bangun ruang sisi datar pokok
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif
kualitatif kuantitatif. Menurut Suharsimi (2003:309) penelitian deskriptif
merupakan penelitian untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu
gejala yang ada. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripitf berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong,
2006:4) Penelitian kuantitatif merupakan suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui (Margono, 2007:105).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berbentuk angka dan uraian.
Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan hasil pengamatan yang
dilakukan peneliti, hasil wawancara dengan siswa, dan angket mengenai minat
belajar siswa. Sedangkan metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis
hasil tes pada materi bangun ruang sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016 semester genap tahun
2. Tempat
Penelitian dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur Moyudan yang
beralamat di Mergan, Sumberagung, Moyudan, Sleman, Yogyakarta.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Pangudi Luhur
Moyudan semester genap tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 37 siswa,
yang terdiri dari 22 siswa perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Objek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VIII A
SMP Pangudi Luhur Moyudan pada pembelajaran matematika materi bangun
ruang sisi datar prisma dan limas dengan menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul.
D. Bentuk Data
1. Data minat belajar siswa
Data minat belajar siswa diperoleh dari skor sebelum dan sesudah
mengikuti proses pembelajaran dengan penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul.
Selain itu skor penilaian minat juga diperoleh selama pembelajaran
berlangsung. Selanjutnya data yang sudah diperoleh didukung dengan data
uraian-uraian keterangan mengenai minat belajar siswa yang diperoleh
setelah pembelajaran prisma dan limas.
2. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa diperoleh dari nilai atau skor setelah siswa
Team Assisted Individualization (TAI) berbantuan modul pada materi
bangun ruang sisi datar pokok bahasan prisma dan limas.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Pengamatan
Pengamatan adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.
(Daryanto, 2007:33). Pengamatan bertujuan untuk mengumpulkan data
dengan cara mengamati kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran
berlangsung. Pengamatan dilakukan untuk melihat keterlaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)
berbantuan modul. Selanjutnya pengamatan dilakukan dengan mengamati
kegiatan siswa untuk melihat minat siswa saat pembelajaran berlangsung
di dalam kelas.
2. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Suharsimi, 2013:194).
Penelitian ini menggunakan angket yang bersifat tertutup yaitu angket
yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Angket digunakan untuk mengambil data mengenai minat belajar siswa
sebelum dan sesudah menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe
3. Tes
Menurut Muchtar Bukhori tes ialah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada
seorang murid atau kelompok murid (Daryanto, 2007:35). Tes ini
digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa. Tes yang digunakan
berupa tes tertulis dengan soal berbentuk uraian yang disusun berdasarkan
indikator pada materi prisma dan limas. Tes hasil belajar dilaksanakan
setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) berbantuan modul.
4. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak.
Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi
kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan. (Suharsimi, 2005:
44). Wawancara dilakukan dengan beberapa siswa untuk mengetahui
minat belajar siswa yang digunakan untuk melengkapi data yang sudah
diperoleh melalui angket.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua macam instrumen yang akan digunakan yaitu
instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen pembelajaran
Instrumen pembelajaran dalam penelitian ini terdiri dari Rencana
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun sesuai dengan
karakterisitik dalam pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted
Individualization (TAI) pada pokok bahasan prisma dan limas. RPP
digunakan untuk 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 2×45 menit.
Rencana pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran
Pertemuan ke- Materi yang diajarkan
1 Unsur-unsur prisma dan limas 2 Jaring-jaring prisma dan limas 3 Luas permukaan prisma dan limas 4 Volume prisma
5 Volume limas 6 Tes Akhir
b. Modul
Modul berisi penjelasan mengenai materi prisma dan limas.
Modul digunakan untuk pedoman bagi guru dan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran. Modul disusun menjadi dua yang
masing-masing ditujukan untuk guru dan siswa. Dalam modul
tersebut disertakan latihan soal yang dipergunakan dalam proses
pembelajaran di kelas maupun untuk melatih kemampuan secara
mandiri ketika di luar pembelajaran.
c. Tes Kemampuan Awal
Tes kemampuan awal dilaksanakan sebelum diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization