• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Peralihan Harta Waris Kepada Ahli Waris Saat Akan Dilakukan Hubungan Jual-Beli Atas Tanah Waris.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Peralihan Harta Waris Kepada Ahli Waris Saat Akan Dilakukan Hubungan Jual-Beli Atas Tanah Waris."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS SAAT AKAN DILAKUKAN JUAL BELI TANAH ATAS WARIS

Emilius Christianus Gussy 1087017

ABSTRAK

Tanah merupakan kebutuhan utama dalam kehidupan manusia. Untuk itu diperlukan aturan-aturan agar dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi pemiliknya guna mencapai ketertiban, karena tanah memiliki nilai ekonomis, dan tempat kehidupan manusia untuk melangsungkan kegiatan kehidupannya. Tanah dalam kaitanya dengan hukum waris merupakan obyek pewarisan yang hak atas kepemilikanya dan peralihanya diatur dalam hukum waris. Namun terdapat pengaturan khusus mengenai kepemilikan pertanahanya, sehingga terdapat perbedaan pengaturan tentang peralihan hak atas tanah waris.

Penelitian ini disusun dalam bentuk legal memorandum dengan sistematika penulisan sebagai berikut : kasus posisi dan rumusan masalah, pemeriksaan dokumen, landasan teori, legal memorandum dan kesimpulan. Adapun secara singkat kasus posisi dalam penelitian ini membahas mengenai tanah yang merupakan tanah waris karena dibeli oleh Alm Tuan A dan Nyonya B, namun tanah itu disertifikatkan atas nama Nyonya B, ketika tanah tersebut akan dijual oleh Nyonya B, terdapat perbedaan pemahaman mengenai proses peralihan atas tanah waris tersebut.

Tanah tersebut merupakan tanah waris sehingga peralihan kepemilikanya harus dilakukan terlebih dahulu, pejabat yang berwenang mengatur pewarisan ini adalah notaris.selanjutnya dapat dilakukan balik nama terlebih dahulu kepada Ahli waris agar kepemilikan ahli waris diakui menurut Hukum Agraria, Adapaun dalam melakukan kegiatan balik nama para ahli waris harus melakukan kewajiban pembayaran perpajakan atas tanah tersebut.

(2)

ABSTRACT

TINJAUAN YURIDIS PERALIHAN HARTA WARIS KEPADA AHLI WARIS SAAT AKAN DILAKUKAN JUAL BELI TANAH ATAS WARIS

Land is a major requirement in human life. Hence, rules are required in order to provide certainty legal for the owner to achieve orderliness, because the land has economic value and the place for human to life their live. Land which has relation to the inheritance law is the object of inheritance which its property and its transition are stipulated by the law of inheritance, However, there are exceptional regulation regarding the ownership of the land, so that there are different regulations of land inheritance transmission.

This research arranged in the form of legal memorandum with the writing systematic as follows : cases of position and the formulation problems, examination of documents, the theory, legal memorandum and conclusion. As a short position in the case of this research concerning the land discuss who is heir because the land purchased by a Mr A and Mrs B,but the land certified on behalf of Mrs B, when the land will be sold by Mrs B, there were differences understanding of the process of transition for the heirs of land.

The land was in heirs transitional so that its ownership have to do first, the authorized official set the inheritance of acquired this is a notary, next can be done from the first to the heirs to possession of heirs recognized according to the law of agrarian affairs. And in conducting any activity turning the names of the heirs had to do tax payment obligation the area.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERNYATAAN………....ii

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……….iv

HALAMAN PERSETUJUAN PANITIA SIDANG……… v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT………... vii

KATA PENGANTAR……….. viii

DAFTAR ISI………... ix

BAB I KASUS POSISI A. Kasus Posisi………...1

B. Rumusan dan Idenfitikasi Masalah………3

BAB II DOKUMEN TERKAIT A.Pejabat yang berwenang mengeluarkan Surat Keterangan…….4

B. kegiatan balik nama sebelum dilakukan penjualan tanah……..9

C. kewajiban perpajakan yang harus dibayar oleh ahli waris……12

BAB III LANDASAN TEORI A.Pengertian hukum waris menurut hukum perdata……….14

B. Tinjauan umum mengenai kepemilikan tanah………..21

C. Pengertian Hukum Agraria……….. 26

(4)

E. Tinjauan Umum tentang Perpajakan atas tanah……….32 BAB IV LEGAL OPINION

A. Pejabat yang berwenang mengeluarkan SKHW………...40

B. balik nama ahli waris sebelum dilakukan penjualan………….50 C. Kewajiban perpajakan yang harus dibayar oleh Ahli waris…..57 1. Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan………57

2. PPH-PHTB………...65

3. BPHTB jual beli………...68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. kesimpulan………...…72 B.Saran……….75

(5)

1 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I

Tinjauan Yuridis Peralihan Harta Waris Kepada Ahli Waris saat akan dilakukan Jual-Beli Atas Tanah Waris

A. Kasus Posisi

Pada tanggal 24 Mei tahun 1980 dilaksanakan perkawinan antara Tuan A,

seorang WNI keturunan Tionghoa dari Kalimantan dan Nyonya B,WNI keturunan

Suku Jawa dan Suku Sunda. Perkawinan tersebut dilaksanakan secara Katholik di

Gereja X, dan telah dicatatkan di catatan sipil pada tanggal 1 Juni tahun 1980. Dari

pernikahan itu memiliki keturunan 2 orang anak, dengan nama masing-masing,

bernama C yang lahir pada tanggal 2 Agustus tahun 1984 dan D yang lahir pada

tanggal 2 september pada tahun 1989. Dalam perjalanan rumah tangganya tersebut

Tuan A dan Nyonya B membeli sebidang tanah pada tanggal 5 Agustus 1990 dengan

luas 10.000 m2. Tanah itu di sertifikatkan atas nama Nyonya B, dan setelah beberapa

tahun setelahnya Tuan A meninggal dunia pada tanggal 3 desember 2008 akibat

penyakit yang dideritanya, hal ini dibuktikan menurut surat keterangan kematian di

Rumah Sakit. setelah peristiwa itu Nyonya B dan kedua anaknya menyepakati untuk

menjual tanah tersebut agar dapat membiayai kehidupan mereka. Selanjutnya

Nyonya B melakukan konsultasi ke Notaris tentang tindakan yang harus dilakukan

(6)

2 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Notaris tersebut menyarankan kepada Nyonya B untuk dibuatkan Akta

Keterangan Hak Waris dan dilakukan balik nama terlebih dahulu karena tanah itu

tidak dimiliki oleh nyonya B sendiri, melainkan tanah itu dimiliki juga oleh kedua

anaknya sebagai ahli waris. tidak hanya kepada notaries, Nyonya B juga meminta

saran dan masukan kepada pihak BPN, namun terdapat perbedaan pendapat dari

pihak BPN, menurut BPN bahwa Nyonya B dapat langsung menjual tanah tersebut

karena sertifikat tersebut sudah terdaftar atas nama Nyonya B, dan mengenai bahwa

tanah tersebut merupakan tanah waris, maka para ahli waris dari kedua anaknya

dimintakan untuk memberikan surat persetujuan atas penjualan tanah tersebut.

Berdasarkan kasus ini penulis mengambil kesimpulan adalah terjadi perbedaan

pemahaman mengenai penjualan tanah atas waris dimana satu pihak yakni notaris,

menginginkan balik nama terlebih dahulu, dan satu pihak lainya yakni Badan

Pertanahan Nasional (BPN) mengatakan tidak perlu dilakukan balik nama. Sehingga

penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan ini dengan mengangkatnya dalam

penulisan legal memorandum, adapun permasalahan hukumnya akan disampaikan di

(7)

3 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA B. Permasalahan Hukum

1. Siapakah pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan hak waris ?

2. Apakah sebelum dilakukan penjualan, sertifikat harus dibalik nama oleh ahli waris terlebih dahulu ?

(8)

79 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan-pembahasan yang telah diulas oleh penulis pada

bab-bab sebelumnya, penulis akan menyimpulkan point-point penting pada pembahasan

permasalahan tersebut pada bagian ini, pembahasan yang mencakup pada rumusan

permasalahan yang penulis angkat dalam penulisan legal memorandum. Antara lain :

1. Berdasarkan kasus posisi diketahui Tuan A telah meninggal dunia,setelah

terjadinya peristiwa kematian pada Tuan A, maka terjadi suatu peralihan atas

kekayaan Tuan A kepada para ahli warisnya atau disebut pewarisan. Kekayaan

tersebut dalam hal ini adalah sebidang tanah yang dibeli oleh Tuan A(Alm) dan

Nyonya B, mengingat bahwa Tuan A (Alm) dan Nyonya B merupakan

pasangan suami istri yang memiliki keturunan 2 orang anak bernama C dan D

maka berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur pewarisan

bahwa ahli waris dari Tuan A adalah Nyonya B, C dan D. Dalam melaksanakan

suatu pewarisan harus mengikuti prosedur-prosedur dalam hal ini salah satunya

adalah membuat keterangan waris dari pejabat yang berwenang. Berdasarkan

peraturan perundang-undangan ada beberapa Pejabat yang berwenang

(9)

80 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA keterangan waris ditentukan dari perbedaan penggolongan penduduk dan

agama. Hal ini terjadi karena hukum pewarisan Indonesia masih menggunakan

produk hukum jaman kolonial belanda. Apabila melihat kasus posisi bahwa

Tuan A merupakan Warga Negara Indonesia keturunan Tionghoa dan menurut

ketentuan bahwa pejabat yang berwenang mengeluarkan surat keterangan bagi

warga negara Indonesia keturunan Tionghoa adalah Notaris, maka pejabat yang

berwenang mengeluarkan surat keterangan waris bagi Nyonya B, C dan D

adalah Notaris.

2. Objek tanah yang akan dijual tersebut merupakan harta bersama dari

kepemilikan Tuan A(Alm) dan Nyonya B, Tuan A (Alm) memiliki sebagian

dari seluruh tanah tersebut dan melihat bahwa Tuan A(Alm) sudah meninggal

dunia, maka perlu dilakukan suatu peralihan atas kepemilikan Tuan A (Alm)

berupa sebagian dari tanah tersebut, kepada para ahli warisnya yakni Nyonya B,

C dan D, hal ini sesuai dengan pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

Tentang Peraturan-Peraturan Pokok Agraria, ketentuan tersebut menyatakan

bahwa hak milik setiap peralihan dan penghapusan dan pembebanan harus

dilakukan kegiatan pendaftaran tanah. setiap peralihan yang dimaksud adalah

peralihan yang terjadi karena kematian yang mengakibatkan pewarisan dan

peralihan yang terjadi karena hubungan hukum seperti jual beli,gadai, dan

lain-lainya. Adapun ketentuan yang lebih tegas mengenai adanya suatu peralihan

karena pewarisan adalah pasal 42 ayat 1 Nomor 24 Tahun 1997 Tentang

(10)

81 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA peralihan karena pewarisan harus dilakukan balik nama melalui kegiatan

pendaftaran tanah, apabila tidak dilakukan maka melanggar ketentuan tersebut

sehingga akan terdapat sanksi yang diterima. Selain itu,para ahli waris harus

melakukan balik nama atas kepemilikan tanah waris itu adalah bahwa ahli waris

dalam hal ini C dan D sebelum menjual tanah tersebut harus menjadi diakui

sebagai pemilik atas tanah yang sah, kepemilikan atas tanah dari C dan D dalam

hal ini harus dibuktikan dengan sertifikat. Sertifikat merupakan bukti hak yang

diakui oleh hukum agraria. Oleh karena itu surat persetujuan dari C dan D tidak

dapat dijadikan alat bukti kepemilikan, sehingga C dan D harus melakukan

balik nama agar C dan D dapat melakukan jual beli dan hak-haknya sebagai

pemilik yang akan mendapatkan pembayaran atas penjualan tanah tersebut

tidak terlanggar.

3. Kewajiban perpajakan yang harus dibayarkan oleh C dan D adalah menurut

ketentuan peraturan perundang-perundangan mengenai perpajakan, mengingat

para ahli waris dalam mendapatkan suatu waris berupa tanah harus melakukan

pembayaran pajak yaitu Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan

(BPHTB) dengan besar pembayaran yang sudah diatur dalam peraturan

perundang-undangan mengenai BPHTB Waris, selanjutnya para ahli waris

dalam akan melakukan penjualan atas tanah tersebut juga berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku tentang pajak penghasilan bahwa para ahli

waris harus melakukan kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan Atas

(11)

(PPH-82 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA PHTB)dengan peraturan perundang-undangan terkait,untuk perhitungan tariff

(PPH-PHTB) adalah sebagai berikut : 5% x NJOP dan juga kewajiban

perpajakan juga dikenakan kepada pembeli yang membeli tanah dari para ahli

warisnya. pihak pembeli tersebut dikenakan kewajiban untuk membayar

BPHTB karena memperoleh hak atas tanah dan bangunan dari hasil pembelian.

Adapun penghitungan tarif adalah sebagai berikut : BPHTB = 5% x

(NPOP-NPOPTKP)

B. SARAN

1. Dalam rangka memberikan kepastian hukum berkaitan peralihan hak atas tanah

yang terjadi karena suatu pewarisan, dan saat ini terjadi perbedaan pada prakte

prosedur suatu pewarisan oleh pejabat yang terkait maka diperlukan

keseragaman aturan prosedur mengenai pejabat yang berwenang dalam

menentuan harus dibalki nama atau persetujuan dari pihak BPN.

2. Sosialisasi agar tidak terjadi kehilangan potensi pendapatan Negara dari

BPHTB Waris bidang pertanahan, setiap peralihan hak atas tanah waris harus

dilakukan balik nama sertifikat karena untuk memberikan perlindungan kepada

ahli waris sebagai pemilik yang sah atas warisan berupa tanah tersebut karena

bukti kepemilikan yang sah adalah sertifikat. Selain itu juga kegiatan balik

nama sertifikat harus dilakukan karena hal itu diatur dengan jelas dalam

peraturan perundang-undangan terkait,agar untuk kemudian tidak terjadi lagi

(12)

83 UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari. Selain itu kepada Kepala

Kantor Pertanahan hendaknya melakukan sosialisasi/penyuluhan kepada

masyarakat mengenai proses dan persyaratan pendaftaran tanah kepada kantor

Badan Pertanahan Nasional.

3. Diperlukan ketelitian dan kecermatan kepada PPAT/PPATS sebagai fungsi

pemungut pajak dalam setiap peralihan kepemilikan atas tanah dan juga PPAT

yang berperan sebagai pejabat yang melakukan peralihan hak atas tanah agar

menilai kebenaran mengenai alat bukti kepemilikan atas tanah agar kedepanya

tidak terjadi permasalahan hokum dan ada keseragaman pada kasus-kasus

(13)

DAFTAR PUSTAKA

SumberBuku

A.Pitlo, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Intermasa.2013

AP.Parlindungan, Pendaftaran tanah-tanah dan konferensi Hak milik atas tanah menurut UUPA, Bandung : Alumni. 1988.

Adrian Sutedi, Peralihan hak atas tanah dan pendaftarannya, Jakarta : Sinar Grafika.

Bernhard Limbong, Hukum Agraria Nasional,Jakarta : Margaret Pustaka. 2012

Boedi Harsono, Hukum Agraria Nasional, sejarah pembentukan UUPA, isi dan pelaksanaanya, Jakarta : Djambatan. 2005

Bachtiar Effendi, Pendaftaran Tanah Di Indonesia dan peraturan pelaksanaanya, Bandung : Alumni. 1993

Dr. Oyok Abuyamin, Perpajakan Pusat dan Daerah,Bandung : Humaniora. 2010

Erman Suparman, Hukum Waris Indonesia, Jakarta : PT. Refika Aditama.2005

Effendi Peranin, Hukum Agraria Di Indonesia. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 1994

L.J. Van Apeldoom, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta : Pradya Paramita. 2013

Surini Ahlan Sjarif,Nurul Elmiyah, Hukum Kewarisan Perdata Barat. Jakarta : Kencana. 2006

Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa. 2003

Soedikno Mertokusumo, Hukum dan Politik Agama,Jakarta : Karunia. 1988

Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak atas Tanah, Jakarta : Kencana. 2010

Wirawan B. Ilyas dan Richard Button, Hukum Pajak, Jakarta : PT. Salemba Empat Patria. 2001

(14)

SumberUndang-Undang

KitabUndang-UndangHukumPerdata

Undang-UndangNomor 23 Tahun 2006 tentangAdministrasiKependudukan

Undang-UndangNomor 11 Tahun 1974 TentangPerkawinan

Undang-UndangNomor 5 Tahun 1960 TentangPeraturanPokok-PokokAgraria

Undang-UndangNomor 20 Tahun 2000 TentangPerubahanAtasUndang-UndangNomor 21 Tahun 1997 tentang Bea PerolehanHakAtas Tanah danBangunan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) Majelis Hakim menyatakan sah terhadap peralihan hak atas tanah dalam jual beli yang dilakukan dengan cara dibawah tangan (2)

Kepastian Hukum bagi Pemegang Risalah Lelang dalam Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah karena Jual Beli dengan Lelang di Kantor Pertanahan Kota

Data primer yang dicari adalah bagaimana pelaksanaan pembagian warisan hak atas tanah kepada ahli waris di kantor notaris di kabupaten pemalang, serta bagaimana

24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah khusus nya Pasal 38, 39 dan 40 bahwa peralihan hak harus di daftarkan, peralihan hak harus di buat di hadapan pejabat pembuat akta

Dalam peralihan hak atas tanah hendaknya dilakukan pemeriksaan secara teliti mengenai siapa pihak yang lebih berhak dan berwenang terhadap hak atas

Kedudukan hukum peralihan tanah hak milik adat yang belum bersertipikat dengan menggunakan Akta jual beli yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Oleh karena itu apabila salah satu pihak yang harus memberi persetujuan tersebut telah meninggal dunia, maka jelas bahwa peralihan (jual beli) hak milik atas tanah

3.2 Keadilan Dalam Peralihan Hak Atas Tanah Warisan Terhadap Ahli Waris Beda Agama Dibentuknya berbagai aturan-aturan terkait masalah pertanahan di Indonesia diharapkan dapat