ABSTRAK
PENGARUH SEDUHAN TEH HIJAU (Camellia sinensis L.) TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA LAKI-LAKI DEWASA Fransisca, 2015
Pembimbing 1: Pinandojo Djojosoewarno, Drs., dr., AIF. Pembimbing 2: Budi Widyarto L., dr., MH.
Teh merupakan minuman yang secara luas dikonsumsi oleh masyarakat di seluruh dunia selain air putih. Penelitian ini menggunakan teh hijau yang mengandung kafein yang dapat mempengaruhi waktu reaksi sederhana. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) terhadap waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental semu menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif dengan rancangan pre-tes dan post-tes. Subjek penelitian terdiri dari 30 orang laki-laki dewasa berusia antara 19-22 tahun. Dilakukan pengetesan waktu reaksi sederhana sebelum dan 30 menit sesudah mengonsumsi 200 ml seduhan teh hijau menggunakan alat yaitu kronoskop dengan cahaya berwarna merah, kuning, hijau, dan biru. Analisis data dengan uji “t” berpasangan dengan α = 0.05.
Hasil penelitian rerata waktu reaksi sederhana untuk warna merah, kuning, hijau, dan biru dalam detik sebelum mengonsumsi seduhan teh hijau adalah 0,217, 0,236, 0,198, 0,195 dan 30 menit sesudah mengonsumsi seduhan teh hijau adalah 0,086, 0,087, 0,087, 0,101 yang menunjukan pemendekan waktu reaksi dengan perbedaan sangat signifikan (p<0.01).
Kesimpulan penelitian ini adalah teh hijau (Camellia sinensis L.) memperpendek waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.
ABSTRACT
THE EFFECT OF BREWED GREEN TEA (Camellia sinensis L.) TOWARDS SIMPLE REACTION TIME ON ADULT MALE
Fransisca, 2015
Supervisor 1: Pinandojo Djojosoewarno, Drs., dr., AIF. Supervisor 2: Budi Widyarto L., dr., MH.
Tea is a common drink consumed widely by people all around the world besides water. This research used green tea that consists of caffeine which can affect simple reaction time. The purpose of this research is to measure the effect of brewed green tea (Camellia sinensis L.) towards simple reaction time on adult male.
The method of this research is quasi prospective experimental with completely random design (CRD), comparative with pre-test and post-test. The subject of this research is 30 adult male whose age between 19-22 years old. Simple reaction time is conducted before and 30 minutes after consuming 200 ml of brewed green tea using chronoscope with the colors red, yellow, green, and blue. The data then analyzed using paired “t” test with α = 0.05.
The average result of this simple reaction time research for red, yellow, green, and blue in seconds before consuming green tea brew are 0.217, 0.236, 0.198, 0.195 and 30 minutes after consuming green tea brew are 0.086, 0.087, 0.087, 0.101 which shows a significant shortened reaction time (p<0.01).
The conclusion of this research is green tea (Camellia sinensis L.) shortened the simple reaction time on adult male.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang 1
1.2Identifikasi Masalah 2
1.3Maksud dan Tujuan 2
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah 3
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1Waktu Reaksi 5
2.1.1 Definisi Waktu Reaksi 5
2.1.2 Klasifikasi Waktu Reaksi 5
2.2Proses Pengolahan Stimulus Cahaya Menjadi Respon Motorik Dalam Susunan Saraf Pusat Manusia 13
2.3Formatio Reticularis 16
2.4Teh (Camellia sinensis L.) 18
2.4.1 Taksonomi Teh 19
2.4.2 Kandungan Kimia Pada Daun Teh Hijau 19
2.4.3 Kafein 23
2.4.4 Manfaat Teh Hijau 25
2.4.5 Efek Samping Teh Hijau 26
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 27
3.1Alat/Bahan Penelitian 27
3.2Subjek Penelitian 27
3.3Lokasi dan Waktu Penelitian 27
3.4Metode Penelitian 27
3.4.1 Desain Penelitian 27
3.4.2 Variabel Penelitian 28 3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel 28 3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel 28 3.4.3 Besar Sampel Penelitian 28
3.5Prosedur Kerja 29
3.5.1 Persiapan Subjek Penelitian 29 3.5.2 Prosedur Pembuatan Bahan 30
3.5.3 Cara Pemeriksaan 31
3.6Metode Analisis 31
3.6.1 Hipotesis Statistik 31
3.6.2 Kriteria Uji 32
3.7Aspek Etik Penelitian 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 33
4.2Pembahasan 35 4.3Pengujian Hipotesis Penelitian 35
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 37
5.1Simpulan 37
5.2Saran 37
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 40
ASPEK ETIK PENELITIAN 46
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar Kafein Pada Makanan yang Umum Dikonsumsi 25 Tabel 4.1 Rerata WRS Laki-Laki Dewasa untuk Warna Merah, Kuning,
Hijau, dan Biru Selama Pengamatan 30 Menit 33 Tabel 4.2 Hasil Uji t Berpasangan dari Rerata WRS Pada Laki-laki Dewasa
Untuk Warna Merah, Kuning, Hijau, dan Biru Selama 30 Menit 34 Tabel L. 4.1 Rerata WRS (detik) Sebelum dan 30 Menit Sesudah Perlakuan
Untuk Warna Merah 41
Tabel L. 4.2 Rerata WRS (detik) Sebelum dan 30 Menit Sesudah Perlakuan Untuk Warna Kuning 42 Tabel L. 4.3 Rerata WRS (detik) Sebelum dan 30 Menit Sesudah Perlakuan
Untuk Warna Hijau 43
Tabel L. 4.4 Rerata WRS (detik) Sebelum dan 30 Menit Sesudah Perlakuan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.1 Hubungan intensitas rangsang dengan waktu reaksi 7 Gambar 2.1.2 Hubungan tingkat kewaspadaan dengan waktu reaksi 8
Gambar 2.2.1 Anatomi Mata 15
Gambar 2.2.2 Prinsip jaras penglihatan dari mata ke korteks penglihatan 16 Gambar 2.3 Area Eksitatori dan Area Inhibitori yang Mengatur Tingkat
Aktivitas 17
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan dan aktivitas sehari-hari, kita selalu membutuhkan reaksi yang cepat dalam segala hal, contohnya dalam bidang pekerjaan yang membutuhkan respon yang cepat dan tepat seperti dokter atau contoh lain seperti saat mengemudi kendaraan. Reaksi ini dapat diukur dengan waktu reaksi. Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab suatu rangsangan secara sadar dan terkendali dihitung mulai saat rangsang diberikan (Houssay, 1955). Waktu reaksi terdiri dari waktu reaksi sederhana (WRS) dan waktu reaksi majemuk (WRM), tetapi yang diukur pada percobaan ini adalah waktu reaksi sederhana.
Pada waktu reaksi sederhana, percobaan dilakukan dengan memberikan satu jenis rangsang dan dijawab dengan satu jenis respon secepat mungkin tanpa proses memilih. Pada percobaan ini, subjek sudah mengetahui jenis rangsang yang akan diberikan dan respon yang harus dilakukan. Waktu reaksi dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah kafein. Kafein dapat ditemukan pada berbagai jenis tanaman salah satunya daun teh.
yang merupakan golongan methylxanthine. Kafein berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat (Rall, 1985) sehingga waktu reaksi memendek.
Dalam penelitian Reyhan Hadiman (2013), penelitian mengenai efek seduhan teh hijau terhadap waktu reaksi sederhana dilakukan dengan menggunakan sediaan seduhan bubuk teh hijau merk “P” dan terbukti bahwa teh hijau tersebut dapat memperpendek waktu reaksi sederhana. Sekarang ini, diketahui bahwa di masyarakat terdapat sediaan lain dengan komposisi teh hijau yang sama dengan bubuk teh hijau namum tersedia dalam bentuk yang lebih praktis yaitu dalam bentuk tea bag. Akan tetapi, sediaan tea bag teh hijau ini belum diketahui pengaruhnya terhadap waktu reaksi sederhana. Berdasarkan pengetahuan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai pengaruh seduhan teh hijau terhadap waktu reaksi sederhana menggunakan teh hijau dalam bentuk sediaan tea bag.
1.2Identifikasi Masalah
Apakah seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) memperpendek waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.
1.3Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) yang memiliki kandungan kafein yang merangsang sistem saraf pusat. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) terhadap waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.
Manfaat akademik: untuk memperluas pengetahuan mengenai teh hijau yang merupakan perangsang sistem saraf pusat yang dapat memperpendek waktu reaksi sederhana.
Manfaat praktis: untuk memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai manfaat mengonsumsi teh hijau dalam meningkatan kewaspadaan sehingga respon menjadi lebih cepat.
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab suatu rangsangan secara sadar dan terkendali dihitung mulai saat rangsang diberikan (Houssay, 1955). Terdapat dua macam waktu reaksi, yaitu: Waktu Reaksi Sederhana (WRS) dan Waktu Reaksi Majemuk (WRM). Waktu reaksi dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti: kuat/intensitas rangsang, tipe rangsang, konsentrasi, kewaspadaan, status kesehatan, latihan, usia, jenis kelamin, lingkungan, obat-obatan, dan sebagainya (Kosinski, 2013).
Proses jalannya suatu rangsangan sensoris dari penglihatan sehingga dapat mencapai sistem saraf pusat adalah rangsangan yang datang akan diterima oleh reseptor kemudian dihantarkan melalui serabut saraf aferen atau sensoris menuju area Brodmann 17, 18, dan 19 lobus oksipitalis korteks serebri untuk diolah (Guyton & Hall, 2006). Setelah proses pengolahan rangsang selesai, dari korteks serebri melalui serabut eferen atau motoris yaitu traktus piramidalis akan menuju ke batang otak kemudian melalui formatio reticularis menuju efektor dan terjadi respon.
Sebaliknya, aktivasi pada pusat eksitasi akan meningkatkan kewaspadaan (Guyton & Hall, 2006). Peningkatan kewaspadaan akan menyebabkan waktu reaksi memendek. Kandungan kafein yang terdapat dalam teh hijau akan mengaktivasi pusat eksitasi di formatio reticularis. Secangkir teh hijau mengandung kafein sebanyak 15-25 mg (Cabrera, Artacho, & Gimenez, 2006). Kafein menyebabkan blokade kompetitif dari reseptor adenosin (von Borstel & Wurtman, 1984) karena kafein memiliki molekul yang mirip dengan adenosin. Berkurangnya aktivitas adenosin menyebabkan peningkatan aktivitas neurotransmitter dopamin. Hal ini yang mendasari efek stimulan kafein (Katzung, 2007) sehingga kewaspadaan akan meningkat dan menyebabkan waktu reaksi memendek.
1.5.2 Hipotesis Penelitian
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Seduhan teh hijau memperpendek waktu reaksi sederhana pada laki-laki dewasa.
5.2 Saran
Penelitian íni perlu dilanjutkan dengan:
- Menggunakan rangsang lain seperti suara maupun tekanan
- Menggunakan subjek penelitian dengan jenis kelamin perempuan - Menggunakan kelompok usia lain
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. N. (2006). Taklukkan penyakit dengan teh hijau. Jakarta: Agro Media Pustaka. Hal 34-36, 46-58, 59-60.
Cabrera, C., Artacho, R., & Gimenez, R. (2006). Beneficial effects of green tea-A Review. Journal of the american college of nutrition, 25(2): 79-99.
DEPKESRI. (2001). Inventaris tanaman obat Indonesia (2nd ed., Vol. 1). Jakarta: Bakti Husada. Hal 57-58.
Ganong, W. F. (2003). Buku ajar fisiologi kedokteran (20 ed.). Jakarta: EGC.
Giesbrecht, T., Rycroft, A. J., Rowson, M. J., & De Bruin, E. A. (2010). The combination of L-theanine and caffeine improves cognitive performance and increase subjective alertness. In Nutritional neuroscience.
Graham, H. N. (1992). US National library of medicine. Retrieved January 9, 2015, from Green tea composition, consumption, and polyphenol
chemistry: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1614995
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Buku ajar fisiologi kedokteran (11th ed.). Jakarta: EGC.
Hadiman, R. (2013). Efek seduhan teh hijau (Camellia sinensis L.) terhadap waktu reaksi sederana (wrs) laki-laki dewasa.Other thesis, Universitas Kristen Maranatha.
Houssay. (1955). Human physiology (2nd ed.). USA: Mc Graw Hill Company.Inc.
Kosinski, R. J. (2013). A Literature review on reaction time. Retrieved July 13, 2015, from http://biae.clemson.edu/bpc/bp/lab/110/reaction.htm.
MAFF. (1998). Retrieved 7 10, 2015, from Survey of caffeine and other methylxanthines in energy drinks and other caffeine containing products: http://www.teacouncil.co.uk
Rall, T. W. (1985). Central nervous system stimulants. In L. S. Goodman, & A. Gilman, Pharmacological basis of therapeutics (7th ed., pp. 589-603). New York: Macmillan.
Spiller, G. A. (1998). Caffeine. Boca Raton: CRC Press LLC.
Von Borstel, R. W., & Wurtman, R. J. (1984). Caffeine and the cardiovascular effects of physiological levels of adenosine. In P. B. Dews, Caffeine : Perspectives from recent research (pp. 142-150). Berlin: Springer-Verlag.
Wibowo, D. (2008). Neuroanatomi untuk mahasiswa kedokteran. Malang: Bayumedia publishing.
Woodworth, R. S. (1971). Reaction time in experimental physiology Revised Edition. New York: Oxford and IBH Publishing CO.