xix
Universitas Kristen Maranatha
1. 序論
言語 バ サ 特 あ そ 各語 特 あ 例え 全 言語 中 品詞分類 あ そ 一 副詞 あ そ 各語 副詞 中 特 あ 例え 日本語 副詞 形容詞 二 あ イ形容詞 形容詞 説明 イン ネシア語 形容 詞 一 い こ 富田 理論 中 あ 富田 1
副詞 いう 用言(動詞 形容詞 I 形容詞 II) い
そ 用言 様子や状況 程度 表 単語 副詞 言いま
副詞 中 似 い 意味 持 い 言葉 あ そ 類義語
いう 川 類義語 いう 意味 同
ま 似 い 単語 こ あ 例え
あ こ 副詞 似 い 意味 持 い う 形 時々文 中 置 換え い そこ 外国語 日本語 勉強
い 学生 こ 言葉 文 中 使う時 問題 い
そこ 本研究 日本語 文 使い方 日
本語 文 意味 調べ 佐藤
最低線 満足 得 最低 こういう状況 望 期待 いう場合 最低限 期待 何 提示 言い方 あ そ
佐藤 少 最低
少 あ 限界 そ 以 状態 ベ い う 頑張 いう意味 最低 限界値 希望 期待 表 記 あ 例文 見 さい
1. あ 広い家 いい う一部屋あ いい
牧野
2. こ 車 少 百万 う 牧野
番 文 副詞 動詞 あ 述語
説明 意味的 そ 文 中 最低 う一部屋
あ う満足 あ こういう状況 望 そ
番 文 少 副詞 動詞 述語 説明
意味的 そ 文 中 少 最低 場合 意 百 い 推定 こ 文 車 値段 推定 あ こ こ 副詞 他 言葉 影響 そ こ 副詞 意 味 似 い あ 文 中 置 換え こ あ 状況
置 換え いこ あ
こ 研究 使用さ 方法及び ク ック 記述方法 交換 ク
ック あ ま タ 集 タ
使う文 あ そ 記述方法 タ 分析 最後 交 換 ク ッ ク 交 換 さ タ 分 析 こ
xxi
Universitas Kristen Maranatha タ 分析 統語論 意味論 使う 統語 論 ほ 言葉
影響 副詞 分析 そ 意味
論 文 中 意味知 あ
2. 本論
1. ア. 車 買え い バイク い ほ い 松
本
イ. 車 買え い 少 バイク い ほ い ア 番 文 副詞 使う 意味的 最低 バイク あ う満足 あ こういう状況 望 そ
イ 番 文 少 副詞 使う 意味的 最低 場合 意 今 車 ま 買え い バイク 買う
う満足 あ 今以 状態 ベ い う 頑張 い う 車 買う ま 期待 あ 統語論 意味論 置
換え こ 文 話 手 期待 満足 あ
互いこ 文 置 換え こ
そ 副詞 使う文 少 置 え い
こ あ
2. ア. 一戸 夢 マンシ ン 買い い
思いま 松本
イ. 一戸 夢 少 マンシ ン 買い
番 文 少 置 え
い 意味的 使う文 使え 最低 状態
う満足 得 あ 少 使う文
使え い そ 少 置 換え い
言葉 使え 意味的 最低一度 二度以 期待 こ
まう 統語論 少 置 換え
意味的 置 換え い そ 少 副
詞 使う文 置 え いこ あ
3. ア. 大都市 一戸建 家 買う 少 五千万 必
要 松本
イ. 大都市 一戸建 家 買う 五千万 必要
番 文 少 置 換え
い 意味的 少 使う文 最低 場合 意
状況 推定 文 最低 限界値 希望 期待 表 そ 番 文 最低 状態 表 家 値段 推定
あ 意味的 使う文 話 手 期待 満
足 必要 あ そ こ 文 話 手 期待 満足 表さ い
不満 期待 状況 得 い 置 換え
統語論 少 置 換え
xxiii
Universitas Kristen Maranatha
3. 結論
本論 対 こ 研究 結論 記 通 あ
1. 最低限 期待 何 提示 言い方 あ 文
中 話 手 期待 満足 必要 あ 文 中 ~ い
い い ~ さ さ い ~ さ
い ~用 思 いま 表
使え い
2. 少 最低 場合 意 最低限度 値 あ い
最低限 い行為 提示 あ 限界 そ
以 状態 ベ い う 頑張 最低 限界値 希
望 期待 表 そ 最低 状態 表 及び
状況 推定 文 最低 限界値 希望 期待 表
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINIALITAS ... ii
PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan Penelitian ... 6
1.4Metode dan Teknik Penelitian ... 6
1.4.1 Metode Penelitian ... 7
1.4.2 Teknik Penelitian ... 8
1.4.3 Metode Kajian ... 9
1.4.4 Teknik Kajian... 10
1.5Organisasi Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
2.1 Sintaksis ... 12
viii
Universitas Kristen Maranatha
2.2.1 Hinshi Bunrui ... 20
2.3 Fukushi ... 21
2.4 Teido no Fukushi ... 22
2.5 Fukushi Semete ... 23
2.6 Fukushi Sukunakutomo ... 27
BAB III ANALISIS PENGGUNAAN FUKUSHI せ て DAN 少なくと DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG ... 31
3.1 Semete ... 33
3.2 Sukunakutomo ... 49
BAB IV SIMPULAN ... 66
LAMPIRAN DATA ... ix
SINOPSIS ... xix
DAFTAR PUSTAKA ... xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memiliki ciri khas atau karakteristik tersendiri. Setiap bahasa juga
memiliki ciri universal dalam beberapa kategori, seperti ciri paling umum yang
dimiliki oleh setiap bahasa yaitu vokal dan konsonan. Contohnya dalam bahasa
Indonesia terdapat 5 buah vokal dan 21 konsonan. Tetapi ciri universal tersebut
bukan hanya vokal dan konsonan saja. Tetapi dapat juga terkandung dalam sebuah
kalimat, frase atau bahkan hanya sebuah kata saja. Kalimat merupakan serangkaian
kata-kata yang disusun untuk menyampaikan tujuan pembicara. Sementara kata
adalah satuan terkecil dalam kalimat yang mengandung arti dan terdiri dari satu
atau lebih morfem.
Dalam setiap bahasa pasti memiliki kelas kata. Salah satu jenis kelas kata
yang berfungsi menjelaskan maksud dari perkataan adalah adverbia atau kata
keterangan. Menurut Kentjono (2004:230) kata keterangan atau adverbia adalah
sebagai berikut : “Kata keterangan atau adverbia adalah jenis kata yang
mendampingi dan menjelaskan jenis kata lain, seperti kata kerja, kata sifat dan kata
keterangan lain.”
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa adverbia atau kata keterangan
adalah kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata keterangan
lain. Perhatikan contoh berikut ini :
2
Universitas Kristen Maranatha
2. Bekas gigitan serangga itu agak sakit sekarang. (Kentjono, 2004:230) 3. Jasad korban kecelakaan pesawat itu masih belum ditemukan oleh tim
SAR. (Kentjono, 2004:230)
Dari contoh (1), kata keterangan belum menjelaskan kata kerja
menyelesaikan sebagai predikat, menjadi belum menyelesaikan. Dari contoh (2),
kata keterangan agak menjelaskan kata sifat sakit sebagai predikat, menjadi agak
sakit. Dari contoh (3), kata keterangan masih menjelaskan kata keteranga belum,
menjadi masih belum.
Begitu pula dalam bahasa Jepang adverbia disebut dengan 副 詞 fukushi.
Menurut Tomita (1991:23) fukushi adalah sebagai berikut :
用言(動詞 形容詞 I 形容詞 II) い そ 用言 様子や状況
程度 を表 単語を 副詞 言いま
Yougen(doushi, keiyoushi I, keiyoushi II) ni tsuite, sono yougen no yousu ya joukyou, teido na wo arawasu tango wo “fukushi” to iimasu.
‘Fukushi adalah kata yang menerangkan keadaan kata lain (kata kerja, kata
sifat 1, kata sifat 2).’
Sementara Iori, dkk (2001:344) menjelaskan tentang fukushi adalah sebagai
berikut :
副詞 動詞 形容詞 他 副詞を修飾 動作 状態 様子や
程度 話 手 気持 を表 働 を 活用を持 い語
Fukushi wa, doushi, keiyoushi, hoka no fukushi wo shuushoku shite, dousa, joutai no yousu ya teido, hanashite no kimochi wo arawasu hataraki wo suru katsuyou wo motanai go desu.
‘Fukushi adalah kata yang menerangkan kata kerja, kata sifat, dan fukushi
Dari kedua teori di atas dapat dipahami bahwa fukushi adalah kata yang
menjelaskan kata lain yaitu keiyoushi I dan II (kata sifat) dan doushi (kata kerja)
dan fukushi lainnya yang berfungsi sebagai predikat.
Perhatikan contoh berikut ini :
4. 船よ 飛行機 方 い (Oyama, dkk. 1993:98)
Fune yori hikouki no hou ga zutto hayai.
‘Pesawat selalu lebih cepat dibandingkan kapal.’
5. ファックス 海外へ 連絡 便 利
(Oyama, dkk. 1993:98)
Fakkusu no okagede, kaigai e no renraku ga zutto benri ni natta. ‘Berkat faks, komunikasi ke luar negri selalu menjadi lebih praktis.’
6. 私 彼女を 待 い (Oyama, dkk. 1993:98)
Watashi wa kanojo wo zutto matteita.
‘Saya terus menerus menunggu Dia (teman wanita).’
Dalam contoh (4), fukushi zutto ’selalu/terus menerus’ menjelaskan
i-keiyoushi hayai ‘cepat’ yang berfungsi sebagai predikat. Dalam contoh (5), fukushi
zutto ’selalu/terus menerus’ menjelaskan na-keiyoushi benri ‘praktis’ yang
berfungsi sebagai predikat. Dalam contoh (6), fukushi zutto ’selalu / terus menerus’
menjelaskan doushi matteita ‘menunggu’ yang berfungsi sebagai predikat.
Dalam fukushi ada kata yang memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki
arti atau pengertian yang sama (sinonim). Dalam bahasa Jepang sinonim disebut類
義語ruigigo. Menurut Tokugawa dan Miyajima (1972:3) ruigigo adalah sebagai
berikut :
類義語 いう 意味 同 ま よく似 い 単語
あ
Ruigigo to iu no wa, imi ga onajika, mata wa yoku niteiru tango no koto aru.
4
Universitas Kristen Maranatha
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa ruigigo adalah kosa kata yang
memiliki makna yang sama atau mirip. Ruigigo tidak hanya ada pada fukushi, tetapi
yang akan dibahas di penelitian ini adalah ruigigo dalam fukushi semete dan
sukunakutomo
Perhatikan contoh berikut ini :
7. 毎日 六時間 寝 く さい (Satou, 1994:1009)
Mainichi semete roku jikan wa nete kudasai. ‘Setiap hari tidurlah setidaknya 6 jam.’
8. 毎日少 く 六時間 寝 く さい (Satou, 1994:1009)
Mainichi sukunakutomo roku jikan wa nete kudasai. ‘Setiap hari tidurlah setidaknya 6 jam.’
Dalam contoh (7), fukushi semete ‘sedikitnya/setidaknya’ menjelaskan kata
kerja nete ‘tidur’ sebagai predikat, yaitu dilihat kata keterangan roku jikan ‘enam
jam.’ Dalam contoh (8), fukushi sukunakutomo ‘setidaknya’ menjelaskan kata kerja
nete ‘tidur’ sebagai predikat, dilihat dari kata keterangan roku jikan ‘enam jam.’
Dari kedua contoh di atas, kata semete dapat disulih dengan kata sukunakutomo.
Kedua kata tersebut memiliki makna yang sama yaitu ‘setidaknya.’ Biasanya di
sinilah para pembelajar bahasa Jepang kesulitan untuk menggunakan kedua kata
tersebut dengan tepat ke dalam suatu konteks kalimat.
Di samping memiliki persamaan makna, semete dan sukunakutomo juga
memiliki perbedaan makna, sehingga tidak bisa disulihkan, perhatikan contoh
berikut ini :
9. a. 一目 彼女 会い い。(Satou, 1994:1009)
Semete ichime demo kanojo ni aitai.
‘Setidaknya sekali saja (saya) ingin bertemu dengan Dia (wanita).’
b.*少 く 一目 彼女 会い い。(Satou, 1994:1009)
Sukunakutomo ichime demo kanojo ni aitai.
Semete pada contoh (9a) menjelaskan kata kerja aitai ‘ingin bertemu’ sebagai
predikat. Dalam kalimat terdapat kata keterangan yang menyatakan ichime
‘bertemu sekali’ sebagai kata yang menunjukan level yang diminimalkan. Contoh
(9) merupakan kalimat yang mengekspresikan keinginan karena terdapat bentuk –
tai pada kalimat. Makna yang terdapat dalam kalimat, yaitu ingin bertemu
sekurang-kurangnya sekali saja. Pada contoh (9b) setelah disulih dengan kata
sukunakutomo, kalimat secara sintaksis berterima, tetapi secara semantik tidak
berterima. Hal ini disebabkan sukunakutomo digunakan untuk menunjukkan nilai
terendah dan berharap agar tidak mencapai nilai terendah tersebut, sehingga tidak
dapat menggunakan kata demo, karena akan menjadi puas dengan yang sudah
diminimalkan dan tidak berharap lebih. Sementara semete digunakan untuk
menunjukan nilai terendah yang diinginkan/diharapkan dan sudah merasa puas
dengan nilai yang telah diminimalkan tersebut.
Dari contoh-contoh kalimat tersebut, dapat diketahui bahwa semete dan
sukunakutomo ada kalanya dapat saling menggantikan dan ada kalanya juga tidak
dapat saling menggantikan, banyaknya kata sinonim atau ruigigo dalam bahasa
Jepang yang sering menimbulkan kesulitan bagi pembelajar bahasa Jepang dan
tidak jarang menimbulkan kesalahan dalam berbahasa. Hal itulah yang membuat
penulis tertarik untuk meneliti topik ini.
Penelitian mengenai fukushi sebelumnya sudah pernah diteliti dan ditulis oleh
mahasiswa Universitas Kristen Maranatha yaitu oleh Jimmy Januar tahun angkatan
2002 dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan Fukushi Suguni dan
6
Universitas Kristen Maranatha
antara fukushi suguni dan sassoku. Lalu oleh Indra Arizona tahun angkatan 2003
dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Kesinoniman Kata Dalam Bahasa
Jepang pada Fukushi Totemo, Taihen, Zuibun (Kajian Semantik).” Penelitian ini
menjelaskan kesininoman (persamaan) antara Fukushi Totemo, Taihen, Zuibun.
Peneliti akan meneliti mengenai fukushi少 く sukunakutomo dan
semete menggunakan kajian sintaksis dan kajian semantik.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana penggunaan fukushi semete dan 少 く
sukunakutomo dalam kalimat bahasa Jepang?
2. Apa makna fukushi semete dan 少 く sukunakutomo dalam
kalimat bahasa Jepang?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mendeskripsikan penggunaan fukushi semete dan 少 く
sukunakutomo dalam kalimat bahasa Jepang.
2. Mendeskripsikan makna fukushi semete dan 少 く
sukunakutomo dalam kalimat bahasa Jepang.
1.4 Metode dan Teknik Penelitian
Metode dan teknik merupakan komponen yang paling penting dalam sebuah
penelitian. Menurut Silalahi (2009: 13) metode adalah sebagai berikut : “metode
merupakan keseluruhan langkah ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi
dan teknik adalah sebagai berikut : “metode dan teknik adalah istilah yang
digunakan untuk menunjukan dua konsep yang berbeda tetapi berhubungan
langsung satu sama lain. Keduanya adalah ‘cara’ dalam suatu upaya. Metode adalah
cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode.”
Dengan demikian dapat dipahami, metode dan teknik yaitu cara untuk
menemukan solusi atas suatu masalah dalam penelitian. Yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu metode penelitian dan teknik penelitian, lalu metode kajian dan
teknik kajian.
1.4.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Nazir (2005:54) metode deskriptif adalah sebagai berikut :
“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa
pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.”
Sementara Whitney dalam Nazir (2005:54) menjelaskan tentang metode
deskriptif adalah sebagai berikut : “Metode deskriptif adalah pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-maslah
dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-
situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
8
Universitas Kristen Maranatha
Dengan demikian, dari kedua teori di atas dapat dipahami bahwa metode
penelitian deskriptif adalah metode dalam meneliti suatu objek dan mencari fakta
serta mempelajari masalah, proses yang berlangsung dan pengaruh dari suatu
fenomena yang bertujuan untuk mendeskripsikan, menggambarkan fenomena
tersebut secara aktual. Menurut Sudaryanto (1993:5) penelitian dengan metode
deskriptif dilakukan dengan 3 tahap, yaitu:
1. Penyediaan data
Peneliti mencari dan menyiapkan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
2. Penganalisisan data
Peneliti menganalisis data berdasarkan teori yang ada, tanpa mengubah
data tersebut.
3. Penyajian hasil analisis data
Peneliti menyajikan hasil analisis dari data yang telah diteliti
berdasarkan teori yang ada.
Jadi, pertama yaitu menyediakan data yang berupa kalimat yang
menggunakan kata yang diteliti yaitu fukushi semete dan 少 く
sukunakutomo. Kedua, kalimat yang didapat dianalisis menggunakan teori yang ada
dengan mendeskripsikan fungsi kata pada kalimat, makna dan masalah dari kata
yang diteliti yaitu fukushi semete dan少 く sukunakutomo. Ketiga,
menyajikan hasil analisis dari kalimat yang didapat.
1.4.2 Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan studi
kepustakaan adalah sebagai berikut : “teknik kepustakaan merupakan cara
pengumpulan data bermacam-macam material yang terdapat di ruang kepustakaan,
seperti koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan
dengan penelitian.”
Jadi dapat dipahami dengan menggunakan teknik kepustakaan dapat
dikumpulkan bermacam data yang dibutuhkan untuk menganalisis penggunaan dan
makna fukushi semete dan 少 く sukunakutomo dalam kalimat
bahasa jepang dengan menggunakan data yang ada di ruang kepustakaan seperti
koran, buku-buku, majalah, naskah, dokumen dan sebagainya yang relevan dengan
penelitian.
1.4.3 Metode Kajian
Data yang terkumpul dianalisis dengan metode distribusional. Menurut
Sudaryanto (1993: 15) metode distribusional (metode agih) adalah sebagai berikut :
“pada metode distribusional (metode agih) alat penentunya justru bagian dari
bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam rangka kerja metode agih
itu jelas, selalu berupa bagian atau unsur dari bahasa objek sasaran peneliti itu
sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia, dsb.) fungsi sintaksis (subjek,
objek, predikat, dsb.), klausa, silabe kata, titinada, dan yang lain.”
Jadi dapat dipahami, bahwa metode yang dapat digunakan untuk
menentukan unsur dari bahasa objek sasaran peneliti yaitu data berupa kalimat.
Lalu dapat ditentukan jenis kata seperti adverbia dan fungsi sintaksis dalam kalimat
10
Universitas Kristen Maranatha 1.4.4 Teknik Kajian
Metode distribusional dibantu dengan teknik kajian yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu teknik subtitusi. Menurut Sudaryanto (1985:27) teknik subtitusi
adalah sebagai berikut : “teknik subtitusi merupakan teknik analisis kalimat atau
rangkaian kalimat dengan cara mengganti bagian atau unsur kalimat tertentu
dengan unsur lain di luar kalimat yang bersangkutan.”
Dari teori di atas dapat dipahami bahwa teknik subtitusi adalah teknik analisis
kalimat dengan menganti bagian tertentu dengan unsur lain. Unsur yang diganti
adalah unsur yang menjadi bahan analisis. Dengan demikian dapat diketahui
perbedaan dan persamaan makna dari kata yang akan dianalisis.
Perhatikan contoh berikut :
10.a. 今 学 期 漢 字 を 少 く 千 字 覚 え (Makino,
1995:385)
kongakki kanji wo sukunakutomo senji wa oboeta hazu da. ‘Semester ini setidaknya harus ingat seribu huruf kanji.’
b. *今学期漢字を 戦時 覚え
kongakki kanji wo semete senji wa oboeta hazu da.
Pada contoh (10a) 少 く sukunakutomo diganti (subtitusi) dengan
semete pada contoh (10b). Dengan menggunakan teknik subtitusi dapat diteliti
bisa atau tidaknya suatu kata digunakan pada suatu kalimat tertentu. Dengan
demikian dapat dipahami mengapa suatu kata dapat digunakan pada sebuah kalimat
sedangkan sinonimnya tidak.
1.5 Organisasi Penulisan
Bab I adalah pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah,
Bab II adalah kajian teori tentang sintaksis, semantik, 品詞分類hinshi bunrui, 副
詞fukushi (kata keterangan) berisi pengertian dan jenis-jenis fukushi, fukushi
semete dan 少 く sukunakutomo. Bab III adalah analisis, pada bab ini
akan dibahas mengenai perbedaan antara fukushi semete dan sukunakutomo dari
sumber-sumber data yang ada. Bab IV adalah simpulan, bab ini berisi simpulan
yang ditarik dari pembahasan bab III dan hal-hal yang tidak terjawab dalam
penelitian ini. Dengan menggunakan sistematika rancangan organisasi penulisan
seperti ini, penulis mengharapkan pembaca dapat memahami dengan jelas cara
66
Universitas Kristen Maranatha BAB IV
SIMPULAN
Setelah menganalisa penggunaan fukushi semete dan sukunakutomo, penulis
dapat mengambil kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan dilakukan
penelitian ini:
1. Fukushi semete digunakan untuk menerangkan nilai terendah, menginginkan
kepuasan terendah dan sudah puas dengan yang sudah direndahkan.
Mengekspresikan keinginan pembicara, biasanya diakhiri oleh bentuk
keinginan seperti seperti bentuk –tai, (to ii) n desu ga, noni, -(sase) te kudasai,
-nasai dan -you to omotte imasu. Fukushi sukunakutomo digunakan untuk
menerangkan nilai terendah, dan berusaha agar tidak sampai pada level yang
telah direndahkan dan level di bawah yang sudah direndahkan. Kedua kata
fukushi semete dan sukunakutomo secara sintaksis dapat saling menggantikan,
tetapi secara makna ada yang dapat berterima dan tidak dapat berterima.
Keduanya dapat digunakan pada kalimat yang mengekspresikan keinginan
untuk mewujudkan kepuasan terendah. Tetapi ketika kata (dake) demo
terdapat dalam kalimat, hanya kata semete saja yang dapat digunakan.
Semetara ketika kalimat tidak mengekspresikan keinginan dan hanya
memberikan penyataan pembicara dan hanya menyatakan perkiraan
pembicara dari jumlah / kuantitas saja, hanya kata sukunakutomo saja yang
2. Fukushi semete memiliki makna setidaknya/sekurang-kurangnya/paling
sedikit. Semete adalah kata untuk mengharapkan/menginginkan kepuasan
terendah dan sudah puas dengan yang sudah direndahkan. Dalam semete
harus ada keinginan yang kuat dari pembicara / penulis untuk
mendapatkan kepuasan yang sudah diminimalkan. Fukushi
sukunakutomo memiliki makna
setidaknya/sekurang-kurangnya/sedikit-dikitnya. Sukunakutomo adalah kata dalam situasi terendah, kata yang
berhubungan dengan yang terendah dan berusaha agar tidak mencapai
situasi terendah tersebut. Kedua kata fukushi semete dan sukunakutomo
memiliki persamaan makna juga memiliki nuansa makna yang berbeda
ketika digunakan dalam kalimat yang sama, sehingga dapat saling
ANALISIS PENGGUNAAN FUKUSHI
せ
て
DAN
少なくと
DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG
(KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik dalam mencapai gelar Strata satu pada Fakultas Sastra dan Program Studi
Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha
Oleh:
CHANDRA WIDIAWATI 1242021
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
日本語の文の副詞の
せ
て
と
少なくと
の類義語の研究
統語論と意味論の視点
チャン ウ ワ
4
マ
タ・キ
ス
教大学
日本語・日本文学科
iv
KATA PENGANTAR
Dengan segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha
Esa atas segala berkat, kasih, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penggunaan Fukushi Semete dan
Sukunakutomo dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik)”
dengan baik.
Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana sastra di
Fakultas Sastra Program Studi Sastra Jepang Universitas Kristen Maranatha. Dalam
skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih ada banyak kekurangan, mengingat
keterbatasan kemampuan dan waktu penulis.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak sekali
dukungan, bantuan, dan doa, sehingga akhirnya skripsi ini dapat selesai dengan
lancar. Pada kesempatan ini penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu:
1. Ibu Dr. Trisnowati Tanto, M.Hum selaku Dekan Fakultas Sastra.
2. Bapak Drs. Dance Wamafma, M.Si, dan Bapak Ferry Kurniawan, S.S.,
M.Hum., selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Sastra Jepang
Universitas Kristen Maranatha.
3. Ibu Dra. Melinda Dirgandini, M.Hum, selaku pembimbing I dan dosen
4. Bapak Drs. Dance Wamafma, M.Si, selaku pembimbing II, yang juga
selalu sabar membimbing dan memberi masukan serta memberikan
semangat dan motivasi.
5. Ibu Dr. Sri Iriantini, M.Hum, selaku pembimbing sinopsis, yang telah
membimbing, memberikan saran, serta meluangkan waktunya sehingga
sinopsis skripsi ini dapat selesai dengan cepat.
6. Dosen-dosen, Ibu Ethel, Ibu Marissa, dan Ibu Renariah yang telah
banyak memberi pelajaran selama penulis belajar di Universitas Kristen
Maranatha.
7. Ayah dan Ibu yang selalu mendukung dan memberikan doa untuk
penulis.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2012, Adel, Amel, Inne, Albert,
Niko, Maida, Shendy, Sindy, Lia, Zahra, Anna, Thea, Robbie, dan
Rahadian yang selalu membantu, memberi semangat dan doa, selalu
menemani dalam suka dan duka selama belajar di Universitas Kristen
Maranatha.
9. Senpai-senpai dan Kohai-kohai yang selalu memberi dukungan dan
bantuan serta beraktivitas bersama selama belajar di Universitas Kristen
Maranatha.
10.Endah Sensei, Watanabe Sensei, dan Putu Senpai selaku pembimbing
bungaku, yang membantu dan membimbing dalam drama yang
vi
banyak inspirasi, pelajaran, dan pengalaman yang sangat berharga untuk
penulis.
Dan semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan kasih dan
berkata-Nya kepada semua pihak atas semua kebaikan dan bantuan yang telah
diberikan. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak yang membacanya.
Bandung, 7 November 2016
DAFTAR PUSTAKA
Akira, Kuga. 2013. Kamisama, Tenbatsu desu ka?. Jepang : Moujuusha
Alwi, Hassan. Dardjowidjojo, Soenjono. Lapoliwa, Hans. Moeliono, Anton M.
2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Chaer, Abdul. 1989. Linguistik Umum. Jakarta : Nusa Indah
Chaer, Abdul. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Drs. M. E. Suhendar, M. Pd. 1992. Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia.
Bandung : Penerbit CV. PIONIR JAYA Bandung
Elizabeth Bailey. Penerjemah : Sanae, Tsuji. 2011. Bitoku no Tawamure. Jepang :
Kabushikigaisha Haarekuin
Emiko, Oyama, dkk. 1993. Practical Japanese Workbooks 3. Tokyo: Senmon
Kyouiku Shuppan
Isao, Iori. 2001. Atarashii Nihonggogaku Nyuumon. Tokyo : 3A Network
Kentjono, Djoko, dkk. 2004. Tata Bahasa Acuan Bahasa Indonesia Untuk Penutur
Asing. Penerbit : Wedatama Widya Sastra
Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende-Flores:Nusa Indah
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta,
Indonesia: PT. Gramedia
Kou, Mochizuki. 2014. Mochizuki Kou no Kobun Tango 333. Jepang :
Kabushikigaisha Oubunsha
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik; Edisi Ketiga. Jakarta :
Gramedia Pustaka Umum
Kudo, Oikawa. 2014. Koukou Tottemo Yasashii Suugaku I A Kaichouban Sono 2,
Volume 2. Japan : Kabushikigaisha Oubunsha
Manaf, Ngusman Abdul, 2009. Sintaksis: Teori dan Terapannya dalam Bahasa
Indonesia. Padang: Sukabina Press
Mareaki, Suzuki. 2012. Sougou Eigo Be New Edition. Jepang : Kabushikigaisha
Iizuna Shoten
Masaki, Nomura dan Seiji, Koike. 1992. Nihongo Jiten. Tokyo: Doushutsuhan
Miyazaki, Hayao. 1989. Majo no Tatsukyubin. Tokyo: Tokuma Shoten Publishing
xxv
Universitas Kristen Maranatha
Moeliono, Anton. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka
Munemasa, Tokugawa dan Tatsuo, Miyajima. 1973. Ruigigo Jiten. Tokyo: Tokyodo
Shuppan
Natsuko, Tsujimura. 1996. An Introduction to Japanese Linguistics. Oxford, UK :
Blackwell Publishers Inc
Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Norimasa, Satou. 1994. Tsukaiwake no Wakaru Ruigo Reikai Jiten. Tokyo :
Shogakukan
Seiichi, Makino. 1995. A Dictionary of Intermediate Japanese Grammar. Tokyo :
The Japan Times
Setsuko, Matsumoto. 1993. Ji Ryouku Appu! 1. Tokyo : UNICOM
Setsuko, Matsumoto. 1996. Ji Ryouku Appu! 2. Tokyo : UNICOM
Shoji, Izuhara. 1998. Ruigigo Tsukai Wake Jiten. Tokyo:Kenkyuusha Insatsu
Kabuken Kaisha
Shuuzou, Maji. 2008. Koukou Suugaku Ga Marugoto Wakaru. Japan : Bere
Shuppan
Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama
Sudaryanto. 1985. Linguistik. Esai tentang Bahasa dan Pengantar ke dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta : Duta
Wacana University Press
Suyudi, Ichwan. 1997. Pengantar Linguistik Umum. Jakarta : Penerbit Gunadarma
Takashi, Masuoka dan Yukinori, Takubo. 1989. Kiso Nihongo Bunpo. Tokyo :
Kuroshio Shuppan
Takayuki, Tomita. 1991. Bun pou no Kiso Chishiki to Sono Oshiekata. Cetakan III.
Tokyo: Bonjinsha
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 1985. Psikolinguistik. Bandung: Angkasa
Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Analisis Kontrastif Bahasa. Bandung :
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa
Tetsuya, Nagano. 2013. Sha Roushi Kyoukashosha Roushi Kanzen kyouryaku
Gaido 2013 Nenban. Jepang : Shoueisha
Tomomi, Suzuki dan Kenichiro, Haruhara. 2008. Gaikoku Hito ni Dou Setsumei
Suru? : Kotoba no Setsumei Bunreishuu. Jepang : ASK
Yujiro, Takahashi. 2007. Sugu ni Yakudatsu Manshon Kanri no Houritsu to
Toraburu Kaiketsu Manyuaru. Jepang : Sanshusha