• Tidak ada hasil yang ditemukan

SNFP UM 2016 ZAIN ASRORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SNFP UM 2016 ZAIN ASRORI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Penggunaan

Throwing Dart Games

Untuk Meningkatkan

Pemahaman Siswa Kelas X TSM 1 SMK Negeri 1 Nglegok Terhadap

Konsep Akurasi Dan Presisi Pada Materi Pengukuran Dan Alat Ukur

ZAINASRORI

SMK Negeri 1 Nglegok. Jl. Penataran No. 1 Nglegok, Kabupaten Blitar E-mail: zend_fd@yahoo.com

TEL: 08125914136; FAX: (0342)561355

ABSTRAK:

Pembelajaran yang menantang dan menyenangkan merupakan amanat dari undang-undang. Salah satu kritik terhadap guru fisika adalah kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan sehingga banyak siswa menjadi bosan dan akhirnya tidak suka dengan pelajaran fisika. Seorang guru diharuskan untuk menggunakan berbagai variasi metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik. Salah satu metode pembelajaran fisika adalah dengan mengadopsi bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Dalam pembelajaran fisika berbasis praktikum seringkali siswa melakukan pengukuran berbagai besaran dengan menggunakan alat ukur. Dua aspek penting dalam pengukuran adalah ketepatan atau akurasi (accuracy) dan ketelitian atau presisi (precision). Akurasi dan presisi seringkali dipersepsikan sama. Padahal keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Siswa kesulitan membedakan pengertian presisi dan akurasi diatas karena terlalu konseptual dan selama ini hanya dapat dibedakan dengan cara hafalan yang membosankan. Ketika lama tidak dibaca maka pemahaman atas dua istilah diatas kembali hilang. Sehingga perlu dikembangkan alat bantu peraga atau media pembelajaran yang sederhana, menarik, menyenangkan untuk dipraktikkan, dan bersifat partisipatif sehingga siswa dapat memahami dua istilah tersebut dengan lebih cepat dan mudah. Untuk itu digunakanlah permainanThrowing Dart Games. Hasil kuesioner mengkonfirmasi bahwa pembelajaran fisika yang dikolaborasikan dengan permainan

Throwing Dart Games dapat meningkatkan minat siswa hingga 94,8%, sehingga secara langsung berpengaruh baik terhadap capaian nilai hasil belajar siswa berupa ketuntasan individu sebesar 82,1% dan ketuntasan klasikalnya mencapai 79,4%.

Kata Kunci: akurasi, presisi,throwing dart games.

PENDAHULUAN

Pembelajaran merupakan hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang. Wenger (1998) mengatakan bahwa pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu pembelajaran bisa terjadi dimana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Salah satu bentuk pembelajaran adalah pemrosesan informasi. Hal ini dapat dianalogikan dengan pikiran atau otak kita yang berperan seperti komputer dimana ada masukan (input)dan penyimpanan informasi. Yang dilakukan oleh otak adalah bagaimana memperoleh kembali materi informasi tersebut baik berupa gambar maupun tulisan. Sehingga didalam pembelajaran perlu adanya refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus diserap dan disimpan dalam memori dan bagaimana menilai informasi yang telah diperoleh (Glass dan Holyoak, 1986).

(2)

filsafat Konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan (konstruksi) diri kita sendiri yang sedang menekuninya. Bila yang menekuni adalah siswa maka pengetahuan itu adalah bentukan siswa sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif melalui kegiatan berpikir seseorang (Bettencourt, 1989). Proses pembentukan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru. Secara prinsip tidak ada kemungkinan transfer pegetahuan dari seseorang kepada orang lain. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Maka peran seorang guru fisika bukanlah untuk mentrasfer pengetahuan tetapi lebih sebagai mediator dan fasilitator yang membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan secara cepat dan efektif. Fungsi guru sebagai mediator dan fasilitator diantaranya adalah menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa, menyediakan sarana yang merangsang berpikir siswa secara produktif. Dalam pendidikan fisika dua aliran konstruktivisme banyak digunakan dan bahkan digabungkan, yaitu Konstruktivisme Personal (Piaget) dan Konstruktivisme Sosial (Vygotsky).

Dalam pembe v 0020lajaran fisika berbasis praktikum seringkali siswa melakukan pengukuran (measurement) berbagai besaran dengan menggunakan alat ukur. Dua aspek penting dalam pengukuran adalah ketepatan atau akurasi (accuracy) dan ketelitian atau presisi (precision). Akurasi dan presisi seringkali dipersepsikan sama. Padahal keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Presisi yang tinggi tidak berpengaruh apapun terhadap akurasi pengukuran. Sebuah alat ukur dengan presisi yang tinggi bisa jadi memiliki akurasi yang rendah. Rendahnya akurasi pengukuran dari alat ukur berpresisi tinggi umumnya disebabkan oleh bias pengukuran yang dapat dihilangkan melalui kalibrasi ulang.

Siswa kesulitan membedakan pengertian presisi dan akurasi diatas karena terlalu konseptual dan selama ini hanya dapat dibedakan dengan cara hafalan yang membosankan. Ketika lama tidak dibaca maka pemahaman atas dua istilah diatas kembali hilang. Sehingga perlu dikembangkan alat bantu peraga atau media pembelajaran yang sederhana, menarik, menyenangkan untuk dipraktikkan, dan bersifat partisipatif sehingga siswa dapat memahami dua istilah tersebut dengan lebih mudah. Untuk itu digunakanlah permainan Throwing Dart Games. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan Throwing Dart Games untuk meningkatkan minat belajar dan pemahaman siswa kelas X TSM 1 SMK Negeri 1 Nglegok terhadap konsep akurasi dan presisi pada pelajaran fisika materi pengukuran dan alat ukur.

METODE PENELITIAN 1.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian tindakan kelas (Action Class Research) atau PTK dipilih karena masalah yang akan dipecahkan berasal dari proses pembelajaran dikelas. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini berusaha untuk mengungkap gejala secara menyeluruh sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data berlatar alami (natural setting) dengan penulis sebagai instrumen utama (Sugiyono, 2008).

Penelitian seperti ini bersifat deskriptif dan memiliki kecenderungan menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian ini lebih menonjolkan proses dan makna sebagai subyek. Hal ini sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen sebagai berikut:

1. Dilakukan pada kondisi alamiah, langsung ke sumber data dan penulis adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka.

(3)

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dibalik data yang teramati. Menurut Kemmis dan Mac Taggart (Kunandar, 2011) penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk self inquiry yang dilakukan untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan, serta mempertinggi pemahaman mereka terhadap praktik dan situasi dimana praktik itu dilaksanakan. Pada intinya PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul dikelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan (Arikunto, 2008). Dalam penelitian ini peneliti juga merupakan guru mata pelajaran fisika.

Daur ulang atau siklus penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

1.2 Tahap Penelitian 1.2.1 Kegiatan Pra Tindakan

a) Ide Umum

Penulis mempelajari dan memikirkan berbagai cara untuk dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa. Melakukan studi referensi untuk pemilihan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan untuk diterapkan dikelas dan media pembelajaran yang sesuai.

b) Studi pendahuluan

Setelah melakukan studi literatur dan wawancara dengan teman sejawat, keluarlah beberapa ide dan dipilah-pilah sesuai kondisi siswa dikelas tersebut. Dari hasil wawancara dengan teman sejawat di dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Fisika diperoleh data bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam pelajaran fisika karena bersifat sangat abstrak, dan belum dipakainya media pembelajaran yang tepat untuk menjelaskan konsep-konsep tersebut. Keikutsertaan aktif siswa dalam pembelajaran juga sangat kurang.

1.2.2 Kegiatan Pelaksanaan Tindakan a). Perencanaan Tindakan

Berdasarkan hasil identifikasi pada tahap pra tindakan, maka disusun rencana perbaikan atas masalah-masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran dikelas X Teknik Sepeda Motor 1 (X TSM 1) SMK Negeri 1 Nglegok. Adapun langkah-langkah dalam menyusun rencana perbaikan adalah:

1. Menyusun rencana tindakan berupa rencana pembelajaran yang meliputi penentuan kompetensi dasar, materi pembelajaran , indikator, rumusan tujuan pembelajaran, kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar, dan pemilihan metode dan media pembelajaran.

2. Menyusun instrumen pengumpulan data perupa pedoman pengamatan, pedoman kuesioner, pedoman wawancara, format catatan lapangan, dokumentasi, dan penilaian.

b). Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini guru mata pelajaran Fisika Kelas X TSM 1 SMK Negeri 1 Nglegok menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning metode pembelajaran permainan (games) dengan mengadopsi permainan Throwing Dart. Guru mengamati pelaksanaan pembelajaran dan berperan sebagai fasilitator atau juri permainan tersebut. Siswa berperan aktif sebagai peserta permainan. Tugas guru adalah melakukan pengamatan, melaksanakan pretest, melakukan wawancara, memberikan kuesioner, melaksanakan postest, dan refleksi atau penilaian atas keseluruhan kegiatan.

c). Tahap Pengamatan

(4)

merekam, dan mendokumentasikan semua indikator baik proses maupun hasil perubahan yang terjadi sebagai akibat dari tindakan yang direncanakan. Yang diamati dalam kegiatan ini adalah minat dan motivasi siswa, serta keaktifan siswa untuk bekerja dalam kelompok.

d). Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir dari setiap tindakan. Refleksi adalah mengingat, merenungkan, mencermati, dan menganalisis kembali suatu kegiatan yang telah dilakukan sebagaimana yang sudah tercatat dalam observasi (Asrori, 2008). Berikut ini adalah hal-hal yang perlu didiskusikan dalam kegiatan refleksi:

1. Mengalisis tindakan yang baru dilaksanakan. Mengulas dan menjelaskan perbedaan rencana tindakan dan pelaksanaan tindakan

2. Melakukan interpretasi atas pelaksanaan kegiatan dan terhadap data yang didapatkan.

Setiap tindakan dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria yaitu penilaian observasi pada aktivitas guru menunjukkan tingkat keberhasilan baik, kriteria motivasi meningkat, ketuntasan individual sesuai skor KKM (75) dan persentase ketuntasan belajar minimal 75%. Hasil refleksi digunakan untuk masukan, modifikasi dan penyempurnaan metode serta perbaikan rencana pembelajaran di siklus berikutnya.

1.3 Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti merupakan sebuah keharusan dalam penelitian kualitatif yaitu sebagai alat utama untuk pengumpulan data melalui proses observasi partisipasi dan wawancara mendalam dan terbuka. Peneliti berperan sebagai juri dalam permainan throwing dartdan pengawas kegiatanpretestdanpostest.

1.4 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Nglegok dengan alamat Jl. Penataran No. 1 Kelurahan Nglegok, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar. Penelitian ini dilakukan pada kelas X TSM 1 yang beranggotakan 39 siswa pada bulan September 2015. Pemilihan lokasi dan kelas observasi dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal:

1. Pada SMK Negeri 1 Nglegok belum pernah dilaksanakan model pembelajaran permainanThrowing Dart Gameskhususnya untuk mata pelajaran fisika. 2. Dari hasil pengamatan dan wawancara ditemukan bahwa minat siswa untuk

mempelajari pelajaran dan konsep fisika sangat rendah.

3. Pembelajaran fisika yang dilakukan selama ini hanya pada taraf menghafalkan konsep dan mengerjakan soal.

1.5 Bentuk dan Jenis Sumber Data

Bentuk dan jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: 1. Datapretestdanpostest(di setiap siklus).

2. Data kuesioner minat siswa terhadap pelajaran fisika (awal dan akhir siklus) 3. Data hasil observasi pengamatan kegiatan dikelas.

4. Data hasil wawancara peneliti terhadap siswa sebagai subyek penelitian guna mengetahui kedalaman pemahaman terhadap materi yang diberikan.

5. Catatan lapangan yang digunakan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpulan data yang ada.

(5)

1.6 Prosedur Pengumpulan Data 1. Tes Tertulis

Skor hasil tes tulis meliputi hasil pretest yang diberikan sebelum tindakan, postest pada setiap akhir siklus, dan hasil pekerjaan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan rumusan sebagai berikut:

(1) dimana R : skor yang diperoleh

SM : skor maksimum N : nilai

Untuk mengetahu tingkat keberhasilan siswa digunakan kriteria predikat menurut Muhibin Syah yaitu:

Tabel 1. Perbandingan Nilai Angka dan Huruf.

Nilai Angka Predikat

80-100 Sangat baik 70-79 Baik 60-69 Cukup 50-59 Kurang

0-49 Gagal

2. Kuesioner

Kuesioner atau angket adalah tes secara tertulis dengan memilih angka tertentu untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pelajaran fisika khususnya pemahaman konsep presisi dan akurasi. Kuesioner menggambarkan minat siswa dalam bentuk angka-angka yang terkuantisasi. Kriteria skor kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti di Tabel 2.

Tabel 2. Skor dan Deskripsi Kuesioner.

Skor rata-rata setiap pertanyaan diperoleh dari rumusan:

(2)

Skor Deskripsi 1 Sangat Tidak Sesuai

2 Tidak Sesuai

3 Kurang Sesuai

4 Cukup Sesuai

5 Sangat Sesuai

(6)

Untuk mengetahui respon siswa digunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3. Skor Rata-Rata dan Deskripsi Respon Siswa. Skor rata-rata Deskripsi

1,76<SR< 2 Sangat positif 1,51<SR<1,75 Positif 1,26 <SR<1,50 Negatif

1,00<SR<1,25 Sangat Negatif

3. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas dan pemahaman siswa selama kegiatan permainan berlangsung. Kriteria keberhasilan proses dilakukan peneliti dan teman sejawat dengan menggunakan lembar observasi kegiatan pembelajaran untuk kemudian dicari persentase nilai rata-rata dengan rumusan:

(3)

Kriteria tingkat keberhasilan tindakan ditentukan dengan:

Tabel 4. Skor Rata-Rata dan Deskripsi Keberhasilan Tindakan.

Skor rata-rata Deskripsi

75%<NR< 100 Sangat baik

50%<NR<75% Baik

25% <NR<50% Cukup

0%<NR< 25% Kurang baik

4. Wawancara

Menurut Hopkins wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu didalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Kunandar, 2011). Wawancara adalah bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara dilakukan untuk menelusuri dan menggali minat siswa terhadap mata pelajaran fisika khususnya materi pengukuran dan alat ukur dengan indikator akurasi dan presisi dalam pengukuran.

5. Catatan lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan yang berisi tentang kesan-kesan dan penafsiran peneliti terhadap segala sesuatu yang terjadi selama tindakan kelas dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang sudah terekam diinstrumen lain.

1.7 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Salah satu teknik analisis data yang akan digunakan adalah model air yang dikemukakan oleh Miles dan

(7)

Huberman yaitu reduksi data (data reduction), sajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing or verification) (Sugiyono, 2008).

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilah-milah hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2008). Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan wawasan yang tinggi.

2. Penyajian data

Menurut Miles dan Huberman penyajian atau paparan data merupakan upaya untuk menampilkan data secara jelas dan mudah dipahami dalam bentuk naratif, grafik, matrik, jejaring kerja (Sugiyono, 2008). Data yang disajikan merupakan data hasil reduksi secara naratif sehingga memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan/verifikasi

Analisis data dilakukan sejak awal sebelum, selama, dan setelah proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Analisis data dilakukan terhadap hasil penilaian tes tertulis sebelum dan sesudah siklus meliputi:

a. Pretest yaitu tes yang diberikan sebelum tindakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajarkan.

b. Postest yaitu tes yang diberikan disetiap akhir tindakan atau siklus untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan memberikan pengaruh terhadap peningkatan minat belajar dan peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep akurasi dan presisi yang pada akhirnya dapat meningkatkan kompetensi menggunakan alat ukur.

Tes yang diberikan berbentuk kombinasi dalam bentuk pilihan ganda dan soal uraian. Hasil tes akan menunjukkan ketuntasan siswa. Siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh skor > 75. Jika kurang dari 75 dianggap belum tuntas belajar, sehingga diperlukan tindakan siklus berikutnya. Penelitian ini direncanakan dilakukan dalam 2 siklus.

1.8 Validasi Data

Untuk menjamin keabsahan data dalam penelitian ini digunakan kriteria derajat kepercayaan seperti yang disampaikan oleh Moleong (2011) yaitu:

1. Keajegan pengamatan, dengan cara melakukan pengamatan secara teliti, rinci, dan terus menerus selama proses penelitian guna menemukan ciri-ciri atau isu yang sedang dicari dan kemudian terfokus pada hal tersebut.

2. Triangulasi yaiatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.

3. Pengecekan teman sejawat, yaitu proses validasi data dengan cara mencari pendapat dari guru lain, peneliti lain, atau guru fisika yang pernah mengajar dikelas tersebut. Hal ini dilakukan dengan harapan memperoleh masukan baik secara metodologi maupun konteks penelitian.

1.9 Media Pembelajaran dan AturanThrowing Dart Games

(8)

Gambar 1. Bentuk Papan Target yang Digunakan dalam Penelitian.

Kelas percobaan dibagi menjadi 5 kelompok siswa dimana tiap kelompok terdiri dari 8 siswa. Setiap siswa dalam kelompok melakukan lemparan sebanyak 1 kali dengan kesempatan percobaan lemparan sebanyak 2 kali. Sehingga setiap kelompok hanya memiliki 8 nilai terhitung. Skor atau nilai kelompok merupakan total skor yang diperoleh tergantung paku yang dilempar tertancap didaerah mana. Jika ada anggota kelompok yang melakukan lemparan tapi tidak tertancap dipapan maka dianggap tertancap di skor 1. Nilai akurasi dihitung berdasarkan zona nilai yang diperoleh dikalikan dengan jumlah lemparan di zona tersebut. Sedangkan penilaian presisi dihitung berdasarkan nilai maksimum frekuensi paku di suatu zona target. Tabel 3.3 menjelaskan format penilaian Throwing Dart. Kelompok yang menang adalah kelompok yang memiliki nilai akhir tertinggi yang diperoleh dari penjumlahan skor akurasi dan presisinya.

Tabel 5. Format Penilaian Throwing Dart Games.

Zona Target Kelompok

1 2 3 4 5

1

2

3

4

5

6

7

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Data Hasil Kegiatan Pra Tindakan

Pada kegiatan pra tindakan dilakukan pretestterhadap siswa kelas X TSM1.Pretest dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pemahaman konsep akurasi dan presisi. yang dinyatakan tuntas belajar atau memperoleh nilai sama dengan atau lebih dari 75. Sedangkan 31 siswa lainnya tidak tuntas belajar karena mendapatkan nilai dibawah 75. Diketahui juga bahwa ketuntasan klasikal hanya bernilai 59,9% dengan kategori kurang. Dari kegiatan kuesioner atau angket diperoleh data bahwa pemahaman siswa terhadap konsep presisi dan akurasi alat ukur masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari mayoritas jawaban siswa menjawab tidak paham (84,6% untuk akurasi dan 74,9% untuk presisi). Dari data diatas juga dapat diinterpretsikan bahwa minat siswa terhadap pelajaran fisika memang rendah. Terlihat dari jawaban mayoritas siswa atas pertanyaan poin 1 yakni sebesar 76,9% memilih angka 2 yang berarti tidak menyukai pelajaran fisika. Saat siswa ditanya perihal membosankannya materi pelajaran fisika, 84,6% siswa menjawab sangat membosankan. Saat pertanyaan beralih ke penggabungan pelajaran fisika dengan praktik, 89,7% siswa menjawab sangat suka. Kemudian saat siswa ditanya tentang metode pembelajaran fisika menggunakan permainan (games), 87,1% siswa menjawab sangat menyukainya. Hasil kuesioner ini mengkonfirmasi bahwa metode pembelajaran permainan dapat dijadikan salah satu solusi untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap pelajaran fisika khususnya pada materi akurasi dan presisi.

2.2 Data Hasil Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Siklus I Persentase ketuntasan belajar individu:

Persentase ketuntasan klasikal:

(10)

Tabel 6. Analisis hasil postest Siklus I.

Uraian Jumlah Persentase (%) Rata-rata hasil belajar siswa 68,5

Siswa yang tuntas 24 61,5

Siswa yang belum tuntas 15 38,5

2.3 Data Hasil Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Tabel 7. Analisis hasil postest Siklus II.

Persentase ketuntasan belajar individu:

Persentase ketuntasan klasikal:

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa dari 39 siswa, 32 siswa dinyatakan tuntas belajar. Sedangkan 7 siswa dinyatakan tidak tuntas belajar karena memperoleh nilai kurang dari 75. Dari data tersebut juga diketahui bahwa ketuntasan klasikalnya adalah 79,4%. Berarti secara klasikal pembelajaran siklus II dikatakan tuntas karena sudah mencapai diatas 75%.

2.4 Peningkatan Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran Fisika Khususnya Konsep Akurasi dan Presisi

Dari data hasil kuesioner dapat diketahui bahwa awalnya minat siswa terhadap mata pelajaran fisika sangat rendah. Sebanyak 84,5% menyatakan bahwa penyampaian materi fisika sangat membosankan. Hal ini berkorelasi langsung dengan malasnya anak mengerjakan tugas (64,1%) dan tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah (61,5%). Berbeda halnya kalau pertanyaan kuesioner mengarah kepada pembelajaran fisika yang digabungkan dengan praktikum ataupun permainan. Siswa paling suka terhadap pembelajaran fisika yang dikolaborasikan dengan praktikum (89,7%). Sedangkan metode permainan dalam pembelajaran fisika dipilih oleh 84,6% siswa. Hasil kuesioner pada siklus I mengkonfirmasi dan semakin menegaskan bahwa pembelajaran fisika yang dikolaborasikan dengan permainan Throwing Dart Games dapat meningkatkan minat siswa yaitu sebesar 94,8%.

Uraian Jumlah Persentase (%) Rata-rata hasil belajar siswa 79,4

Siswa yang tuntas 32 82,1

(11)

2.5 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran PermainanThrowing Dart Games

Peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode pembelajaran permainan Throwing Dart Games dapat dilihat dari hasil postest disetiap siklus baik siklus I maupun Siklus II. Menurut Sujdana hasil belajar adalah merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan (Kunandar, 2008).

Dalam penelitian ini hasil analisis pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam upayanya memahami konsep akurasi dan presisi dalam pengukuran mulai dari tahap pretest yang dilakukan sebelum pra tindakan sampai pelaksanaan postest di siklus I dan siklus II. Pada tahap pra tindakan ketuntasan belajar secara klasikal memiliki persentase 59,9% dimana dari 39 siswa, hanya 8 siswa yang dinyatakan tuntas belajar sedangkan 31 siswa belum tuntas belajar. Pada siklus I ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan yaitu menjadi 68,5% dimana dari total 39 siswa, yang telah tuntas belajar meningkat menjadi 24 siswa, sedangkan sisanya 15 siswa belum tuntas belajar. Hasil dari postest di siklus II diketahui terjadi peningkatan kembali persentase ketuntasan klasikal yaitu sebesar 79,4% dimana dari 39 siswa hanya ada 7 siswa yang tidak tuntas belajar, sisanya 32 siswa telah tuntas belajar.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Throwing Dart Games dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep akurasi dan presisi sehingga akan dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pengukuran dan penggunaan alat ukur.

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika dalam mata pelajarana fisika khususnya materi pengukuran dan alat ukur dengan indikator menguasai konsep akurasi dan presisi diterapkan permainan Throwing Dart Games maka minat dan pemahaman siswa Kelas X TSM1 SMK Negeri 1 Nglegok semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 akan meningkat. Dengan demikian hipotesis tindakan yang dilakukan terbukti kebenarannya.

Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Penelitian Tindakan Kelas.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisis datanya, dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaanThrowing Dart Gamespada mata pelajaran fisika dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa terhadap konsep akurasi dan presisi dalam materi pembelajaran pengukuran dan alat ukur. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan individu dan ketuntasan secara klasikal. Pada ketuntasan individu terjadi kenaikan persentase

No Indikator Tindakan

Tahapan

Pra Tindakan Siklus I Siklus II I Hasil Belajar

Nilai Rata-Rata 59,9 68,5 79,4

Ketuntasan Individu 20,5% 61,5% 82,1% Ketuntasan Klasikal 59,9% 68,5% 79,4%

II Aktivitas Siswa - 63,2% 75%

(12)

tuntas belajar mulai dari 20,5% (Pra Tindakan), 61,5% (Siklus I), hingga 82,1% (Siklus II). Sedangkan pada ketuntasan klasikal terjadi pula kenaikan mulai 59,9% (Pra tindakan), 68,5% (Siklus I), hingga 79,4% pada Siklus II.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Bapak Kepala SMK Negeri 1 Nglegok atas kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian, teman-teman guru fisika di MGMP Fisika SMK Kabupaten Blitar, dan juga seluruh siswa kelas X TSM1 tahun ajaran 2015/2016 yang turut aktif dalam penelitian ini.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, 2008.Penelitian Tindakan Kelas. PT Bumi Aksara. Asrori, M., 2008. Psikologi Pembelajaran. CV Wacana Prima.

Bettencourt, A., 1989. What is Constructivism and Why are They All Talking About It? Michigan State University Press.

Glass, A.L and Holyoak, K.J., 1986. Cognition Second Edition. Mc Graw-Hill International.

Kunandar, 2011.Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajawali Pres.

Moleong, 2011.Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono, 2008. Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif, dan R&D.Alfabeta.

Gambar

Tabel 1. Perbandingan Nilai Angka dan Huruf.
Tabel 3. Skor Rata-Rata dan Deskripsi Respon Siswa.
Gambar 1. Bentuk Papan Target yang Digunakan dalam Penelitian.
Tabel 6. Analisis hasil postest Siklus I.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi

Kecenderungan lebih banyaknya frase eksosentris direktif yang berfungsi sebagai penanda nomina lokatif di dalam novel ini berkaitan dengan data struktur dan makna

Dengan menerapkan metode pembelajaran yang terintegrasi dengan teknologi komputer (seperti SPC) akan memberikan suatu model yang berbasis unjuk kerja, hal ini

Struktur EIS dapat menyediakan beberapa interface, seperti laporan periodik, tanya jawab, menu-driven, command language, natural language, dan input/output. EIS interface yang baik

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini

caesaria. Penelitian pada tahun 2001, persalinan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan sebanyak 290 kasus dengan 69 kasus tindakan sectio caesaria. Sedangkan di Rumah Sakit

Selain dari staff, kami juga meminta bantuan dari para pengajar LTC untuk menjadi pembawa acara sekaligus juga ada yang menjadi pembuka dalam berdoa dan juga ada

Pemahaman bahwa semakin sulitnya mencari bahan baku bambu Hitam berpengaruh pada kesadaran masyarakat (pengguna) untuk melakukan konservasi dengan cara penanaman