• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 TERAS Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Dengan Taksonomi SOLO Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 TERAS Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Materi Aljabar Dengan Taksonomi SOLO Pada Siswa Kelas VIII Di SMP Negeri 1 Teras Boyolali Tahun A"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara I pada Jurusan Pendidikan Matematika

Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh:

VILDA MARLYANA A410 120 200

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII MENYELESAIKAN SOAL ALJABAR DENGAN TAKSONOMI SOLO DI SMP NEGERI 1 TERAS

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal aljabar ditinjau dari lima level taksonomi SOLO. Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Teras yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Kerangka analisis dikembangkan berdasarkan level taksonomi SOLO. Hasil penelitian diperoleh lima level taksonomi SOLO dengan besar presentasi yaitu level prestructural 5,17%, level unistructural 7,75%, level multistructural 18,10%, level relational 51,72%, dan level extended abstract 17,24%. Hasil menunjukkan kesalahan siswa pada level relational lebih dominan dibandingakan dengan level lainnya dengan jenis kesalahan prinsip. Kesalahan siswa pada level relational disebabkan karena sikap tergesa-gesa siswa dalam mengerjakan soal dan siswa tidak meninjau kembali atau memeriksa kembali jawaban yang dikerjakan.

Kata kunci :aljabar, kesalahan, taksonomi SOLO

Abstract

This research aimed to describe the mistakes of the student in completing algebra in terms of five levels SOLO taxonomy. This research is a qualitative descriptive. The subjects were students of class VIII SMP Negeri 1 Teras totaling 33 students. The data collection technique using the test method, interviews, observation, and documentation. Data analysis technique conducted in stages of data reduction, data presentation, and conclusion. The analytical framework developed by SOLO taxonomy level. The results were obtained five SOLO taxonomy level with great presentation that prestructural level of 5.17%, 7.75% unistructural level, multistructural level of 18.10%, 51.72% level relational and extended abstract level of 17.24%. The results showed the students' mistakes more dominant relational level is compared to another level with this type of error principle. Errors students on the relational level is because the attitude of haste students work on the problems and the students do not revisit or re-examine the answer was undertaken.

(6)

1. Pendahuluan

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ditempuh siswa dalam

pendidikan formal. Matematika termasuk mata pelajaran yang penting baik dari

segi teoritis maupun aplikatif di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

matematika sendiri memiliki peran yang sangat penting karena matematika

merupakan salah satu bagian terpenting dalan bidang ilmu pengetahuan dan ilmu

dasar yang digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan.

Operasi hitung bentuk merupakan salah satu diantara materi matematika yang

diajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi ini merupakan materi

lanjutan dari kelas VII. Pada materi aljabar siswa masih cenderung melakukan

kesalahan dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu

adanya analisis harus dilakukan agar siswa dapat meminimaisir kesalahan yang

dilakukan sebelumnya.

Analisis kesalahan secara mendetail dibutuhkan agar kesalahan-kesalahan

siswa dan faktor penyebabnya dapat diketahui lebih jauh untuk membantu

mengatasi permasalahan tersebut. Penelitian Abdul Halim Abdullah, dkk (2015)

meneliti tentang analisis kesalahan siswa memecahkan masalah HOTS pada topik

fraksi yang menyimpulkan diantaranya siswa menghadapi masalah untuk

mengkorelasi informasi dan pelaksanaan strategi dalam memecahkan masalah

matematika yang melibatkan HOTS.

Kuswana (2012 : 96) menyatakan bahwa Taksonomi SOLO, dapat

membantu usaha menggambarkan tingkat kompleksitas pemahaman siswa tentang

subjek, melalui tingkat respons, dan diklaim dapat diterapkan di setiap wilayah

subjek. Berdasarkan hasil penelitian Lim Hooi Lian dan Wun Thiam Yew (2012)menyimpulkan diantaranya Ada empat tingkatan (unistructural, multistructural, relasional dan diperpanjang abstrak) dari respon struktur model

SOLO yang telah diterapkan untuk menilai aljabar siswa kemampuan pemecahan

menggabungkan dua domain konten persamaan aljabar, variasi yaitu langsung dan

terbalik variasi.

Penelitian Ozdemir dan Goktepe (2015) menyatakan diantaranya bahwa data

(7)

yang sama dapat dievaluasi dengan taksonomi yang berbeda dan perbandingan

dapat dibuat antara dua model, sehingga subjek dianggap dengan perspektif yang

berbeda. Dengan cara ini, penambahan bisa dibuat jika ada yang hilang atau

diabaikan poin. Model SOLO dapat disarankan untuk peneliti yang ingin

menggunakan model alternatif sebagai model mengklasifikasikan tanggapan yang

diberikan dalam situasi saat ini dengan siswa bukan menempatkan siswa ke dalam

kelas secara individual.

Penelitian Kathryn Holmes (2005) menyimpulkan diantaranya bahwa ketika

taksonomi SOLO digunakan untuk menganalisis kualitas mahasiswa tanggapan,

ditemukan bahwa lebih dari 50% dari posting dinilai berada di multistruktural,

relasional atau diperpanjang tingkat SOLO abstrak, yang menunjukkan bahwa

berorientasi tugas tingkat tinggi diskusi yang layak menggunakan platform

pembelajaran online. Taksonomi SOLO dikategorikan menjadi lima tingkatan

yaitu prestructural, unistructural, multistructural, relational, dan extended abstract.

Penelitian Azhar Mahmood (2014) sehubungan dengan menganalisis

kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah dengan taksonomi

SOLO menyimpulkan diantaranya secara keseluruhan studi menunjukkan bahwa

sebagian besar guru memiliki kesadaran yang kurang tentang tingkat I (tingkat

Pra-struktural) dan tingkat IV (tingkat Relational) dari Taksonomi SOLO.

Hasil-hasil penelitian tersebut berbeda dengan yang peneliti laksanakan dan belum

mampu memberikan alternatif solusi sehingga penelitian ini masih layak untuk

dilaksanakan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang

dilakukan siswa dalam mengerjakan soal aljabar yang ditinjau dari lima level

taksonomi SOLOyaitu prestructural, unistructural, multistructural, relational,

(8)

2. Metode Peneltian

Jenis penelitian ini adalal kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 1 Teras. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri

1 Teras pada tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 33 siswa dan diambil 5

siswa untuk dianalisis pekerjannya. Pemilihan subjek penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi : 1) metoode tes untuk mengumpulkan data yang kemudian

diolah dan dianalisis, 2) wawancara untuk mengetahui penyebab kesalahan, 3)

observasi untuk memperoleh gambaran tentang pembelajaran, 4) dokumentasi

untuk memperoleh data tentang profil sekolah, identitas siswa dan hasil pekerjaan

siswa dan dokumentasi pelaksanaan penelitian.

Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Uji validitas dilakukan dengan penelahaan atau pengkajuan butir-butir soal oleh

validator yang ditentukan. Validator yang dipilih adalah seorang dosen. Karena

tes pada penelitian ini bersifat diagnotis, maka tidak perlu dilakukan uji

realibilitas. Keabsahan data dilakukan dengan triangulasi metode yang artinya

dengan cara membandingkan data hasil wawancara, data hasil observasi dan

dokumentasi.

Teknik analisis data penelitian ini dilakukan dengan 3 alur kegiatan yaitu : 1)

reduksi data yaitu tahapan mengoreksi jawaban hasil tes siswa yang sudah

dikumpulkan untuk menemukan jenis-jenis kesalahan dan mencatat hasil

wawancara, 2) penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi atau data

dari hasil penelitian yang sudah disusun dan terorganisir yang memungkinkan

untuk dilakukan penarikan kesimpulan, 3) verifikai data dan penarikan

kesimpulan merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang

diperoleh, pada tahap verifikasi dilakukan peninjauan terhadap kebenaran dari

penyimpulan, berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya dengan judul, tujuan

dan perumusan masalah. Mengkalkulasikan presentase setiap jenis kesalahan

dengan menggunakan rumus berikut.

P =

(9)

Keterangan:

� = Presentase jenis kesalahan

= Banyak kesalahan untuk masing-masing level taksonomi SOLO � = Jumlah/ total seluruh kesalahan

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Level taksonomi SOLO dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu prestructural, unistructural, multistructural, relational dan extended abstract. Deksripsi jumlah setiap level pada setiap nomor soal akan disajikan pada tabel 1 berikut.

Tabel 1 Deskripsi jumlah setiap level taksonomi SOLO di setiap item soal

Level

Taksonomi SOLO

Nomor Soal

Total Presentase

1 2 3 4

Prestructural n - 2 2 2 6 5,17% Unistructural n 1 4 4 - 9 7,75% Multistructural n 7 6 8 - 21 18,10% Relational n 16 14 12 18 60 51,72% Extended Abstract n 5 4 4 7 20 17,24%

N (total keseluruhan) 116

Tabel 1 menunjukkan persentase kesalahan untuk setiap level taksonomi

SOLO yaitu level prestructural sebesar 5,17% dengan jumlah jawaban salah 6dan

termasuk tingkat kesalahan yang sangat rendah, level unistructural sebesar 7,75%

dengan jumlah jawaban salah 9 dan termasuk tingkat kesalahan yang sangat

rendah, level multistructural sebesar 18,10% dengan jumlah jawaban salah 21 dan

termasuk tingkat kesalahan yang sangat rendah, level relational sebesar 51,72% dengan jumlah jawaban salah 60 maka termasuk tingkat kesalahan yang sedang,

dan level extended abstract sebesar 17,24% dengan jumlah jawaban salah 20 maka

termasuk tingkat kesalahan yang sangat rendah. Hasil menunjukkan kesalahan

yang dilakukan siswa pada level relational lebih dominan dibandingkan level lainnya.

Selanjutnya dideskripsikan kesalahan-kesalahan dari 5 siswa pada setiap level

(10)

a. Level prestructural

Level prestructural menunjukkan bahwa siswa belum dapat memahami masalah yang diberikan sehingga jawaban yang ditulis siswa tidak

mempunyai makna atau konsep apapun sehingga siswa cenderung tidak

memberikan jawaban atas soal yang diberikan. Akan disajikan

kesalahan-kesalahan yang berada pada level prestructural di tabel 2.

Tabel 2. Deskripsi Kesalahan Pada Level Prestructural

Subjek Penelitian Nomor Soal Jenis Kesalahan 1 2 3 4

S-04 - - - √ Konsep

S-06 - - - - -

S-07 - √ - - Prinsip

S-12 - - - - -

S-18 - - - - -

Tabel 2 menunjukkan bahwa siswa dengan subjek penelitian S-04

dan S-07 melakukan kesalahan pada nomor 4 dan 2 dengan jenis kesalahan

konsep yang meliputi kesalahan memahami makna soal, kesalahan

memahami instruksi soal yaitu tidak mampu mengidentifikasi atau

menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal.. Penelitian

yang menguatkan yaitu hasil penelitian Asikin (2002) yang menyimpulkan

diantaranya bahwa pada level prestruktural peserta didik menolak memberi

jawaban, menjawab secara cepat atas dasar pengamatan dan tanpa dasar yang

logis. Contoh kesalahan pada level prestructural dapat dilihat pada gambar berikut.

Soal nomor 2 :

“ Hasil pengurangan 2 �� − 2 adalah ....” Jawaban siswa :

(11)

Gambar 1 terlihat bahwa siswa melakukan kesalahan dengan

jenis kesalahan konsep. Kesalahan yang dilakukan siswa yaitu tidak

menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal, siswa juga

melakukan kesalahan dalam memahami konsep pengurangan aljabar.

Penelitian Gopal dan Stears (2007) menyatakan diantaranya bahwa dalam

presentasi tertulis dan lisan, jawaban pra-struktural dan uni-struktural

didominasi, tetapi selama wawancara tentang presentasi, peserta didik

menunjukkan tingkat-multi-struktural yang lebih tinggi, relasional, dan,

dalam beberapa kasus, abstrak diperpanjang.

Berdasarkan hasil analisis jawaban tes dan hasil wawancara siswa

menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa pada level prestructural

disebabkan karena :

1) Kemampuan pemahaman siswa yang rendah.

2) Kesulitan siswa dalam membaca informasi pada soal.

3) Siswa tidak terbiasa menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan.

4) Siswa tidak dapat mengatur proses pengerjaan dengan baik.

b. Level Unistructural

Level unistructural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal dengan menggunakan beberapa informasi namun belum

mampu merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik. Berikut akan

disajikan kesalahan-kesalahan yang berada pada level unistructural di tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Kesalahan Pada Level Unistructural

Subjek Penelitian

Nomor Soal

Jenis Kesalahan 1 2 3 4

S-04 - - √ - Prinsip, Operasi S-06 - - √ - Prinsip, Operasi S-07 √ - - - Prinsip, Operasi

S-12 - - - - -

S-18 - - - - -

Tabel 3 menunjukkan bahwa siswa dengan subjek penelitian S-04,

(12)

kesalahan prinsip dan operasi. Penelitian yang menguatkan yaitu hasil

penelitian Ronald Manibuy (2014) yang mengatakan bahwa kesalahan

yang dilakukan siswa berkemampuan sedang (KMS) hanya mencapai

level unistructural dengan kesalahan dalam pemisalan variabel terkait dengan aturan-aturan dalam menyelesaikan persamaan kuadrat dan salah

menuliskan jawaban akhir dari soal secara lengkap dan benar.Hal ini

dimaknai bahwa siswa harus dapat memahami makna soal untuk mampu

menangkap data atau informasi kemudian menafsirkannya dalam bentuk

model atau kalimat matematika. Contoh kesalahan pada level unistructural dapat dilihat pada gambar berikut.

Soal nomor 3 :

“Diketahui sebuah persegi panjang dengan lebar dan panjang − + , maka luas persegi panjang tersebut adalah....”

Jawaban Siswa :

Gambar 2. Penggalan Pekerjaan S-04

Gambar 2 menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa dengan

subjek S-04 dimana siswa sudah mampu memahami soal dengan

menggunakan beberapa data atau informasi namun melakukan kesalahan

dalam merencanakan dan menyelesaikan soal. Kesalahan yang dilakukan

siswa pada level unistructural yaitu kesalahan konsep yang terlihat jelas dalam pembuatan model matematika, siswa tidak mengetahui rumus apa

yang digunakan, sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan soal dengan

baik. Berdasarkan hasil analisis jawaban tes dan hasil wawancara siswa

menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa pada level unistructural disebabkan karena :

(13)

b. Kemampuan siswa yang rendah dalam menafsirkan data.

c. Lemahnya daya ingat siswa dalam penggunaan rumus.

c. Level Multistructural

Level multistructural menunjukkan bahwa siswa sudah dapat memahami soal dan dapat merencanakan dengan tepat namun belum mampu

menyelesaikan soal dengan baik dan benar. Berikut akan disajikan

kesalahan-kesalahan yang berada pada level multistructural di tabel 4.

Tabel 4. Deskripsi Kesalahan Pada Level Multistructural

Subjek Penelitian

Nomor Soal Jenis Kesalahan 1 2 3 4

S-04 - - - - Operasi

S-06 - - - - -

S-07 - -  - Operasi S-12  - - - Operasi S-18  -  - Operasi

Tabel 4 menunjukkan bahwa kesalahan yang dilakukan siswa

dengan subjek penelitian S-07, S-12, S-18 yang berada pada level multistructural melakukan kesalahan pada nomor 1 dan 3 dengan jenis kesalahan pengerjaan yang sama. Penelitian yang menguatkan yaitu hasil

penelitian Rintis Suhita, dkk (2013) menyimpulkan diantaranya siswa

yang tergesa-gesa dalam menjawab soal, tidak memahami maksud soal

dan kurang menguasai konsep yang berkaitan dengan soal tes. Hal ini

dapat dimaknai bahwa siswa harus mempunyai kemampuan pemahaman

konsep yang tinggi untuk dapat menyelesaikan soal dengan tepat dan

untuk dapat berada pada level multistructural. Contoh jawaban kesalahan

pada level multistructural dapat dilihat pada gambar berikut.

Soal nomor 3 :

(14)

Gambar 3. Penggalan Pekerjaan Siswa S-07

Gambar 3. menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa dengan

subjek S-07 berdasarkan level SOLO adalah multistructural dimana siswa dapat memahami soal dengan benar, dapat merencanakan dan

menyelesaikan soal namun kurang teliti sehingga gagal dalam jawaban

akhir dari soal yang diberikan. Jenis kesalahan yang dilakukan siswa

pada level ini adalah kesalahan operasi. Jenis kesalahan operasi yang dilakukan siswa terlihat jelas dalam menghitung operasi perkalian bentuk

aljabar, siswa mengerjakan − + = 2− − −

2 padahal seharusnya , �� . Hal ini disebabkan karena

siswa tidak teliti dalam mengalikan. Akibatnya pada langkah selanjutnya

siswa juga salah dalam menghitungnya. Sehingga jawaban yang

diberikan tidak tepat.

Berdasarkan hasil analisis jawaban tes dan hasil wawancara siswa

menunjukkan bahwa kesalahan siswa pada level multistructural disebabkan karena :

a. Lemahnya keterampilan menghitung dalam pengoperasian bentuk

aljabar.

b. Kemampuan siswa yang rendah dalam menafsirkan atau

memasukkan data kedalam rumus.

c. Kurang telitinya siswa dalam mengerjakan soal.

d. Kurangnya siswa mengerjakan latihan-latihan soal yang serupa.

d. Level Relational

Level relational menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar, dapat merencanakan dan menyelesaikan soal dengan baik.

(15)

Tabel 5. Deskrispi Kesalahan Pada Level Relational

Subjek Penelitian

Nomor Soal Jenis Kesalahan 1 2 3 4

S-04 - - - - -

S-06 - - - - -

S-07 - - - - -

S-12 - - - - -

S-18 - - -  Prinsip

Tabel 5 menunjukkan bahwa subjek penelitian S-18 melakukan

kesalahan pada levelrelational. Penelitian yang menguatkan yaitu hasil penelitian Pratiwi (2015) yang menyimpulkan bahwa pada levelrelational

diperoleh siswa sebesar 27,1% yang menunjukkan bahwa siswa dapat

menghubungkan beberapa data atau informasi kemudian mengaplikasikan

konsep dan membuat kesimpulan yang relevan. Hal ini dimaknai bahwa

siswa yang mampu menyelesaikan tugas atau pekerjaan sampai pada

level relational adalah siswa yang mampu memahami, merencanakan dan menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat serta mampu memberikan

kesimpulan yang relevan. Contoh kesalahan pada level relational dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Penggalan Pekerjaan Siswa S-18

Gambar 4 menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa adalah

siswa tidak menuliskan rumus yang digunakan namun proses

penyelesaian yang dilakukan benar dan hasil yang dicapai tepat serta

siswa mampu memberikan kesimpulan yang relevan.Kesalahan ini

disebabkan karena siswa tidak ingat rumus yang digunakan. Berdasarkan

hasil analisis jawaban tes dan hasil wawancara siswa menunjukkan bahwa

kesalahan siswa pada level relational disebabkan karena :

(16)

b. Siswa tidak meninjau atau memeriksa kembali jawaban yang

dikerjakan.

e. Level Extended Abstract

Level Extended Abstract menunjukkan bahwa siswa mampu memahami soal dengan benar, dapat merencanakan dan menyelesaikan soal

dengan baik, serta siswa mampu menghubungkan data dan proses yang lain

sehingga mampu memperoleh generalisasi yang baru. Dari hasil analisis

jawaban tes, siswa yang berhasil pada level ini mampu mengerjakan soal

dengan memberikan kesimpulan yang relevan. Berikut akan disajikan

deskripsi pencapaian siswa yang berada pada level extended abstract pada tabel 6.

Tabel 6. Deskripsi Siswa Yang Berada Pada Level Extended Abstract

Subjek Penelitian

Nomor Soal Jenis Kesalahan 1 2 3 4

S-04   - - -

S-06  - - - -

S-07 - - -  -

S-12 - - - - -

S-18 - - - - -

Tabel 6 menunjukkan siswa dengan subjek penelitian S-04,S-06,

dan S-07 mampu mengerjakan pekerjaannya dengan tepat dan berada

pada level extended abstract. Penelitian yang menguatkan yaitu hasil penelitian Asikin (2002) menyimpulkan diantaranya bahwa pada level

abstrak diperluas peserta didik mampu berpikir secara induktif dan

deduktif, mampu mengadakan atau melihat hubungan-hubungan,

membuat hipotesis, menarik kesimpulan dan menerapkannya pada situasi

lain. Hal ini dapat dimaknai bahwa siswa yang mempunyai pemahaman

soal yang tinggi yang dapat mencapai levelrelational bahkan dapat mencapai level extended abstract. Contoh penggalan pekerjaan siswa yang mampu berada pada level extended abstract dapat dilihat pada

(17)

Soal nomor 1 :

“Andi memiliki 2 utas tali dengan panjang 2 2 5 2+ 2− . Jika kedua tali tersebut disambungkan,

maka berapa panjang tali Andi?” Jawaban Siswa:

Gambar 5. Penggalan Pekerjaan Siswa S-06

Gambar 5 menunjukkan salah satu contoh siswa menyelesaikan soal

yang diberikan dengan penyelesaian yang benar dan tepat serta

kesimpulan yang relevan. Siswa mengerjakan soal tersebut dengan

lengkap yaitu menuliskan yang diketahui, ditanyakan, serta yang dijawab

dengan benar.

4. Simpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dikembangkan berdasarkan level

taksonomi SOLO diperoleh setiap kesalahan di setiap level taksonomi SOLO.

Level taksonomi SOLO dikategorikan sebagai berikut level prestructural 5,17%, level unistructural 7,75%, level multistructural 18,10%, level relational 51,72%, dan level extended abstract 17,24%. Level relational merupakan level yang paling

dominan dibandingkan level lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan kesalahan yang dilakukan siswa paling

dominan berada di level relational. Jenis kesalahan pada level relational

merupakan kesalahan prinsip. Penyebab kesalahan-kesalahan yang dilakukan

siswa pada level relational adalah sikap tergesa-gesa siswa dalam mengerjakan

soal, siswa tidak meninjau atau memeriksa kembali jawaban yang telah

dikerjakan.

Untuk mengatasi kesalahan yang disebabkan kurangnya keterampilan dalam

mengoperasikan bentuk aljabar maka guru hendaknya lebih sering memberikan

(18)

mengkomunikasikan kesulitan-kesulitan yang dialami pada guru maupun teman

yang lebih menguasai.

Daftar Pustaka

Abdullah, Abdul Halim, Nur Liyana Zainal Abidin, dan Marlina Ali. 2015. “Analysis of Students’ Errors in Solving Higher Order Thinking Skills (HOTS) Problems for the Topic of Fraction.”Jounal of Asian Social Science

11(21). Diakses pada 16 Januari 2017

(https://www.researchgate.net/publication/282602742_Analysis_of_Students' _Errors_in_Solving_Higher_Order_Thinking_Skills_HOTS_Problems_for_th e_Topic_of_Fraction)

Aprilia, dyta. 2014.“Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal yang Berhubungan dengan Konstruksi Statis Tertentu Berdasarkan Taksonomi SOLO Plus pada Kelas X TGB SMK Negeri 3 Surabaya“. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan 3(14):59-66. Diakses tanggal 23 Maret 2016 (http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-kajian-ptb/article/view/8762).

Asikin, M. 2002. “Pengembangan Item dan Interpretasi Respon Mahasiswa dalam Pembelajaran Geometri Analit Berpandu pada Taksonomi SOLO. “Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 36(4). Diakses tanggal 15 Oktober 2016 (http://.undiksha.ac.id/image/img_item/643.doc).

Gopal,Nirmala., Michele Stears. 2007. “An Alternatif approach to assesing science competencies.” African Journal of Research in SMT Education 11(2):15-24. Diakses tanggal 17 Januari 2017 (https://www.ru.ac.za/media/rhodesuniversity/content/sanc/documents/Graven ,%20Venkat%20%202007%20%20Emerging%20pedagogic%20agendas%20i n%20the%20teaching%20of%20Mathematical%20Literacy.pdf).

Holmes, Kathryn. 2005. “Analysis of Asynchonous Online Discussion using the SOLO Taxonomy”. Australian Journal of Educational & Developmental Psychology 5:117-127. Diakses tanggal 20 November 2015 (http://nova.newcastle.edu.au/vital/access/manager/Repository?fo=sm_subject %3A22asynchronous+communication%22).

Lian, Lim Hooi & Wun Thiam Yew. 2012. “Assessing Algebraic Solving Ability: A Theoretical Framework“. International Education Studies 5(6). Diakses tanggal 20 Maret 2016 (http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1067083.pdf).

Mahmood, Azhar., M. Qasim Ali & Waqar Husein. 2014.”Understanding of Elementary School Teachers of World Country about Levels of SOLO Taxonomy”. Mediterranean Journal of Social Sciences 5(23):1135-1138.

Diakses tanggal 17 November 2015

(19)

Manibuy, Ronald, Mardiyana, dan Dewi Retno S. 2014.”Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Persamaan Kuadrat Berdasarkan Taksonomi SOLO pada kelas X SMA Negeri 1 Plus di Kabupaten Nabire-Papua“. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika 2(9):933-945. Diakses

pada 23

Maret2016(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=we b&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwicq62VhvbLAhXRHo4KHTWC AfsQFggdMAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.fkip.uns.ac.id%2Findex.php% 2Fs2math%2Farticle%2Fdownload%2F4834%2F3356&usg=AFQjCNG9O6b oNesoAGK8CFViQ90G2M8Gg).

Ozdemir, A. S., & Goktepe Yildiz, S. 2015. “The analysis of elementary mathematics preservice teachers’ spatial orientation skills with SOLO model.” Eurasian Journal of Educational Research 61:217-236. Diakses pada 17 Januari 2017 (http://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1087527.pdf).

Pratiwi, Nurul Dwi& Woro Setyarsih. 2015. “Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Taksonomi Structure of the Observed Learning Outcome (SOLO) Untuk Menentukan Profil Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Fluida Statis.” Journal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) 4 (3): 45-49. Diakses tanggal 24 Oktober 2016 (http://ejournal.unesa.ac.id/article/17150/32/article. pdf ).

Gambar

Tabel 1 Deskripsi jumlah setiap level taksonomi SOLO di setiap item soal
Gambar 1. Penggalan Pekerjaan Siswa S-07
Tabel 3. Deskripsi Kesalahan Pada Level Unistructural
Gambar 2. Penggalan Pekerjaan S-04
+6

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Perpres Nomor 70 Tahun 2012 pasal 83 ayat 1 Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan / Pemilihan Langsung gagal apabila sebagaimana pada point (b)

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan literasi membaca siswa dalam pembelajaran biologi melalui penerapan model problem based learning di kelas

Sebagai upaya agar para apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, Ditjen Yanfar dan Alkes Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Ikatan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan pertolongan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul DESAIN KRITERIA PENILAIAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian Tindakan Kelas ini yang

Selaginella merupakan salah satu marga tumbuhan paku di Indonesia yang berpotensi sebagai obat tradisional untuk berbagai jenis penyakit, diantaranya sebagai obat

Komplek Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Kabupaten Bangka

2) Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula. 3) Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya