• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL PESERTA DIDIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL PESERTA DIDIK."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh :

UU MUHTAROM

1204776

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)

Oleh

Uu Muhtarom

S.Pd. IKIP Bandung, 1996

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

©Uu Muhtarom 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Pebruari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

Pembimbing I

Prof. DR. Disman, MS. NIP.19590209 198412 1 001

Pembimbing II

DR. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PIPS

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A

(4)

v

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pengertian Berfikir dan Berfikir Rasional ... 9

2.2. Sumber Belajar ... 14

2.3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18

2.3. Kerangka Pemikiran ... 15

2.4. Beberapa Penelitian Terdahulu ... 26

2.5. Kerangka Pemikiran ... 28

2.6. Asumsi Penelitian ... 39

2.7. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 31

3.2. Lokasi, Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ... 33

3.3. Variabel dan Definisi Operasional ... 34

3.4. Instrumen Penelitian ... 35 4.1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 44

4.2. Hasil Penelitian ... 47

(5)

vi

5.2. Saran ... 79

(6)

ii

KOMALASARI, M.Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.

Penelitan ini dilatarbelakangi dengan menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual dari kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep IPS dalam kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post test), 2) untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test), 3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post-test), dan 4) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain. Landasan teori pembelajaran kontektual penelitian ini adalah teori perkembangan dari Piaget, Free disvovery learning dari Brunner, teori meaningful dari Ausabuel, dan teori belajar Vygotsky. Pandangan pendekatan rational emotif dari Albert Ellis tentang membangun tingkah laku individu, serta pandangan dari G.R. Steele tentang berfikir rasional sebagai atribut psikologis seseorang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu, dengan desain eksperimen Non equivalent Control Group Design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas dan dilakukan di kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan.Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji gain serta pengujian hipotesis menggunakan satistik parametik dengan uji paired samples t Test dan independent-sample T test. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan hasil : 1) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa sangat meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar kontekstual. 2) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar konvensional tetapi peningkatannya tidak signifikan. 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa antara siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual dibandingkan dengan siswa yang menggunakan sumber belajar konvensional. 4) Peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik.

(7)

iii

Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.

This research is based by exploring contextual learning resource in Social Studies class from real life in order to improve students’ rational thinking ability. The learning resource relates to the social studies concepts that happen in society.The objectives of this research are: 1. To know the difference between students’ rational thinking ability using contextual learning resource in pre-test and post-test, 2. To know the difference students’ rational thinking ability using conventional resource learning in pre-test and post-test, 3. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in post-test score, 4. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in gained score.The theoretical backgrounds of this research are Piaget’s theory, Free Discovery Learning from Brunner, meaningful theory from Ausubel, learning theory from Vygotsky, emotive rational from Albert Ellis about individual activity and G.R, Steele about rational thinking as personal psychology attributes. This research uses quantitative method by using quasi experimental research design with non-equivalent control group design. The sample is got by using random sampling technique. The writer uses the eight grade students of SMPN 1 Luragung. To analyze the data, the writer uses normality test, homogenity test, gain test and hypothesis test by parametric statistics with paired sample t-test and independent sample t-test.Based on the hypothesis test, it is known that: 1. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using contextual learning resource, 2. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using conventional learning resource, 3. There is significant differences between students who are taught by using conventional learning resource and those who are taught by using contextual learning resource, 4.Students’ rational thinking ability taught by using contextual learning resource is better than those who are taught by using conventional learning resource.The conclusion of this research is that contextual learning resource in Social Studies influences Students’ Rational Thinking Ability.

(8)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran IPS selama ini cenderung bersifat monoton dan tidak

menghasilkan banyak kemajuan dalam aplikasinya di kehidupan peserta didik

sehari-hari terutama dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Pembelajaran diarahkan pada ketercapaian target kurikulum, yaitu ketercapaian

pada kriteria ketuntasan minimal saja.

Guru hanya mengajarkan hapalan-hapalan (secara verbal), pembelajaran

diarahkan pada keterampilan menghapal konsep-konsep ilmu ekonomi dari

teori-teori ilmu ekonomi yang dikemukakan ahli-ahli ekonomi sebagaimana tertulis

dalam buku-buku pelajaran. Peserta didik hanya diajarkan menghapal materi

pelajaran dari buku-buku teks dan buku-buku sumber informasi yang lain.

Keterampilan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis, mensintesis dan

mengevaluasi serta mengambil keputusan belum dikembangkan dalam kegiatan

pembelajaran (Depdiknas, 2003).

Pembelajaran IPS menjadi kurang menantang kegairahan belajar peserta

didik, karena peserta didik tidak dilibatkan secara aktif untuk belajar dan

mengembangkan sendiri konsep-konsep atau pengetahuan yang diperoleh dari

guru dan buku-buku sumber, peserta didik tidak diajak untuk kritis dan

termotivasi belajar secara bersemangat dan menyenangi untuk belajar IPS

sehingga pembelajaran tidak terasa monoton dan membosankan.

Materi-materi yang bersumber dari buku pelajaran berupa konsep-konsep

atau informasi-informasi yang tidak aplikatif di dalam kehidupan peserta didik

sehari-hari, sehingga peserta didik merasa bahwa konsep-konsep atau

informasi-informasi dalam buku pelajaran bukan sesuatu yang dapat dilakukan secara nyata

dalam kehidupan mereka sehari-hari, hanya pengetahuan-pengetahuan yang perlu

diketahui agar mampu menjawab soal-soal dalam ujian saja. Materi pembelajaran

(9)

pemanfaatan sumber belajar di lingkungan sekitar kurang optimal serta

pengalaman keseharian peserta didik dalam proses pembelajaran kurang

dieksplorasikan, sehingga pembelajaran IPS selama ini terkesan membosankan

bagi peserta didik.

Seperti lebih rinci Wyatt dan Looper dalam Kokom Komalasari (2012: 116)

mengemukakan bahwa :

Berbagai strategi pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan siswa mengingat pelajaran dengan gambaran “kerucut pengalaman”, dimana jika peserta didik hanya mendengarkan (verbal) saja dan hasilnya materi yang diingat hanya 20% saja. Jika guru menggunakan alat bantu visual berupa gambar, diagram, melihat video film, melihat demontrasi, maka siswa hanya terlibat secara visual saja dan hasil materi yang diingat hanya 30%. Jika siswa dilibatkan dalam diskusi, maka kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran cukup baik, yaitu 50%, dan jika mempresentasikan hasil diskusi tersebut, maka hasilnya akan jauh lebih baik, yaitu 70% materi dapat dingat siswa. Pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berbuat melalui bermain peran, melakukan simulasi, mengerjakan hal yang nyata, maka kemampuan siswa untuk mengingat materi pelajaran sangat tinggi yaitu 90%. Dengan demikian keberhasilan pembelajaran datang dari siswa dengan mengalami langsung dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan bantuan guru sebagai motivator dan fasilitator.

Kenyataannya pada paradigma pendidikan sebelumnya, proses

pembelajaran IPS terkesan kurang mengikutsertakan peran serta peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran bersifat monoton, dan guru

tidak mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang

menarik dan tersedia di sekitar tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran,

bahkan guru cenderung lebih memerankan dirinya sebagai pusat pembelajaran

serta menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Keadaan

tersebut sebagian ditentukan faktor peran aktif guru, oleh karena kebermaknaan

proses pembelajaran khususnya bagi kebutuhan perkembangan peserta didik,

sedikitnya tergantung pada perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar

yang mampu dilakukan guru. Ketidakberhasilan guru dalam pengembangan

proses pembelajaran pendidikan IPS secara bermakna dilatari oleh beberapa

alasan, seperti : 1) sarana pembelajaran yang tidak memadai, 2) tenaga

(10)

sumber pembelajaran, 4) penguasaan metodologi guru yang masih terbatas, 5)

tidak mengaplikasikan materi pembelajaran dengan kondisi lingkungan setempat,

6) penguasaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial yang terbatas, 7) tidak memahami

tingkat perkembangan anak. (Istianti, Dkk 2001)

Pembelajaran IPS adalah bagian dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial yang

bersifat dinamis dalam perkembangan informasi, setiap saat dapat terjadi

perubahan yang memerlukan solusi yang berbeda beda pula. Untuk itu metode

yang digunakan dalam mengajar haruslah metode-metode yang fleksibel dan tidak

bersifat mengajarkan hapalan saja, tetapi pemahaman dan pengalaman langsung

yang dapat diaplikasikan peserta didik dalam masalah atau informasi atau isu

yang berbeda di kehidupan nyata sehari-harinya dan mengarah kepada

peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik.

Keterampilan berpikir rasional dalam IPS adalah rasionalitas sebagai

sebuah atribut psikologis. Seseorang yang menampilkan berpikir rasional dalam

IPS adalah tindakan mengoptimalkan keadaan yang terbatas untuk dimanfaatkan

semaksimal mungkin, mengalokasikan sumber daya terbatas yang tersedia secara

efisien dalam penggunaan atau pemanfaatanya, merumuskan secara objektif atau

pilihan-pilihan yang dikumpulkan dari informasi-informasi akurat untuk diambil

kesimpulan secara logika berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang

ditimbulkan sehigga tindakan yang dilakukan tepat.

Guru dapat menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual IPS dari

kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir

rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep ekonomi dalam

kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik,

seperti pola hidup hemat, dimana peserta didik diberi contoh menggunakan uang

jajan secara bijak dengan memprioritaskan membeli barang-barang utama yang

dibutuhkan seperti keperluan belajar. Hemat dalam pemanfaatan energi listrik,

dimana peserta didik diajarkan menggunakan energi listrik secara cerdas dengan

mematikan lampu, komputer atau televisi saat tidak dipakai. Selain keluarga

sebagai sumber pembelajaran kontekstual dalam IPS seperti, lingkungan alam

(11)

Peninggalan Sejarah, Monumen, Prasasti,para pedagang, pasar, pabrik, industri,

perbankan, dll.

Bertolak dari kondisi pembelajaran dewasa ini, penulis memandang perlu

upaya untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar IPS, guru hendaknya

mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, karena lingkungan

merupakan sumber belajar yang kaya dengan konsep, nilai dan moral yang dapat

menggali dan mengoptimalkan potensi dasar siswa. Hal ini sejalan dengan

pandangan Sumaatmaja (1984 :17-18), bahwa :

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakat .

Kemampuan berpikir rasional sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi

peserta didik SMP Negeri 1 Luragung pada mata pelajaran IPS masih tergolong

rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis soal Ujian Kenaikan Kelas (UKK)

peserta didik yang dilakukan oleh guru bidang studi IPS dengan sebaran

kemampuan mengerjakan soal dari 200 peserta didik dalam tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1

Sebaran Hasil Kemampuan Berpikir Peserta didik SMP Negeri 1 Luragung Kuningan Jawa Barat

No Tahun

Persentase rata-rata jawaban benar

Jumlah Ranah Kemampuan

C1 C2 C3 C4 C5 C6

1 2009/2010 55 62 46 20 9 8 200

2 2010/2011 59 54 40 25 12 10 200

3 2011/2012 60 47 46 20 15 12 200

Rata-rata 58 54 44 22 12 10

(12)

Berdasarkan data di atas terlihat kemampuan peserta didik menyelesaikan

soal pada ranah kemampuan c4, c5 dan c6 masih rendah. Rata-rata dalam 3 tahun

terakhir adalah 10%, 6%, dan 5% lebih rendah dibandingkan penguasaan

kemampuan c1, c2, dan c3 dengan rata-rata 29%, 27%, dan 22%. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam

mengerjakan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi serta mengkorelasikan

antara konsep dan kenyataan yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari

hari.

Berdasarkan pernyataan di atas, jelas tergambar bahwa seharusnya terjadi

penggalian sumber belajar pada suatu lingkungan belajar oleh peserta didik yang

difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran IPS. Untuk itu guru perlu secara kreatif

menggali serta mengembangkan penggunaan sumber belajar kontekstual untuk

meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Melalui latar belakang ini penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “ “PENGARUH

PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM

PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL

PESERTA DIDIK” (Studi Quasi Eksperimen di Kelas VIII Semester 1 SMPN 1

Luragung Kuningan).

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan

berpikir rasional peserta didik di SMPN 1 Luragung Kuningan?”

Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan pertanyaan untuk penelitian ini

adalah :

1.2.1 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang

menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre test)

dengan pengukuran akhir (post-test) ?

1.2.2 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang

menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal (

(13)

1.2.3 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional

pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar

konvensional pada pengukuran akhir (post-test) ?

1.2.4 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas

yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada

pengukuran nilai gain ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang

menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test)

dengan pengukuran akhir (post-test).

1.3.2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang

menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal (

pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test).

1.3.3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir

rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar

konvensional pada pengukuran akhir (post-test).

1.3.4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas

yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan

dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada

pengukuran nilai gain.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :

1.4.1. Secara Teoritis

1.4.1.1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

(14)

kontektual dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional

peserta didik.

1.4.1.2. Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman untuk

menindaklanjuti penelitian yang lain yang berhubungan dengan

penggunaan sumber belajar kontektual, dan keterampilan berpikir

rasional dalam ruang lingkup yang lebih luas dan dalam.

1.4.2. Secara praktis

1.4.2.1. Bagi Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik

dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.2.2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

informasi tentang sumber belajar kontekstual untuk mata

pelajaran IPS, terutama dalam meningkatkan keterampilan

berpikir rasional peserta didik.

1.4.2.3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan

diskusi oleh para guru, sehingga dapat meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah khususnya, dan di Indonesia pada

umumnya.

1.5. Struktur Organisasi Tesis

Sesuai pedoman penulisan ilmiah yang diterbitkan Universitas Pendidikan

Indonesia Tahun 2012, penulisan karya ilmiah pada umumnya terdiri dari lima

bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang

penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian.

Bab II merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis

penelitian. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun

pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

Bab III merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang lokasi dan

(15)

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data, serta analisis data.

Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang

pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan

rumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis

temuan dipaparkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Sedangkan Bab V merupakan kesimpulan dan saran yang menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian dari saran

yang dapat ditujukan kepada pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang

(16)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu.

Penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1993 : 271) dan John W.

Creswell (2008:313):

Quasi-experimental designs do not include the use of random assignment. Reseachers who employ these design rely instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these techniques as we discuss several quasi-experimental design.

Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin

berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan

ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di

laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi

dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua

variable bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah

eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Ada pun desain eksperimen yang akan

digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama

dengan pre-test-postest control group design atau kontrol group tidak menerima

perlakuan. Menurut Sugiyono (2012:79), desain ini dapat digambarkan sebagai

berikut

Tabel 3.1

Desain Quasi Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O1 X O2

(17)

Keterangan :

O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen.

O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen.

O3 = Tes awal pada kelompok kontrol.

O4 = Tes akhir pada kelas kontrol

X = Perlakuan Penggunaan Sumber Belajar Kontekstual

Desain penelitian dengan desain pre-test + Treatment + Post-test.

Thomas Murray menjelaskan mengenai desain ini sebagai berikut:

To furnish a more convincing foundation for estimating the influence of the text, the teacher could replace her treatment + evaluation plan with a pre-test + treatment + post-test (p + t + p) design. In this case, before assigning students to read the chapter, she would have them take a test (pre-test) over the subject- mattertreated in the chapter. Subsequently, after the students had completedthe reading assigment (treatment), she would test (post-test) their grasp of the chapters content. In order to estimate how much the textbook had added to the learners knowledge, she would subtract each students pre-test score from his or her postest score and sonclude that the obtained difference (change score) represented the contributions made by the book. In other words, the experimenters judgement would be based, not on the test scores, but on the extent of change from pre-test to post-test (Murray, 2003:53).

Untuk memperoleh dasar yang lebih menyakinkan dalam memperkirakan

pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang

semula menggunakan treatment + evaluation menjadi menggunakan desain

pre-test + treatment + post-pre-test. Dalam hal ini, sebelum menyuruh siswa membaca

materi yang akan dipelajari, guru harus memberikan pre-test lalu setelah mereka

selesai mempelajari dengan perlakuan tertentu guru memberikan postest untuk

mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa setelah diberi perlakuan, dan

untuk mengetahui sejauh mana perolehan kemampuan berpikir rasional siswa

guru harus mengurangkan nilai postes dengan nilai pretes dan nilai akhir yang

diperoleh merupakan tanda keberhasilan atau ketidakberhasilan perlakuan yang

(18)

3.2. Lokasi, Populasi, dan Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random

sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas. Penelitian akan dilakukan di

kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua

kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas yang akan diberi perlakuan khusus berupa

penggunaan sumber pembelajaran kontekstual, sedangkan satu kelas sebagai kelas

kontrol tanpa perlakuan khusus, artinya pelaksanaan pembelajaran menggunakan

sumber pembelajaran konvensional.

Dari data observasi dan hasil tes MID semester, peneliti memilih dua kelas

yang memiliki kemampuan akademik yang relatif sama, selanjutnya dari kedua

kelas ini, satu kelas akan dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas

kontrol.

Berikut ini adalah alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol :

Gambar 3.1.

Alur Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Melihat rata-rata nilai kelas UTS kelas VIII Semester Ganjil

2013/2014

Mencari 2 kelas yang memiliki rata-rata kelasnya hampir sama

/mendekati

Terpilih dua kelas Dua kelas tersebut diundi

(19)

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengkaji pengaruh antara dua variabel yaitu

variabel X (Penggunaan sumber belajar kontekstual) sebagai variabel independen

atau variabel bebas dan variabel Y (Berpikir rasional) sebagai variabel dependen

atau variabel terikat. Bentuk desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini, yaitu

non equivalent control design.

Untuk memudahkan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, maka

dapat di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Hubungan Variabel

Keterangan :

X : Sumber Belajar Kontekstual

Y : Berpikir Rasional

3.3.2. Definisi Operasional

Sumber belajar kontekstual merupakan sumber belajar yang memiliki

keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka, dan membawa peserta didik ke

dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan apa

yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah perolehan

mereka sendiri, bukan perolehan dari guru. (Kokom Komalasari, 2012 : 108)

Keterampilan berpikir rasional adalah tindakan mengoptimalkan keadaan

yang terbatas untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, mengalokasikan

sumberdaya terbatas yang tersedia secara efisien dalam penggunaan atau

pemanfaatannya, merumuskan objektif atau pilihan-pilihan yang dikumpulkan

(20)

dari informasi-informasi yang akurat untuk diambil kesimpulan secara logika

berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang ditimbulkan sehingga tindakan

yang dilakukan tepat. (Diadaptasi dari G.R. Steele)

Berikut gambaran indikator-indikator variabel X (Sumber Belajar

Kontekstual) dan variabel Y (Berpikir Rasional).

Tabel 3.2.

Indikator Penelitian

Variabel Indikator

Sumber Belajar Kontekstual

(Kokom Komalasari , 2011 :

108)

- Orang

- Bahan

- Peralatan

- Lingkungan

Berpikir Rasional .

(Diadaptasi dari G.R. Steele)

- Hidup Hemat

- Efisien

- Berpikir masa depan

- Penyimpanan modal (Tabungan /

Investasi)

- Memprioritaskan kebutuhan

- Produktif

- Ekonomis

- Mengalokasikan sumber-sumber

3.4. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan

data dan keterangan-keterangan guna mengetahui lebih mendalam permasalahan

yang diulas dalam penyusunan tesis ini. Adapun instrumen yang dipakai penulis

(21)

3.4.1. Tes

Pada penelitian ini diberikan tes uraian kepada kelas ekperimen dan kelas

kontrol, untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir rasional

siswa. Tes diberikan dengan soal yang sama pada awal (pre-test) dan pada

akhir pembelajaran (post-test)

3.4.2. Kuesioner / Angket

Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara

tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden)

yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau

direspon oleh responden, selain itu responden mengetahui informasi yang

diminta. Kuesioner / angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pengukuran skala model Likert untuk mengetahui kontribusi penggunaan

sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS ekonomi terhadap

keterampilan berpikir rasional siswa.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil tes, baik pre test maupun post

tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan cara :

3.6.1. Penyebaran Angket

3.6.2. Pemberian Tes

3.6.3. Studi Kepustakaan

Penelitian kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data sekunder, yaitu

landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data

sekunder ialah sumber informasi yang telah dikemukakan oleh para ahli

yang kompeten di bidang masing-masing sehingga relevan dengan

pembahasan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah penelusuran

literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan sumber belajar

(22)

3.6. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data.

3.6.1. Tahap Persiapan

Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

3.6.2. Tahap pelaksanaan 3.6.2.1. Pelaksanaan Pre-test

Pre-test diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang

sama untuk mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa sebelum

pembelajaran.

3.6.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah dilakukan pre-test, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan

sumber belajar kontekstual, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan sumber

pembelajaran konvensional.

3.6.2.3. Pelaksanaan Post-test

Setelah pelaksanaan pembelajaran, baik di kelas eksperimen maupun kelas

kontrol diberikan post-test yang sama dengan soal pre-test. Hasil post-test ini

kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir rasional

siswa antara kelas ekperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual dan

pada kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar konvensional.

3.7. Analisa Alat Tes

Alat tes yang akan digunakan dalam mengukur keterampilan berpikir

rasional siswa dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelas ekperimen dan kelas

kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada siswa yang telah

mempelajari materi yang sama. Dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis

validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya, dengan harapan

(23)

3.7.1. Validitas

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan

data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173). Hasil tes

siswa kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment

Pearson dengan bantuan program SPSS versi 19.0. Bila korelasi di bawah 0,30,

maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga

harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2009:179).

3.7.2. Reliabilitas

Sukmadinata dalam Rizal (2012 : 93) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran”. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang

tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu

instrumen memiliki reabilitas yang memadai bila instrumen itu digunakan

mengukur aspek yang diukur dengan ketetapan hasil.

Metode yang digunakan untuk menguji reabilitas instrumen dalam

penelitian ini adalah Split half method dengan teknik Spearman-Brown sebagai

(24)

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi ekspektasi dengan rumus Ei = n x L

n = banyaknya data

L = Luas kelas interval (menggunakan daftar z)

z =

x bk

Dengan:

bk = batas kelas

 = deviasi standard

Ketentuan:

Jika 2 hitung < 2daftar maka populasi berdistribusi normal

Jika 2 hitung > 2daftar maka populasi tidak berdistribusi normal

Menguji homogenitas varian

(1) Menghitung nilai frekuensi

Fhitung = k b

V V

Dengan:

Vb = Varian besar

Vk = Varian kecil

(2) Menentukan derajat kebebasan

dk1 = n1 1

(25)

Dengan:

dk1 = derajat kebebasan pembilang

dk2 = derajat kebebasan penyebut

2 , 1

n = ukuran sampel varians besar dan kecil

(3) Menentukan F tabel

F tabel dengan taraf signifikansi () = 1 % dan (dk1, dk2)

F tabel = F(1 –)(dk1,dk2)

Jika F hitung < F tabel maka varians skor tes kedua kelompok adalah

homogen.

2) Perhitungan Gain

Dimitrov dan Rumli dalam Kusnendi (2013:10) menyatakan bahwa Gain

score (Gs) tepat digunakan jika kondisi awal (Pre-tes) antara kelas eksperimen

dan kelas kontrol nyata berbeda.

Peningkatan pemahaman siswa berdasarkan hasil pre-tes dan post-test

dinormalisasi dengan rumus gain sebagai berikut :

�= � −� �

���� −� �

Savinainen dan Scoot dalam Kusnendi (2013 : 10) Keterangan:

Spos = skor post-test

Spre = skor pre-test

Smaks = skor maksimum ideal

Tabel 3.3 Kategori Gain

Batasan Kategori

g > 0,7 Tinggi

0,3≤ g≤ 0,7 Sedang

(26)

3.9. Uji Hipotesis

Untuk uji hipotesis digunakan uji t, teknik ini digunakan jika datanya

berdistribusi normal dan homogen. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

1) Mencari deviasi standar gabungan, dengan menggunakan rumus:

(27)

Dengan:

Untuk lebih jelasnya mengenai pengujian hipotesis penelitian dirincikan

pada tabel berikut ini. pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih bagus dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post test)

(28)

Hipotesis Hipotesis

Kriteria uji, Ho dapat ditolak jika :

p-value (Sig) ≤ 0,05 (2-tailed test); p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test).

Atau jika nilai t hitung ≤ nilai t tabel dengan α = 5%, db = nx + ny– 2 serta t

tabel = ½ α.

(Kusnendi, 2013:2-8)

3.10 Respon Siswa

Data hasil kuesioner yang berisi tentang tanggapan siswa kelompok

eksperimen terhadap penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pembelajaran

IPS, dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

%

Setelah data diolah dan dianalisa dengan perhitungan prosentase, kemudian

untuk memudahkan dalam menarik kesimpulan terlebih dahulu diadakan

penapsiran atau interpretasi data berdasarkan klasifikasi prosentase. Menurut

Kuntjaraningrat (E. Suherman, 2001: 6) mengemukakan cara menginterpretasikan

(29)

78

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan data

menggunakan perhitungan statistik, maka dapat disimpulkan :

1. Penggunaan sumber belajar kontekstual pada kelas eksperimen dalam

penelitian ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta

didik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan atas pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (pos test).

Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar kontekstual, guru

menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata yang ada dan

dialami oleh siswa mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional

peserta didik secara signifikan, seperti berpikir tentang hidup hemat,

efisien, anak berpikir masa depan, sudah menyadari pentingnya menabung

untuk masa depan dll.

2. Pembelajaran IPS dengan menggunakan sumber belajar konvensional

memang mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa pada

kelas kontrol, namun peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan yang

rendah dikarenakan pembelajaran IPS tidak dihubungkan dengan

kenyataan yang sebenarnya. Buku teks menjadi sumber utama serta

metode cermah yang digunakan kurang menarik siswa dalam pelaksanaan

pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan

bagi peserta didik.

3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional peserta

didik antara kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual

dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar

(30)

dibandingkan dengan kelas konvensional, ini artinya penggunaan sumber

belajar kontekstual lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sumber

belajar konvensional.

4. Peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik yang diperoleh

dikelas eksperimen dengan menggunakan sumber belajar kontekstual lebih

tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.

Hal ini terlihat dari perhitungan nilai gain dari kedua kelas. N-gain yang

diperoleh kelas eksperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual

lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar

konvensional dalam keterampilan berpikir rasional peserta didik. Jadi

penggunaan sumber belajar kontekstual memberikan pengaruh yang lebih

tinggi terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik jika

dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.

5.2Saran

Adapun beberapa saran berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat dilatih untuk terbiasa

menghubungkan kemampuan berpikir rasional dengan kehidupan nyata.

2. Guru disarankan untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran

untuk memanfaatkan sumber pembelajaran kontekstual dalam

pembelajaran IPS di SMP.

3. Dalam memanfaatkan sumber belajar kontekstual, guru diharapkan dapat

mengorganisasi materi yang akan disampaikan secara kreatif sesuai

dengan karakteristik materi, dihubungkan waktu serta dengan lingkungan

sekitar peserta didik.

4. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber belajar kontekstual,

perlu kiranya Musyawarah Guru Mata Pelajaran mengadakan pelatihan

bagi guru-guru IPS, sehingga terdapat peningkatan pengetahuan dan

(31)

5. Diharapkan adanya pengembangan penelitian mengenai penggunaan

sumber belajar kontekstual pada materi atau mata pelajaran IPS khusus

(32)

80

A. Azis Wahab. 1980. Evaluasi Pendidikan PMP. LPPMP FPIPS IKIP Bandung.

A. Kosasih Djahiri. 1980. Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud.

Al Muchtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Jawa Barat.

Anwar. (2006). Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.

Banks, James A.1990. Teaching Strategis for the Social Studies. California: Addison-Wesley Pub Co.

BSNP. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.

Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : PT Erlangga.

__________(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Departemen Pendididkan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.

Istianti, Dkk. (2001). Pengembangan Strategi Pengajaran Konsep dalam pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI

Gulo, W (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Bagian Petama). Juusan Pendidikan Sejarah. FPIPS IKIP Bandung.

(33)

Control Group Pretest – Posttest Design. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran : Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitative and Quantitative Research Methods in Thesis and Dissertations. Amerika : California.

Numan Somantri. 1994. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerja sama UPI dengan P.T. Rosda Karya.

Nur & Wikandari, PP. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontuktivis Dalam Pengajaran. Edisi 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Purwanto, M.N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Remsey, JM. Raming J.E & Bailer JP. 1996. Teaching Science Process Skill Good Aple. An Imorint of Paramont Suplemental Education.

Sapriya dkk. 2002. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. C.V. Alfabeta: Bandung.

Sumaatmadja, Nursid (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, Bandung : Alumni.

Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Piaget. Yogyakarta.

Sutisyana. 1997. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis FPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

(34)

Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.

(35)

Agustendi, Sonny (2010), Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) Tipe Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa(Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar) Tesis UPI : Bandung

Furqon Acep,(2006), Hubungan Antara Keterampilan Berfikir Rasional Dengan Kemampuan Berhipotesis Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Kimia Karbon, Tesis UPI : Bandung.

Rosnenty, Dra. Raja (2010), Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Tesis UPI : Bandung

Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasarProses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

(36)

Rampolla , Mary Lynn. Using Primary Resources: Teaching Guides from the Tennessee State Library and Archives. Terseda dalam:

http://www.tennessee.gov/tsla/educationoutreach/PrimarySourceLessons1.p df.

http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-forusing primary-sources-to-teach-history/

Http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/customportlets/recorddetails/detailmini.s jp?).

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 3.1
Gambar 3.1.
Gambar 3.2 Hubungan Variabel
+5

Referensi

Dokumen terkait

Membangun keterampilan berpikir kesejarahan siswa dalam pembelajaran sejarah melalui penggunaan biografi tokoh RA Tasminingrat sebagai sumber pembelajaran sejarahB.

 Guru menanyakan pengalaman apa yang didapat peserta didik pada pembelajaran pembuatan produk alat penjernih air dari bahan buatan.E. b) Guru menyampaikanpembelajran pada

waktunya untuk memberi bimbingan selama penulis mengikuti kuliah di Departemen Kimia FMIPA USU, terkhusus kepada Ibu Sofia Lenny S.si M.si selaku dosen pembimbing akademik yang

Lemahnya penerapan GCG menyebabkan perusahaan tidak dapat mengembangkan usahanya dalam persaingan bisnis, kinerja keuangan yang tidak sehat serta tidak dapat memenuhi

Pelayanan – pelayanan atau keuntungan – keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk. masa sekarang dan

Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Gaya dalam Pembelajaran IPA.. Skripsi Sarjana pada

4.3 Deskripsi Data Pretes Membaca Literal Kelas Eksperimen. dan