(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
UU MUHTAROM
1204776
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SEKOLAH PASCASARJANA
(Studi Quasi Eksperimen Kelas VIII Semester 1 SMPN 1 Luragung Kabupaten Kuningan)
Oleh
Uu Muhtarom
S.Pd. IKIP Bandung, 1996
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
©Uu Muhtarom 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Pebruari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Pembimbing I
Prof. DR. Disman, MS. NIP.19590209 198412 1 001
Pembimbing II
DR. Kokom Komalasari, M.Pd. NIP. 19721001 200112 2 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi PIPS
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A
v
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Pengertian Berfikir dan Berfikir Rasional ... 9
2.2. Sumber Belajar ... 14
2.3. Tinjauan Tentang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 18
2.3. Kerangka Pemikiran ... 15
2.4. Beberapa Penelitian Terdahulu ... 26
2.5. Kerangka Pemikiran ... 28
2.6. Asumsi Penelitian ... 39
2.7. Hipotesis Penelitian ... 30
BAB III METODEPENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 31
3.2. Lokasi, Populasi dan Penentuan Sampel Penelitian ... 33
3.3. Variabel dan Definisi Operasional ... 34
3.4. Instrumen Penelitian ... 35 4.1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 44
4.2. Hasil Penelitian ... 47
vi
5.2. Saran ... 79
ii
KOMALASARI, M.Pd. Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
Penelitan ini dilatarbelakangi dengan menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual dari kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep IPS dalam kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post test), 2) untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran awal (pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test), 3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post-test), dan 4) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran nilai gain. Landasan teori pembelajaran kontektual penelitian ini adalah teori perkembangan dari Piaget, Free disvovery learning dari Brunner, teori meaningful dari Ausabuel, dan teori belajar Vygotsky. Pandangan pendekatan rational emotif dari Albert Ellis tentang membangun tingkah laku individu, serta pandangan dari G.R. Steele tentang berfikir rasional sebagai atribut psikologis seseorang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu, dengan desain eksperimen Non equivalent Control Group Design. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas dan dilakukan di kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan.Teknik analisis data yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji gain serta pengujian hipotesis menggunakan satistik parametik dengan uji paired samples t Test dan independent-sample T test. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan hasil : 1) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa sangat meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar kontekstual. 2) Dibandingkan antara sebelum dan setelah perlakuan, kemampuan berpikir rasional siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan sumber belajar konvensional tetapi peningkatannya tidak signifikan. 3) Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa antara siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual dibandingkan dengan siswa yang menggunakan sumber belajar konvensional. 4) Peningkatan kemampuan berpikir rasional siswa yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih baik dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik.
iii
Universitas Pendidikan Indonesia, 2014.
This research is based by exploring contextual learning resource in Social Studies class from real life in order to improve students’ rational thinking ability. The learning resource relates to the social studies concepts that happen in society.The objectives of this research are: 1. To know the difference between students’ rational thinking ability using contextual learning resource in pre-test and post-test, 2. To know the difference students’ rational thinking ability using conventional resource learning in pre-test and post-test, 3. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in post-test score, 4. To know significant differences in students’ rational thinking between students who use contextual learning resource and those who use conventional learning resource in gained score.The theoretical backgrounds of this research are Piaget’s theory, Free Discovery Learning from Brunner, meaningful theory from Ausubel, learning theory from Vygotsky, emotive rational from Albert Ellis about individual activity and G.R, Steele about rational thinking as personal psychology attributes. This research uses quantitative method by using quasi experimental research design with non-equivalent control group design. The sample is got by using random sampling technique. The writer uses the eight grade students of SMPN 1 Luragung. To analyze the data, the writer uses normality test, homogenity test, gain test and hypothesis test by parametric statistics with paired sample t-test and independent sample t-test.Based on the hypothesis test, it is known that: 1. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using contextual learning resource, 2. There is progress on students’ rational thinking ability after studying by using conventional learning resource, 3. There is significant differences between students who are taught by using conventional learning resource and those who are taught by using contextual learning resource, 4.Students’ rational thinking ability taught by using contextual learning resource is better than those who are taught by using conventional learning resource.The conclusion of this research is that contextual learning resource in Social Studies influences Students’ Rational Thinking Ability.
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPS selama ini cenderung bersifat monoton dan tidak
menghasilkan banyak kemajuan dalam aplikasinya di kehidupan peserta didik
sehari-hari terutama dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pembelajaran diarahkan pada ketercapaian target kurikulum, yaitu ketercapaian
pada kriteria ketuntasan minimal saja.
Guru hanya mengajarkan hapalan-hapalan (secara verbal), pembelajaran
diarahkan pada keterampilan menghapal konsep-konsep ilmu ekonomi dari
teori-teori ilmu ekonomi yang dikemukakan ahli-ahli ekonomi sebagaimana tertulis
dalam buku-buku pelajaran. Peserta didik hanya diajarkan menghapal materi
pelajaran dari buku-buku teks dan buku-buku sumber informasi yang lain.
Keterampilan berpikir yang lebih tinggi seperti menganalisis, mensintesis dan
mengevaluasi serta mengambil keputusan belum dikembangkan dalam kegiatan
pembelajaran (Depdiknas, 2003).
Pembelajaran IPS menjadi kurang menantang kegairahan belajar peserta
didik, karena peserta didik tidak dilibatkan secara aktif untuk belajar dan
mengembangkan sendiri konsep-konsep atau pengetahuan yang diperoleh dari
guru dan buku-buku sumber, peserta didik tidak diajak untuk kritis dan
termotivasi belajar secara bersemangat dan menyenangi untuk belajar IPS
sehingga pembelajaran tidak terasa monoton dan membosankan.
Materi-materi yang bersumber dari buku pelajaran berupa konsep-konsep
atau informasi-informasi yang tidak aplikatif di dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari, sehingga peserta didik merasa bahwa konsep-konsep atau
informasi-informasi dalam buku pelajaran bukan sesuatu yang dapat dilakukan secara nyata
dalam kehidupan mereka sehari-hari, hanya pengetahuan-pengetahuan yang perlu
diketahui agar mampu menjawab soal-soal dalam ujian saja. Materi pembelajaran
pemanfaatan sumber belajar di lingkungan sekitar kurang optimal serta
pengalaman keseharian peserta didik dalam proses pembelajaran kurang
dieksplorasikan, sehingga pembelajaran IPS selama ini terkesan membosankan
bagi peserta didik.
Seperti lebih rinci Wyatt dan Looper dalam Kokom Komalasari (2012: 116)
mengemukakan bahwa :
Berbagai strategi pembelajaran dan pengaruhnya terhadap kemampuan siswa mengingat pelajaran dengan gambaran “kerucut pengalaman”, dimana jika peserta didik hanya mendengarkan (verbal) saja dan hasilnya materi yang diingat hanya 20% saja. Jika guru menggunakan alat bantu visual berupa gambar, diagram, melihat video film, melihat demontrasi, maka siswa hanya terlibat secara visual saja dan hasil materi yang diingat hanya 30%. Jika siswa dilibatkan dalam diskusi, maka kemampuan siswa dalam mengingat pelajaran cukup baik, yaitu 50%, dan jika mempresentasikan hasil diskusi tersebut, maka hasilnya akan jauh lebih baik, yaitu 70% materi dapat dingat siswa. Pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berbuat melalui bermain peran, melakukan simulasi, mengerjakan hal yang nyata, maka kemampuan siswa untuk mengingat materi pelajaran sangat tinggi yaitu 90%. Dengan demikian keberhasilan pembelajaran datang dari siswa dengan mengalami langsung dan menemukan sendiri materi pelajaran dengan bantuan guru sebagai motivator dan fasilitator.
Kenyataannya pada paradigma pendidikan sebelumnya, proses
pembelajaran IPS terkesan kurang mengikutsertakan peran serta peserta didik
dalam kegiatan pembelajaran, metode pembelajaran bersifat monoton, dan guru
tidak mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar yang
menarik dan tersedia di sekitar tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran,
bahkan guru cenderung lebih memerankan dirinya sebagai pusat pembelajaran
serta menjadikan buku paket sebagai satu-satunya sumber belajar. Keadaan
tersebut sebagian ditentukan faktor peran aktif guru, oleh karena kebermaknaan
proses pembelajaran khususnya bagi kebutuhan perkembangan peserta didik,
sedikitnya tergantung pada perencanaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar
yang mampu dilakukan guru. Ketidakberhasilan guru dalam pengembangan
proses pembelajaran pendidikan IPS secara bermakna dilatari oleh beberapa
alasan, seperti : 1) sarana pembelajaran yang tidak memadai, 2) tenaga
sumber pembelajaran, 4) penguasaan metodologi guru yang masih terbatas, 5)
tidak mengaplikasikan materi pembelajaran dengan kondisi lingkungan setempat,
6) penguasaan konsep-konsep ilmu-ilmu sosial yang terbatas, 7) tidak memahami
tingkat perkembangan anak. (Istianti, Dkk 2001)
Pembelajaran IPS adalah bagian dari pembelajaran ilmu-ilmu sosial yang
bersifat dinamis dalam perkembangan informasi, setiap saat dapat terjadi
perubahan yang memerlukan solusi yang berbeda beda pula. Untuk itu metode
yang digunakan dalam mengajar haruslah metode-metode yang fleksibel dan tidak
bersifat mengajarkan hapalan saja, tetapi pemahaman dan pengalaman langsung
yang dapat diaplikasikan peserta didik dalam masalah atau informasi atau isu
yang berbeda di kehidupan nyata sehari-harinya dan mengarah kepada
peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik.
Keterampilan berpikir rasional dalam IPS adalah rasionalitas sebagai
sebuah atribut psikologis. Seseorang yang menampilkan berpikir rasional dalam
IPS adalah tindakan mengoptimalkan keadaan yang terbatas untuk dimanfaatkan
semaksimal mungkin, mengalokasikan sumber daya terbatas yang tersedia secara
efisien dalam penggunaan atau pemanfaatanya, merumuskan secara objektif atau
pilihan-pilihan yang dikumpulkan dari informasi-informasi akurat untuk diambil
kesimpulan secara logika berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang
ditimbulkan sehigga tindakan yang dilakukan tepat.
Guru dapat menggali sumber-sumber pembelajaran konstekstual IPS dari
kehidupan nyata sehari-hari dalam mengembangkan keterampilan berpikir
rasional peserta didik. Berkaitan dengan konsep-konsep ekonomi dalam
kehidupan nyata yang terjadi di masyarakat dan lingkungan sekitar peserta didik,
seperti pola hidup hemat, dimana peserta didik diberi contoh menggunakan uang
jajan secara bijak dengan memprioritaskan membeli barang-barang utama yang
dibutuhkan seperti keperluan belajar. Hemat dalam pemanfaatan energi listrik,
dimana peserta didik diajarkan menggunakan energi listrik secara cerdas dengan
mematikan lampu, komputer atau televisi saat tidak dipakai. Selain keluarga
sebagai sumber pembelajaran kontekstual dalam IPS seperti, lingkungan alam
Peninggalan Sejarah, Monumen, Prasasti,para pedagang, pasar, pabrik, industri,
perbankan, dll.
Bertolak dari kondisi pembelajaran dewasa ini, penulis memandang perlu
upaya untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar IPS, guru hendaknya
mampu memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, karena lingkungan
merupakan sumber belajar yang kaya dengan konsep, nilai dan moral yang dapat
menggali dan mengoptimalkan potensi dasar siswa. Hal ini sejalan dengan
pandangan Sumaatmaja (1984 :17-18), bahwa :
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakat .
Kemampuan berpikir rasional sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik SMP Negeri 1 Luragung pada mata pelajaran IPS masih tergolong
rendah. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis soal Ujian Kenaikan Kelas (UKK)
peserta didik yang dilakukan oleh guru bidang studi IPS dengan sebaran
kemampuan mengerjakan soal dari 200 peserta didik dalam tabel 1.1 berikut :
Tabel 1.1
Sebaran Hasil Kemampuan Berpikir Peserta didik SMP Negeri 1 Luragung Kuningan Jawa Barat
No Tahun
Persentase rata-rata jawaban benar
Jumlah Ranah Kemampuan
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1 2009/2010 55 62 46 20 9 8 200
2 2010/2011 59 54 40 25 12 10 200
3 2011/2012 60 47 46 20 15 12 200
Rata-rata 58 54 44 22 12 10
Berdasarkan data di atas terlihat kemampuan peserta didik menyelesaikan
soal pada ranah kemampuan c4, c5 dan c6 masih rendah. Rata-rata dalam 3 tahun
terakhir adalah 10%, 6%, dan 5% lebih rendah dibandingkan penguasaan
kemampuan c1, c2, dan c3 dengan rata-rata 29%, 27%, dan 22%. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa peserta didik masih mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal kemampuan berpikir tingkat tinggi serta mengkorelasikan
antara konsep dan kenyataan yang dialami peserta didik dalam kehidupan sehari
hari.
Berdasarkan pernyataan di atas, jelas tergambar bahwa seharusnya terjadi
penggalian sumber belajar pada suatu lingkungan belajar oleh peserta didik yang
difasilitasi oleh guru dalam pembelajaran IPS. Untuk itu guru perlu secara kreatif
menggali serta mengembangkan penggunaan sumber belajar kontekstual untuk
meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik. Melalui latar belakang ini penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “ “PENGARUH
PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR KONTEKSTUAL DALAM
PELAJARAN IPS TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL
PESERTA DIDIK” (Studi Quasi Eksperimen di Kelas VIII Semester 1 SMPN 1
Luragung Kuningan).
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Apakah penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS dapat meningkatkan keterampilan
berpikir rasional peserta didik di SMPN 1 Luragung Kuningan?”
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan pertanyaan untuk penelitian ini
adalah :
1.2.1 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang
menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre test)
dengan pengukuran akhir (post-test) ?
1.2.2 Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir rasional yang
menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal (
1.2.3 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir rasional
pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar
konvensional pada pengukuran akhir (post-test) ?
1.2.4 Apakah terdapat perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas
yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada
pengukuran nilai gain ?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang
menggunakan sumber belajar kontekstual pada pengukuran awal (pre-test)
dengan pengukuran akhir (post-test).
1.3.2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir rasional yang
menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukran awal (
pre-test) dengan pengukuran akhir (post-test).
1.3.3. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan keterampilan berpikir
rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar
konvensional pada pengukuran akhir (post-test).
1.3.4. Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan berpikir rasional pada kelas
yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada
pengukuran nilai gain.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.4.1. Secara Teoritis
1.4.1.1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
kontektual dalam meningkatkan keterampilan berpikir rasional
peserta didik.
1.4.1.2. Diharapkan penelitian ini menjadi pedoman untuk
menindaklanjuti penelitian yang lain yang berhubungan dengan
penggunaan sumber belajar kontektual, dan keterampilan berpikir
rasional dalam ruang lingkup yang lebih luas dan dalam.
1.4.2. Secara praktis
1.4.2.1. Bagi Peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari.
1.4.2.2. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang sumber belajar kontekstual untuk mata
pelajaran IPS, terutama dalam meningkatkan keterampilan
berpikir rasional peserta didik.
1.4.2.3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian dan
diskusi oleh para guru, sehingga dapat meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah khususnya, dan di Indonesia pada
umumnya.
1.5. Struktur Organisasi Tesis
Sesuai pedoman penulisan ilmiah yang diterbitkan Universitas Pendidikan
Indonesia Tahun 2012, penulisan karya ilmiah pada umumnya terdiri dari lima
bab. Bab I merupakan pendahuluan yang memuat tentang latar belakang
penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian.
Bab II merupakan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis
penelitian. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun
pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.
Bab III merupakan metodologi penelitian yang berisi tentang lokasi dan
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, serta analisis data.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang
pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan
rumusan masalah, hipotesis dan tujuan penelitian serta pembahasan atau analisis
temuan dipaparkan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sedangkan Bab V merupakan kesimpulan dan saran yang menyajikan
penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian dari saran
yang dapat ditujukan kepada pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang
31 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment atau eksperimen semu.
Penelitian quasi eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik. Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1993 : 271) dan John W.
Creswell (2008:313):
Quasi-experimental designs do not include the use of random assignment. Reseachers who employ these design rely instead on other techniques to control (or at least reduce) threats to internal validity. We shall describe some of these techniques as we discuss several quasi-experimental design.
Untuk melaksanakan eksperimen secara murni maka variabel yang mungkin
berpengaruh dan mempengaruhi variabel bebas harus dapat dikontrol dengan
ketat. Pengontrol yang ketat hanya mungkin dilakukan dalam eksperimen di
laboratorium. Mengingat penelitian ini bukan dalam kondisi laboratorium tapi
dalam kegiatan sehari-hari sehingga tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua
variable bebas dan terikat secara ketat, maka bentuk penelitian ini adalah
eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Ada pun desain eksperimen yang akan
digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design, desain ini hampir sama
dengan pre-test-postest control group design atau kontrol group tidak menerima
perlakuan. Menurut Sugiyono (2012:79), desain ini dapat digambarkan sebagai
berikut
Tabel 3.1
Desain Quasi Eksperimen
Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test
Eksperimen O1 X O2
Keterangan :
O1 = Tes awal pada kelompok eksperimen.
O2 = Tes akhir pada kelompok eksperimen.
O3 = Tes awal pada kelompok kontrol.
O4 = Tes akhir pada kelas kontrol
X = Perlakuan Penggunaan Sumber Belajar Kontekstual
Desain penelitian dengan desain pre-test + Treatment + Post-test.
Thomas Murray menjelaskan mengenai desain ini sebagai berikut:
To furnish a more convincing foundation for estimating the influence of the text, the teacher could replace her treatment + evaluation plan with a pre-test + treatment + post-test (p + t + p) design. In this case, before assigning students to read the chapter, she would have them take a test (pre-test) over the subject- mattertreated in the chapter. Subsequently, after the students had completedthe reading assigment (treatment), she would test (post-test) their grasp of the chapters content. In order to estimate how much the textbook had added to the learners knowledge, she would subtract each students pre-test score from his or her postest score and sonclude that the obtained difference (change score) represented the contributions made by the book. In other words, the experimenters judgement would be based, not on the test scores, but on the extent of change from pre-test to post-test (Murray, 2003:53).
Untuk memperoleh dasar yang lebih menyakinkan dalam memperkirakan
pengaruh dan suatu materi guru dapat mengganti desain pembelajaran, yang
semula menggunakan treatment + evaluation menjadi menggunakan desain
pre-test + treatment + post-pre-test. Dalam hal ini, sebelum menyuruh siswa membaca
materi yang akan dipelajari, guru harus memberikan pre-test lalu setelah mereka
selesai mempelajari dengan perlakuan tertentu guru memberikan postest untuk
mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa setelah diberi perlakuan, dan
untuk mengetahui sejauh mana perolehan kemampuan berpikir rasional siswa
guru harus mengurangkan nilai postes dengan nilai pretes dan nilai akhir yang
diperoleh merupakan tanda keberhasilan atau ketidakberhasilan perlakuan yang
3.2. Lokasi, Populasi, dan Penentuan Sampel Penelitian
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sampel random
sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas. Penelitian akan dilakukan di
kelas VIII SMPN 1 Luragung Kuningan. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua
kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas yang akan diberi perlakuan khusus berupa
penggunaan sumber pembelajaran kontekstual, sedangkan satu kelas sebagai kelas
kontrol tanpa perlakuan khusus, artinya pelaksanaan pembelajaran menggunakan
sumber pembelajaran konvensional.
Dari data observasi dan hasil tes MID semester, peneliti memilih dua kelas
yang memiliki kemampuan akademik yang relatif sama, selanjutnya dari kedua
kelas ini, satu kelas akan dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas
kontrol.
Berikut ini adalah alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol :
Gambar 3.1.
Alur Penentuan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Melihat rata-rata nilai kelas UTS kelas VIII Semester Ganjil
2013/2014
Mencari 2 kelas yang memiliki rata-rata kelasnya hampir sama
/mendekati
Terpilih dua kelas Dua kelas tersebut diundi
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengkaji pengaruh antara dua variabel yaitu
variabel X (Penggunaan sumber belajar kontekstual) sebagai variabel independen
atau variabel bebas dan variabel Y (Berpikir rasional) sebagai variabel dependen
atau variabel terikat. Bentuk desain kuasi eksperimen dalam penelitian ini, yaitu
non equivalent control design.
Untuk memudahkan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, maka
dapat di gambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2 Hubungan Variabel
Keterangan :
X : Sumber Belajar Kontekstual
Y : Berpikir Rasional
3.3.2. Definisi Operasional
Sumber belajar kontekstual merupakan sumber belajar yang memiliki
keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka, dan membawa peserta didik ke
dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan apa
yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah perolehan
mereka sendiri, bukan perolehan dari guru. (Kokom Komalasari, 2012 : 108)
Keterampilan berpikir rasional adalah tindakan mengoptimalkan keadaan
yang terbatas untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin, mengalokasikan
sumberdaya terbatas yang tersedia secara efisien dalam penggunaan atau
pemanfaatannya, merumuskan objektif atau pilihan-pilihan yang dikumpulkan
dari informasi-informasi yang akurat untuk diambil kesimpulan secara logika
berdasarkan pertimbangan akibat atau resiko yang ditimbulkan sehingga tindakan
yang dilakukan tepat. (Diadaptasi dari G.R. Steele)
Berikut gambaran indikator-indikator variabel X (Sumber Belajar
Kontekstual) dan variabel Y (Berpikir Rasional).
Tabel 3.2.
Indikator Penelitian
Variabel Indikator
Sumber Belajar Kontekstual
(Kokom Komalasari , 2011 :
108)
- Orang
- Bahan
- Peralatan
- Lingkungan
Berpikir Rasional .
(Diadaptasi dari G.R. Steele)
- Hidup Hemat
- Efisien
- Berpikir masa depan
- Penyimpanan modal (Tabungan /
Investasi)
- Memprioritaskan kebutuhan
- Produktif
- Ekonomis
- Mengalokasikan sumber-sumber
3.4. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan
data dan keterangan-keterangan guna mengetahui lebih mendalam permasalahan
yang diulas dalam penyusunan tesis ini. Adapun instrumen yang dipakai penulis
3.4.1. Tes
Pada penelitian ini diberikan tes uraian kepada kelas ekperimen dan kelas
kontrol, untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir rasional
siswa. Tes diberikan dengan soal yang sama pada awal (pre-test) dan pada
akhir pembelajaran (post-test)
3.4.2. Kuesioner / Angket
Kuesioner merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data secara
tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab dengan responden)
yang berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau
direspon oleh responden, selain itu responden mengetahui informasi yang
diminta. Kuesioner / angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pengukuran skala model Likert untuk mengetahui kontribusi penggunaan
sumber belajar kontekstual dalam pelajaran IPS ekonomi terhadap
keterampilan berpikir rasional siswa.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil tes, baik pre test maupun post
tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dengan cara :
3.6.1. Penyebaran Angket
3.6.2. Pemberian Tes
3.6.3. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan bertujuan untuk memperoleh data sekunder, yaitu
landasan teoritis yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data
sekunder ialah sumber informasi yang telah dikemukakan oleh para ahli
yang kompeten di bidang masing-masing sehingga relevan dengan
pembahasan yang akan diteliti. Dalam hal ini adalah penelusuran
literatur-literatur yang berhubungan dengan penggunaan sumber belajar
3.6. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data.
3.6.1. Tahap Persiapan
Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3.6.2. Tahap pelaksanaan 3.6.2.1. Pelaksanaan Pre-test
Pre-test diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang
sama untuk mengetahui kemampuan berpikir rasional siswa sebelum
pembelajaran.
3.6.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah dilakukan pre-test, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan
pembelajaran. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan berupa penggunaan
sumber belajar kontekstual, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan sumber
pembelajaran konvensional.
3.6.2.3. Pelaksanaan Post-test
Setelah pelaksanaan pembelajaran, baik di kelas eksperimen maupun kelas
kontrol diberikan post-test yang sama dengan soal pre-test. Hasil post-test ini
kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir rasional
siswa antara kelas ekperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual dan
pada kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar konvensional.
3.7. Analisa Alat Tes
Alat tes yang akan digunakan dalam mengukur keterampilan berpikir
rasional siswa dalam bentuk pre-test dan post-test pada kelas ekperimen dan kelas
kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada siswa yang telah
mempelajari materi yang sama. Dari hasil tes tersebut kemudian dianalisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya, dengan harapan
3.7.1. Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173). Hasil tes
siswa kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment
Pearson dengan bantuan program SPSS versi 19.0. Bila korelasi di bawah 0,30,
maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid, sehingga
harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2009:179).
3.7.2. Reliabilitas
Sukmadinata dalam Rizal (2012 : 93) menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan tingkat keajegan atau ketepatan hasil pengukuran”. Lebih lanjut dikatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Dengan demikian suatu
instrumen memiliki reabilitas yang memadai bila instrumen itu digunakan
mengukur aspek yang diukur dengan ketetapan hasil.
Metode yang digunakan untuk menguji reabilitas instrumen dalam
penelitian ini adalah Split half method dengan teknik Spearman-Brown sebagai
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi ekspektasi dengan rumus Ei = n x L
n = banyaknya data
L = Luas kelas interval (menggunakan daftar z)
z =
x bk
Dengan:
bk = batas kelas
= deviasi standard
Ketentuan:
Jika 2 hitung < 2daftar maka populasi berdistribusi normal
Jika 2 hitung > 2daftar maka populasi tidak berdistribusi normal
Menguji homogenitas varian
(1) Menghitung nilai frekuensi
Fhitung = k b
V V
Dengan:
Vb = Varian besar
Vk = Varian kecil
(2) Menentukan derajat kebebasan
dk1 = n1 –1
Dengan:
dk1 = derajat kebebasan pembilang
dk2 = derajat kebebasan penyebut
2 , 1
n = ukuran sampel varians besar dan kecil
(3) Menentukan F tabel
F tabel dengan taraf signifikansi () = 1 % dan (dk1, dk2)
F tabel = F(1 –)(dk1,dk2)
Jika F hitung < F tabel maka varians skor tes kedua kelompok adalah
homogen.
2) Perhitungan Gain
Dimitrov dan Rumli dalam Kusnendi (2013:10) menyatakan bahwa Gain
score (Gs) tepat digunakan jika kondisi awal (Pre-tes) antara kelas eksperimen
dan kelas kontrol nyata berbeda.
Peningkatan pemahaman siswa berdasarkan hasil pre-tes dan post-test
dinormalisasi dengan rumus gain sebagai berikut :
�= � −� �
���� −� �
Savinainen dan Scoot dalam Kusnendi (2013 : 10) Keterangan:
Spos = skor post-test
Spre = skor pre-test
Smaks = skor maksimum ideal
Tabel 3.3 Kategori Gain
Batasan Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3≤ g≤ 0,7 Sedang
3.9. Uji Hipotesis
Untuk uji hipotesis digunakan uji t, teknik ini digunakan jika datanya
berdistribusi normal dan homogen. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
1) Mencari deviasi standar gabungan, dengan menggunakan rumus:
Dengan:
Untuk lebih jelasnya mengenai pengujian hipotesis penelitian dirincikan
pada tabel berikut ini. pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) pengukuran awal (pre test) dengan pengukuran akhir (post test) berpikir rasional pada kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual lebih bagus dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar konvensional pada pengukuran akhir (post test)
Hipotesis Hipotesis
Kriteria uji, Ho dapat ditolak jika :
p-value (Sig) ≤ 0,05 (2-tailed test); p-value (Sig/2) ≤ 0,05 (1-tailed test).
Atau jika nilai t hitung ≤ nilai t tabel dengan α = 5%, db = nx + ny– 2 serta t
tabel = ½ α.
(Kusnendi, 2013:2-8)
3.10 Respon Siswa
Data hasil kuesioner yang berisi tentang tanggapan siswa kelompok
eksperimen terhadap penggunaan sumber belajar kontekstual dalam pembelajaran
IPS, dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:
%
Setelah data diolah dan dianalisa dengan perhitungan prosentase, kemudian
untuk memudahkan dalam menarik kesimpulan terlebih dahulu diadakan
penapsiran atau interpretasi data berdasarkan klasifikasi prosentase. Menurut
Kuntjaraningrat (E. Suherman, 2001: 6) mengemukakan cara menginterpretasikan
78
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan data
menggunakan perhitungan statistik, maka dapat disimpulkan :
1. Penggunaan sumber belajar kontekstual pada kelas eksperimen dalam
penelitian ini mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional peserta
didik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang
signifikan atas pengukuran awal (pre test) dan pengukuran akhir (pos test).
Pembelajaran dengan menggunakan sumber belajar kontekstual, guru
menghubungkan materi pembelajaran dengan dunia nyata yang ada dan
dialami oleh siswa mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional
peserta didik secara signifikan, seperti berpikir tentang hidup hemat,
efisien, anak berpikir masa depan, sudah menyadari pentingnya menabung
untuk masa depan dll.
2. Pembelajaran IPS dengan menggunakan sumber belajar konvensional
memang mampu meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa pada
kelas kontrol, namun peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan yang
rendah dikarenakan pembelajaran IPS tidak dihubungkan dengan
kenyataan yang sebenarnya. Buku teks menjadi sumber utama serta
metode cermah yang digunakan kurang menarik siswa dalam pelaksanaan
pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan membosankan
bagi peserta didik.
3. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir rasional peserta
didik antara kelas yang menggunakan sumber belajar kontekstual
dibandingkan dengan kelas yang menggunakan sumber belajar
dibandingkan dengan kelas konvensional, ini artinya penggunaan sumber
belajar kontekstual lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan sumber
belajar konvensional.
4. Peningkatan keterampilan berpikir rasional peserta didik yang diperoleh
dikelas eksperimen dengan menggunakan sumber belajar kontekstual lebih
tinggi bila dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.
Hal ini terlihat dari perhitungan nilai gain dari kedua kelas. N-gain yang
diperoleh kelas eksperimen yang menggunakan sumber belajar kontekstual
lebih tinggi dari kelas kontrol yang menggunakan sumber belajar
konvensional dalam keterampilan berpikir rasional peserta didik. Jadi
penggunaan sumber belajar kontekstual memberikan pengaruh yang lebih
tinggi terhadap keterampilan berpikir rasional peserta didik jika
dibandingkan dengan penggunaan sumber belajar konvensional.
5.2Saran
Adapun beberapa saran berdasarkan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran diharapkan siswa dapat dilatih untuk terbiasa
menghubungkan kemampuan berpikir rasional dengan kehidupan nyata.
2. Guru disarankan untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran
untuk memanfaatkan sumber pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran IPS di SMP.
3. Dalam memanfaatkan sumber belajar kontekstual, guru diharapkan dapat
mengorganisasi materi yang akan disampaikan secara kreatif sesuai
dengan karakteristik materi, dihubungkan waktu serta dengan lingkungan
sekitar peserta didik.
4. Dalam rangka meningkatkan pemanfaatan sumber belajar kontekstual,
perlu kiranya Musyawarah Guru Mata Pelajaran mengadakan pelatihan
bagi guru-guru IPS, sehingga terdapat peningkatan pengetahuan dan
5. Diharapkan adanya pengembangan penelitian mengenai penggunaan
sumber belajar kontekstual pada materi atau mata pelajaran IPS khusus
80
A. Azis Wahab. 1980. Evaluasi Pendidikan PMP. LPPMP FPIPS IKIP Bandung.
A. Kosasih Djahiri. 1980. Pedoman Pengajaran IPS. Jakarta: Depdikbud.
Al Muchtar, Suwarma. (2007). Strategi Pembelajaran IPS. Bandung : Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Balai Pengembangan Teknologi Pendidikan Jawa Barat.
Anwar. (2006). Kecakapan Hidup. Bandung : Alfabeta.
Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian. Jakarta; Rineka Cipta.
Banks, James A.1990. Teaching Strategis for the Social Studies. California: Addison-Wesley Pub Co.
BSNP. 2007. Model Pembelajaran Terpadu IPS. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Creswell, J.W. (1994). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five Traditions. California ; Thousand Oaks, Sage.
Dahar, Ratna Wilis. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : PT Erlangga.
__________(1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Pendididkan Nasional (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi Sekolah Menengah Pertama. Jakarta.
Istianti, Dkk. (2001). Pengembangan Strategi Pengajaran Konsep dalam pembelajaran Pendidikan IPS di Sekolah Dasar. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: UPI
Gulo, W (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
Hasan, S. Hamid. 1996. Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial (Bagian Petama). Juusan Pendidikan Sejarah. FPIPS IKIP Bandung.
Control Group Pretest – Posttest Design. Bandung : Sekolah Pascasarjana UPI.
Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran : Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Murray, Thomas. (2003). Blending Qualitative and Quantitative Research Methods in Thesis and Dissertations. Amerika : California.
Numan Somantri. 1994. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Kerja sama UPI dengan P.T. Rosda Karya.
Nur & Wikandari, PP. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Kontuktivis Dalam Pengajaran. Edisi 3. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Purwanto, M.N. (1990). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Remsey, JM. Raming J.E & Bailer JP. 1996. Teaching Science Process Skill Good Aple. An Imorint of Paramont Suplemental Education.
Sapriya dkk. 2002. Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung: UPI Press.
Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. C.V. Alfabeta: Bandung.
Sumaatmadja, Nursid (1988). Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan, Bandung : Alumni.
Suparno, P. 2000. Teori Perkembangan Piaget. Yogyakarta.
Sutisyana. 1997. Upaya Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran IPS. Tesis FPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Remaja Rosdakarya.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Konsep, Landasan Teoritis-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Agustendi, Sonny (2010), Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching & Learning) Tipe Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa(Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar) Tesis UPI : Bandung
Furqon Acep,(2006), Hubungan Antara Keterampilan Berfikir Rasional Dengan Kemampuan Berhipotesis Siswa Kelas X Pada Pokok Bahasan Kimia Karbon, Tesis UPI : Bandung.
Rosnenty, Dra. Raja (2010), Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS Terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan Pada Peserta Didik Sekolah Dasar, Tesis UPI : Bandung
Sudjana, Nana (1989). Dasar-dasarProses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Rampolla , Mary Lynn. Using Primary Resources: Teaching Guides from the Tennessee State Library and Archives. Terseda dalam:
http://www.tennessee.gov/tsla/educationoutreach/PrimarySourceLessons1.p df.
http://canadianhistoryeducation.wordpress.com/2011/02/28/reasons-forusing primary-sources-to-teach-history/
Http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/customportlets/recorddetails/detailmini.s jp?).