iv ABSTRAK
PERBANDINGAN DAYA ANTIJAMUR BEBERAPA ANTISEPTIK VAGINA TERHADAP Candida albicans
SECARA IN VITRO
Selfa, 2013. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu Wardhani., dr., Sp.KK Pembimbing II : Triswaty Winata., dr., M.Kes
Latar belakang penelitiaan ini adalah sekitar 75% wanita usia subur pernah mengalami setidaknya satu kali kejadian vaginitis candida selama hidupnya. Sekitar 30-40% di antaranya mengalami infeksi berulang untuk kedua kalinya. Saat ini, berbagai macam produk pembersih wanita banyak terdapat di pasaran, dengan berbagai macam kandungan baik dengan bahan aktif kimia, ekstrak tumbuh-tumbuhan, maupun gabungan keduanya.
Tujuan Penelitian ini adalah menilai dan membandingkan daya antijamur antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat), 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih), dan 3 (povidone iodine) terhadap Candida albicans.
Disain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik. Metode penelitian yang digunakan adalah disc diffusion menurut Kirby Bauer dengan melakukan pengukuran diameter zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans di media Sabouraud Dextrose Agar (SDA), kemudian hasil dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (nistatin) dan kontrol negatif (cakram kosong).
Hasil penelitian pada antiseptik 1, dari hasil Mann-Withney, antara konsentrasi 100% dan 50% dengan kontrol negatif adalah sangat signifikan (p<0,01), antara konsentrasi 25% dengan kontrol negatif signifikan (p<0,05), dan antara konsentrasi 12,5% dan 6,25% dengan kontrol negatif tidak signifikan. Pada antiseptik 2 dan 3, dari hasil Mann-Withney, antara konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% dengan kontrol negatif adalah sangat signifikan (p<0,01). Dan dari hasil multiple comparisson Tukey HSD, antara antiseptik 3 dengan kontrol positif menunjukkan hasil yang non signifikan (p>0,05) yang artinya potensi pembentukan zona inhibisi pada antiseptik 3 setara dengan kelompok kontrol positif. Sedangkan antiseptik 1 dan 2 dengan kontrol positif menunjukkan hasil yang sangat signifikan (p<0,01).
Kesimpulan penelitiaan didapatkan antiseptik 1 memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans pada konsentrasi 100%, 50%, dan 25%. Antiseptik 2 dan 3 memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Antiseptik 3 memiliki daya antijamur yang lebih baik terhadap Candida albicans dibandingkan antiseptik 1 dan antiseptik 2.
ABSTRACT
THE COMPARISON OF ANTIFUNGAL POTENCY ON SOME VAGINAL ANTISEPTICS TO Candida albicans
IN VITRO
Selfa, 2013. 1st Tutor : Dr. Savitri Restu Wardhani., dr., Sp.KK 2nd Tutor : Triswaty Winata., dr., M. Kes
Bacground approximately 75% of women on reproductive age had experienced Candida vaginitis at least once during his lifetime. About 30-40% of them experienced recurrent infection for the second time. There are so many cleaning products for women in the market today with variety contents either with chemical active ingredients, plants extracts, or a combination of both.
The purpose of this study was to assess and compare the antifungal potency on antiseptic 1 (lactoserrum and lactic acid), 2 (triclosan and sirih leaf extract), and 3 (povidone iodine) againts Candida albicans.
This research design was a laboratory experimental research. The method used is disc diffusion by Kirby Bauer by measuring the zone of inhibition diameter of Candida albicans growth on Sabouraud Dextrose Agar (SDA) media, then the results compared to the positive control (nystatin) and negative control (blank discs) group.
The research results on antiseptic 1, the results of Mann-Whitney, the concentration of 100% and 50% was highly significant (p<0.01), the concentration of 25% was significant (p<0.05), and the concentration of 12.5% and 6.25% was not significant when compared to the negative control. On antiseptic 2 and 3, the results of Mann-Whitney, the concentration of 100%, 50%, 25%, 12.5% and 6.25% was highly significant (p<0.01) compared to the negative control. And the results of the Tukey HSD multiple comparisson between antiseptic 3 to the positive control showed a non-significant result (p>0.05), which means the potential to form and inhibition zones on antiseptic 3 was equal to positive control group. While antiseptic 1 and 2 showed a highly significant result (p<0.01) compared to the positive control.
Conclusion of the study founds that the antiseptic 1 has antifungal potency against Candida albicans at concentration of 100%, 50%, and 25%. Antiseptic 2 and 3 have the antifungal potency against Candida albicans at concentrarion of 100%, 50%, 25%, 12.5%, and 6.25%. Antiseptic 3 has a better antifungal potency against Candida albicans compared to antiseptic 1 and antiseptic 2.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Indentifikasi Masalah ... 2
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2
1.3.1 Maksud Penelitiaan ... 2
1.3.2 Tujuan Penelitiaan ... 3
1.4Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5Kerangka Pemikiran ... 3
1.6Hipotesis Penelitiaan ... 5
ix BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Genitalia Wanita ... 6
2.1.1 Anatomi Genitalia Eksterna ... 6
2.1.2 Anatomi Genitalia Interna ... 8
2.2 Candida albicans ... 9
2.2.1 Sistem Klasifikasi Candida albicans ... 9
2.2.2 Morfologi dan Identifikasi Candida albicans ... 10
2.2.3 Struktur Candida albicans ... 11
2.2.4 Faktor Virulensi ... 12
2.2.5 Patogenesis dan Patologi ... 13
2.2.6 Manifestasi Klinik ... 15
2.3 Kandidiasis Vulvovaginal ... 15
2.3.1 Definisi ... 15
2.4.3 Povidone Iodine ... 20
2.4.4 Sirih ... 21
2.4.5 Triclosan ... 23
2.5 Pemeriksaan Disc Diffusion Metode Kirby Bauer... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan, Alat, dan Subjek Penelitiaan ... 25
3.1.1 Bahan Penelitiaan ... 25
x
3.1.3 Subjek Penelitiaan ... 26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitiaan ... 26
3.3 Metode Penelitiaan ... 26
3.3.1 Desain Penelitiaan ... 26
3.3.2 Variabel Penelitiaan ... 27
3.3.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 27
3.3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 27
3.3.3 Basar Sampel Penelitiaan ... 27
3.3.4 Prosedur Kerja ... 28
3.3.4.1 Sterilisasi ... 28
3.3.4.2 Cara Pembuatan Suspensi Standar Mc Farland ... 28
3.3.4.3 Cara Pembuatan Larutan Antiseptik Vagina ... 28
3.3.4.4 Identifikasi dan Pembuatan Suspensi Candida albicans ... 30
3.3.4.5 Pengukuran Aktivitas Antijamur ... 31
3.3.5 Metode Analisis ... 31
3.3.5.1 Hipotesis Statistik ... 31
3.3.5.2 Kriteria Uji ... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitiaan 4.1.1 Pengamatan Uji Aktivitas Antijamur Antiseptik 1 terhadap Candida albicans ... 32
4.1.2 Pengamatan Uji Aktivitas Antijamur Antiseptik 2 terhadap Candida albicans ... 34
4.1.3 Pengamatan Uji Aktivitas Antijamur Antiseptik 3 terhadap Candida albicans ... 35
4.1.4 Pengamatan Uji Aktivitas Antijamur Antiseptik 1, 2, dan 3 pada konsentrasi 100% terhadap Candida albicans ... 37
4.2 Pembahasan ... 39
xi
4.2.2 Uji Hipotesis Antiseptik 2 terhadap Candida albicans ... 42
4.2.3 Uji Hipotesis Antiseptik 3 terhadap Candida albicans ... 43
4.2.4 Uji Hipotesis Antiseptik 1, 2, dan 3 terhadap Candida albicans ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 45
5.2 Saran... 45
DAFTAR PUSTAKA ... 46
LAMPIRAN ... 50
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Diameter zona inhibisi antiseptik 1 terhadap Candida albicans... 32
Tabel 4.2 Tes Homogenitas Varian Antiseptik 1 ... 33
Tabel 4.3 Tes Kruskal Wallis Antiseptik 1 ... 33
Tabel 4.4 Tes Mann-Whitney Antiseptik 1 ... 33
Tabel 4.5 Diameter zona inhibisi antiseptik 2 terhadap Candida albicans... 34
Tabel 4.6 Tes Homogenitas Varian Antiseptik 2 ... 34
Tabel 4.7 Tes Kruskal Wallis Antiseptik 2 ... 35
Tabel 4.8 Tes Mann-Whitney Antiseptik 2 ... 35
Tabel 4.9 Diameter zona inhibisi antiseptik 3 terhadap Candida albicans... 36
Tabel 4.10 Tes Homogenitas Varian Antiseptik 3 ... 36
Tabel 4.11 Tes Kruskal Wallis Antiseptik 3 ... 36
Tabel 4.12 Tes Mann-Whitney Antiseptik 3 ... 37
Tabel 4.13 Diameter zona inhibisi antiseptik 1, 2, dan 3 pada konsentrasi 100% Terhadap Candida albicans ... 38
Tabel 4.14 Tes Homogenitas Varian Antiseptik 1, 2, dan 3 ... 38
Tabel 4.15 Tes ANAVA ... 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Genitalia externa ... 7
Gambar 2.2 Genitalia interna ... 9
Gambar 2.3 Germ tube ... 10
Gambar 2.4 Sel Candida albicans 3 jam setelah pertumbuhan germ tube, hifa Bersepta, dan tumbuh germ tube baru di kutub distal sel ... 11
Gambar 2.5 Skema dinding sel Candida albicans ... 12
Gambar 2.6 Kandidiasis Vulvovaginal ... 15
Gambar 2.7 Formula Isomer-Isomer Opti Aktif Asam Laktat ... 20
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida albicans (Sobel, 1999). Diperkirakan, sekitar 75% wanita usia subur pernah mengalami setidaknya satu kali kejadian vaginitis candida selama hidupnya (Chapman & Daniel, 1994). Kurang lebih 30-40% di antaranya mengalami infeksi berulang untuk kedua kalinya (Winarto & Wibowo, 2003).
Candida albicans tumbuh sebagai mikroflora normal tubuh manusia pada saluran pencernaan, pernafasan, saluran genital wanita (Jawetz et al, 1995). Candida albicans dapat bersifat patogen jika daya tahan manusia menurun. Infeksi yang disebabkan Candida disebut dengan kandidiasis (Crissey et al, 1987).
Berbagai macam produk pembersih wanita banyak terdapat di pasaran saat ini. Wanita mempergunakan produk ini dengan berbagai tujuan. Antiseptik vagina tersebut dapat digunakan untuk mencegah terjadinya flour albus. Flour albus dapat menjadi salah satu gejala infeksi genitalia wanita yang disebabkan jamur maupun bakteri, dikenal masyarakat sebagai keputihan. Cairan ini berwarna putih seperti susu, jumlah berlebih, kental, lengket dan berbau tidak sedap seperti bau busuk. Cairan ini akan menyebabkan vagina terasa sangat gatal atau panas bahkan sampai menimbulkan luka di daerah mulut vagina (Harjono et al, 1994).
2
asam laktat, dan povidone iodine. Sedangkan antiseptik 2 mengandung bahan aktif kimia dan ekstrak tumbuhan yaitu triclosan dan ekstrak daun sirih.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menguji sejauh mana daya antijamur beberapa macam produk antiseptik vagina terhadap Candida albicans, dan membandingkan diantara ketiga bahan uji tersebut manakah antiseptik yang memiliki daya antijamur yang paling baik terhadap Candida albicans.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi masalah penelitian ini adalah: Apakah antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat) memiliki daya antijamur
terhadap Candida albicans
Apakah antiseptik 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
Apakah antiseptik 3 (povidone iodine) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
Manakah yang lebih baik antara antiseptik 1, 2, dan 3 yang memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
3
1.3.2 Tujuan Penelitian
Menilai daya antijamur antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat) terhadap Candida albicans
Menilai daya antijamur antiseptik 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih) terhadap Candida albicans
Menilai daya antijamur antiseptik 3 (povidone iodine) terhadap Candida albicans
Menilai potensi daya antijamur antara antiseptik 1, 2, dan 3 terhadap Candida albicans
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat akademis
Menambah pengetahuan tentang efek dan potensi antijamur beberapa antiseptik vagina terhadap Candida albicans yang merupakan penyebab candidiasis pada perempuan.
1.4.2 Manfaat praktis
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai daya antijamur beberapa antiseptik vagina terhadap Candida albicans.
1.5 Kerangka Pemikiran
4
Antiseptik 2 yang akan diuji mengandung bahan aktif triclosan 0,1% dan ekstrak daun sirih 8,65%. Triclosan merupakan zat antibakteri dan atijamur yang poten yang telah digunakan secara luas untuk menghasilkan keadaan bebas kuman. Penggunaan antibakteri seperti triclosan untuk pemakaian sehari-hari dipertanyakan manfaatnya karena membunuh mikroorganisme sekaligus merusak flora normal dalam lingkungan dan tubuh manusia (Winarto & Wibowo, 2003).
Salah satu dari senyawa-senyawa yang bersifat fungistatik yang terkandung dalam ekstrak daun sirih segar adalah fenil propane (senyawa fenolik) (Damayanti, R. M., Mulyono, 2008). Senyawa tersebut dapat menyebabkan denaturasi protein, yaitu kerusakan struktur tersier protein sehingga protein kehilangan sifat-sifat aslinya. Protein merupakan komponen yang sangat penting bagi semua sel hidup termasuk sel-sel Candida albicans. Terdenaturasinya protein dinding sel Candida albicans tentunya akan menyebakan kerapuhan pada dinding sel khamir tersebut sehingga mudah di tembus zat-zat aktif lainnya yang juga bersifat fungistatik. Jika protein yang terdenaturasi adalah protein enzim maka enzim tidak dapat bekerja yang menyebabkan metabolisme terganggu sehingga proses reproduksi pun terhambat. Denaturasi protein pada enzim-enzim eksternal yang di produksi sel-sel Candida albicans menyebabkan enzim-enzim tersebut tidak dapat mendegradasi senyawa-senyawa kompleks yang terdapat di sekelilingnnya menjadi senyawa-senyawa sederhana sehingga proses penyerapan nutrisi terganggu (Jawetz et al, 1995).
Antiseptik 3 yang akan diuji mengandung bahan aktif povidone iodine yang telah dikenal sebagai antiseptik yang digunakan untuk berbagai usaha antiseptik dalam kesehatan . Povidone Iodine efektif menghambat pertumbuhan Candida albicans karena iodine memiliki kerja ganda yaitu dengan merusak dinding sel dan enzim-enzim pernapasan di membran sel (Winarto & Wibowo, 2003).
5
1.6 Hipotesis Penelitian
Antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
Antiseptik 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
Antiseptik 3 (povidone iodine) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans
Antiseptik 1, 2, dan 3 memiliki potensi daya antijamur yang sama terhadap
Candida albicans
1.7 Metodologi Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik. Metode penelitian yang
digunakan adalah disc diffusion menurut Kirby Bauer dengan melakukan pengukuran
diameter zona hambat pertumbuhan Candida albicans di media SDA (Sabouraud
Dextrose Agar), kemudian hasil dibandingkan dengan kelompok kontrol + (nistatin) dan
45
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans pada konsentrasi 100%, 50%, dan 25%. Antiseptik 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih) memiliki daya antijamur
terhadap Candida albicans pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%.
Antiseptik 3 (povidone iodine) memiliki daya antijamur terhadap Candida albicans pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%.
Antiseptik 3 (povidone iodine) memiliki daya antijamur yang lebih baik
terhadap Candida albicans dibandingkan antiseptik 1 (lactoserrum dan asam laktat) dan antiseptik 2 (triclosan dan ekstrak daun sirih).
5.2Saran
Sehubungan dengan penelitian ini, dapat disarankan beberapa hal yaitu : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menilai konsentrasi hambat
minimal (KHM) dan konsentrasi bakterisidal minimum (KBM) 3 jenis antiseptik vagina tersebut terhadap Candida albicans.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aliadi, A., dkk. 1996. Tanaman Obat Pilihan. Jakarta. Yayasan Sidowayah.
Anaissie, E. J. 2007, Mei 31. Retrieved from The Canging Epidemiology of Candida Infection: http://www.medscape.com/viewprogram/7208_pnt
Bates' Guide to Physical Examination and History Taking 7th Edition.
Beers, M. H., Berkow, R. 1999. The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. New York.
James, K. Biology, Health, Research, Science. 2011, November 11. Retrieved from http://arif-nma.com/2012/11/11/manfaat-daun-sirih-dan-strukturnya/
Brooks, G. F., Carol K. C., Butel J. S., & Morse S. A. 2007. Medical Microbiology. Mc Graw Hill.
Burks, R.I. 1998. Povidone_iodine Solution in Woud Treatment. Retrieved from www.highbeam.com
Chapman, S. W., Daniel, C. R. 1994. Dalam Moellerina, R. C: Infectious Diseases Clinics of North America Sexually Transmitted Diseases in the AIDS Era: Part II Volume 8. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Chloe McClanahan. 2009. Retrieved from
http://www.sigmaaldrich.com/content/dam/sigma-aldrich/articles/biofiles/biofiles-volume-40/figure-3.gif
Crissey, J.T., H. Lang., C. P. Lawrence. 1987. Manual of Medical Mycology. In Blackwell Science (pp. 83-89). Los Angeles.
Csonka, G. W., Oates, J.K. 1990. Sexually Transmitted Diseases. London, Bailliere, Tindall.
Damayanti, R. M., Mulyono. 2008. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih; Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: Agromedia Pustaka.
47
David L. Kaplan, MD. 2009, December 7. Retrieved from
http://www.consultantlive.com/image/image_gallery?img_id=1493483&t=1260 204839050
Harjono, R. M. et al. 1994. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya. Iwaguchi. 2000. Pathogenic Fungi Database. Retrieved September 25, 2009, from
http://timm.main.teikyo-u.ac.jp/pfdb/image/iwaguchi_s_1/germ_tube-1.jpg Jawetz et al. 1995. Mikologi Kedokteran. Dalam: Mikrobiologi Kedokteran (20 ed.).
Jakarta: EGC.
Jawetz et al. 2004. Mikosis Oportunistik. Dalam: Mikrobiologi Kedokteran, buku 2 (1 ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Ketchun, P. A. 1988. Microbiology Concept and Aplications. New York.Wiley. King, A., Nicole, C. 1980. Veneral Diseases. London.Bailliere Tindal.
Kuswadji Kandidosis. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FK UI. Menoutis, J., Parisi, A. I. 2001. Triclosan and Its Impurity. Retrieved from
www.uantexlabs.com
Mitchell, T. G. 2004. Medical Mycology In: Geo F. Brooks, Janet S. Butel, Stephen A. Morse (23rd edition ed.). (M. &. Jawetz, Ed.) Singapor: The McGraw-Hill Companies.
Montes, L. F. 1992. Vaginal Candidiasis. In S. L. Moschella, Dermatology (3rd edition ed., Vol. 1). Philadelphia: Saunder's Company.
O'Neil, Maryadele J. 2001. The Merck Index 13th edition. New York. Merck & Co. Inc.
Prescott, S. C., dunn, C. G.,. 1959. The Production of Lactic Acid by Fermentation . In Industrial Microbiology 3rd edition. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.
48
Rinaldi, M. G. 1993. Biology and Pathogenicity of Candida Species In: Gerald P. Bodey. (2nd edition ed.). (d. a. Candidiasis: Pathogenesis, Ed.) New York: Raven Press.
Rippon, John Willard. 1974. Candidosis. In: Medical Mycology. Philadelphia: W. B. Saunders Company.
Roberts B, Bray J, Lewis J, dkk. 1996. Biologi Molekular Sel (2nd edition ed.). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Ryan, K. J. 1994. Candida, Aspergillus, and Other Opportunistic Fungi. In C. J.J, Sherris Medical Microbiology An Introduction to Infectious diseases.
Salvo, A. D. 2004, November 24. Yeasts; Candidiasis (Candida albicans). Retrieved from http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm
Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli Indonesia. Jakarta. Dian Rakyat.
Schaller et all. 2005, August 25. Hydrolitic enzymes as virulence factors of Candida albicans. Retrieved 2009, from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16262871.
Smith, Charles B. 1985. Candidiasis: Pathogenesis, Host Resistance, and Predisposing Factors. In: Candidiasis. New York: Raven Press Books. Sobel, J. D. 1999. Vulvovaginal Candidiasis. In K. K. Holmes, et al: Sexually
Transmitted Diseases (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Syamsuhidayat, S.S., Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Tjampakasari, CR. 2006. Karakteristik Candida albicans. Cermin Dunia Kedokteran. Tortora, G. J., Funke B. R., Case C.L. 2004. Microbiology an Introduction . San
Fransisco.
Umeyama T, Kaneko A . 2006. Deletion of the CaBIGIgene reduces glucan
synthesis, filamentation, adhesion, and virulence in Candida albians. J Infect and Immun.
49
WebMD. 2013, November 19. Retrieved from http://www.webmd.boots.com/skin-problems-and-treatments/guide/candidiasis-yeast
Weinstein, L. 1997. Gynaecologic Infection. In J. S. Sciarra, Sciarra Gynaecology and Obstetric. Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.
Winarto, H., Wibowo, N. 2003. Peran Imunitas Seluler Lokal pada Kandidosis Vulvovagina Rekurens (Review Article).
Yoshito Takeuchi. 2008, August 11. Retrieved from