PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER
ANAK USIA DINI
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Olahraga
oleh
DUDI KOMALUDIN 0907959
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER
ANAK USIA DINI
Oleh Dudi Komaludin
Drs. IKIP Bandung, 1990
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga
© Dudi Komaludin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI
Pengajaran aktivitas jasmani pada siswa PAUD masih dilaksanakan sebatas pengajaran aktifitas jasmani dan belum dikembangkan pada pemanfaatan aktifitas jasmani bagi pengembangan gerak dan karakter siswa. Suatu perlakuan eksperimen dengan pre dan postes group design telah dilakukan pada 48 siswa usia 4-6 tahun di PAUD Pustaka Ceria Tahun Ajaran 2012-2013 untuk mengetahui dampak Contextual Teaching and Learning terhadap perkembangan gerak dasar dan karakter anak. Instrumen panelitian digunakan dalam upaya melihat gerak lari, lompat, lempar, tangkap, dan tendang serta karakter berupa sikap disiplin, mandiri, percaya diri, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta lingkungan yang kemudian dianalisis secara statistik non parametrik, uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dengan bermain permainan tradisional berpengaruh terhadap keterampilan gerak dasar dan karakter. Hal ini dibuktikan dengan hasil signifikansi analisis statistik uji Wilcoxon antara pre tes dan pos tes keterampilan gerak dasar dan karakter yaitu 0.000 dan 0.000 (< 0.05).
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
THE EFFECT OF CONTEXTUAL LEARNING MODEL ON PRESCHOOL STUDENT FUNDAMENTAL MOTOR SKILLS AND
CHARACTERS
Preschool physical activity (physical education) were do by physical activities without involvement characters education yet. An experiment pre test post test design with 48 students ages 4-6 years old from preschool Pustaka Ceria to explored effect of contextual teaching and learning on fundamental motor skills and characters. Research instruments used to measure effect treatments, there are test for running, jumping, throwing, catching, kicking and characters are disciplines, independent, convident, cooperation, responsibility and loved environments. Wilcoxon Non Parametric Statistic Test used for the analysis. Research finding show that contextual teaching and learning model with traditional games have effects on fundamental motor skills and characters. The statistic sig. wilcoxon pre test post test 0.000 (sig< 0.05)
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMAKASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Metode Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Gerak Anak ... 10
1. Karakteristik Gerak ... 16
2. Kategori Motorik Kasar ... 18
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar ... 19
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini ... 24
1. Kematangan ... 24
2. Urutan ... 25
3. Motivasi ... 25
4. Pengalaman ... 26
5. Praktik ... 26
D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak Anak Usia Dini ... 26
E. Hakikat Pendidikan Karakter Bangsa ... 38
1. Konsep Pendidikan Karakter Bangsa ... 38
2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Usia Dini ... 43
3. Pengaruh olahraga dan Aktivitas Jasmani Terhadap Karakter ... 48
F. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ... 48
1. Konsep Pembelajaran Kontekstual ... 48
2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Bagi Anak Usia Dini ... 49
3. Teori Pemodelan (Role Playing) ... 53
G. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55
H. Penilaian Karakter PAUD ... 57
I. Kerangka Berpikir ... 58
J. Hipotesis Penelitian ... 59
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 60
B. Validitas Internal dan Eksternal ... 61
1. Validitas Internal ... 61
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Variabel dan Definisi Operasional ... 63
1. Variabel-variabel Penelitian ... 63
2. Definisi Operasional ... 63
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64
E. Program Perlakuan ... 64
1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran ... 64
2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen ... 66
F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual ... 73
G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 78
H. Metode Pengumpulan Data ... 78
I. Instrumen Penelitian ... 78
J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan ... 78
K. Prosedur Penelitian ... 82
L. Analisis Data ... 82
1. Teknik Pengolahan Data ... 82
2. Data Pembelajaran Motorik ... 82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data Penelitian ... 84
1. Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 88
2. Hasil Uji Homogenitas Data ... 89
3. Uji Perbandingan Skor Tes ... 90
B. Pembahasan ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101
B. Keterbatasan Penelitian ... 101
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA ... 103
LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Kecakapan Ketrampilan Gerak Menurut Umur (Jeff Walkley, 1998: 1) ... 14
2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 46
2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55
3.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya ... 65
3.2 Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional ... 70
3.3 Rencana Pelaksanaan Pengajaran ... 73
3.4 Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar ... 77
3.5 Instrumen Penelitian ... 78
3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik ... 80
4.1 Data Hasil Pretes dan Postes ... 84
4.2 Deskripsi Skor Rata-rata ... 86
4.3 Uji Normalitas Data ... 89
4.4 Uji Homogenitas Data ... 90
4.5 Ringkasan Hasil Uji Statistik Perbedaan Pre Test Post Tes ... 91
4.6 Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92
4.7 Frekuensi Hasil Pre Tes Pos Tes Gerak Dasar ... 93
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Perkembangan Motor Development (Gallahue, 1982: 6) ... 13
3.1 Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331) ... 61
4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Kemampuan Motorik ... 87
4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Karakter ... 87
4.3 Diagram Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92
4.4 Grafik frekuensi Kemampuan Motorik Pretes-Postes ... 94
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
2.1 Keterampilan Gerak yang Harus Dikembangkan Untuk
Mengembangkan Ketrampilan Olahraga (Gallahue, 1982: 23) ... 15
2.2 Kategori Motorik Kasar ... 18
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar Anak ... 23
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Instrumen Penelitian
Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pengajaran
Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian
Lampiran 4 : Proses Perhitungan dengan SPSS
Lampiran 5 : Foto Kegiatan Penelitian
Lampiran 6 : Surat Keputusan Pembimbing Tesis
Lampiran 7 : Surat Pengantar Penelitian
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Oleh
karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan nasional. Karena kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai
melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu
diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk
mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman dan pembaruan
pendidikan harus terus dilakukan.
Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu
disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan
efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan
responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu
mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas
pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan.
Dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang
efektif di kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang
sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia.
Pendidikan di Indonesia mengalami masalah serius pada kualitas
pendidikan pada jenjang awal. Banyak bukti empiris anak-anak yang disiapkan
pendidikannya dari usia dini, 0-6 tahun ketika masuk ke jenjang wajib belajar,
memiliki kemajuan yang luar biasa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak
mendapatkan pendidikan PAUD.
Pendidikan PAUD bukanlah belajar kognitif yang tinggi. Pendidikan
PAUD adalah menyiapkan anak-anak akan konsepsi dasar kognitif,
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran
kontekstual.
Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari
pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan
teori kurikulum dan metodologi pangajaran yang berhubungan dengan
pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari
paham progresivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik
apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka
ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses
belajar di sekolah.
Teori kognitif juga melatar belakangi filosofi pembelajaran kontekstual,
siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala
kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa
menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang
dapat mereka lakukan.
Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa
pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah
sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi
belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang
mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas
dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkonstruksikan sendiri
pengetahuannya. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pembelajaran
kontekstual dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Siswa
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ilmu pendidikan saat ini sangat berkembang pesat. Salah satu diantaranya
adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk
anak usia 0-6 tahun. Kondisi PAUD di Indonesia cenderung terus mengalami
peningkatan namun tidak semua orang tua memahami bahwa ”pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Undang-Undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pemahaman orang tua mungkin
hanya beranggapan bahwa masuk PAUD merupakan suatu kewajiban sebelum
anaknya masuk Sekolah Dasar, bahkan banyak orang tua yang sangat
mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung,
meskipun hal itu tidak diharuskan dicapai pada tingkat PAUD
Gallahue dan Ozmun, (2002: 45) menyatakan bahwa:
Proses perkembangan motorik merupakan proses yang lama melalui belajar bagaimana mengontrol gerakan dan merespon serta pengalaman sehari-hari. Perbedaan perilaku gerak dipengaruhi beberapa faktor meliputi: individual, pengalaman, dan latihan.
Salah satu tugas perkembangan adalah mengembangkan gerak anak
(motorik kasar maupun motorik halus) sesuai dengan usianya. Tujuan pendidikan
jasmani di PAUD diantaranya adalah: 1) Mengembangkan kemampuan koordinasi
motorik kasar, 2) Menanamkan nilai-nilai sportivitas dan disiplin, 3) Meningkatkan
kesegaran jasmani, 4) Memperkenalkan sejak dini hidup sehat, 5) Memperkenalkan
gerakan-gerakan yang indah melalui irama musik (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997: 4)
Pada umumnya pembelajaran pendidikan jasmani di PAUD lebih aspek
difokuskan pada perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memerlukan bimbingan dari pendidik. Seyogyanya gerakan-gerakan motorik
kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak PAUD dibawah bimbingan dan
pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek perkembangan
dapat berkembang secara optimal. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya
dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak
melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan
menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu
oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan
menjadi lebih percaya diri.
Tujuan pembelajaran motorik yaitu peserta didik diharapkan memiliki
kemampuan motorik yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari,
artinya peserta didik memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai.
Menurut Septian (2012:1) bahwa “Pendidikan jasmani memusatkan perhatiannya
kepada perubahan psikomotor yang dilakukan melalui belajar keterampilan
gerak.” Pada anak usia dini, aktivitas fisik sangat dominan karena mereka selalu
bergerak dan tidak mau diam. Oleh karena itu, kebiasaan bergerak tersebut perlu
diarahkan oleh guru agar gerakan tersebut bermanfaat.
Selama ini pembelajaran gerak anak usia dini masih sebatas tataran
kurikulum, belum ada rancangan pengembangan pendidikan praktis di lapangan.
Kebanyakan pembelajaran gerak lebih menyoroti tingkat satuan pendidikan dasar,
menengah, dan umum. Hal ini berdampak kurang baik pada keterampilan gerak
sehingga pembelajaran gerak pada siswa PAUD belum dirancang sesuai dengan
kondisi para siswa. Oleh karena itu, pembelajaran gerak pada siswa PAUD
memerlukan pemikiran dalam pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar,
dan penguatan proses pembelajaran.
Selain itu, misi pembelajaran gerak akan terasa kering dan kurang
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tercapai tujuan pendidikan untuk membina siswa menjadi sumber daya manusia
yang unggul dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial melalui berbagai bentuk
media pendidikan dan keilmuan yang sesuai apabila tidak memiliki karakter yang
baik.
Pada PAUD pembelajaran diatur dalam kurikulum. Menurut Hilda Taba
(dalam Rusman, 2011:28)
Kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus memiliki program sehingga kegiatan akan lebih terencana dan terarah dalam melaksanakan program pendidikannya. Sebagai rencana program pendidikan menyediakan sejumlah pengalaman yang memungkinkan anak dapat melakukan kegiatan belajar. Program tersebut harus memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Bredecamp dalam Giriwijoyo (2007:1) mengemukakan “Bukan anak yang
harus disesuaikan dengan program tetapi program yang harus disesuaikan dengan
anak”.
Pendidikan PAUD harus dirancang dan disesuaikan dengan
kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan kesempatan untuk
mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif, emosi, dan
fisik anak, memberikan dorongan serta mengembangkan hubungan sosial yang
sehat. Bahkan lebih jauh masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
masa pembentukan pola perilaku dan masa terjadinya internalisasi nilai-nilai
sosial dan kultural. Oleh karena itu, wujud kegiatan olahraga harus ditujukan
untuk mendapatkan kesehatan biologis, psikologis, dan sosiologis. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan olah raga harus disesuaikan dengan
umur supaya tumbuh perasaan kebersamaan. Dampak positif lainnya yaitu
tumbuhnya kemandirian anak untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek
perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik
akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif
dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya
dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri. Oleh
karena itu, pengembangan gerak harus terintegrasi dengan nilai-nilai karakter.
Pembelajaran tanpa nilai akan kehilangan makna. Secara faktual data realistik
menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh.
Dengan demikian pendidikan di Indonesia harus membentuk karakter mulia.
Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang
diberikan kepada anak-anak usia dini dapat membentuk perilaku yang positif,
interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri,
kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan
akademik.
Dampak yang muncul, jika pembelajaran gerak tidak dirancang
berdasarkan umur dikhawatirkan anak akan merasa terpinggirkan karena tidak
dapat melakukan kegiatan olahraga tersebut. Lebih parah lagi apabila timbul
kebencian terhadap olah raga karena ketidaksesuaian materi dan metode dengan
tingkat umur secara kronologis. Dengan demikian, pemetaan standar kompetensi,
pengembangan materi, dan penggunaan metode pembelajaran jasmani dan
karakter sangat penting. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan terutama pada
pembelajaran keterampilan gerak diperlukan model pembelajaran yang
menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Salah satu model
tersebut yaitu model pembelajaran kontekstual.
Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan yang nyata.
Idealnya pembelajaran kontekstual pada jenjang pendidikan anak usia dini
hendaknya dilaksanakan berdasarkan tema dengan langkah-langkah sebagai
berikut: (1) mengidentifikasi kegiatan olahraga yang muncul pada semester satu
maupun pada semester dua (2) mengidentifikasi indikator sebagai upaya untuk
merelevansikan antar indikator pembelajaran olahraga dengan kegiatan
kontekstual (3) menetapkan kegiatan kontekstual sesuai dengan indikator dan
tema yang sedang dipelajari siswa.
Namun pada kenyataannya, pembelajaran jasmani dan olahraga terpaku
hanya pada senam saja. Para guru di PAUD Pustaka Ceria belum mampu
menyusun pembelajaran olahraga berbasis karakter melalui model pembelajaran
kontekstual, tidak ada waktu bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi
geraknya. Peserta didik hanya menirukan gerakan dan instruksi gurunya. Selama
ini guru belum memanfaatkan permainan tradisional untuk kegiatan olahraga yang
menyenangkan. Pembelajaran masih terpaku pada LKS, buku paket dan belum
mampu menggali sumber lingkungan dan pengalaman siswa sebagai bahan ajar
yang dapat menghubungkan antarmateri pembelajaran dengan kehidupan nyata
siswa.
Berdasarkan uraian di atas dan karakteristik kesulitan menerapkan
pembelajaran yang mengadaptasi gerakan permainan tradisional serta
masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran gerak, maka peneliti terdorong untuk
meneliti pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan
karakter anak usia dini. Dengan model pembelajaran kontekstual diharapkan
pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, melakukan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan kehidupan nyata sehingga dapat mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan siswa.
B. Identifikasi Masalah
Pendidikan anak usia dini berkaitan dengan gerak dasar masih kurang
mendapat perhatian. Pendidikan dengan melalui sentuhan aktivitas jasmani
seharusnya mendapat porsi yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan anak untuk
bergerak sambil belajar dan belajar sambil bergerak.
Pendekatan bermain seharusnya lebih ditekankan pada siswa PAUD dalam
kontek yang bermakna. Pemilihan model Pembelajaran sangat menentukan
keberhasilan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan untuk siswa PAUD adalah model pembelajaran kontekstual. Belum
ada penelitian yang menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan melalui
aktivitas jasmani terhadap siswa PAUD.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai
masalah yang akan timbul dalam penelitian di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Belum diketahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kontekstual
terhadap kemampuan gerak dasar siswa PAUD
2. Belum diketahui pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap karakter
siswa PAUD
Dari identifikasi masalah di atas, peneliti dalam penelitian ini hanya
membatasi pada permasalahan tentang “Pengaruh Model Pembelajaran
Kontekstual Terhadap Gerak Dasar dan Karakter Anak Usia Dini”.
Masalah penelitian ini kemudian dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana
pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan karakter anak
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berkaitan dengan beberapa masalah di atas, maka dapat dibuat beberapa
pertanyaan penelitian berikut ini:
1. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap gerak dasar
siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?
2. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap karakter siswa
PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar
siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.
2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap karakter
siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.
E. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen kuasi (quasi experimental) dengan desain pre test-post test
design. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yaitu tes
keterampilan gerak dasar dan lembar observasi karakter.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk :
1. Secara teoretis
Diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam
dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai pembelajaran
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Secara praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan
yang lebih kongkret apabila nantinya berkecimpung dalam dunia
pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran gerak dasar dan
karakter anak usia dini.
b. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam
pembelajaran pembelajaran gerak dasar.
c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kontekstual
dalam pembelajaran olahraga berbasis karakter. Untuk menguji keefektifan model
tersebut akan digunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen kuasi (quasi
experimental) dengan teknik pre test post test design terhadap satu kelas.
Sugiono, (2010: 116) menyatakan :
Model kelompok eksperimen dipilih secara purporsif. Hal ini sesuai beberapa pertimbangan dengan jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini jumlahnya sedikit, sehingga tidak memungkinkan untuk mendesain penelitian dengan eksperimen murni yang mengharuskan pemilihan sampel secara random.
Ruseffendi (2006: 36) menyatakan bahwa:
Seperti pada penelitian percobaan, yang ingin diketahui dalam penelitian kuasi percobaan adalah juga hubungan sebab-akibat. Bedanya dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi. Secara sengaja, perlakuan dan kontrol pada penelitian eksperimen diatur, sedangkan pada penelitiaan kuasi percobaan perlakuan itu sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan.
Menimbang keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun
kemampuan yang ada, Desain eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak
memiliki kebebasan mengambil sampel secara acak dan harus menerima keadaan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1
Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331)
Keterangan:
= Pre test kelompok eksperimen
= Post test kelompok eksperimen
X = Pembelajaran olahraga dengan model kontekstual
B. Validitas Internal dan Eksternal 1. Validitas Internal
Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut
ini akan di bahas faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal :
a. Sejarah (History)
Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat
berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Hal berikutnya anak
kemungkinan melakukan aktivitas yang sama ketika di luar eksperimen.
Untuk mengatasi hal ini peneliti menyarankan ke orang tua dan siswa agar
tidak memainkan permainan yang dimainkan dalam eksperimen di luar
penelitian.
b. Kematangan (Maturitas)
Group Pre test Treatment Post test
A O X O
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu
mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses
kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan
bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap
variabel terikat. Berkaitan dengan hal ini maka penelitian dilakukan dalam
waktu yang tidak terlalu lama. Sehingga dilihat juga dari umur siswa yang
masih dibawah 7 tahun proses maturasi ini akan cenderung kecil mengingat
konsentrasi dan ketertarikan siswa yang selalu akan berubah dan belum bisa
lama.
c. Seleksi (Selection)
Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa
terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan
kelompok yang lainnya. Dalam kasus ini peneliti tidak melaukan
pengendalian. Peneliti menggunakan sampel kelas semua siswa sehingga tidak
ada pemilahan atau pemisahan kelompok dalam eksperimen.
d. Prosedur Tes (Testing)
Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena
kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali
jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes
subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Tes yang dipergunakan
adalah tes observasi sehingga siswa tidak mengerjakan tes yang memerlukan
pemikiran. Prosedur yang dilakukan sama dan tidak mempengaruhi sikap atau
aktivitas siswa dan tes dilakukan dalam setting alami.
e. Instrumen (Instrumentation)
Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penilai yang mealakukan observasi dalam posisi netral dan hasil tes tidak
dipergunakan untuk laporan dalam penilaian siswa di sekolah.
f. Mortalitas (Mortality)
Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang ”drop out” baik karena pindah, sakit ataupun
meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.
Penelitian ini dilakukan terintegrasi dalam proses belajar mengajar di TK dan
selama proses penelitian yang dilaksanakan tidak terjadi kegurguran data.
2. Validitas Eksternal
Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.
Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah
terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur
penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain
kondisi, peserta, waktu, dan tempat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat
akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan
pada populasi tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian
representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan
menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.
Dari awal desain penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan dalam
tata cara pemilihan sampel penelitian ini tidak diperuntukkan untuk tujuan
generalisasi. Sehingga pengendalian terhadap validitas ekternal tidak dilakukan.
C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel-variabel Penelitian
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Variabel bebas (X) (Independent Variabel) adalah : Model Pembelajaran
Kontekstual
b. Variabel Terikat (Y1) (dependent variabel) adalah : Kemampuan Motorik
(Gerak Dasar)
c. Variabel Terikat (Y2) (dependent variabel) adalah : Karakter Siswa
2. Definisi Operasional
Penulis perlu menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini dengan
mengacu pada literatur sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Penelitian akan menelusuri pengaruh model pembelajaran kontekstual
tehadap pembelajaran motorik dan karakter.
Model Pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini meliputi
pembelajaran yang mengandung unsur gerak yang berkaitan dengan permainan
yang terdiri atas (lompat tali, hadang, zondag maandag/ gugunungan, ganefo,
kucing tikus, hot potato) dalam setting konteks bermain.
Kemampuan Motorik (Gerak Dasar) merupakan kemampuan anak
melakukan unjuk kerja yang ditunjukan dengan tes meliputi kemampuan lari,
melompat, melempar, menangkap, dan menendang, dengan menggunakan
pedoman observasi yang dilakukan oleh judges.
Karakter Siswa adalah hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh judge
dengan menggunakan lembar observasi terhadap nilai yang muncul tentang
kemandirian, disiplin, percaya diri, menghargai orang lain, tanggung jawab, dan
mencintai lingkungan.
D. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian PAUD Pustaka Ceria RT 04/5 Kelurahan Wangunsari
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11 Maret sampai dengan 16 Mei 2013 tahun, sehingga jumlah pertemuan
sebanyak 20 kali. Subyek penelitian semua menerima treament model
pembelajaran kontekstual
E. Program Perlakuan
1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran
Berikut ini dipaparkan pemetaan kompetensi dasar pembelajaran gerak
disertai karakter dan indikator keberhasilannya.
Tabel 3.1
Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya
No. Kompetensi Dasar
Nilai Karakter
Indikator Keberhasilan
1 Berlari Berani, disiplin 1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.
2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri.
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Siswa mampu berlari dengan berani dan cepat.
2 Melompat Berani, disiplin 1. Siswa mampu melompat ke depan bukan keatas dan Sebelum mendarat, paha paralel dengan tanah sementara kaki bagian bawah menggantung secara vertikal.
2. Siswa mampu melompat dengan berani dan disiplin
3 Melempar Tanggung
jawab, berani
1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.
2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru dengan
1. Siswa mampu menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada
2. Siswa mampu menangkap bola secara mandiri dengan tanggung jawab.
5 Menendang Berani, menghargai orang lain
1. Siswa mampu mengayunkan kaki ke depan dan belakang atas perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri. 2. Siswa mampu menendang lompat
dengan berani dan menghargai orang lain.
2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen
a. Permainan lompat tali
Alat yang dibutuhkan: untaian karet gelang atau tali skipping.
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permainan secara solider dilakukan dengan cara skiping yaitu dengan
memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala
dan kaki sambil melompatinya.
Jika bermain secar berkelompok melibatkan minimal 3 anak. Diawali
dengan hompimpah untuk menentukan anak yang kalah sebagai pemegang
kedua ujung tali.
Dua anak yang kalah akan memegang ujung berhadapan untuk
meregangkan atau mengayunkan tali kemudian anak yang lainnya akan
melompati anak tersebut.
Bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat lalu gagal melompati
tali, maka anak tersebut akan berganti dan posisi dari pelompat menjadi
pemegang tali
b. Permainan hadang / dadaluan
Lapangan:
Lapangan permainan empat persegi panjang berpetak-petak ukuran
panjang 15 m, lebar 9 meter (dalam penelitian ini menyesuaikan dengan
ukuran tinggi dan jangkauan anak) dibagi 4 petak masing-masing 4.5x5m
garis pembagi lapangan permainan menjadi dua bagian memanjang
dengan sebuah garis tengah
Lapangan permainan ditandai dengan garis dengan lebar 5 cm.
Cara bermain:
1) Sebelum permainan dimulai diadakan permainan permainan regu, yang
kalah sebagi penjaga dan yang menang sebagai penyerang
2) Regu penjaga menempati garis jaganya masing-masing dengan kedua
kaki tidkak diatas garis, sedangkan regu penyerang siap untuk masuk
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Penyerang berusaha melewati garis di depannya dengan mennghindari
sentuhan dari penjaga
5) Penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang dengan
tangan terbuka dan jari-jari tangan tidak boleh mengepal dalam posisi
berpijak diatas garis atau salah satu kaki berpijak diatas garis
sedangkan yang lainnya menyerang
6) Pemain penyerang dinyatakan bersalah apabila
a) Kedua kaki keluar dari garis samping kiri dan kanan lapangan
b) Berbalik masuk petak yanga telah dilalui
c) Mengganggu jalannya permainan
c. Permainan gugunungan/zondag maandag
Peralatan yang dipergunakandalam permainan ini adalah pecahan genting
atau keramik serta sebatang ranting untuk membuat garis.
Cara bermain:
1) Membuat gambar gunungan terlebih dahulu dti tanah yang rata dan
tidak ada kerikil atau yang dapat membuat kaki cidera
2) Siapkan pecahan genting sejumlah anak yang akan bermain
3) Sekitar 5 peserta, telah siap dengan tanda atu biasa disebut dengan
gacuk di kotak nomor 1
4) Peserta diundi dalam mendapatkan giliran kesempatan untuk bermain
5) Peserta yanga mendapatkan giliran pertama siap melompat dengan satu
kaki secara urut tiap kotak, kecuali kota nomor 4 dn 6, peserta
meletakkan kedu kakinya baik kanan maupu nkiri pada kedua kotak
tersebut. Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh dilompati. Tetapi
harus dilewati dengan melankahinya perseta tidak bole menginjak
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6) Setelah sampai di nomor 6, peserta berbalik dengan meloncat dan
melompat kembali lagi pada posis awal. Sebelu kembali ake posisi
awal, peserta harus mengambil gacuk-nya terlebih dahulu.
7) Ketika pesera berhasil kembali ke tempat semula, ia harus melanjutkan
permainan lagi dengan melemparkan gacuk ke kotak nomor beriktnya.
8) Untuk kotak nomor 4 dan 6 peserta harus meletakkan gacuk dimulai
dari sebelah kanan. Apabila gacuk terletak di sebelah kanan pada
kotak nomor 4 pesera harus mengambilnya dari kotak nomor 4 di
sebelah diri begitu pula sebaliknya.
9) Bila sampai pada nomor 7, peserta harus mengambil dengan berbalik
arah, mengambil dengan mata tertutup, tangan atau badannya tidak
boleh menyentuh garis.
10)Peserta yang berhasil pada nomor 7, ketika kembali pada posisi semula
harus melemparkan gacuk di luar busur lingkaran. Peserta melompat
lagi dan hingga nomor 6, nomor 7 tidak boleh dilompati. Ia harus
meraih dengan menginjak gacuk menggunakan satu kaki. Apabila
berhasil perserta harus melemparkan lagi keposisi semula dan
melompat dimulai persertmenginjak gacuk ke kotak nomor 6 sampai
kotak 1.
11)Sesampainya di kotak nomor 1 peserta harus menginjak gacuk lagi
dengan kedua kakinya. Apabila gagal ia harus mengulanginya dari
nomor 6 ketika mendapatkan giliran kembali.
d. Permainan ganefo
Peralatan: bola ( 5 buah)
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Empat buah bola diletakkan dalam lingkaran. Siswa pelempar berjarak 10
meter dari bola yang akan dilempar. Bola dilempar diusahakan keluar dari
lingkaran. Ketika bola keluar, siswa yang lain bersembunyi. Siswa yang
tugas jaga memasukkan bola dan setelah bola masuk ke tempatnya
mencarai siswa yang bersembunyi menyebut namanya dan menginjak
daerah bola yang ditata. Siswa yang telah disebut namanya oleh penjaga
dan penjaga menginjak daerah yang ditentukan dinyatakan mati. Setelah
semua siswa mati mereka berjajar ke belakang. Posisi penjaga berdiri
membelakangi teman yang lain dan menyebutkan siswa urutan keberapa
yang harus jaga secara acak.
e. Permainan kucing-tikus
Peralatan: lapangan
Siswa membuat lingkaran dengan bergandeng tangan. Ada dua siswa yang
berperan menjadi kucing dan yang satu menjadi tikus.
Permainan dimulai dengan peraturan kucing berusaha menangkap tikus.
Siswa yang membuat lingkaran adalah jaring yang berusaha untuk
melindung tikus. Tikus bebas keluar masuk jaring lingkaran dan kucing
harus berusaha menangkap tikus. Permainan ganti peran antara jaring,
kucing dan tikus menyesuaikan irama permainan.
f. Hot potato
Peralatan: Bola karet (1 bola setiap 10 anak)
Permainan: anak dibariskan, atau membentuk lingkaran dengan jarak 1
sampai 1.5 meter. Guru bercerita bahwa bola karet ini adalah kentang yang
panas. Ketika guru memberikan kentang ini ke siswa maka guru bertanya
apa yang terjadi, biarkan siswa merespon dan giring ke arah pengetahuan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tangan kita. Guru memperagakan bagaimana “acting” menerima kentang panas dan dengan segera melemparkan bola “kentang” tersebut ke siswa berikutnya sambil berperan seoalah tangannya kepanasan. Perpindahan bola “kentang” ini dilakukan dengan cepat seolah tangan kepanasan.
g. Permainan tendang bola dan lempar bola
Peralatan : bola sebanyak banyaknya (bola karet) maksimal bola sejumlah
siswa
Cara bermain : siswa dipisahkan menjadi dua kelompok dengan jumlah
yang sama. Tugasnya adalah menendang bola bebas dimasukkan ke
daerah lawan tanpa melalui garis. Demikian juga dengan melempar. Bola
bola dari lawan boleh di tangkap atau langsung ditendang/dilempar.
Permainan ini dilakukan bergatian, melempar dulu (karena kebih mudah
baru menendang).
Berdasarkan permainan di atas, dilakukan analisis nilai karakter dalam
pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan gerak dan karakter
siswa.
Tabel 3.2
Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional
Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter
1. Permainan Lompat Tali
Percaya diri: melompat membutuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri memindahkan tubuh dengan penghalang tali. Ketika siswa memiliki kemampuan dasar untuk melompat maka akan menimbulkan rasa mampu untuk melakukan gerakan melompat dihadapan orang lain.
Mandiri: melakukan gerakan melompat dilakukan secara sendiri, sehingga dituntun untuk melalukan gerakan tersebut dan menyelesaikan rintangan. Disiplin: dalam permainan ini ada giliran memegang tali,
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter
ini anak belajar untuk menyadari kapan harus melakukan apa dan kapan tidak melakukan apa? Menghargai orang lain: tidak semua anak dapat melompat dengan baik. Apapun hasilnya anak akan melakukan gerakan ini dengan senang tanpa mengejek ataupun merendahkan kawan yang lain
Bertanggungjawab: dalam lompat tali siswa bergiliran melakukan tugasnya masing masing, ada yang memegang tali, menyelesaikan lompatan pada ketinggian tertentu.
2. Permainan Go Back So Door / Hadang
Percaya diri: dalam permainan ini siswa harus melewati rintangan (dihadang) agar tidak dapat sampai pada tujuan. Siswa harus percaya diri lari, berhenti, melakukan gerak tipu agar sampai pada posisi start. Hal ini bisa terjadi ketika anak yakin mampu melukan gerakan-gerakan tersebut.
Mandiri: siswa bebas memutuskan kapan harus berlari, kapan harus berhenti sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Disiplin: hal ini sangat tercermin ketika jaga. Siswa harus selalu menjaga garis yang dijaga agar lawan tidak melewati dirinya.
Menghargai orang lain : ada kesempatan menjadi kapten, ada kesempatan atau giliran menyerang dan bertahan. Menang kalah dilakukan dengan senang
Bertanggungjawab: bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk hidup ketika menyerang dan menjaga garis ketika bertahan.
3. Permainan Gugunungan Zondag Maandag
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter
Mandiri: pada dasarnya permainan ini adala permainan individu, setiap siswa dipaksa untuk menyelesaikan target game tertentu pada tahapan tertentu. Semakin tinggi targetnya semakin jauh.
Disiplin: taat pada atauran seperti melempar harus tepat, harus menggunakan kaki satu, kapan menggunakan dua kaki, bagimana cara mengambil pecahan genteng yang dilempar Menghargai orang lain: ada giliran yang harus ditaati,
ada menang kalah
4. Permainan Ganefo
Percaya diri: siswa harus melakukan lemparan yang ada kemungkinan gagal ada rasa yang kurang enak yang harus dikuasai. Untuk melempar dibutuhkan keyakinan bahwa aku bisa sehingga anak dengan tenang akan melempar target. Mandiri: saat melempar bola, saat menyusun genteng,
menyelamatkan diri.
Menghargai orng lain : mempercayakan teman untuk melempar ataupun menyusun genteng
Bertanggungjawab: menyelesaikan tugas menyusun genteng
5. Permainan Kucing - Tikus
Percaya diri: ketika menjadi kucing atau tikus siswa harus tampil di depan siswa yang lain
Mandiri: dengan berani menjadi kucing atau tikus berarti memiliki mandiri untuk menyelesaikan misi (menangkap ataupun ditangkap)
Disiplin: tahu peran sebagai apa, ketika jaga harus menghadang dan tidak memberikan celah
Menghargai orang lain : dalam permainan ini ada kemungkinan anak yang menjadi tikus mengejek kucing. Kemampuan untuk tetap konsisten bermain merupakan tindakan sikap menghargai peran dalam peraminan, dan jika tertangkap tidak menyalahkan siswa yang menjadi jaring.
masing-Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter
masing (kucing, tikus, jaring)
6. Hot Potato Percara diri : tercermin dari aktivitas melakukan menangkap dan keterlibatan
Tanggungjawab : menerima dan meng
Menghargai : ketika ada yang gagal menangkap atau
Tanggungjawab : menjaga daerah lapangan agar tidak ada bola yang tinggal
Percaya diri : menempatkan bola ke arah yang diinginkan
Disiplin : mentaati peraturan untuk tetap di daerah masing-masing dan tidak mengganggu kelompok lain di seberang
8. Permainan Lompat Kodok
Percaya diri: ketika mampu melakukan gerakan ini
bersama dengan teman-teman akan
membangkitkan rasa percaya diri siswa
Mandiri: menyelesaikan jarak lompatan yang ditargetkan oleh guru secara individual.
Disiplin: tetap secara konsisten melaksanakan gerakan lompat kodok sampai jarak yang ditentukan Bertanggungjawab: melakukan lompatan sampai jarak
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual
Pembelajaran gerak yang diiringi dengan internalisasi nilai-nilai karakter
dilakukan secara bertahap mulai pertemuan pertama sampai kedua puluh. Berikut
ini paparannya.
Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menghargai, Bertanggungjawab
Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian, pembagian kelompok untuk bermain
Inti 30” Aktivitas : Bermain Permainan kucing-tikus
Hot potato
Guru berfungsi sebagai pemandu jalannya permaianan
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan
terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.
Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menhormati, Bertanggungjawab:
Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian yang akan dimainkan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Inti 30” Aktivitas : Permainan go back so door
Guru sebagai pengendali permainan, sebagai wasit, menjaga agar permainan berjalan dan berlangsung aman
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan
terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.
Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan
Aktivitas : Berbaris, diterangkan kegiatan yang dilakukan dan peraturanyang harus ditaati dalam aktivitas ke taman
Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah
Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
akan dilaksanakan
Pembagian kelompok bermain.
Inti 30” Aktivitas : Bermain zundag Mandak
Bermain ganefo
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam
Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab
Aktivitas : Siswa dikumpulkan diberi penjelasan permaian tendang dan lempar bola Pembagian kelompok
Inti 30” Aktivitas : Permainan tandang dan lempar bola
Guru mengendalikan kapan berhenti untuk memberikan penguatan atau contoh bagaimana menendang. Guru mengendalikan kapan fokus
menendang, menangkap dan melempar. Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan
terhadap keikutsertaan dalam permainan.
Doa.
Pertemuan XIII-XIV
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Waktu
Pendahuluan 10” Tujuan:
KGD : melatih kemampuan berlari, melompat meloncat
Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab
Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok
Inti 30” Aktivitas : Permainan lompat tali
Permainan go back so door
Guru berperan sebagai pengendali, pengarah permainan
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin,
menghargai, Bertanggungjawab Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan
permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok
Inti 30” Aktivitas : Permainan gugunungan/Zundag
mandaag
Permainan menendang dan melampar bola
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pertemuan XVI-XVII
Tahapan Alokasi
Waktu Aktivitas Jasmani
Pendahuluan 10” Tujuan:
KGD : melatih berjalan, berlari
Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan
Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok
Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah
Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga
penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta
terhadap lingkungan
Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.
Inti 30” Aktivitas : Permainan kucing tikus
Permainan menendang dan melempar bola
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Permainan menendang dan melempar bola sebagai aktivitas utama
Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.
Doa
Rancangan pelaksanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan pada 11 Maret
sampai dengan 16 Mei 2013 yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar
Pertemuan Tanggal Pertemuan Tanggal
1 11 Maret 2013 11 15 April 2013
2 14 Maret 2013 12 18 April 2013
3 18 Maret 2013 13 22 April 2013
4 21 Maret 2013 14 25 April 2013
5 25 Maret 2013 15 29 April 2013
6 28 Maret 2013 16 2 Mei 2013
7 1 April 2013 17 6 Mei 2013
8 4 April 2013 18 8 Mei 2013
9 8 April 2013 19 13 Mei 2013
10 11 April 2013 20 16 Mei 2013
G. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel penelitian ini
adalah total sampel seluruh peserta didik yang berjumlah 48 peserta didik. Siswa
tersebut adalah anggota dari tiga kelas di PAUD Pustaka Ceria.
H. Metode Pengumpulan Data
Secara garis besar metode pengumpulan data dalam penelitian ini
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasar dan karakter.
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar dan karakter
peserta didik. Tes dilakukan dengan Observasi terhadap kemampuan gerak dasar
dan observasi karakter yang muncul sebelum dan sesudah ekprerimen dalam pre
tes dan post tes.
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunnakan dalam penelitian ini yaitu format observasi.
Tabel 3.5 Instrumen Penelitian
No Variabel yang diukur Instrumen
1. Keterampilan gerak dasar observasi
2. Karakter siswa observasi
Instrumen keterampilan gerak dasar yang dipergunakan adalah instrumen
observasi yang telah dikembangkan oleh Adang Suherman (2008) terlampir pada
Lampiran 1 halaman 108. Instrumen observasi karakter siswa mengadopsi dari
instrumen penilaian assessment karakter dari buku pedoman kurikulum
DEPDIKNAS (2010) terlampir pada Lampiran 1 halaman 117.
J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan
Hasil penelitian yang dapat dipercaya harus berdasarkan pada informasi
yang dapat dipercaya. Informasi yang akurat hanya dapat diperoleh apabila
informasi penelitian yang digunakan memenuhi kelayakan sebagai alat
penghimpun data. Sebelum mengukur variabel yang diteliti, terlebih dahulu
dilakukan pengujian alat ukur dengan melakukan pengujian validitas dan
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel
penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama
dengan 0,30. Lebih lanjut Kaplan (1993:141) menyatakan:
Not all validity coefficient are the same value, and there are no hard fast rule about how large the coefficient must be in order to be meaningful. In practice, it is rare to see a validity coefficient larger than 0.6, and validity coefficient in the range of 0.3 to 0.4 are commonly considered high.
Uji Validitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan yang berupa
skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan
rumus sebagai berikut:
√
Dengan:
Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari
korelasinya dengan tes
Mx = Rata-rata skor total
Sx = Standar deviasi skor total
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
q = 1-p
(Saifudin Azwar, 2004:19)
Pengujian reliabilitas ditujukan untuk mengujur sejauh mana tingkat
kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau
dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak
menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut.
Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan
berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“It has been suggested that reability estimates in the range of 0,70 to 0,80 are good enough for most purposes in basic research”.
Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik
Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah
sebagai berikut.
p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut
(Saifudin Azwar, 2004:82)
Tabel 3.6
Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13 0,32 0,3 Valid
14 0,331 0,3 Valid
15 0,372 0,3 Valid
16 0,53 0,3 Valid
Dudi Kamaludin, 2014
Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan Reliabel
Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa semua item pertanyaan pada
variabel pengetahuan memiliki nilai koefisien validitas > titik kritis (0,300).
Koefisien reliabilitas untuk variabel diperoleh 0,883 > 0,700 sehingga variabel
Gerak Dasar Motorik dinyatakan reliabel sehingga instrumen tersebut dapat
dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.
K. Prosedur Penelitian
Setelah proposal disetujui peneliti melakukan observasi ke lapangan. Pre
tes terhadap kemampuan motorik dasar dan karakter kemudian dilaksanakan pada
tanggal 14 Februari 2013. Berikutnya dilakukan pelatihan terhadap totur yang
akan mengajar dalam penelitian. Perlakuan eksperimen diberikan mulai tanggal
11 Maret sampai dengan 11 Mei 2013. Post tes dilaksanakan tanggal 16 Mei 2013.
L. Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Oleh karena data berhubungan dengan nilai kemampuan motorik maka
data pada umumnya berupa data kuntitatif. Analisis yang digunakan berupa sajian
secara kuantitatif untuk data-data yang dapat diangkakan, baik berupa prosentase.
Analisis berikutny dengan membandingkan hasil pre tes dan pos test. Sebelum
melakukan uji statistik yang berkaitan dengan hipotesis dilakukan uji pra syarat.
Uji Persyaratan Analisis
a. Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan teknik anova satu jalur