• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER

ANAK USIA DINI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Olahraga

oleh

DUDI KOMALUDIN 0907959

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER

ANAK USIA DINI

Oleh Dudi Komaludin

Drs. IKIP Bandung, 1990

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Olahraga

© Dudi Komaludin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP GERAK DASAR DAN KARAKTER ANAK USIA DINI

Pengajaran aktivitas jasmani pada siswa PAUD masih dilaksanakan sebatas pengajaran aktifitas jasmani dan belum dikembangkan pada pemanfaatan aktifitas jasmani bagi pengembangan gerak dan karakter siswa. Suatu perlakuan eksperimen dengan pre dan postes group design telah dilakukan pada 48 siswa usia 4-6 tahun di PAUD Pustaka Ceria Tahun Ajaran 2012-2013 untuk mengetahui dampak Contextual Teaching and Learning terhadap perkembangan gerak dasar dan karakter anak. Instrumen panelitian digunakan dalam upaya melihat gerak lari, lompat, lempar, tangkap, dan tendang serta karakter berupa sikap disiplin, mandiri, percaya diri, kerja sama, tanggung jawab, dan cinta lingkungan yang kemudian dianalisis secara statistik non parametrik, uji Wilcoxon.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dengan bermain permainan tradisional berpengaruh terhadap keterampilan gerak dasar dan karakter. Hal ini dibuktikan dengan hasil signifikansi analisis statistik uji Wilcoxon antara pre tes dan pos tes keterampilan gerak dasar dan karakter yaitu 0.000 dan 0.000 (< 0.05).

(5)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

THE EFFECT OF CONTEXTUAL LEARNING MODEL ON PRESCHOOL STUDENT FUNDAMENTAL MOTOR SKILLS AND

CHARACTERS

Preschool physical activity (physical education) were do by physical activities without involvement characters education yet. An experiment pre test post test design with 48 students ages 4-6 years old from preschool Pustaka Ceria to explored effect of contextual teaching and learning on fundamental motor skills and characters. Research instruments used to measure effect treatments, there are test for running, jumping, throwing, catching, kicking and characters are disciplines, independent, convident, cooperation, responsibility and loved environments. Wilcoxon Non Parametric Statistic Test used for the analysis. Research finding show that contextual teaching and learning model with traditional games have effects on fundamental motor skills and characters. The statistic sig. wilcoxon pre test post test 0.000 (sig< 0.05)

(6)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Metode Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Perkembangan Gerak Anak ... 10

1. Karakteristik Gerak ... 16

2. Kategori Motorik Kasar ... 18

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar ... 19

(7)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Prinsip Perkembangan Anak Usia Dini ... 24

1. Kematangan ... 24

2. Urutan ... 25

3. Motivasi ... 25

4. Pengalaman ... 26

5. Praktik ... 26

D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak Anak Usia Dini ... 26

E. Hakikat Pendidikan Karakter Bangsa ... 38

1. Konsep Pendidikan Karakter Bangsa ... 38

2. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Bangsa Bagi Anak Usia Dini ... 43

3. Pengaruh olahraga dan Aktivitas Jasmani Terhadap Karakter ... 48

F. Hakikat Pembelajaran Kontekstual ... 48

1. Konsep Pembelajaran Kontekstual ... 48

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kontekstual Bagi Anak Usia Dini ... 49

3. Teori Pemodelan (Role Playing) ... 53

G. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55

H. Penilaian Karakter PAUD ... 57

I. Kerangka Berpikir ... 58

J. Hipotesis Penelitian ... 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 60

B. Validitas Internal dan Eksternal ... 61

1. Validitas Internal ... 61

(8)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 63

1. Variabel-variabel Penelitian ... 63

2. Definisi Operasional ... 63

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 64

E. Program Perlakuan ... 64

1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran ... 64

2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen ... 66

F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual ... 73

G. Populasi dan Sampel Penelitian ... 78

H. Metode Pengumpulan Data ... 78

I. Instrumen Penelitian ... 78

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan ... 78

K. Prosedur Penelitian ... 82

L. Analisis Data ... 82

1. Teknik Pengolahan Data ... 82

2. Data Pembelajaran Motorik ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Data Penelitian ... 84

1. Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 88

2. Hasil Uji Homogenitas Data ... 89

3. Uji Perbandingan Skor Tes ... 90

B. Pembahasan ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Keterbatasan Penelitian ... 101

(9)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA ... 103

LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Kecakapan Ketrampilan Gerak Menurut Umur (Jeff Walkley, 1998: 1) ... 14

2.2 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 46

2.3 Perbedaan Model Pembelajaran Kontekstual dan Tradisional ... 55

3.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya ... 65

3.2 Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional ... 70

3.3 Rencana Pelaksanaan Pengajaran ... 73

3.4 Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar ... 77

3.5 Instrumen Penelitian ... 78

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik ... 80

4.1 Data Hasil Pretes dan Postes ... 84

4.2 Deskripsi Skor Rata-rata ... 86

4.3 Uji Normalitas Data ... 89

4.4 Uji Homogenitas Data ... 90

4.5 Ringkasan Hasil Uji Statistik Perbedaan Pre Test Post Tes ... 91

4.6 Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92

4.7 Frekuensi Hasil Pre Tes Pos Tes Gerak Dasar ... 93

(10)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Perkembangan Motor Development (Gallahue, 1982: 6) ... 13

3.1 Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331) ... 61

4.1 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Kemampuan Motorik ... 87

4.2 Rata-rata dan Simpangan Baku Data Karakter ... 87

4.3 Diagram Frekuensi Kategori Hasil Peningkatan Skor ... 92

4.4 Grafik frekuensi Kemampuan Motorik Pretes-Postes ... 94

(11)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

2.1 Keterampilan Gerak yang Harus Dikembangkan Untuk

Mengembangkan Ketrampilan Olahraga (Gallahue, 1982: 23) ... 15

2.2 Kategori Motorik Kasar ... 18

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motorik Kasar Anak ... 23

(12)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pengajaran

Lampiran 3 : Data Hasil Penelitian

Lampiran 4 : Proses Perhitungan dengan SPSS

Lampiran 5 : Foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 6 : Surat Keputusan Pembimbing Tesis

Lampiran 7 : Surat Pengantar Penelitian

(13)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Oleh

karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan nasional. Karena kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai

melalui penataan pendidikan yang baik. Upaya peningkatan mutu pendidikan itu

diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk

mencapai itu pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman dan pembaruan

pendidikan harus terus dilakukan.

Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu

disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan

efektivitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan

responsif terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu

mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas

pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan.

Dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang

efektif di kelas yang lebih memberdayakan potensi siswa. Ketiga hal itulah yang

sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia.

Pendidikan di Indonesia mengalami masalah serius pada kualitas

pendidikan pada jenjang awal. Banyak bukti empiris anak-anak yang disiapkan

pendidikannya dari usia dini, 0-6 tahun ketika masuk ke jenjang wajib belajar,

memiliki kemajuan yang luar biasa dibandingkan dengan anak-anak yang tidak

mendapatkan pendidikan PAUD.

Pendidikan PAUD bukanlah belajar kognitif yang tinggi. Pendidikan

PAUD adalah menyiapkan anak-anak akan konsepsi dasar kognitif,

(14)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas, yaitu pembelajaran

kontekstual.

Penerapan pembelajaran kontekstual di Amerika Serikat bermula dari

pandangan ahli pendidikan klasik John Dewey yang pada tahun 1916 mengajukan

teori kurikulum dan metodologi pangajaran yang berhubungan dengan

pengalaman dan minat siswa. Filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari

paham progresivisme John Dewey. Intinya, siswa akan belajar dengan baik

apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka

ketahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa terlibat aktif dalam proses

belajar di sekolah.

Teori kognitif juga melatar belakangi filosofi pembelajaran kontekstual,

siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala

kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Siswa

menunjukkan hasil belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang

dapat mereka lakukan.

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa

pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih

berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah

sebagai pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi

belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak

mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang

mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas

dan sedikit demi sedikit. Siswa yang harus mengkonstruksikan sendiri

pengetahuannya. Melalui landasan filosofi konstruktivisme, pembelajaran

kontekstual dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Siswa

(15)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ilmu pendidikan saat ini sangat berkembang pesat. Salah satu diantaranya

adalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang membahas pendidikan untuk

anak usia 0-6 tahun. Kondisi PAUD di Indonesia cenderung terus mengalami

peningkatan namun tidak semua orang tua memahami bahwa ”pendidikan usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai

dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pengasuhan, pembimbingan dan

pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki

kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (Undang-Undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pemahaman orang tua mungkin

hanya beranggapan bahwa masuk PAUD merupakan suatu kewajiban sebelum

anaknya masuk Sekolah Dasar, bahkan banyak orang tua yang sangat

mengharapkan agar anaknya sudah mampu membaca, menulis dan berhitung,

meskipun hal itu tidak diharuskan dicapai pada tingkat PAUD

Gallahue dan Ozmun, (2002: 45) menyatakan bahwa:

Proses perkembangan motorik merupakan proses yang lama melalui belajar bagaimana mengontrol gerakan dan merespon serta pengalaman sehari-hari. Perbedaan perilaku gerak dipengaruhi beberapa faktor meliputi: individual, pengalaman, dan latihan.

Salah satu tugas perkembangan adalah mengembangkan gerak anak

(motorik kasar maupun motorik halus) sesuai dengan usianya. Tujuan pendidikan

jasmani di PAUD diantaranya adalah: 1) Mengembangkan kemampuan koordinasi

motorik kasar, 2) Menanamkan nilai-nilai sportivitas dan disiplin, 3) Meningkatkan

kesegaran jasmani, 4) Memperkenalkan sejak dini hidup sehat, 5) Memperkenalkan

gerakan-gerakan yang indah melalui irama musik (Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1997: 4)

Pada umumnya pembelajaran pendidikan jasmani di PAUD lebih aspek

difokuskan pada perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang

(16)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memerlukan bimbingan dari pendidik. Seyogyanya gerakan-gerakan motorik

kasar ini dipraktekkan oleh anak-anak PAUD dibawah bimbingan dan

pengawasan pendidik/guru, sehingga diharapkan semua aspek perkembangan

dapat berkembang secara optimal. Pengembangan motorik kasar sama pentingnya

dengan aspek-aspek perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak

melakukan kegiatan fisik akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan

menimbulkan konsep diri negatif dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu

oleh pendidik, besar peluangnya dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan

menjadi lebih percaya diri.

Tujuan pembelajaran motorik yaitu peserta didik diharapkan memiliki

kemampuan motorik yang memenuhi segala tuntutan gerak kehidupan sehari-hari,

artinya peserta didik memiliki tingkat kebugaran jasmani yang memadai.

Menurut Septian (2012:1) bahwa “Pendidikan jasmani memusatkan perhatiannya

kepada perubahan psikomotor yang dilakukan melalui belajar keterampilan

gerak.” Pada anak usia dini, aktivitas fisik sangat dominan karena mereka selalu

bergerak dan tidak mau diam. Oleh karena itu, kebiasaan bergerak tersebut perlu

diarahkan oleh guru agar gerakan tersebut bermanfaat.

Selama ini pembelajaran gerak anak usia dini masih sebatas tataran

kurikulum, belum ada rancangan pengembangan pendidikan praktis di lapangan.

Kebanyakan pembelajaran gerak lebih menyoroti tingkat satuan pendidikan dasar,

menengah, dan umum. Hal ini berdampak kurang baik pada keterampilan gerak

sehingga pembelajaran gerak pada siswa PAUD belum dirancang sesuai dengan

kondisi para siswa. Oleh karena itu, pembelajaran gerak pada siswa PAUD

memerlukan pemikiran dalam pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar,

dan penguatan proses pembelajaran.

Selain itu, misi pembelajaran gerak akan terasa kering dan kurang

(17)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tercapai tujuan pendidikan untuk membina siswa menjadi sumber daya manusia

yang unggul dalam aspek jasmani, rohani, dan sosial melalui berbagai bentuk

media pendidikan dan keilmuan yang sesuai apabila tidak memiliki karakter yang

baik.

Pada PAUD pembelajaran diatur dalam kurikulum. Menurut Hilda Taba

(dalam Rusman, 2011:28)

Kurikulum merupakan perencanaan pembelajaran. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus memiliki program sehingga kegiatan akan lebih terencana dan terarah dalam melaksanakan program pendidikannya. Sebagai rencana program pendidikan menyediakan sejumlah pengalaman yang memungkinkan anak dapat melakukan kegiatan belajar. Program tersebut harus memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

Bredecamp dalam Giriwijoyo (2007:1) mengemukakan “Bukan anak yang

harus disesuaikan dengan program tetapi program yang harus disesuaikan dengan

anak”.

Pendidikan PAUD harus dirancang dan disesuaikan dengan

kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan anak, memberikan kesempatan untuk

mengembangkan aspek-aspek perkembangan intelektual atau kognitif, emosi, dan

fisik anak, memberikan dorongan serta mengembangkan hubungan sosial yang

sehat. Bahkan lebih jauh masa pertumbuhan dan perkembangan anak adalah

masa pembentukan pola perilaku dan masa terjadinya internalisasi nilai-nilai

sosial dan kultural. Oleh karena itu, wujud kegiatan olahraga harus ditujukan

untuk mendapatkan kesehatan biologis, psikologis, dan sosiologis. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pendidikan jasmani dan olah raga harus disesuaikan dengan

umur supaya tumbuh perasaan kebersamaan. Dampak positif lainnya yaitu

tumbuhnya kemandirian anak untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan

(18)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek-aspek

perkembangan lainnya, karena ketidakmampuan anak melakukan kegiatan fisik

akan membuat anak kurang percaya diri, bahkan menimbulkan konsep diri negatif

dalam kegiatan fisik. Padahal jika anak dibantu oleh pendidik, besar peluangnya

dapat mengatasi ketidakmampuan tersebut dan menjadi lebih percaya diri. Oleh

karena itu, pengembangan gerak harus terintegrasi dengan nilai-nilai karakter.

Pembelajaran tanpa nilai akan kehilangan makna. Secara faktual data realistik

menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh.

Dengan demikian pendidikan di Indonesia harus membentuk karakter mulia.

Banyak hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang

diberikan kepada anak-anak usia dini dapat membentuk perilaku yang positif,

interaksi yang baik dengan gurunya, kemampuan mengelola emosi, percaya diri,

kemampuan berinteraksi sosial dengan kawannya, termasuk kemampuan

akademik.

Dampak yang muncul, jika pembelajaran gerak tidak dirancang

berdasarkan umur dikhawatirkan anak akan merasa terpinggirkan karena tidak

dapat melakukan kegiatan olahraga tersebut. Lebih parah lagi apabila timbul

kebencian terhadap olah raga karena ketidaksesuaian materi dan metode dengan

tingkat umur secara kronologis. Dengan demikian, pemetaan standar kompetensi,

pengembangan materi, dan penggunaan metode pembelajaran jasmani dan

karakter sangat penting. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan terutama pada

pembelajaran keterampilan gerak diperlukan model pembelajaran yang

menyenangkan sesuai dengan karakteristik anak usia dini. Salah satu model

tersebut yaitu model pembelajaran kontekstual.

Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat

(19)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan yang nyata.

Idealnya pembelajaran kontekstual pada jenjang pendidikan anak usia dini

hendaknya dilaksanakan berdasarkan tema dengan langkah-langkah sebagai

berikut: (1) mengidentifikasi kegiatan olahraga yang muncul pada semester satu

maupun pada semester dua (2) mengidentifikasi indikator sebagai upaya untuk

merelevansikan antar indikator pembelajaran olahraga dengan kegiatan

kontekstual (3) menetapkan kegiatan kontekstual sesuai dengan indikator dan

tema yang sedang dipelajari siswa.

Namun pada kenyataannya, pembelajaran jasmani dan olahraga terpaku

hanya pada senam saja. Para guru di PAUD Pustaka Ceria belum mampu

menyusun pembelajaran olahraga berbasis karakter melalui model pembelajaran

kontekstual, tidak ada waktu bagi anak-anak untuk mengembangkan potensi

geraknya. Peserta didik hanya menirukan gerakan dan instruksi gurunya. Selama

ini guru belum memanfaatkan permainan tradisional untuk kegiatan olahraga yang

menyenangkan. Pembelajaran masih terpaku pada LKS, buku paket dan belum

mampu menggali sumber lingkungan dan pengalaman siswa sebagai bahan ajar

yang dapat menghubungkan antarmateri pembelajaran dengan kehidupan nyata

siswa.

Berdasarkan uraian di atas dan karakteristik kesulitan menerapkan

pembelajaran yang mengadaptasi gerakan permainan tradisional serta

masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran gerak, maka peneliti terdorong untuk

meneliti pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan

karakter anak usia dini. Dengan model pembelajaran kontekstual diharapkan

pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, melakukan

(20)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan kehidupan nyata sehingga dapat mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan siswa.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan anak usia dini berkaitan dengan gerak dasar masih kurang

mendapat perhatian. Pendidikan dengan melalui sentuhan aktivitas jasmani

seharusnya mendapat porsi yang lebih besar sesuai dengan kebutuhan anak untuk

bergerak sambil belajar dan belajar sambil bergerak.

Pendekatan bermain seharusnya lebih ditekankan pada siswa PAUD dalam

kontek yang bermakna. Pemilihan model Pembelajaran sangat menentukan

keberhasilan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan untuk siswa PAUD adalah model pembelajaran kontekstual. Belum

ada penelitian yang menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan melalui

aktivitas jasmani terhadap siswa PAUD.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan berbagai

masalah yang akan timbul dalam penelitian di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Belum diketahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran kontekstual

terhadap kemampuan gerak dasar siswa PAUD

2. Belum diketahui pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap karakter

siswa PAUD

Dari identifikasi masalah di atas, peneliti dalam penelitian ini hanya

membatasi pada permasalahan tentang “Pengaruh Model Pembelajaran

Kontekstual Terhadap Gerak Dasar dan Karakter Anak Usia Dini”.

Masalah penelitian ini kemudian dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana

pengaruh model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar dan karakter anak

(21)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan beberapa masalah di atas, maka dapat dibuat beberapa

pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap gerak dasar

siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?

2. Apakah model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap karakter siswa

PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap gerak dasar

siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

2. Mengetahui keefektifan model pembelajaran kontekstual terhadap karakter

siswa PAUD Pustaka Ceria Wangunsari Tahun Pelajaran 2012/2013.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen kuasi (quasi experimental) dengan desain pre test-post test

design. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes yaitu tes

keterampilan gerak dasar dan lembar observasi karakter.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk :

1. Secara teoretis

Diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan dan pengetahuan dalam

dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai pembelajaran

(22)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebuah rujukan

yang lebih kongkret apabila nantinya berkecimpung dalam dunia

pendidikan, khususnya pengembangan pembelajaran gerak dasar dan

karakter anak usia dini.

b. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai rujukan dan pertimbangan dalam

pembelajaran pembelajaran gerak dasar.

c. Bagi pembaca umumnya, dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan

(23)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kontekstual

dalam pembelajaran olahraga berbasis karakter. Untuk menguji keefektifan model

tersebut akan digunakan pendekatan kuantitatif desain eksperimen kuasi (quasi

experimental) dengan teknik pre test post test design terhadap satu kelas.

Sugiono, (2010: 116) menyatakan :

Model kelompok eksperimen dipilih secara purporsif. Hal ini sesuai beberapa pertimbangan dengan jumlah subjek penelitian dalam penelitian ini jumlahnya sedikit, sehingga tidak memungkinkan untuk mendesain penelitian dengan eksperimen murni yang mengharuskan pemilihan sampel secara random.

Ruseffendi (2006: 36) menyatakan bahwa:

Seperti pada penelitian percobaan, yang ingin diketahui dalam penelitian kuasi percobaan adalah juga hubungan sebab-akibat. Bedanya dengan penelitian eksperimen, pada penelitian eksperimen biasanya subjek dikelompokkan secara acak dan perlakuan dimanipulasi. Secara sengaja, perlakuan dan kontrol pada penelitian eksperimen diatur, sedangkan pada penelitiaan kuasi percobaan perlakuan itu sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan.

Menimbang keterbatasan peneliti, baik dari segi waktu maupun

kemampuan yang ada, Desain eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak

memiliki kebebasan mengambil sampel secara acak dan harus menerima keadaan

(24)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1

Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331)

Keterangan:

= Pre test kelompok eksperimen

= Post test kelompok eksperimen

X = Pembelajaran olahraga dengan model kontekstual

B. Validitas Internal dan Eksternal 1. Validitas Internal

Ada banyak faktor yang mempengaruhi masing-masing validitas. Berikut

ini akan di bahas faktor-faktor yang mempengaruhi validitas internal :

a. Sejarah (History)

Peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang kadang-kadang dapat

berpengaruh terhadap variabel keluaran (variabel terikat). Hal berikutnya anak

kemungkinan melakukan aktivitas yang sama ketika di luar eksperimen.

Untuk mengatasi hal ini peneliti menyarankan ke orang tua dan siswa agar

tidak memainkan permainan yang dimainkan dalam eksperimen di luar

penelitian.

b. Kematangan (Maturitas)

Group Pre test Treatment Post test

A O X O

(25)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manusia, binatang, atau benda-benda lainnya sebagai subjek penelitian selalu

mengalami perubahan. Pada manusia perubahan berkaitan dengan proses

kematangan atau maturitas, baik secara biologis maupun psikologis. Dengan

bertambahnya kematangan pada subjek ini akan berpengaruh terhadap

variabel terikat. Berkaitan dengan hal ini maka penelitian dilakukan dalam

waktu yang tidak terlalu lama. Sehingga dilihat juga dari umur siswa yang

masih dibawah 7 tahun proses maturasi ini akan cenderung kecil mengingat

konsentrasi dan ketertarikan siswa yang selalu akan berubah dan belum bisa

lama.

c. Seleksi (Selection)

Dalam memilih anggota kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bisa

terjadi perbedaan ciri-ciri atau sifat-sifat anggota kelompok satu dengan

kelompok yang lainnya. Dalam kasus ini peneliti tidak melaukan

pengendalian. Peneliti menggunakan sampel kelas semua siswa sehingga tidak

ada pemilahan atau pemisahan kelompok dalam eksperimen.

d. Prosedur Tes (Testing)

Pengalaman pada pretes dapat mempengaruhi hasil postes, karena

kemungkinan para subjek penelitian dapat mengingat kembali

jawaban-jawaban yang salah pada waktu pretes, dan kemudian pada waktu postes

subjek tersebut dapat memperbaiki jawabannya. Tes yang dipergunakan

adalah tes observasi sehingga siswa tidak mengerjakan tes yang memerlukan

pemikiran. Prosedur yang dilakukan sama dan tidak mempengaruhi sikap atau

aktivitas siswa dan tes dilakukan dalam setting alami.

e. Instrumen (Instrumentation)

Alat ukur atau alat pengumpul data (instrumen) pada pretes biasanya

(26)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penilai yang mealakukan observasi dalam posisi netral dan hasil tes tidak

dipergunakan untuk laporan dalam penilaian siswa di sekolah.

f. Mortalitas (Mortality)

Pada proses dilakukan eksperimen, atau pada waktu antara pretes dan postes sering terjadi subjek yang ”drop out” baik karena pindah, sakit ataupun

meninggal dunia. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil eksperimen.

Penelitian ini dilakukan terintegrasi dalam proses belajar mengajar di TK dan

selama proses penelitian yang dilaksanakan tidak terjadi kegurguran data.

2. Validitas Eksternal

Validitas eksternal berkaitan dengan generalisasi hasil penelitian studi.

Dalam semua bentuk desain penelitian, hasil dan kesimpulan penelitian ini adalah

terbatas kepada para peserta dan kondisi seperti yang didefinisikan oleh kontur

penelitian dan mengacu pada sejauh mana generalisasi hasil penelitian untuk lain

kondisi, peserta, waktu, dan tempat. Validitas eksternal berkenaan dengan derajat

akurasi, dapat atau tidaknya hasil penelitian digeneralisasikan atau diterapkan

pada populasi tempat sampel tersebut diambil. Bila sampel penelitian

representatif, instrumen penelitian valid dan reliabel, cara mengumpulkan dan

menganalisis data benar, penelitian akan memiliki validitas eksternal yang tinggi.

Dari awal desain penelitian yang dilakukan dan dipertimbangkan dalam

tata cara pemilihan sampel penelitian ini tidak diperuntukkan untuk tujuan

generalisasi. Sehingga pengendalian terhadap validitas ekternal tidak dilakukan.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel-variabel Penelitian

(27)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Variabel bebas (X) (Independent Variabel) adalah : Model Pembelajaran

Kontekstual

b. Variabel Terikat (Y1) (dependent variabel) adalah : Kemampuan Motorik

(Gerak Dasar)

c. Variabel Terikat (Y2) (dependent variabel) adalah : Karakter Siswa

2. Definisi Operasional

Penulis perlu menjelaskan istilah-istilah dalam penelitian ini dengan

mengacu pada literatur sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

Penelitian akan menelusuri pengaruh model pembelajaran kontekstual

tehadap pembelajaran motorik dan karakter.

Model Pembelajaran kontekstual dalam penelitian ini meliputi

pembelajaran yang mengandung unsur gerak yang berkaitan dengan permainan

yang terdiri atas (lompat tali, hadang, zondag maandag/ gugunungan, ganefo,

kucing tikus, hot potato) dalam setting konteks bermain.

Kemampuan Motorik (Gerak Dasar) merupakan kemampuan anak

melakukan unjuk kerja yang ditunjukan dengan tes meliputi kemampuan lari,

melompat, melempar, menangkap, dan menendang, dengan menggunakan

pedoman observasi yang dilakukan oleh judges.

Karakter Siswa adalah hasil dari pengamatan yang dilakukan oleh judge

dengan menggunakan lembar observasi terhadap nilai yang muncul tentang

kemandirian, disiplin, percaya diri, menghargai orang lain, tanggung jawab, dan

mencintai lingkungan.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian PAUD Pustaka Ceria RT 04/5 Kelurahan Wangunsari

(28)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 Maret sampai dengan 16 Mei 2013 tahun, sehingga jumlah pertemuan

sebanyak 20 kali. Subyek penelitian semua menerima treament model

pembelajaran kontekstual

E. Program Perlakuan

1. Kompetensi Dasar, Nilai Karakter, dan Indikator Pembelajaran

Berikut ini dipaparkan pemetaan kompetensi dasar pembelajaran gerak

disertai karakter dan indikator keberhasilannya.

Tabel 3.1

Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta Indikator Keberhasilannya

No. Kompetensi Dasar

Nilai Karakter

Indikator Keberhasilan

1 Berlari Berani, disiplin 1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri.

(29)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Siswa mampu berlari dengan berani dan cepat.

2 Melompat Berani, disiplin 1. Siswa mampu melompat ke depan bukan keatas dan Sebelum mendarat, paha paralel dengan tanah sementara kaki bagian bawah menggantung secara vertikal.

2. Siswa mampu melompat dengan berani dan disiplin

3 Melempar Tanggung

jawab, berani

1. Siswa mematuhi suatu perintah berdasarkan peraturan yang telah ditentukan.

2. Siswa menampilkan pelaksanaan suatu perintah dari guru dengan

1. Siswa mampu menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada

2. Siswa mampu menangkap bola secara mandiri dengan tanggung jawab.

5 Menendang Berani, menghargai orang lain

1. Siswa mampu mengayunkan kaki ke depan dan belakang atas perintah dari guru atau temannya dengan tegas dan atas inisiatifnya sendiri. 2. Siswa mampu menendang lompat

dengan berani dan menghargai orang lain.

2. Permainan yang Dipergunakan untuk Eksperimen

a. Permainan lompat tali

Alat yang dibutuhkan: untaian karet gelang atau tali skipping.

(30)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permainan secara solider dilakukan dengan cara skiping yaitu dengan

memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala

dan kaki sambil melompatinya.

Jika bermain secar berkelompok melibatkan minimal 3 anak. Diawali

dengan hompimpah untuk menentukan anak yang kalah sebagai pemegang

kedua ujung tali.

Dua anak yang kalah akan memegang ujung berhadapan untuk

meregangkan atau mengayunkan tali kemudian anak yang lainnya akan

melompati anak tersebut.

Bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat lalu gagal melompati

tali, maka anak tersebut akan berganti dan posisi dari pelompat menjadi

pemegang tali

b. Permainan hadang / dadaluan

Lapangan:

Lapangan permainan empat persegi panjang berpetak-petak ukuran

panjang 15 m, lebar 9 meter (dalam penelitian ini menyesuaikan dengan

ukuran tinggi dan jangkauan anak) dibagi 4 petak masing-masing 4.5x5m

garis pembagi lapangan permainan menjadi dua bagian memanjang

dengan sebuah garis tengah

Lapangan permainan ditandai dengan garis dengan lebar 5 cm.

Cara bermain:

1) Sebelum permainan dimulai diadakan permainan permainan regu, yang

kalah sebagi penjaga dan yang menang sebagai penyerang

2) Regu penjaga menempati garis jaganya masing-masing dengan kedua

kaki tidkak diatas garis, sedangkan regu penyerang siap untuk masuk

(31)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4) Penyerang berusaha melewati garis di depannya dengan mennghindari

sentuhan dari penjaga

5) Penjaga berusaha menangkap atau menyentuh penyerang dengan

tangan terbuka dan jari-jari tangan tidak boleh mengepal dalam posisi

berpijak diatas garis atau salah satu kaki berpijak diatas garis

sedangkan yang lainnya menyerang

6) Pemain penyerang dinyatakan bersalah apabila

a) Kedua kaki keluar dari garis samping kiri dan kanan lapangan

b) Berbalik masuk petak yanga telah dilalui

c) Mengganggu jalannya permainan

c. Permainan gugunungan/zondag maandag

Peralatan yang dipergunakandalam permainan ini adalah pecahan genting

atau keramik serta sebatang ranting untuk membuat garis.

Cara bermain:

1) Membuat gambar gunungan terlebih dahulu dti tanah yang rata dan

tidak ada kerikil atau yang dapat membuat kaki cidera

2) Siapkan pecahan genting sejumlah anak yang akan bermain

3) Sekitar 5 peserta, telah siap dengan tanda atu biasa disebut dengan

gacuk di kotak nomor 1

4) Peserta diundi dalam mendapatkan giliran kesempatan untuk bermain

5) Peserta yanga mendapatkan giliran pertama siap melompat dengan satu

kaki secara urut tiap kotak, kecuali kota nomor 4 dn 6, peserta

meletakkan kedu kakinya baik kanan maupu nkiri pada kedua kotak

tersebut. Kotak yang terdapat gacuk tidak boleh dilompati. Tetapi

harus dilewati dengan melankahinya perseta tidak bole menginjak

(32)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6) Setelah sampai di nomor 6, peserta berbalik dengan meloncat dan

melompat kembali lagi pada posis awal. Sebelu kembali ake posisi

awal, peserta harus mengambil gacuk-nya terlebih dahulu.

7) Ketika pesera berhasil kembali ke tempat semula, ia harus melanjutkan

permainan lagi dengan melemparkan gacuk ke kotak nomor beriktnya.

8) Untuk kotak nomor 4 dan 6 peserta harus meletakkan gacuk dimulai

dari sebelah kanan. Apabila gacuk terletak di sebelah kanan pada

kotak nomor 4 pesera harus mengambilnya dari kotak nomor 4 di

sebelah diri begitu pula sebaliknya.

9) Bila sampai pada nomor 7, peserta harus mengambil dengan berbalik

arah, mengambil dengan mata tertutup, tangan atau badannya tidak

boleh menyentuh garis.

10)Peserta yang berhasil pada nomor 7, ketika kembali pada posisi semula

harus melemparkan gacuk di luar busur lingkaran. Peserta melompat

lagi dan hingga nomor 6, nomor 7 tidak boleh dilompati. Ia harus

meraih dengan menginjak gacuk menggunakan satu kaki. Apabila

berhasil perserta harus melemparkan lagi keposisi semula dan

melompat dimulai persertmenginjak gacuk ke kotak nomor 6 sampai

kotak 1.

11)Sesampainya di kotak nomor 1 peserta harus menginjak gacuk lagi

dengan kedua kakinya. Apabila gagal ia harus mengulanginya dari

nomor 6 ketika mendapatkan giliran kembali.

d. Permainan ganefo

Peralatan: bola ( 5 buah)

(33)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Empat buah bola diletakkan dalam lingkaran. Siswa pelempar berjarak 10

meter dari bola yang akan dilempar. Bola dilempar diusahakan keluar dari

lingkaran. Ketika bola keluar, siswa yang lain bersembunyi. Siswa yang

tugas jaga memasukkan bola dan setelah bola masuk ke tempatnya

mencarai siswa yang bersembunyi menyebut namanya dan menginjak

daerah bola yang ditata. Siswa yang telah disebut namanya oleh penjaga

dan penjaga menginjak daerah yang ditentukan dinyatakan mati. Setelah

semua siswa mati mereka berjajar ke belakang. Posisi penjaga berdiri

membelakangi teman yang lain dan menyebutkan siswa urutan keberapa

yang harus jaga secara acak.

e. Permainan kucing-tikus

Peralatan: lapangan

Siswa membuat lingkaran dengan bergandeng tangan. Ada dua siswa yang

berperan menjadi kucing dan yang satu menjadi tikus.

Permainan dimulai dengan peraturan kucing berusaha menangkap tikus.

Siswa yang membuat lingkaran adalah jaring yang berusaha untuk

melindung tikus. Tikus bebas keluar masuk jaring lingkaran dan kucing

harus berusaha menangkap tikus. Permainan ganti peran antara jaring,

kucing dan tikus menyesuaikan irama permainan.

f. Hot potato

Peralatan: Bola karet (1 bola setiap 10 anak)

Permainan: anak dibariskan, atau membentuk lingkaran dengan jarak 1

sampai 1.5 meter. Guru bercerita bahwa bola karet ini adalah kentang yang

panas. Ketika guru memberikan kentang ini ke siswa maka guru bertanya

apa yang terjadi, biarkan siswa merespon dan giring ke arah pengetahuan

(34)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tangan kita. Guru memperagakan bagaimana “acting” menerima kentang panas dan dengan segera melemparkan bola “kentang” tersebut ke siswa berikutnya sambil berperan seoalah tangannya kepanasan. Perpindahan bola “kentang” ini dilakukan dengan cepat seolah tangan kepanasan.

g. Permainan tendang bola dan lempar bola

Peralatan : bola sebanyak banyaknya (bola karet) maksimal bola sejumlah

siswa

Cara bermain : siswa dipisahkan menjadi dua kelompok dengan jumlah

yang sama. Tugasnya adalah menendang bola bebas dimasukkan ke

daerah lawan tanpa melalui garis. Demikian juga dengan melempar. Bola

bola dari lawan boleh di tangkap atau langsung ditendang/dilempar.

Permainan ini dilakukan bergatian, melempar dulu (karena kebih mudah

baru menendang).

Berdasarkan permainan di atas, dilakukan analisis nilai karakter dalam

pembelajaran kontekstual untuk meningkatkan kemampuan gerak dan karakter

siswa.

Tabel 3.2

Analisis Nilai Karakter dari Permainan Tradisional

Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

1. Permainan Lompat Tali

Percaya diri: melompat membutuhkan kemampuan untuk mengendalikan diri memindahkan tubuh dengan penghalang tali. Ketika siswa memiliki kemampuan dasar untuk melompat maka akan menimbulkan rasa mampu untuk melakukan gerakan melompat dihadapan orang lain.

Mandiri: melakukan gerakan melompat dilakukan secara sendiri, sehingga dituntun untuk melalukan gerakan tersebut dan menyelesaikan rintangan. Disiplin: dalam permainan ini ada giliran memegang tali,

(35)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

ini anak belajar untuk menyadari kapan harus melakukan apa dan kapan tidak melakukan apa? Menghargai orang lain: tidak semua anak dapat melompat dengan baik. Apapun hasilnya anak akan melakukan gerakan ini dengan senang tanpa mengejek ataupun merendahkan kawan yang lain

Bertanggungjawab: dalam lompat tali siswa bergiliran melakukan tugasnya masing masing, ada yang memegang tali, menyelesaikan lompatan pada ketinggian tertentu.

2. Permainan Go Back So Door / Hadang

Percaya diri: dalam permainan ini siswa harus melewati rintangan (dihadang) agar tidak dapat sampai pada tujuan. Siswa harus percaya diri lari, berhenti, melakukan gerak tipu agar sampai pada posisi start. Hal ini bisa terjadi ketika anak yakin mampu melukan gerakan-gerakan tersebut.

Mandiri: siswa bebas memutuskan kapan harus berlari, kapan harus berhenti sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Disiplin: hal ini sangat tercermin ketika jaga. Siswa harus selalu menjaga garis yang dijaga agar lawan tidak melewati dirinya.

Menghargai orang lain : ada kesempatan menjadi kapten, ada kesempatan atau giliran menyerang dan bertahan. Menang kalah dilakukan dengan senang

Bertanggungjawab: bertanggung jawab terhadap diri sendiri untuk hidup ketika menyerang dan menjaga garis ketika bertahan.

3. Permainan Gugunungan Zondag Maandag

(36)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

Mandiri: pada dasarnya permainan ini adala permainan individu, setiap siswa dipaksa untuk menyelesaikan target game tertentu pada tahapan tertentu. Semakin tinggi targetnya semakin jauh.

Disiplin: taat pada atauran seperti melempar harus tepat, harus menggunakan kaki satu, kapan menggunakan dua kaki, bagimana cara mengambil pecahan genteng yang dilempar Menghargai orang lain: ada giliran yang harus ditaati,

ada menang kalah

4. Permainan Ganefo

Percaya diri: siswa harus melakukan lemparan yang ada kemungkinan gagal ada rasa yang kurang enak yang harus dikuasai. Untuk melempar dibutuhkan keyakinan bahwa aku bisa sehingga anak dengan tenang akan melempar target. Mandiri: saat melempar bola, saat menyusun genteng,

menyelamatkan diri.

Menghargai orng lain : mempercayakan teman untuk melempar ataupun menyusun genteng

Bertanggungjawab: menyelesaikan tugas menyusun genteng

5. Permainan Kucing - Tikus

Percaya diri: ketika menjadi kucing atau tikus siswa harus tampil di depan siswa yang lain

Mandiri: dengan berani menjadi kucing atau tikus berarti memiliki mandiri untuk menyelesaikan misi (menangkap ataupun ditangkap)

Disiplin: tahu peran sebagai apa, ketika jaga harus menghadang dan tidak memberikan celah

Menghargai orang lain : dalam permainan ini ada kemungkinan anak yang menjadi tikus mengejek kucing. Kemampuan untuk tetap konsisten bermain merupakan tindakan sikap menghargai peran dalam peraminan, dan jika tertangkap tidak menyalahkan siswa yang menjadi jaring.

(37)

masing-Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Jenis Permainan Analisis Nilai Karakter

masing (kucing, tikus, jaring)

6. Hot Potato Percara diri : tercermin dari aktivitas melakukan menangkap dan keterlibatan

Tanggungjawab : menerima dan meng

Menghargai : ketika ada yang gagal menangkap atau

Tanggungjawab : menjaga daerah lapangan agar tidak ada bola yang tinggal

Percaya diri : menempatkan bola ke arah yang diinginkan

Disiplin : mentaati peraturan untuk tetap di daerah masing-masing dan tidak mengganggu kelompok lain di seberang

8. Permainan Lompat Kodok

Percaya diri: ketika mampu melakukan gerakan ini

bersama dengan teman-teman akan

membangkitkan rasa percaya diri siswa

Mandiri: menyelesaikan jarak lompatan yang ditargetkan oleh guru secara individual.

Disiplin: tetap secara konsisten melaksanakan gerakan lompat kodok sampai jarak yang ditentukan Bertanggungjawab: melakukan lompatan sampai jarak

(38)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Pengembangan Pembelajaran Gerak dan Karakter dengan Model Kontekstual

Pembelajaran gerak yang diiringi dengan internalisasi nilai-nilai karakter

dilakukan secara bertahap mulai pertemuan pertama sampai kedua puluh. Berikut

ini paparannya.

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menghargai, Bertanggungjawab

Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian, pembagian kelompok untuk bermain

Inti 30” Aktivitas : Bermain Permainan kucing-tikus

Hot potato

Guru berfungsi sebagai pemandu jalannya permaianan

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, menhormati, Bertanggungjawab:

Aktivitas : Berbaris, diterangkan permaian yang akan dimainkan

(39)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Inti 30” Aktivitas : Permainan go back so door

Guru sebagai pengendali permainan, sebagai wasit, menjaga agar permainan berjalan dan berlangsung aman

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan. Doa.

Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan

Aktivitas : Berbaris, diterangkan kegiatan yang dilakukan dan peraturanyang harus ditaati dalam aktivitas ke taman

Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah

Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga

(40)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan dilaksanakan

Pembagian kelompok bermain.

Inti 30” Aktivitas : Bermain zundag Mandak

Bermain ganefo

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab

Aktivitas : Siswa dikumpulkan diberi penjelasan permaian tendang dan lempar bola Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan tandang dan lempar bola

Guru mengendalikan kapan berhenti untuk memberikan penguatan atau contoh bagaimana menendang. Guru mengendalikan kapan fokus

menendang, menangkap dan melempar. Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan

terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa.

Pertemuan XIII-XIV

(41)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Waktu

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih kemampuan berlari, melompat meloncat

Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin, Bertanggungjawab

Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan lompat tali

Permainan go back so door

Guru berperan sebagai pengendali, pengarah permainan

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam Karakter : Percaya diri, mandiri, Disiplin,

menghargai, Bertanggungjawab Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan

permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Permainan gugunungan/Zundag

mandaag

Permainan menendang dan melampar bola

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

(42)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pertemuan XVI-XVII

Tahapan Alokasi

Waktu Aktivitas Jasmani

Pendahuluan 10” Tujuan:

KGD : melatih berjalan, berlari

Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta terhadap lingkungan

Aktivitas : Siswa dibariskan di diberi penjelasan permainan yang akan dilaksanakan Pembagian kelompok

Inti 30” Aktivitas : Bermain ke kebun bunga Budi Indah

Siswa berjalan 500 m, selama di taman bunga diterangkan dan diajak untuk mengamati warna dan jenis bunga yang ada di taman bunga

penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam Karakter : Percaya diri, Bertanggungjawab, cinta

terhadap lingkungan

Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Inti 30” Aktivitas : Permainan kucing tikus

Permainan menendang dan melempar bola

(43)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permainan menendang dan melempar bola sebagai aktivitas utama

Penutup 10” Aktivitas : Dibariskan, pemberian penghargaan terhadap keikutsertaan dalam permainan.

Doa

Rancangan pelaksanaan pembelajaran tersebut dilaksanakan pada 11 Maret

sampai dengan 16 Mei 2013 yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.4

Jadwal Pertemuan Kegiatan Belajar Mengajar

Pertemuan Tanggal Pertemuan Tanggal

1 11 Maret 2013 11 15 April 2013

2 14 Maret 2013 12 18 April 2013

3 18 Maret 2013 13 22 April 2013

4 21 Maret 2013 14 25 April 2013

5 25 Maret 2013 15 29 April 2013

6 28 Maret 2013 16 2 Mei 2013

7 1 April 2013 17 6 Mei 2013

8 4 April 2013 18 8 Mei 2013

9 8 April 2013 19 13 Mei 2013

10 11 April 2013 20 16 Mei 2013

G. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sampel penelitian ini

adalah total sampel seluruh peserta didik yang berjumlah 48 peserta didik. Siswa

tersebut adalah anggota dari tiga kelas di PAUD Pustaka Ceria.

H. Metode Pengumpulan Data

Secara garis besar metode pengumpulan data dalam penelitian ini

(44)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasar dan karakter.

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan gerak dasar dan karakter

peserta didik. Tes dilakukan dengan Observasi terhadap kemampuan gerak dasar

dan observasi karakter yang muncul sebelum dan sesudah ekprerimen dalam pre

tes dan post tes.

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunnakan dalam penelitian ini yaitu format observasi.

Tabel 3.5 Instrumen Penelitian

No Variabel yang diukur Instrumen

1. Keterampilan gerak dasar observasi

2. Karakter siswa observasi

Instrumen keterampilan gerak dasar yang dipergunakan adalah instrumen

observasi yang telah dikembangkan oleh Adang Suherman (2008) terlampir pada

Lampiran 1 halaman 108. Instrumen observasi karakter siswa mengadopsi dari

instrumen penilaian assessment karakter dari buku pedoman kurikulum

DEPDIKNAS (2010) terlampir pada Lampiran 1 halaman 117.

J. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitan

Hasil penelitian yang dapat dipercaya harus berdasarkan pada informasi

yang dapat dipercaya. Informasi yang akurat hanya dapat diperoleh apabila

informasi penelitian yang digunakan memenuhi kelayakan sebagai alat

penghimpun data. Sebelum mengukur variabel yang diteliti, terlebih dahulu

dilakukan pengujian alat ukur dengan melakukan pengujian validitas dan

(45)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suatu item pertanyaan dikatakan valid atau dapat mengukur variabel

penelitian yang dimaksud jika nilai koefisien validitasnya lebih dari atau sama

dengan 0,30. Lebih lanjut Kaplan (1993:141) menyatakan:

Not all validity coefficient are the same value, and there are no hard fast rule about how large the coefficient must be in order to be meaningful. In practice, it is rare to see a validity coefficient larger than 0.6, and validity coefficient in the range of 0.3 to 0.4 are commonly considered high.

Uji Validitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan yang berupa

skor dikotomi yaitu bernilai 0 dan 1 digunakan korelasi point biserial dengan

rumus sebagai berikut:

Dengan:

Mi = Rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab betul item yang dicari

korelasinya dengan tes

Mx = Rata-rata skor total

Sx = Standar deviasi skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

q = 1-p

(Saifudin Azwar, 2004:19)

Pengujian reliabilitas ditujukan untuk mengujur sejauh mana tingkat

kekonsistenan pengukuran dari suatu responden ke responden yang lain atau

dengan kata lain sejauh mana pertanyaan dapat difahami sehingga tidak

menyebabkan beda interpretasi dalam pemahaman pertanyaan tersebut.

Sekumpulan pertanyaan untuk mengukur suatu variabel dikatakan reliabel dan

berhasil mengukur variabel yang kita ukur jika koefisien reliabilitasnya lebih

(46)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“It has been suggested that reability estimates in the range of 0,70 to 0,80 are good enough for most purposes in basic research”.

Uji reliabilitas yang digunakan untuk instrumen pengetahuan adalah teknik

Koefisien Reliabilitas Kuder Richardson 20 (KR-20). Teknik tersebut adalah

sebagai berikut.

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut

(Saifudin Azwar, 2004:82)

Tabel 3.6

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Gerak Dasar Motorik

(47)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

13 0,32 0,3 Valid

14 0,331 0,3 Valid

15 0,372 0,3 Valid

16 0,53 0,3 Valid

(48)

Dudi Kamaludin, 2014

Pengaruh Model Pembelajaran Kontekstual Terhadap Gerak Dasar Dan Karakter Anak Usia Dini

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan Reliabel

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa semua item pertanyaan pada

variabel pengetahuan memiliki nilai koefisien validitas > titik kritis (0,300).

Koefisien reliabilitas untuk variabel diperoleh 0,883 > 0,700 sehingga variabel

Gerak Dasar Motorik dinyatakan reliabel sehingga instrumen tersebut dapat

dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.

K. Prosedur Penelitian

Setelah proposal disetujui peneliti melakukan observasi ke lapangan. Pre

tes terhadap kemampuan motorik dasar dan karakter kemudian dilaksanakan pada

tanggal 14 Februari 2013. Berikutnya dilakukan pelatihan terhadap totur yang

akan mengajar dalam penelitian. Perlakuan eksperimen diberikan mulai tanggal

11 Maret sampai dengan 11 Mei 2013. Post tes dilaksanakan tanggal 16 Mei 2013.

L. Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

Oleh karena data berhubungan dengan nilai kemampuan motorik maka

data pada umumnya berupa data kuntitatif. Analisis yang digunakan berupa sajian

secara kuantitatif untuk data-data yang dapat diangkakan, baik berupa prosentase.

Analisis berikutny dengan membandingkan hasil pre tes dan pos test. Sebelum

melakukan uji statistik yang berkaitan dengan hipotesis dilakukan uji pra syarat.

Uji Persyaratan Analisis

a. Uji Homogenitas, digunakan untuk mengetahui apakah data yang

dihubungkan sejenis (homogen) dengan menggunakan teknik anova satu jalur

Gambar

Tabel
Grafik frekuensi Kemampuan Motorik Pretes-Postes  ..................  94
Gambar 3.1 Desain Penelitian (Jame & Sally, 2001: 331)
Tabel 3.1 Kompetensi Dasar Pembelajaran Gerak dan Karakter serta
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja strategi yang dilakukan oleh Dinas Periindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sukoharjo untuk

Penemuan pada penelitian terhadap terjemahan buku Hukum The Concept of Law ini mendukung pula pada hasil penemuan dari penelitian- penelitian sebelumnya mengenai

[r]

1) Guru memberikan salam dan meminta seluruh peserta didik berdoa sebelum pelajaran dimulai... 2) Guru menyiapkan peserta didik psikis dan fisik agar peserta didik bersemangat

Secara simultan tingkat profitabilitas yang diwakili oleh Return On Assets, Return On Equity, dan juga harga saham mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume penjualan

(pemetaan pikiran) pada peningkatan nilai pemahaman membaca siswa serta respon siswa terhadap penggunaan teknik Mind Mapping (pemetaan pikiran). Penelitian

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR