HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR
JURNAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma IV Kebidanan U‟Budiyah
Banda Aceh
Oleh
MONA LISMAYSARAH NIM: 121010210073
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’ BUDIYAH PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
BANDA ACEH 2013
HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI DENGAN KELANCARAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
BLANG BINTANG ACEH BESAR
MONA LISMAYSARAH
Mahasiswi Stikes U’budiyah Banda Aceh D-IV Kebidanan
Latar Belakang: Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang. Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.
Tujuan Penelitian: untuk mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah seluruh ibu menyusui yang memiliki bayi usia 0-6 bulan yaitu 159 orang.
Penelitian telah dilaksanakan pada tanggal 12 -20 Agustus 2013 terhadap 45 responden. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proposif sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan observasi selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat.
Hasil Penelitian: menunjukkan bahwa ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Kesimpulan dan Saran: Dari 45 responden 35,6% yang kurang lancar ASInya dan 64,4% yang lancar ASInya. Diharapkan bagi ibu menyusui untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui dan bagi petugas puskesmas untuk lebih meningkatkan penyuluhan kepada ibu-ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.
Kata Kunci : Teknik menyusui, kelancaran ASI
PENDAHULUAN
Menyusui merupakan suatu aktivitas yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi ibu, yang memang menjadi kodratnya. Untuk mendukung keberhasilan menyusui, perlu mengetahui teknik menyusui yang baik dan benar. Salah satu penyebab kegagalan menyusui adalah disebabkan karena kesalahan ibu dalam memosisikan dan
meletakkan bayi saat menyusui.
Posisi menyusui dapat dilakukan dengan beberapa posisi. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting payudara lecet. Salah satu faktor yang sering dilakukan saat menyusui adalah posisi menyusui yang belum tepat
sehingga mengganggu produksi dan transfer ASI ke bayi (Khasanah, 2011).
Menurut WHO (2009) terdapat 35,6% ibu gagal menyusui bayinya dan 20% diantaranya adalah ibu –ibu di Negara berkembang, sementara itu berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 dijelaskan bahwa 67,5%
ibu yang gagal memberikan ASI ekslusif kepada bayinya adalah kurangnya pemahaman ibu tentang teknik menyusui yang benar, sehingga sering menderita puting lecet dan retak.
Hasil dari susenas tahun 2007 yang menunjukkan bahwa secara nasional terdapat sebesar 94,57%
bayi mendapat ASI. Presentase balita yang pernah mendapat ASI pada tahun 2007 cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya. Penurunan presentase pada tahun 2006 dibandingkan dengan tahun 2005 relatif rendah yaitu 96,02% menjadi 95,24%.
Kegagalan dalam proses menyusui sering di sebabkan karena timbulnya beberapa masalah pada
ibu dan bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham bagaimana teknik menyusui yang benar dapat menjadi masalah dalam menyusui. Adapun masalah dalam menyusui adalah puting susu lecet, payudara bengkak, abses payudara (mastitis).
(Sulystyawati, 2009)
Menyusui setiap dua-tiga jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi. Untuk wanita pada umumnya, menyusui atau memerah ASI delapan kali dalam 24 jam akan menjaga produksi ASI tetap tinggi pada masa- masa awal menyusui, khususnya empat bulan pertama. Bukanlah hal yang aneh apabila bayi yang baru lahir menyusui lebih sering dari itu, karena rata-ratanya adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, atau bahkan 18 kali. (Gartner, 2005)
Bayi yang mendapat ASI eksklusif 6 bulan frekuensi terkena diare sangat kecil, bahkan mulai minggu ke 4 sampai bulan ke 6 bayi jarang defekasi dan sering menjadi keluhan ibu yang datang ke klinik karena bayinya tidak defekasi lebih dari 3 hari. Pada kelompok bayi yang mendapat susu tambahan lebih sering mengalami diare. Dengan demikian 1
kesehatan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih baik bila dibandingkan kelompok bayi yang diberi susu formula (Sri Purwati H, 2004).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi teknik menyusui diantaranya adalah pengetahuan dan sikap ibu. Pengetahuan adalah hasil
„tahu‟, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang didasari oleh informasi (Notoatmodjo, 2007).
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari- hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.
Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Kesehatan ibu memegang peranan dalam produksi air susu ibu. Bila ibu tidak sehat, asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa nutrien yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara. Hal ini menyebabkan produksi ASI menurun. Menurut Nilas dan Michael Newton dalam Briefs Footnotes on Maternity Care, keberhasilan menyusui sangat bergantung pada emosi dan sikap ibu. (Notoatmodjo, 2007).
Sebaiknya pada masa kehamilan dan masa nifas, ibu hamil telah mendapatkan informasi tentang teknik menyusui dari bidan. Bidan sebagai pelaksana pelayanan kebidanan berkewajiban untuk itu, karena bila ibu hamil kurang
mengetahui tentang teknik menyusui, akan berdampak payudara tidak terawat sehingga akan bermasalah pada awal masa laktasi seperti puting susu lecet, payudara bengkak, air susu tersumbat. Sebagaimana dilaporkan 57% dari ibu menyusui di Indonesia pernah menderita kelecetan pada putingnya (Soetjiningsih, 2002).
Menurut Sirkosi dan Barker (2005), selain hormon prolaktin dan oksitosin keadaan yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu adalah penggunaan obat- obatan saat dilakukan operasi sectio caesarea. Obat-obatan yang dipakai saat operasi digunakan untuk mengurangi rasa nyeri. Nyeri yang ditimbulkan akibat operasi sectio caesarea mempengaruhi ibu dalam memberikan perawatan pada bayi, sehingga dapat menyebabkan ibu menunda untuk menyusui dan terjadilah ketidaklancaran dalam produksi ASI
Teknik lain yang dapat mempengaruhi produksi ASI adalah perawatan yang dilakukan terhadap payudara atau breast care, bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah
dan mencegah tersumbatnya saluran produksi ASI sehingga memperlancar pengeluaran ASI.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afianti (2012) tentang pemijatan payudara dengan senam payudara terhadap kelancaran pengeluaran ASI pada ibu menyusui menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda antara senam payudara dan pemijatan payudara terhadap pengeluaran kelancaran ASI pada ibu menyusui
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2012 dari jumlah bayi sebanyak 4604 bayi, dengan jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif sebanyak 546 bayi (11,9%) (Dinkes Provinsi Aceh, 2012). Sedangkan jumlah bayi 0-6 bulan di Kabupaten Aceh Besar Tahun 2012 adalah 5.108 bayi dan yang mendapat ASI Eksklusif berjumlah 1.627 orang. Berdasarkan data dari Puskesmas Blang Bintang jumlah bayi 0-6 bulan yaitu 203 orang dan yang mendapatkan ASI Eksklusif berjumlah 40 orang.
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di Wilayah
Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar jumlah ibu menyusui pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 berjumlah 159 orang.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan 12 orang responden yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar 8 diantaranya menyatakan bahwa tidak lancar ASI dan 4 di antaranya menyatakan lancarnya ASI hal ini dikarenakan mereka mengkonsumsi obat atau jamu untuk memperlancar ASI.
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil judul tentang “Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “ Hubungan Tehnik Menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar”
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui teknik menyusui pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
b. Untuk mengetahui kelancaran ASI ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar c. Untuk mengetahui hubungan
teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan pengetahuan mengetahui hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran
ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2. Bagi ibu menyusui
Dapat mengetahui bagaimana tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.
3. Bagi lembaga pendidikan
Dapat menambah referensi tentang hubungan tehnik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan visualisasi dari arah pemikiran yang akan dilakukan. Arah pemikiran merupakan hubungan antara variabel atau faktor-faktor yang diteliti.
Untuk menggambarkan kerangka konsep diperlukan teori-teori yang diteliti dan selanjutnya didefinisi dari setiap variabel (Notoatmodjo,2005).
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Hipotesa
Ada hubungan tehnik menyusui dengan Kelancaran ASI Pada Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Desain Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan teknik menyusui dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005).
Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui
Kelancaran ASI Teknik Menyusui
- Pelekatan - Posisi penyusui - Jadwal menyusui
yang memiliki bayi usia 0-6 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar berjumlah 159 orang 2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara proposif sampling. selama 8 hari pada bulan Agustus 2013.
Sampel dalam penelitian menggunakan kriteria sebagai beriku:
a. Ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
b. Ibu yang bersedia menjadi responden.
c. Ibu yang menyusui
Tempat dan waktu penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013.
Cara Pengukuran Data 1. Teknik pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner pada ibu-ibu.
Sedangkan data sekunder adalah data yang berasal dari Puskesmas Blang Bintang untuk mengetahui jumlah ibu-ibu yang menyusui.
2. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan menggunakan lembar check list mengenai teknik menyusui, 4 pertanyaan tentang kelancaran ASI.
Pengolahan dan Analisa Data 1. Cara pengolahan data
Metode pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan tahapan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006) sebagai berikut :
a. Editing data (memeriksa), yaitu dilakukan setelah semua data terkumpul melalui pengecekan daftar isian. Tahap ini bertujuan
untuk memeriksa
kelengkapan isian data.
b. Coding data (memberikan kode), yaitu memberi tanda kode terhadap kuesioner yang telah diisi dengan tujuan untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya.
c. Transfering (mentransfer data), yaitu tahap untuk memindahkan data ke dalam tabel pengolahan data d. Tabulating (data bentuk
tabel) data adalah melakukan klarifikasi data, yaitu mengelompokkan data variabel masing-masing berdasarkan kuisioner untuk dimasukkan ke dalam tabel.
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan cara:
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing variabel yang telah diteliti dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
Teknik menyusui dikategorikan berdasarkan 2 kategori yaitu baik bila x x dan kurang baik bila x < x dengan menentukan persamaan :
n x
xDimana :
x : Rata-rata ukur
x : Jumlah rata-rataukur
n : Jumlah sampel
Untuk perhitungan persentase dari masing-masing variabel digunakan rumus (Machfoedz, 2009) :
n x p f1 100
Keterangan:
P = persentase f1 = frekuensi n = sampel
100% = bilangan tetap b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel independen yang diduga
mempunyai hubungan
denganvariabel dependen. Untuk menguji hipotesis dilakukan analisa statistik dengan uji chi- square dengan menggunakan program sistem komputer yaitu program SPSS (Statistical Program For Social Science) versi 16.0 pada tingkat kepercayaan = 0,05.
1) Ha di tolak : Jika p value >
0,05, artinya tidak ada hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
2) Ha di terima : Jika p Value <
0,05 artinya ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 12-20 Agustus 2013 terhadap 45 orang responden. Adapun hasil penelitian ini dari seluruh yang diteliti maka
didapat hasil seperti pada tabel di bawah ini :
Karakteristik Responden a. Umur
Tabel 4.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2013
No Umur Frekuensi % 1
2 3
19 – 25 tahun 26 – 35 tahun
≥ 36 tahun
18 24 4
40,0 53,3 6,7
Total 45 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 24 orang (53,3%) berada pada kelompok umur 26 – 35 tahun dan 4 orang (6,7%) berada pada kelompok umur ≥ 36 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
41
b. Pendidikan Tabel 4.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2013
No Pendidikan Frekuensi % 1
2 3
Dasar Menengah Tinggi
13 26 6
28,9 57,8 13,3
Total 45 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang berpendidikan menengah dan 6 orang (13,3%) yang berpendidikan tinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
c. Paritas
Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Paritas di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2013
No Paritas Frekuensi % 1
2 3
Primipara Multipara
Grande Multipara
13 28 4
28,9 62,2 8,9
Total 45 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 28 orang (62,2%)
yang responden multipara dan 4 orang (8,9%) yang responden grande multipara di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
d. Pekerjaan
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh
Besar Tahun 2013
No Pekerjaan Frekuensi % 1
2 3 4
IRT Pedagang Wiraswasta PNS
33 5 2 5
73,3 11,1 4,4 11,1
Total 45 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 33 orang (73,3%) yang bekerja sebagai IRT dan 2 orang (4,4%) yang bekerja sebagai wiraswasta di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Analisa Univariat a. Teknik menyusui
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tekni Menyusui Di Wilayah kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
No Teknik Menyusui
Frekuensi %
1 2
Kurang baik Baik
19 26
42,2 57,8 Jumlah 45 100 Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang melakukan teknik menyusui dengan baik dan 19 orang (42,2%) yang melakukan teknik menyusui kurang baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
b. Kelancaran ASI Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Kelancaran ASI Di Wilayah kerja
Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
No Kelancaran ASI
Frekuensi %
1 2
Kurang lancar Lancar
16 29
35,6 64,4
Jumlah 45 100
Sumber : Data primer (diolah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu dan 16 orang (35,6%) yang kurang lancar lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Analisa Bivariat
Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI
Tabel 4.7
Hubungan Teknik menyusui dengan Kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2013
N o
Teknik Menyu
sui
Kelancaran ASI
Jumlah p Valu
e Kurang
Lancar Lancar
f % f % f %
1 2
Kurang Baik Baik
11 5
57,9 19,2
8 21
42,1 80,8
19 26
100 100
0,018
Total 16 35,6 29 64,4 45 100
Sumber : Data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar,
dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI. Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p
< 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar
Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang teknik menyusuinya kurang baik terdapat 11 orang responden (57,9%) yang ASInya kurang lancar, dan responden yang teknik menyusuinya baik terdapat 21 orang responden (80,8%) yang lancarnya ASI.
Selanjutnya berdasarkan uji chi square pada = 0,018 didapatkan p
< 0,05 dengan demikian dapat dilihat bahwa ada hubungan yang bermakna antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
Perlekatan menyusu (Latch on) adalah menempelnya mulut bayi
di payudara ibu. Untuk itu diperlukan posisi yang memperhatikan letak tubuh bayi secara keseluruhan terhadap tubuh ibu. Hal ini akan sangat membantu bayi menelan ASI dengan mudah dan jumlah yang cukup, dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI sesuai kebutuhan bayi. Perlekatan yang benar juga menghindari luka pada puting, karena pada perlekatan yang benar, puting tidak akan bergesekan dengan langit-langit bayi yang keras, melainkan jatuh di tengah rongga tenggorokan bayi, sehingga tidak akan tergesek dan tidak akan luka.
Oleh karena itu perlekatan menyusu dapat dikatakan adalah jantungnya proses menyusui (Sulytiawati, 2009).
Produksi ASI merupakan hasil perangsangan payudara oleh hormon prolaktin. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofise anterior yang ada yang berada di dasar otak. Bila bayi mengisap ASI maka ASI akan dikeluarkan dari gudang ASI yang disebut sinus laktiferus. Proses pengisapan akan merangsang ujung saraf disekitar payudara untuk membawa pesan ke kelenjar hifofise anterior untuk
memproduksi hormone prolaktin.
Prolaktin kemudian akan dialirkan ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Hal ini disebut dengan refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin. Bagi ibu yang menyusui bayi, kelancaran asi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan bayi. ASI eksklusif tanpa pendamping ASI disarankan diberikan sampai dengan usia bayi menginjak usia enam bulan. Tetapi tidak sedikit ibu yang kecewa karena ternyata ASI yang keluar tidak selancar seperti yang diharapkan (Novak & Broom, 2001).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Zakiah (2011) dengan judul Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Pasca Persalinan Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta Dan Rsud Banjasari Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan hubungan IMD dengan kelancaran produksi ASI, pada hari pertama ada hubungan signifikan (p = 0,036; OR
= 12,000), pada hari kedua tidak ada hubungan yang signifikan (p = 0,142; OR = 6,667), pada hari ketiga tidak ada hubungan yang signifikan
(p = 0,790; OR = -), dan dilihat dari faktor ibu ada hubungan yang signifikan (p = 0,049; OR = 10,667).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Michram (2013) dengan judul hubungan emosi dan frekuensi menyusui terhadap kelancaran ASI pada ibu menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara emosi dengan kelancaran ASI (p = 0,019) dan ada hubungan antara frekuensi menyusui dengan kelancaran ASI (p = 0,000).
Menurut asumsi peneliti ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran asi, hal ini dikarenakan bahwa posisi dan pelekatan bayi pada saat menyusui sangat menentukan kelancaran ASI, apabila posisis dan pelekatan tidak baik maka proses pengeluaran ASI tidak lancar, sedangkan menyusui yang dijadwal dapat mempengaruhi proses kelancaran ASI.
PENUTUP Kesimpulan
1. Dari 45 orang responden terdapat 26 orang (57,8%) yang
melakukan teknik menyusui dengan baik di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
2. Dari 45 orang responden terdapat 29 orang (64,4%) yang lancarnya ASI ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar.
3. Ada hubungan antara teknik menyusui dengan kelancaran ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar (p value = 0,018).
Saran
1. Bagi ibu menyusui
Diharapkan untuk lebih mengetahui bagaimana tehnik menyusui yang benar dengan kelancaran ASI pada ibu menyusui.
2. Bagi Petugas Puskesmas
Diharapkan untuk lebih meningkatkan penyuluhan konseling menyusui kepada ibu- ibu yang melahirkan tentang teknik menyusui yang benar untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Gartner L.M., Eidelman A.I. 2005.
Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics, Khasanah, 2011. ASI atau Susu
Formula Ya? Flash Book Notoatmodjo,2005 Metodologi
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Novak & Broom, 2001. Maternal and Child Health Nursing.
Missiouri: Mosby, Inc.
Soetjiningsih, 2002. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, Jakarta Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Sulystyawati, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas, Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sri purwanti, H. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif:
Buku saku untuk bidan, Jakarta: EGC