• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENELITIAN TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENELITIAN TAHUN 2013"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

PENELITIAN

EFEKTIFITAS PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KANKER SERVIKS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WiILAYAH RT 03 RW 11

KELURAHAN JATILUHUR KECAMATAN JATIASIH

TAHUN 2013

DISUSUN OLEH : FEB ALIAN ADITAMA

2011727026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2013

(2)
(3)
(4)

i Penelitian 8 Februari 2013

FEB ALIAN ADITAMA 2011727026

VII BAB+ Halaman+ Lampiran

EFEKTIFITAS PEMBERIAN EDUKASI TENTANG KANKER SERVIKS PADA IBU RUMAH TANGGA DI WiILAYAH RT 03 RW 11 KELURAHAN JATILUHUR KECAMATAN JATIASIH TAHUN 2013

ABSTRAK

Kanker Servik adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada saluran lapisan epitel. Pencegahan merupakan kunci strategi dari pemberantasan kanker serviks. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian edukasi tentang kanker serviks pada ibu rumah tangga di wilayah RT 03 RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih. Metode penelitian ini adalah ekperimen semu ( quasi eksperimen ). Jumlah sampel 30 responden didapat melalui quato sampling. Penelitian ini dilaksanakan dengan cara menyebarkan kuesioner sebanyak 20 pernyataan tentang kanker servik dan cara pencegahan dini kanker servik. Hasil : didapatkan nilai mean pada pre edukasi 0,8667, standar deviasi 1.19578, standar eror 0,21832 sedangkan hasil pada post edukasi didapatkan nilai mean 19,6333, standar deviasi 0,55605, standar eror 0,10152 dan dihasilkan P.Value 0,000. Kesimpulan : Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji paired t test diperoleh kesimpulan bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker servik setelah diberikan intervensi keperawatan ( edukasi kanker servik ). Diharapkan setelah dilakukan edukasi kanker serviks, ibu-ibu yang aktif berhubungan seksual dan yang menikah diusia muda mampu memeriksakan diri sedini mungkin sebelum terdeteksi kanker serviks.

Kata Kunci : Edukasi, kanker serviks, ibu rumah tangga

Daftar Pustaka : Sjahrul, S. (2001). Pencegahan dan Deteksi dini Kanker Serviks.

Jakarta : 2001.

(5)

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Efektifitas

Pemberian Edukasi Tentang Kanker Serviks Pada Ibu Rumah Tangga Di Wilayah Rw 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013”.

Usulan Penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Ujian Akhir Semester Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Dalam Penyusunan usulan penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kepala kelurahan jatiluhur beserta staf yang telah memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian

2. Bapak Muhammad Hadi, SKM,M.Kes sebagai koordinator M.A Metodologi Penelitian.

3. Ibu Ns. Diana Irawati, M.Kep., Sp.KMB selaku wali kelas B2

4. Ibu Dra. Nadjah Halimun dan Mas Agus sebagai staf perpustakaan yang telah banyak meminjamkan buku kepada peneliti.

(6)

motivasi, dorongan spiritual dan material kepada penulis selama menjalani pendidikan dan selama penyusunan usulan penelitian ini.

6. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta khususnya Program B Kelas B2.

7. Terima kasih kepada Anggun Siti Astari yang telah memotivasi saya

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan riset penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu melalui kesempatan ini, Penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi dunia keperawatan khususnya di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan juga bagi pembaca umumnya.

Jakarta, 14 Februari 2013

Penulis

(7)

iv Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penulisan ... 7

Bab II Tinjauan Pustaka A. Teori dan Konsep Terkait ... 9

1. Definisi Kanker Serviks ... 9

2. Tanda Dan gejala ... 9

3. Etiologi ... 10

4. faktor Resiko ... 11

5. Stadium... 14

6. Pentalaksanaan ... 16

7. Pencegahan ... 17

8. Skrining ... 18

9. Diagnosis ... 19

B. Pendidikan kesehatan Tes Pap Smear ... 20

C. Penelitian Terkait ... 22

Bab III Kerangka Kerja Penelitian A. Kerangka Konsep ... 23

B. Hipotesis Penelitian ... 24

C. Definisi Operasional ... 24

(8)

v

A. Disain Penelitian ... 28

B. Tempat Penelitian ... 30

C. Waktu Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampe ... 31

E. Etika Penelitian ... 33

F. Alat Pengumpulan Data ... 34

G. Prosedur Pengumpulan Data... . 34

H. Pengolahan Data ... 36

I. Analisa Data ... 36

BAB V Hasil Penelitian A.Analisa Univariat... 38

B. Analisa Bivariat ... 41

BAB VI Pembahasan A. Keterbatasan penelitian ... 43

C. Analisa Univariat ... 43

D. Analisa Bivariat ... 45

BAB VII Kesimpulan Dan Saran A.Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46 Daftar Pustaka

Lampiran

Lembar Persetujuan Peneliti

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Surat Balasan

Kuesioner

Lembar Konsultasi

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tahunnya lebih dari 12 juta orang terdiagnosa kanker, kanker menyebabkan kematian lebih besar dari AIDS, malaria dan komplikasi TB, dengan jumlah kematian yang terus meningkat setiap dekadenya (WHO, 2010). Setiap tahun diperkirakan 7,6 juta orang meninggal akibat kanker ditahun 2005 dan 84.000 orang akan meninggal 10 tahun yang akan datang jika tidak dilakukan tindakan apa-apa.

Lebih dari 70% kematian akibat kanker terjadi pada Negara berpendapatan rendah dan menengah, dimana tidak tersedianya sumber untuk pencegahan, diagnosis dan pengobatan (WHO, 2007). Data Depkes tahun 2007 menyebutkan kanker menduduki penyebab kematian ketujuh di Indonesia dengan persentase 5,7%. Menurut data Diskesdas 2008, prevalensi tumor atau kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk (syaifulah, 2010).

Kanker serviks menempati urutan ketujuh dari keseluruhan kejadian kanker dan penyebab kematian kedua akibat kanker yang terjadi pada wanita diseluruh dunia.

Diperkirakan 493.000 kasus baru ditemukan dan 274.000 kematian disebabkan kanker serviks di tahun 2002. Secara umum, kasus ini banyak terjadi di Negara berkembang, 83% kasus kanker yang terjadi, 15% adalah kanker serviks (Globocan, 2002).

(10)

Yayasan kanker Indonesia (YKI) memperkirakan setiap hari ada 20-25 orang meninggal akibat kanker serviks. YKI memaparkan, angka kematian kanker serviks terbanyak di antara jenis kanker lain di kalangan perempuan. Diperkirakan, 52 juta perempuan Indonesia berisiko terkena kanker serviks, sementara 36% perempuan dari seluruh penderita kanker adalah pasien kanker serviks. Ada 15.000 kasus baru per tahun dengan kematian 8.000 orang per tahun (Arjoso, 2008).

Sementara itu dari data statistik kasus baru rawat jalan RS kanker Dharmais pada tahun 2007 adalah sebanyak 264 kasus dengan jumlah terbanyak kedua setelah kanker payudara (RSKD, 2010). Kesadaran wanita tentang bahaya kanker serviks masih rendah. Masalah pada organ reproduksi termasuk kanker serviks di Indonesia berhubungan dengan prilaku individu maupun masyarakat, baik yang berdasarkan tradisi tertentu atau kurangnya pengetahuan, kesadaran berhubungan dengan pola perilaku seksual dan gender dimasyarakat yang menyebabkan jaminan psikososial dan perlindungan hak-hak perempuan dalam masyarakat kurang diperhatikan (Qomariah, Amaliah & Darwisyah, 2001).

Kurang pengetahuan tentang faktor resiko kanker serviks menyebabkan perempuan kurang memiliki tindakan antisipatif untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

Faktor penting terjadinya kanker serviks adalah usia dini saat mulai hubungan kelamin, memiliki banyak pasangan seksual, pasangan laki-laki mempunyai riwayat banyak pasangan, infeksi persisten oleh Human papiloma virus (HPV) merupakan resiko tinggi. Banyak resiko lain yang dapat dikaitkan dengan keempat faktor diatas, termasuk peningkatan insidensi pada sosial ekonomi lemah, jarang timbul pada

(11)

wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual, wanita yang sering hamil (Kumar, Cotran & R obbins, 2004). Kotrasepsi oral yang dipakai lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif seseorang menjadi kanker serviks dua kali lebih besar. Proses tersebut diduga karena regulasi transkripsi DNA virus dapat mengenali hormon dalam pil KB sehingga menigkatkan karsinogenesis virus. WHO juga melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dari normal yang meningkat seiring dengan lamanya pemakaian (pradipta, B &

Sungkar, S, 2007).

Dilihat dari faktor resiko terjadinya kanker serviks, salah satunya akibat penularan HPV melalui HPV melalui seksual, maka pemakaian kondom sangat dianjurkan (WHO, 2007). Pemakaian kondom yang masih sangat tendah, perawatan diri saat menstruasi yang sangat buruk, douching dengan menggunakan air sabun, produk komersial atau daun sirih, prilaku tradisionalberkaitan dengan tradisi ngalap berkah di daerah jawa tengah, memperbolehkan melakukan hubungan seksual bukan dengan pasangannya, praktek seks kering, perkosaan serta penganiayaan seksual dapat menjadi faktor penyebab terjadinya penyakit seksual menular termasuk kanker serviks pada perempuan di Indonesia (Qoriah, Amaliah & Darwisyah, 2001).

Tidak ada tanda dan gejala yang spesifik pada kanker serviks sampai pada tahap invasif. Resiko tinggi pada infeksi HPV merupakan non inflammatory, lesi yang ditimbulkan dapat terlihat pada hasil pemeriksaan pap smear. Sementara untuk tanda dan gejala dapat dilihat dari manifestasi nyeri pada area pelvis (lebih banyak diakibatkan oleh infeksi clamydial dari pada HPV), adanya secret vagina yang

(12)

persisten biasa baik, keputihan atau warna yang lebih gelap, kadang berbau khas.

Adanya perdarahan yang abnormal diantara siklus menstruasi, ketika atau setelah berhubungan seksual (Gupta, 2010). Walaupun perdarahan merupakan tanda yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada tahap-tahap awal, sehingga kanker terdiagnosis setelah tahap lanjut. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pascakoitus atau bercak antara menstruasi (Price & Wilson, 2003).

Berkaitan dengan tanda dan gejala kanker serviks yang asimtomatik, pemeriksaan untuk DNA HPV diperlukan untuk memprediksi perkembangan, pertahanan atau kemunduran dari klinis penyakit ini (Gupta, 2010). Di Negara maju, pengobatan kanker serviks dilakukan secara dini, karena semua perempuan yang pernah berhubungan seksual diwajibkan melakukan pap smear(WHO, 2010). Sementara itu di Indonesia, pasien baru datang memeriksakan diri ke dokter pada stadium lanjut, sekitar 65% pasien terdiagnosis pada stadium lanjut(lebih dari stadium 11b). salah satu alasannya karena 90% dari kasus kanker serviks pada stadium dini tidak ada gejala khas sehingga penderita tidak mengetahui adanya kanker dalam tubuhnya.

Dari metode deteksi dini kanker serviks dengan pap smear baru mencakup 5% dari jumlah perempuan di Indonesia (Awan, 2008). Kanker dapat dicegah jika terdeteksi pada tahap awal perkembangannya. Dengan adanya pengetahuan kesehatan semua Negara dapat menekan angka kesakitan akibat kanker dengan menggunakan 4 komponen dasar pengontrolan kanker, yaitu pencegahan, deteksi dini, diagnosis dan pengobatan, serta perawatan paliatif. Pencegahan kanker merupakan komponen penting dalam pengontrolan kanker, Karena dapat mencegah kematian akibat kanker sebesar 40% (WHO, 2007).

(13)

Berdasarkan fakta tersebut, peningkatan angka prevalensi kanker serviks dari tahun ke tahun dan juga dampak kematian yang diakibatkan oleh kanker serviks, sangatlah penting bagi kita untuk memberikan perhatian khusus pada kasus ini. Tingginya angka kematian perempuan karena kanker serviks diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran para perempuan yang telah menikah untuk memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini kanker serviks.

Masih kurangnya pengetahuan dan kesadaran perempuan untuk memeriksakan diri sebagai upaya deteksi dini kanker serviks, dibuktikan dari beberapa penelitian (Anggitasari,F, 2009 &Ika, Y. P, 2006) dengan masih banyaknya jumlah perempuan yang belum mendapatkan informasi mengenai dteksi dini kanker serviks. Dari penelitian lain mengenai tingkat pengetahuan perempuan mengenai kanker serviks relatif tinggi dan sedang, hanya 6% perempuan yang mempunyai pengetahuan rendah mengenai kanker serviks. Namun sampai saat ini bagaimana efektifitas pemberian edukasi terhadap pengetahuan perempuan mengenai kamker serviks belum ditemukan peneliti.

Data dari puskesmas jatiluhur memperlihatkan bahwa selama tahun 2011 terdeteksi ada sekitar 30-50 pasien yang pernah dirujuk ke RS terdekat karena telah mengalami kanker serviks stadium lanjut dan diperkirakan hanya sekitar 20% dari total jumlah penduduk di jatiluhur yang sadar akan pentingnya deteksi dini tentang bahaya kanker serviks. Sehingga perlu adanya perananan tenaga kesehatan dalam pemberian penyuluhan kesehatan khususnya pada pasangan usia subur dan warga yang telah

(14)

memasuki usia subur tentang bahaya kanker serviks yang mengancam jiwa (rekam medik Puskesmas jatiluhur, 2011).

Mayoritas penderita kanker serviks terdeteksi setelah stadium lanjut. Jadi penulis berusaha mencari hubungan antara efektifitas edukasi tentang kanker serviks terhadap penanggulangan terjadinya kanker serviks terutama pada ibu-ibu usia subur di kelurahan jatiluhur yang kurang pengetahuan tentang penyebaran penyakit kanker serviks.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

Apakah ada efektifitas edukasi yang diberikan terhadap penanggulangan kanker serviks pada wanita usia subur terutama ibu-ibu rumah tangga di kelurahan jatiluhur.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk mengetahui efektifitas pemberian edukasi tentang kanker serviks pada ibu rumah tangga di wilayah RT 03 RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya karakteristik partisipan baik kelompok intervensi berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang kanker serviks meliputi umur kelompok intervensi.

b. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai kanker serviks pada kelompok intervensi sebelum dilakukan edukasi.

(15)

c. Tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai kanker serviks pada kelompok intervensi setelah dilakukan edukasi

d. Diketahuinya perbedaan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai kanker serviks pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan edukasi

e. Diketahuinya perbedaan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai kanker serviks pada kelompok setelah dua minggu tanpa diberikan intervensi

D. Manfaat penulisan

Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah dan tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka manfaat yang dapat diharapakan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman dalam melakukan riset keperawatan dan untuk menambah pengetahuan peneliti tentang pentingnya pengetahuan ibu rumah tangga dalam pencegahan dan deteksi dini kanker serviks terhadap upaya penurunan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakaan serta dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi Profesi

Dapat memberikan sumbangan ilmu bagi ilmu keperawatan.

(16)

4. Bagi klien

Memberi informasi kepada ibu rumah tangga tentang kanker serviks sehingga dapat melakukan pencegahan dandeteksi dini kanker serviks.

(17)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kanker Serviks

1. Definisi Kanker Serviks

Karsinoma in situ pada kanker serviks adalah keadaan dimana sel-sel neoplastik terdapat pada seluruh lapisan epitel. Perubahan pra kanker lain yang tidak sampai melibatkan seluruh lapisan epitel serviks, disebut dysplasia yang dibagi ringan, sedang dan berat. Dysplasia adalah neoplasia servikal intraepitelial (Cervical Intraepithelial Neoplasia selanjutnya akan disebut CIN). Tingkatannya adalah CIN 1(dysplasia ringan ), CIN 2 ( dysplasia sedang ), CIN 3 ( dysplasia berat dan karsinoma insitu) tidak ada gejala yang nyata, tetapi sering tidak terjadi pada awal penyakit sehingga kanker sudah lanjut pada saat ditemukan. ( Price & Wilson, 2003).

2. Tanda dan Gejala

Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma servikal pra invasif tidak memiliki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau pendarahan vagina. Meskipun pendarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker sudah dalam keadaan lanjut pada saat di diagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca koitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala awal yang muncul kemudian adalah nyeri

(18)

punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuria, atau perdarahan rektum.

3. Etiologi

Etiologi dari kanker serviks tidak diketahui. Dari data yang ada dicurigai kuat berhubungan antara riwayat dan prilaku seksual dengan kejadian kanker serviks.

Pada beberapa kasus, diet dan gaya hidup telah teridentifikasi sebagai kofaktor berkembangnya penyakit. Kofaktor dihubungkan dengan meningkatnya resiko termasuk penurunan asupan vitamin A dan C dan asam folat pada dietnya, penggunaan tembakau, penyalahgunaan alkohol, imunosupresan, dan penggunaan kontrasepsi. Cara kebersihan genital juga diperiksa lebih lanjut sebagai kofaktor yang mungkin dalam perkembangan kanker serviks.

Praktek seksual dihubungkan dengan peningkatan resiko kanker serviks termasuk terjadinya hubungan seksual sebelum usia 18 tahun dan berganti-ganti pasangan.

Peningkatan dan mengidentifikasikan bahwa jumlah pasangan laki-laki sangat penting terhadap berkembangnya kanker serviks. Riwayat infeksi dengan tranmisi virus seksual, seperti herpes simplek virus tipe 2 (HSV-2) dan virus human papiloma (HPV, terutama tipe HPV-16 dan HPV -18), kehamilan dini sebelum usia 18 tahun, dan bermacam-macam letak kehamilan perempuan pada peningkatan resiko CIN dan serangan kanker serviks. Perempuan terinfeksi dengan virus human imunodefisiensi (HIV) berisiko servical squamous intraephitelial lesions, mencetuskan serangan kanker serviks. Diakhir 1960-an peningkatan kejadian clear cell adenocarcinomaserviks tercatat pada wanita lebih muda dari 30 tahun.

(19)

4. Faktor Resiko Terjadinya Kanker Serviks

Banyak faktor-faktor yang disebut-sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks.

Telah ada berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai melakukan hubungan seksual pada usia kurang dari 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-ganti lebih beresiko untuk menderita kanker serviks. Tinjauan kepustakaan mengenai etiologi kanker leher rahim menunjukkan bahwa faktor resiko lain yang penting adalah hubungan seksual dengan wanita tuna susila.

Menurut taufik, 2010 melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian edukasi pasien kanker servik di Rumah Sakit Sudarso Kalimantan Barat menunjukan bahwa ada pengaruh tentang pemberian edukasi sebelum dan sesudah edukasi sebesar 75%

Faktor-faktor terjadinya kanker serviks dibedakan atas :

a. Faktor resiko yang telah dibuktikan meliputi, 1) Hubungan seksual

Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual, dimana beberapa bukti menunjukkan bahwa adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan resiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya wanita dengan patner seksual pada usia muda akan meningkatkan resiko terkenanya kanker serviks.

(20)

Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama usia dewasa, maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia pada saat pertama berhubungan maupun jumlah patner seksual, adalah faktor resiko kuat untuk terjadinya kanker serviks.

2) Karakteristik partner

Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan factor resiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien dengan kanker serviks sering menjalani seks aktif dengan patner yang melakukan seks berulang kali. Selain itu, patner dari pria dengan kanker penis atau patner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan resiko kanker serviks.

3) Riwayat Ginekologi

Meskipun usia menarche atau menaupose tidak mempengaruhi resiko kanker servks, hamil diusia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula meningkatkan resiko.

4) Agen infeksius

Human Papiloma Virus (HPV), terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. Ada bukti lain yaitu onkogenitas virus paliloma hewan; hubungan infeksi HPV serviks dengan kandiloma dan atipik koilositotik yang menunjukkan dysplasia ringan, yang sering regesi.

(21)

HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan dysplasia berat, yang jarang regesi dan seringkali progresif menjadi karsinoma insitu.

5) Merokok

Sekarang ini ada data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks ( bukan adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja biasa langsung (aktivitas mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari merokok. HPV adalah faktor penting dalam perkembangan kanker servikal (Bosch et al, 1995). Lebih dari 20 tipe HPV yang berbeda mempunyai hubungan dengan kanker servikal. Penelitian memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV-16, 18, dan 31 mempunyai angka CIN yang lebih tinggi (CancerNet, 2008). Penelitian terbaru memperlihatkan bahwa perempuan dengan HPV strain 18 memiliki angka mortalitas yang lebih tinggi dan prognosis yang lebih buruk (Schwartz et al, 2001). Faktor resiko lain untuk perkembangan kanker servikal adalah aktivitas seksual pada usia muda, paritas tinggi jumlah seksual meningkat, status ekonomi yang rendah dan merokok. (CancerNet, 2008).

(22)

5. Stadium Dalam Kanker Serviks

Menurut Internasional Federation Of Gynecology and Obstetric (FIGO) (Rasjidi.

Imam, 2008). Stadium dalam kanker dibagi atas:

a. Stage 0 : karsinoma in situ, CIN grade III

Bagian ini tidak diyakini sebagai kanker invasif karena lesinya belum melebihi membran basalis.

b. Stage 1 : karsinoma yang masih terbatas diserviks, belum memcapai uterus 1) I A : karsinoma mikroinvasif, masih terbatas diserviks, hanya dapat

didiagnosis dengan mikroskop. Secara klinis belum terlihat

a) Stage IAI : Invasi ke stroma, kedalamannya tidak lebih dari 3 mm dan penyebaran horizontal tak lebih dari 7 mm, 5 years survival dengan treatmen yang optimal-98%.

b) Stage IA2 : Invasi ke stroma, kedalaman lebih dari 3 mm tetapi tidak lebih dari 5 mm dan penyebaran horizontal tidak lebih dari 7mm. 5 tahun survival dengan treatmen yang optimal – 95%.

2) I B : Karsinoma terbatas diserviks, secara klinis sudah terlihat lesi mikroskopisnya lebih besar dari IA2

Stage IB1 : Secara klinis terlihat lesi 4 cm atau lebih kecil dengan luas pandang terbesar. 5 tahun surivival dengan treatmen yang optimal -75%.

(23)

c. Stage II : Karsinoma yang masih terbatas di serviks, belum mencapai uterus 1) II A : Menyebar melewati serviks, termasuk 2/3 vagina tetapi bukan

termasuk jaringan disekitar uterus 9 (parametrium). 5 tahun survival dengan treatment yang optimal -75%

2) II B : Menyebar melewati serviks, sudah menginvasi parametrium, tetapi belum mencapai dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina.

d. Stage III : Karsinoma yang sudah menyebar ke dinding pelvis atau melibatkan 1/3 bawah vagina menyebabkan hidronefrosis atau kerusakan ginjal.

1) III A : Menyebar ke 1/3 bawah vagina, tapi belum mencapai dinding pelvis.

5 tahun survival dengan treatmen yang optimal -30%

2) III B : Menyebar ke dinding pelvis, hidronefrosis atau ginjal yang tidak berfungsi. 5 tahun dengan treatmen yang optimal –30%

e. Stage IV : Tumor telah menyebar

1) IV A : Menyebar sampai melibatkan mukosa kandung kemih dan rectum. 5 tahun treatmen yang optimal-10%

2) IV B : Menyebar sampai ke organ yang jauh, misalnya limfonodi ekstrapelvis, ginjal, tulang, paru, hepar, dan otak. 5 tahun treatmen yang optimal ˂5%

(24)

6. Penatalaksanaan

Apabila lesi prekursor seperti lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) atau lesi intra-epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL) ditemukan melalui koloposkopi dan biopsi, pengangkatan non bedah konservatif memungkinkan untuk dilakukan Krioterapi (pembekuan dengan oksida nitrat ) atau terapi laser efektif untuk kondisi ini. Konosasi ( pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks ) dilakukan bila temuan biopsi menunjukkan CIN atau HGISL, yang sebanding dengan dysplasia dan karsinoma in situ. CIN I dan II sesuai dengan dysplasia ringan sampai sedang atau LGSIL ( klasifikasi Betehsda).

Prosedur bedah yang mungkin dilakukan termasuk diantaranya:

a. Histerektomi total-pengangkatan uterus, serviks, dan ovarium

b. Histerektomi vaginal radikal (Schauta)-pengangkatan vagina uterus, adneksa, dan vaginal proksimal ( Catatan : “Radikal” menunjukkan bahwa suatu area

eksensif paravaginal, paraservikal, paramentrial, dan jaringan uterosakral diangkat bersama uterus)

c. Limfadenektomi pelvis bilateral-pengangkatan embukuh dan nosdus iliaka eksternal, hipogastrik, dan limfatik obstruktor.

d. Ekstenterasi pelvis-pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe kandung kemih dan rektum serta kontruksi conduit diversiona, kolonostomi dan vagina

e. Salpingo-oofaraktomi (bilateral)- pengangkatan tuba fallopii dan ovarium.

(25)

7. Pencegahan

Pencegahan merupakan kunci staretegi dari pemberantasan kanker serviks.

Berdasarkan ketersediaan pengetahuan mengenai faktor resiko kanker srviks pada wanita, prawat dapat mengembangkan program pencegahan kanker serviks untuk masyarakat. Program untuk remaja meliputi strategi seperti menghindari hubungan suami istri dan menggunakan pelindung kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, penyakit menular seksual dan pengenalan mengenai vaksinasi HPV pada ibu dan remaja.

Pada semua wanita, pembatasan jumlah pasangan dan menggunakan pelindung kontrasepsi, seperti kondom dan diafragma, direkomendasikan untuk menurunkan resiko kanker serviks. Modifikasi diet dapat menurunkan resiko kanker serviks meliputi meningkatkan konsumsi makanan tinggi vitamin A dan C dan asam folat, strategi lainnya yang dapat dilakukan untuk pencegahan adalah insiasi atau mendorong semangat untuk berhenti merokok dan minum alkohol.

Diskusi memperhatikan penggunaan kontrasepsi oral yang tepat juga dipertimbangkan. Kanker serviks invasif didahului oleh tahap kanker serviks pre invasif pada kebanyakan pasien, acuan dari ACS untuk skrining harus diajarkan sebagai strategi pencegahan kanker. Target populasi untuk pembelajaran pencegahan kanker serviks adalah remaja. Nilai yang ditekankan meliputi pembahasan perubahan fisiologis normal yang terjadi pada serviks selama pubertas dan dewasa. Pentingnya penggunaan pelindung kontrasepsi dan insiasi pemeriksaan pap smear dan pelvik rutin ketika remaja mulai melakukan hubungan seksual secara

(26)

aktip. Pentingnya kemampuan untuk mendiagnosa lesi pre invasif serviks dan pada keefektifan pengobatan konservatif dalam perburukan penyakit pre invasif dapat mengurangi kekuwatiran terhadap kanker dan meningkatkan perkembangan yang baik.

Menurut Ramli. Muchlis, Umbas. Rainy & Sonar (2005). Pencegahan terdiri dari beberapa tahap, yaitu :

a. Pencegahan primer : usaha mengurangi atau menghilangkan kontak dengan karsinogen untuk mencegah insiasi dan promosi pada proses karsinogenesis b. Pencegahan sekunder : termasuk skrining dan deteksi dini untuk menemukan

kasus dini sehingga kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan

c. Pencegahan tersier : pengobatan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal

8. Skrining

Uji skrining primer pada kanker serviks adalah papanicolaou smear atau pap smear.

Skrining untuk kanker serviks dengan pap smear, pemeriksaan pelvis menghasilkan penurunan angka kematian akibat kanker serviks sebanyak 50%. Spesimen didapatkan dengan swap kapas, spatula kayu, atau cytobrush. Angka kesalahan negatif terkecil dan kemampuan prediksi tertinggi didapat dari sample sel dari exoserviks dan kanal endoserviks. Pemeriksaan pelvis juga direkomendasikan untuk mengevaluasi bentuk dan konsistensi serviks dan jaringan lainnya.

(27)

Rekomendasi ACS untuk skrining perempuan asimtomatik untuk kanker serviks meliputi papsmear dan pemeriksaan pelvis tahunan untuk wanita dengan seksual aktif atau yang berumur 18 tahunan, papsmear dan pemeriksaaan pelvis tahunan bisa dilakukan lebih jarang sesuai kebijakan dokter. Meskipun debat berlangsung mengenai keefektifan biaya papsmear pada perempuan diatas 65 tahun, data mengidentifikasi bahwa kejadian kanker serviks meningkat umumnya pada perempuan dengan sosial ekonomi rendah yang tidak pernah papsmear.

9. Diagnosis dan Penentuan Stadium pada kanker

Diagnosis dan penentuan stadium merupakan dasar dalam melakukan pengobatan untuk kanker serviks. Biopsi jaringan dilakukan untuk diagnosis kanker serviks.

Saluran serviks bagian luar dan bagian dalam merupakan area yang memungkinkan untuk dilakukan biopsi dan kuretase. Karena pengobatan dari pre invasif penyakit kanker serviks lebih bersifat konservatif. Biopsi jaringan dilakukan untuk menentukan atau menunjukkan invasif sel kanker. Jika contoh bahan biopsi tidak dapat memberikan petunjuk adanya kanker, dapat dilakukan konisasi yaitu mengambil contoh jaringan yang lebih luas. Konfirmasi dari bagian patologi pada penyakit pre invasif ataupun invasif diperlukan untuk menentukan pengobatan.

Penentuan stadium dalam kanker atau staging sudah dilakukan secara klinis. Data dapat didapatkan dari pengkajian fisik (inspeksi, palpasi, dan kolposkopi).

Pemeriksaan radiologi ( seperti rontgen dada, ginjal, kolon sigmoid dan rektum, tulang, dan IVP ), barium enema, sistoskopi atau proktoskopi, dan pemeriksaan patologi dengan bahan biopsi dan kuretase digunakan untuk menentukan adanya

(28)

kanker serviks dan menentukan arah pengobatan. Protein nuclear untuk deteksi kejadian kanker serviks.

B. Pendidikan kesehatan Tes Papsmear

Menurut Sjahrul, S. (2001). Pencegahan dan Deteksi dini Kanker Serviks adalah:

1. Definisi

Tes pap smear adalah pemeriksaan serologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan atau keganasan pada epitel serviks atau porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan serviks (pra kanker) yang ditandai dengan adanya perubahan pada lapisan epitel serviks ( dysplasia)

2. Indikasi

Skrining pada wanita yang sudah melakukan seksual aktif, deteksi dini adanya keganasan pada serviks, pemantauan setelah tindakan pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi kanker serviks.

3. Persiapan dan syarat

a. Mengisi blanko permintaan secara lengkap

b. Menyiapkan botol atau tempat untuk etil alkohol 95% yang dipakai untuk fiksaksi

c. Jangan lakukan pemeriksaan vagina lainnya sebelum pengambilan sampel d. Jangan gunakan lubrikan pada spekulum

e. Sebaiknya dilakukan di luar menstruasi, kecuali pada perdarahan vaginal abnormal sampel dapat diambil dengan melakukan tampon vagina sebelum mengambil sampel

(29)

f. Bila pasien menggunakan obat berupa vaginal ovule, harus dihentikan seminggu sebelum pengambilan sampel.

g. Untuk pasien pasca persalinan, pasca pembedahan atau pasca radiasi hanya dilakukan setelah untuk menghindari adanya sel inflamasi yang dapat menggangu interprestasi pemeriksaan sitologi.

h. Pada kasus yang dicurigai adanya keganasan endometrium disarankan untuk mengambil sampel pada fronik posterior atau melakukan kerokan pada endometrium secara langsung .

4. Teknik atau prosedur

1) Spesimen dapat diambil dari sekresi vagina, secret serviks, secret emdometrium, dan fornik posterior. Instrument yang biasa digunakan adalah spatula ayre, spatula Szalay, dan citobush. Tempat lokasi pengambilan adalah pada daerah squamo-collumner junction (SJC).

2) Pasien tidur pada meja ginekologi secara litotomi

3) Membuka vagina secara gentle dan masukkan speculum dengan arah vertikel setelah masuk vagina diputar 90 derajat. Bila ada mukus pada osteum atau krusta sebaiknya dibersihkan terlebih dahulu

4) Spesimen diambil dengan spatula atau citobrush. Untuk meningkatkan ketepatan pemeriksaan disarankan mengambil dua spesimen untuk tiap pasien 5) Menghapuskan spesimen pada permukaan gelas objek.

6) Segera masukkan ke dalamcairan etil-alkohol 95% selama paling sedikit 30 menit atau keringkan segera dengan menggunakan hair-dryer.

7) Mengangkat gelas objek dan mengeringkan di udara terbuka

(30)

8) Untuk kasus yang dicurigai adanya keganasan disarankan untuk mengambil sampel dari fronik posterior dengan menggunakan gelas pipet. Pada saat pengambilan sampel pipet digerakkan ke kiri dan kekanan untuk mengambil sampel yang cukup. Sampel dari pipet kemudian disemprotkan ke gelas objek dan difiksasi pada etil-alkohol 95% selama 30 menit kemudian dikeringkan pada udara terbuka dan dikirimkan dalam amplop beserta blanko pemeriksaan.

C. Penelitian Terkait

Penelitian dilakukan oleh Susanti (2004), ini membuktikan bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pemeriksaan pap smear, alasannya ialah mereka tidak mengetahui adanya pemeriksaan pap smear serta lokasi pemeriksaan pap smear yang disebabkan karena adanya hambatan/kendala seperti tidak adanya informasi, jarak yang jauh dan biaya transport dengan responden 15 orang ibu rumah tangga.

(31)

23

KERANGKA KERJA PENELITIAN

Suatu penelitian memerlukan sesuatu kerangka konsep yang dapat menyimpulkan dan mengintegrasikan suatu teori dengan sebuah fenomena yang ada. Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan mengenai kerangka konsep yang akan menjadi panduan penelitian, variabel yang terdapat dalam penelitian dan hipotesis penelitian.

A. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

--- : Variabel yang tidak diteliti

Pengetahuan mengenai kanker serviks(sebelum diintervensi)

 Tinggi

 Sedang

 Rendah

Pengetahuan mengenai kankers serviks (setelah diintervensi)

Tinggi

Sedang

Rendah

Pemberian edukasi

a. Pengertian kanker serviks b. Tanda dan gejala kanker

serviks

c. Penyebab terjadinya kanker serviks

d. Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks

Karakteristik demografi partisipan :

 Umur

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Sosial ekonomi

 Pernah mendapatkan informasi sebelumnya

(32)

Kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, subjek penelitian diukur tingkat pengetahuannya tentang kanker serviks. Jarak waktu pengukuran pengetahuan, antara pre test dan post test berkisar antara 2 minggu (14 hari ). Hal ini disesuaikan dengan teori evaluasi bahwa jarak antara dua pengukuran minimal dua minggu untuk pengetahuan dan minimal satu bulan untuk prilaku (Budiarto, 1999), dimana dengan waktu tersebut materi yang diberikan sudah mengendap dalam ingatan responden (retensi).

B. Hipotesis penelitian

Ha : adanya perbedaan tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker serviks setelah diberikan intervensi keperawatan.

C. Definisi Operasional

variabel Definisi operasional

Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

Variabel terikat : Pengetahuan

Pemahaman ibu mengenai kanker serviks mencakup pengertian, tanda dan gejala, Penyebab,

Pilihan jawaban Menggunakan skala likert Pernayataan positif - Sangat

Setuju= 4 - Setuju= 3

Kuesioner mengenai :

- Pengertian - Tanda dan

gejala - Pencegahan - Penyebab

Tingkat pengetahuan :

- Rendah (0- 33%) - Sedang (34-

66%) - Tinggi (67-

100%)

Ordinal

(33)

Paket edukasi

pencegahan dan deteksi dini kanker serviks

Paket informasi yang

diberikan pada ibu mengenai kanker serviks mencakup pengertian, tanda dan gejala, penyebab, pencegahan dan deteksi dini kanker serviks

- Tidak Setuju= 2 - Sangat Tidak

Setuju = 1

Dalam pernyataan :

- Kelompok preedukasi - Kelompok post

edukasi

- Umur Umur

responden berdasarkan ulang tahun terakhir

Mengehitung selisis tanggal dan pengisian edukasi dengan tanggal lahir responden

Kuesioner : identitas diri

Dalam tahun Interval

(34)

- Pendidikan

- Pekerjaan

- Sosial ekonomi

Karakteristik pendidikan formal yang telah diikuti dan telah memiliki tanda bukti lulus dari pendidikan tersebut

Jenis pekerjaan yang dilakukan sebagai sumber mata pencaharian

Status sosial ekonomi keluarga responden berdasarkan jumlah anggaran

Mengidentifikasi jenjang

pendidikan terakhir responden

Mengidentifikasi jenis pekerjaan

Menghitung jumlah pengeluaran keluarga responden perbulan

Kuesioner : Tingkat pendidikan terakhir

Kuesioner : Jenis pekerjaan

Kuesioner : Biaya keluarga :

- Kurang dari Rp1.000.000 - Rp1.000.000 s/d 2.000.000 - Lebih dari

Tingkat pendidikan responden : - Tidak sekolah - SD

- SMP - SMA - PT

Jenis pekerjaan responden : - Ibu rumah

tangga - Pegawai

swasta/pemeri ntah

- Pedagang - Lain-lain

Status sosial ekonomi : - Rendah - Menengah - Tinggi

nominal

nominal

Ordinal

(35)

- Pernah mendapatka n informasi sebelumnya

keluarga perbulan yang harus

dikeluarkan

Responden pernah mendapatkan informasi mengenai kanker serviks melalui media massa, penyuluhan, atau pendidikan

Mengidentifikasi pengalaman responden dalam mendapatkan informasi mengenai kanker serviks

sebelumnya

Rp2.000.000

Kuesioner : Pernah mendapatkan informasi

Dalam pernyataan :

- Pernah - Tidak pernah

Nominal

(36)

28

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas tentang desain penelitian, populasi dan besar penilaian sampel, waktu dan tempat penelitian, uji coba penelitian. Perlakuan yang diberikan, etika penelitian, penetapan penelitian, penetapan nilai dan analisa data.

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen) dengan rancangan non equivalent pre test dan post test intervention group (pratikya, 1986:Budiharto,1999). Desain penelitian ini mempunyai keunggulan karena tidak mempunyai pembatasan yang ketat terhadap randomisasi seperti halnya eksperimen murni, dan pada saat yang bersamaan dapat mengontrol ancaman-ancaman validitasi.Sementara kelemahan dari desain ini adalah tidak memiliki ciri-ciri rancangan eksperimen yang sebenarnya, karena variabel-variabel yang harusnya dikontrol atau dimanipulasi. Oleh sebab itu validitasi penelitian menjadi kurang cukup untuk disebut sebagai eksperimen yang sebenarnya.(Notoadmodjo, 2005)

Tujuan dilakukan penelitian ini dengan menggunakan desain quasi eksperimen adalah untuk mengetahui pengaruh yang timbul terhadap tingkat pengetahuan tentang kanker serviks sebagai akibat dari adanya perlakuan pemberian edukasi kesehatan kepada satu kelompok dan kemudian membandingkan hasilnya sebelum di edukasi dengan setelah di edukasi kesehatan sebagai intervensi dalam penelitian ini.

(37)

Kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan, subjek penelitian diukur tingkat pengetahuannya tentang kanker serviks, Jarak waktu pengukuran pengetahuan, antara pre test dan post test berkisar antara 2 minggu (14 hari ). Hal ini disesuaikan dengan teori evaluasi bahwa jarak antara dua pengukuran minimal dua minggu untuk pengetahuan dan minimal satu bulan untuk prilaku (Budiarto, 1999), dimana dengan waktu tersebut materi yang diberikan sudah mengendap dalam ingatan responden (retensi).

Bentuk rancangan penelitian dijelaskan pada bagian 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1 Rancangan penelitian quasi eksperimen

Keterangan :

O1 :Adalah tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks pada tahap awal pre test pada kelompok intervensi.

O2 :Adalah tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks pada tahap awal post test pada kelompok intervensi.

X : Adalah perubahan tingkat pengetahuan ibu tentang kanker serviks pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah intervensi.

O1 INTERVENSI O2 O1-O2= X

(38)

Perbedaan dan hasil pengukuran dianggap sebagai efektivitas perlakuan model ini relevan dengan kegiatan edukasi kelompok sasaran dan dampak kegiatan terhadap perubahan tingkat pengetahuan yang dapat diukur dan dianalisis.

B. TempatPenelitian

Penelitian dilaksanakan di RT 03 RW 11 kelurahan jatiluhur kecamatan jatiasih dengan pertimbangan antara lain :

1. Hasil observasi penulis dan wawancara dengan beberapa ibu-ibu rumah tangga bahwa ada beberapa ibu yang kurang pengetahuannya tentang kanker serviks dan cara pencegahannya serta masih banyak pula jumlah penderita kanker serviks.

2. Lebih efektif dan efisien karena lebih memudahkan untuk dijangkau dalam penelitian.

3. Belum pernah dilakukan penelitian terkait topik tersebut.

C. WaktuPenelitian

Penelitian ini dilakukan mulai awal September 2012 pengajuan judul skripsi awal Desember 2012 penyusunan skripsi sampai dengan awal Februari. Kegiatan penelitian diawali pada tanggal 8 Februari 2013. Selanjutnya pengolahan data dan penyusunan laporan hasil penelitian pada tanggal 24 Februari 2013.

(39)

D. Populasi dan sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjektif yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2004 ).

Populasi target pada penelitian ini adalah ibu rumah tangga di wilayah RT 03 RW 11, Jati Asih perempuan telah menikah dan aktif seksual.

Dalam penelitian ini jumlah populasi responden di RT 03 RW 11 kelurahan jatiluhur kecamatan jatiasih berjumlah 30 orang..

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik. Sampel dalam penelitian ini adalah para ibu rumah tangga diwilayah RT 03 RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi, perempuan telah menikah dan aktif seksual. Cara pengambilan sampel dengan quota sampling yaitu sampel yang ditetapkan peneliti serta mewakili apa yang

diteliti. Setelah sampel cukup, pengambilan data dihentikan. Kriteria inklusi untuk penelitian yang akan dilakukan adalah

1. Ibu Rumah Tangga

2. Yang telah menikah dan aktif seksual 3. Tidak sakit fisik maupun gangguan jiwa.

(40)

Perhitungan nya sebagai berikut menurut Arjatmo Tjokronegoro (2004) :

Keterangan:

n : Besar nya sampel

d : selisih rata-rata kelompok bermakna (0,05)

Za : Nilai standart normal yang besarnya tergantung

Zb : Nilai tergantung yang ditemukan (1,645)

Bila nilai £=0,05 Z=1,96

Bila nilai £=0,01 Z=2,58

Untuk mencari SD =√n(pxq)

Keterangan :

SD : Standar deviasi

n : jumlah populasi 30 orang

p : probabilitas yang diinginkan (0,5)

q : p-1(0,5)

jadi standarnya adalah

n = (Za+Zb) X SD² d²

(41)

SD =√n(pxq)= √30(0,5x0,5)=1,36

Maka jumlah sampel yang diperlukan

n = (Za+Zb) X SD² n = (1,96+1,645)x (1,36)²

d² (0,05)²

n = (3.605) x (1,8496) n = (6,667808) n = 2667.12 n = 26 orang

(0,0025) (0,0025)

Berdasarkan rumus tersebut di dapatkan sampel sejumlah 26 orang untuk kelompok intervensi. Untuk mengantisipasi drop out responden peneliti menambahkan 10%

sampel pada kelompok, sehingga jumlah sampel 29 orang, kemudian peneliti menggenapkan menjadi 30 orang responden. 30 orang untuk kelompok intervensi.

E. EtikaPenelitian

Untuk memenuhi syarat etika penelitian, sebelum melakukan penelitian peneliti mengajukan permohonan kepada ketua RT 03 dan RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti melakukan penelitian dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden mengenai judul penelitian, tujuan penelitian, serta cara peneliti mengumpulkan data.

Etika ini bukan hanya sebagai izin, tetapi juga pernyataan bahwa penelitian ini tidak membahayakan responden, jika responden mengalami gangguan khususnya psikologis akibat pemberian kuesioner maka akan dirujuk pada ahli.

(42)

Keikutsertaan responden dalam penelitian bersifat sukarela, tidak ada paksaan dan calon responden dapat menolak untuk mengikuti penelitian jika tidak ingin berpartisipasi. Setelah calon responden bersedia untuk menjadi responden maka calon responden tersebut menandatangani lembar persetujuan, kemudian peneliti membagikan kuesioner kepada responden dan meminta untuk mengisi lembaran kuesioner yang telah disiapkan peneliti.

Dalam pengisian lembaran kuesioner responden diberikan perlindungan terhadap privasi, anonim yang mana identitas responden akan dirahasiakan dan akan dimusnahkan setelah hasil penelitian didapatkan. Keikutsertaan responden dalam penelitian berdasarkan pemenuhan criteria responden yang diterapkan oleh peneliti sebagai subjek penelitian, semua responden mendapatkan perlakuan yang sama sebagai responden dari kelompok intervensi.

F. Alat Pengumpulan Data

Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data terdiri dari dua macam yang terdiridari : instrument A berisi data demografi tentang pernyataan yang berkaitan dengan karakteristik demografi responden, kuesioner B tentang pengetahuan yang berkaitan dengan kanker serviks.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Waktu pengumpulan data penelitian ini dimulai dengan mengajukan surat izin dari fakultas untuk pelaksanaan pengambilan keresponden. Surat izin tersebut

(43)

disampaikan kepada Lurah Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Bekasi. Setelah surat izin diperoleh, pengambilan data dapat dilakukan.

Pre test pada kelompok intervensi dilakukan pada tanggal 08 februari 2013 terhadap 30 orang responden, dengan dibantu kader setempat untuk mengumpulkan jumlah responden dikantor kelurahan setempat lalu dilanjutkan dengan pemberian edukasi mengenai kanker servik sselama 30 menit untuk presentasi dan Tanya jawab 30 menit saya dan di bantu seorang bidan setelah itu Seminggu kemudian yaitu pada tanggal 15 Februari 2013 dilakukan post test dengan pertanyaan yang sama kepada responden yang sama pula namun tidak dikumpulkan dalam satu ruangan tapi dikunjungi satu per satu dengan didampingi kader setempat.

Bagi analisa penelitian :

Kelompok intervensi

pretest

intervensi

1 minggu Post test

Table 4.2 bagan alir pengumpulan data

Responden Karakterisktik demografi partisipan : - Umur

- Pendidikan - Pekerjaan - Sosialekomoni

- Pernah mendapatkan informasi sebelumnya

(44)

H. Pengolahan Dan Analisis Data :

1. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Editing, setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan editing dengan

memeriksa kelengkapan pengisian kuesioner untuk mengetahui adanya kesalahan atau ada jawaban yang belum diisi, tujuan editing adalah agar data yang sudah ada dapat diolah dengan baik dan memudahkan peneliti dalam menganalisis data.

b. Coding, merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbenrtuk angka/bilangan. Misalnya untuk variabel pendidikan dilakukan koding 1= SD, 2= SMP, 3= SMA, 4= Perguruan Tinggi, 5= Lain-lain. Pekerjaan 1= Ibu Rumah Tangga, 2= Pegawai Swasta, 3= Pedagang, 4=Lain-lain

c. Prosessing, setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati pengkodean, maka langkah selanjutntya adalah memproses data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng- entry data dari kuesiner ke paket program komputer.

d. Cleaning, tahap terakhir adalah pembersihan data dengan mengecek kembali yang sudah dimasukkan kedalam program, membandingkan dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan. Hal ini bertujuan agar seluruh data yang masuk dapat diolah dan tidak ada data yang tidak dianalisis.

I. Analisis Data

Menurut, Sutanto Priyo Hastono (2006). Modul pertama : Pengolahan Data Uji Instrument. Jakarta: 2006, Fakultas Kesehatan Masyarakat :UI.

a. Analisis univariat, analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi meliputi mean, median, standar deviasi. Analisa dilakukan pada setiap variable

(45)

baik karakteristik pada kelompok, serta tingkat pengetahuan pada tahap awal (pre test) dan tahap akhir (post test)

b. Analisis bivariat, analisis bivariat dilakukan untuk menguji kesetaraan antara kelompok intervensi pada semua variable penelitian diukur pre edukasi dan post edukasi. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu terhadap tingkat pengetahuan dengan menggunakan ujittest dan uji beda dua mean dependen (paired sample) yaitu anova dengan tingkat kemaknaan 95% ɑ 0,05. Setelah itu baru diuji dengan Uji T yaitu Uji T Dependen atau Uji T Paired/related (pasangan). Uji T dependen sering digunakan pada analisa data penelitian eksperimen. Dimana kedua kelompok yang dibandingkan mempunyai subjek yang sama, dengan kata lain responden diukur dengan penelitian pre dan post dengan membandingkan sebelum dan sesudah diberikan edukasi kanker serviks dengan cara :

Formula : T = d S_ᵈ/√n

d = rata-rata deviasi/ selisih sampel 1 dengan sampel 2

S_ᵈ = standard deviasi dari deviasi/ selisih sampel 1 dan sampel 2

(46)

38

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian edukasi tentang kanker serviks pada ibu rumah tangga dengan menggunakan rancangan one groups pre test dan post test design yaitu penelitian yang menggunakan satu kelompok subjek, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah dilakukan edukasi kanker serviks dengan jumlah sampel yang diteliti sebanyak 30 responden. Berikut ini hasil penelitian berdasarkan analisa univariat dan bivariat.

A. Hasil Analisa Univariat

Distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Umur Di Wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013 (n=30)

Usia responden jumlah Presentasi

20-25 1 3,3

26-30 6 20,0

31-35 9 30,0

36-40 4 13,3

41-45 4 13,3

46-50 3 10,0

(47)

51-55 3 10,0

Total 30 100,0

Distribusi responden menurut usia, responden adalah berusia 20-25 tahun sebanyak 1 orang (3,3 %), usia 26-30 tahun sebanyak 6 orang (20,0%), usia 31-35 tahun sebanyak 9 orang (30,0%), usia 36-40 tahun sebanyak 4 orang (13,3%), usia 41-45 tahun sebanyak 4 orang (13,3%), usia 46-50 tahun sebanyak 3 orang (10,0%), usia 51-55 tahun sebanyak 3 orang (10,0%).

Tabel 5.2

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Di Wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013

Tingkat pendidikan Jumlah Presentase

Tidak sekolah 2 6,7

SD 4 13,3

SMP 5 16,7

SMA 13 43,3

PT 6 20,0

Total 30 100,0

Distribusi responden menurut tingkat pendidikan , Tidak Sekolah sebanyak 2 orang (6,7%), SD sebanyak 4 orang (13,3%), SMP sebanyak 5 orang (16,7%), SMA sebanyak 13 orang (43,3%), PT sebanyak 6 orang (20,0%).

(48)

Tabel 5.3

Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Di Wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013

Jenis Pekerjaan Jumlah Presentasi

IRT 21 70,0

Pegawai swasta/Pemerintah 5 16,7

Pedagang 1 3,3

Lain-lain 3 10,0

Total 30 100,0

Distribusi responden menurut jenis pekerjaan, IRT sebanyak 21 orang (70%), Pegawai swasta/pemerintah sebanyak 5 orang (16,7%), Pedagang sebanyak 1 orang (3,3%), Lain-lain sebanyak 3 orang (10,0%).

Tabel 5.4

Distribusi Responden menurut Jumlah Pengeluaran di wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013

Pengeluaran Jumlah Presentase

<1 juta/bln 13 43,3

1-2 juta/bln 14 46,7

(49)

>2juta/bln 3 10,0

total 30 100,0

Distribusi responden menurut jumlah pengeluaran , <1 juta/bln sebanyak 13 orang (43,3%), 1-2 juta/bln sebanyak 14 orang (46,7%), >2juta/bln sebanyak 3 orang (10,0%).

Tabel 5.5

Distribusi Responden menurut info tentang kanker serviks di wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih Tahun 2013

Info kanker serviks Jumlah Presentase

Tidak pernah 20 66,7

Pernah 10 33,3

Total 30 100,0

Distribusi responden menurut info kanker serviks, tdak pernah sebanyak 20 orang (66,7%), pernah sebanyak 10 orang (33,3%).

B. Hasil Analisa Bivariat

Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah pre edukasi dan post edukasi tentang kanker serviks, dimana akan dilihat, distribusi variabel tersebut sebelum dan sesudah

(50)

pemberian edukasi tentang kanker serviks dengan uji T dependen dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 5.7

Distribusi Rata-Rata Tingkat Pengetahuan Tentang Kanker Serviks Sebelum Dan Sesudah Di Edukasi Di Wilayah RW 11 Kelurahan Jatiluhur Kecamatan Jatiasih

Tahun 2013 (n=30)

Variable Mean SD SE P Value N

Pre edukasi

Post edukasi

.8667

19.6333

1.19578

.55605

.21832

.10152

.000 30

Rata-rata tingkat pengetahuan sebelum edukasi adalah 0.8667 dan SD 1.19578. pada pengukuran post edukasi didapat rata-rata tingkat pengetahuan adalah 19.6333 dan SD 0.55605. terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah18,766 dengan standart deviasi 1,454. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat pengetahuan responden pengukuran pertama dan kedua.

(51)

43

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan penelitian

1. Sampel penelitian yang terbatas, sehingga kemungkinan dapat mempengaruhi hasil penelitian baik pada karakteristik responden dan tingkat pengetahuan responden (standar sampel tidak ditentukan karena bukan exsperimen murni).

2. Paket edukasi kesehatan yang disusun sendiri oleh peneliti yang masih dalam tahap uji coba.

3. Keterbatasan desain penelitian dengan desain quasi eksperimen menyebabkan peneliti tidak dapat membatasi variabel yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

B. Analisa Univariat 1. Umur

Berdasarkan dari hasil univariat mayoritas responden berusia 31-35 tahun yang berjumlah 9 orang (30,0%). Distribusi responden menurut usia, responden adalah berusia 20-25 tahun sebanyak 1 orang (3,3 %), usia 26-30 tahun sebanyak 6 orang (20,0%), usia 31-35 tahun sebanyak 9 orang (30,0%), usia 36-40 tahun sebanyak 4 orang (13,3%), usia 41-45 tahun sebanyak 4 orang (13,3%), usia 46- 50 tahun sebanyak 3 orang (10,0%), usia 51-55 tahun sebanyak 3 orang (10,0%).

Menurut james, 2008 bahwa seseorang wanita dengan tingkatan usia diatas 30 tahun dan memiliki tingkat pendidikan diatas sekolah menengah serta yang ikut aktip dalam kelompok sosial masyarakat dalam pemberikan informasi kesehatan

(52)

cendrung lebih peka terhadap informasi yang diberikan dibandingkan wanita dengan wanita yang tidak aktif dalam kelompok sosial.

2. Tingkat Pendidikan

Berdasarkan dari hasil univariat mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (43,3%).

Hal ini menunjukkan bahwa didalam penelitian ini mayoritas responden berpendidikan SMA sebanyak 13 orang (43,3%).

Dari hasil penelitian, peneliti menyimpulkan dengan tingkat pendidikan tersebut responden lebih mudah menerima informasi atau edukasi maka akan semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki , pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan seseorang terhadap informasi yang diperolehnya (Notoatmojo, 2003)

3. Jenis pekerjaan

Berdasarkan dari hasil univariat mayoritas responden menurut jenis pekerjaan, IRT sebanyak 21 orang (70%).

Hal ini menunjukkan bahwa didalam penelitian ini mayoritas responden pekerjaannya sebagai IRT karena pada saat dilakukan penelitian yang menjadi resonden adalah ibu-ibu rumah tangga

Menurut Giel, 2011 bahwa seseorang yang bekerja diluar rumah akan memiliki banyak pengalaman dibandingkan hanya diam di rumah tanpa pekerjaan.

4. Jumlah pengeluaran

Berdasarkan dari hasil univariat mayoritas responden menurut jumlah pengeluaran sekitar 1-2 juta/bln sebanyak 14 orang (46,7%)

(53)

Hal ini menunjukkan bahwa didalam penelitian ini mayoritas pengeluaran responden sekitar 1-2 juta/bln sebanyak 14 orang (46,7%)

5. Info/pengetahuan tentang kanker serviks

Berdasarkan dari hasil univariat mayoritas responden menurut info kanker serviks, tdak pernah sebanyak 20 orang (66,7%)

Menurut penelitian Kesadaran wanita tentang bahaya kanker serviks masih rendah sehingga berpengaruh dengan prilaku individu maupun masyarakat, baik yang berdasarkan tradisi tertentu atau kurangnya pengetahuan, kesadaran berhubungan dengan pola perilaku seksual dan gender dimasyarakat yang menyebabkan jaminan psikososial dan perlindungan hak-hak perempuan dalam masyarakat kurang diperhatikan (Qomariah, Amaliah & Darwisyah, 2001).

Menurut peneliti, penelitian ini sesuai dengan teori diatas bahwa semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin tinggi pula resiko terjadinya kanker serviks

C. Analisa Bivariat

Rata-rata tingkat pengetahuan sebelum edukasi adalah 0.8667 dan SD 1.19578.

pada pengukuran post edukasi didapat rata-rata tingkat pengetahuan adalah 19.6333 dan SD 0.55605. terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah18,766 dengan standart deviasi 1,454. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat pengetahuan responden pengukuran pertama dan kedua.

(54)

Menurut Taufik, 2010 melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian edukasi pasien kanker servik di Rumah Sakit Sudarso Kalimantan Barat menunjukan bahwa ada pengaruh tentang pemberian edukasi sebelum dan sesudah edukasi sebesar 75%

Menurut peneliti,penelitian ini sesuai dengan teori diatas bahwa ada pengaruh pemberian edukasi.

(55)

46

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Analisa Univariat

Berdasarkan analisa univariat didapatkan usia responden terbanyak adalah usia 31-35 tahun sebanyak 9 responden ( 30 % ), tingkat pendidikan mayoritas SMA sebanyak 13 responden ( 43,3 % ), jenis pekerjaan mayoritas Ibu rumah tangga sebanyak 21 responden ( 70 % ), jumlah pengeluaran mayoritas 1-2 juta/bulan sebanyak 14 responden ( 46,7 % ), sedangkan menurut info tentang kanker serviks yang tidak pernah mendapatkan informasi sebanyak 20 responden ( 66,7 % ).

2. Analisa Bivariat

Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan menggunakan uji paired t test diperoleh kesimpulan bahwa adanya perbedaan tingkat pengetahuan ibu mengenai kanker serviks setelah diberikan intervensi keperawatan (edukasi kanker serviks).

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang perlu dijadikan pertimbangan antara lain:

(56)

1. Penelitian selanjutnya

a. Area penelitian perlu diperluas dengan jumlah responden yang lebih representatif, sehingga hasil yang diperoleh lebih memungkinkan untuk dilakukan generalisasi pada populasi yang besar.

b. Instrumen penelitian yang telah diperbaiki sebaiknya diuji validitas dan reabilitas terlebih dahulu sehingga akan didapatkan instrument yang lebih valid dan relabel

c. Analisa data yang digunakan pada penelitian berikutnya sebaiknya tidak terbatas pada analisa univariat dan bivariat dengan Uji T Dependen atau Uji T Paired/related (pasangan) dan sebaiknya menganalisa dengan multivariate yaitu menghubungkan beberapa variabel independen dengan variabel dependen

2. Institusi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi institusi pemberi layanan kesehatan mengenai pemberian edukasi kesehatan terutama mengenai kanker serviks di masyarakat, sehingga dengan adanya peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya kanker serviks diharapkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker serviks dapat dikurangi seminimal mungkin dengan cara perawatan diri dan deteksi dini.

3. Masyarakat

Agar masyarakat lebih mengenal tentang kanker servik dan cara pendeteksian dini kanker servik. Sehingga masyarakat dapat meminimalkan angka kesakitan dan kematian akibat kanker servik.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan yang didapatkan adalah suatu aplikasi penjualan berbasis web yang dapat menyajikan informasi yang akurat, efektif, dan efisien, serta dapat mendukung dan melengkapi

Hasil penelitian hipotesis juga membuktikan bahwa membuktikan bahwa Perilaku Pimpinan, Kepuasan Kerja, Lingkungan Kerja dan Kemampuan Kerja berpengaruh secara signifikan

Draft data penilaian kinerja Pegawai yang telah diperiksa oleh Kepala UPTD PALD akan disimpan sebagai data elektronik dan manual sebelum disampaikan kepada Kepala Dinas

Surat keterangan dari orang tua atau wali dengan mencantumkan perincian penghasilan, pernyataan kebenaran data, dan menerima sanksi jika data dan informasi yang diberikan

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Berdasarkan data hasil analisis klasifikasi unsupervised yang telah di kalkulasikan di dalam grafik diatas terlihat objek terumbu karang yang mengalami kerusakan

Komponen yang menyusun cat kuku adalah pembentuk selaput utama%film &amp;' (nitroselulosa, polimer metakrilat, polimer vinil, merupakan komponen tahan air yang menghasilkan

Contoh tanah yang digunakan adalah contoh tanah tidak terganggu (utuh), diambil dengan menggunakan ring atau selinder dari metal (umumnya terbuat dari kuningan atau plastik,