• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Kondisi Umum Desa

Desa Simpang Nungki adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Cerbon, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantuil di sebelah utara, Desa Sawahan di sebelah timur, Desa Sungai Tunjang di sebelah barat, dan Kecamatan Mandastana di sebelah selatan. Desa Simpang Nungki berjarak satu kilometer dari kantor kecamatan Cerbon atau sekitar lima menit jika ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Sedangkan jarak menuju ibu kota kabupaten atau Kota Marabahan sekitar tiga kilometer atau sekitar 15 menit dengan menggunakan sepeda motor.

Akses masyarakat menuju pusat administrasi Kabupaten Barito Kuala menjadi lebih mudah setelah dibangunnya Jembatan Rumpiang yang menghubungkan Kecamatan Cerbon dengan Kecamatan Marabahan yang dipisahkan sungai Barito.

Jarak tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi umum berupa angkot (taksi dalam bahasa lokal) dan ojek. Angkot yang beroperasi adalah angkot dengan rute Banjarmasin-Marabahan yang lewat 30 menit sekali sampai pukul 17.00 WIB.

Desa Simpang Nungki memiliki wilayah seluas 19,5 kilometer persegi

atau hanya sekitar 9,47 persen dari luas kecamatan Cerbon yang terdiri dari

pemukiman, lahan terbuka, lahan pertanian, kebun, sungai, dan infrastruktur

publik. Secara administratif Desa Simpang Nungki terdiri dari 8 RT yang terdiri

dari dua wilayah yakni masyarakat asli pada RT 01 sampai RT 03 dan UPT (Unit

Pemukiman Transmigrasi) pada RT 04 sampai RT 08. Pemukiman masyarakat

lokal umumnya berada di tepi jalan utama desa. UPT atau kompleks transmigrasi

sendiri dibagi menjadi 10 simpang (Ray) dan umumnya pemukiman transmigran

berada di masing-masing gang. Hanya ada beberapa warung, mushola dan rumah

kepala desa yang menghadap ke jalan inti. Bangunan rumah penduduk pada

umumnya adalah rumah panggung terbuat dari kayu seperti rumah masyarakat asli

Kalimantan.

(2)

Desa Simpang Nungki merupakan bagian dari Kabupaten Barito Kuala yang terletak di garis katulistiwa sehingga memiliki curah hujan yang tinggi.

Temperatur rata-rata adalah 26-27 0 C. Suhu maksimum adalah 27,5 0 C pada bulan Oktober dan suhu minimum mencapai 26,5 0 C pada bulan Juli. Curah hujan tertinggi pada tahun 2008 terjadi pada bulan Maret dan Desember, sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan September. Namun beberapa tahun terakhir hal tersebut sudah banyak mengalami pergeseran dan tidak dapat diperkirakan lagi.

Desa Simpang Nungki adalah salah satu desa yang terdekat dengan perusahaan PBB yakni perusahaan swasta perkebunan kelapa sawit. Desa Simpang Nungki berada pada wilayah perencanaan kebun plasma perusahaan yang pembangunannya akan direalisasikan pada akhir tahun 2011.

4.2 Kondisi Agronomi

Desa Simpang Nungki berada pada hamparan wilayah yang datar dengan kelerengan 0-2 persen, dengan ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan laut. Desa Simpang Nungki berada di dekat Sungai Barito dan dilewati sungai-sungai kecil baik alami maupun buatan, sehingga sistem pertaniannya sangat bergantung pada sistem pasang-surut sungai. Secara umum daerah ini ditutupi oleh tumbuhan rawa, tumbuhan jingah, rambai yang tumbuh disepanjang sungai, tumbuhan galam, dan purun tikus yang hidup berdampingan dan kadang diselingi oleh tumbuhan rumput-rumputan. Di Desa Sumpang Nungki juga dijumpai beberapa jenis fauna khas seperti beberapa jenis ikan air tawar seperti gabus, papuyu, sepat, patin, dan lain-lain yang biasa ditangkap warga untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari. Jenis reptil yang sering terlihat adalah ular sawah dan biawak. Hama yang banyak menyerang tanaman warga adalah tikus yang banyak muncul saat keadaan air pasang.

Jenis tanah yang ada di Desa Simpang Nungki dan Kecamatan Cerbon

umumnya ada jenis yakni organosol dan tanah aluvial. Tanah Organosol berwarna

coklat hitam dan sering disebut tanah gambut atau peat (bahan yang mudah

terbakar). Sifat keasamannya sangat tinggi sehingga kalau ingin mempergunakan

tanah ini harus dengan sistem drainage. Kemampuan tanah di daerah ini tidak

(3)

sepenuhnya datar, yakni lereng 0,2 persen yang merupakan daerah endapan.

Keadaan efektif tanah untuk alluvial lebih besar dari pada 90 centimeter tercatat hampir 60-64 persen dari luas wilayah, sedangkan daerah yang ketebalan gambutnya lebih besar dari 75 centimeter terdapat seluas 6,74 persen. Tekstur tanah 95 persen liat (halus) sedangkan drainage yang dominan yakni di daerah yang tergenang rawa. Penggunaan tanah berdasarkan peta kemampuan tanah dan jenis tanah yang diusahaakan penduduk, daerah alluvial pada umumnya digunakan untuk persawahan karena daerahnya yang cukup subur. Pada daerah organosol atau gambut juga diusahakan oleh penduduk dengan membuat handil- handil atau saluran pembuangan air sehingga daerah tersebut dapat diusahakan.

Tanaman pertanian yang dibudidayakan oleh masyarakat pada umumnya adalah padi sawah, jeruk, palawija, kelapa sawit, kelapa dalam, sagu, karet, nanas, dan lain-lain.

4.3 Kondisi Demografi

Desa Simpang Nungki adalah desa dengan penduduk terbesar ketiga di wilayah Kecamatan Cerbon. Pada tahun 2010, desa seluas 19,50 kilometer persegi ini di huni oleh 335 kepala keluarga yang tersebar pada delapan rukun tetangga.

Penduduk Desa Simpang Nungki terdiri dari 625 laki-laki dan 613 perempuan.

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Cerbon Tahun 2005-2009

Pertambahan penduduk Kecamatan Cerbon dalam jumlah besar pada tahun 2007 terjadi karena adanya penempatan peserta program transmigrasi pada beberapa

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

2005 2006 2007 2008 2009

Jumlah Penduduk

(4)

desa di wilayah Kecamatan Cerbon. Desa di wilayah Cerbon yang menjadi tujuan program transmigrasi adalah Desa Simpang Nungki dan Desa Sawahan. Hal tersebut juga menyebabkan lonjakan tajam jumlah penduduk Desa Simpang Nungki pada tahun 2007. Namun, jumlah penduduk pada Kecamatan Cerbon pada tahun 2008 kembali menurun karena adanya peserta transmigran yang pergi meninggalkan daerah tersebut. Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Cerbon dapat dilihat pada gambar 2 di atas.

Sebagian besar masyarakat Desa Simpang Nungki bekerja sebagai petani sawah dan perkebunan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi wilayah yang cukup mendukung kegiatan pertanian. Sawah pasang surut yang banyak terdapat pada Kecamatan Cerbon mampu membuat Kecamatan Cerbon berada di posisi ke-8 penyumbang beras terbesar Kabupaten Barito Kuala yakni sekitar 5,32% dari total produksi beras Kabupaten Barito Kuala. Mata pencaharian utama penduduk dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Cerbon Tahun 2010 Berdasarkan data profil Kecamatan Cerbon tahun 2009, mata pencaharian utama penduduk sangat beragam. Namun berdasarkan data lapang, seluruh masyarakat Desa Simpang Nungki yakni sebanyak 355 Kepala Keluarga memiliki lahan dan mengusahakan pertanian di samping pekerjaan utama. Sebagian besar penduduk

Petani PNS

Buruh Pensiunan

Karyawan Swasta Peternak/ Nelayan

TNI/Polri Pedagang

Mengurus Rumah Tangga Pelajar/mahasiswa

lain-lain

(5)

dengan mata pencaharian utama sebagai petani juga menjadi buruh di dua perusahaan besar swasta dalam bidang perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di sekitar Desa Simpang Nungki. Hal tersebut dilakukan saat masa tanam padi selesai, sehingga petani memiliki banyak waktu luang untuk mengerjakan hal-hal lain untuk menambah pendapatan.

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Simpang Nungki sudah cukup lengkap. Sarana kesehatan terdiri dari satu puskesmas dan satu polendes dengan tenaga medis satu bidan. Masyarakat juga bisa memanfaatkan jasa dua dukun kampung yang terdapat di Desa Simpang Nungki. Sarana pendidikan terdiri dari satu Sekolah Dasar, satu Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan satu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tenaga pengajar setingkat SD berjumlah 14 orang.

Tenaga dan setingkat SMP terdiri dari 19 orang. Sarana ibadah yang tersedia adalah berupa langgar sebanyak empat buah. Kegiatan-kegiatan keagamaan selain ibadah wajib juga sering dilaksanakan di langgar-langgar tersebut seperti pengajian rutin. Hampir seluruh masyarakat lokal yang tinggal di Desa Simpang Nungki masih memiliki hubungan kekerabatan. Sehingga kegiatan pengajian dan selamatan juga rutin di laksanakan bergiliran di rumah warga. Hal ini membuat hubungan baik antara warga semakin terjalin. Kegiatan serupa juga sering di laksanakan di kompleks transmigran. Rasa senasib dan sepenanggungan membuat masyarakat memiliki hubungan yang masih sangat dekat.

Jalan desa sudah di aspal, namun saat ini keadaannya sudah sangat rusak karena alat-alat berat perusahaan masuk ke area kebun melalui jalan desa tersebut.

Jalan desa yang terdapat pada kompleks transmigran belum pernah di aspal

namun pada tahun 2009 jalan tersebut dilapisi dengan pasir dan batu

menggunakan biaya dari program PNPM Mandiri. Sebagian besar masyarakat

Desa Simpang Nungki sudah memiliki kendaraan pribadi berupa sepeda motor

untuk memudahkan transportasi ke luar desa. Namun, masyarakat juga masih

menggunakan klotok (kapal motor kecil) untuk transportasi karena dianggap lebih

efisien untuk beberapa hal.

(6)

4.5 Konteks Unit Pemukiman Transmigrasi Simpang Nungki

Unit Pemukiman Transmigran (UPT) Simpang Nungki dibuka pada tahun 2005 sebagai salah satu daerah tujuan program transmigrasi. Masuknya peserta transmigrasi ke Desa Simpang Nungki dilakukan dalam tiga tahapan, yakni tahun 2005, 2006, dan 2007. Daerah asal transmigran beragam yakni Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan daerah lain di luar jawa, masyarakat lokal dari Desa Simpang Nungki dan daerah lain di Kalimantan Selatan. Masing-masing kepala keluarga mendapatkan rumah dan tanah seluas 1,5 hektar (satu hektar lahan usaha dan 0,5 hektar untuk lahan pekarangan). Fasilitas lain yang didapat adalah peralatan dapur dan jatah hidup yang diterima sebulan sekali selama satu tahun yang terdiri dari beras, minyak goreng, gula, ikan asin, sabun cuci, garam, minyak tanah, kacang hijau, dan kecap. Transmigran juga mendapatkan bantuan alat-alat pertanian yang sesuai dengan kondisi wilayah dan saprodi (sarana produksi) seperti pupuk dan bibit (sayur, buah, dan padi).

Suatu wilayah akan dinyatakan layak untuk dihuni transmigran, setelah ada kunjungan dari petugas terkait dan perwakilan transmigran untuk menilai apakah wilayah dan fasilitas yang tersedia sudah cukup layak untuk ditinggali.

Seperti jalan, saluran air, kondisi rumah, keadaan lahan, dan lain-lain. Namun, setelah semua dinyatakan layak dan pemberangkatan transmigran di laksanakan, masih ada transmigran yang pergi meninggalkan rumah dan tanahnya. Data jumlah tansmigran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.1 Transmigran UPT Simpang Nungki Tahun 2011

Kategori Jumlah (KK) Persentase (%)

Transmigran Bertahan 121 37.23

Transmigran Pergi 204 62.77

Jumlah 325 100.00

Transmigran yang pergi meninggalkan UPT Simpang Nungki sebagian adalah

warga lokal yang berasal dari sekitar Simpang Nungki yang lebih memilih untuk

tinggal di wilayah asalnya dan tidak menggarap lahannya. Transmigran yang

meninggalkan UPT Simpang Nungki kurang dari 10 tahun penempatan lebih dari

(7)

50 persen. Hal ini menyalahi aturan dan ketentuan terkait program transmigrasi 4 , namun juga menjadi hal yang banyak terjadi di seluruh wilayah transmigrasi.

Alasan kepergian transmigran beragam, seperti kembali ke daerah asal, mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih menjanjikan, ada juga yang mengajukan untuk mengikuti program transmigrasi ke daerah lain. Kurang lengkapnya fasilitas di UPT Simpang Nungki juga menjadi alasan transmigran meninggalkan tempat tinggalnya. UPT Simpang Nungki tidak memiliki jaringan listrik dan saluran air bersih. Sehingga untuk mendapatkan air bersih masyarakat harus menampung air hujan, karena air tanah diwilayah ini asam. Jumlah kepala keluarga UPT Simpang Nungki juga bertambah dengan masuknya para pendatang yang tertarik untuk mengadu nasib di wilayah tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Bapak SHL (50 tahun) 5 dan TTK (40 tahun) 6 .

“Transmigran banyak meninggalkan UPT dengan alasan sarana dan prasarana yang kurang baik. Padahal fasilitas yang diberikan sudah cukup lengkap untuk pemukiman yang baru dibuka termasuk fasilitas terkait pertanian.

Keadaan wilayah juga sudah dijelaskan sebelum mereka diberangkatkan. Mereka sudah diberi pelatihan-pelatihan pertanian agar dapat bertahan di tempat yang baru. Tapi banyak yang pindah ke tempat lain. Bahkan memalsukan data untuk mengikuti program transmigrasi ke daerah yang baru. Itulah yang membuat dia tidak berhasil padahal teman-teman yang tetap bertahan dapat berhasil.

Karena dia kan harus mulai lagi dari awal untuk adaptasi dan lain-lain.”

“ Yah disini ya seperti ini mbak. Panas, kering, tanah dan airnya asam. Tidak seperti di Jawa yang enak. Untuk mandi harus mengambil air di rumah orang yang punya diesel. Trus buat minum kami nampung air hujan. Kalo tidak ada hujan ya beli air di orang lokal. Kan mereka sudah ada PAM. Air PAM nggak bisa masuk sampai sini karena tanahnya lebih tinggi. Kalau listrik sih katanya Agustus mulai masuk ke sini.”

4

Aturan dan ketentuan program transmigran dapat dilihat pada Lampiran

5

Bapak SHL adalah kepala bagian Transmigrasi di Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Barito Kuala. Hasil wawancara tanggal 28 April 2011.

6

Bapak TTK adalah salah satu transmigran yang bertahan. Hasil wawancara 26 April 2011.

(8)

Program-program pengembangan masyarakat transmigran juga beragam,

seperti kredit usaha kecil, PNPM Mandiri, dan bantuan pengembangan

perkebunan dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Bantuan dana dari program

PNPM Mandiri digunakan masyarakat untuk melapisi jalan Unit Pemukiman

Transmigrasi dengan pasir dan batu. Bantuan pengembangan perkebunan dari

Dinas Kehutanan dan Perkebunan berupa pembagian bibit karet dan kelapa sawit

serta saprodi yang menunjang program tersebut.

Gambar

Gambar 3. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Cerbon Tahun 2010  Berdasarkan data profil Kecamatan Cerbon tahun 2009, mata pencaharian utama  penduduk  sangat  beragam
Tabel 4.1 Transmigran UPT Simpang Nungki Tahun 2011

Referensi

Dokumen terkait

Apa yang sedang kita cuba ialah untuk mengasakkan dalam masa dua puluh tahun satu revolusi fakta dan pendapat yang begitu bertenaga di Eropah dan selama enam abad diperlukan

Gardu hubung berfungsi menerima daya listrik dari gardu induk yang telah diturunkan menjadi tegangan menengah dan menyalurkan atau membagi daya listrik tanpa merubah tegangannya

Gejala iritasi, terjadi karena pengosongan yang tidak sempurna atau pembesaran prostat akan merangsang kandung kemih, sehingga sering

Model Christian Entrepreneurship menggunakan Alkitab (sumber hikmat dan pengetahuan) beserta ajaran Kristiani sebagai landasan Teologi dalam mengembangkan talenta dan

E., Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Perpustakaan Nasional RI, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan Ecole Francaise D`Extreme Orient, ١٩٩٨.. Departemen Agama RI, Al-Qur’an

dengan kaidah ilmiah, maka kegiatan Program Hibah Penelitian tersebut dinyatakan batal dan PIHAK KEDUA wajib mengembalikan dana Program Hibah Penelitian Tahun 2014

Untuk mencapai target-target kinerja utama tersebut sesuai dalam RENSTRA FIK UNESA 2016-2020 telah ditetapkan program dan kebijakan payung sebagai berikut ini3.

Abstrak: Struktur dan Fungsi Pantun Pulang-Memulangkan pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Sambas. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur dan