Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 8 HUBUNGAN PENGETAHUAN, PEKERJAAN DAN ASPEK BUDAYA IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KUOK
KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2015
RIDHA HIDAYAT
Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau [email protected]
ABSTRAK
Menyusui merupakan suatu cara memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam Air Susu Ibu (ASI) membantu melindungi bayi terhadap berbagai penyakit (Astutik, 2014).
Data Riset Kesehatan Daerah Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan ibu yang memberikan ASI Eksklusif di Indonesia hanya 30.2%. Di Provinsi Riau tahun 2013 pencapaian ASI Eksklusif 51.2% dan di Kabupaten Kampar 76.4% pada tahun 2014, Puskesmas Kuok merupakan salah satu puskesmas dengan pencapaian target ASI yang rendah hanya 49.31%.
Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pekerjaan dan aspek budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015, jumlah sampel 83 responden dan pengambilan sampel dengan cluster sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi squrae. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan Pvalue (0.00 < α 0.05), pekerjaan dengan Pvalue (0.001 <
α 0.05), aspek budaya dengan Pvalue (0.00 < α 0.05) terhadap pemberian ASI Eksklusif.
Disarankan bagi pelayanan kesehatan di Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar lebih meningkatkan lagi upaya-upaya untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif, salah satunya dengan cara pengadaan kelas ASI Eksklusif bagi ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang melahirkan.
Daftar Pustaka : 23 Referensi (2005-2015)
Kata Kunci : Pengetahuan, Pekerjaan, Aspek Budaya, ASI Eksklusif
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 9 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menyusui merupakan suatu cara memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan terhadap kesehatan ibu dan bayi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam Air Susu Ibu (ASI) membantu melindungi bayi terhadap berbagai penyakit (Astutik, 2014).
ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental, oleh karena itu pemberian ASI perlu mendapat perhatian serius oleh para ibu agar kebutuhan nutrisi bayi dapat terpenuhi terutama diawal masa kehidupannya. Maka diharapkan para ibu dapat memberikan ASI Eksklusif tanpa terkecuali, karena ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi.
ASI Eksklusif adalah memberikan ASI sedini mungkin setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain walaupun hanya air putih sampai bayi berusia 6 bulan. Bayi yang diberi ASI Eksklusif akan mengalami pertumbuhan yang sangat baik, memiliki kecerdasan tinggi, daya tahan tubuh lebih baik, kenaikan berat badan stabil dan jarang sakit (Husnaria, 2011).
Keuntungan memberi ASI Eksklusif adalah : ASI merupakan makanan bayi paling sempurna, murah dan mudah didapat, ASI saja dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan normal sampai bayi berumur 6 bulan. ASI yang pertama keluar disebut kolostrum bewarna kekuningan dan mengandung zat kekebalan untuk mencegah penyakit, oleh karena itu harus diberikan kepada bayi dan tidak boleh dibuang, keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi usia 0-6 bulan, ASI mengandung antibodi yang dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh kuman dan virus (Afriani, 2014).
Kerugian bila tidak memberikan ASI Eksklusif adalah: jika seorang bayi
tidak diberikan ASI dan diganti dengan susu formula, maka bayi tidak akan mendapatkan kekebalan, serta akan kekurangan gizi. Dengan tidak adanya zat antibodi, maka bayi akan mudah terkena berbagai penyakit dan meningkatkan angka kematian bayi (Astutik, 2014). Bila bayi berumur 0-6 bulan diberi makanan selain ASI, dapat terjadi gangguan pencernaan, ketahanan tubuh bayiyang rendah untuk mencegah penyakit, bila bayi diberikan susu botol sering terjadi mencret.
Kemungkinan bayi tidak cocok dengan susu formula atau cara membuatnya tidak bersih pengeluaran biaya rumah tangga akan lebih banyak, dapatmengurangi ikatan cinta kasih ibu dananaknya (Afriani, 2014).
Salah satu alasan ibu tidak memberikan ASI adalah ibu yang bekerja.
Sering kali alasan pekerjaan membuat seorang ibu berhenti menyusui dan memberikan susu formula kepada bayinya karena dirasa lebih praktis. Bekerja merupakan kegiatan ekonomi yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapatan. Saat ini bekerja tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan, tidak terkecuali ibu menyusui.
Jumlah partisipasi ibu menyusui yang bekerja menyebabkan turunnya angka lama menyusui. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Subrata (2004) menunjukkan kelompok ibu bekerja memiliki peluang 7,9 kali lebih besar untuk tidak menyusui bayi secara Eksklusif (Roesli dalam Pertiwi, 2012).
Penyebab rendahnya pemberian ASI Eksklusif selanjutnya adalah aspek budaya. Budaya memiliki peran yang sangat besar dalam pemberian ASI Eksklusif. Budaya yang dianut seseorang secara turun-temurun cendrung sulit untuk diperbaiki. Banyak kebudayaan di Indonesia yang menghambat pemberian ASI Eksklusif karena persepsi budaya (Pertiwi, 2012).
Dinegara berkembang, sekitar 10 juta bayi mengalami kematian dan 60% dari kematian tersebut seharusnya dapat
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 10 ditekan dengan menyusui. ASI sudah
terbukti dapat meningkatkan status kesehatan bayi sehingga 1,3 juta bayi dapat diselamatkan. Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children (UNICEF) dan Woard Healt Organization (WHO) merekomendasikan agar bayi sebaiknya disusui secara Eksklusif selama 6 bulan.
Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI seharusnya dilanjutkan sampai umur dua tahun (Afriani, 2014).
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan persentase pemberian ASI Eksklusif dalam 24 jam terakhir tanpa riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada bayi berumur 6 bulan sebesar 30,2%. Inisiasi menyusui secara dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5%, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9% dan terendah di Papua Barat berjumlah 21,7% (Riskesdas, 2013).
Depkes RI telah menargetkan cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 80%. Sehingga berbagai kebijakan dibuat pemerintah untuk mencapai kesehatan yang optimal yaitu Undang- Undang RI No. 36 tahun 2009 pasal 128 ayat 1 “setiap bayi berhak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif sejak dilahirkan selama 6 bulan kecuali atas indikasi Medis” (Wiji, 2013).
Jumlah bayi di Propinsi Riau tahun 2013 sebanyak 113.686 orang namun yang diberi ASI eksklusif hanya sebesar 58.172 orang (51,2%). Pencapaian ini masih jauh dari target nasional sebesar 80% (Afriani, 2014).
Begitu juga dengan Kabupaten Kampar, pada tahun 2013 sebanyak 70,9%
(4.029 orang) dari 5.683 jumlah bayi yang diberikan ASI Eksklusif dan pada tahun 2014 sebanyak 76,4% (4.615 orang) dari 8.420 jumlah bayi yang diberi ASIEksklusif. Walaupun telah terjadi peningkatan pada tahun 2014 tetapi pencapaian ini masih belum mencapai target nasional sebesar 80%. Menurut data
laporan cakupan ASI Eksklusif dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar tahun 2014 adalah sebagai berikut:
NO PUSKESM AS
JUMLA H BAYI
JMLH BAYI YG DIBERI ASI EKSLU SIF
1 Bangkinang 402 230
2 Kampar 525 340
3 Tambang 669 341
4 XII Koto
Kampar I
90 57
5 XII Koto
Kampar II
76 48
6 XII Koto
Kampar III
77 31
7 Kuok 255 107
8 Siak Hulu I 475 271
9 Siak Hulu II 362 167
10 Siak Hulu III 142 55
11 Kampar Kiri 318 218
12 Kampar Kiri
Hilir
117 67
13 Kampar Kiri
Hulu I
88 65
14 Kampar Kiri
Hulu II
40 19
15 Tapung I 202 71
16 Tapung II 336 296
17 Tapung
Perawatan
382 196
18 Tapung Hilir I 275 116
19 Tapung Hilir II 317 133
20 Tapung Hulu I 454 354
21 Tapung Hulu II 398 227
22 Salo 280 161
23 Rumbio Jaya 176 127
24 Bangkinang Seberang
332 286
25 Perhatian Raja 166 118
26 Kampar Timur 258 163
27 Kampar Utara 191 106
28 Kampar Kiri
Tengah
264 60
29 Gunung
Sahilan I
206 56
30 Gunung
Sahilan II
401 35
31 Koto Kampar
Hulu
164 94
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 11 Sumber : DinKes Kab. Kampar
No Nama Desa
Jmlh Bayi
Jmlah Bayi ASI eklusif
Persentase
1 Pulau
Terap
25 1 4
2 Merangin 16 2 12.5
3 Lereng 27 6 22.2
4 Pulau
Jambu
32 12 37.5
5 Sie Silam 20 9 45
6 Empat
Balai
28 14 50
7 Kuok 80 43 53.75
8 Batu
Langka
19 11 57.89
9 Bukit
Malintang
10 9 90
Jumlah 257 107 49
Sumber: Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar, 2013- 2014
Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa persentase cakupan pemberian ASI
Eksklusif pada tahun
2014(49%)mengalami penurunan dari tahun 2013 (67.5%). Cakupan pemberian ASI Eksklusif yang tertinggi pada tahun 2014 di wilayah Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar adalah Desa Bukit Malintang sebanyak 90% (9 orang) dari 10 jumlah bayi berusia 0-6 bulan dan terendah di Desa Pulau Terap berjumlah 4% (1 orang) dari jumlah 25 bayi berusia 0-6 bulan.
Dari survey awal yang peneliti lakukanpada tanggal 17 Mei 2015 terhadap 10 orang ibu yang memiliki bayi berumur 0-6 bulan didapatkan data bahwa3 orang memberikan ASI Eksklusif dan 7 orang tidak memberikan ASI Eksklusif. Adapun alasan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya adalah sebagai berikut :6 orang ibumengatakan tidak tahu tentang ASI Eksklusif, 5 orang ibu mengatakan karena bekerja, 5 orang ibumengatakan karena kebiasaan turun- temurun dalam keluarga, 2 orang ibumengatakan karena promosi susu fomula,2 orangibu mengatakan karena
dukungan keluarga, 1 orang ibu mengatakan karena kurangnya produksi ASI, 1 orangibu mengatakan karena kondisi kesehatan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti “apakah ada hubungan pengetahuan, pekerjaan dan aspek budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015?”.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pekerjaan dan aspek budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
2. Tujuan khusus
a) Untuk mengetahui distribusi pengetahuan, pekerjaan, budaya ibu tentang ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
b) Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
c) Untuk mengetahui hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
d) Untuk mengetahui hubungan aspek budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi 0-6 bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
METODE PENELITIAN Jenis Dan Desain Penelitian
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 12 Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis desain Kuantitatif dengan penelitian bersifat analitik menggunakan pendekatan cross sectional yang merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan variabel independen dan dependendikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
Bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan, pekerjaan dan aspek budaya terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015.
Populasi
Menurut Notoatmodjo (2010), populasi adalah keseluruhan objek penelitianatau objek yang akan diteliti.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi usia 7- 12bulan diwilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar sebanyak 257 orang ibu yang memiliki bayi usia 7-12 bulan Sampel
Mengingat objek yang diteliti atau sumber data yang sangat luas maka cara pengambilansampel pada penelitian ini dilakukan dengan tehnik Cluster Samplingyaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi (Nursalam, 2013).Cluster dilakukan dengan melakukan randomisasi untuk cluster/menentukan sampel daerah (Desa Pulau Terap, Lereng, Pulau Jambu, Empat Balai dan Bukit Melintang). kemudian randominasi/menentukan orang/unit yang ada diwilayahnya/dari populasi cluster yang terpilih (Hidayat, 2014).
Tabel 3.1 Bagan Pengambilan Sampel Untuk Tiap Desa.
No Nama Desa Jumlah Sampli
ng 1 Pulau
Terap
n = 28 x 156 257
16 orang 2 Lereng n = 35 x 156
257
21 orang 3 Pulau
Jambu
n = 35 x 156 257
21 orang 4 Empat
Balai
n = 31 x 156 257
19 orang 5 Bukit
Melintang
n = 10 x 156 257
6 orang
Total Jumlah Sampel 83 83 Orang
HASIL PENELITIAN
Penilitian ini dilakukan pada tanggal 3 Agustus 2015 s/d 4 Agustus 2015 diwilayah kerja puskesmas Kuok Kabupaten Kampar. Responden penelitian ada sebanyak 83 responden. Data yang diambil pada penelitian ini meliputi variabel pengetahuan, pekerjaan dan aspek budaya (variabel independen) dan variabel pemberian ASI Eksklusif (variabel dependen). Dari penyebaran kuesioner telah peniliti lakukan maka didapatkan hasil peniliti lakukan maka didapatkan hasil sebagai berikut.
Analisa Univariat
Analisa univariat di lakukan untuk melihat gambaran distribusi responden berdasarkan pengetahuan serta variabel- variabel yang di teliti guna mendapatkan gambaran umum, yang meliputi:
1. Pengetahuan
Untuk distribusi frekuensi pengetahuan responden, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
N o
Penge tahua n
Frek uens i
Persentase ( % ) 1 Kura
ng
44 53.0
2 Cuku p
22 26.6
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 13
3 Baik 17 20.5
Juml ah
83 100
Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan statistik uji chi square
Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa dari 83 responden diperoleh data yang pengetahuan kurang sebesar 53.0%
(44 orang).
2. Pekerjaan
Untuk distribusi frekuensi pekerjaan responden, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
No Pekerjaan Frek uensi
Per sent ase 1 Bekerja 53 63.9 2 Tidak
bekerja
30 36.1 Jumlah 83 100 Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan statistik uji chi square
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa dari 83 responden diperoleh data yang bekerja sebesar 63.9% (53 orang).
3. Aspek budaya
Untuk distribusi frekuensi pekerjaan responden, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Aspek Budaya Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
N o
Aspek Buday
a
Frekuensi Persentas e 1 Tidak
setuju
39 47.0
2 Setuju 44 53.0
Jumla h
83 100 Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan satistik uji chi square
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa dari 83 responden diperoleh data yang tidak setuju sebesar 47.0% (39 orang).
4. Pemberian ASI Eksklusif
Untuk distribusi frekuensi
pengetahuan responden, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
No Pembe rian ASI Eksklu
sif
Frekuen si
Persenta se
1 Tidak 59 71.1
2 Ya 24 28.9
Jumla h
83 100
Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik chi square
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 83 responden diperoleh data yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 71.1% ( 59 orang).
Analisa Bivariat
Analisa bivariat ini memberikan gambaran ada tidak nya hubungan antara variabel independen (pengetahuan, pekerjaan dan aspek
Pengetahuan
Pemberian ASI Eksklusif
Total P va lu e
Tidak Ya
n % n % N %
Kurang 41 93.2 3 6
. 8
44 1 0 0
0.
00
Cukup 11 50.0 11 5
0 . 0
22 1 0 0
Baik 7 41.2 10 5
8 . 8
17 1 0 0
Jumlah 83
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 14 budaya ) dengan variabel dependen
(pemberian ASI Eksklusif). Analisa bivariat ini menggunakan uji Chi- Square sehingga dapat dilihat ada tidak nya hubungan antara kedua variabel tersebut. Analisa bavariat ini penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap pemberian ASI Eksklusif, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik chi square
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa responden yang pengetahuan kurang yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 41 orang (93.2%).
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015. Hal ini dibuktikan dengan p value = 0.00 < α 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif.
2. Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan responden terhadap pemberian ASI Eksklusif, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
Pekerja
an Pemberian ASI eklusif
Total P Valu Tidak Ya N % e
n % n % 0,00
Bekerja 45 84 .9
8 15 .1
47 10 0
Tdk Bekerja
14 46 .7
16 53 .3
25 10 0
Jumlah 7
3
Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik chi square
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa responden bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 45 orang (84.9%).
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015. Hal ini dibuktikan dengan p value = 0.001 < α 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.
3. Hubungan Aspek Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Untuk mengetahui hubungan aspek budaya responden terhadap pemberian ASI Eksklusif, penulis sajikan dalam bentuk tabel dibawah ini:
Tabel 4.4 Hubungan Aspek Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar Tahun 2015
Sumber: hasil penelitian ini diuji dengan uji statistik chi square
Dari tabel 4.5 dapat dilihat
bahwa responden tidak setuju yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 37 orang (94.9%).
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan ada hubungan yang signifikan antara budaya dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Kuok Kabupaten
Aspek Budaya
Pemberian ASI Eksklusif
Total P val ue
Tidak Ya
n % n % N %
Tidak setuju 37 94.9 2 5.1 39 10
0 0.0
0
Setuju 22 50.0 22 50.0 44 10
0
Jumlah 83
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 15 Kampar tahun 2015. Hal ini
dibuktikan dengan p value = 0.00 < α 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aspek budaya dengan pemberian ASI Eksklusif.
PEMBAHASAN
Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalan bab distribusi frekuensi masing-masing variabel, bab ini akan membahas secara sistematis dari analisis yang terdiri dari variabel-variabel yang diteliti kemudian selanjutnya dilakukan pembahasan dengan membandingkan dengan hasil yang telah didapatkan dilapangan.
Analisa Univariat a. Pengetahuan
Tingkat pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah. Kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI dan gencarnya promosi susu formula membuat banyak ibu gagal menyusui bayinya secara Eksklusif (Wiji, 2013).
Pengetahuan adalah hasil „tahu„ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmodjo, 2011). Pengetahuan merupakan prilaku paling sederhana dalam urutan prilaku kognitif. Seseorang bisa mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan bisa diingat kembali.
Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari informasi yang penting (Apriani, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 83 responden sebanyak 44 orang (53.0%) berada pada pengetahuan kurang, sebanyak 22 orang (26.5%) berada pada pengetahuan cukup dan sebanyak 17 orang (20.5%) berada pada pengetahuan katagori baik.
b. Pekerjaan
Bekerja merupakan alasan yang paling sering dikemukan oleh ibu yang tidak
menyusui bayinya. Umumnya, ibu merasa alasannya bisa dimaklumi apabila ibu tidak menyusui bayinya dan menyambung ASI dengan susu formula karena alasan bekerja.
Pekerjaan bukanlah alasan untuk tidak memberikan ASI secara eksklusif karena ASI bisa diperah dan tetap diberikan kepada bayi walaupun ibu tidak mendampingi bayinya. Menyusui bisa dilakukan sebelum berangkat bekerja. Jika ibu sudah berada di rumah, maka ibu wajib memberikan hak anaknya untuk menyusui dengan air susunya sendiri (Astutik, 2014).
Berdasarkan hasil penelitian didapat dari 83 responden sebanyak 53 orang (63.9%) berada pada bekerja dan sebanyak 30 dengan persentase (36.1%) berada pada kategori tidak bekerja.
c. Aspek Budaya
Budaya adalah nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini oleh individu atau kelompok sehingga mereka melakuan tindakan. Budaya dipandang juga sebagai rencana hidup walaupun rencana hidup itu belum sempurna (Indriyani 2014).
Budaya sebagai hal yang dianut secara turun-temurun dalam suatu masyarakat memiliki pengaruh pada prilaku menyusui secara eksklusif.
Biasanya hal yang menghambat keberhasilan ASI Eksklusif adalah praktik pemberian makanan yang seharusnya belum dilakukan pada bayi dibawah enam bulan (Pertiwi, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian didapat dari 83 responden sebanyak 39 orang (47.0%) berada pada tidak setuju dan sebanyak 44 dengan persentase (53.0%) berada pada kategori setuju.
d. Pemberian ASI Eksklusif
Penyebab umum kegagalan pemberian ASI Eksklusif adalah minimnya pengetahuan ilmu ibu tentang ASI Eksklusif dan menyusui, ibu bekerja, tidak ada dukungan dari keluarga , tehnik menyusui yang tidak tepat dan mitos ASI encer tidak baik untuk bayi (Wiji, 2013)
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 16 Para ahli seluruh dunia telah mengadakan
penelitian terhadap keunggulan ASI.
Dibandingkan dengan susu sapi atau susu buatan lainnya. Penelitian juga menunjukkan bahwa bayi yang diberiakn ASI secara khusus terlindungi dari serangan penyakit sistem pernapasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan oleh zat- zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit (Wiji, 2013).
Berdasarkan hasil penelitian didapat dari 83 responden sebanyak 59 orang (71.1%) berada pada tidak memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 24 dengan persentase (28.9%) berada pada katagori memberikan ASI Eksklusif.
Analisa Bivariat
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menemukan bahwa responden pengetahuan kurang yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi (93.2%) dibandingkan dengan yang memberikan ASI Eksklusif (6.8%).
Hasil uji statistik menemukan P value
yang diperoleh adalah 0.00 < α 0.05 berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Menurut Pertiwi, 2012 menyatakan bahwa informasi maupun pengalaman yang didapat seseorang terkait pemberian ASI Eksklusif dapat mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam meberikan ASI Eksklusif. Pengetahuan merupakan perilaku paling sederhana dalam urutan perilaku kognitif. Seseorang bisa mendapatkan pengetahuan dari fakta atau informasi baru dan bisa diingat kembali.
Selain itu pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman hidup yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam mempelajari perilaku seseorang dalam mempelajari informasi yang diperoleh.
Menurut Notoadmodjo (2014) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat berbeda-beda.
Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Nuryati (2006) yaitu ibu yang memiliki pengetahuan baik berpeluang 5,47 kali lebih besar untuk menyusui secara eksklusif. Pengetahuan yang baik memiliki kemungkinan 6.7941 lebih besar untuk menyusui secara eksklusif dari ibu yang memiliki pengetahuan rendah.
Peneliti memiliki asumsi bahwa banyaknya ibu yang berpengetahuan kurang kemungkinan diakibatkan kurang memiliki pengalaman dalam menyusui karena dilihat dari usia sebagian besar ibu berada dalam usia muda (< 30 tahun) hal ini sesuai dengan penelitian Delaune &
Ladner yang menunjukkan bahwa pengalaman hidup dapat mempengaruhi pengetahaun seseorang.
a. Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi (84.9%) dibandingkan dengan memberikan ASI Eksklusif (15.1).
Hasil uji statistik menemukan P value
yang diperoleh adalah 0.001 < α 0.05 berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Bekerja seharusnya bukan halangan untuk menyusui. Persiapan yang dapat dilakukan bila ternyata ibu bekerja harus meninggalkan bayinya dirumah yaitu dengan memberikan ASI sebelum pergi dan sesudah pulang kerumah. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatur pemberian ASI ini, yaitu memerah, menyimpan dan memberikan ASI perah (ASIP) dengan benar sehingga tidak mengganggu proses menyusui (Abdullah, 2012)
Penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Apriani (2014) diwilayah
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 17 kerja Puskesmas Payung Sekaki
Pekanbaru tahun 2014 di dapatkan hasil ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif. Demikian juga penelitian yang dilakukan Dahlan dkk (2011) didapatkan hasil ibu yang bekerja sebanyak (51.1%) dan sebagian besar ibu tidak memberikan ASI Eksklusif yaitu 20 (83.3%). Hasil tersebut menunjukkan apabila status pekerjaan ibu bekerja maka besar kemungkinan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya, dan apabila status pekerjaan ibu tidak bekerja maka besar kemungkinan ibu dapat memberkan ASI Eksklusifnya.
Peneliti berasumsi bahwa pekerjaan berpangaruh penting dalam keberhasilan ASI Eksklusif, karena kebanyakan ibu yang bekerja memiliki waktu yang relatif singkat untuk merawat bayinya sehingga memungkinkan ibu tidak memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Selain itu ibu lebih memilih susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya, karena pemberian susu formula dirasa lebih praktis oleh ibu-ibu yang bekerja.
b. Hubungan Aspek Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Hasil penelitian menemukan bahwa responden yang tidak setuju yang tidak memberikan ASI Eksklusif lebih tinggi (94.9%) dibandingkan dengan memberikan ASI Eksklusif (5.1%).
Hasil uji statistik menemukan P value yang diperoleh adalah 0. 00 < α 0.05 berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif.
Budaya memiliki peran sangat besar dalam pemberian ASI Eksklusif. Budaya yang dianut seseorang cendrung sulit untuk diperbaiki banyak kebudayaan yang menghambat pemberian ASI Eksklusif karena beberapa persepsi budaya. Sebagai contoh pada masyarakat Lombok Memiliki Persepsi bayi yang tidak diberikan nasi pada usia dini tidak tumbuh menjadi besar dan kuat seperti yang diharapkan. Persepsi budaya seperti ini dapat membuat
pencapaian pemberian ASI Eksklusif menurun (Pertiwi, 2011).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Firanika (2010) bahwa adanya budaya yang tidak mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan bubulak kota bogor seperti pemberian nasi papak yang diberikan pada bayi baru lahir dan makan pantangan serta tradisi mapas yang mengganggu produksi ASI ibu. Pertiwi (2011) juga mendapatkan hasil ada hubungan budaya dengan pemberian ASI Eksklusif.
Peneliti berasumsi bahwa budaya berpangaruh terhadap rendahnya pemberian ASI Eksklusif, karena banyak ibu yang memberikan makanan tambahan kepada bayinya yang disebabkan kebiasaan turun temurun dalam keluarga dan kurangnya pendekatan dari tenaga kesehatan kepada tokoh masyarakat karena tokoh masyarakat lebih mudah untuk menyampai saran dan informasi kepada masyarakat dilingkungannya khususnya saran dan informasi tentang ASI Eksklusif kepada ibu-ibu yang menyusui.
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
2. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
3. Ada hubungan antara aspek budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kuok Kabupaten Kampar tahun 2015.
Saran
Aspek Teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melanjutkan penelitian yang lebih mendalam dengan metode penelitian yang lainnya serta
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 18 menjadi bahan masukan dan
pengembangan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Aspek Praktis a. Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi Puskesmas Kuok beserta staf dapat melakukan kerja sama dengan lintas sektor dan lintas program serta dapat meningkat peran serta masyarakat dalam mempromosikan ASI Eksklusif. Selain itu dilakukan pengadaan kelas ASI Eksklusif bagi ibu-ibu hamil dan ibu-ibu yang melahirkan.
b. Bagi Ibu
Diharapkan bagi ibu untuk dapat meningkatkan pengetahuan tentang manfaat ASI Eksklusif dan diharapkan dapat membuka diri terhadap informasi yang penting tentang ASI Eksklusif. Jika ibu mengalami kendala dalam memberikan ASI diharapkan untuk bertanya kepada tenaga kesehatan yang pro ASI atau kepada konselor laktasi.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti yang akan datang dan peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya dapat lebih ditingkatkan lagi, baik pada desain penelitian, jumlah responden atau jenis variabel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulallah, Giri Inayah (2012) ” determinan pemberian asi eksklusif pada ibu bekerja di kementrian kesehatan RI”. Jurnal Keperawatan FIK UI.
Afriani, Reni (2014) “Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru”.
STIKes Tuanku Tambusai Riau.
Angsuko, Dhames Vidya (2009)
“Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui dengan
Perilaku Menyusui Bayi Usia 0 –6 Bulan Di Bidan Yuda, Klaten”.
Jurnal Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Astutik, Reni Yuli (2014) Payudara dan Laktasi. Jakarta : Salemba Medika.
Budiarto, Eko (2001) Biostistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC
Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2014) Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2013-2014.
Dinas Perhubungan Pariwisata dan Seni Budaya (2005) Peranan Nilai-Nilai Adat Istiadat dalam Masyarakat Kampar.
Firanika, Rayuni (2010) Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor.
Jurnal Keperawatan FIK UI.
Hidayat, Aziz Alimul (2007) Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimul (2014) Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
Husnaria (2011) “hubungan pendidikan dan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Mekar Propinsi Sulawesi Tenggara”.
Jurnal Akademi kebidanan Pelita Ibu Kendari.
Indriayani dan Asmuji (2014) Buku Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA.
Iskandar (2010) metodelogi penelitian pendidikan dan sosial ( kuantitatif
Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKes Tuanku Tambusai | 19 dan kualitatif). Jakarta : Gaung
Persada Press.
Nursalam (2013) Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, Soekidjo (2010) Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo (2014) Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Pertiwi, Putri (2012) Gambaran Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Kuncir Tangerang.
Jurnal Keperawatan FIK UI.
Puskesmas Kuok (2014) Data Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2013-2014.
Riskesdas (2013) Persentase Pemberian ASI Eksklusif Tahun 2013
Sitepoe, Mangku (2013) ASI Eksklusif Arti Penting dalam Kehidupan.
Jakarta : Permata Puri Media.
Syafrudin (2009) Sosial Budaya Dasar Untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta : CV. Trans Info Media.
Wawan dan Dewi (2011) Teori &
Pengekuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Wiji, Rizki Natia (2013) ASI Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta : Nuha Medika.