EVALUASI KEBUTUHAN FREKUENSI PELAYANAN BUS
TRANS METRO BANDUNG DENGAN MENGKAJI
PERMINTAAN JANGKA MENENGAH (10 TAHUN) STUDI
KASUS KORIDOR II CICAHEUM – CIBEREUM
Renita Gutawa
Program Studi Rekayasa Transportasi-FTSL Institut Teknologi Bandung
Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia
Tel. +62 22 250 4952
abstract
Trans Metro Bandung currently operates two routes, first route is Cibiru – Cibereum and second route is Cicaheum – Cibereum. The second route is being developed nowadays. This studi aims to forecast demand in ten years planning and evaluate the optimum headway that give the maximum revenue. Modelling is done by software EMME 4 by assigning origin destination matrixof the passenger with different headway, and also doing the traffic assignment to do the validation test. Performance of transit network examined are load factor and total passenger boarding in Trans Metro Bandung transit line. From the result, number of passenger /hour was gradually increased and from the number of passenger/rit, the revenue of each headway could be determined.
Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue
PENDAHULUAN
Di Kota Bandung permasalahan transportasi sudah bukan hal yang baru lagi. Salah satu permasalahan yang paling utama adalah kemacetan yang terjadi karena tingginya permintaan akan transportasi yang tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana transportasi yang ada. Transportasi publik adalah salah satu jawaban dari permasalahan kemacetan yang terjadi, namun banyak faktor yang harus dipertimbangkan agar moda transportasi publik lebih dipilih dibandingkan kendaraan pribadi.
Salah satu upaya Pemerintah Kota Bandung untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik adalah dengan Trans Metro Bandung yang berbasis bus dengan sistem pembelian pelayanan bus terjadwal dan berhenti di halte-halte khusus. Maksud pengoperasian Trans Metro Bandung adalah reformasi sistem angkutan umum perkotaan melalui manajemen pengelolaan maupun penyediaan sarana angkutan massal sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu aman, nyaman, mudah, tepat waktu, dan murah. Trans Metro Bandung baru dioperasikan pada 2 rute yaitu : Cicaheum – Cibereum dan Cibiru – Cibereum. Trans Metro Bandung koridor II dengan rute Cicaheum – Cibereum adalah rute baru yang akan
terus dikembangkan. Adanya rencana pengembangan lebih lanjut Trans Metro Bandung koridor II ini maka akan dilakukan forecasting permintaan pelayanan Trans Metro Bandung 10 tahun mendatang dan melakukan evaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan yang optimum dengan memaksimalkan revenue yang didapat dengan bantuan program pemodelan EMME 4.
METODOLOGI DAN ANALISIS
WILAYAH STUDI
Wilayah studi yang ditinjau dan dimodelkan adalah Kota Bandung yang mencakup151 zona kelurahan dengan fokus pada Trayek Trans Metro Bandung koridor II. Moda pesaing lain yang ikut dimodelkan adalah Mobil pribadi, Angkutan Kota, bus DAMRI, dan Kereta api.
SUMBER DATA
1. Peta jaringan jalan dan trayek angkutan umum di Kota Bandung didapat dari Dinas Perhubungan Kota Bandung
2. Data jaringan jalan yang digunakan adalah hasil dari skripsi berjudul “Studi Kelayakan Secara Ekonomi pada Proyek Monorel Kota Bandung Koridor Trans Cikapundung” oleh Sasiji Prabu Ningrat tahun 2013.
3. Data Survey Traffic Counting didapat dari Survey primer yang dilakukan pada hari kerja segmen waktu sore, dan data survey lainnya didapat dari on bus survey. 4. Data matriks asal tujuan didapat dari data rekaman Laboratorium Rekayasa Jalan
dan Lalu lintas Institut Teknologi Bandung.
5. Data Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandung didapat dari Badan Pusat Statistik Bandung.
RUANG LINGKUP
1. Pemodelan jaringan dan rute angkutan umum dan pembebanan untuk mengolah data-data berdasarkan setiap skenario dilakukan dengan paket program EMME 4 2. Laju pertumbuhan pergerakan pada wilayah kajian diasumsikan sama dengan laju
pertumbuhan PDRB Kota Bandung
3. Kondisi pada tahun rencana dengan tanpa adanya pengembangan jaringan transportasi dan penambahan moda transportasi baru
4. Kajian dilakukan pada tahun 2013 sebagai tahun eksisting dan dalam jangka waktu 10 tahun rencana dengan meninjau per 5 tahun.
5. Biaya operasional kendaraan dan tarif angkutan umum pada tahun rencana diasumsikan sama dan tidak terjadi perubahan (inflasi).
6. Prediksi yang dilakukan pada tahun rencana untuk memperkirakan permintaan pelayanan Bus Trans Metro Bandung tanpa memperhitungkan perpindahan pergerakan pengguna kendaraan pribadi menjadi pengguna transportasi publik.
TEKNIK ANALISIS DATA
Sebelum menganalisis data dan mengevaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan Trans Metro Bandung tahun rencana, peneliti melakukan terlebih dahulu traffic dan transit assignment pada jaringan jalan yang telah disesuaikan di program EMME4. Pemodelan moda angkutan lain sebagai pesaing Trans Metro Bandung juga telah diinput dan disesuaikan data-datanya. MAT yang digunakan untuk melakukan assignment diprediksi terlebih dahulu dengan menggunakan metode Furness untuk proyeksi tahun rencana 2018 dan 2023. Assignment dilakukan dengan satuan orang/jam dan untuk transit assignment MAT total yang didapat displit terlebih dahulu dengan menggunakan persentase distribusi penumpang angkutan umum dan pengguna kendaraan pribadi.Validasi dilakukan terlebih dengan melakukan traffic assignment pada tahun eksisting hingga perbandingan hasil program EMME 4 dan hasil traffic counting mempunyai nilai R square mendekati satu. Analisis permintaan pelayanan pada tahun rencana dapat dilakukan setelah mendapatkan output total boarding dan load factor pada setiap hasil assignment yang dilakukan dengan berbagai headway. Evaluasi kebutuhan frekuensi pelayanan dapat dilakukan dengan membandingkan hasil pendapatan dengan biaya operasional kendaraan yang dibutuhkan dengan beragam banyaknya frekuensi pelayanan dalam satu jamnya.
DATA
Gambar daerah studi dan trayek eksisting beserta rute Trans Metro Bandung koridor II hasil pemodelan pada program EMME 4 dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Jaringan jalan Kota Bandung dan Trayek TMB koridor II
Rute pergi : Terminal Cicaheum – Jl. Jend. Ahmad Yani – Jl. Ibrahiem Aji – Jl. Jakarta – Jl. Ahmad Yani – Jl. Asia Afrika – Jl. Jend. Sudirman – Jl. Elang – Cibereum
Rute pulang : Cibereum – Jl. Elang – Jl. Rajawali Barat – Jl. Rajawali Timur – Jl. KebonJati – Jl. Suniaraja – Jl. Stasiun Timur – Jl. Perintis Kemerdekaan (Viaduct) – Jl. Braga – Jl. Lembong – Jl. Veteran – Jl. Jend. Ahmad Yani – Terminal Cicaheum.
Untuk karakteristik moda dan atributnya yang dimodelkan pada EMME4 ini berbeda-beda setiap modanya.
Tabel 1 Atribut Moda yang dimodelkan
Transit time function yang didefinisikan pada module emme prompt juga berbeda-beda untuk setiap moda transportasi publik yang dimodelkan. Pendefinisian transit time function untuk setiap moda transportasi publik membantu calon pengguna transportasi publik untuk memilih moda transportasi publik dengan metode optimation strategy. Fungsi ini terdiri dari waktu tempuh kendaraan pribadi yang didefinisikan dengan volume delay function pada setiap link jaringan jalan; tarif moda yang mendefinisikan harga tarif setiap transportasi publik; dan waktu in vehicle time yang mendefinisikan waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan menggunakan setiap transportasi publik. Dalam fungsi ini value of time diasumsikan Rp100,-/menit.
Tabel 2 Transit time function yang didefinisikan pada EMME4
PEMBEBANAN MATRIKS KE JARINGAN JALAN
Proses pembebanan matriks pada jaringan jalan menghasilkan arus pergerakan penumpang pada ruas-ruas jalan dan dapat dilakukan validasi untuk menentukan tingkat ketepatan pemodelan yang telah dibuat dengan keadaan eksisting. Validasi dilakukan dengan
membandingkan volume arus lalu lintas pada beberapa titik yang telah dilakukan traffic counting. Setelah melakukan validasi, transit assignment dilakukan untuk mengetahui jumlah penumpang naik Trans Metro Bandung dan load factornya. Transit assignment dilakukan pada tahun 2013; 2018; dan 2023 dengan membedakan frekuensi pelayanannya mulai dari 1kali hingga 10kali dalam satu jamnya.
HASIL PERHITUNGAN PROSES VALIDASI
Pada validasi pertama kali nilai selisih hasil assignment program EMME4 dengan data lapangan pada volume arus lalu lintas masih jauh dari yang diharapkan. Sehingga pada validasi-validasi selanjutnya dilakukan perubahan pada jaringan jalan yang dimodelkan dan perubahan pada centroid connector di sekitar wilayah yang ditinjau.
Tabel 3 Perbandingan hasil transit assignment dengan traffic counting
Hasil pembebanan pada 5 titik ini dibandingkan dengan data traffic counting dan kemudian dicari nilai koefisien korelasinya untuk melihat kecocokan hasil assignment dengan data.
Gambar 2 Grafik hasil validasi
Dari table dapat dilihat bahwa nilai koefisien korelasi R2 nya adalah 0,986 sehingga dapat dikatakan bahwa pemodelan yang telah dibuat mendekati dengan keadaan yang sebenarnya. R² = 0,986 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 0 1000 2000 3000 4000 H a si l e m m e ( sm p /j am ) Hasil TC (smp/jam) validasi Linear (validasi)
ANALISIS PERMINTAAN PELAYANAN TRANS METRO BANDUNG
Traffic assignment dilakukan dengan menggunakan data MAT tahun rencana yang telah diprediksi dan transit assignment dilakukan dengan menggunakan data MAT tahun rencana yang telah dipilah menjadi data MAT penumpang angkutan umum. Transit assignment dilakukan 10 kali dengan headway yang berbeda setiap tahunnya untuk mendapatkan jumlah penumpang per siklus yang nantinya akan dimasukkan dalam perhitungan untuk mendapatkan frekuensi pelayanan yang optimum.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa penumpang/jam diprediksi akan terus mengalami peningkatan sesuai dengan frekuensi pelayanan yang terus ditingkatkan walaupun peningkatannya semakin lama semakin tidak signifikan. Peningkatan jumlah penumpang yang terjadi pada tahun rencana memang diharapkan terjadi karena pada daerah studi trayek Cicaheum – Cibereum tidak ada trayek saingan lain yang melayani rute ini secara langsung.
Tabel 4 Prediksi permintaan pelayanan pada tahun rencana frekuensi pelayanan (jumlah rit) 2013 2018 2023 Load factor jumlah penumpang /rit jumlah penumpang /jam jumlah penumpang /segmen Load factor jumlah penumpang /rit jumlah penumpang /jam jumlah penumpang /segmen Load factor jumlah penumpang /rit jumlah penumpang /jam jumlah penumpang /segmen 1 0,040 27 27 108 0,069 44 44 176 0,087 67 67 268 2 0,161 66 131 524 0,261 104 208 832 0,332 148 296 1184 3 0,292 124 371 1484 0,420 178 533 2132 0,605 264 792 3168 4 0,309 148 590 2360 0,489 223 890 3560 0,751 330 1320 5280 5 0,322 158 792 3168 0,499 242 1209 4836 0,722 332 1658 6632 6 0,311 168 1010 4040 0,479 250 1500 6000 0,697 344 2063 8252 7 0,293 165 1156 4624 0,454 247 1726 6904 0,686 380 2657 10628 8 0,283 162 1297 5188 0,421 238 1900 7600 0,648 359 2870 11480 9 0,265 158 1418 5672 0,396 232 2089 8356 0,598 341 3071 12284 10 0,252 155 1545 6180 0,365 225 2250 9000 0,561 329 3291 13164
Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan load factor sesuai bertambahnya frekuensi pelayanan, tetapi pada frekuensi pelayanan ke-sekian load factor tersebut akan mencapai titik puncak lalu menurun seiring bertambahnya frekuensi pelayanan. Hal ini disebabkan karena frekuensi pelayanan yang sudah mencapai batas lebih dari cukup sedangkan permintaan pelayanan bus Trans Metro Bandung sudah terlayani secara keseluruhan.
EVALUASI KEBUTUHAN FREKUENSI PELAYANAN
Prediksi permintaan pelayanan Trans Metro Bandung dilakukan agar dapat mengoptimalkan frekuensi pelayanan yang diberlakukan sesuai dengan revenue maksimum yang didapatkan. Biaya operasional kendaraan dibagi menjadi biaya langsung dan tidak langsung, juga dibagi lagi menjadi biaya per siklus, biaya per jam, dan biaya per bus yang dibutuhkan Pendapatan per siklus akan dikurangi dengan biaya operasional total sehingga didapat pendapatan per siklusnya.
Tabel 5 Revenue tahun 2013
Tabel 7 Revenue tahun 2023
Pada tahun 2013 keuntungan terbesar didapat saat frekuensi pelayanan yang diberlakukan adalah sebanyak 6 kali dalam satu jam atau berarti mempunyai headway 10 menit. Pada tahun prediksi 2018 didapat frekuensi pelayanan yang optimumnya adalah 6 kali dalam satu jamnya ataupun sama dengan memberlakukan headway 10 menit. Pada tahun prediksi 2023 didapat frekuensi pelayanan optimumnya adalah sebanyak 7 kali dalam satu jam ataupun sama dengan memberlakukan headway 8,57 menit.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
1. Terjadi peningkatan permintaan pelayanan akan Bus Trans Metro Bandung koridor II pada tahun rencana 2018 dan 2023. Pada tahun eksisting 2013, jumlah penumpang per jamnya 1545 orang pada frekuensi pelayanan 10 kali dalam satu jam atau memiliki headway 6 menit. Pada tahun rencana 2018 dan 2023 berturut-turut mencapai 2250 orang per jam dan 3291 orang per jam dengan headway 6 menit.
2. Revenue yang didapat pada tahun rencana mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun eksisting 2013 revenue yang didapat adalah Rp 391.851,- per bus nya pada frekuensi pelayanan yang optimal sebanyak 6 bus per jamnya. Pada tahun rencana 2018 revenue terbesar sebanyak Rp 636.851,- terjadi pada frekuensi pelayanan optimal sebanyak 6 bus per jamnya. Dan pada tahun 2023 revenue terbesar Rp 1.033.510,- per busnya terjadi pada frekuensi pelayanan optimal sebanyak 7 bus per jamnya.
SARAN
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum Trans Metro Bandung koridor II memiliki peningkatan permintaan pelayanan pada tahun rencana dan disarankan pengembangan lebih lanjut untuk Trans Metro Bandung koridor II.
DAFTAR PUSTAKA
ANGELINA, SYNTHIA (2012). Penggunaan Program EMME/3 Untuk Pengembangan Angkutan
Perkotaan Trans Jogja. The 15th FSTPT International Symposium Paper, Bekasi.
ALHAQ, MUHAMMAD FAJRI (2011). Pengembangan Jaringan Angkutan Umum Bandung
Metropolitas Area. Tugas Akhir Program Sarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
SETIADI, KENT. INDRAPRATAMA, PUTRA (2009). Analisis Rencana Monorail Kota Bandung
Segmen Ir.H. Djuanda-Gasibu-Merdeka dengan Pendekatan Pemodelan Multimoda. Tugas Akhir