• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Simulasi Sosiodrama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori Simulasi Sosiodrama"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Kajian Teori

Pada bagian kajian teori ini akan disajikan teori dari variabel 𝑥1 yaitu simulasi sosiodrama, dan variabel Y yaitu minat dan hasil belajar. Kajian teori akan tersebut akan dijabarkan pada sub bab yang terdapat dalam bab II ini.

2.1.1 Simulasi Sosiodrama

Simulasi menurut Hasibuan dan Moedjiono dalam Tukiran Taniredja (2011) adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja). Simulasi dapat berupa role playing, psikodrama, sosiodrama dan permainan. Simulasi berarti tiruan atau perbuatan yang dilakukan dengan pura-pura. Simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan suatu bahan pelajaran melalui perbuatan yang bersifat pura-pura, atau melalui proses tingkah laku imitasi, atau bermain peranan mengenahi suatu tingkah laku yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan sebenarnya (Depag, 2002). Simulasi menurut Wina Sanjaya (2007) adalah berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.

Sosiodrama menurut Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011) berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada obyeknya yaitu masyarakat menunjukkan pada kegiatan-kegiatan sosial, drama berarti mempertunjukkan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Sosiodrama berarti metode mengajar yang mendramatisasi suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar siswa dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial. Ps, Widi (2002) menyatakan sosiodrama sebagai suatu bentuk bercerita dimana para pelaku dalam cerita itu memperagakan (memvisualisasikan) masalah-masalah yang ada dalam cerita itu dapat ditangkap dengan mata, telinga, dan rasa / hati. Martinis Yamin ( 2003) menyatakan metode sosiodrama yaitu cara permainan yang pelaksanaannya berupa peragaan oleh warga belajar dengan

(2)

5

tekanan utama pada karakteristik/sifat seseorang dengan dasar memerankan tingkah laku dalam situasi tertentu dengan didasarkan pada cerita yang utuh, yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tentang masalah yang baru diperagakan.

Dari beberapa pengertian menurut ahli, peneliti menyimpulkan simulasi sosiodrama adalah pembelajaran berdasarkan masalah sosial yang akan dipecahkan oleh siswa dengan cara didramatisasikan.

Metode simulasi sosiodrama memiliki kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan metode simulasi sosiodrama menurut Mansyur dalam Tukiran Taniredja (2011) yaitu (a) murid melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat bahan yang didramakan; (b) murid akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif;

(c) bakau yang terpendam pada murid dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau timbul bibit seni dari sekolah; (d) kerjasama antara pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya; (e) murid memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya; (f) bahasa lisan murid dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

Kelemahan metode simulasi sosiodrama menurut Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011). adalah: (a) sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang aktif; (b) banyak memakan waktu, persiapan, pemahaman isi bahan pelajaran, dan pelaksanaan pertunjukkan; (c) memerlukan tempat yang cukup luas; (d) jelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton.

Mengatasi Kelemahan Metode Sosiodrama:

1. Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual di masyarakat. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang berperan, masing-masing akan mencari masalah sesuai dengan perannya, dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tugas tertentu pula;

(3)

5

2. Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik, sehingga siswa terangsang untuk memecahkan masalah ini;

3. Agar siswa memahami peristiwanya, maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur;

4. Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus sesuai dengan waktu yang tersedia. Sagala dalam Tukiran Taniredja (2011).

Langkah-langkah Pelaksanaan Simulasi Sosiodrama

Menurut Hasibuan dan Moedjiono dalam Tukiran Taniredja (2011), langkah- langkah simulasi yaitu: (a) penentuan topik dan tujuan dalam simulasi. (b) guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan. (c) guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan, pengaturan alat, dan sebagainya. (d) pemilihan pemegang peran. (e) guru memberikan keterangan tentang peran yang akan dilakukan. (f) guru memberi kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan pemegang peran. (g) menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi. (h) pelaksanaan simulasi. (i) evaluasi dan pemberian balikan. (j) latihan ulang.

Langkah-langkah simulasi menurut Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam pada Sekolah Umum, yaitu: (a) guru menentukan topik dan tujuan simulasi. Sebaiknya topik ditentukan oleh guru bersama pelajar. (b) guru memberi gambaran garis besar tentang situasi yang akan disimulasikan. (c) guru membentuk kelompok, peranan, ruangan, materi, dan alat yang diperlukan. (d) guru memilih pemain (pemegang peranan). (e) guru memberi penjelasan kepada kelompok dan pemain perananan tentang hal-hal yang harus dilakukan. (f) guru memberi kesempatan bertanya kepada pelajar mengenai hal-hal yang berkenaan dengan simulasi. (g) guru memberi kesempatan kepada kelompok dan pemain peranan untuk menyiapkan diri. (h) guru menetapkan waktu pelaksanaan simulasi.

(i) belajar melaksanakan simulasi, sementara guru mengawasi dan memberi saran untuk kelancaran simulasi. (j) pelajar secara berkelompok mendiskusikan hasil simulasi. (k) belajar membuat kesimpulan hasil simulasi.

(4)

5

Dari beberapa langkah-langkah simulasi menurut ahli, maka langkah-langkah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

a. Menentukan topik permasalahan yang akan disimulasikan b. Membagi peranan kepada siswa

c. Menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan siswa ketika simulasi sesuai dengan peran masing-masing

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar simulasi

e. Membimbing siswa melakukan simulasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

f. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan hasil simulasi

g. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membacakan kesimpulan simulasi.

2.1.2 Minat

Menurut Slameto (2010) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Menurut Sutjipto dalam Makmun (2013) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya.

Sedangkan menurut Hurlock dalam Makmun (2013) minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan, minat adalah dorongan dari diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan sendirinya atau tanpa paksaan orang lain.

Adapun untuk mengetahui minat diukur menggunakan angket. Angket adalah Angket adalah pengumpulan data yang berupa daftar pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh keterangan dari sejumlah reponden. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa kelas 5A menggunakan metode simulasi sosiodrama.

(5)

5 2.1.2.1. Macam-macam Minat

Menurut Dewa Ketut Sukardi dalam Makmun (2013), ada 3 cara yang dapat digunakan untuk menentukan minat, yaitu:

1) Minat yang diekspresikan

Seseorang yang menyampaikan minat atau pilihannya dengan kata-kata tertentu.

2) Minat yang diwujudkan

Seseorang yang menyampaikan minat bukan melalui kata-kata melainkan melalui tindakan atau perbuatan.

3) Minat yang diinventariskan

Seseorang menilai minatnya agar dapat diukur dengan menjawab terhadap sejumlah pertanyaan tertentu atau urutan pilihannya untuk kelompok aktivitas tertentu.

2.1.2.2. Aspek-aspek Minat

Menurut Hurlock dalam Makmun (2013) aspek-aspek minat adalah sebagai berikut:

1. Aspek kognitif

Didasarkan pada konsep yang dikembangkan siswa mengenai bidang yang berkaitan dengan minat.

2. Aspek afektif

Bobot emosional konsep yang membangun aspek kognitif minat dinyatakan dalam sikap terhadap kegiatan yang ditimbulkan oleh minat.

2.1.3 Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2002) hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh oleh siswa yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

(6)

5

terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Hasil belajar menurut Wragg dalam Aunurrahman (2009) adalah ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik, aspek afektif, dan kemampuan berpikir.

Gagne dalam Slameto (2010) mengelompokkan hasil belajar ke dalam lima kategori yaitu, (1) keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar konsep, prinisp dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi di sekolah, (2) strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir, (3) informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan serta faktor intelektual.

Bloom dalam Asep Heri Hernawan (2009) menggolongkan hasil belajar menjadi tiga, yaitu (1) kognitif, domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). (2) afektif, domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), Characterization (karakterisasi), dan (3) psikomotor, domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

Dari beberapa pengertian hasil belajar, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan interaksi siswa dengan guru selama proses

(7)

5

pembelajaran berlangsung yang dinyatakan dalam bentuk nilai yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa.

Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter, kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat relatif, seperti depa, jengkal, “sebentar lagi”, dan lain-lain (Endang Poerwanti, 2008).

Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi, panduan wawancara, skala sikap dan angket.

Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes.

1. Tes

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas- tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu

“testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.

(8)

5

Tes adalah alat ukur yang digunakan oleh setiap guru untuk menilai atau mengevaluasi hasil pembelajaran siswa sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya (Febru Aries, Erna 2011).

Menurut Endang Poerwanti (2008), tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

Dari definisi di atas peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan setiap pembelajar.

2. Non Tes

Teknik non tes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu: unjuk kerja (performance), penugasan (proyek), tugas individu, tugas kelompok, laporan, ujian praktik dan portofolio.

2.1.4 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2.1.4.1. Pengertian IPS

Mulyono Tj. (1980), “IPS merupakan suatu pendekatan interdisipliner dari pelajaran ilmu-ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu- ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya”.

Hamalik (2007) mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial berpijak pada hukum normatif, dengan objek studi masyarakat yang mencakup kehidupan sosial, masalah-masalah sosial, dan nilai serta norma sosial.

Sedangkan Soewarso (2007) mengemukakan: “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengintegrasikan materi-materi terpilih dari ilmu-ilmu kepada peserta didik”.

(9)

5 2.1.4.2. Kajian IPS

Menurut Barth dan Shermis (1980) dalam Soewarso (2010), yang dikaji dalam IPS adalah:

a. Pengetahuan

b. Pengolahan informasi c. Telaah nilai dan keyakinan d. Peran serta dalam kehidupan

Keempat butir bahan belajar di atas menjadi jalan bagi pencapaian tujuan IPS.

2.1.4.3. Fungsi dan Tujuan IPS

Kurikulum KTSP 2006 menyebutkan fungsi mata pelajaran IPS di SD adalah untuk menguasai konsep dan manfaat IPS dalam kehidupan sehari-hari serta untuk melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama atau Madrasah Tsanawiyah, adapun tujuan IPS adalah:

a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan .

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

2.1.4.4. Materi dan Ruang Lingkup IPS

Materi yang disajikan dalam pengajaran IPS untuk tingkat SD menurut Soewarso (2010) adalah sebagai berikut:

a. Bahan untuk kelas 1 ialah tentang kehidupan di rumah dan sekitarnya yang menyangkut hubungan sosial. Termasuk kekeluargaan, sopan-santun, kegotongroyongan, tanggungjawab dan tata tertib di jalan, sekolah dan sekitarnya, hari besar agama, proklamasi, dan lain sebagainya.

(10)

5

b. Di kelas II mengenai kehidupan desa, kota, tertib lalu lintas, arah, waktu sehari, ceritera rakyat, dan ceritera pahlawan.

c. Di kelas III mempelajari keadaan penjuru angin, kecamatan, petilasan di tempat, pemerintahan, dan tokoh daerah.

d. Kelas IV sudah mempelajari seluruh tanah air, termasuk propinsi-propinsi.

Tokoh-tokoh proklamasi dan pemerintahan daerah.

e. Kelas V tentang tanah air diteruskan. Negara tetangga sudah dipelajari secara sistematik. Yang lainnya ialah sejarah Pergerakan Nasional, proklamasi dan sesudahnya. Masalah sosial dan pancasila dikaji pula.

f. Kelas VI sudah lebih meluas walaupun tanah air tetap dikaji. Pengenalan negara tetangga diteruskan. Bahan belajar lain ialah migrasi, pembangunan nasional, asal usul bangsa, perjuangan mempertahankan dan memelihara tanah air, PBB, dan dunia.

Ilmu pengetahuan sosial lahir dari keinginan para pakar pendidikan untuk membekali para siswa supaya nantinya mereka mampu menghadapi dan menangani kompleksitas kehidupan di masyarakat yang sering kali berkembang tidak terduga. Perkembangan seperti itu dapat membawa berbagai dampak yang luas. Karena luasnya akibat terhadap kehidupan maka lahir masalah yang seringkali disebut masalah sosial. Barr (1977) dalam Soewarso (2007) menjelaskan bahwa untuk menghadapi masalah kompleksitas kehidupan para siswa harus mampu memadukan informasi dari ilmu-ilmu sosial. Bahkan diperlukan bahan-bahan yang berasal dari ilmu-ilmu alam dan humaniora.

Jadi Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar adalah program yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Penanaman konsep-konsep IPS di SD dengan benar dan tepat akan berpengaruh terhadap penguasaan materi IPS ditingkat selanjutnya.

(11)

5 Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar (SD)/ Madrasah Ibtidaiyyah (MI) Kelas V Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia

2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan

Dari standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) IPS di atas, peneliti menggunakan standar kompetensi (SK) 2 menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar (KD) 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan.

2.2. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian yang ada kaitannya dengan variabel penelitian yang dilakukan.

Hasil penelitian yang dilakukan Dwi Pratiwi. 2011. Skripsi dengan judul

“Pengaruh Penggunan Metode Simulasi Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas V SDN Candirejo 02 Kec. Tuntang Tahun Ajaran 2010/ 2011”. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Data siswa diperoleh dari data semester 2 tahun ajaran 2010/2011.

Kelas eksperimen dalam pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi sosiodrama, sedangkan kelompok kontrol tanpa menggunakan metode simulasi sosiodrama. Dalam eksperimen ini menggunakan model penelitian Comparative Eksperimen yaitu jenis penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan

(12)

5

sebab-akibat dengan desain di mana secara nyata ada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan membandingkan hasil perlakuan dengan kontrol secara kuat. Alat ukur penelitian ini dengan menggunakan tes yang disusun sendiri oleh peneliti. Analisis data diolah dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 For Windows. Hasil analisis yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan metode simulasi sosiodrama berpengaruh terhadap hasil belajar siswa SDN Candirejo 02. Dengan p value 0,000 < 0,05 (α), artinya mean sebelum penggunaan metode simulasi sosiodrama berbeda dengan nilai setelah penggunaan metode simulasi sosiodrama.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, peneliti akan mencoba mengadakan penelitian di SD Negeri Mangunsari 01 Salatiga menggunakan metode simulasi sosiodrama pada pelajaran IPS.

2.3. Kerangka Berpikir

Dari kajian teori yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode simulasi sosiodrama dalam pembelajaran akan sangat membantu guru untuk menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan mereka dalam kehidupan sehari-hari. Dalam metode simulasi sosiodrama, pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat karena siswa mempraktikkan langsung, informasi yang diperoleh siswa akan lebih mantap sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan hasil belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana kelas kontrol pembelajaran dilakukan seperti biasa guru kelas mengajar yaitu menggunakan metode ceramah, dan kelas eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode simulasi sosiodrama. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam simulasi adalah:

1. Menentukan topik permasalahan yang akan disimulasikan 2. Membagi peranan kepada siswa

(13)

5

3. Menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan siswa ketika simulasi sesuai dengan peran masing-masing

4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar simulasi

5. Membimbing siswa melakukan simulasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

6. Membimbing siswa untuk membuat kesimpulan hasil simulasi

7. Memberi kesempatan kepada siswa untuk membacakan kesimpulan simulasi.

Dari langkah-langkah tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa akan merasa lebih senang dan tertarik untuk belajar karena mereka mempraktikkan langsung materi yang dipelajari, sehingga secara langsung siswa memahami materi. Penilaian yang dilakukan oleh guru berupa penilaian hasil belajar. Penilaian hasil diperoleh dari tes formatif setelah selesai pembelajaran. Maka diharapkan dengan penggunaan simulasi akan ada pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hasil belajar akan lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah.

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh penggunaan metode simulasi sosiodrama terhadap minat dan hasil belajar IPS siswa kelas 5 SDN Mangunsari 01 Salatiga tahun pelajaran 2013/2014.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Administrator adalah pengguna yang dipercaya untuk mengelola data master seperti data operator, biaya kendaraan, parkir gratis, slot parkir, parkir keluar, dan

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, hambatan pada kegiatan skrining IMS dengan VCT itu terletak pada sarana prasarana Lapas terkait tidak adanya

Topik ini membahas tentang penyebab gangguan ketidakimbangan cairan tubuh, cara evaluasi dan terapi cairan yang harus diberikan pada pasien hewan yang mengalami gangguan

Dari 105 responden yang diteliti rata-rata efisiensi teknisnya (TE) sebesar 0,2785, rata-rata produksi aktualnya (QY) 141,90 kg/trip dan nilai efisiensi teknis dibawah

Dengan kuasa resmi untuk mewakili dan bertindak untuk dan atas nama (nama perusahaan/Joint Operation) dan setelah memeriksa serta memahami sepenuhnya seluruh isi

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon