• Tidak ada hasil yang ditemukan

Marahkah Tuhan? Jika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Marahkah Tuhan? Jika"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

“Marahkah Tuhan? Jika aku….”

………..………..

“Tuhan..aku bingung!. Kenapa aku harus tercipta seperti ini?. Aku sudah beribu-ribu kali memohon pada-Mu Tuhan, agar Kau mengubahku menjadi manusia yang normal.

Hatiku galau, kacau, sedih dan..n’tahlah...!.

Semua rasa ini Engkau pun pasti sudah tahu.

Mhh..hhh..aku mencintai dia Tuhan. Dia sahabatku sendiri. Aku pun selalu berdoa agar aku bisa membenci dan menjauhi dia karena aku tahu cintaku salah. Kemana aku harus melangkah Tuhan?. Bisakah kututupi rasa ini jika aku terus menerus berada di tempat dimana tiap hari aku harus bertemu dengannya?. Aku juga tahu Tuhan!, Kau pasti akan sangat membenci aku jika aku harus membunuh nyawaku hanya karena tak kuat lagi menahan rasa ini. Apa yang salah padaku Tuhan?.

Hatiku?...Jiwaku?...tubuhku? dan semua yang ada padaku adalah pemberianMu. Bukannya aku tidak mau berusaha untuk membuang jauh- jauh perasaan ini, tapi aku gak kuat lagi Tuhan.

Aku butuh cinta yang bisa mengerti aku apa adanya dalam kehidupanku di dunia ini. Aku tahu aku sangat mencintaiMu lebih dari apa pun Tuhan. Tetapi...aku juga sangat membutuhkan dia..dia.. Tuhan. Tetapi kenapa harus dia??.

Tidak bisakah Kau mengubahku menjadi seorang perempuan agar cintaku tidak salah

(2)

pada tempatnya?. Tuhan...aku sangat mencintai dia. Dia yang mampu menyita dan bahkan mampu merusak jalan pikiranku. Aku sangat berdosa Tuhan jika saat-saat seperti ini aku merasa Engkau tak adil padaku. Engkau telah salah menciptakan aku sebagai seorang laki- laki. Kenapa?, karena aku memang laki-laki secara fisik Tuhan. Tetapi kenapa aku harus diberikan rasa “cinta” yang salah? Kenapa aku harus mencintai seorang laki-laki juga??.

Kenapa harus Kau ciptakan hati dan perasaan ini buat orang yang salah untuk aku cintai?.

Kemana lagi aku menumpahkan rasa marah ini jika bukan kepadaMu Tuhan?. Tuhan..jika memang aku sangat berdosa dalam mengutarakan perasaan ini kepada dia yang aku cintai, Engkau berhak membenci aku. Ya!

aku...aku...aku yang tidak pantas untuk kau sebut hamba-Mu. Tuhan!, aku mau menyatakan semua ini kepadanya. Tuhan!, terima kasih atas semua yang ada padaku. Aku sangat mencintaiMu Tuhan dan aku juga menyayanginya. ***********………

……….. “Gua mau tanya sama lo. Maksud SMS-SMS lo yang kemarin lo kirim ke HP gua apa sih?. Kenapa juga lo bilang kalo gua berubah setelah semua gua tahu tentang pribadi lo. Lo bilang kan percaya sama gua.

Nah..sekarang lo mulai takut kalo gua akan membocorkan semua ini ke teman-teman yang lain. Biar lo tahu ya Ric, gua gak sepicik itu. Gua ini juga masih punya hati. Gua tau kalo semua itu adalah aib buat lo. Tetapi gua juga lo plin-plan

(3)

dengan sikap lo dan gak percaya lagi sama gua.

Kalo memang dari awal lo sudah berfikiran begitu, kenapa juga lo harus cerita sama gua?”, kali ini nada suara Iwan meninggi dan sedikit parau, mungkin menahan rasa kesalnya.

“M..m..yah, gua emang plin-paln Wan. Gua juga minta maaf kalo isi SMS-SMS gua membuat lo kesal sama gua. Gua juga gak tahu kenapa jadi begini. Terus-terang gua berfikiran seperti itu karena ngelihat sikap lo belakangan ini ke gua.

Lo berubah semenjak gua nginap di rumah lo kemarin itu kan. Kenapa sih Wan lo tega ngejauhin gua. Kalo lo takut orang-orang akan tahu kalo gua itu adalah ab-normal, gua bisa terima alasan lo. Tapi..gua selama ini gak pernah bersikap aneh-aneh ke lo kan. Lo juga takut kan kalo keluarga lo tahu lo temenan sama orang kayak gua yang punya perasaan yang salah?. Gua juga gak pernah kan bersikap aneh- aneh selama gua main ke rumah lo?. Karena gua juga tahu akan ketakutan-ketakutan lo itu. Gua juga tahu kalo lo itu memang bukan laki-laki normal, bukan seperti gua. Wan, seharusnya lo bisa ngertiin sedikit perasaan gua. Selama ini sikap gua ke lo sama dengan sikap gua ke teman-teman yang lain. Gak ada yang aneh kan?. Nah... kenapa juga lo harus diam dan ngejauhin gua?”, tanya Rico sambil terus menatap ke arah anak-anak tangga yang kotor dengan abu itu. Setelah menarik nafas panjangnya, Iwan menatap ke arah Rico sebentar. “Memang!. Gua akui kalo belakangan ini gua jaga jarak sama lo. Karena itu juga demi

(4)

kebaikan lo kan?. Gua gak mau teman-teman yang lain tahu kalo lo itu suka sama sejenis. Apa gua salah?”, tanya Iwan. “Ya jelas itu salah menurut gua. Kenapa lo harus jaga jarak, sementara gua gak pernah nunjukin sikap kekonyolan gua yang aneh-aneh ke lo. Gua gak pernah pegang-pegang dan cium-cium lo kan?.

Gua juga gak pernah ngobrol yang aneh-aneh ke lo selama ini kan?. Wan, dekat sama lo aja gua udah senang banget. Lo tau?... dengan ngejauhin gua seperti ini malah membuat teman- teman akan curiga dan bertanya-tanya kalau kita lagi ada masalah. Begitu juga dengan gua.

Gua merasa uring-uringan selama ini karena sikap lo ke gua. Kenapa?. Karena gua juga gak tahu kenapa”, jelas Rico sambil menatap ke arah Iwan. “Nah..itu yang gua harapin selama ini Co.

Dengan begitu lo kan bisa menghilangkan perasaan lo itu ke gua. Lo itu sudah punya cewek Co dan gua juga. Gua takut kalo kita semakin dekat, lo semakin gak bisa menahan perasaan lo itu. Gua takut lo itu akan semakin suka sama gua. Dan ntar..kita dikirain orang pacaran lagi?. Aneh kan?”, kata Iwan akhirnya.

“O..begitu menurut lo. Sepicik itu memang pikiran lo ke gua. Denger ya Wan!. Tolong dengar baik-baik. Gua itu gak seburuk yang lo kira. Yang gua butuhin bukan ciuman, seks atau hal-hal tabu yang selama ini mungkin lo pikirin.

Gua juga tau kalo pun itu semua gua harapkan dari lo. Lo pasti gak bisa kasih semuanya itu jika gua berharap begitu kan?. Karena gua juga sadar diri kalo lo memang terlahir normal, bukan

(5)

seperti gua yang tercipta abnormal. Tapi gua gak pernah berfikiran seperti itu sama sekali.

Jadi...kenapa lo harus takut dan berfikiran negatif seperti itu ke gua. Sekarang gua baru tahu, kalo selama ini gua salah menganggap lo itu sebagai teman dan sekaligus sahabat gua.

Ntah kenapa, mulai saat ini juga gua merasa nyesel sudah menceritakan semua itu ke lo.

Yah..terserah lo deh sekarang. Lo mau cerita ke siapa ke.., gua gak takut lagi. Memang inilah yang gua takutin selama ini dari lo. Thanks sudah membuka mata gua tentang pribadi lo”, tiba-tiba Rico berlari menuruni tangga tanpa memperdulikan lagi teriakan Iwan yang mencoba mengejar dan memanggil-manggil namanya. Iwan mengejar langkah Rico sampai sampai kakinya terpeleset di sebuah anak tangga. Dan Iwan masih melihat jelas Rico mengangkat punggung tangannya ke arah wajahnya, mungkin sedang menghapus air matanya yang jatuh. Dan akhirnya tubuh itu menghilang dari pandangan Iwan sore itu.

Dengan perasaan sedih, kalut, bingung dan dengan seribu rasa lainnya Rico terus berjalan menuju gerbang kampus dan langsung menaiki angkutan umum yang lewat di depan kampus.

Hatinya menangis dan pandangannya kosong.

Dia gak sadar kalau penumpang lainnya sesekali memandang ke arah raut wajahnya yang muram dan sedang berkaca-kaca itu. Namun Rico tetap menahan agar air matanya tidak keluar. ….

**********………..

(6)

S

etelah beberapa hari sejak kejadian itu, Rico mencoba tetap tabah dan terus berusaha menjauhkan harapannya untuk dekat lagi dengan Iwan. Rico mencoba untuk lebih mendekatkan hatinya untuk Rani, pacarnya itu.

Rico pun gak tahu kenapa hidupnya terus menerus diuji dengan perasaannya terhadap Iwan. Tetap saja bayangan laki-laki itu menghantui dan selalu datang mengodai hari- harinya. Rico pun kembali bingung dengan jalan hidupnya sendiri. Kenapa harus ada manusia seperti dirinya yang tercipta dengan cinta yang salah. Ternyata perasaannya terhadap Rani tidak sebesar perhatiannya terhadap Iwan, sahabatnya sendiri. Jelas-jelas dirinya tidak mungkin hidup berdampingan dengan seorang laik-laki, karena dia adalah laki-laki juga. Namun tidak pernah sekalipun Rani curiga terhadap perasaan yang dia miliki. Padahal Rico sudah sangat merasa bersalah terhadap Rani karena cinta yang sepenuhnya bukan untuk perempuan cantik itu. “Tuhan!. Aku sudah berusaha untuk mencintai Rani sepenuh hatiku, namun kenapa Engkau memberiku rasa seperti ini?. Kenapa Tuhan?. Apa salahku?. Apa salah kedua orangtuaku yang melahirkan aku?. Apa salah Rani?. Jika nantinya aku harus paksakan untuk menikah dengan Rani, bahagiakah dia?.

Mampukah dia bertahan hidup bersama dengan aku yang tidak normal ini?. Tuhan..!. Aku malu..malu terhadap semua orang dan juga malu terhadap Engkau karena aku selalu

(7)

memohon dan menanyakan semua rahasia hidup ini kepada Engkau Tuhan. Tuhan..!.

Masihkah ada jalan bahagia dalam hidupku?.

Apakah aku harus terus-menerus menahan rasa sakit hati ini?. Apakah hidupku tercipta untuk selalu gelisah?. Tuhan..!, aku sudah capek...capek!. Aku sudah bosan dengan jalan hidupku seperti ini Tuhan. Peluk aku Tuhan..!.

Hh..hh..”. Rico tersungkur dengan sikap berdoa sambil air matanya mengaliri lantai kamarnya.

Sampai matahari terbit kembali, Rico masih bersila di lantai kamarnya. Hari ini Rico memutuskan untuk tidak masuk kuliah karena tubuhnya lemah setelah semalaman tak bisa memejamkan matanya.

******………

S

ejak kehadiran Anthony beberapa hari yang lalu, Rico sedikit bisa melupakan Iwan, sahabatnya di kampus itu. Perhatian-perhatian Anthony pun mampu membuat dirinya nyaman.

Tetapi dibalik kebahagiaan itu, hatinya tak bisa berbohong akan adanya ketakutan dan juga rasa gelisah yang segera membunuh rasa bahagianya. Ketakutan....takut akan cinta yang Anthony berikan untuk dirinya, karena cinta itu adalah cinta yang salah. Sama seperti dia pertama kalinya mencinta Dave, pria bule yang pernah menyatakan rasa cinta itu untuk dirinya.

Salah karena mereka adalah laki-laki, sama seperti dirinya. Ketakutan itu semakin membubung tinggi jika memikirkan Rani, gadis yang akan menjadi istrinya itu. Belakangan ini

(8)

Rico diam-diam selalu berandai-andai Anthony bisa selalu bersamanya, menghibur hatinya yang sepi dan yang haus akan kasih sayang.

Ingin sekali dirinya menemui laki-laki itu yang belakangan ini membuat hidupnya terasa berharga. Namun kembali dia sadar kalau dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. “Tuhan....!.

sampai kapan aku harus tersiksa dengan beban ini. Adakah manusia yang lebih menderita dibanding dengan aku?. Apa salahku hingga aku harus mengalami rasa cinta ini?. Bukannya aku menyalahkanMu Tuhan..!. Tetapi aku hanya ingin aku tak lagi terpuruk ke dalam dosa-dosa dunia ini. Aku sangat takut Tuhan..!. Aku sangat takut ..takut kalau orang-orang akan mencemoohkan aku. Mereka akan memandang Najis dan haram terhadap diriku. Mereka akan memandang negatif dan merendahkan aku jika mereka nantinya tahu tentang rasa cintaku yang salah. Siapakah yang harus aku salahkan Tuhan??. Tuhan..aku tahu Engkaulah yang memberi aku hati dan Engkau yang telah mengizinkan aku terlahir ke dunia ini. Jika memang Engkau tak mau aku terlarut dalam kenistaan dosa, angkatlah dan bunuhlah hatiku dan perasaan cintaku. Jika memang aku salah untuk punya cinta yang tidak wajar ini, apakah yang harus aku perbuat??. Tuhan...!. Tuhan....!.

Tuhan... Jawablah doaku. Jika memang Tuhan sedang menguji hidupku, beri tahu aku Tuhan sampai kapan ini akan berakhir. Aku takut sampai aku mati nanti, tiada satu pun yang bisa menjawab kenapa aku terlahir dengan cinta

(9)

yang salah ini”, Rico masih terus bertanya di dalam hatinya. Seakan-akan dirinya sedang berbicara langsung kepada Tuhan. Namun tetap saja tidak ada jawaban. Yang dia temukan hanyalah kesepian dan ketakutan yang terus menerus menghakimi hati dan perasaan cintanya.

“Tuhan...kenapa aku yang selalu harus merasakan sepi ini?. Kenapa harus muncul kembali ketakutan-ketakutan ini?. Apa aku memang tak pantas untuk mencintai mereka.

Apa aku tak layak merasakan damai karena cinta?. Tuhan....aku tak tahu lagi harus berkata apa. Nyawaku seakan terlepas dari tubuhku.

Aku lemah, sedih, ingin aku berteriak meminta pertolonganMu. Tetapi aku tidak yakin Kau menyetujui cinta ini. Tuhan..akh..aku tak tahu harus berkata apa. Aku sudah jujur tentang semuanya kepadaMu. Apakah aku harus bersyukur karena mereka telah meninggalkan aku??. Ataukah aku harus bersedih karena aku selalu terjebak dengan cinta yang tiba-tiba menjebakku ke dalam kesepian ini?.

Tuhan..Tuhan...Tuhan....!. Tolong pahami aku.”, Rico pun tersungkur dan bersimpuh di lantai kamarnya. Tangis yang sedari tadi pagi tertahan kini terurai dengan air mata yang terus mengalir dari kelopak matanya. Pertanyaan-pertanyaan yang tertuju untuk Tuhan itu menggambarkan betapa sedih dan sengsara hatinya saat ini.

Betapa menyakitkan kesepian yang selalu hadir

(10)

di hatinya. Dia menyadari kalo cintanya selalu berakhir dengan perpisahan yang tiba-tiba setelah dia mulai merasakan dan membuka hati untuk sebuah rasa cinta yang diberikan orang lain untuk dirinya. Kini perpisahan itu telah membuatnya semakin kecewa dengan rasa cinta yang dia miliki. Tetapi imannya terus mencoba bertahan dan terus bertahan sampai kejenuhan akan rasa cinta akan membunuh cinta itu sendiri dari hatinya.

(11)

Judul buku

:

Marahkah Tuhan ?

Jika aku…..

Sinopsis

Seorang mahasiswa bernama Rico semasa SMA pernah terlibat cinta sejenis dengan seorang wisatawan asing. Kegelisahan dan ketakutan selalu menghantui hari-harinya. Dimulai dari perkenalannya dengan seorang Tourist bernama Dave. Waktu itu Rico masih sangat muda sekali karena umurnya masih lima belas tahun.

Rico adalah seorang Guide wisatawan di kota kecil Propinsi Sulawesi.

Kepolosan, kepintaran dan kepribadian Rico yang menarik ternyata membuat Dave jatuh cinta kepadanya. Rico yang masih polos sekali tentang masalah seks akhirnya terlibat cinta terlarang dengan Dave yakni cinta sejenis. Keindahan dan kasih sayang yang diberikan Dave ternyata sangat berarti buat seorang yang memang berasal dari keluarga yang kurang perhatian Setelah Dave kembali ke negara asalnya Australia, mampukah Rico bertahan tanpa kehadiran Dave??.

Dan setelah kuliah di Jakarta Ketakutan itu kembali menghancurkan hidup Rico. Sosok laki-laki yang mirip sekali dengan Dave hadir dalam hari-harinya. Laki-laki itu bernama Iwan, kuliah di kampus yang sama dengannya. Apakah yang harus Rico perbuat?. Apakah dia harus menyatakan semua perasaannya itu kepada Iwan?. Sementara itu laki- laki yang sepantasnya menjadi kakaknya bernama Anthony, jatuh cinta pada Rico. Pria yang telah tinggal di Jerman itu bertemu disaat dia sedang berlibur ke Jakarta, di rumah Rani. Apakah Rico menyambut cinta sejenis itu?. Apa yang harus Rico lakukan untuk menghadapi hidupnya yang selalu dihantui rasa bersalah karena mencintai dan dicintai sesame pria?. Sanggupkah Rico menjalani hari- harinya yang penuh dengan rasa bersalah karena mencintai sesama pria?. Temukan alur cerita yang sangat sarat dengan ketakutan hati seorang laki-laki dalam menjalani setiap detik hari-harinya hanya di dalam novel ini. Terimakasih. “Penulis_Aquarius Boy

Referensi

Dokumen terkait

Sifat produk pertanian adalah musimam, cepat rusak dan tersebar dalam beberapa lokasi serta tidak dapat diproduksi seragam secara massal. Hal ini menyebabkan daya saing

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi trend dan tingkat ketimpangan ekonomi antar kabupaten/kota yang terjadi di Provinsi Jawa Timur, mengidentifikasi daerah

visual-spasial akan lebih tertarik dan antusias. 3) Dengan metode pembelajaran menggunakan praktik atau simulasi. Para pembelajar kinestetik tentu saja akan sangat

Sistem tersebut meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden

Pengaruh Temperatur Annealing Terhadap Struktur, Sifat listrik dan Sifat Optik Film Tipis Zinck Oxide Doping Alumunium (ZnO:Al) Dengan Metode DC Magneton

Pada "laukoma ini, aliran humor akuos tidak lanar karena tertutupnya tra#ekulum mesh*ork oleh iris aki#at kelainan mata lain ueitis, lensa yan" maju atau

Ibu mengatakan pegel-pegel di daerah punggung bagian  belakang dan sering kencing pada saat malam hari, ibu mengatakan sedang tidak menderita penyakit kronis

Sabda Nabi Muhamad S.A.W: Barangsiapa yang berselawat kepadaku sebanyak 100 kali pada hari jumaat, maka ia akan datang pada hari kiamat dengan keadaan bercahaya - Abu Naim..