• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. itu, perlindungan anak menjadi salah satu prioritas nasional. Kehadiran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. itu, perlindungan anak menjadi salah satu prioritas nasional. Kehadiran"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini berisikan mengenai pendahuluan yang mana merupakan uraian dari latar belakang masalah, fokus masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Perlindungan terhadap anak menjadi salah satu fokus pemerintahan, yang ini telah menjadi penekanan pemerintah pada “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional”, yang kemudian disebut sebagai (RPJMN). Tidak hanya itu, perlindungan anak menjadi salah satu prioritas nasional. Kehadiran negara dalam hal-hal yang terkait dengan tumbuh kembang anak dan isu-isu yang terkait dengan tumbuh kembang anak dan isu-isu yang terkait dengan hak-hak anak juga penting. Dalam rangka melindungi dan membimbing anak, negara perlu berperan dalam perwujudan hak-hak anak. Tidak semua orang dapat memahami dengan baik pola pikir dalam mendidik anak, karena di dalam mendidik anak tidak selalu menerapkan kedisiplinan pada anak tetapi juga perlu untuk diberi pengertian agar anak dapat memahami apa yang baik dan tidak baik.

Jika seorang anak hidup di lingkungan yang tidak sesuai, kemungkinan anak tersebut belum tentu bisa mencapai potensinya dengan baik, sehingga cenderung menjadi berkelakuan buruk. Keluarga dan sekolah memegang peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan anak, terutama dalam menentukan pendidikan masa depan pada anak perlu dijauhkan dari segala masalah. Terkadang tanpa disadari, peran orang tua biasanya terlalu banyak

(2)

2

mengawasi anak dalam hal yang berkaitan dengan anak dan seringkali hanya fokus pada keburukan anak, dengan cara ini anak-anak tidak terdapat ruang untuk dapat menentukan pilihan sendiri, termasuk dalam masalah pendidikan. Ketika anak-anak memberontak karena ini menentukan pilihan, kekerasaan sering kali disebabkan oleh orang tua dan lingkungan sekolah.

Kekerasaan pada anak tidak hanya mencakup kekerasaan fisik, tetap juga kekerasaan psikologis dan seksual, Seperti halnya kekerasaan di sekolah yang mana juga sering terjadi misalnya dalam memberikan perlakuan yang berbeda dengan membeda-bedakan antara siswa satu dengan lainnya pada saat memberi hukuman yang mana terdapat siswa yang diperlakukan secara tidak adil dengan dipukul, dijewer, dicubit dan lain sebagainnya. Sebagai perbandingan, dapat digolongkan sebagai bentuk kekerasan psikologis dan kesehatan mental karena anak merasa diperlakukan tidak adil dan kemudian mengalami trauma.. Kekerasan itu sendiri juga termasuk dari salah satu bentuk dari pengekangan hak pada anak.

Sehubung dengan adanya hal tersebut perlu adanya kerja sama antara lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah untuk menjamin hak-hak anak. Untuk menjamin hak-hak pada anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KEMENPPPA) perlu ikut berperan. Program Sekolah Ramah Anak telah menjadi kebijakan yang mengutamakan hak-hak anak di sekolah yang secara sadar berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan secara terencana dan bertanggung jawab. Sebagian besar negara memiliki sistem pendidikan formal yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa mengalami kemajuan melalui

(3)

3

serangkaian kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (3) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan SRA menyebutkan SRA adalah satuan pendidikan formal, non formal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui satuan pendidikan formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. Satuan pendidikan non formal yaitu lembaga pelatihan, lembaga kursus, pusat kegiatan belajar masyarakat, kelompok belajar, dan majelis taklim serta satuan pendidikan lainnya yang sejenis. Satuan pendidikan informal yaitu jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Satuan Pendidikan tersebut berguna untuk menerapkan hak-hak anak serta memberikan perlindungan bagi anak dari segala bentuk kekerasan.

Sekolah Ramah Anak merupakan adanya suatu amanat yang harus diselenggarakan oleh suatu Negara bertujuan untuk memenuhi hak seorang anak sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Ayat (2) PERMEN PP dan PA No. 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan SRA Hak-Hak Anak merupakan bagian dari hak-hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh

(4)

4

orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara. Indonesia meratifikasi Konvensi Hak Anak pada 25 Agustus 1990. Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 31 mengatur realisasi hak anak pendidikan.

Adapun poin penting yang dapat diambil pada ketiga pasal Konvensi Hak Anak tersebut adalah; 1) Pendidikan yang berpusat pada anak, yang menganut disiplin dan mengembangkan kemampuan anak dengan menghargai martabat dan harga diri anak atau tanpa kekerasaan; 2) Pengembangan keterampilan, kemampuan belajar, kemampuan lain, martabat pribadi, harga diri dan kepercayaan diri; 3) Pengembangan kepribadian, bakat, dan kemampuan hidup; 4) Hak anak atas pendidikan tidak hanya terkait dengan akses, tetapi juga terkait konten; dan 5) Penggunaan anak-anak hak atas waktu senggang dan kegiatan budaya.

Tujuan didirikannya Sekolah Ramah Anak adalah untuk menjamin, memenuhi dan melindungi hak-hak anak melalui SRA. Berkenaan dengan memastikan bahwa sektor pendidikan mengembangkan minat, bakat dan kemampuan anak, bertanggung jawab untuk hidup penuh hormat, toleran, bekerja sama untuk perdamaian dan kemajuan. Melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual, juga secara emosional dan spiritual.

Akan tetapi pada kenyataan masih terdapat beberapa faktor yang memberikan dampak timbulnya kekerasan dalam proses pembelajaran baik kondisi internal maupun eksternal. Pada kondisi internalnya sekolah merupakan lembaga pendidikan untuk tempat belajar dan mendapatkan ilmu sehingga dapat melanjutkan ke jenjang selanjutnya, perlu menjunjung tinggi hak memanusiakan manusia kini telah kehilangan esensinya. Guru tidak

(5)

5

hanya bertugas mengajarkan pelajaran juga tetapi mendidik serta memenuhi hak pada anak secara penuh tanpa membedakan satu dengan yang lainnya. Tidak banyak guru yang memegang teguh amanat dalam proses pembelajaran di kelas, masih terdapat beberapa guru yang memberikan hukum fisik maupun non fisik berupa perkataan yang tidak pantas kepada siswa tanpa menjunjung tinggi hak-nilai dan hak yang dimiliki seorang anak sehingga menimbulkan resiko pada anak. Pemerintah Kota Malang belum meratakan semua sekolah untuk mengikuti program Sekolah Ramah Anak, sehingga masih ada beberapa anak yang belum merdeka dan mendapat hak penuh. Kondisi eksternal kekerasaan terhadap anak dapat kita lihat di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Adapun kasus kekerasaan lain yang menimpa anak di lingkungan sekolah umumnya berupa kekerasan sesama anak yaitu bullying, umumnya anak korban kekerasan bullying berupa korban tawuran, seorang anak yang memiliki kebutuhan khusus, dan penindasan antar gender. Dari beberapa fakta dapat disimpulkan bahwa sekolah masih belum menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak, waktu sekolah anak sekitar 8 (delapan) jam atau 1/3 (sepertiga) sehari.

Selain itu pembelajaran merupakan proses berinteraksi antara anak dengan para pendidik serta sumber belajar yang pada lingkungan belajar. Pengembangan Sekolah Ramah Anak didasarkan pada prinsip-prinsip berikut; (1) Non diskriminasi yaitu memastikan setiap anak mendapat kesempatan untuk menikmati hak dan pendidikan anak berdasarkan agama, jenis kelamin, disabilitas, ras dan latar belakang keluarga tanpa diskriminasi;

(6)

6

(2) Kepentingan terbaik bagi anak selalu menjadi pertimbangan utama dalam semua keputusan dan tindakan yang diambil oleh penyelenggara dan pendidikan terkait dengan siswa; (3) Hidup, kelangsungan hidup dalam bertahan dan berkembang untuk menciptakan lingkungan yang menghormati martabat anak dan memastikan perkembangan setiap anak secara menyeluruh; (4) Menghormati hak anak dalam segala aspek yang mempengaruhi anak di lingkungan sekolah; dan (5) Manajemen yang baik untuk menjamin transparansi, akuntabilitas, partisipasi, keterbukaan informasi dan supremasi hukum lembaga pendidikan.

Terdapat beberapa tahapan yang perlu dilaksanakan pada masing-masing satuan pendidikan untuk menerapkan serta melaksanakan tahapan-tahapan yang meliputi SRA. Melalui konsultasi dengan anak untuk mewujudkan hak kartografi dan melindungi anak dengan mengumpulkan saran dan hasil kartografi, sehingga dapat mempersiapkan perwujudan hak dan perlindungan anak. Sekolah, orang tua dan anak berkomitmen untuk mengembangkan Sekolah Ramah Anak dalam kebijakan setiap sektor pendidikan. Sekolah dan anak mengkoordinasikan pengembangan berbagai SRA melalui pemantauan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi, sehingga membentuk Implementasi Sekolah Ramah Anak.

Perencanaan pengimplementasian Sekolah Ramah Anak dengan mengintegrasikan kebijakan ke dalam program dan kegiatan yang ada seperti Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), Jajanan Makanan Siswa Sekolah Dasar, Sekolah Adiwiyata, Sekolah Konvergensi, Sekolah Misi Plan, Sekolah Unggulan, Kantin Kejujuran, Sekolah Islam Insan Cendekia, Pondok

(7)

7

Pesantren Ramah Anak, obat-obatan gratis, dan lain-lain merupakan Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk mencapai SRA. Dengan mengoptimalkan semua sumber daya sekolah dan bekerja sama dengan pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, pengusaha, dan pihak lain, SRA akan melaksanakan rencana tersebut selama pelaksanaan RKAS.

Berdasarkan Penelitian terdahulu dari Syafi’i (2017) menjelaskan bahwa Kebijakan Pelaksanaan SRA sudah memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM) dengan artian kebijakan anti kekerasan, tindakan pencegahan kekerasaan, penegakan kedisiplinan non diskriminatif dan adanya komitmen kawasan bebas rokok dan napza. Itu semua merupakan upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mewujudkan SRA di SDIT Nur Hidayah Surakarta. Kemudian menurut Kartika (2017) menjelaskan bahwa Pelaksanaan rencana Sekolah Ramah Anak berjalan dengan lancar, terlihat dari persiapan sosialisasi Sekolah Ramah Anak untuk sekolah dan pemerintahan desa yang berjalan lancar. Menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai partai politik termasuk Pemerintah Kabupaten Pringsewu dan LPA. Tugas pelaksanaan rencana SRA menurut organisasi dan pihak-pihak yang terlibat langsung berjalan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, yang sejalan dengan tujuan rencana SRA yang tercantum pada Permen PPPA Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan SRA.

Menurut Utari (2016) Program SRA berbasis 3P, yaitu provisi, proteksi, dan partisipasi adapun terdapat beberapa komponen pada implementasi program SRA dengan komunikasi berupa sosialisasi dan pelatihan pada guru lalu sosialisasi pada orang tua serta pengarahan kepada siswa. Siti (2016)

(8)

8

menjelaskan bahwa Kegiatan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan program “Sekolah Ramah Anak” adalah mengembangkan kecakapan hidup bagi anak korban kekerasaan dengan bekerja sama dengan sekolah rawan kekerasan. Sekolah merupakan tempat sosialisasi hak-hak anak melalui materi pembelajaran yang berkaitan dengan perlindungan hak-hak anak. Faktor-faktor yang mendorong pelaksanaan program “Sekolah Ramah Anak” antara lain adalah dukungan pemerintah dan beberapa donatur, kesadaran diri dan kemauan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang disediakan oleh Yayasan Setara.

Menurut Galuh (2020) Sekolah Ramah Anak Model Sekolah Dasar Negeri Kota Malang telah dilaksanakan dengan sangat baik dan telah mencapai indikator SRA, berhasil meraih Penghargaan Festival Sekolah Hijau dari Dinas Pendidikan Kota Malang dan dinominasikan sebagai Sekolah Ramah Anak Terbaik Setingkat Sekolah Dasar di Kota Malang. Kurikulum yang diterapkan di SD Negeri Model Malang sudah terintegrasi dengan program SRA, tidak ada diskriminasi dan kekerasanterhadap anak.

SMP Negeri 8 Kota Malang sendiri merupakan salah satu sekolah di Kota Malang yang mengimplementasikan Program Sekolah Ramah Anak. Prinsip sekolah ramah anak dapat menjadikan kepentingan dan kebutuhan siswa sebagai pertimbangan utama dalam menetapkan setiap keputusan dan tindakan yang diamnil oleh pengelola dan penyelenggara pendidikan. Pada intinya Sekolah Ramah Anak adalah pihak sekolah memberikan semua hak anak secara penuh, serta pengelolaan kelas dan sekolah.

(9)

9

Dengan demikian, Sekolah Ramah Anak harus dihormati hak siswa ketika mengeksperikan pandangannya dalam segala hal khususnya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya, sehingga siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam proses belajar di sekolah. Sekolah Ramah Anak juga harus dipertimbangkan situasi sekolah yang aman, bersih, sehat, dan peduli dan berbudaya, lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak dan perlindungan siswa dari kekerasaan, diskriminasi, dan perlakuan tidak wajar lainnya, serta menjamin keikutsertaan siswa dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak dan perlindungan siswa dalam menempuh pendidikan.

SMP Negeri 8 Kota Malang bukanlah satu-satunya sekolah yang menerapkan Program Sekolah Ramah Anak di Kota Malang. Dalam pembentukan Program Sekolah Ramah Anak di Kota Malang yang mana bertujuan untuk mencegah terjadinya kekerasaan pada anak terutama di lingkungan sekolah. Adapun sejauh ini program tersebut telah diterapkan dari tingkat SD hingga SMP dan bertujuan untuk dapat menunjan program Kota Layak Anak yang telah diterapkan Pemerintah Kota Malang. Berpijak pada kajian akademis teoritis, kajian yuridis, kajian filosofis dan data empiris, maka fokus penelitian secara umum SMP Negeri 8 Kota Malang memiliki slogan “ASAH ASIH ASUH” ASAH yang mana memiliki makna melatih siswi dari yang belum mampu menjadi mampu, membimbing siswa-siswi dari yang belum bisa menjadi bisa, hingga berprestasi dengan maksimal. ASIH memiliki makna memperlakukan siswa-siswi dengan penuh cinta dan kasih sayang karena SMP Negeri 8 Kota Malang telah menerapkan

(10)

10

program Sekolah Ramah Anak, dengan harapan siswa-siswi terjauhi dari segala tindakan kekerasaan, saling hormat menghormati, dan menghargai pendapat orang lain. ASUH memiliki makna melayani siswa-siswi dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi, mendidik menjadi berakhlakul karimah, memiliki pribadi yang tangguh dan kuat, selalu berinovasi, berkreatifitas, selalu mencari hal-hal baru.

Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan, maka peneliti tertarik untuk dapat melakukan penelitian yang terkait dengan Implementasi Program Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 8 Kota Malang. Dengan alasan peneliti melakukan penelitian tersebur karena Program Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 8 Kota Malang belum pernah diteliti oleh peneliti lain pada pengimplentasian programnya.

B. Identifikasi / Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terjadi, masalah-masalah berikut ini dapat diidentifikasi:

1. Masih terdapat adanya diskriminasi, kekerasan, dan perlakuan salah lainnya terhadap anak dalam mendukung perlindungan anak.

2. Masih terdapat beberapa sekolah yang belum memenuhi prinsip-prinsip pengembang SRA dari non diskriminasi, kepentingan terhadap anak, kelangsungan hidup dan perkembangan, penghormatan terhadap pandangan anak, dan pengelolaan yang baik.

3. Tidak meratanya program sekolah ramah anak di beberapa wilayah Kabupaten/Kota sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya hak-hak anak.

(11)

11 C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang?

2. Bagaimana kendala terkait implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang?

3. Bagaimana solusi dalam mewujudkan implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisi implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang.

2. Untuk menganalisi kendala dalam implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang.

3. Untuk menganalisi solusi dalam mewujudkan implementasi kebijakan sekolah ramah anak di SMP Negeri 8 Kota Malang.

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat secara teoritis atau praktis diantaranya sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis, diharapkan nantinya akan memberikan penambahan dan sumbangan pikiran yang sangat bermanfaat kedepannya juga dapat sebagai pengetahuan dan literatur yang dapat dijadikan suatu kajian

(12)

12

yang sedang mempelajari apa itu “Sekolah Ramah Anak” adapun lebih mengutamakan pada kebijakan.

2. Manfaat Praktis, adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi Dinas Pendidikan, penelitian ini bermanfaat untuk dapat memahami apa yang terjadi pada Sekolah Ramah Anak.

b. Bagi Sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mendeskripsikan dan memantau Implementasi “Sekolah Ramah Anak” sebagai implementasi yang lebih baik lagi.

c. Bagi Guru, penelitian ini digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi guru dalam melakukan kegiatan pengajaran ramah anak.

d. Bagi Siswa, penelitian ini memiliki harapan untuk dapat membantu siswa dalam memahami apa itu hak anak dan dapat memperoleh pendidikan ramah anak.

F. Batasan Istilah

Batasan istilah merupakan penggunaan terminologi restriksi bertujuan untuk menghindari kesalahan persepsi yang disebabkan oleh interpretasi istilah yang berbeda dalam penelitian ini yang mana dibutuhkan kecakapan hidup, terminologi yang perlu ditegaskan dan dibatasi terutama beberapa istilah:

1. Sekolah Ramah Anak

Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Yusuf, (2001:54) “Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis

(13)

13

melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spritual, intelektual, emosional maupun sosial.”

Terwujudnya lembaga pendidikan formal yang aman, sehat, bersih, penuh perhatian, lembaga pendidikan non formal dan lembaga pendidikan informal, serta memiliki budaya lingkungan yang dapat menjamin, mewujudkan dan menghormati hak-hak anak serta melindungi anak dari kekerasan, diskriminasi dan pelecehan lainnya. Khususnya untuk mendukung partisipasi dalam kebijakan, perencanaan, pengawasan, pembelajaran dan mekanisme pengaduan terkait dengan realisasi hak anak dan perlindungan anak dalam pendidikan.

2. Hak-Hak Anak

Setiap orang tua berkewajiban memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, memelihara kelangsungan hidup anak yang tidak boleh diabaikan. Menurut Waluyadi (2002:6) hak-hak anak termasuk hak atas identitas, kesejahteraan akses pendidikan dan pelayanan kesehatan, kebebasaan dari diskriminasi dan hak atas kelangsungan hidup dan pengembangan. Hak-hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang harus dijamin, dilindungi dan direalisasikan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara.

(14)

14 G. Penegasan Istilah

Menjelaskan mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul ini agar kedepannya tidak terjadi perbedaan penafsiran dan perbedaan pada saat menginterpretasikan. Serta memberikan arahan dan tujuan bagaimana penelitian ini akan dicapai kedepannya dengan memberikan pengertian. Adapun judul yang digunakan adalah “Analisis Kebijakan Penerapan Sekolah Ramah Anak di SMP Negeri 8 Kota Malang”, pada penegasan istilah ini adalah sebagai berikut

1. Penerapan

Penerapan merupakan suatu perbuatan yang mana dapat dipraktekkan dalam bentuk beberapa hal. Dengan adanya penjabaran seperti itu maka penerapan juga dapat dikelompokan dari apa yang sudah ada.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekan suatu teori, metode, dan hal lain untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu rangkaian dari pada konsep atau asas yang mana bisa menjadi sebuah pedoman dalam suatu pekerjaan. Adapun dasar pada kebijakan juga berarti merupakan rencana dalam melaksanakan suatu pekerjaan dengan cara bertindak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah sebagai rangkaian dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak

(15)

15

(tentang pemerintahan, organisasi,dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip, dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran.

Kebijakan dapat diterjemahkan dengan aturan, politik, keputusan, undang-undang, program, konvensi, ketentuan, peraturan, kesepahaman, dan rencana strategis lainnya. Kebijakan juga dimaknai sebagai kemahiran, kebijaksanaan, kepandaian, juga dipandang suatu rangkaian konsep serta asas yang menjadi dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, yang juga kepemimpinan atau cara bertindak pemerintah, organisasi dan/atau sebagai pernyataan tujuan, cita-cita, prinsip sebagai garis pedoman dalam mencapai sasaran.

3. Sekolah Ramah Anak

Sekolah Ramah Anak merupakan suatu paradigma baru yang mana dapat membantu mewujudkan bagaimana cara mengajar dengan baik. Tidak hanya itu dalam pencapaian untuk menciptakan suatu generasi yang mana bebas dari tindak kekerasan dan meningkatkan kepedulian orang tua terhadap anak dari hal yang tidak disukai anak.

Menurut Pasal 1 Ayat (3) PERMEN PP dan PA No.8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan SRA, SRA merupakan satuan pendidikan formal, non formal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran,

(16)

16

pengawasan, dan mekanisme pengaduan terkait pemenuhan hak anak dan perlindungan anak di pendidikan. Tidak hanya itu menurut Pasal 4 ayat (2) PERMEN PP dan PA No.8 Tahun 2014 Tentang Kebijakan SRA, Sekolah Ramah Anak merupakan salah satu indikator dalam upaya pengembangan Kota Layak Anak (KLA) sehingga pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya sangat erat kaitanya dengan Gugus Tugas KLA.

Referensi

Dokumen terkait

Jika dilihat dari indikator penilaian Sekolah Berbudaya Lingkungan yang mencakup kepemimpinan kepala sekolah, pengembangan kebijakan sekolah peduli dan

Maraknya pembangunan hotel dan industri pariwisata lainnya di DIY seharusnya dapat diimbangi dengan adanya sekolah-sekolah kejuruan, namun sepertinya

Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, nyaman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya

Tanaman jagung banyak sekali gunanya, sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan selain untuk pangan antara lain: batang dan

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hidup sehat dan bersih dalam kehidupan di lingkungan masyarakat dampak dari

Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, nyaman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya

Sekolah masih menjadi tempat yang menakutkan bagi peserta didik yang seharusnya sekolah itu menjadi tempat yang aman, nyaman, bersih, sehat dan menyenangkan bagi peserta didik dan

sehat, sekolah aman, sekolah ramah anak, sekolah inklusi, sekolah adiwiyata, atau kegiatan pengembangan lainnya;  Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan keamanan dan kebersihan Sekolah;