• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "BAB I"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, pada prinsipnya pendidikan dilakukan secara terus menurus dari awal manusia itu ada dan berakhirnya pendidikan berarti berakhir pula kehidupan. Manusia tidak dapat menolak manfaat dari pendidikan dalam keadaan bagiamanapun, karena dengan pendidikan manusia akan mampu untuk mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya, memiliki kecerdasan, keterampilan dan kemampuan untuk melangsungkan kehidupan sesuai kebutuhannya. Pendidikan adalah bekal hidup nonfisik yang berperan penting terhadap keberlangsungan hidup seseorang, dangan adanya atau tanpa pendidikan akan menentukan masa depan orang tersebut.

Pendidikan dasar berperan penting bagi peningkatan kualitas individu, Pada tingkatan ini seseorang akan mengalami proses pendidikan baik karakter maupun pada kemampuan intelektualnya. Bila seseorang tidak mendapatkan atau mengikuti pendidikan dasar dengan baik maka pada tingkat selanjutnya tentunya akan banyak kegagalan yang ditemuinya. Kondisi ini tentu akan berakhir dengan rendahnya kualitas dan daya saing dalam kehidupan profesionalnya, oleh karena itu faktor- faktor yang mempengaruhi pendidikan di tingkat sekolah dasar sangat perlu dioptimalkan sebagai upaya tarcapainya tujuan pendidikan. Faktor-faktor tercapainya tujuan pendidikan oleh suatu sekolah berasal dari dalam dan dari luar luar sekolah tersebut. Faktor yang terdapat dari dalam sekolah adalah visi dan misi, program kerja, sumberdaya manusia pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana dan manajemen sekolah tersebut. Sedangkan yang termasuk faktor yang berasal dari luar sekolah adalah wali peserta didik, komite sekolah, lingkungan, dan pemerintah dengan segala kebijakannya.

Negara bertanggung jawab atas pendidikan seluruh warganya, oleh karena itu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 31 mewajibkan seluruh warga negara untuk mengikuti pendidikan dan pemerintah menjamin pembiayaannya. Upaya pemerintah dalam memfasilitasi pendidikan kepada seluruh warganya juga merupakan bentuk aktualisasi Pembukaan UUD

(2)

1945 alenia keempat yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Selain itu UU No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Keseriusan Negara dalam memajukan pendidikan juga dibarengi dengan menganggarkan biaya pendidikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Anggaran pendidikan merupakan salah satu hal penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Anggaran pendidikan inilah yang akan digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan pendidikan. Permasalahan pokok dalam pembiayaan pendidikan adalah untuk mencukupi kebutuhan investasi, operasional dan personal sekolah serta bagaimana memfasilitasi masyarakat, khususnya masyarakat kurang mampu untuk diperjuangkan haknya mendapatkan pendidikan yang baik. Dengan demikian maka pemerintah berharap tidak akan ada lagi anak yang putus sekolah karena keterbatasan biaya.

Sebagai upaya untuk melaksanakan kewajiban menyelenggarakan pendidikan kepada warganya, pemerintah menciptakan program Bantuan Operasional Sekolah. Bermula pada tahun 2005 dengan tujuan awal BOS adalah untuk mempercepat pencapaian program Wajib Belajar 9 tahun. Akan tetapi mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan, dan orientasi program BOS tersebut. Program dana BOS selanjutnya bukan hanya berperan untuk mempertahankan jumlah peserta didik saja, namun lebih dari itu harus berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan. Selain itu, kenaikan nominal dana BOS yang signifikan mulai tahun 2009 diharapkan mampu menjadikan BOS sebagai unsur terpenting untuk mewujudkan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya.

Dana Bantuan Operasional Sekolah merupakan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan anggaran yang telah ditetapkan dan bersifat rutin diberikan oleh pemerintah kepada semua sekolah guna melaksanakan program pendidikan di setiap sekolah dari jenjang dasar sampai jenjang menengah baik sekolah yang dikelola oleh pemerintah (sekolah negeri) maupun yang dikelola oleh masyarakat (sekolah swasta). Pada sekolah yang dikelola oleh pemerintah dana Bantuan

(3)

Operasional Sekolah merupakan dana utama untuk mobilitas suatu satuan pendidikan, semakin banyak peserta didik maka semakin banyak pula dana BOS yang diterima sekolah tersebut. Selain itu dana Bantuan Oprasional Sekolah merupakan upaya untuk membantu meringankan beban biaya yang ditanggung oleh orang tua dalam menyekolahkan anaknya untuk mencapai penuntasan wajib belajar.

Meskipun akses memperoleh layanan pendidikan yang lebih baik juga mendapat perhatian. Oleh karena itu, faktor pengelolaan penggunaan dana BOS dalam meningkatkan perestasi dan wajib belajar menjadi faktor tujuan penting dari kebijkan dana BOS.

Pada dasarnya dana BOS dialokasikan untuk penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan. Sistem Data Pokok Pendidikan merupakan suatu sistem pendataan yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang memuat seluruh data satuan pendidikan, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana dan lain sebagainya yang secara berkala diperbaharui oleh satuan pendidikan secara online. Berdasarkan dapodik inilah suatu sekolah akan menerima banyaknya jumlah dana BOS.

Alokasi penggunaan dana BOS telah ditentukan oleh pemerintah sesuai dengan prosentase yang tepat, apa saja yang harus didanai dan apa saja yang tidak boleh dibiayai oleh dana BOS. Dana BOS tidak diberikan secara tunai kepada peserta didik, akan tetapi digunakan untuk operasional sekolah diantaranya pengadaan buku pelajaran, alat tulis kantor, membayar gaji guru honor dan lain sebagainya. Tentunya penggunaan Dana BOS tidak boleh menyimpang dari juknis yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Penyaluran Dana BOS diberikan secara langsung dari lembaga penyalur yang diberikan kewenangan oleh pemerintah untuk dikirimkan ke rekening sekolah, hal ini dilakukan agar pelaksanaan pengelolaan Dana BOS dapat berjalan dengan baik.

Dalam pengelolaan dana BOS suatu sekolah harus membentuk tim manajemen BOS yang bertanggung jawab untuk menyusun rencana sampai dengan melaporkan penggunaan anggaran tersebut. Selain itu unsur yang terlibat di dalam pengelolaan BOS adalah Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota, Tim Manajeman BOS Provinsi, dan Tim Manajemen BOS Pusat. Semua unsur yang terlibat dalam pengelolaan BOS ini wajib memahami ketentuan teknis yang harus dijalankan dalam

(4)

rangka penyelenggaraan program BOS. Kesalahpahaman oleh pengelola dapat menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan program BOS. Diharapkan sekolah yang telah menerima dana BOS akan lebih kreatif untuk melakukan hal-hal yang lebih inovatif dan kepada peserta didik agar lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pendidikan guna memenuhi mutu dan produktifitas sumber daya manusia yang unggul.

Sekolah menempati posisi yang paling penting dalam penentuan penggunaan dana BOS, karena sekolah merupakan muara dari dana BOS yang merealisasikan pengelolaan dana secara langsung. Sebelum sekolah menggunakan dana BOS tersebut untuk beberapa jenis pengeluaran sesuai petunjuk pelaksanaan program maka harus menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah terlebih dahulu. Penyusunan RAPBS harus mengacu pada jumlah dana yang akan diterima serta program kerja yang akan dilaksanakan, tentu masing- masing sekolah mempunyai skala prioritas program kerjanya masing-masing.

Penyusunan RAPBS juga harus memperhatikan tentang waktu penyaluran dana BOS, mulai tahun 2020 penyaluran dana BOS dibagi dalam 3 tahap dari yang sebelumnya 4 tahap, penyaluran dana BOS yakni pada Bulan Januari sebesar 30%, Bulan April sebesar 40% dan Bulan September sebesar 30%.

Meskipun pemerintah sudah menganggarkan dana untuk memberikan keringanan biaya oleh orang tua / wali peserta didik dan kegiatan operasional suatu sekolah namun melalui melalui wawancara dengan kepala SD Negeri 1 Kaliwungu pada tanggal 24 Januari 2021 bahwa siswa tidak lebih dari 100 anak sehingga penerimaan dana BOS tidak banyak. Selain itu dalam pelaksanaannya sekolah tidak mudah mengelola dana BOS secara efektif. Bagi tim manajemen BOS tingkat sekolah, kompleksitas pengelolaan dan BOS menjadi masalah yang cukup serius karena terdapat sekolah yang tidak memiliki tenaga administrasi khusus dibidang keuangan sehingga pengelolaan BOS harus dilakukan oleh guru kelas atau guru mata pelajaran. Guru di SD rata-rata tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai akuntansi ataupun perpajakan secara spesifik. Akhirnya sekolah harus menunjuk guru atau staf tata usaha yang kurang kompeten. Hal ini menjadi permasalahan yang cukup serius karena dana BOS yang dikelola ini tidak sedikit dan menyangkut kepentingan orang banyak. Dampak jangka panjangnya, program BOS mengenai

(5)

tata kelola dan akuntabilitas menjadi tidak terwujud. Oleh karena itu dibutuhkan kerja sama semua pihak dalam mewujudkan efektifitas pengelolaan dana BOS.

Wawancara selanjutnya pada tanggal 24 Januari 2021, kendala yang dialami ialah terlambatnya penyaluran dana BOS dari pemerintah sehingga sekolah harus mampu berinovasi dalam menangani pembiayaan yang bersifat segera. Sekolah tidak tercukupi pembiayaannya karena jumlah peserta didik yang tidak banyak sehingga penerimaan dananya pun sedikit dan berpangaruh terhadap program kerja sekolah yang untuk merealisasikannya membutuhkan dana yang tidak sedikit.

Masalah lainnya adalah sekolah banyak ditinggilkan oleh guru PNS karena purna tugas sehingga sekolah perlu mengangkat guru honorer, dengan jumlah lebih banyak guru honorer daripada guru PNS di suatu sekolah mengakibatkan banyaknya anggaran yang dialokasikan untuk menggaji guru honorer sehingga komponen lain hanya mendapatkan alokasi dana yang sedikit.

Tidak dipungkiri bahwa setiap kegiatan pasti membutuhkan pendanaan baik banyak maupun sedikit. Meskipun demikian dalam pengelolaan dana BOS sekolah dituntut untuk mengembangkan pengelolaan dana secara profesional, transparan, dan akuntabel. Sekolah juga dituntut untuk meningkatkan akses, mutu, dan manajemen sekolah. Dana BOS dapat dikelola dengan baik yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian kewenangan, pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya sekolah, dan mendorong partisipasi warga sekolah serta masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Berikut ini kesimpulan dari permasalahan dalam pengelolaan dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Tabel 1. Permasalahan Pengelolaan dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo

No. Permasalahan Tim Manajemen BOS Prosentase

1 Keterlambatan Penyaluran 5 100%

2 Bukan berpendidikan ekonomi 5 100%

3 Belum pernah mengikuti bimtek BOS 5 100%

4 Partisipasi warga sekolah rendah 3 60%

(6)

Jumlah 18

Rata-rata 4,5 90%

Berdasarkan latar belakang tersebut telah terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan pada program dana BOS, oleh karena itu peneliti ingin meneliti seberapa “Efektivitas Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di SD Negeri Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah”.

B. Fokus Penelitian 1. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang diatas, maka peneliti memilih rumusan masalah yang berhubungan dengan pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah sebagai berikut:

a. Bagaimana efektivitas pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

b. Apa sajakah kendala dalam pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

c. Bagaimana solusi dalam pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah?

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui efektivitas pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

b. Untuk mengetahui kendala dalam pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

c. Untuk mengetahui solusi dalam pengelolaan Dana BOS di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

(7)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah yaitu di SD Negeri 1 Kaliwungu, dari total 38 SD Negeri di Kecamatan Kalirejo peneliti mengambil penelitian di SD Negeri 1 Kaliwungu karena peserta didiknya kurang dari 100 anak dan guru honorerya lebih banyak daripada guru PNS.

Pemilihan lokasi ini didasarkan pada rekapan Dapodik tahun Pelajaran 2020/2021.

Sehinga peneliti memilih SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, sekolah dengan jumlah peserta didik sebanyak 93 anak sebagai tempat penelitian.

D. Kajian Literatur

Kajian literatur merupakan kajian atas hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti, bertujuan untuk menguraikan hal-hal dasar yang berkaitan dengan pokok penelitian sehingga tidak terjadi kekeliruan dan pengulangan yang tidak perlu. Penelitian ini berkaiatan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah di SD Negeri 1 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo, maka dasar atau kerangka teori yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Pengertian Efektivitas

Efektifitas Merupakan ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan telah dicapai. Ardiasmo (2010:134) mengemukakan “suatu pekerjaan dikatakan efektif jika pekerjaan tersebut dapat menghasilkan suatu unit keluaran dan dapat diselesaikan tepat waktu dengan rencana yang telah ditetapkan”. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam KBBI berarti dapat membawa hasil, dicapainya keberhasilan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Efektivitas selalu terkait hubungannya antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang telah dicapai.

Saksono (2011:57) mengatakan bahwa:

Pengertian efektivitas merupakan salah satu dari dua unsur utama dalam konsep produktivitas. Dalam konsep produktivitas mengandung dua unsur utama yaitu efisiensi dan efektivitas. Efesiensi dijadikan sebagai pengukur tingkat sumber daya baik manusia, keuangan, maupun alam yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat pelayanan yang dikehendaki,

(8)

sementara efektivitas mengukur hasil dan pelayanan yang dicapai hasil tersebut.

Peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas adalah ukuran berhasil atau tidaknya suatu proses dalam mencapai tujuan dengan waktu yang telah ditentukan, dengan hasil yang sesuai harapan baik kualitas maupun kuantitas sehingga di dalamnya diperlukan manajemen yang baik serta sumberdaya manusia yang mumpuni untuk menggerakannya, dengan demikian akan diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

Efektivitas merupakan hasil akhir yang sebelumnya tentu ada hal-hal yang menjadi indikator dalam mencapai efektivitas. Mulyasa (2009:84) membagi indikator efektivitas dalam 4 tahap, yakni :

a) Indikator Input, meliputi karakteristik guru, fasilitas, perlengkapan, dan materi pendidikan serta kapasitas manajemen.

b) Indikator Proses, meliputi perilaku administratif dan alokasi waktu.

c) Indikator Output, berupa hasil dalam bentuk perolehan dan dinamikanya sistem sekolah

d) Indikator Outcome, meliputi jumlah lulusan, prestasi belajar, serta pendapatan

Stakeholder sangat berperan penting dalam evektifitas pengelolaan dana BOS karena apabila terdapat kesalahan sedikit saja maka bias berakibat besar terhadap manajemen BOS di suatu sekolah.

2. Pengertian Pengelolaan

Pengelolaan adalah manajemen, Arikunto (2008:2) mengartikannya sebagai

“perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan”. Manajemen pada dasarnya merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. Menurut Mesiono (2014:2) “pengelolaan atau manajemen adalah ilmu seni dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan Eti Rochaety (2010:4) mengemukakan:

Manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perenanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan untu

(9)

mencapai tujuan yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya.

Merujuk dari beberapa literatur tersebut pengelolaan atau manajemen secara umum merupakan rangkaian kegiatan dari perencanaan akan dilaksanakannya kegiatan sampai penilainnya, sedangkan secara khusus manajemen terbatas pada inti kegiatan nyata, mengatur atau mengelola kelancaran kegiatannya, mengatur sumberdaya manusia, pengaturan sarana pendukung, pengaturan dana, dan lain sebagainya yang masih terkait dengan kegiatan nyata yang sedang belangsung. Pengelolaan berarti suatu rangkaian kegiatan yang fokus pada perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

Keuangan sekolah merupakan bagian yang sangat penting karena setiap kegiatan sekolah membutuhkan dana untuk meningkatkan kualitas proses di sekolah. Mulyono (2010:78) mengemukakan “pembiayaan pendidikan merupakan analisis terhadap sumber-sumber pendapatan dan penggunaan biaya yang diperuntukkan sebagai pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan”. Sedangkan Mukhtar (2003:151) menyatakan bahwa

“pembiayaan pendidikan adalah sebagai nilai rupiah dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk suatu kegiatan pendidikan”. “Semakin efisien sistem pendidikan itu semakin kurang pula dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan dank arena itu lebih banyak yang dicapai dengan anggaran yang tersedia” (Supriadi, 2004:4). Maka dari itu keuangan sekolah harus dikelola dengan baik untuk melaksanakan proses kegiatan secara tepat dan demi tercapainya tujuan pendidikan. Pengelolaan keuangan sekolah yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan asas perencanaan, pembukuan setiap transaksi, pelaporan dan pengawasan. Mulyasa (2009:176) membagi pengaturan keuangan sekolah dalam tiga garis besar yaitu “penerimaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban”.

Pengelolaan keuangan merupakan hal penting dalam memanajemen suatu lembaga atau organisasi sehingga diperlukan sumberdaya manusia yang mumpuni dalam membidangi hal tersebut dan perlu adanya kordinasi secara berkala untuk mengevaluasi progress kegiatannya.

(10)

Pengelolaan keuangan sekolah yang baik akan membawa dampak positif disegala lini karena dengan baiknya pengelolaan keuangan maka untuk mengontrol segala kegiatan akan semakin mudah, selain itu tim manajemen juga berperan penting dalam pengelolaan ini karena mereka adalah subjek dalam sirkulasi keuangan sekolah. Semakin baik tim manajemen maka semakin baik pula pengelolaannya dan semakin baik juga pelaksanaan program kerja sekolah.

3. Dana Bantuan Operasional Sekolah

a. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah

Biaya pendidikan merupakan hal penting dalam mendukung proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Sampai saat ini dalam proses mendapatkan pendidikan orangtua harus rela mengeluarkan sejumlah anggaran yang tidak sedikit. Bagi orangtua yang memiliki penghasilan relatif rendah tentu hal ini menjadi beban tersendiri. Namun, pada tahun 2005 Pemerintah telah melucurkan program untuk membantu masyarakat dalam mendapatkan pendidikan yang layak yaitu dengan Dana Bantuan Operasional Sekolah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dana merupakan uang yang disediakan untuk suatu keperluan, pemberian, hadiah, derma. Sedangkan bantuan dana merupakan kegiatan untuk membantu suatu usaha, terutama dalam keadaan darurat. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 8 tahun 2020, BOS reguler adalah program Pemerintah Pusat untuk penyediaan pendanaan biaya operasional bagi sekolah yang bersumber dari dana alokasi khusus nonfisik.

Berdasarkan uraian di atas Dana Bantuan Operasional Sekolah merupakan program pemerintah dalam memberikan bantuan berupa uang kepada pihak sekolah untuk membantu penyediaan pendanaan biaya operasional non personalia bagi satuan pendidikan sebagai pelaksana program wajib belajar, sehingga membebaskan pungutan biaya operasional bagi sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan juga meringankan beban biaya operasional bagi sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat.

b. Landasan Hukum Bantuan Operasional Sekolah

Landasan hukum dalam pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah

(11)

Tahun 2021 sesuai dengan Permendikbud nomor 6 tahun 2021 meliputi semua peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

1) Pasal 17 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2019 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2020 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6410);

4) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

5) Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4864);

6) Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2019 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 242);

7) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1673).

c. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan sehingga kemajuan pendidikan begitu dibutuhkan bagi suatu bangsa yang menuju kemajuan. Dalam UUD 1945 tersebut bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Program wajib belajar oleh pemerintah juga didukung dengan memberikan pendanaan yang sering disebut dengan Bantuan Operasional Sekolah.

Sesuai dengan Permendikbud nomor 6 tahun 2021 Program Bantuan Operasional Sekolah bertujuan untuk membantu biaya operasional sekolah dan meningkatkan

(12)

aksesibilitas dan mutu pembelajaran bagi peserta didik. Dengan demikian seluruh warga Negara dapat terfasilitasi untuk menentukan program wajib belajar tanpa orangtua terbebani biaya yang cukup besar.

d. Penerima Dana Bantuan Operasional Sekolah

Menurut Permendikbud nomor 6 tahun 2021 yang berhak menerima Dana BOS Reguler adalah :

1) Sekolah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) mengisi dan melakukan pemutakhiran Dapodik sesuai dengan kondisi riil di Sekolah sampai dengan batas waktu yang ditetapkan setiap tahun;

b) memiliki nomor pokok sekolah nasional yang terdata pada Dapodik;

c) memiliki izin operasional yang berlaku bagi Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat yang terdata pada Dapodik;

d) memiliki jumlah Peserta Didik paling sedikit 60 (enam puluh) Peserta Didik selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan

e) bukan satuan pendidikan kerja sama.

2) Persyaratan jumlah Peserta Didik paling sedikit 60 (enam puluh) Peserta Didik selama 3 (tiga) tahun terakhir dikecualikan bagi:

a) Sekolah Terintegrasi, SDLB, SMPLB, SMALB, dan SLB;

b) Sekolah yang berada pada wilayah tertinggal, terdepan, terluar atau daerah khusus sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

c) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang berada pada wilayah dengan kondisi kepadatan penduduk yang rendah dan secara geografis tidak dapat digabungkan dengan Sekolah lain.

3) Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah harus diusulkan oleh kepala dinas yang menangani urusan pendidikan di daerah dan disetujui oleh Kementerian.

Sekolah penerima dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, penetapan Sekolah penerima dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler berdasarkan data pada Dapodik per tanggal 31 Agustus. Tanggal 31 Agustus merupakan batas akhir pengambilan data oleh Kementerian yang digunakan untuk penetapan penyaluran dana Bantuan

(13)

Operasional Sekolah Reguler pada penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler tahap III tahun berjalan dan penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler tahap I dan tahap II tahun berikutnya.

e. Alokasi Dana Bantuan Operasional Sekolah

Merujuk pada Permendikbud nomor 6 tahun 2021 besaran alokasi dana BOS Reguler yang diberikan kepada Sekolah penerima dihitung berdasarkan besaran satuan biaya dikalikan dengan jumlah Peserta Didik selain itu juga disesuaikan dengan regionalnya. Satuan biayanya dana BOS Kabupaten Lampung Tengah tingkat Sekolah Dasar tahun 2021 adalah Rp940.000,00 (sembilan ratus empat puluh ribu rupiah) per 1 (satu) orang Peserta Didik dalam 1 (satu) tahun. Jumlah Peserta Didik berdasarkan data Peserta Didik yang memiliki NISN pada Data Pokok Pendidikan.

Penyaluran dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penyaluran dana alokasi khusus nonfisik. Sekolah dapat langsung menggunakan dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler untuk membiayai penyelenggaraan operasional Sekolah setelah dana Bantuan Operasional Sekolah Reguler masuk ke rekening Sekolah.

f. Tim Manajemen Bantuan Operasional Sekolah

Sebelum menerima dana BOS sekolah diwajibkan untuk membentuk Tim Manajemen BOS yang nanti akan mengelola dana BOS di sekolah tersebut.

1) Struktur Tim Manajemen BOS Sekolah

Tim BOS Sekolah ditetapkan oleh kepala Sekolah dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

a) Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab;

b) Anggota terdiri dari: bendahara, 1 (satu) orang dari unsur guru, 1 (satu) orang dari unsur Komite Sekolah, 1 (satu) orang dari unsur orang tua/wali peserta didik di luar Komite Sekolah yang dipilih oleh kepala Sekolah dan Komite Sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitas dan menghindari terjadinya

(14)

konflik kepentingan;

2) Tugas dan Tanggung Jawab Tim Manajemen BOS Sekolah

Tugas dan tanggung jawab tim BOS Sekolah telah tercantum dalam lampiran Permendikbud nomor 6 tahun 2021, yaitu sebagai berikut:

a) Mengisi dan memutakhirkan data Sekolah secara lengkap dan valid ke dalam Dapodik sesuai dengan kondisi riil di Sekolah;

b) Bertanggung jawab mutlak terhadap hasil isian data Sekolah yang masuk dalam Dapodik;

c) Menyusun RKAS mengacu pada prinsip-prinsip efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi pengelolaan dana BOS Reguler;

d) Melakukan input RKAS pada sistem yang telah disediakan oleh Kementerian;

e) Memenuhi ketentuan efektivitas, efisiensi, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan dan penggunaan dana BOS Reguler;

f) Menyelenggarakan keadministrasian pertanggungjawaban penggunaan dana BOS Reguler secara lengkap, serta menyusun dan menyampaikan laporan penggunaan dana BOS Reguler sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan;

g) Melakukan konfirmasi dana sudah diterima melalui laman bos.kemdikbud.go.id;

h) Menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana BOS Reguler melalui laman bos.kemdikbud.go.id;

i) Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana BOS Reguler yang diterima;

j) Bersedia diaudit oleh lembaga yang memiliki kewenangan melakukan audit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-perundangan terhadap seluruh dana yang dikelola Sekolah, baik yang berasal dari dana BOS Reguler maupun dari sumber lain; dan

k) Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat.

Pengelolaan dana BOS Reguler di Sekolah oleh Tim Manajemen BOS memiliki ketentuan sesuai Lampiran Permendikbud nomor 6 tahun 2021, yakni sebagai berikut:

a) Dana BOS Reguler dikelola oleh Sekolah dengan menerapkan prinsip

(15)

manajemen berbasis sekolah yaitu, kewenangan sekolah untuk melakukan perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan program sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Sekolah;

b) Perencanaan mengacu pada hasil evaluasi diri sekolah;

c) Sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan penggunaan dana BOS Reguler sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah memperhatikan prinsip- prinsip pengelolaan dana BOS Reguler;

d) Penggunaan dana BOS Reguler hanya untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan di Sekolah dan tidak ada intervensi atau pemotongan dari pihak manapun;

e) Penggunaan dana BOS Reguler harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara tim BOS Sekolah, guru, dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditandatangani oleh peserta rapat. Kesepakatan penggunaan dana BOS Reguler harus didasarkan pada skala prioritas kebutuhan Satuan Pendidikan, khususnya untuk pengembangan program peningkatan kualitas belajar Peserta Didik di Sekolah.

f) Pengelolaan dana BOS Reguler di Sekolah dilakukan oleh tim BOS Sekolah;

g) Tim BOS Sekolah ditetapkan oleh kepala Sekolah dengan susunan keanggotaan sebagai berikut:

3) Larangan Bagi Tim Manajemen BOS

Masih dalam Permendikbud nomor 6 tahun 2021 bahwa Tim Manajemen BOS Sekolah tidak diperbolehkan menggunakan dana BOS untuk hal-hal sebagi berikut :

a) Disimpan dengan maksud dibungakan;

b) Dipinjamkan kepada pihak lain;

c) Membeli perangkat lunak untuk pelaporan keuangan dana BOS Reguler atau perangkat lunak lainnya yang sejenis;

d) Sewa aplikasi pendataan atau aplikasi penerimaan peserta didik baru dalam jaringan;

e) Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas Sekolah;

f) Membiayai kegiatan dengan mekanisme iuran;

(16)

g) Membeli pakaian, seragam, atau sepatu bagi guru atau Peserta Didik untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris Sekolah);

h) Digunakan untuk pemeliharaan prasarana Sekolah dengan kategori kerusakan sedang dan berat;

i) Membangun gedung atau ruangan baru;

j) Membeli saham;

k) Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan, sosialisasi, pendampingan terkait program BOS Reguler atau perpajakan program BOS Reguler yang diselenggarakan lembaga di luar dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan/atau Kementerian;

l) Membiayai kegiatan yang telah dibiayai secara penuh dari sumber dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau sumber lainnya;

m) Melakukan penyelewengan penggunaan dana BOS Reguler untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu;

n) Bertindak menjadi distributor atau pengecer pembelian buku kepada Peserta Didik di Sekolah yang bersangkutan.

Sedangkan Tim BOS provinsi dan tim BOS kabupaten/kota tidak diperbolehkan untuk:

a) melakukan pungutan dalam bentuk apapun kepada Sekolah;

b) Melakukan pemaksaan pembelian barang dan/atau jasa dalam pemanfaatan dana BOS Reguler;

c) Mendorong Sekolah untuk melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan dana BOS Reguler;

d) Bertindak menjadi distributor atau pengecer dalam proses pembelian, pengadaan buku, atau barang melalui dana BOS Reguler.

g. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah

Sekolah dalam menggunakan dana BOS Reguler harus sesuai dengan Permendikbud nomor 6 tahun 2021 yakni dilakukan berdasarkan prinsip:

a) Fleksibilitas, yaitu penggunaan dana BOS Reguler dikelola sesuai dengan kebutuhan Sekolah;

(17)

b) Efektivitas yaitu penggunaan dana BOS Reguler diupayakan dapat memberikan hasil, pengaruh, dan daya guna untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah;

c) Efisiensi yaitu penggunaan dana BOS Reguler diupayakan untuk meningkatan kualitas belajar siswa dengan biaya seminimal mungkin dengan hasil yang optimal;

d) Akuntabilitas yaitu penggunaan dana BOS Reguler dapat dipertanggungjawabkan secara keseluruhan berdasarkan pertimbangan yang logis sesuai peraturan perundangundangan; dan

e) Transparansi yaitu penggunaan dana BOS Reguler dikelola secara terbuka dan mengakomodir aspirasi pemangku kepentingan sesuai dengan kebutuhan Sekolah.

Dana BOS Reguler yang diterima oleh Sekolah Dasar berdasarkan Permendikbud nomor 6 tahun 2021 digunakan untuk membiayai operasional penyelenggaraan pendidikan di Sekolah, yaitu:

a) Penerimaan Peserta Didik baru, meliputi:

 Penggandaan formulir dan publikasi atau pengumuman penerimaan peserta didik baru, dan biaya layanan penerimaan peserta didik baru dalam jaringan;

 Biaya kegiatan pengenalan lingkungan sekolah;

 Penentuan peminatan bagi Sekolah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan tes bakat skolastik atau tes potensi akademik bagi Sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat;

 Pendataan ulang bagi Peserta Didik lama; dan/atau

 Kegiatan lainnya dalam rangka penerimaan peserta didik baru yang relevan.

b) Pengembangan perpustakaan digunakan untuk:

 Penyediaan buku teks utama dengan ketentuan:

 Disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan;

 Memenuhi rasio 1 (satu) buku untuk setiap Peserta Didik pada setiap tema/mata pelajaran;

 Memenuhi kebutuhan buku untuk guru pada setiap tema/mata pelajaran yang diajarkan;

 Buku yang dibeli merupakan buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh

(18)

Kementerian; dan

 Buku yang dibeli oleh Sekolah harus dijadikan pegangan dalam proses pembelajaran di Sekolah.

 Penyediaan buku teks pendamping dengan ketentuan:

 Disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan; dan

 Buku yang dibeli Sekolah adalah buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian.

 Penyediaan buku non teks dengan ketentuan:

 Sekolah dapat membeli atau menyediakan buku untuk mendukung proses pembelajaran di Sekolah, diutamakan untuk menunjang penguatan pendidikan karakter dan pengembangan literasi Sekolah; dan

 Buku yang dibeli Sekolah adalah buku yang telah dinilai dan ditetapkan oleh Kementerian atau Pemerintah Daerah; dan/atau d) pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang operasional layanan perpustakaan.

c) Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler digunakan untuk:

 Kegiatan pembelajaran meliputi:

 Penyediaan alat/bahan pendukung pembelajaran;

 Pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan dan persiapan ujian;

 Biaya untuk mengembangkan media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, misalnya, dan pengembangan buku elektronik;

 Pembelian atau langganan buku digital dan/atau aplikasi pembelajaran digital;

 Pembelian perangkat lunak atau peranti lunak asli dan/atau pengembangan aplikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran;

 Pengembangan kegiatan literasi, pendidikan karakter, penumbuhan budi pekerti, dan kegiatan program pelibatan keluarga di Sekolah; dan/atau

 Pembiayaan kegiatan pembelajaran lain yang relevan dalam rangka menunjang proses pembelajaran.

 Kegiatan ekstrakurikuler pembelajaran meliputi:

 Mendukung penyelenggaraan ekstrakurikuler yang sesuai dengan

(19)

kebutuhan Sekolah, termasuk pembiayaan lomba di Sekolah;

 Pembiayaan dalam rangka mengikuti kegiatan/lomba di dalam negeri;

dan/atau

 Pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang operasional kegiatan ekstrakurikuler.

d) Kegiatan asesmen/evaluasi pembelajaran meliputi:

 Pembiayaan untuk penyelenggaraan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian sekolah, ujian sekolah berbasis komputer dan/atau ujian lainnya termasuk penyediaan laporan hasil ulangan/ujian; dan/atau

 Pembiayaan lain yang relevan untuk kegiatan asesmen/evaluasi pembelajaran di Sekolah.

e) Administrasi kegiatan sekolah, digunakan untuk pembiayaan dalam rangka pengelolaan dan operasional rutin Sekolah, yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, administrasi, dan pelaporan meliputi:

 Pembelian alat dan/atau bahan habis pakai yang dibutuhkan dalam mendukung kegiatan pembelajaran, akreditasi, administrasi, layanan umum, tata usaha dan perkantoran;

 Pembelian peralatan kesehatan dan keselamatan Sekolah meliputi tandu, stetoskop, tabung oksigen, tabung pemadam kebakaran, dan/atau alat kesehatan dan keselamatan sejenisnya;

 Pembiayaan penyelenggaraan rapat tim BOS Sekolah, tidak termasuk komponen honor;

 Biaya perjalanan dalam rangka pengambilan dana untuk keperluan Sekolah di bank atau kantor pos;

 Biaya perjalanan dalam rangka koordinasi dan pelaporan program dana BOS Reguler kepada dinas yang menangani urusan pendidikan provinsi/

kabupaten/kota;

 Penggandaan laporan dan/atau pembiayaan korespondensi;

 Pembiayaan untuk membangun, mengembangkan, dan/atau memelihara laman Sekolah dengan domain sch.id;

 Pembiayaan kegiatan pengembangan Sekolah meliputi kegiatan sekolah

(20)

sehat, sekolah aman, sekolah ramah anak, sekolah inklusi, sekolah adiwiyata, atau kegiatan pengembangan lainnya;

 Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan keamanan dan kebersihan Sekolah;

 Pembiayaan pengelolaan Sekolah melalui aplikasi yang sudah disiapkan oleh Kementerian antara lain perencanaan, pembukuan, dan penyusunan laporan melalui aplikasi RKAS, penyampaian laporan hasil belajar melalui aplikasi e-rapor, dan pendataan melalui aplikasi Dapodik;

 Pembiayaan bagi Sekolah yang berada di daerah terpencil dan belum ada jaringan listrik, antara lain untuk menyewa atau membeli genset atau panel surya, termasuk peralatan pendukungnya sesuai dengan kebutuhan di daerah tersebut, termasuk biaya perawatan dan/atau perbaikan;

 Pembiayaan bagi Sekolah yang berada di daerah yang mengalami bencana alam berdasarkan pernyataan resmi dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah, dana BOS Reguler dapat digunakan untuk membiayai penanggulangan dampak darurat bencana selama masa tanggap darurat;

 Penyediaan konsumsi; dan/atau

 Pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang operasional administrasi kegiatan Sekolah.

f) Pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan, meliputi:

 Pembiayaan dalam rangka mengikuti atau menyelenggarakan kegiatan dalam rangka pengembangan/peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan;

 Pembiayaan dalam rangka pengembangan inovasi terkait pengembangan konten pembelajaran, metode pembelajaran, kompetensi guru dan tenaga kependidikan; dan/atau

 Pembiayaan lain yang relevan dalam rangka menunjang pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan.

g) Langganan daya dan jasa, digunakan untuk pembiayaan dalam rangka pembayaran daya dan/atau jasa yang mendukung operasional Sekolah meliputi, pemasangan baru, penambahan kapasitas, pembayaran langganan rutin, atau pembiayaan langganan daya dan jasa lain yang relevan.

(21)

h) Pemeliharaan sarana dan prasarana Sekolah, digunakan untuk pembiayaan dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan kondisi rusak ringan pada sarana dan prasarana Sekolah meliputi:

 Perbaikan kerusakan komponen non struktural bangunan Sekolah dengan ketentuan penggantian kurang dari 30% (tiga puluh persen) dari komponen terpasang bangunan seperti penutup atap, penutup plafond, kelistrikan, pintu, jendela dan aksesoris lainnya, pengecatan, dan/atau penutup lantai;

 Perbaikan meubelair, dan/atau pembelian meja dan/atau kursi Peserta Didik atau guru jika meja dan atau kursi yang ada sudah tidak berfungsi dan/atau jumlahnya kurang mencukupi kebutuhan;

 Perbaikan toilet Sekolah, tempat cuci tangan, saluran air kotor dan sanitasi lainnya;

 Penyediaan sumber air bersih termasuk pompa dan instalasinya bagi Sekolah yang belum memiliki air bersih;

 Pemeliharaan dan/atau perbaikan komputer, printer, laptop, proyektor, dan/atau pendingin ruangan;

 Pemeliharaan dan/atau perbaikan peralatan praktikum;

 Pemeliharaan taman dan fasilitas Sekolah lainnya;

 Penyediaan dan perawatan fasilitas/aksesibilitas bagi peserta didik berkebutuhan khusus; dan/atau

 Pembiayaan lain yang relevan dalam rangka pemeliharaan sarana dan prasarana Sekolah.

i) Penyediaan alat multimedia pembelajaran, merupakan pembiayaan dalam rangka penyediaan kebutuhan alat multi media pembelajaran mengacu pada hasil analisa kebutuhan meliputi:

 Komputer desktop/work station berupa Personal Computer (PC)/All in One Computer untuk digunakan dalam proses pembelajaran;

 Printer atau printer plus scanner;

 Laptop;

 Liquid Crystal Display (LCD) proyektor; dan/atau

 Alat multi media pembelajaran lainnya dalam rangka menunjang pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi;

(22)

j) Pembayaran honor, paling banyak 50% (lima puluh persen) dari keseluruhan jumlah alokasi dana BOS Reguler yang diterima oleh Sekolah. Pembiayaan untuk pembayaran honor dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

 Pembayaran honor hanya diberikan kepada guru yang berstatus bukan aparatur sipil negara yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

- Tercatat pada Dapodik per 31 Desember;

- Memiliki nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan; dan - Belum memiliki sertifikat pendidik; dan

 Dalam hal terdapat sisa dana dalam pembayaran honor terhadap guru maka honor dapat diberikan kepada tenaga kependidikan yang berstatus bukan aparatur sipil negara di Sekolah.

Dalam menggunakan dana BOS, Sekolah menentukan komponen penggunaan dana sesuai kebutuhan. Pembelanjaan dana BOS Reguler dilaksanakan melalui mekanisme pengadaan barang dan/atau jasa di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

h. Penggunaan Dana BOS di SD Negeri Sekecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

Pada dasarnya penggunaan dana BOS secara umum telah diatur oleh pemerintah pusat namun demikian dalam pelaksanaannya tentu sekolah menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan suatu wilayah domisili sekolah tersebut, dengan demikian maka sangat mungkin terjadi perbedaan penganggaran dalam merealisasikan dana BOS dari masing-masing daerah. Kecamatan Kalirejo dalam hal ini membuat garis besar kebijakan untuk Sekolah Dasar selama masa pandemic covid 19 dalam mengalokasikan dana BOS.

1)

Belanja modal dianggarkan setiap tahun

2)

Gaji guru honorer tidak lebih dari 50%, dalam perhitungannya diserahkan ke sekolah masing-masing baik bulanan maupun per jam mengajar.

3)

Wajib mengganti buku teks utama yang sudah tidak layak pakai dan menyediakan buku pendamping

4)

Kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler dianggarkan 50% dari alokasinya dengan asumsi tahun ajaran baru peserta didik sudah dapat mengikuti KBM

(23)

secara normal

5)

Pengadaan kuota internet untuk guru baik dalam bentuk barang maupun uang untuk mendukung kegiatan pembelajaran secara online

6)

Belanja protokol kesehatan sesuai dengan kebutuhan sekolah berdasarkan jumlah siswa dan guru

7) Pembiayaan rutin yang tidak terdampak covid 19 tetap dianggarkan penuh,

seperti listrik, wifi, air, dan sebaginya.

Gambar

Tabel  1.  Permasalahan  Pengelolaan  dana  BOS  di  SD  Negeri  1  Kaliwungu  Kecamatan Kalirejo

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah regular dengan orientasi inklusi ini merupakan tempat yang paling efektif untuk memeragi sikap diskriminasi, menciptakan masyarakat yang ramah, membangun

Konsep Sekolah Ramah Anak didefinisikan sebagai program untuk mewujudkan kondisi aman, bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin

Berberapa Hal Yang Sudah dan Sedang Dilakukan dan Diupayakan oleh SDN Cipedak 02 menuju sekolah hijau, bersih dan sehat, serta sekolah aman, ramah anak,

David Smith, terjemahan baihaqi, Inklusi Sekolah Ramah Untuk Semua, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2006), h.. teman pada umumnya pada setting pendidikan yang sama, dan dekat dengan

Sekolah Ramah Anak yang selanjutnya disingkat SRA adalah satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya

Konsep Sekolah Ramah Anak didefinisikan sebagai program untuk mewujudkan kondisi aman, bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin

Konsep Sekolah Ramah Anak didefinisikan sebagai program untuk mewujudkan kondisi aman, bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin pemenuhan

Konsep Sekolah Ramah Anak di SD didefinisikan sebagai sekolah dasar yang aman, bersih dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup, mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak