• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Inovasi

2.1.1. Pengertian Inovasi

Menurut Drucker (2007) inovasi merupakan alat khusus dari pengusaha, sebagai sarana dimana mereka memanfaatkan perubahan sebuah peluang untuk bisnis yang berbeda atau layanan yang berbeda. Hal ini mampu untuk ditampilkan sebagai suatu disiplin, mampu untuk dipelajari, mampu untuk di praktekkan.

Pengusaha perlu mencari tujuan tertentu untuk inovasi yang sukses. Dan mereka perlu mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip dari inovasi yang sukses.

Goswami dan Matthew (2005); PDMA (2008); De Meyer dan Garg (2005); Senge dkk. (2008) memaparkan definisi-definisi inovasi (dalam Fontana, 2011) :

1. Menciptakan sesuatu yang baru

Merujuk pada inovasi yang menciptakan pergeseran paradigma dalam ilmu, teknologi, struktur pasar, keterampilan, pengetahuan dan kapabilitas.

2. Menghasilkan hanya ide-ide baru

Merujuk pada kemampuan untuk menemukan hubungan-hubungan baru, melihat suatu subyek dengan perspektif baru dan membentuk kombinasi- kombinasi baru dari konsep-konsep lama.

3. Menghasilkan ide, metode, alat baru

Merujuk pada tindakan menciptakan produk baru atau proses baru. Tindakan ini mencakup invensi dan pekerjaan yang diperlukan untuk mengubah ide atau konsep menjadi bentuk akhir.

4. Memperbaiki sesuatu yang sudah ada

Merujuk pada perbaikan barang atau jasa untuk produksi besar-besaran atau produksi komersial atau perbaikan sistem.

5. Menyiapkan ide-ide baru

Menyebarkan dan menggunakan praktik-praktik baru di dunia.

(2)

6. Mengadopsi sesuatu yang baru yang sudah dicoba secara sukses di tempat lain Merujuk pada pengadopsian sesuatu yang baru atau yang secara signifikan diperbaiki, yang dilakukan oleh organisasi untuk menciptakan nilai tambah, baik secara langsung untuk organisasi maupun secara tidak langsung untuk konsumen.

7. Melakukan sesuatu dengan cara yang baru

Melakukan tugas dengan cara yang berbeda secara radikal.

8. Mengikuti pasar

Merujuk pada inovasi yang berbasiskan kebutuhan pasar.

9. Melakukan perubahan

Membuat perubahan-perubahan yang memungkinkan perbaikan berkelanjutan.

10. Menarik orang-orang inovatif

Menarik atau merekrut dan mempertahankan kepemimpinan dan manajemen talenta dan manajemen manusia (people management) untuk memandu jalannya inovasi.

11. Melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda

Melihat pada suatu masalah dari perspektif berbeda.

Berdasarkan pada defenisi inovasi di atas, maka inovasi adalah

“kesuksesan ekonomi berkat adanya perkenalan cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan perubahan besar dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen dan / atau pengguna.” (Fontana, 2011)

2.1.2. Tipe Inovasi

Ada empat macam tipe inovasi, antara lain adalah sebagai berikut (Machfoedsz dan Machfoedz, 2004) :

1. Penemuan

Kreasi suatu produk, jasa atau proses baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Konsep ini cenderung disebut revolusioner. Misalnya penemuan pesawat terbang oleh Wright bersaudara, telepon oleh Alexander Graham Bell, dan sebagainya.

(3)

2. Pengembangan

Pengembangan suatu produk, jasa atau proses yang sudah ada. Konsep ini menjadikan aplikasi ide yang telah ada secara berbeda. Misalnya pengembangan McDonald oleh Ray Kroc, perhotelan Holiday Inn oleh Kemmons Wilson, dan sebagainya.

3. Duplikasi

Peniruan suatu produk, jasa atau proses yang telah ada. Meskipun demikian, upaya duplikasi bukan semata meniru melainkan menambah sentuhan kreatif untuk memperbaiki konsep agar lebih mampu memenangkan persaingan.

Misalnya duplikasi perawatan gigi oleh Dentaland dan sebagainya.

4. Sintesis

Perpaduan konsep dan faktor-faktor yang sudah ada menjadi formulasi baru.

Proses ini meliputi pengambilan sejumlah ide atau produk yang sudah ditemukan dan dibentuk sehingga menjadi produk yang dapat diaplikasikan dengan cara yang baru. Misalnya sintesis pada arloji oleh Casio dan sebagainya.

Sedangkan Abernathy, Clark, dan Tidd (1993) menyebutkan tipe-tipe dari inovasi adalah:

1. Architectural Innovation

Inovasi seperti ini terletak pada produk dasar, proses dan terkait dengan pemasaran yang digunakan sebagai pedoman untuk perkembangan selanjutnya.

2. Market Niche Innovation

Inovasi seperti ini membuka peluang pasar baru melalui penggunaan teknologi yang sudah ada untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berbeda dengan produk pesaing.

3. Regular Innovation

Inovasi seperti ini melibatkan perubahan yang membangun pada produksi yang sesuai dengan pasar dan pelanggan yang ada.

4. Revolutionary Innovation

Inovasi yang belum pernah ada sebelumnya, namun diterapkan pada pasar dan pelanggan yang ada (dalam Stamm, 2008).

(4)

2.1.3. Level dan Kategori Inovasi

Pada tingkat sederhana, setidaknya tiga level dasar inovasi, yaitu incremental, architectural, dan radical. Dengan demikian dapat dijelaskan berdasarkan pendapat Gupta (2007) menunjukkan ada tiga level inovasi yang terdiri dari pengembangan, rancang bangun dan kebaruan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Inovasi Incremental atau Pengembangan

Inovasi incremental dapat diartikan sebagai perubahan atau penyesuaian sederhana dalam produk, jasa, atau proses yang ada. Terdapat semakin banyak bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang berusaha meningkatkan hasil investasi dapat berfokus pada inovasi incremental. Dorongan utama dari inovasi incremental dalam banyak perusahaan selama beberapa tahun terakhir berasal dari program-program yang ditujukan pada hasil terus-menerus, pengurangan biaya dan pengelolaan kualitas.

2. Inovasi Architectural atau Rancang Bangun

Inovasi architectural dapat diartikan sebagai inovasi yang merupakan penerapan dari teknologi yang sudah ada atau baru muncul (emerging) untuk memecahkan suatu persoalan yang sebenarnya diawal tidak dimaksudkan untuk hal tersebut.

3. Inovasi Radical atau Kebauran

Inovasi radical dapat diartikan sebagai inovasi yang mengubah secara drastis kemampuan, menghasilkan produk atau proses baru yang berbeda dari sebelumnya atau tidak pernah ada sebelumnya.

Sebuah kategori umum inovasi adalah untuk membedakan antara produk inovasi (hal-hal yang ditawarkan perusahaan) dengan proses inovasi (cara-cara dimana produk dibuat dan dikirim) (Stamm, 2008).

(5)

Penggambaran level dan kategori dari inovasi dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Discontinuous Cars instead of Internet Pilkington‟s Internet horses banking floating glass

Radical Hydrogen A new Gas-filled Online sales &

powered cars kind of thermo distribution of mortgage glass panes computers

Incremental New car Differently Differently Selling in

model coloured coloured business parks

glass glass instead of town

centres

Produk Jasa Proses Model bisnis

Gambar 2.1. Level dan Kategori Inovasi

Sumber: Tidd, J., Bessant, J. dan Pavitt K., 2001, (dalam Stamm, 2008)

Namun sebagian besar dari kategorisasi ini cenderung berfokus pada hasil, yaitu produk atau jasa, tetapi hanya sedikit membicarakan tentang proses, dan konteks yang diperlukan agar terjadi inovasi. Pendekatan yang berfokus terlalu kuat pada proses tidak mungkin berhasil dalam menciptakan sebuah organisasi yang terus inovatif. Untuk mencapai itu, perilaku yang ada, kepercayaan, keahlian, pengalaman dan kerangka kerja perlu dipahami sehingga bisa tahu yang benar dan dikerjakan supaya mencegah hal-hal yang benar-benar baru. Proses tersebut dapat mendukung perubahan, tetapi tidak akan dapat untuk mencapainya.

Itulah sebabnya mendefinisikan inovasi sebagai kerangka pikiran. Inovasi adalah seni membuat jaringan baru dan terus menerus demi adanya perubahan (Stamm, 2008).

(6)

Terdapat empat kategori inovasi yang dibedakan menjadi (Tidd dan Bessant, 2009) :

1. Inovasi Produk (Product Innovation)

Perubahan pada barang (produk/jasa) yang ditawarkan organisasi.

2. Inovasi Proses (Process Innovation)

Perubahan pada cara sesuatu diciptakan dan disampaikan.

3. Inovasi Posisi (Position Innovation)

Perubahan dalam konteks di mana produk/jasa diperkenalkan.

4. Inovasi Paradigma (Paradigm Innovation)

Perubahan dalam mental model yang mendasar, di mana merumuskan apa yang dilakukan perusahaan.

Gambar 2.2. 4Ps Ruang inovasi Sumber: Tidd dan Bessant (2009)

INNOVATION

„PARADIGM‟

(MENTAL MODEL)

PROCESS PRODUCT

(SERVICE)

POSITION

(7)

Tabel 2.1. Tipe Inovasi

Tipe Inovasi Incremental – ‘do what we do but better’

Radical – ‘do something different’

Produk – apa yang ditawarkan bagi dunia

Windows Vista

menggantikan XP- pada dasarnya meningkatkan ide software yang telah ada

Toyota Prius – membawa konsep baru – mesin hybrid

Proses – bagaimana menciptakan dan menyalurkan penawaran tersebut

Meningkatkan jasa telepon fixed-line

Skype dan sistem VoIP lainnya

Posisi – target dan cerita yang disampaikan

Haagen Dazs mengubah target market ice cream, dari anak-anak menjadi dewasa

Microfinance- Grameen Bank menyediakan kredit untuk rakyat sangat miskin

Paradigma – bagaimana merumuskan apa yang dilakukan

IBM bergerak dari pembuat mesin untuk perusahaan jasa dan solusi – menjadi perusahaan yang menjual

computer dan

membangun sisi jasa dan konsultasi

Landasan iTunes – sistem hiburan lengkap pibadi

Sumber: Tidd dan Bessant (2009)

2.2. Inovasi Produk

Definisi inovasi produk menurut Crawford dan De Benedetto (2008) adalah inovasi yang digunakan dalam keseluruhan operasi perusahaan di mana sebuah produk baru diciptakan dan dipasarkan, termasuk inovasi di segala proses

(8)

fungsional/kegunaannya. Inovasi produk diterapkan pada pengoperasian total dengan produk yang baru dibuat dan dipasarkan, dan itu termasuk inovasi dalam semua proses fungsional.

Bagi kebanyakan organisasi, inovasi produk adalah upaya penelitian dan pengembangan (R & D). Jenis upaya inovasi yang ditemukan dalam proses R & D meliputi (White dan Bruton, 2007) :

1. Basic Research : Penelitian dan Pengembangan Murni

Basic research melibatkan penciptaan pengetahuan baru. Pengetahuan ini mungkin baru untuk perusahaan, atau mungkin sebuah inovasi yang tidak dikenal sebelum penelitian ini. Basic research pada dasarnya berisiko, tetapi memiliki potensi untuk memberikan manfaat seperti mengarah ke produk baru atau cara untuk melakukan suatu bisnis. Tujuan dari sebuah strategi inovasi adalah untuk menciptakan nilai bagi perusahaan dan pelanggannya.

2. Applied Research : Pengembangan Produk Baru

Setelah membangun basic research perusahaan melakukan applied research.

Applied research menggunakan pengetahuan baru yang berkembang pada saat basic research untuk menciptakan produk baru. Pengembangan produk baru dapat menyebabkan perusahaan mengubah posisi strategis dalam industri atau, setidaknya mengubah posisi potensinya dalam industri. Ini harus mengarah pada perusahaan yang mendapatkan beberapa ukuran keunggulan kompetitif. Tujuan applied research adalah untuk menambah nilai perusahaan dan pelanggan di pasar. Resiko dari penerapan inovasi dari jenis penelitian ini adalah kurang dalam jika dibandingkan dengan basic research.

3. Systems Integration : Peningkatan Produk atau Perluasan Pasar.

Jenis ketiga dari R & D adalah yang paling incremental di alam. System integration ditujukan untuk mendukung peningkatan bisnis pada produk yang sudah sukses atau membuka pasar baru dengan produk yang sudah ada. Jenis dari integrasi ini memiliki manfaat dan resiko yang rendah. Sebagian besar resiko adalah negatif dan tidak berubah dapat menyebabkan kerugian strategis. System integration yang paling sesuai di antara bagian-bagian dari

(9)

organisasi dan bagaimana meningkatkan sesuai dengan basis pengetahuan yang ada.

2.2.1. Kategori Produk Baru

Menurut Crawford dan De Benedetto (2008), produk baru dapat dikategorikan dalam beberapa hal, yaitu:

1. New to the world products or really new products (Produk baru bagi dunia) Produk ini adalah penemuan yang menciptakan sebuah pasar baru.

Contohnya: Polaroid Camera, Sony Walkman, the Palm Pilot, Hewlett- Packard’s laser printer, Rollerblade brand inline skates, P&G’s Febreze and Dryel.

2. New to the firm products or new product lines (Lini produk baru)

Produk yang termasuk kategori baru bagi perusahaan. Produk bukanlah produk yang baru bagi dunia tapi baru bagi perusahaan. Contohnya: P&G’s first shampoo or coffee, Hallmark gift items, AT&T’s Universal credit card, Canon’s laser printer.

3. Additions to existing product lines (Tambahan pada lini produk yang telah ada)

Ini adalah “pematrolian” merek, atau perpanjangan lini yang dirancang untuk menyempurnakan lini produk sebagai puncak yang ditawarkan pasar perusahaan saat ini. Contohnya: P&G’s Tide Liquid detergent, Bud Light, Apple’s iMac, Hewlett-Packard’s LaserJet 7P (laser printer murah yang dirancang untuk komputer rumah).

4. Improvements and revisions to existing products (Perbaikan dan revisi produk yang telah ada)

Produk yang telah ada dan dibuat lebih baik lagi. Contoh: P&G’s Ivory Soap and Tide powder laundry detergent telah direvisi beberapa kali sepanjang sejarah mereka.

5. Repositioning (Penentuan kembali posisi)

Produk yang ditargetkan ulang untuk penggunaan dan aplikasi baru.

Contohnya: Aspirin direposisi sebagai perlindungan terhadap serangan

(10)

jantung, juga mencakup produk yang ditargetkan ulang untuk pengguna atau target pasar baru, Rokok Marlboro direposisi dari rokok wanita ke rokok pria.

6. Cost reductions (Pengurangan biaya)

Produk baru yang hanya mengganti produk yang ada, memberikan kinerja pelanggan yang sama tetapi dengan biaya yang lebih rendah. Mungkin lebih dari sebuah “produk baru” dalam hal desain atau produksi dari pemasaran.

2.2.2. Pengembangan Produk Baru

Sebuah studi yang berpengaruh bukan hanya untuk proses pengembangan produk tetapi juga untuk produk baru secara umum dilakukan oleh Booz Allen Hamilton (1982). Ketika meneliti bagaimana perusahaan menetapkan tahap pengembangan produk mereka yang menemukan langkah-langkah sebagai berikut (dalam Stamm, 2008) :

1. Pemunculan ide

Tahap ini dimulai dari munculnya ide-ide baru. Pada tahap ini pimpinan puncak di perusahaan akan menunjuk seorang manajer ide untuk menampung ide-ide tersebut dan mengidentifikasi inovasi yang akan dilakukan perusahaan. Seseorang yang ditunjuk oleh pimpinan puncak tersebut bertanggung jawab terhadap penyaringan ide untuk peluang bisnis baru dan untuk proyek-proyek baru dengan tujuan pengembangan lebih lanjut. Banyak sumber ide untuk konsep layanan baru dan sumber ide dapat diperoleh dari pendapat para konsumen.

2. Penyaringan

Tahap penyaringan ide terdiri atas sejumlah aktivitas yang dirancang untuk mengevaluasi suatu konsep produk baru. Konsekuensinya, akan ada banyak konsep baru dieleminasi dalam tahap ini. Setidaknya, informasi yang diperoleh dalam tahap penyaringan dapat membantu pihak manajemen untuk:

a. Memproyeksikan tingkat permintaan potensial b. Mengidentifikasi peluang keberhasilan produk, dan c. Memperkirakan tingkat kanibalisasi.

Kegiatan-kegiatan penyaringan dapat meliputi studi potensi pasar (market potensial studies), pengujian konsep (concept test), dan model scoring

(11)

(scoring model). Dalam penyaringan ide, perusahaan harus menghindari dua jenis kesalahan. Yang pertama adalah menolak ide yang sesungguhnya bagus, dan yang kedua adalah menerima dan meneruskan ide yang buruk ke tahap pengembangan dan komersisasi. Dalam hal ini, kita dapat membedakan tiga jenis kegagalan produk, yaitu:

a. Kegagalan produk yang absolut, adalah kegagalan yang menimbulkan kerugian, di mana penjualan tidak dapat menutupi biaya variabel.

b. Kegagalan produk yang bersifat parsial, di mana ini menimbulkan kerugian tetapi penjualannya dapat menutupi biaya variable dan sebagian biaya tetap.

c. Kerugian produk relatif, adalah jenis kegagalan produk yang memberikan laba yang lebih kecil daripada sasaran tingkat pengembalian yang diharapkan perusahaan.

Tujuan penyaringan ide adalah untuk menolak ide-ide buruk sedini mungkin.

Jika sebuah produk telah mencapai tahap berikutnya, maka umumnya pihak manajemen beranggapan bahwa mereka telah melakukan banyak investasi dalam produk tersebut, sehingga produk itu harus diluncurkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan. Padahal sesungguhnya ide awalnya bukanlah ide yang bagus, karena itu situasi ini dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan.

3. Analisa bisnis

Tujuan analisis bisnis adalah untuk mendapatkan gambaran sekomprehensif mungkin tentang dampak finansial yang dapat diperoleh dari memperkenalkan suatu produk baru. Sejumlah ukuran (seperti biaya, laba, Return On Investment, dan arus kas) digunakan, demikian pula metode- metode seperti analisis payback period, break-even analysis dan risk analysis.

Analisis bisnis membutuhkan informasi rinci mengenai biaya manufaktur, biaya pemasaran, tingkat penjualan yang diperkirakan, dan tingkat kemungkinan kanibalisasi produk. Evaluasi finansial untuk produk baru lebih kompleks dibandingkan produk yang sudah mapan. Hal ini terjadi karena sejumlah faktor, di antaranya rentang waktu, kemungkinan kanibalisasi, dari kebutuhan akan investasi. Dalam hal rentang waktu misalnya, penjualan dan

(12)

biaya untuk produk baru seringkali sangat bervariasi sepanjang waktu. Jarang sekali ada produk baru yang langsung diadopsi konsumen. Konsekuensinya, biaya pemasaran pada tahun pertama akan sangat besar dibandingkan tahun- tahun berikutnya, oleh karena adanya tuntutan kebutuhan untuk menciptakan awareness (kesadaran) dan insentif untuk distribusi produk serta product trial (percobaan produk).

4. Pengembangan

Ide-ide yang menarik harus disempurnakan menjadi konsep produk yang dapat diuji. Ada perbedaan antara ide produk, konsep produk, dan citra produk. Yang dinamakan ide produk adalah produk yang mungkin ditawarkan perusahaan ke pasar. Konsep produk merupakan versi yang lebih rinci dari suatu ide yang dinyatakan dalam istilah yang dimengerti konsumen.

Sedangkan citra produk adalah gambaran khusus yang diperoleh konsumen mengenai produk yang masih potensial ataupun yang sudah nyata.

Pengembangan produk merupakan teknis yang mengubah suatu konsep menjadi produk nyata (working product).

5. Pengujian

Pada proses ini perusahaan memberikan penilaian yang lebih rinci mengenai peluang sukses produk baru, mengidentifikasi penyesuaian-penyesuaian akhir yang dibutuhkan untuk produk, dan menetapkan elemen-elemen penting dalam program pemasaran yang akan digunakan untuk memperkenalkan produk di pasar.

6. Komersialisasi

Tahap komersialisasi menyangkut perencanaan dan pelakasanaan strategi peluncuran (launching strategy) produk baru ke pasar, seperti penentuan waktu introduksi produk baru. Waktu peluncuran produk baru merupakan aspek krusial, baik dari sudut pandang permintaan pelanggan maupun kompetisi. Dalam hal permintaan pelanggan, misalnya, ada tingkat musiman (seasonality) tertentu dalam kategori produk spesifik. Sementara itu, dalam perspektif kompetisi, apabila diferensiasi produk relatif rendah, maka keputusan untuk secepat mungkin memasuki pasar merupakan pilihan yang

(13)

strategis. Pemimpin pasar cenderung memperoleh keunggulan dalam hal consumer awareness dan pangsa pasar dalam kasus tersebut.

2.3. Keunggulan Kompetitif

Tiga sumber utama keunggulan kompetitif, terbagi atas (Best, 2009) : 1. Cost Advantage

Sebuah posisi dalam menciptakan harga yang lebih rendah, dan masih mencapai margin keuntungan yang diinginkan. Cost advantage berkontribusi pada level kontribusi yang lebih tinggi. Sebuah bisnis dapat mencapai tiga jenis keunggulan biaya, biaya variabel yang lebih rendah per unit yang dijual, tingkat yang lebih rendah dari biaya pemasaran, atau tingkat yang lebih rendah dari biaya operasi dan overhead. Setiap jenis keunggulan biaya dapat dicapai dalam beberapa cara, yaitu:

a. Variable Cost Advantage

Bisnis dengan biaya unit yang lebih rendah dapat mencapai (atau lebih) margin yang sama pada harga yang lebih rendah daripada bisnis yang bersaing. Unit atau biaya variabel meliputi biaya produksi dan biaya yang terkait dengan distribusi, seperti discount, komisi penjualan, transportasi, dan biaya transaksi lainnya. Untuk mencapai variable cost advantage, volume adalah faktor kunci. Bisnis dengan keuntungan pangsa pasar yang besar (volume) umumnya dapat mencapai biaya unit yang lebih rendah. Seiring dengan peningkatan volume, biaya per unit umumnya menurun. Sebuah volume produksi yang lebih besar memungkinkan untuk produksi dan ekonomi pembelian yang lebih rendah biaya unit produk, sehingga menciptakan efek skala. Demikian juga, ketika bisnis menambahkan produk ke lini produk perusahaan yang memiliki proses manufaktur yang sama, dan yang terbuat dari bahan yang dibeli sama dengan produk lainnya, bisnis ini mampu menurunkan biaya unit rata-rata dari semua produk. Ini adalah efek ruang lingkup.

b. Marketing Cost Advantage

Keuntungan dari efisiensi biaya pemasaran yang berasal dari ekstensi lini produk, yang merupakan cara lain untuk mendapatkan keuntungan biaya.

(14)

Sebagai contoh, penjualan produk Proter & Gamble lebih banyak kepada pelanggan yang sama, sehingga mengurangi biaya/pon detergen yang terjual. Bidang lain keunggulan biaya pemasaran berasal dari efisiensi biaya iklan dari strategi perluasan merek.

c. Operating Cost Advantage

Meskipun operating cost advantage umumnya di luar kendali atau pengaruh dari fungsi pemasaran, biaya operasional yang lebih rendah berkontribusi pada low-cost advantage.

2. Differentiation Advantage

Sebuah diferensiasi bermakna yang menciptakan manfaat yang diinginkan pelanggan pada tingkat unggul daripada pesaing. Differentiation advantage sehubungan dengan reputasi produk, layanan, atau merek merupakan sumber potensial dari keunggulan kompetitif. Tapi seperti setiap sumber keunggulan kompetitif, keunggulan diferensiasi harus bermakna untuk menargetkan pelanggan serta berkelanjutan (tidak mudah di duplikasi oleh pesaing).

a. Product Advantage

Bisnis dapat membangun differentiation advantage di salah satu dari banyak aspek produk. Sebuah daya tahan produk, kehandalan, performa, fitur, penampilan, dan kesesuaian untuk aplikasi tertentu semua memiliki potensi menjadi differentiation advantage. Bisnis dengan keuntungan relatif dalam kualitas produk menghasilkan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi.

b. Service Advantage

Sebuah bisnis dapat mencapai service advantage dengan cara yang sama dapat mencapai differentiation advantage. Kondisi dasar yang sama dibutuhkan. Pertama, keuntungan layanan harus bermakna dan penting untuk target pelanggan, dan kedua, harus berkelanjutan.

c. Reputation Advantage

Meskipun pembuat jam dapat bersaing kualitas melihat Rolex, mereka tidak dapat dengan mudah menandingi keuntungan reputasi merek Rolex itu. Merek seperti Chanel, Nikon, dan Perrier juga memiliki reputasi yang dibangun menjadi sumber keunggulan kompetitif dalam kemampuan

(15)

mereka untuk menarik target pelanggan. Reputation advantage dalam hal merek bisa menarik pelanggan dan mendapatkan harga premium.

3. Marketing Advantage

Posisi pasar dan upaya pemasaran yang mendominasi persaingan dalam pengenalan merek, lini produk, dan saluran distribusi. Sebuah bisnis yang mendominasi pasar dengan keuntungan relatif dalam cakupan penjualan, distribusi, atau komunikasi pemasaran dapat mengendalikan (dan sering blok) akses pasar. Marketing advantage dapat menjadi sumber bisnis terbaik keunggulan kompetitif. Baik melalui penjualan, distribusi, atau komunikasi pemasaran.

a. Market Share Advantage

Keunggulan kompetitif bisa berasal dari dominasi pasar.

b. Product Line Advantage

Semakin banyak produk yang harus dijual, semakin banyak cara untuk menarik dan memuaskan pelanggan. Lini produk yang luas memberikan bisnis lebih banyak pelanggan prospektif dan potensi untuk menjual lebih banyak kepada setiap pelanggan, hal ini diterjemahkan efisiensi pemasaran menjadi lebih banyak penjualan dan tingkat profitabilitas yang lebih tinggi. Cukup sering, perusahaan akan ingin memperluas dari satu segmen pasar menjadi segmen yang berdekatan untuk meningkatkan penjualan dan keuntungan. Produk ekspansi lini memerlukan diferensiasi produk dan positioning yang cukup hati-hati karena perusahaan yang sama sekarang akan meminta harga yang berbeda untuk kombinasi yang berbeda dari produk, layanan, dan manfaat merek.

c. Channel Advantage

Pasar di mana distribusi dibutuhkan untuk akses pasar yang memiliki sejumlah distributor, pengecer di pasar konsumen atau dealer dalam pasar business-to-business. Sebuah bisnis yang dapat mendominasi para distributor, dapat mengontrol saluran dalam pasar tertentu dan untuk derajat tertentu, mengontrol akses pasar. Ini merupakan sumber keunggulan kompetitif independen dari suatu cost advantage atau differentiation advantage.

(16)

2.4. Marketing Mix

Ada empat variabel pengembangan marketing mix untuk menetapkan target market, yaitu (Cannon, Perreault, McCarthy, 2008) :

1. Product

Product merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada pasar sasaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

2. Place

Place (distribusi) mencakup aktivitas perusahaan untuk menyediakan produk bagi pelanggan sasaran. Produk sampai pada pelanggan melalui channel of distribution. Channel of distribution merupakan rangkaian dari perusahaan (atau individual) yang berpartisipasi dalam alur produk dari produsen hingga ke pelanggan.

3. Promotion

Promotion merupakan aktivitas yang mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan sasaran untuk membelinya.

4. Price

Price merupakan jumlah uang yang harus dibayar oleh pelanggan untuk memperoleh produk.

2.5. Inovasi Proses

Menurut Crawford dan De Benedetto (2008), inovasi proses biasanya berlaku/terkait pada fungsi, terutama manufaktur atau proses distribusi, dan setiap manfaat produk baru berasal dari tipe inovasi ini.

Tujuan dari inovasi proses adalah untuk meningkatkan efisiensi atau efektivitas organisasi. Perubahan dalam proses diperlukan organisasi dan individu untuk beradaptasi. Karena ini proses inovasi dapat dilihat negatif. Namun, jika diterapkan dengan tepat, inovasi proses memberikan organisasi peluang untuk meningkatkan nilai organisasi dan untuk melanjutkan kelangsungan hidup organisasi. Jadi, inovasi proses membantu untuk meningkatkan rasio output-to- input perusahaan. Tindakan yang paling umum yang membahas inovasi proses adalah pengembangan produk baru, restrukturisasi, rekayasa ulang, dan penghancuran nilai (White dan Bruton, 2007).

(17)

2.6. Supply Chain Management

Supply Chain merupakan gambaran bagaimana organisasi saling terkait, sebagai gambaran perusahaan. Supply Chain Management penting karena perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif yang signifikan dengan mengatur operasi supply chain (Jacobs, Chase, Aquilano, 2009).

Gambar 2.3. Supply Chain Manufacture Sumber: Simchi-Levi, Kaminsky (2008)

1. Supplier

Supplier memasok bahan baku yang dibutuhkan untuk proses manufaktur.

Bahan baku tersebut disesuaikan dengan kebutuhan produksi.

2. Manufacture

Pada tahap manufaktur, bahan baku diolah menjadi barang jadi. Pada perusahaan manufaktur, umumnya produk dibuat make to stock, tapi tidak menutup kemungkinan make to order. Kadang pada tahap ini dibutuhkan penyesuaian teknologi, seperti penggantian mesin lama dengan mesin baru.

3. Warehouse

Setelah barang diproduksi, barang tersebut disimpan di gudang (warehouse).

4. Distribution

Produk disalurkan ke distributor di masing-masing wilayah, dimana produk akan dipasarkan.

5. Retail

Distributor menyalurkan barang ke retailer-retailer untuk dijual ke consumer.

6. Consumers

Supplier Manufacture Ware

house Distribution Retail

Consumer s

(18)

2.7. Produktivitas

Produktivitas merupakan sutau ukuran umum dari seberapa baik suatu negara, industri, atau unit bisnis menggunakan sumber dayanya atau faktor produksinya. Pengukuran produktivitas adalah fundamental bagi pemahaman yang terkait dengan kinerja operasi. Perbandingan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, perusahaan dapat membandingkan dirinya dengan operasi yang sama dalam industri, atau dapat menggunakan data industri bila data tersebut tersedia, misalnya membandingkan produktivitas antara toko-toko yang berbeda dalam franchise. Yang kedua, mengukur produktivitas dari waktu ke waktu dalam operasi yang sama. Disini akan membandingkan produktivitas perusahaan dalam satu periode waktu.

Produktivitas dapat diungkapkan sebagai partial measure, multifactor measure, atau total measure. Jika kita menunjukkan rasio dari output ke single input, kita dapat menggunakan partial productivity measure. Jika kita ingin melihat rasio dari output ke sekelompok input (tapi tidak semua input), kita dapat menggunakan multifactor productivity measure. Jika kita ingin menunjukkan rasio dari semua output untuk semua input, kita dapat menggunakan total factor measure of productivity untuk menggambarkan produktivitas seluruh organisasi (Jacobs, Chase, Aquilano, 2009).

Productivity measure (Jacobs, Chase, Aquilano, 2009) :

(19)

2.8. Pengertian Usaha Menengah

Menurut UUD nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM):

Pasal 1 ayat 3

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Pasal 6 ayat 3

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.9. Perusahaan Keluarga

2.9.1. Pengertian Perusahaan Keluarga

Menurut John L. Ward dan Craig E. Aronoff (2002), suatu perusahaan dinamakan perusahaan keluarga apabila terdiri dari dua atau lebih anggota keluarga yang mengawasi keungan perusahaan. Sedangkan menurut Robert G.

Donnelley (2002), suatu organisasi dinamakan perusahaan keluarga apabila paling sedikit ada keterlibatan dua generasi dalam keluarga itu dan mereka mempengaruhi kebijakan perusahaan (dalam Susanto, Susanto P., Wijanarko, dan Mertosono, 2007).

Perusahaan keluarga dicirikan terutama dengan kepemilikan dan keterlibatan yang signifikan dari keluarga dalam manajemen. Dengan sendirinya anggota keluarga akan mengantisipasi bahwa kepemimpinan dan pengawasan

(20)

dilakukan oleh keluarga dan akan diturunkan kepada generasi penerus.

Pengambilan keputusan dan kebijakan, penyusunan strategi dan kegiatan bisnis sehari-hari dilakukan oleh keluarga. Kepemilikan dari keluarga terjadi tatkala suatu keluarga memiliki semua porsi pengawasan perusahaan dan berperan aktif dalam menetapkan strategi dan menjalankan bisnis setiap hari (Susanto, Susanto P., Wijanarko, dan Mertosono, 2007).

2.9.2. Jenis Perusahaan Keluarga

Dalam terminologi bisnis, ada dua jenis perusahaan keluarga, yaitu (Susanto, Susanto P., Wijanarko, dan Mertosono, 2007) :

1. Family Owned Enterprise (FOE)

Yaitu perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh eksekutif profesional yang berasal dari luar lingkaran keluarga. Dalam hal ini keluarga berperan sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan agar pengelolaan perusahaan berjalan secara profesional. Dengan pembagian peran ini, anggota keluarga dapat mengoptimalkan diri dalam fungsi pengawasan.

2. Family Business Enterprise (FBE)

Yaitu perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga sendiri.

Jadi baik kepemilikan maupun pengelolaan dipegang oleh pihak yang sama, yaitu keluarga. Perusahaan keluarga tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi- posisi kunci dalam perusahaan oleh anggota keluarga. Di Indonesia, kebanyakan perusahaan keluarga adalah FBE dimana para anggota keluarga juga menjadi pengelolanya.

2.9.3. Struktur Perusahaan Keluarga

Michael Friedman dan Scott Friedman menjelaskan empat macam struktur perusahaan keluarga, yaitu (Susanto, Susanto P., Wijanarko, dan Mertosono, 2007) :

1. Kepemilikan Tunggal (Sole Proprietorship)

Di dalam kepemilikan tunggal, perusahaan dikelola oleh pemiliknya sendiri.

Kepemilikan tunggal bukan merupakan badan hukum yang terpisah dari

(21)

pemiliknya. Oleh karena itu pemilik bertanggung jawab sepenuhnya atas semua hutang dan kewajiban bisnisnya.

2. Perkongsian Umum (General Partnership)

Merupakan asosiasi sukarela dari dua atau tiga orang, perusahaan, atau badan hukum yang setuju untuk bekerja sama, berbagi keuntungan dan kerugian serta pengawasan untuk tujuan bisnis. Untuk membentuk perkongsian ini tidak dituntut langkah-langkah formal seperti rapat-rapat, dokumen-dokumen yang perlu disiapkan dan di tandatangani.

3. Perkongsian Terbatas (Limited Partnership)

Merupakan badan hukum yang diciptakan di bawah undang-undang.

Perkongsian terbatas dibentuk berdasarkan persyaratan-persyaratan menurut hukum setempat. Setiap perkongsian terbatas harus mempunyai sekurang- kurangnya satu mitra umum dan satu mitra terbatas yang tidak harus perorangan, tetapi bisa perusahaan. Mitra terbatas mempunyai otoritas manajerial yang terbatas dalam kegiatan perkongsian. Mitra terbatas bertanggung jawab atas kewajiban perkongsian hanya sebatas investasinya di bisnis itu. Sedangkan mitra umum dari perkongsian terbatas mempunyai tanggung jawab pribadi tak terbatas untuk kewajiban-kewajiban perkongsian umum.

4. Perusahaan (Corporation)

Korporasi ini dimiliki oleh para pemegang saham. Pemegang saham perusahaan ini tidak mempunyai tanggung jawab pribadi untuk hutang-hutang perusahaan atau tanggung jawab lain di luar investasinya di perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan keluarga jenis ini akan membantu melindungi aset-aset pribadi milik pemegang saham.

(22)

2.10. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Inovasi pada PT. Lestari Bambe Plastik

Proses Produk

Tahapan Pengembangan Produk:

1. Pemunculan ide

2. Penyaringan ide

3. Analisa Bisnis 4. Pengemba-

ngan 5. Pengujian 6. Komersiali-

sasi

Produktivitas Tipe Inovasi

Produk:

1. Penemu- an 2. Pengem-

bangan 3. Duplika-

si 4. Sintesis

Level Inovasi:

1. Incre- mental 2. Archi-

tectural 3. Radical

Kategori Produk Baru:

1. Baru bagi dunia 2. Lini produk

baru 3. Tambahan

lini produk yang telah ada 4. Perbaikan

dan revisi produk yang telah ada 5. Penentuan

kembali posisi 6. Pengurang-

an biaya

Keunggulan Kompetitif

Penjualan

Supply Chain Manufact- ure:

Supplier

Manufac- ture

Ware- house

Distribu- tion Retail Consumer

Kinerja Pemasaran

Gambar

Gambar 2.2. 4Ps Ruang inovasi  Sumber: Tidd dan Bessant (2009)
Tabel 2.1. Tipe Inovasi
Gambar 2.3. Supply Chain Manufacture  Sumber: Simchi-Levi, Kaminsky (2008)
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Inovasi pada   PT. Lestari Bambe Plastik

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai alternatif kedua dari tujuan promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah mempengaruhi dan membujuk pelanggan atau konsumen sasaran agar mau membeli

Pendapat tersebut menjelaskan bahwa media digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran karena media memiliki kemampuan untuk memperlihatkan konsep materi

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali

Para konsumen yang ingin memperoleh doorprize di akhir acara, tentu akan berusaha mendapatkan kupon undian doorprize sebanyak mungkin dengan cara berbelanja sebanyak

External failure cost merupakan biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen atau pengguna yang mengalami ketidaksesuaian atau kecacatan seperti biaya terhadap

Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai dari suatu barang maupun jasa yang dapat dinyatakan dalam perhitungan moneter maupun non- moneter yang harus dibayarkan

Fungsi utama lainnya dari sistem informasi akuntansi dalam siklus penggajian adalah menyediakan pengendalian yang memadai agar dapat terpenuhinya tujuan-tujuan

Posisi kerja yang cocok untuk jenis pekerjaan yang membutuhkan area kerja sebatas jangkauan tangan, tidak membutuhkan gaya yang besar dalam bekerja dan