• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. LANDASAN TEORI. Universitas Kristen Petra"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

2. LANDASAN TEORI

2.1. Data dan Informasi

Data adalah “fakta-fakta yang dikumpulkan, dicatat, disimpan, dan diproses oleh sistem informasi. Data biasanya mewakili observasi atau pengukuran aktivitas bisnis yang penting bagi pengguna sistem informasi”

(Romney, 2009, p.27).

Menurut Romney (2009), informasi adalah data yang telah diatur dan diproses sehingga memberikan manfaat bagi para penggunanya. Informasi dibutuhkan untuk mengambil keputusan atau untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan. Ketika kuantitas dan kualitas informasi meningkat, user dapat membuat keputusan yang lebih baik.

2.2. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen–komponen yang saling berhubungan, yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Sistem hampir selalu terdiri dari beberapa subsistem kecil, yang masing-masing melakukan fungsi khusus yang penting dan mendukung bagi sistem yang lebih besar. Sedangkan sistem informasi adalah serangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan ke para pengguna.

Sistem Informasi Akuntansi (SIA) merupakan “kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya ke dalam informasi. Sistem informasi akuntansi melakukan hal tersebut, baik dengan sistem manual atau melalui sistem terkomputerisasi”

(Bodnar dan Hopwood, 2004, p.1).

Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari lima komponen (Romney dan Steinbart, 2006, p.3) :

1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi.

(2)

2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas organisasi.

3. Data tentang proses-proses bisnis organisasi.

4. Software yang dipakai untuk memproses data organisasi.

5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk komputer, peralatan pendukung, dan peralatan untuk komunikasi jaringan.

2.3. Fungsi Sistem Informasi Akuntansi

Kelima komponen dari Sistem Informasi Akuntansi memungkinkan suatu Sistem Informasi Akuntansi memenuhi ketiga fungsi pentingnya dalam organisasi (Romney dan Steinbart, 2006, p.3), yaitu :

1. Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam aktivitas tersebut agar pihak manajemen, para pegawai, dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang hal-hal yang telah terjadi.

2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bagi para pihak manjemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.

3. Menyediakan pengendalian yang memadai untuk menjaga aset-aset organisasi, termasuk data organisasi, untuk memastikan bahwa data tersebut tersedia saat dibutuhkan, akurat, dan handal.

Sistem informasi akuntasi dapat menambah nilai bagi organisasi dengan cara memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu. Sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik juga dapat membantu meningkatkan laba organisasi. Sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik dapat melakukan hal ini dengan cara (Romney dan Steinbart, 2006, p.10) :

1. Memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya untuk menghasilkan produksi atau jasa.

(3)

2. Memperbaiki efisiensi. Sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik dapat membantu memperbaiki efisiensi jalannya suatu proses dengan memberikan informasi yang lebih tepat waktu.

3. Memperbaiki pengambilan keputusan. Sistem informasi akuntansi dapat memperbaiki pengambilan keputusan dengan memberikan informasi dengan tepat waktu.

4. Berbagi pengetahuan. Sistem informasi akuntansi yang dirancang dengan baik bisa mempermudah proses berbagi pengetahuan dan keahlian, yang selanjutnya dapat memperbaiki proses operasi perusahaan, dan bahkan memberikan keunggulan kompetitif.

2.4. Siklus Pemrosesan Transaksi

Kegiatan bisnis yang pada umumnya bersifat berulang-ulang sering disebut sebagai siklus transaksi (transaction cycles), yang dapat dibagi menjadi lima siklus dasar (Romney dan Steinbart, 2006, p.29), yaitu :

1. Siklus pendapatan (revenue), mencakup kegiatan penjualan dan penerimaan dalam bentuk uang tunai.

2. Siklus pengeluaran (expenditure), mencakup kegiatan pembelian dan pembayaran dalam bentuk uang tunai.

3. Siklus penggajian sumber daya manusia (payrol), mencakup kegiatan mengontrak dan menggaji pegawai.

4. Siklus produksi (production), mencakup kegiatan mengubah bahan mentah dan buruh menjadi produk jadi.

5. Siklus pendanaan (financing), mencakup kegiatan untuk mendapatkan dana dari investor dan kreditor dan membayar mereka kembali.

2.5. Siklus Penggajian

Menurut Romney dan Steinbart (2006), siklus manajemen sumber daya manusia/penggajian adalah “rangkaian aktivitas bisnis berulang dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan dengan cara yang efektif dalam mengelola pegawai.”

(4)

Sistem penggajian merupakan salah satu komponen terbesar dan terpenting dalam sistem informasi akuntansi. Sistem penggajian harus didesain untuk memenuhi peraturan pemerintah dan juga kebutuhan informasi pihak manajemen. Catatan penggajian yang tidak lengkap atau salah akan mempersulit pengambilan keputusan sehingga desain sistem penggajian yang efektif dan efisien adalah hal yang sangat penting.

Kegiatan-kegiatan dalam Human Resource Department meliputi : 1. Merekrut dan menerimaan pegawai baru

2. Melatih

3. Memberikan tugas pekerjaan

4. Memberikan kompensasi (penggajian) 5. Mengevaluasi kinerja

6. Memberhentikan pegawai, secara sukarela atau dipecat

2.5.1. Aktivitas Siklus Penggajian dalam Sistem Informasi Akuntansi

Penggajian merupakan salah satu aplikasi sistem informasi akuntansi yang terus diproses dalam bentuk batch, karena cek gaji dibuat secara periodik dan sebagian besar pegawai dibayar pada waktu yang bersamaan.

Terdapat tujuh aktivitas dasar yang dilakukan dalam siklus penggajian, yaitu:

1. Perbarui File Induk Penggajian

Aktivitas pertama dalam siklus penggajian melibatkan pembaruan file induk penggajian untuk mencerminkan berbagai jenis perubahan penggajian, seperti mempekerjakan orang baru, pemberhentian, perubahan tingkat gaji, dan lain sebagainya. Departemen manajemen sumber daya manusia (SDM) memberikan informasi ini. Semua perubahan penggajian harus dimasukkan tepat waktu dan secara tepat ditampilkan pada periode pembayaran berikutnya. Adanya data atau catatan mengenai karyawan yang berhenti atau di PHK tidak harus segera dihapus karena beberapa laporan tahunan akan memerlukan data mengenai semua karyawan yang bekerja di perusahaan sepanjang tahun itu.

(5)

2. Perbarui Tarif dan Pemotongan Pajak

Aktivitas kedua dalam siklus penggajian adalah memperbarui informasi mengenai tarif dan pemotongan pajak lainnya. Bagian penggajian membuat perubahan-perubahan ini. Perubahan tersebut terjadi ketika bagian penggajian menerima pembaharuan mengenai tarif pajak dan potongan gaji lainnya. Pajak adalah suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan ke kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan umum.

3. Validasi Data Waktu dan Kehadiran

Langkah ketiga dalam siklus penggajian adalah memvalidasi setiap data waktu dan kehadiran pegawai. Bagi para pegawai yang dibayar per jam, banyak perusahaan yang menggunakan kartu waktu untuk mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar, untuk setiap giliran kerja. Kartu waktu mencantumkan total jam kerja yang digunakan selama suatu waktu periode pembayaran. Perusahaan manufaktur juga menggunakan kartu waktu untuk mencatat data rinci mengenai bagaimana pegawai menggunakan waktu untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan. Data tersebut digunakan untuk mengalokasikan beban tenaga kerja di antara berbagai departemen, pusat biaya, dan pekerjaan produksi (production jobs). Para pegawai yang mendapatkan gaji tetap, seperti manajer dan staf profesional jarang mencatat jam kerjanya pada kartu waktu. Sebagai gantinya, para supervisor mereka secara informal akan mengawasi kehadiran mereka dalam suatu pekerjaan. Para pegawai bagian pemasaran biasanya dibayar berdasarkan komisi atau gaji plus komisi. Hal ini tergantung dari catatan jumlah penjualan yang dibuat oleh karyawan tersebut. Beberapa staf penjualan diberi bonus karena dapat melebihi target penjualan.

4. Mempersiapkan Penggajian

Langkah keempat dalam siklus penggajian adalah mempersiapkan penggajian. Departemen tempat pegawai bekerja akan memberikan data

(6)

mengenai jam yang dihabiskan dan seorang supervisor biasanya akan mengkonfirmasi data tersebut. Informasi mengenai tingkat gaji didapat dari file induk penggajian. File transaksi penggajian diurutkan berdasarkan nomor pegawai agar berada dalam urutan yang sama dengan berada dalam file induk penggajian. File data yang diurutkan biasanya digunakan untuk mempersiapkan slip gaji pegawai. Bagi setiap pegawai, catatan file induk penggajian dan catatan transaksi terkait akan dibaca dan gaji kotor akan dihitung. Bagi para pegawai yang dibayar per jam, jumlah jam yang dihabiskan dikali dengan tingkat upah dan menambahkan uang lembur atau bonus. Bagi para pegawai yang menerima gaji bulanan, gaji kotor adalah pecahan dari gaji tahunan, yang mencerminkan lamanya periode pembayaran. Selanjutnya semua potongan penggajian akan dijumlahkan dan totalnya dikurangi dari gaji kotor untuk memperoleh gaji bersih.

Terakhir, daftar penggajian dan slip gaji pegawai dicetak. Daftar penggajian adalah laporan yang mendaftar upah kotor setiap pegawai, potongan gaji, dan gaji bersih dalam bentuk multikolom. Daftar ini sering kali disertai dengan daftar potongan terpisah, yang mendaftar berbagai potongan untuk setiap pegawai. Slip gaji biasanya juga mencantumkan jumlah gaji kotor, potongan, dan gaji bersih untuk periode saat itu.

5. Membayar Gaji

Langkah selanjutnya adalah pembayaran yang sesungguhnya atas cek gaji ke pegawai. Daftar penggajian dikirimkan ke departemen Account Payable untuk ditinjau dan disetujui. Voucher pengeluaran disiapkan untuk otorisasi transfer dana dari akun perusahaan ke akun bank penggajian.

Voucher pengeluaran dan daftar penggajian dikirim ke bagian kasir. Kasir meninjau daftar penggajian dan voucher pengeluaran dan menyiapkan serta menandatangani cek untuk transfer dana ke akun penggajian perusahaan. Kasir juga meninjau, menandatangani, dan memberikan slip gaji. Tugas mengotorisasi dan mencatat transaksi penggajian dipisahkan dari pembagian slip gaji. Terakhir, daftar penggajian dikembalikan ke departemen penggajian untuk di file berdasarkan tanggal berikut kartu

(7)

waktu dan kartu waktu kerja. Voucher pengeluaran dikirimkan ke bagian akuntansi untuk menperbarui neraca.

6. Hitung Kompensasi dan Pajak yang Dibayar Perusahaan

Perusahaan membayar beberapa pajak penghasilan dan kompensasi pegawai secara langsung. Banyak perusahaan juga menawarkan pada para pegawai mereka rencana kompensasi fleksibel, yang memungkinkan setiap pegawai menerima jaminan minimum asuransi untuk pengobatan dan kontribusi pensiun, ditambah dengan kredit kompensasi tambahan yang dapat digunakan untuk biaya liburan atau asuransi kesehatan tambahan.

Banyak pemilik perusahaan juga menawarkan dan mengkontribusikan pilihan rencana pensiun.

7. Membayar Pajak Penghasilan dan Potongan Lain-lain

Aktivitas yang terakhir dalam proses penggajian adalah membayar kewajiban pajak penghasilan dan potongan lainnya dari setiap pegawai.

Perusahaan secara periodik mempersiapkan cek atau menggunakan transfer dana secara elektronik untuk membayar berbagai pajak yang ada.

Sebagai tambahan, terdapat dana yang secara sukarela dikurangi dari slip gaji pegawai untuk berbagai kompensasi, seperti untuk rencana gaji pensiun dan sebagainya, harus dibayarkan ke organisasi terkait.

2.5.2. Pengendalian atas Siklus Penggajian

Fungsi utama lainnya dari sistem informasi akuntansi dalam siklus penggajian adalah menyediakan pengendalian yang memadai agar dapat terpenuhinya tujuan-tujuan berikut :

1. Semua transaksi penggajian diotorisasi dengan tepat.

2. Semua transaksi penggajian yang dicatat valid.

3. Semua transaksi penggajian yang valid dan diotorisasi tercatat.

4. Semua transaksi penggajian dicatat secara akurat.

5. Peraturan pemerintah terkait yang berhubungan dengan pembayaran pajak dan pengisian laporan penggajian telah terpenuhi.

6. Aset (baik kas maupun data) aman dari kehilangan atau pencurian.

7. Aktivitas siklus penggajian dilakukan secara efisien dan efektif.

(8)

2.5.3. Dokumen dalam Siklus Penggajian

Beberapa dokumen yang terdapat dalam siklus penggajian antara lain (Arens, 2005, pp.554-555) :

1. Time Cards adalah suatu dokumen yang menunjukan waktu kerja buruh sejak mulai hingga selesai setiap harinya dan menunjukan jumlah jam kerja buruh tersebut.

2. Job time ticket adalah suatu dokumen yang menunjukan besarnya waktu yang dibutuhkan oleh buruh dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan kata lain banyaknya pekerjaan yang dilakukan oleh buruh dalam periode waktu tertentu.

3. Payroll transaction file adalah suatu computer-generated file yang meliputi pembayaran, besarnya upah buruh.

4. Payroll master file digunakan untuk mencatat setiap transaksi pengupahan tiap buruh dan menyimpan jumlah total upah buruh pada tahun tersebut.

5. Payroll check adalah cek yang diberikan kepada buruh untuk pembayaran upah. Dalam hal ini payroll check fungsinya sama dengan slip gaji.

Pemberian payroll check atau slip gaji ini hanya dilakukan kepada buruh yang tercantum dalam payroll master file.

2.5.4. Peraturan Perpajakan Tentang Penghasilan dan Undang-Undang Ketenagakerjaan

Menurut Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER57/PJ/2009, dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut :

a. Penghasilan Kena Pajak, yang berlaku bagi : 1. pegawai tetap;

2. penerima pensiun berkala;

3. pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah);

4. bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambung.

(9)

b. Jumlah penghasilan yang melebihi Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1 (satu) bulan kalender belum melebihi Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah);

c. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal3 huruf c yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;

d. Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, dan huruf c.

Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

a. bagi pegawai tetap dan penerima pensiun berkala, sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP);

b. bagi pegawai tidak tetap, sebesar penghasilan bruto dikurangi PTKP;

c. bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c , sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP per bulan.

Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21 adalah jumlah seluruh penghasilan bruto dikurangi dengan:

a. biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi- tingginya Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun;

b. iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong PPh Pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan biaya pensiun, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

(10)

Tarif Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun yang terbaru sesuai UU RI Nomor 36 Tahun 2008 pasal 7 sebagai berikut :

a. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi;

b. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin;

c. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan d. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan

untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Tarif pajak penghasilan yang terbaru sesuai UU RI Nomor 36 Tahun 2008 pasal 17 :

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Rp 50.000.000,00- Rp 250.000.000,00 15%

Rp 250.000.000,00- Rp 500.000.000,00 25%

Di atas Rp 500.000.000,00 30%

Contoh penghitungan PPh pasal 21:

Ahmad Zakaria pada tahun 2009 bekerja pada perusahaan PT Zamrud Abadi dengan memperoleh gaji sebulan Rp 2.500.000,00 dan membayar iuran sebesar Rp 100.000,00. Ahmad menikah tetapi belum mempunyai anak. Penghitungan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 2.500.000,00

Pengurang:

1. Biaya jabatan:

5% x Rp 2.500.000 Rp 125.000,00 2. Iuran Pensiun Rp 100.000,00

Rp 225.000,00

Penghasilan neto sebulan Rp 2.275.000,00

(11)

Penghasilan neto setahun adalah

12 x Rp 2.275.000 Rp 27.300.000,00

PTKP setahun

- Untuk WP sendiri Rp 15.840.000,00 - Tambahan WP kawin Rp 1.320.000,00

Rp 17.160.000,00 Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 10.140.000,00 PPh Pasal 21 terutang

5% x Rp 10.140.000 Rp 507.000,00 PPh Pasal 21 sebulan

Rp 507.000,00 : 12 Rp 42.250,00

Kebijakan jam kerja berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia 13/2003 pasal 77 ayat (2) antara lain :

a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Kebijakan waktu kerja lembur berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia 13/2003 pasal 78 antara lain :

a. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:

1) ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan

2) waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.

b. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar upah kerja lembur.

Kebijakan waktu istirahat dan cuti berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia 13/2003 pasal 79 antara lain :

a. istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

(12)

b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu

c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus- menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 03 Tahun 1992, jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dan penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal. Program jaminan sosial tenaga kerja wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang – Undang ini.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 1993, besarnya iuran program jaminan sosial tenaga kerja adalah sebagai berikut :

a. Jaminan Kecelakaan Kerja yang perincian besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebagai berikut :

1. Kelompok I : 0.24 % dan upah sebulan;

2. Kelompok II : 0,54 % dari upah sebulan;

3. Kelompok III : 0,89 % dari upah sebulan;

4. Kelompok IV : 1,27 % dari upah sebulan;

5. Kelompok V : 1,74% dari upah sebulan.

b. Jaminan Hari Tua,sebesar 5,70% dari upah sebulan;

c. Jaminan Kematian,sebesar 0,30 % dari upah sebulan;

(13)

d. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan,sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang sudah berkeluarga,dan 3 % dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga

Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ditanggung sepenuhnya oleh pengusaha. Iuran Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, sebesar 3,70%

ditanggung oleh pengusaha dan sebesar 2% ditanggung oleh tenaga kerja. Dasar perhitungan iuran Jaminan Pemeliharaan Kesehatan dari upah sebulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d, setinggi-tingginya Rp 1.000.000 (satu juta).

Terdapat ketentuan pidana bagi perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengikut program jaminan sosial tenaga kerja. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 03 Tahun 1992 pasal 29, ketentuan pidananya adalah diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Dalam hal pengulangan tindak pidana untuk kedua kalinya atau lebih setelah putusan akhir telah memperoleh kekuatan hukum tetap, maka pelanggaran tersebut dipidana kurungan selama-lamanya 8 (delapan) bulan.

2.6. System Development Life Cycle

Pengembangan sistem adalah proses memodifikasi atau mengganti sebagian atau semua sistem informasi. Setiap pengembangan sistem akan melalui System Development Life Cycle (SDLC). SDLC terdiri dari lima tahap, yaitu system analysis, conceptual design, physical design, implementation and conversion, operation and maintenance.

2.6.1. System Analysis

System analysis adalah “sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi bagian-bagian komponen dengan tujuan mempelajari seberapa bagus bagian-bagian komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan mereka” (Whitten, 2007, p.160).

(14)

Tujuan pokok dari tahap ini adalah untuk mensurvei sistem informasi sekarang dan untuk menentukan apa yang diperlukan untuk menciptakan sistem yang lebih baik. Terdapat lima langkah pada system analysis :

1. Investigasi awal, dengan melakukan investigasi setiap pengembangan aktivitas untuk menemukan pemecahan permasalahannya. Membuat sebuah perkiraan kelayakan terdahulu. Menyiapkan sebuah proposal untuk menangani sistem analisis.

2. Survei sistem dilakukan untuk mempelajari sistem yang telah ada, agar dapat memahami bagaimana sistem tersebut bekerja.

3. Feasibility study berguna untuk mengembangkan analisis kelayakan lebih cermat lagi, khususnya dengan respek biaya ekonomi dan keuntungannya.

4. Kebutuhan informasi dan sistem, melakukan identifikasi kebutuhan informasi oleh pengguna dan memutuskan tujuan dari sistem baru.

5. Laporan system analysis, disediakan kepada pihak manajemen dimana berbasiskan penemuan selama pada tahapan analisis.

2.6.2. Conceptual Design

Tahap kedua dalam SDLC adalah tahap conceptual design adalah “sebuah general framework dikembangkan untuk implementasi dari permintaan pengguna dan mengidentifikasi pemecahan masalah dalam tahap analisis” (Romney dan Steinbart, 2006, p.658).

Tujuan utama dari conceptual design adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi alternatif desain serta menghasilkan beberapa sistem konseptual alternatif yang memuaskan persyaratan sistem yang telah diidentifikasi selama analisis sistem.

Langkah kerja yang ada pada tahapan ini adalah : 1. Mengidentifikasikan dan mengevaluasi alternatif desain 2. Pengembangan spesifikasi desain

3. Menyiapkan laporan conceptual system design

(15)

2.6.3. Physical Design

Tahap ketiga yang ada didalam SDLC adalah tahap physical design, ini merupakan tahap lanjutan setelah tahap conceptual design. Dimana perusahaan memutuskan bagaimana desain konseptual SIA diimplementasikan.

Menurut Romney dan Steinbart (2006), tahap physical design adalah

“tahap dimana menterjemahkan secara luas desain konseptual dari tuntutan orientasi pengguna SIA menjadi lebih rinci dan spesifikasi yang menggunakan kode dan pengujian pada program komputer” (p.658).

Tujuan utamanya adalah fokus pada desain yang lebih spesifikasi pada rincian yang berbasis komputer.

Tahapan-tahapan yang ada di dalam physical design adalah output design, file an database design, input design, program design, procedures design, dan control design. Tapi penulis hanya membahas beberapa tahap saja yaitu :

1. Desain output bertujuan untuk mendesain format, isi dan timing of printed reports, dokumen dan tampilan di monitor.

2. Desain file dan database, mendesain sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

3. Desain input, mengidentifikasi setiap perbedaan tipe dari data input dan metode input optimal.

4. Desain pengendalian yang berhubungan dengan input dan output.

2.7. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi meliputi bentuk naratif, bagan alir (flowchart), diagram, dan materi tertulis lainnya, yang menjelaskan bagaimana sebuah sistem bekerja.

Beberapa alat untuk mendokumentasikan sebuah sistem adalah diagram, bagan alir, tabel dan bentuk grafis lainnya untuk mewakili informasi. Alat-alat tersebut kemudian dilengkapi dengan deskripsi naratif sistem, yaitu penjelasan per tahap mengenai komponen dan interaksi sistem. Dua teknik desain dan dokumentasi sistem yang banyak digunakan adalah diagram relasi entitas dan diagram arus data.

(16)

2.7.1. Diagram Arus Data (Data Flow Diagram-DFD)

Diagram arus data (Data Flow Diagram-DFD) secara grafis mendeskripsikan arus data di dalam sebuah organisasi. DFD dipergunakan untuk mendokumentasikan sistem yang telah ada dan untuk merencanakan sistem yang baru. DFD disusun dari empat elemen dasar, yaitu sumber dan tujuan data, arus data, proses transformasi dan penyimpangan data. Keempat elemen ini dikombdinasikan untuk memperlihatkan bagaimana cara data diproses. Simbol- simbol Data Flow Diagram dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Simbol Nama Penjelasan

Sumber dan tujuan data

Orang dan organisasi yang mengirim data ke dan menerima data dari sistem yang diwakili oleh bujur sangkar.

Arus data Arus data masuk atau keluar dari suatu proses diwakili oleh garis lengkung atau oleh garis lurus dengan tanda panah di ujungnya.

Proses transformasi

Proses yang mentransformasi data dari masukan ke keluaran, diwakili oleh lingkaran.

Penyimpanan data

Tempat penyimpanan data diwakili oleh dua garis horizontal.

Gambar 2.1. Simbol-simbol Diagram Arus Data Sumber : Romney dan Steinbart, 2006, p.187

DFD dibagi ke dalam subdivisi hingga ke tingkat yang rendah, untuk menyediakan kemungkinan peningkatan jumlah rincian, karena jarang sekali sistem yang dapat dibuat diagramnya secara lengkap dengan menggunakan hanya satu halaman saja.

DFD dengan tingkat tertinggi disebut diagram konteks (context diagram).

Diagram konteks memberikan pandangan secara ringkas kepasa pembaca atas suatu sistem. Diagram tersebut menunjukkan sistem pemrosesan data dan entitas

(17)

eksternal yang merupakan sumber serta tujuan dari input dan output sistem. Pada diagram konteks hanya ada satu proses dengan berbagai input dan output.

Diagram konteks ini dapat dipecah menjadi DFD level 0 dimana prosesnya merupakan penjelasan lebih detail dari proses diagram konteks dan pada level ini terdapat beberapa proses sesuai kebutuhan. DFD level 0 juga dapat dipecah menjadi DFD level 1 dan begitu seterusnya, sesuai dengan kebutuhan.

2.7.2. Diagram Relasi Entitas

Diagram Relasi Entitas (entity relationship-ER) adalah teknik dokumentasi yang digunakan untuk menyajikan relasi antara entitas (James A. Hall, 2006, p.80). Entitas (entity) adalah sumber daya fisik (mobil, kas, atau persediaan), kegiatan (memesan persediaan, menerima kas, atau mengirim barang), pelaku (staf penjualan, pelanggan, atau pemasok) yang akan digunakan oleh organisasi untuk mendapatkan data.

Di dalam diagram E-R, entitas muncul dalam bentuk persegi panjang, sedangkan hubungan antar entitas diwakili oleh bentuk wajik. Diagram E-R tidak hanya menunjukkan isi dari suatu database, tetapi juga secara grafis merupakan model suatu organisasi. Diagram E-R dapat dipergunakan tidak hanya untuk mendesain database, tetapi juga untuk mendokumentasikan dan memahami database yang telah ada, serta untuk mengubah secara total proses bisnis.

Menurut Romney & Steinbart (2006), untuk membangun ERD terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu:

1. Indentifikasi pasangan kegiatan pertukaran ekonomi.

Hal ini dapat membantu dalam menggambarkan hubungan dualitas dasar memberi untuk-menerima dalam siklus yang dibuat.

2. Indentifikasi sumber daya yang dipengaruhi oleh setiap kegiatan pertukaran ekonomi serta para pelaku yang terlibat.

ERD menggambarkan pelaku yang terlibat sebagai fungsi, bukan mewakili orang tertentu sehingga yang dilihat adalah peran dan tugas dari pelaku.

3. Analisis kegiatan pertukaran ekonomi.

(18)

Kegiatan pertukaran ekonomi dapat dipecah sesuai kebutuhan tergantung kompleksitasnya.

4. Menetapkan kardinalitas hubungan

Kardinalitas menunjukan bagaimana perumpamaan dalam suatu entitas dapat dihubungkan ke perumpamaan tertentu dalam entitas lainnya. Di dalam database relasional, setiap entitas adalah tabel dan setiap perumpamaan adalah baris dalam tabel tersebut.

Kardinalitas terdiri dari dua jenis yaitu kardinalitas minimum dan maksimum. Kardinalitas minimum menunjukan apakah sebuah baris dalam tabel harus dihubungkan dengan paling tidak satu baris dalam tabel lainnya untuk menambahkan informasi baru pada tabel tersebut. Kardinalitas minimum terdiri dari 0 dan 1. Kardinalitas maksimum menunjukan apakah suatu baris dalam tabel dapat dihubungkan ke lebih dari satu baris dalam tabel lainya. Kardinalitas maksimum terdiri dari 1 dan N/M (many). Terdapat tiga jenis hubungan antar entitas yang bergantung dari kardinalitas maksimum masing-masing entitas yang berhubungan, yaitu:

1. One to one relationship (1:1) 2. One to many relationship (1:N) 3. Many to many relationship (M:N)

2.8. Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi

Sistem informasi akuntansi terkomputerisasi adalah “dimana sistem informasi akuntansi sebagai sistem berbasis komputer yang dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi” (Bodnar dan Hopwood, 2004, p.3- 4). Yang mana mencakup siklus pemrosesan transaksi, penggunaan teknologi informasi, dan pengembangan sistem informasi.

Menurut Husein (2003), tujuan dari sistem informasi akuntansi terkomputerisasi adalah :

1. Pengolahan transaksi dan data lebih cepat

2. Perhitungan dan perbandingan data dengan tingkat akurasi lebih tinggi 3. Biaya pengolahan tiap transaksi lebih rendah

4. Penyusunan laporan dan output lain lebih tepat waktu

(19)

5. Penyimpanan data lebih aman dan lebih mudah diakses 6. Pilihan dalam memasukan data lebih banyak

2.9. Pengendalian Atas Sistem Informasi Akuntansi Terkomputerisasi Pengendalian internal adalah “rencana dan metode yang digunakan dalam bisnis untuk menjaga keamanan dari aset dan menyediakan informasi yang akurat, meningkatkan efisiensi, mendukung dipatuhinya policy manajemen yang sudah ditentukan” (Romney dan Steinbart, 2006). Macam-macam pengendalian internal yang ada didalam sistem informasi akuntansi terkomputerisasi, yaitu :

1. General control

Pengendalian umum (general control) adalah pengendalian sistem informasi yang mempengaruhi semua aplikasi komputer dalam organisasi tersebut. Tujuan didesainnya pengendalian umum adalah untuk menyakinkan bahwa lingkungan pengendalian itu stabil dan diatur dengan baik dan membantu efisiensi dari aplikasi pengendalian.

Pengendalian atas akses ke data perusahaan disebut sebagai akses secara logis. Dalam rangka membatasi akses logis, sistem harus membedakan antara para pemakai yang memiliki otorisasi dengan yang tidak, menggunakan hal-hal yang diketahui atau dimiliki oleh pemakai, tempat pemakai mengakses sistem, atau karakteristik pribadi lainnya. Pengendalian atas akses secara logis dapat berupa :

a. Nomor identifikasi (ID) pemakai dan password. Para pemakai mengidentifikasi dirinya dengan memasukkan ID pemakai yang unik, seperti nomor kepegawaian atau nomor akun. Pemakai kemudian memasukkan password, yaitu serangkaian karakter yang hanya diketahui oleh pemakai dan sistem.

b. Identifikasi melalui kepemilikan fisik. Komputer dan peralatan pengamanan dapat membaca kartu tanda pengenal.

c. Identifikasi biometris. Peralatan identifikasi biometris mengidentifikasi karakteristik unik seperti sidik jari, pola suara, pola retina, pola dan tampilan muka, bau badan, dinamika tanda tangan, serta pola pengetikan.

d. Uji kesesuaian. Ketika seseorang mencoba mengakses data atau program atau mengoperasikan sistem, uji kesesuaian (compability test) harus

(20)

dilaksanakan untuk menetapkan apakah pemakai memiliki otorisasi untuk melaksanakan tindakan yang akan dilakukannya.

2. Application control

Pengendalian aplikasi bertujuan untuk memastikan integritas input aplikasi tertentu, data yang disimpan, program, transmisi data, dan output. Karena itu jika pengendalian aplikasi suatu sistem lemah maka sistem tersebut rawan menghasilkan output yang salah. Pengendalian aplikasi terdiri dari pengendalian terhadap desain input dan output.

a. Pengendalian aplikasi terhadap desain input terdiri dari:

Sequence check adalah pemeriksaan terhadap urutan numerik atau alphabet suatu dokumen batch (prenumbered).

Automatic check adalah pengendalian untuk memastikan bahwa sistem secara otomatis memasukkan data transaksi yang dapat membantu menghemat waktu pengetikan dan mengurangi error.

Financial total adalah perhitungan otomatis terhadap field-field yang perlu dihitung.

Validity check adalah pemeriksaan untuk memastikan apakah data yang dimasukkan sama dengan data master.

Redundant data check adalah pemeriksaan terhadap data yang terulang kembali.

Completeness check adalah pemeriksaan untuk memastikan bahwa data yang dimasukkan sudah lengkap.

Field check adalah pemeriksaan terhadap karakter di dalam field apakah jenisnya sesuai atau tidak dengan tipe field yang ada.

Sign check adalah pemeriksaan terhadap data di dalam field apakah memiliki tanda aritmatik yang sesuai atau tidak.

Limit check adalah pemeriksaan terhadap jumlah numerik untuk memastikan jumlah tersebut tidak melebihi batas atas dan bawah yang telah ditentukan.

Pemeriksaan jangkauan adalah pemeriksaan terhadap field tanggal, karena tanggal harus berada beberapa hari dari tanggal sekarang.

(21)

Error message adalah pengendalian yang menunjukkan error yang terjadi sehingga operator dapat melakukan perbaikan.

b. Pengendalian output memastikan bahwa output sistem tidak hilang, tidak salah arah, atau dikorupsi dan hak pribadi (privasi) tidak dilanggar (Hall, 2002, p.448). Perusahaan harus membentuk, mendokumentasikan, dan mengikuti prosedur yang didesain untuk memastikan bahwa semua output sistem sesuai dengan tujuan, kebijakan dan standar integritas perusahaan.

Prosedur tersebut akan memastikan perusahaan melakukan hal berikut :

• Meninjau kelogisan dan kesesuaian format semua output.

• Merekonsiliasi total pengendalian input dan output yang berhubungan setiap hari.

• Mendistribusikan output dari komputer ke departemen pemakai yang sesuai.

Pengendalian output yang dibahas oleh peneliti adalah Controlling batch systems output. Batch system biasanya menghasilkan output dalam bentuk hardcopy. Teknik-teknik untuk mengontrol tiap fase dalam proses output adalah sebagai berikut :

Waste, berarti memusnahkan dokumen yang salah dengan mesin penghancur kertas agar tidak dibaca oleh user yang tidak bertanggung jawab.

Report distribution, merupakan metode pendistribusian report pada user. Dapat dilakukan dengan cara report ditempatkan pada kotak surat yang aman dimana hanya user yang memiliki kuncinya, user hadir sendiri saat penyampaian report dan menandatangani report tersebut, dan menempatkan penjaga keamanan atau kurir khusus untuk menyampaikan report kepada user.

End user control adalah pengendalian yang dilakukan pada saat user menerima laporan. Misalnya melakukan pengecekan terhadap banyaknya halaman dari laporan yang diterima dengan cara melakukan pengecekan ulang atau rekonsiliasi atas laporan setelah berada pada user yang paling akhir.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai alternatif kedua dari tujuan promosi yang akan dilakukan oleh perusahaan adalah mempengaruhi dan membujuk pelanggan atau konsumen sasaran agar mau membeli

yang berkembang di Jawa umumnya berarah barat-timur, maka secara teoritis dapat diinterpretasikan kelu- rusan struktur dengan arah barat- timur sebagai sesar naik

Terintegrasi Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah berupa data petugas, data nasabah, data tabungan, data kredit, data deposito, data bukti kas masuk, data bukti kas

Road Map penelitian yang berjudul “Pembuatan Matriks Hidroksiapatit-Kitosan untuk Bahan Baku Filamen Tulang Buatan dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) dengan

Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali

Para konsumen yang ingin memperoleh doorprize di akhir acara, tentu akan berusaha mendapatkan kupon undian doorprize sebanyak mungkin dengan cara berbelanja sebanyak

BAB V : Bab ini menguraikan hasil penelitian terhadap laporan keuangan pada BMT Al-Kifah yang mencangkup penelitian dan penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi,

External failure cost merupakan biaya yang terjadi setelah pengiriman produk ke konsumen atau pengguna yang mengalami ketidaksesuaian atau kecacatan seperti biaya terhadap