KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI
PADA SARASEHAN PERTANIAN DAN DEKLARASI DEWAN PIMPINAN WILAYAH PERHIMPUNAN PETANI DAN NELAYAN SEJAHTERA INDONESIA
(DPW PPNSI JAWA TIMUR) Malang, 8 Juli 2007
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh,
Yang Saya Hormati:
• Ketua umum dan pengurus Perhimpunan Petani Dan Nelayan Sejahtera Indonesia (PPNSI)
• Para undangan dan hadirin yang berbahagia
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-Nya, sehingga pada hari ini kita masih diberikan nikmat, khususnya nikmat sehat guna bersilaturahim pada Sarasehan Pertanian dan Deklarasi Dewan Pimpinan Wilayah PPNSI Jawa Timur tahun 2007 ini.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan atas undangan untuk menyampaikan keynote speech pada Sarasehan Pertanian dan Deklarasi DPM PPNSI Jawa Timur dengan tema
“Kebijakan yang Mendukung Usaha Pertanian”. Saya berharap Sarasehan ini mampu menyegarkan visi bersama kita khususnya jajaran PPNSI, yang Insya Allah bermanfaat bagi kesejahteraan petani, nelayan dan perbaikan pada sistem pertanian kita.
Saudara- Saudara sekalian, yang saya hormati,
Pada tahun 2006, beberapa indikator pertanian nasional mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. PDB sektor pertanian diluar Kehutanan dan
persen (angka sementara). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2005 sebesar 2,55 persen. Di bidang investasi, nilai persetujuan PMDN tahun 2006 mencapai 9,2 triliyun, meningkat lebih dari dua kali lipat (Rp 4,3 triliyun tahun 2005), sedangkan nilai persetujuan PMA meningkat dari US$ 461.8 juta tahun 2005 menjadi US$ 848.7 juta tahun 2006.
Demikian pula dalam hal neraca perdagangan, data BPS menunjukkan bahwa nilai ekspor komoditas pertanian tahun 2005 sebesar 11,58 milyar dengan surplus sebesar US$ 6,45 milyar. Data tahun 2006 menunjukkan surplus sebesar US$ 8,90 milyar atau meningkat sebesar 38,07 % dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain sebagai penyedia pangan dan bahan baku industri serta sumber devisa negara, sektor pertanian juga merupakan sektor yang menampung tenaga kerja paling banyak dan jumlahnya juga cenderung meningkat. Pada tahun 2006, jumlah yang bekerja di sektor pertanian menjadi 42,33 juta orang, dari 41,81 juta orang pada tahun 2005. Atau pangsa serapan tenaga kerja sektor pertanian dari 39,5 % tahun 2005 menjadi 44,5 % pada tahun 2006.
Data Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang mencerminkan daya beli petani menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Pada tahun 2006, NTP mencapai 102,49 dan bahkan NTP bulan Desember 2006 pernah mencapai 109,71, lebih tinggi dibandingkan dengan NTP tahun 2005 (100,66). Disisi lain dari 39,10 juta orang penduduk miskin pada tahun 2006, sekitar 55
% berada pada sektor pertanian terutama pada sub sektor tanaman pangan. Oleh karena itu, diperlukan upaya maksimal agar sektor ini dapat tumbuh dan berkembang serta memberikan kehidupan yang layak bagi masyarakat, khususnya petani termasuk nelayan yang merupakan inti komunitas ini.
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya yang terus-menerus, yang mampu menciptakan kemudahan-kemudahan dan lingkungan usaha yang lebih baik guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Peningkatan efisiensi dan produktivitas pertanian yang signifikan diperlukan, baik dalam rangka mencapai swasembada pangan termasuk beras maupun meningkatkan daya saing produk pertanian, serta
kesejahteraan petani dan ekonomi yang kokoh berbasis pedesaan.
Meraih swasembada pangan jelas bukan hanya sekedar untuk memenuhi pangan penduduk, akan tetapi, dalam meraih swasembada pangan juga harus diikuti oleh peningkatan kesejahteraan petani yang terlibat dalam proses produksi. Swasembada pangan harus dicapai dengan tingkat efisiensi yang tinggi serta produktivitas dan mutu yang prima, sehingga produk pertanian yang dihasilkan mampu bersaing dengan produk impor. Tanpa adanya peningkatan efisiensi dan produktivitas yang signifikan, produk pertanian kita akan menghadapi kesulitan pemasaran, dan tentunya tidak akan mensejahterakan petani. Oleh karena itu, kesemuanya harus didukung dengan keberpihakkan kita kepada petani, terutama ketika berhadapan dengan sistem perdagangan yang tidak adil (unfair trade).
Saudara- Saudara sekalian, yang saya hormati,
Dalam upaya meraih cita-cita di atas, pembangunan pertanian 2005-2009 memiliki tiga kelompok sasaran utama, yaitu: (1) Meningkatnya
ketahanan pangan nasional meliputi meningkatnya kapasitas produksi komoditas pertanian dan berkurangnya ketergantungan terhadap impor, (2) Meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian yang ditandai dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas produk primer pertanian, meningkatnya keragaman pengolahan produk pertanian dan meningkatnya ekspor serta surplus perdagangan komoditas pertanian, dan (3) Meningkatnya kesejahteraan petani yang tercermin dari peningkatan produktivitas tenaga kerja dan menurunnya tingkat kemiskinan.
Saudara-saudara sekalian yang saya hormati,
Dalam rangka mengamankan ketersediaan pangan, Departemen Pertanian telah mencanangkan target swasembada lima komoditas yang dianggap paling penting, yaitu beras, jagung, kedele, gula dan daging sapi. Beras akan kita pertahankan dalam posisi swasembada berkelanjutan, jagung diharapkan dapat mencapai swasembada pada tahun 2007, kedele pada
tahun 2015, gula pada tahun 2009, dan daging sapi pada tahun 2010.
Khusus untuk beras, mengingat komoditas ini memiliki pengaruh terhadap kestabilan ekonomi dan politik yang cukup besar, pemerintah memberi perhatian lebih dibanding komoditas pertanian lainnya. Dalam upaya menjaga kestabilan harga beras, pemerintah menaikkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) pada tingkat aman dari produksi domestik yaitu dari 350 ribu ton menjadi 1 juta ton pada tahun 2008. Presiden RI telah memutuskan melalui Sidang Kabinet Terbatas di Departemen Pertanian pada tanggal 8 Januari 2007 untuk melaksanakan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) mulai tahun 2007. Melalui program aksi ini, kenaikan produksi beras harus mencapai minimal sebesar 2 juta ton atau setara dengan 3,5 juta ton gabah dengan kenaikan sekitar 5% dari produksi tahun 2006.
Penentuan sasaran produksi beras tersebut disusun dengan mempertimbangkan potensi dan kesanggupan daerah masing-masing. Berdasarkan kesanggupan daerah, tahun 2007 sasaran produksi
nasional dapat meningkat sebesar 2,8 juta ton setara beras, yang terdiri 16 propinsi sentra sebesar 2,5 juta ton dan 17 propinsi lainnya 0,3 juta ton. Khusus untuk Propinsi Jawa Timur, sanggup untuk meningkatkan produksi beras sekitar 1 juta ton. Dalam kesempatan ini saya ingin menegaskan kembali bahwa upaya memperoleh tambahan produksi beras 2 juta ton tahun 2007 sudah merupakan komitmen nasional. Oleh karena itu, marilah kita akhiri polemik tentang rasionalitas proses pencapaiannya, tetapi marilah kita berkonsentrasi pada upaya mewujudkannya. Kami menyadari, program ini jelas tidak akan dapat tercapai tanpa adanya keterlibatan seluruh pemangku kepentingan baik di pusat dan terutama di daerah, penyuluh, peneliti, akademisi, tokoh masyarakat, organisasi petani seperti PPNSI dan sebagainya.
Untuk mencapai target-target yang ditetapkan, Departemen Pertanian telah membuat berbagai program, baik yang berkaitan dengan penyediaan input, teknologi, pembiayaan, pemasaran, maupun efisiensi kelembagaan. Secara keseluruhan terdapat 28 buah kegiatan utama dan direncanakan pada tahun 2008
menjadi 38 kegiatan. Keseluruhan kegiatan yang saya susun sesungguhnya merupakan penjabaran dari PANCAYASA yang sangat fundamental bagi Revitalisasi Pertanian.
Yasa Pertama: yaitu Pembangunan/Perbaikan Infrastruktur Pertanian antara lain kita wujudkan dalam kegiatan penyediaan/perbaikan irigasi desa, jaringan irigasi tingkat usahatani, tata air mikro, jalan usahatani dan lain- lain; Yasa Ke-2: Penguatan Kelembagaan Pertanian, antara lain dituangkan dalam bentuk kegiatan pembentukan/pengaktifan kelompok tani dan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN), penguatan kelembagaan petani melalui PMUK dan LM3, dan lain-lain; Yasa Ke-3:
Perbaikan Sistem Penyuluhan dalam bentuk kegiatan peningkatan sistem penyuluhan dan SDM, pengembangan magang sekolah lapang, diklat petani dan lain-lain; Yasa Ke-4: Penanganan Pembiayaan Pertanian yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan bantuan langsung masyarakat untuk keringan investasi pertanian (BLM-KIP), fasilitasi uang muka alsintan, fasilitasi skim pelayanan pembiayaan pertanian dan lain-lain serta Yasa Ke-5:
Pemasaran Hasil Pertanian yang antara lain dituangkan
dalam bentuk stabilisasi harga produk primer pertanian melalui DPM-LUEP, peningkatan kegiatan pasca panen dan pengolahan, mekanisasi pasca panen, pengembangan pasar tani dan lain-lain.
Secara khusus dalam kesempatan ini, saya ingin menekankan pentingnya kesiapan dan kekokohan organisasi petani untuk menangkap semua peluang yang ditawarkan pemerintah. Membangun organisasi petani, terutama organisasi ekonomi tidaklah mudah, membutuhkan waktu dan tokoh yang mampu membimbing dan meningkatkan kepercayaan serta kekompakan di kalangan petani. Lembaga pemasaran bersama yang berbasis desa, yang didukung dengan sistem pembiayaan, penyuluh dan pemandu teknologi seperti yang tersedia di desa-desa Primatani yang saat ini ada di 200 kabupaten dapat menjadi lokomotif terwujudnya Usaha Ekonomi Bersama milik petani di desa. Di sinilah saya meminta peningkatan peran organisasi petani seperti PPNSI, membimbing dan menjadi “leader” komunitas petani di desa-desa dan juga menjadi “penghubung/komunikasi”
antara petani dengan aparatur pemerintah di berbagai lini.
Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati,
Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui berbagai kebijakan dan program yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Seperti dalam rangka pengamanan dan stabilitas harga gabah, pemerintah telah menetapkan HPP gabah dalam negeri sebesar Rp2.000/kg GKP dan HPP beras sebesar Rp.4.000/kg. Pada tahun 2007, pemerintah membantu petani dalam bentuk input produksi yaitu: (1) Bantuan benih berupa benih hibrida sebesar 2.700 ton untuk luasan 181 ribu ha dan benih inbrida sebanyak 104 ribu ton untuk luasan 4,2 juta ha. Bantuan benih mungkin tidak akan terserap seluruhnya pada MT 2007 dikarenakan adanya prosedur administrasi dalam pengadaannya yang harus dipenuhi. Berkaitan dengan hal tersebut, akan dilakukan penjadwalan ulang pada bulan Oktober-Desember 2007: (2) Penyediaan pupuk bersubsidi yaitu urea: 2,8 juta ton; SP-36: 461 ribu ton;
ZA: 298 ribu ton dan NPK sebesar 446 ribu ton.
Fasilitasi lain untuk membantu petani dilakukan melalui penyediaan berbagai skim pembiayaan. Bentuk- bentuk skim pembiayaan yang sedang dijalankan oleh
Departemen Pertanian meliputi (1) Program penjaminan perbankan (Skim Pelayanan Pembiayaan Pertanian atau SP3) yang pada tahun 2007 berpotensi untuk menyediakan kredit pertanian hingga minimal Rp. 5 trilyun; (2) Bantuan Langsung Masyarakat untuk Keringanan Investasi Pertanian (BLM-KIP) yang juga dapat mengcover bunga kredit senilai sampai Rp. 4-5 trilyun; (3) Bantuan Uang Muka 25% untuk pengadaan Alsintan (BUMA); (4) Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK), LM3, BLM-LUEP dan sebagainya. Kegiatan DPM-LUEP berupa dana talangan tanpa bunga dilaksanakan sejak tahun 2003 di berbagai kabupaten pada propinsi sentra padi dengan melibatkan LUEP untuk membeli gabah/beras petani secara langsung.
Kegiatan ini telah memberi manfaat positip dan mendapat respon dari pemerintah daerah dan masyarakat. Sejak tahun 2003 hingga 2007 telah dialokasikan dana sebesar Rp.936,07 milyar dan sekitar 78,51 persen sudah dicairkan oleh masing-masing LUEP.
Untuk mengakses skim-skim tersebut, kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi pertanian,
tentunya membutuhkan pendampingan. Di samping penyuluh, sekali lagi saya tekankan bahwa peran tokoh masyarakat serta organisasi petani seperti PPNSI menjadi sangat penting untuk memfasilitasi petani mengakses skim-skim dimaksud.
Saudara- Saudara sekalian yang saya hormati,
Demikianlah beberapa hal yang dapat saya sampaikan dalam kesempatan ini. Akhirnya saya berharap agar semua niat baik kita ini akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT.
Wabillahitaufiq walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Menteri Pertanian RI,
ANTON APRIYANTONO