STUDI PEMEKARAN WILAYAH
DI KABUPATEN ACEH TAMIANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
FAUZIAH
NIM: 071233310098
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Fauziah
Nim : 071233310098
Jurusan : Pendidikan Geografi Fakultas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau tulisan saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan/ plagiasi,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, Juli 2012
Saya yang membuat pernyataan
Fauziah
vi ABSTRAK
Fauziah, NIM. 071233320098. Studi Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Aceh Tamiang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi Aceh Tamiang ditinjau dari Faktor fisik (Luas Wilayah) dan Faktor Non Fisik (Jumlah Penduduk, Fasilitas Perekonomian, Fasilitas Pendidikan, Fasilitas Kesehatan, dan Aksesibilitas), lalu kedua potensi itu dikaitkan dengan pedoman Penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota (pelaksanaan PP No. 78 tahun 2007).
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang pada bulan Januari 2012 dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang dan sampel dalam penelitian ini adalah 12 kecamatan di Kabupaten Aceh Tamiang.
Data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang dihimpun dari kantor-kantor yang berkaitan di Kabupaten Aceh Tamiang. Teknik analisa data dengan menggunakan metode desktiptif lalu dikaitkan pedoman Penilaian pemekaran/pembentukan kabupaten/kota (pelaksanaan PP No. 78 tahun 2007).
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan HidyahNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Studi Pemekaran Wilayah Di Kabupaten Aceh Tamiang”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, selaku Rektor Universitas Negeri Medan (UNIMED).
2. Bapak Drs.H. Restu, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta stafnya.
3. Bapak Drs. W. Lumbantoruan, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi dan Ibu Dra Nurmala Berutu, M.Pd selaku Pembantu Dekan 1 serta seluruh staf pengajar di jurusan Pendidikan Geografi UNIMED .
4. Ibu Dra. Asnidar, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi. 5. Ibu Dra. Minah Sinuhaji, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Ardin Siallagan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi mahasiswa.
8. Kepala Bappeda dan BPS Kabupaten Aceh Tamiang yang telah mengeluarkan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian.
iv
10.Kakak-kakakku tersayang : Elma Hanum, Amk dan Laili Hanim. 11.Abangku tersayang : Abdi Firmansyah, SE.
12.Seluruh keluarga besar di desa Tanjung Karang, Karang Baru, Aceh Tamiang. 13.Sahabat- Sahabat terbaik dan yang ku sayangi : Yuslinda, Maulidina , Delima,
Qori, Ridha, Firnando, Wahyu, Agusti Partiwi Ningsih, Wenii, Nice, Murni. 14.Terkhusus untuk Roly Padlan Kaloko yang selalu mendampingi. Terimaksih
atas dukungan dan semangatnya.
15.Penghuni kos yang selalu memotivasi : kk Yusnawati, S. Pd, Sri Purwaningsih, dan Suci Sahfittri Hasibuan.
16.Seluruh sahabat stambuk 2007 Pend. Geografi UNIMED. Selamat berjuang semoga sukses selalu.
17.Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga kebaikan, jasa, bantuan, serta pengorbanan yang diberikan kepada penulis menjadi amal shaleh dan Jazakallahu Khairan Katsiran, Amin. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2012
Fauziah
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
ABSTRAK ... vi
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Perumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Kerangka Teoritis ... 10
B. Penelitian Yang Relevan ... 29
C. Kerangka Berfikir... 32
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 33
A Lokasi Penelitian ... 33
B Populasi Dan Sampel ... 33
C Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 33
D Teknik Pengumpulan Data ... 35
E Teknik Analisa Data ... 35
BAB IV : DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 36
A. Keadaan Fisik ... .36
iv
viii
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53
A. Hasil Penelitian ... 53
B. Pembahasan ... 79
BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
A. Kesimpulan ... 82
B. Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 84
ix
DAFTAR TABEL
No uraian Halaman
1. Syarat/Kriteria, Indikator dan Sub Indikator Pembentukan Wilayah
Kabupaten ... 20 2. Cara Penghitungan Indikator Dalam Pembentukan Wilayah Kabupaten .... 21
3. Metode Penilaian Indikator Dalam Pemekaran/Pembentukan Wilayah Kabupaten ... 22 4. Pembobotan Untuk Masing-masing Syarat/Kriteria dan Indikator Dalam
Pemekaran/Pembentukan Wilayah Kabupaten ... 23 5. luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan Tahun
2010…… ... 38 6. Perincian Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 39 7. Penggunaan Lahan Menurut Jenisnya Tahun
2010………...40
8. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan ... 47 9. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2010 ... 48
10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin dan Sex ratio Per Kecamatan ... 49
11. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut Kelompok Umur Tahun 2010 ... 50 12. Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan Agama Menurut
Kecamatan Tahun 2010 ... 52 13. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan (sebelum
x
14. Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Kecamatan (setelah pemekaran) Tahun 2010 ... 55 15. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Kecamatan Pada Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 57 16. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Kecamatan Pada Tahun 2010 (setelah pemekaran) ... 58
17. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 59 18. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 (setelah pemekaran) ... 60 19. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan
Tahun 2000 (sebelum pemekaran) ... 61 20. Banyaknya Murid Yang Lulus Dari Sekolah Menurut Kecamatan Tahun
2000.. ... 62
21. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Menurut Kecamatan Tahun 2010 ... 63 22. Banyaknya Murid Yang Lulus Dari Sekolah Menurut Kecamatan Tahun
2010.. ... 64 23. Jumlah Dan Jenis Fasilitas Pendidikan Sebelum Pemekaran Menurut
Kecamatan Tahun 2000... 65 24. Jumlah Fasilitas Pendidikan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut
Kecamatan tahun 2010 ... ………...66
x
26. Fasilitas Kesehatan Masyarakat dan Sejenisnya Menurut Kecmatan Tahun 2010 ... 70 27. Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Aceh Tamiang Sebelum Pemekaran ... 71
28. Jumlah Tenaga Medis Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 72 29. Jumlah Sarana Perekonomian di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 ... 73
30. Panjang Jalan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Jenis Permukaaan dan Kodisi Jalan Utama Tahun 2010 (km) ... 74 31. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan Jalan di Kabupaten Aceh Tamiang
Tahun 2010 (km) ... 75 32. Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010
(km) ... 76 33. Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan Jalan Per Kecamatan di
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2010 (km) ... 77
35. Jumlah Kenderaan di Kabupaten Aceh Tamiang Menurut Status
xii
DAFTAR GAMBAR
No Uraian Hal
1. Skema Berfikir ... 32
2. Peta Kabupaten Aceh Tamiang ... 37
3. Peta Pengunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Pedoman Penilaian Pelaksanaan Pemekaran/Pembentukan
Kabupaten/Kota/Provinsi (Pelaksaan PP Nomor 78 Tahun 2007) ... 85 2. Pedoman Wawancara Kepada Instansi Terkait di Kabupaten Aceh
Tamiang……… 86
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak kebijakan otonomi daerah di Indonesia dicanangkan banyak daerah-daerah yang cenderung untuk melaksanakan pemekaran wilayah. Peluang secara normatif untuk melakukan pemekaran wilayah atau pembentukan suatu daerah
baru dapat dilaksanakan sepanjang mengikuti prosuder dan mekanisme yang berlaku. Dalam rangka memberikan payung hukum terhadap kebijakan
pemekaran wilayah, maka pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan sebagai penjabaran atas Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:”……….Daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan Daerah Otonom dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah jika dipandang
sesuai dengan perkembangan daerah.
Secara khusus, pemerintahan daerah diatur dalam UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah. Namun, karena dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah, maka di tahun 2004, Megawati Soekarnoputri yang dulunya
masih menjabat sebagai presiden RI, mengesahkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Hal ini tertuang pada pasal 46 ayat (3) dan (4) sebagai berikut: “Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan
daerah menjadi dua daerah atau lebih”. Pada ayat (4) disebutkan bahwa
pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat dilakukan setelah mencapai batas maksimal usia penyelenggaraan pemerintahan. Sementara pada pasal 5 ayat (1) disebutkan: “Pembentukan daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 harus memenuhi
syarat administratif, teknis dan fisik kewilayahan”.
Secara legal formal, pembentukan daerah atau dalam hal ini pemekaran
daerah tidak bisa dilakukan secara serampangan, terbukti adanya berbagai persyaratan dan kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan pemekaran. Dalam
hubungan ini, implikasi yang ditimbulkannya, dan kriteria-kriteria yang dapat ditawarkan dalam melakukan pemekaran daerah di Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia menempati urutan ke empat terbesar di dunia. Di samping sebagai modal dasar, pola sebaran penduduk yang tidak merata menjadi faktor penghambat dalam pemerataan pembangunan wilayah yang
menjadi tujuan otonomi daerah. Demikian pula faktor luas wilayah dianggap menetukan pencapaian tujuan otonomi daerah karena makin luas daerah otonom
maka pelayanan publik pemerintah daerah akan makin tidak efisien. Oleh karena itu kedua faktor tersebut memiliki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan sebagai persyaratan dalam pemekaran daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya masing-masing.
Rasyid dalam Said (2008), mengatakan setidaknya ada lima dasar alasan bagi penetapan UU otonomi daerah yang baru. Pertama, adanya persepsi bahwa
otonomi daerah memberdayakan pemerintahan daerah dan masyarakat. Kedua, adanya keyakinan bahwa otonomi daerah akan membantu menciptakan tercapainya prinsip pemerintahan yang demokratis dengan menjamin partisipasi,
kesetaraan dan keadilan yang lebih besar. Ketiga, otonomi daerah akan bisa meningkatkan peran Dewan Perwakilan Daerah Rakyat Daerah sebagai lembaga
legislatif dalam pemerintahan daerah dan memberdayakan mereka sebagai lembaga pengawas demi terciptanya pengelolaan pemerintahan daerah yang lebih
demokratis. Keempat, otonomi daerah diterapkan untuk mengantisipasi meningkatnya tantangan dan tuntutan baik dalam maupun luar negeri. Kelima, otonomi daerah diterapkan sebagai sebuah upaya untuk melestarikan bentuk
pemerintahan daerah yang bersifat tradisional, termasuk pemerintahan di tingkat desa.
Tuntutan pemekaran daerah di Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebenarnya telah dicetuskan dan diperjuangkan sejak 1957 awal masa Provinsi Aceh II, termasuk eks-kewedanan Tamiang diusulkan menjadi Kabupaten Daerah
Otonomi. Usulan tersebut lantas mendapat dorongan semangat yang lebih kuat lagi sehubungan dengan keluarnya Ketetapan MPR hasil sidang umum ke-IV
Dalam usulannya mengenai pelaksanaan otonomi secara riil dengan Memorandum Nomor B7/DPRD-GR/66, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Gotong Royong (DPRD-GR) Provinsi Daerah Istimewa Aceh mengusulkan sebagai berikut:
1. Bekas Kewedanan Alas dan Gayo Lues menjadi Kabupaten Aceh Tenggara dengan ibukota Kutacane.
2. Bekas daerah Kewedanan Bireun, menjadi Kabupaten Djeumpa dengan
ibukota Bireun.
3. Tujuh Kecamatan dari bekas Kewedanan Blang Pidie menjadi Kabupaten
Aceh Barat Daya dengan ibukota Blang Pidie.
4. Bekas daerah “Kewedanan Tamiang” menjadi Kabupaten Aceh Tamiang
dengan ibukotanya Kuala Simpang.
5. Bekas daerah kewedanan Singkil menjadi Kabupaten Singkil dengan ibukotanya Singkil.
6. Bekas daerah Kewedanan Simeulue menjadi Kabupaten Simeulue dengan ibukotanya Sinabang.
7. Kotif Langsa menjadi Kotamadya Langsa.
Sebahagian besar usulan tersebut sudah menjadi kenyataan namun usulan mengenai Tamiang belum dikabulkan.
Sebagai tidak lanjut dari cita-cita masyarakat Tamiang, maka pada era reformasi, sesuai Undang-Undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah,
(http://hukumonline.com/pusatdata, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB).
Kabupaten Aceh Tamiang memperoleh status Kabupaten definitive sejak Tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang No. 4 Tahun 2002 tentang peningkatan
status wilayah Pembantu Aceh Timur wilayah III menjadi kabupaten, memiliki posisi letak geografisnya yang cukup strategis dalam kerangka sistem transportasi regional, karena dilalui jalur utama jalan darat yang berbatasan langsung dengan
Provinsi Sumatera Utara yang hanya berjarak lebih kurang 136 Km dari Kota Medan Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam.
Kabupaten Aceh Tamiang sebagai salah satu kabupaten termuda di
Nanggroe Aceh Darussalam yang lahir dari proses perjalanan panjang aspirasi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang lebih baik di masa depan, dewasa ini tengah berubah dan berkembang cukup pesat. Perubahan ini antara
lain terlihat di sepanjang kawasan jalur Lintas Sumatera, seperti di Kecamatan Kualasimpang, yang ditandai antara lain oleh terjadinya pertumbuhan penduduk
dan kawasan terbangun yang relatif tinggi di wilayah ini jika dibandingkan dengan sebelumnya yang disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dari tahun ke tahun. Perkembangan fisik kawasan dan pertambahan
penduduk ini berdampak terhadap kebutuhan ruang dan aktivitas kegiatan lainnya di daerah yang bersangkutan. Hal tersebut telah menunjukkan cukup pesatnya
Berdasarkan kecenderungan perkembangannya terakhir, maka wilayah ini di masa yang akan datang, berpeluang untuk terus berkembang dan lebih maju
bila semua potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan secara optimal, antara lain seperti potensi sumberdaya alam yang sebenarnya cukup prospektif. Di
antara potensi yang menonjol yaitu Sektor perkebunan, kehutanan, perikanan, serta potensi galian tambang golongan A & C.
Perkembangan yang demikian itu diharapkan dapat terwujud sehingga
kabupaten Aceh Tamiang dapat tumbuh dan berkembang secara seimbang, terarah dan terpadu yang pada gilirannya nanti akan diharapkan mampu
memberikan dampak positif pada daerah sekitarnya (hinterland), dan bukan sebaliknya. Untuk dapat mewujudkan pembangunan yang sinergis sesuai dengan
karakteristik dan sektor ekonomi potensial yang dimilki oleh masing-masing sub wilayahnya, maka pengembangan suatu wilayah/daerah perlu direncanakan dan dikembangkan secara terpadu melalui potensi geografi, meliputi fisik maupun non
fisik.
Potensi geografi meliputi fisik wilayah (letak, jarak, luas lahan, keadaan
tanah, air tanah, sumber air, sumber mineral, topografi, iklim, bentuk kawasan, flora dan fauna). Potensi non fisik meliputi aspek sumberdaya manusia (jumlah penduduk, kepadatan penduduk, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan),
industri, sarana dan prasarana/fasilitas (fasilitas pendidikan (Perguruan Tinggi hingga Taman Kanak-Kanak), fasilitas kesehatan (Rumah Sakit, Puskemas, Balai
(rumah ibadah), alat transportasi, fasilitas hiburan (bioskop, taman, tempat wisata) dan aksesibilitas (panjang jalan dan indeks jalan).
Berangkat dari uraian yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis pemekaran wilayah di kabupaten Aceh Tamiang yang dihubungkan
dengan potensi yang dimiliki daerah meliputi faktor fisik dan faktor non fisik.
B. Identifikasi Masalah
Kabupaten Aceh Tamiang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang secara hukum memperoleh status kabupaten
definitive sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-Undang No.4 Tahun 2002 tentang peningkatan status wilayah Pembantu Aceh Timur wilayah III menjadi
Kabupaten (jadi Kabupaten Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Timur), berada di jalur Timur Sumatera yang strategis, dan hanya berjarak lebih kurang 136 km dari Kota Medan Sumatera Utara, yang
memiliki luas wilayah 1.939,72 km2, (terdiri dari 12 kecamatan, 213 desa/kelurahan, dan 27 kemukiman).
Berdasarkan PP NO.78 Tahun 2007 syarat-syarat pemekaran suatu wilayah didasarkan pada kemampuan ekonomi (Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penerimaan daerah sendiri), potensi daaerah (lembaga keuangan, sarana
ekonomi, sarana pendidikan, sarana kesehatan, saran transportasi dan komunikasi, sarana pariwisata, ketenagakerjaan), sosial budaya (tempat peribadatan,
jumlah penduduk, luas wilayah, industri, pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya Otonomi Daerah berupa keamanan dan ketertiban, ketersediaan
sarana dan prasarana pemerinthan, rentang kendali. Provinsi yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kabupaten dan Kota Kabupaten yang akan
dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan, Kota yang akan dibentuk minimal telah terdiri dari 3 (tiga) Kecamatan.
C. Pembatasan Masalah
Menurut PP No 78 Tahun 2007 faktor yang mempengaruhi pemekaran
Kabupaten mempunyai lingkup yang luas. Agar lebih jelas dan terarah, maka penelitian ini dibatasi masalahnya meliputi potensi fisik yaitu luas wilayah,
sedangkan potensi non fisiknya meliputi jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan serta aksesibilitas dengan wilayah lain.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik (luas wilayah).
2. Bagaimanakah pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik ( jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan,
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi fisik yaitu luas wilayah.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemekaran Kabupaten Aceh Tamiang ditinjau dari potensi non fisik (jumlah penduduk, fasilitas perekonomian, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah setempat tentang
potensi-potensi yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang berhubung dengan kebijakan-kebijakan pembangunan wilayah tersebut kedepan.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain dalam menambah ilmu pengetahuan
atau setidaknya mendorong penelitian lebih lanjut.
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam menambah perbendaharaan ilmu
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
bahwa :
1. Dilihat dari potensi fisik (luas wilayah) yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, bahwa luas wilayah sudah sangat efektif dalam mendukung
pemekaran wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang.
2. Dilihat dari potensi non fisik yang dimiliki kabupaten Aceh Tamiang, yaitu
jumlah penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas perekonomian, dan aksesibilitas sudah sangat efektif dalam mendukung pemekaran wilayah di Kabupaten
Aceh Tamiang. Sedangkan fasilitas pendidikan belum efektif dalam mendukung pemekaran di Kabupaten Aceh Tamiang.
B. Saran
1. Kepada pemerintah agar lebih memperhatikan syarat-syarat pemekaran
wilayah mengingat makin maraknya pemekaran wilayah yang terjadi di Indonesia ditambah lagi adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah terhadap penilaian pemekaran wilayah. Dan diharapkan koordinasi kerjasama
antar intansi terkait lebih ditingkatkan, dikarenakan adanya terdapat beberapa perbedaan penafsiran dalam data. Sehingga untuk kedepannya
2. Diharapkan adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat dalam memajukan wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang terutama dalam memajukan
sarana dan prasarana wilayah agar lebih maju kedepann seperti fasilitas gedung Perguruan Tinggi, hendaknya pemerintah mengutamakan
84
DAFTAR PUSTAKA
Anderson Arnold, C. 1994. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan, Gadjahmada
Universitas Press: Yogyakarta.
Djokonarmantyo. 2006. Pemekaran Daerah Dan Konflik Keruangan. Kebijakan
Otonomi Daerah dan Implementasi di Indonesia (hal.16-22). Depok:
Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia, (http://www.journal.ui.ac.id, diakses kamis 10 November 2011).
http://hukumonline.com/pusatdata, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB).
http//ilearn.unand.ac.id/blog/index php ?entryid=57, diakses: Kamis 10 November, 19.40 WIB).
http://www.bappenas.go.id/get, diakses kamis 10 November 2011, 19.40 WIB). http://www.go.id/kajian/Abstrak Kajian Evaluasi Pemekaran, diakses: Kamis 10
November 2011, 19.40 WIB).
Kansil, Christine. 2005. Kitab-Kitab Undang-Undang Otonomi Daerah. Jakarta: Pradya Paramita.
Khairullah & Cahyadin, Malik. 2006. Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia: Studi Kasus Kabupaten Lahat. Yogyakata: Pascasarjana UGM.
Manullang, Sehat Nauli. 2010. Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah
Kabupaten Labuhan Batu. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS.
UNIMED.
Myron, Weiner. 1994, Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Gadjahmada University Press: Yogyakarta.
Panjaitan, Elvina. 2008. Faktor-Faktor Geografi Yang Mendukung Penetapan
Balige Sebagai Ibukota Kabupaten Toba Samosir. Skripsi. FIS. UNIMED.
Purba, Selfrida. 2008. Faktor-Faktor Pendukung Pemekaran Wilayah Kecamatan
Berastagi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi-FIS. UNIMED.
Sinuhaji, Minah. 2010. Pengantar Perencanaan Pembangunan Wilayah. Tidak diterbitkan (Diktat Perkuliahan Pendidikan Geografi Unimed): Medan.