• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA PADA PEMBELAJARAN

BERBASIS MASALAH DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Meatematika

OLEH:

HARYATI AHDA NASUTION NIM. 8116171007

PROGRAM PASCASARJANA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Haryati Ahda Nasution. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2013.

Tujuan penelitian dalam desain Eksperimen semu ini menyelidiki perbedaan peningkatan Pendekatan (PBM) atas kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, kemampuan komunikasi matematika siswa, dan Interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa. Proses penyelasaian masalah yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan masalah. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 29 Medan sebanyak 74 siswa. Penelitian ini merupakan suatu studi eksperimen dengan desain penelitian pre-test-post-test control group design.populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 (satu) dengan mengambil sampel dua kelas (kelas eksperimen dan kelas kontrol) melalui teknik random sampling. Data diperoleh melalui tes KAM, tes kemampuan pemecahan masalah matematik, tes kemampuan komunikasi matematik. Data dianalisis dengan uji ANAVA dua jalur. Sebelum digunakan uji ANAVA dua jalur terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dalam penelitian dan normalitas dalam penelitian ini dengan taraf signifikan 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 41,71 dan kelas kontrol adalah 32,96 dengan nilai sig = 0, dengan 0

<

α = 0,05 maka terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan Pendekatan (PBM) dengan Pembelajaran Langsung, rata-rata tes kemampuan komunikasi eksperimen dan kontrol adalah 15,75 dan 12,70 dengan p-value (2-tailed) adalah 0, dengan 0

<

α = 0,05 maka terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan dengan Pendekatan (PBM) dan Pembelajaran Langsung, nilai F hitung 2,194 dan nilai signifikan sebesar 0,119, karena 0,119 > 0,05 maka tidak adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa, nilai F hitung 0,076 dan nilai signifikan sebesar 0,927, karena 0,927 > 0,05 maka tidak adanya interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan kemampuan awal siswa terhadap perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa, Proses penyelasaian masalah yang dibuat oleh siswa dalam menyelesaikan masalah pada Pendekatan (PBM) lebih bervariasi daripada Pembelajaran Langsung. Temuan penelitian merekomendasikan PBM dijadikan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan di sekolah utamanya untuk mencapai kompetensi berpikir tinggi.

(7)

ABSTRACT

Haryati Ahda Nasution. Ability differences of Mathematical Problem Solving and Communication Students on Problem Based Learning and Learning Direct on Junior High School Students. Tesis UNIMED, 2013

This quasi – experimental research is purposed to analyze the influence of problem based learning approach toward students’ problem solving ability and mathematics communication, and the interaction between learning approach and initial ability of students toward the difference of students’ problem solving ability and mathematic communication. Students make process of problem solving by themselves when they solve the problem. The research was conducted in SMPN 29 Medan. There are 74 students . This experiment research use pre – test and post test control group design. The population of this research is seventh grades students. It takes two class (experiment and control class) using random sampling technique. Data is obtained through KAM test, mathematic problem – solving ability test, and mathematic communication ability test. Data is analyzed using two paths ANOVA test. Before the researcher used ANOVA test, the researcher had used Homogeneity and Normality test and the significant level is 5%. The result of data analysis showed that the average of problem solving ability test is 41,71 in experiment class, while 32,96 is in control class with sig = 0 and 0 < α 0,05. Therefore, there is the difference between students’ problem – solving ability that was taught using PBM approach and direct intsruction. The average of communication ability test in experiment is 15,75 and 12,70 is in control class. P-value (2-tailed) is 0, and 0 < α 0,05. Therefore, there is the difference between students’ mathematic communication ability that was taught using PBM approach and direct intsruction, calculated F value 0,076 and the significant value is 0,119, because 0,119 > 0,05. Therefore, there is no interaction between learning approach and students’ initial ability toward the difference in students’ mathematic problem – solving ability. Calculated F value 2.194 adnd the significant value is 0,927, because 0,927 > 0,05, so there is no interaction between learning approach and students’ initial ability toward the difference in

students’ mathematic communication ability. Process of problem solving that are

student made using PBM approach is more varied than direct instruction . The result of this research recommend that PBM approach is become one of learning approach which is used to achieve high competence.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

hidayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

dengan judul “Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematis Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran

Langsung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama. Penulisan tesis ini dilakukan

dalam rangka memenuhi sebagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar magister

kependidikan di Program Studi Pendidikan Matematika Sekolah Pascasarjana

Universitas Negeri Medan (UNIMED).

Tesis ini menelaah Pengaruh penggunaan Pendekatan (PBM) atas kemampuan

pemecahan masalah matematik, kemampuan komunikasi matematik, interaksi antara

pembelajaran dan kemampuan matematika siswa terhadap perbedaan peningkatan

kemampuan pemecahan masalah matematik, interaksi antara pembelajaran dan

kemampuan matematika siswa terhadap perbedaan kemampuan komunikasi

matematik. Dalam proses mulai dari penulisan dan seminar proposal, pembuatan

instrumen dan penyusunan bahan ajar dan rangkaian ujicobanya, penulis mendapat

banyak bantuan, bimbingan, nasihat, dorongan, saran, dan kritik yang sangat berharga

dari berbagai pihak.

1. Kepada Ayahanda Makmur Hayat Nst, S.Pd, Ibunda Dra. Hamidah,

Adinda Hardiyanti Tiamar Nst, Am.Keb dan Ade Syifa Nst ananda

(9)

dorongan, motivasi dan nasehatnya yang menyujukkan hati serta cinta

kasihnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Prof. Dr.

P. Siagian, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II. Untuk membimbing dan

mengarahkan penulisan. Sumbangan pikiran yang amat berharga sejak

awal pemunculan ide dan kritik demi kritik serta pertanyaan kritis guna

mempertajam gagasan telah membuka dan memperluas cakrawala berpikir

penuis dalam penyusunan tesis ini. Juga untuk dorongan beliau agar

penulis segera menyelesaikan studi secepatnya.

3. Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd , bapak Dr. Edy Surya, M.Si, dan Bapak

Dr. W. Rajagukguk, M.Pd., selaku Narasumber yang telah banyak

memberikan saran dan masukan-masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

4. Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang setiap

saat memberikan kemudahan, arahan dan nasihat yang sangat berharga

bagi penulis.

5. Direktur, Asisten I, II dan III beserta Staf Program Pascasarjana UNIMED

yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis

menyelesaikan tesis ini.

6. Kepala Sekolah SMP Negeri 29 Medan yang telah memberikan

(10)

7. Serta rekan-rekan satu angkatan 2011 dari Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan dalam

penyelesaian tesis ini.

Semoga tesis ini benar-benar bermanfaat kepada penulis maupun rekan-rekan

lain terutama bagi rekan guru dalam meningkatkan wawasan dan kemampuan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika di depan kelas serta dapat menjadi

seorang guru yang berkompetensi dan profesional.

Medan, Juni 2013

Penulis

(11)

DAFTAR ISI 2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik ... 16

2.2 Kemampuan Komunikasi Matematik ... 22

2.3 Pembelajaran Berbasis Masalah ... 27

2.4 Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah ... 28

2.5 Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 30

2.6 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

2.7 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 33

2.8 Model Pembelajaran Langsung ... 35

2.9 Teori Belajar yang Mendukung ... 40

2.10 Hasil Penelitian Relevan ... 41

2.11 Kerangka Konseptual ... 44

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 53

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 53

3.3 Variabel Penelitian ... 54

3.4 Desain Penelitian ... 54

3.5Pengontrolan Perlakuan ... 56

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 59

3.7Prosedur Penelitian... 73

3.8Teknik Analisis Data ... 74

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian ... 82

4.1.1 Analisis Hasil Penelitian ... 83

4.1.1.1 Hasil Tes KAM ... 83

4.1.1.2 Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 92

4.1.1.3 Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa ... 106

4.1.1.4 Analisis Proses Penyelesaian Masalah ... 121

4.2 Pembahasan ... 145

4.2.1 Faktor Pembelajaran ... 146

4.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah ... 153

4.2.3 Kemampuan Komunikasi Matematik ... 155

4.2.4 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM ... 157

4.2.5 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 159

4.2.6 Keterbatasan dalam Penerapan PBM ... 162

BAB IV SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 165

5.2 Implikasi ... 166

5.3 Saran ... 167

(13)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1. Lima Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Langsung ... 36

Tabel 2.3. Perbedaan Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung ... 38

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 54

Tabel 3.2. Tabel Weiner Tentang Keterkaitan antara Variabel-variabel Dalam Penelitian ... 55

Tabel 3.3. Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematik Siswa ... 60

Tabel 3.4. Kisi-kisi Kemampuan Pemecahan Masalah ... 61

Tabel 3.5. Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah ... 62

Tabel 3.6. Kisi-kisi Kemampuan Komunikasi Matematik ... 63

Tabel 3.7. Kriteria Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematik... 63

Tabel 3.8. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 66

Tabel 3.9. Klasifikasi Daya Pembeda... 67

Tabel 3.10. Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... 68

Tabel 3.11. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 3.12. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 70

Tabel 3.13. Hasil Uji Coba Tes Kemampuan Komunikasi ... 71

(14)

Tabel 4.1. Data KAM Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran ... 84

Tabel 4.2. Rekapitulasi Data KAM Siswa Kedua Pembelajaran untuk Setiap

Kategori KAM... 85

Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Tes KAM ... 87

Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Tes KAM Kelompok Kontrol dan

Eksperimen ... 88

Tabel 4.5. Hasil Uji Persamaan Dua Rerata KAM... 90

Tabel 4.6. Pengelompokkan KAM ... 91

Tabel 4.7. Deskripsi Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran ... 92

Tabel 4.8. Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

Kelompok Pembelajaran PBM dan PL ... 94

Tabel 4.9. Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 98

Tabel 4.10. Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelompok Kontrol dan Eksperimen ... 99

Tabel 4.11. Uji ANAVA Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 100

Tabel 4.12. Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Pembelajaran

Langsung dan PBM ... 104

Tabel 4.13. Deskripsi Data Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Kedua Kelompok Pembelajaran ... 107

Tabel 4.14. Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa

Kelompok Pendekatan PBM dan PL ... 108

Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Tes Komunikasi Matematik Siswa ... 112

Tabel 4.16. Hasil Uji Homogenitas Tes Komunikasi Matematik Siswa

(15)

Tabel 4.17. Uji ANAVA Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 115

Tabel 4.18. Nilai Kemampuan Komunikasi Matematik terhadap Pembelajaran

Langsung dan PBM ... 118 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi pada

(16)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 1.1 Jawaban Siswa Soal Pemecahan Masalah ... 4

Gambar 1.2 Alternatif Jawaban Soal Pemecahan Masalah ... 5

Gambar 1.3 Jawaban Siswa Komunikasi matematis ... 7

Gambar 1.4 Alternatif Jawaban Soal Komunikasi matematis ... 8

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 74

Gambar 4.1 Rata-rata Skor KAM (Tinggi, Sedang dan Rendah) ... 86

Gambar 4.2 Normalisasi Skor KAM Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 89

Gambar 4.3 Rata-rata Skor Kemampuan Pemecahan Masalah ... 93

Gambar 4.4 Rata-rata skor Mean dan Standar Deviasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Pembelajaran ... 95

Gambar 4.5 Rata-Rata Skor Mean Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika ... 95

Gambar 4.6 Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan Awal Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa ... 103

Gambar 4.7 Diagram Batang Kemampuan Pemecahan Masalah terhadap Pembelajaran Langsung ... 105

(17)

Gambar 4.9 Rata-rata Skor Kemampuan Komunikasi Matematik ... 107

Gambar 4.10 Rata-rata skor Mean dan Standar Deviasi Kemampuan

Komunikasi Matematik Berdasarkan Pembelajaran ... 109

Gambar 4.11 Rata-Rata Skor Mean Kemampuan Komunikasi Matematik

Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Kemampuan

Matematika ... 110

Gambar 4.12 Interaksi Antara Pendekatan Pembelajaran dan Kemampuan

Awal Matematika Siswa Terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa ... 117

Gambar 4.13 Diagram Batang Kemampuan Komunkasi terhadap

Pembelajaran Langsung ... 119

Gambar 4.14 Diagram Batang Kemampuan Komunikasi terhadap

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Isi Halaman A. Lampiran A:

Hasil Ujicoba Instrumen

1. Lembar Validasi ... 175 2. Hasil Pertimbangan Instrumen RPP, LAS, Pemecahan Masalah,

dan Komunikasi ... 177 3. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Data Ujicoba Tes Pemecahan

Masalah ... 189 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Data Ujicoba Tes Komunikasi

Matematik ... 202

B. Lampiran B:

Instrumen Penelitian

1.Butir soal Kemampuan Awal Matematika Siswa ... 216 2.Kunci Jawaban Butir Soal Kemampuan Awal Matematik

Siswa ... 220 3.Butir Soal Pretes dan Postes Instrument Tes Kemampuan Pemecahan

Masalah ... 221 4.Butir Soal Pretes dan Postes instrument Tes Kemampuan Komunikasi

Matematik ... 225 5.Kunci Jawaban Soal Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan

Masalah ... 228 6.Kunci Jawaban Soal Pretes dan Postes Instrument Tes Kemampuan

Komunikasi ... 234 7.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pendekatan PBM ... 237 8.Lembar Aktivitas Siswa (LAS) Pendekatan PBM ... 274

C. Lampiran C

Kemampuan Awal Matematika Siswa (KAM)

1. Deskripsi Hasil Kemampuan Awal Matematika Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol ... 301 2. Uji Homogen, Uji Perbedaan Rata-rata, Uji Normal Kemampuan

Awal Matematika pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 304

D. Lampiran D

Kemampuan Pemecahan Masalah Matematik Siswa 1. Deskripsi hasil Pretes dan Postes Kemampuan Pemecahan

Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 307 2. Uji Normal, Uji Homogen, Uji Perbedaan Rata-rata, Pretes,

Postes, Tes Kemampuan Pemecahan Masalah pada Kelas

(19)

xii

E. Lampiran E

Kemampuan Komunikasi Metamatik Siswa

1. Deskripsi hasil Pretes dan Postes Kemampuan Komunikasi

Matematik Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 313 2. Uji Normal, Uji Homogen, Uji Perbedaan Rata-rata, Pretes,

Postes, Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 316

(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan disetiap jenjang

pendidikan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan mempunyai peran penting dalam

kehidupan manusia dan faktor pendukung dalam laju perkembangan IPTEK serta persaingan

dalam berbagai bidang. Dan matematika juga merupakan salah satu ilmu pendidikan

mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan sangat dibutuhkan

dalam perkembangan ilmu dan teknologi, seperti yang dikemukakan oleh Russeffendi (1991:

58) “untuk memajukan kecerdasan bangsanya, kekuatan teknologi dan perekonomian

diperlukan manusia–manusia yang menguasai matematika.

Dalam mempelajari matematika banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam

mempelajarinya, dimana siswa beranggapan bahwa matematika pelajaran yang tidak menarik

dan tidak disenangi. Sriyanto (2007) menyatakan bahwa matematika sering dianggap sebagai

momok yang menakutkan oleh sebagian besar siswa dan selama ini matematika cenderung

dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

matematika siswa masih rendah dibandingkan dengan pendidikan matematika dinegara lain

di dunia. Hal ini ditandai dengan rendahnya perolehan ketuntasan belajar siswa kelas VII

SMP Negeri 29 Medan yang masih rendah yaitu 60 untuk rata-rata kelas, 60% untuk daya

serap, dan 65% untuk ketuntasan belajar. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar

matematika siswa masih belum mencapai yang diharapkan oleh kurikulum, yaitu 65 untuk

rata-rata kelas, 65% untuk daya serap dan 85% untuk ketuntasan belajar, (sumber: nilai raport

siswa tahun pelajaran 20011/2012).

(21)

Rendahnya nilai matematika siswa ditinjau dari lima aspek kemampuan matematika

yang dirumuskan oleh NCTM (1995) yaitu kemampuan pemecahan masalah matematika,

komunikasi matematik, penalaran matematik, representasi dan koneksi matematik.

Pengelompokan ini sejalan dengan tuntutan kemampuan yang disarankan pemerintah melalui

kurikulum pembelajaran matematika tahun 2006 yang menjadi acuan penilaian secara

nasional. Namun dalam penelitian ini hanya membahas pada kemampuan pemecahan

masalah dan komunikasi matematika siswa. Menurut NCTM (2000) bahwa kemampuan

pemecahan masalah bukanlah sekedar tujuan dari belajar matematik tetapi juga merupakan

alat utama untuk melakukan atau bekerja matematik. Suryadi (2000) juga manyatakan bahwa

kemampuan pemecahan masalah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam

pembelajaran matematika. Hal senada juga dikemukakan oleh Sagala (2009) bahwa

pemecahan masalah dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena selain para siswa

mencoba menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, mereka juga termotivasi untuk

bekerja keras. Diperkuat oleh Hudoyo (dalam Setiawan:2008) menyatakan pemecahan

masalah merupakan suatu hal yang sangat esensial di dalam pengajaran matematika, sebab:

(1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisanya

dan akhirnya meneliti hasilnya, (2) kepuasan intelektual akan timbul dari dalam, (3) potensi

intelektual siswa meningkat.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan proses menerapkan pengetahuan yang

telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Metode pemecahan

masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa kepada suatu masalah

untuk dipecahkan atau diselesaikan. Pendekatan pemecahan masalah digunakan untuk

menemukan dan memahami materi atau konsep matematika. Sedangkan pemecahan masalah

sebagai tujuan diharapkan agar siswa dapat mengidentifikasi unsur yang diketahui, ditanya

(22)

dengan permasalahan asal. Dalam pemecahan masalah siswa didorong dan diberi kesempatan

seluas-luasnya untuk beinisiatif dan berfikir sistematis dalam menghadapi suatu masalah

dengan menerapkan pengetahuan yang didapat sebelumnya. Polya menggambarkan

kemampuan pemecahan masalah yang harus dibangun siswa meliputi kemampuan siswa

memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan

memeriksa kembali prosedur hasil penyelesaian.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah memegang peran

penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran. Akan tetapi fakta di lapangan

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah. Hal ini di

dasarkan pada hasil penelitian menurut Wardani (2002) bahwa secara klasikal kemampuan

pemecahan masaalah matematika belum mencapai taraf ketuntasan belajar. Setiawan (2008)

juga mengungkapkan di dalam pembelajaran siswa tidak dibiasakan untuk memecahkan

permasalahan-permasalahan matematika yang membutuhkan rencana, strategi dan

mengeksplorasi kemampuan menggeneralisasi dan penyelesaian masalahnya.

Berdasarkan hasil penelitian observasi lapangan yang dilakukan di SMP Negeri 29

Medan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah dilihat dari

soal yang diberikan kepada siswa yaitu:

Pak Didin adalah seorang pengusaha roti. Untuk menentukan biaya produksi pembuatan

rotinya, ia memperhitungkan gaji karyawan dan biaya bahan baku,dengan aturan bahwa

setiap hari membayar gaji karyawan sebesar Rp 100.000,00 ditambah dengan biaya bahan

baku membuat roti Rp 500,00 untuk setiap roti. Berapa biaya produksi pembuatan 25 roti, 50

roti dan 75 roti dan berapa banyak roti yang dibuat Pak Didin jika ia memiliki modal sebesar

Rp 150.000,00?

Hasilnya menunjukkan ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk

(23)

penyelesaian siswa tidak terarah dan proses perhitungan atau strategi penyelesaian dari

jawaban yang dibuat siswa tidak benar. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1.1. Jawaban Siswa Soal Pemecahan Masalah

Adapun alternatif jawaban dari permasalahan yang diberikan yaitu:

Gambar 1.2. Aternatif jawaban

Kenyataan lain juga menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematika siswa masih rendah. Setiawan (2008) juga menyebutkan bahwa kemampuan

siswa Indonesia dalam pemecahan masalah hanya 25% dibanding dengan negara-negara

seperti Singapura, Hongkong, Taiwan, dan Jepang yang sudah di atas 75%. Ketidakmampuan

siswa menyelesaikan masalah seperti di atas dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan

(24)

perlu dilatihkan dan dibiasakan kepada siswa. Kemampuan ini diperlukan siswa sebagai

bekal dalam memecahkan masalah matematika dan masalah yang ditemukan dalam

kehidupan sehari-hari.

Selain kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematis juga

perlu dikuasai siswa karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran komunikasi.

Menurut Sullivan (dalam Ansari:2009) mengatakan peran dan tugas seorang guru adalah

memberi kebebasan kepada siswa berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengar

ide temannya. Karena itu kemampuan komunikasi matematis siswa penting. Baroody (dalam

Ansari: 2009) kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuh kembangkan di kalangan

siswa karena, pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat

bantu berpikir, alat bantu menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil

kesimpulan tetapi matematika juga sebagai alat yang berharga untuk mengkomunikasikan

berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity,

artinya sebagai wahana interaksi antara siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa

memegang peran penting dan perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran.

Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa didalam pembelajaran selama ini guru

jarang menciptakan suasana yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa, siswa tidak biasa merefleksikan gambar, tabel atau grafik ke dalam ide matematika.

Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Hudojo (1998) bahwa di dalam kelas, guru tidak

mampu menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi timbal balik dalam

pelajaran matematika bahkan sering terjadi secara tidak sadar guru menciptakan situasi yang

menghambat terjadinya komunikasi itu. Diperkuat oleh Setiawan (2008) bahwa di dalam

(25)

mengkomunikasikan ide-ide matematikanya sehingga sangat sulit memberikan penjelasan

yang tepat, jelas dan logis atas jawabannya.

Setelah dilakukan observasi di SMP Negeri 29 Medan menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi siswa masih rendah terlihat dari soal yang diberikan pada siswa

yaitu:

Bu Titis memiliki sebuah taman bunga berbentuk persegi panjang. Panjang taman bunga

tersebut 2m lebih panjang dari lebarnya.

a. Apabila lebar taman dimisalkan dengan x , nyatakan situasi diatas dalam bentuk gambar

yang mudah dipahami. b. Nyatakan rumus keliling taman bunga tersebut dalam x. c. Jika

keliling taman bunga 28 cm. Tentukan ukuran lebar, panjang dan luas!

Hasilnya juga menunjukkan bahwa dari 40 siswa banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam menjawab soal tersebut antaranya 5 siswa sulit mengemukakan ide

matematikanya secara tulisan, 10 siswa tidak mengetahui apa yang diketahui, 20 siswa sulit

memahami soal tersebut dan merubah soal ke dalam bentuk gambar, ditemukannya kesalahan

siswa dalam menafsirkan soal, menuliskan simbol dan menjawab dengan bahasa matematika

serta jawaban yang disampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit dipahami

oleh guru maupun temannya akibatnya kemampuan komunikasi matematika siswa rendah.

Seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

(26)

Adapun alternatif jawaban dari permasalahan yang diberikan yaitu:

Gambar 1.4. Alternatif jawaban soal komunikasi

Hal ini juga diperkuat dari hasil laporan TIMSS (dalam Suryadi: 2000) menyebutkan

bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam komunikasi matematika sangat jauh di bawah

negara-negara lain. Sebagai contoh permasalahan matematika yang menyangkut kemampuan

komunikasi matematik, siswa Indonesia yang berhasil menjawab benar hanya 5% dan jauh

dibawah negara seperti Singapura, Korea, dan Taiwan yang mencapai lebih dari 50%.

Berdasarkan masalah-masalah di atas menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

dan kemampuan komunikasi matematika siswa perlu mendapat perhatian dan ditingkatkan

karena keduanya merupakan kemampuan yang diperlukan dalam belajar.

Salah satu penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan

komunikasi matematis siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang digunakan

guru. Pembelajaran yang selama ini digunakan guru belum mampu mengaktifkan siswa

(27)

yang disajikan guru. Di samping itu juga, guru senantiasa di kejar oleh target waktu untuk

menyelesaikan setiap pokok bahasan tanpa memperhatikan kompetensi yang dimiliki

siswanya akibatnya pembelajaran bermakna yang diharapkan tidak terjadi. Siswa hanya

belajar dengan cara menghapal, mengingat materi, rumus-rumus, defenisi, unsur-unsur dan

sebagainya. Guru yang tidak lain merupakan penyampai informasi yang lebih aktif

sementara siswa pasif mendengarkan dan menyalin, sesekali guru bertanya dan sesekali siswa

menjawab, guru memberikan contoh soal dilanjutkan dengan memberikan latihan yang

sifatnya rutin kurang melatih daya nalar, kemudian guru memberi penilaian sehingga siswa

dengan tingkat kemampuan tinggi, memungkinkan dengan menggunakan Pendekatan

Pembelajaran Berbasis Masalah tidak memberikan pengaruh yang besar, hal ini dikarenakan

kemampuan yang dimilikinya lebih dari siswa yang lainnya, sehingga siswa dalam

kemampuan ini tidak memerlukan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Sedangkan

untuk siswa yang memiliki kemampuan sedang dan rendah memberikan dampak yang sangat

besar terhadap pemahamam materi dan membuat siswa merasa terbantu dengan

menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut

adalah dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah. pendekatan pembelajaran

berbasis masalah selain menyajikan kepada siswa masalah yang autentik, bermakna,

memberikan kemudahan untuk melakukan penyelidikan, belajar tentang cara berpikir kritis

dan keterampilan pemecahan masalah, juga dapat menggunakan masalah tersebut ke dalam

bentuk pengganti dari suatu situasi masalah (model matematika) atau aspek dari suatu situasi

masalah yang digunakan untuk menemukan solusi. Selain itu model pembelajaran berbasis

masalah dapat mempresentasikan masalah tersebut dalam objek, gambar, kata-kata, atau

(28)

memiliki prinsip bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal

maupun sosial. Hasanah (2004; 52) menjelaskan bahwa:

Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memahami konsep suatu materi dimulai dari belajar dan bekerja pada situasi dan masalah (tidak terdefenisi dengan baik) atau open-ended yang disajikan pada awal pembelajaran, sehingga siswa diberikan kebebasan berfikir dalam mencari solusi dari situasi yang diberikan. Selain itu untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan ide-ide matematik, siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mendorong siswa untuk berdialog dan bekerja sama dengan siswa lain dalam menyelesaikan tugas, memupuk kerja sama dan saling menghargai pendapat orang lain.

Pada bagian lain Ibrahim dan Nur (dalam Trianto, 2009: 96) menjelaskan bahwa

manfaat model pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan

kemampuan berfikir tingkat tinggi, memecahkan masalah, belajar berperan sebagai orang

dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata dan simulasi menjadi

pembelajar yang otonom dan mandiri.”

Berdasarkan pendapat di atas, pendekatan pembelajaran berbasis masalah di samping

siswa dituntut untuk aktif mengkonstruksi konsep-konsep matematika dari masalah yang

diberikan, juga mampu menjelaskan konsep-konsep yang sudah diperoleh. Diharapkan

dengan munculnya pemahaman konsep, siswa dapat mengkomunikasikan dalam bahasa

matematik dengan baik, sehingga memberikan motivasi belajar matematika dan

menumbuhkan rasa percaya diri siswa terhadap potensi yang dimilikinya serta akan

meningkatkan kemampuan matematikanya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik

untuk menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan judul penelitian

“Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi

Matematik Siswa Pada Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Langsung Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.”

(29)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat di identifikasi

beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Hasil belajar matematika rendah.

2. Matematika dianggap sebagai pelajaran tidak menarik dan tidak disenangi.

3. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menjawab soal masih rendah.

4. Kemampuan komunikasi siswa rendah.

5. Proses penyelesaian jawaban dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan

masalah dan komunikasi matematika di kelas belum beragam.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keluasan ruang lingkup permasalahan dalam pembelajaran matematika

seperti yang telah diidentifikasi di atas, maka penelitian ini perlu dibatasi supaya apa yang

diteliti menjadi lebih terfokus pada permasalahan yang mendasar dan memberikan dampak

yang luas terhadap hasil belajar apabila permasalahan ini diteliti. Penelitian ini dibatasi pada

permasalahan (1) kemampuan pemecahan masalah matematika siswa; (2) kemampuan

komunikasi matematik siswa; (3) penerapan pendekatan pemebelajaran berbasis masalah; (4)

Interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal matematika terhadap

kemampuan komunikasi dan sikap posistif siswa dan (5) Proses penyelesaian masalah yang

dihasilkan siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, maka

rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah

antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang diberi

(30)

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik

antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang diberi

pembelajaran langsung?

3. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal

matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa?

4. Apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan awal

matematika siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa ?

5. Bagaimana proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam

menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, maka

tujuan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan

masalah antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan siswa

yang diberi pembelajaran langsung.

2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi

matematik antara siswa yang diberi pembelajaran berbasis masalah dan

siswa yang diberi pembelajaran langsung.

3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran

dan kemampuan awal matematika siswa terhadap kemampuan pemecahan

masalah siswa.

4. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara pendekatan pembelajaran

dan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik

siswa.

(31)

dalam menyelesaikan masalah pada masing-masing pembelajaran.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Siswa

Mendapat pengalaman yang lebih menarik dan menyenangkan sehingga siswa lebih

aktif dalam pembelajarannya dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematis siswa dalam belajar matematika yang pada gilirannya akan membawa

pengaruh positif yaitu terjadinya peningkatan hasil belajar matematika siswa dan penguasaan

konsep serta keterampilannya.

2. Bagi Guru

a. Menjadi acuan bagi guru matematika tentang penerapan pembelajaran dengan

pembelajaran berbasis masalah sebagai alternatif untuk meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa.

b. Memberikan informasi sejauh mana perbedaan peningkatan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa yang mendapat pembelajaran berbasis

masalah.

c. Memberikan alternatif pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran

matematika untuk dikembangkan menjadi lebih baik dengan cara memperbaiki

kelemahan dan kekurangannya serta mengoptimalkan hal-hal yang sudah baik.

3. Bagi Peneliti

Sebagai bekal membangun pengalaman dalam mencari pendekatan pembelajaran

yang tepat, guna membantu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi

matematis siswa.

(32)

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari

beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan istilah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran

dimana dalam menemukan konsep matematika dilakukan dengan mengajukan

masalah-masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu:

(1) orientasi siswa pada masalah, (2) mengorganisir siswa untuk belajar, (3) membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok, (4) mengembangkan dan manyajikan hasil karya

dan (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

2. Model pembelajaran langsung

Model pembelajaran langsung adalah model pengajaran yang bersifat teacher center

dengan mengacu pada lima langkah pokok, yaitu: (1) menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan, (3)

membimbing pelatihan, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5)

memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika

Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan proses menemukan jawaban

berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah, yaitu: memahami masalah, merencanakan

pemecahan masalah, menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pemecahan

masalah.

(33)

Kemampuan komunikasi matematis merupakan proses menyelesaikan soal yang

ditinjau dari skor siswa dalam menghubungkan benda nyata, gambar dan tabel ke dalam

bahasa atau simbol matematika; menjelaskan ide secara tulisan dengan grafik; menyatakan

peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.

5. Kemampuan awal matematika

Kemampuan awal matematika adalah kemampuan matematika yang sudah dimiliki

(34)

165

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat

disimpulkan hal-hal berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematik

siswa yang diajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) dan Pembelajaran Langsung (PL). Hal ini terlihat dari hasil rata-rata

rtes kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 41,71 dan

kelas kontrol adalah 32,96 dengan nilai sig = 0, dengan 0

< α =

0,05.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa

yang diajarkan dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

dan Pembelajaran Langsung (PL). Hal ini terlihat dari hasil rata-rata tes

kemampuan komunikasi eksperimen dan kontrol adalah 15,75 dan 12,70

dengan nilai sig 0, dengan 0

< α =

0,05.

3. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

awal matematika terhadap kemampuan pemecahan masalah matematik. Hal

ini terlihat dari analisis statistik ANAVA dua jalur untuk nilai F hitung 2,194

dan nilai signifikan sebesar 0,119, karena 0,119 > 0,05.

4. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dan kemampuan

awal matematika terhadap kemampuan komunikasi matematik. Hal ini

terlihat dari analisis statistik ANAVA dua jalur untuk nilai F hitung 0,076

(35)

166

5. Proses penyelesaian jawaban siswa pada pembelajaran berbasis masalah lebih

baik dibanding dengan proses penyelesaian jawaban siswa pada pembelajaran

langsung. Hal ini dapat terlihat dari lembar jawaban siswa dalam

menyelesaikan tes kemampuan pemecahan masalah dan tes kemampuan

komunikasi matematik.

5.2 Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas diketahui bahwa penelitian ini berfokus pada

pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa melalui pembelajaran

matematika dengan pendekatan PBM. Terdapat perbedaan kemampuan

pemecahan masalah matematik siswa yang diajarkan dengan Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaran Langsung (PL) secara signifikan.

Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa yang diajarkan

dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dan Pembelajaran Langsung (PL)

secara signifikan. Ditinjau dari interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan

kemampuan awal matematika siswa, hasilnya dapat dilihat dari pendekatan

pembelajaran yang diterpakan pada siswa kelas eksperimen dan siswa kelas

kontrol dengan kategori KAM siswa.

Beberapa implikasi yang perlu diperhatikan bagi guru sebagai akibat dari

pelaksanaan proses pembelajaran dengan Pendekatan PBM antara lain :

1. Dari aspek yang diukur, berdasarkan temuan dilapangan terlihat bahwa

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa masih

kurang memuaskan. Hal ini disebabkan siswa terbiasa dengan selalu

(36)

167

yang ada dibuku, sehingga ketika diminta untuk untuk memunculkan ide

mereka sendiri siswa masih merasa sulit. Ditinjau ke indikator, indikator

merencanakan dalam pemecahan masalah dan indikator menyatakan ide

matematika ke dalam argumen sendiri pada komunikasi matematik yang

masih kurang.

2. Pendekatan PBM dapat diterapkan pada kategori KAM (Tinggi, Sedang dan

Rendah) pada kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik

siswa. Adapun pendekatan PBM mendapatkan keuntungan lebih besar

terhadap siswa dengan kategori KAM tinggi.

3. Terkait proses penyelesaian siswa dalam menyelesaikan masalah

kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik pada

pendekatan PBM, masih terlihat kurang rapi dan belum sempurna dengan

langkah-langkah berurutan dan penyelesaian benar dibanding dengan

pembelajaran langsung. Akan tetapi proses penyelesaian siswa yang terjadi

pada kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematik sudah

bervariasi, hal ini dapat ditemukan dari hasil kerja siswa baik yang diajarkan

dengan pendekatan (PBM) maupun PL.

5.3. Saran

Penelitian mengenai penerapan pembelajaran dengan Pendekatan

PBM ini, masih merupakan langkah awal dari upaya meningkatkan

kompetensi dari guru, maupun kompetensi siswa. Oleh karena itu,

(37)

168

agar rekomendasi-rekomendasi berikutnya dilaksanakan oleh guru

matematika SMP, lembaga dan peneliti lain yang berminat.

1. Kepada Guru

Pendekatan PBM pada kemampuan pemecahan masalah dan

komunikasi matematik siswa dapat diterapkan pada semua kategori KAM.

Oleh karena itu hendaknya pendekatan ini terus dikembangkan di lapangan

yang membuat siswa terlatih dalam memecahkan masalah melalui proses

memahami masalah, merencanakan pemecahan, menyelesaikan masalah,

memeriksa kembali. Begitu juga halnya dalam mengkomunikasikan matematik

siswa melalui proses menyatakan gambar ke dalam ide matematika, menyatakan

masalah matematika dalam bentuk gambar, dan menuliskan informasi dari

pernyataan ke dalam bahasa matematika. Peran guru sebagai fasilitator perlu

didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi di

kelas, serta kemampuan dalam menyimpulkan. Di samping itu kemampuan

menguasai bahan ajar sebagai syarat mutlak yang harus dimiliki guru. Untuk

menunjang keberhasilan implementasi pendekatan PBM diperlukan bahan ajar

yang lebih menarik dirancang berdasarkan permasalahan kontektual yang

merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebagai pembuka belajar mampu

stimulus awal dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Kepada lembaga terkait

Pembelajaran dengan pendekatan (PBM), masih sangat asing bagi

guru dan siswa terutama pada guru dan siswa di daerah, oleh karena itu

perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan harapan dapat meningkatkan

(38)

169

pemecahan masalah dan komunikasi matematik siswa yang tentunya akan

berimplikasi pada meningkatnya prestasi siswa dalam penguasaan materi

matematika.

3. Kepada peneliti yang berminat

Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian ini dapat

dilengkapi dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum

(39)

170

DAFTAR PUSTAKA

Ansari, Bansu I. 2009. Komunikasi Matematika Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: Pena.

Arends, R. I. 2008. Learning To Teach (Belajar untuk Mengajar) Buku Dua. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Asup, P. 2005. Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Representasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Filino. (2013). Psikologi Eksperimen. Pusat Pengembangan Bahan Ajar. Universitas Mercu Buana. (Online). Tersedia: http://kk.mercubuana.ac.id/files/61037-5-543332417587.doc. Diakses 10 Maret 2013.

Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.

Haji, Saleh. 2005. Pengaruh Pendekatan Matematika Realistik Terhadap Hasil Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. Disertasi. Bandung: UPI Bandung.

Hake. 1999. Analyzing Change/Gain Score, (online)

(http//physics.indiana,edu/sdi/analyzingchange-gain.pdf)

Hasanah, A.2004. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Represenatsi Matematik. . Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Hudojo, H. 1998. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK

---. 2003. Representasi Belajar Berbasis Masalah. Prossiding Konferensi Nasional Matematika XI edisi khusus.

Ibrahim, M dan Nur, M. 2000. Pembelajaran Berbasis Masalah.Surabaya: UNESA University Press.

(40)

171

Kelompok IPM. 2013. Inovasi Pembelajaran (Model Pembelajaran Berbasis Masalah).

http://3bkelompok2matematika.blogspot.com/Diakses 03 Agustus 2013.

Louise M. Saija. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Model Kooperatif Murder Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Marzuki. 2012. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa Yang Diberi Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis. Medan : UNIMED

NCTM. 1995. The Significance of the NCTM Standards to the Pathways Critical Issues in Mathematics. Reston, Virginia

(http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/content/cntareas/math/ma0.htm)

---. 1996. Communication in mathematics. Reston, Virginia. (http://illuminations.nctm.org/LessonDetail .aspx?id=L375)

---. 2000. Principles and standards for school mathematics. Reston, Virginia. (http://www.en.wikipedia.org/wiki/Principles_and_Standars_for_school_ Mathematics).

Polya.1973. How to Solve It A New Aspect of Mathematical Method. Princeton University Press.

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung : Tarsito

Ruseffendi, E. T. 1993. Statistik Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Safari. 2004. Teknik Analisis Butir Soal Instrument Tes dan Nontes dengan Manual dan Kalkulator

Sagala, S. 2009.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berfikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi. Bandung: UPI Bandung.

(41)

172

Sugiyono . 2002. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E. 2001. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumarmo, U. 2005. “Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Tahun 2002 Sekolah Menengah”. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika 7 Agustus 2005 Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

Sriyanto, H. J. 2007. Strategi Sukses Menguasai Matematika. Penerbit Indonesia Cerdas. Yogyakarta

Sudrajat. 2001. Penerapan SQ3R Pada Pembelajaran Tindak Lanjut Untuk Peningkatan Kemampuan Komunikasi dalam Matematika Siswa SMU. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: PPs UPI

Suryadi, D. 2000. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SLTP Melalui Penerapan Metode Diskusi Kelompok. Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Tesis. Tidak Dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

TIM MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardhani, dkk. 2002. Pembelajaran Kemampuan Masalah Matematika di SMP. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 4.18.  Nilai Kemampuan Komunikasi Matematik terhadap Pembelajaran                       Langsung dan PBM        ............................................................
Gambar 4.10 Rata-rata skor Mean dan Standar Deviasi Kemampuan
Gambar 1.1. Jawaban Siswa Soal Pemecahan Masalah
Gambar 1.3. Jawaban siswa soal komunikasi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada rangkaian self holding kedua bertujuan agar sensor bawah tetap menyala hingga air turun, namun dapat dilihat bahwa sensor atas pada keadaan

Radiografi bitewing adalah radiografi yang digunakan untuk melihat permukaan gigi yang meliputi mahkota gigi, interproksimal dan puncak alveolar pada maksila dan mandibula

undang-undang tersebut. 4) Jika terjadi kerugian keuangan pada Badan Usaha Milik Negara sehingga. merugikan pemerintah selaku pemegang saham, maka pemerintah

Kinerja karyawan dinas pendidikan dan pengajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berkenaan dengan sikap mental para karyawan yang ditunjukkan dengan kemampuannya

Seperti terlihat pada gambar 2.6, refleksi specular terjadi dari satu arah datang cahaya dan dipantulkan juga satu arah dengan besar sudut pantul terhadap normal bidang yang

Validasi produk pengebangan instrumen penilaian dilakukan untuk menilai apakah rancangan produk sudah sesuai dengan materi atau belum, lebih efektif atau tidak dari

Hasil yang diperoleh adalah dari hasil percobaan dan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum proses pelapisan nikel dengan menggunakan campuran

tidur dengan memori jangka pendek pada Lansia di Panti Werdha Griya St.. Populasi penelitian