HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
PT Astra Daihatsu cabang Solo merupakan dealer resmi Daihatsu yang berada di Jalan Sutan Syahrir No. 128 Widuran Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo ini memiliki otoritas penjualan mobil baru yang Daihatsu seperti Xenia, Grandmax, Terios, Sirion, Ayla dan Luxio. Kendati berdomisili di kota Solo, PT Daihatsu cabang Solo juga melayani pembeliaan wilayah Jawa Tengah pada umumnya dan wilayah wilayah kota Solo, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, Sukoharjo dan sekitarnya. Ini berarti bahwa secara khusus PT Astra Daihatsu juga melayani penjualan wilayah karesidenan Solo. PT Astra Daihatsu cabang Solo selain melayani penjualan mobil baru juga melayani produk layanan bengkel perbaikan dan perawatan kendaraan, disamping itu terdapat juga layanan bengkel body and paint.
2. Keadaan Demografis Subjek Penelitian
Keadaan demografis subjek dalam penelitian ini menggambarkan usia, pendidikan akhir, lamanya bekerja dan jenis kelamin dari responden yang digunakan sebagai subjek penelitian ini.
Tabel 4.1. Usia Subjek Penelitian
No Umur / Tahun Jumlah Prosen
1. < 25 Tahun 3 5,8%
2. 26 – 36 Tahun 18 34,6%
3. > 36 Tahun 31 59,6%
Total 52 100%
Berdasarkan klasifikasi umur pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits berusia diatas 36 Tahun sedangkan minoritas berusia di bawah 25 Tahun. Data demografis subjek penelitian berupa lamanya bekerja di PT Astra Daihatsu Solo dapat dilihat pada tabel 4.2. berikut ini:
Tabel 4.2.
Lamanya Belerja Subjek Penelitian
No Kerja / Tahun Jumlah Prosen
1. < 2 Tahun 13 25,0%
2. 3 – 5 Tahun 18 34,6%
3. > 5 Tahun 21 40,4%
Total 52 100%
bekerja diatas 5 Tahun sedangkan minoritas bekerja di bawah 2 Tahun. Para karyawan yang bekerja di bawah 2 Tahun, sebelumnya merupakan karyawan yang dulunya pernah bekerja Dealer Resmi di kota Solo.
Data demografis subjek penelitian berupa Pendidikan akhir responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:
Tabel 4.3.
Pendidikan Akhir Subjek Penelitian
No Pendidikan Akhir Jumlah Prosen
1. SMA 5 9,6%
2. D1 10 19,2%
3. D2 29 55,8%
4. S1 5 9,6%
5. S2 3 5,8%
6. SMA 5 9,6%
Total 52 100%
Tabel 4.4.
Jenis Kelamin Subjek Penelitian
No Umur / Tahun Jumlah Prosen
1. Laki-laki 37 71,2%
2. Perempuan 15 28,8%
Total 52 100%
Berdasarkan klasifikasi jenis kelamin pada tabel di atas, karyawan PT Astra Daihatsu cabang Solo mayorits dengan jenis kelamin laki-laki.
3. Hasil Deskripsi Data Angket
Untuk mengetahui sebaran data angket gaya kepemimpinan transaksional dan stres kerja maka dilakukan analisa frekunsi seperti data di bawah ini.
a. Data Gaya Kepemimpinan Transaksional
Tabel 4.5.
Frekuensi Data Gaya Kepemimpinan Transaksional
Statistics
Gaya
Kepemimpinan
Transaksional
N Valid 52
Missing 0
Mean 82.83
Median 84.00
Std. Deviation 5.721
Variance 32.734
Range 23
Minimum 71
Maximum 94
Sum 4307
Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan transaksional sebesar 82,83 dengan standar deviasi sebesar 5,721.
b. Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional
Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.5. yakni mean sebesar 82,83 dengan standar deviasi sebesar 5,721 akan digunakan untuk menghitung persepsi gaya kepemimpinan transaksional. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap gaya kepemimpinan transaksional dapat dilakukan dengan
mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian sebagai berikut:
= X > (82,83 + 1.5,721)
= X > 88,551
2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD)
= 82,83 - 1.5,721 < X < (82,83 + 1.5,721)
= 77,109 < X < 88,551
3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD)
= X < (82,83 - 1.5,721)
= X < 77,109
Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi gaya
kepemimpinan transaksional selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat
persepsi seperti tabel 4.6. di bawah ini:
Tabel 4.6.
Kategorisasi Tingkat Persepsi Gaya Kepemimpinan Transaksional
Kategori Nilai Jumlah Prosen
Tinggi ≥ 88 11 17,31%
Sedang 77 – 87 32 61,54%
Rendah ≤ 76 9 21,15%
Total 52 100%
Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52
subjek, terdapat 11 orang pada kategori tinggi atau sebesar 17,31% dan 32 orang
pada kategori sedang atau sebesar 61,54%, serta terdapat 9 orang pada kategori
rendah atau sebesar 21,15%. Dengan demikian tingkat persepsi gaya
kepemimpinan transaksional rata-rata pada tingkat rendah menuju sedang.
Data analisa frekuensi angket stres kerja dapat dilihat pada tabel 4.7. berikut ini:
Tabel 4.7.
Frekuensi Data Stres Kerja
Statistics
Stres Kerja
N Valid 52
Missing 0
Mean 122.15
Median 121.50
Std. Deviation 6.757
Variance 45.662
Range 31
Minimum 112
Maximum 143
Sum 6352
Berdasarkan tabel tersebut di atas, nilai mean gaya kepemimpinan transaksional sebesar 122,15 dengan standar deviasi sebesar 6,757.
d. Persepsi Stres Kerja
Dari hasil dekripsi data dalam tabel 3.7. yakni mean sebesar 122,15 dengan standar deviasi sebesar 6,757 akan digunakan untuk menghitung persepsi stres kerja. Untuk mengetahui tingkat persepsi terhadap stres kerja dapat dilakukan dengan mengakategorikan subjek kedalam tiga kategori yaitu tinggi,
sedang dan rendah. Teknik mencari skor kategori dapat diperoleh dari pembagian
1). Kategori Tinggi = X > (Mean + 1SD)
= X > (122,15 + 1.6,757) = X > 128,907
2). Kategori Sedang = (Mean - 1SD) < X < (Mean + 1SD)
= 122,15 - 1.6,757 < X < (122,15 + 1.6,757) = 115,393 < X < 128,907
3). Kategori Rendah = X < (Mean - 1SD)
= X < (122,15 - 1.6,757) = X < 115,393
Setelah melakukan perhitungan tingkat kategori persepsi stres kerja
selanjutnya membuat tabel kategorisasi tingkat persepsi seperti tabel 4.8. di bawah
ini:
Tabel 4.8.
Kategorisasi Tingkat Persepsi Stres Kerja
Kategori Nilai Jumlah Prosen
Tinggi ≥ 128 19 36,46%
Sedang 115 – 127 33 63,46%
Rendah ≤ 114 0 0%
Total 52 100%
Berdasarkan tabel kategorisari di atas, dapat diketahui bahwa dari 52
subjek, terdapat 19 orang pada kategori tinggi atau sebesar 36,46% dan 33 orang
pada kategori sedang atau sebesar 63,46%. Dengan demikian tingkat persepsi stres
kerja manajer madya rata-rata pada tingkat sedang menuju tinggi.
1. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas
1). Uji Normalitas Gaya Kepemimpinan Transaksional
Bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak, Ghozali & Suyana (2006). Dalam uji normalitas berguna untuk menguji penyebaran data apakah variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal. Hasil analisa data (Lampiran 3) menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar 0,108 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,780 lebih besar dari nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data gaya
kepemimpinan transaksional berdistribusi normal.
Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
2). Uji Normalitas Stres Kerja
menghasilkan nilai Most Extreme Differences (D: Absolute) sebesar 0,104 dengan Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,751 lebih besar dari nilai probabilitas α = 0,05 sehingga dapat dikatakan data stres kerja
berdistribusi normal.
Selain itu dari tampilan grafik normal plot yang tersaji dalam lampiran 3 bahwa grafik memberikan pola distribusi yang normal. Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonalnya. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
5. Hasil Uji Hipotesa
a. Korelasi Pearson Product Moment
Berdasarkan hasil uji hipotesa dalam Lampiran 5 penelitian ini didapatkan hasil korelasi positif sebesar 0,579 dengan tanda (**) yang memiliki arti Correlation is significant dengan kategori korelasi agak rendah (0,400-0,599). Atau dapat dilihat melalui nilai signifikansi dalam tabel lampiran 5 juga didapatkan signifikan (2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti α < 0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan dan positif
Tabel 4.9.
Tabel Korelasi antara Gaya Kepemimpinan Transaksional dengan
Stres Manajer Madya
Correlations
Gaya
Kepemimpinan
Transaksional Stres Kerja
Gaya Kepemimpinan
Transaksional
Pearson Correlation 1 .579**
Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
Stres Kerja Pearson Correlation .579** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sehingga hipotesa yang berbunyi diduga ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo terbukti kebenarannya.
Untuk hipotesa statistik ditolak dan diterima dengan
demikian hipotesa statistik yang diterima adalah Ada hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres manajer madya di PT. Astra Daihatsu cabang Solo.
tabel koefisien korelasi yang terletak pada koefisien 0,400 – 0,599 dengan tingkat korelasi agak rendah.
b. Koefisien Determinan
Untuk koefisien determinan atau besarnya sumbangsih variabel X terhadap variabel Y yakni sebesar 33,53% merupakan faktor gaya kepemimpinan transaksional yang mempengaruhi stres kerja sedang 66,47% merupakan faktor diluar dari gaya kepemimpinan transaksional. Faktor diluar gaya kepemimpinan transaksional sebesar 66,47% yang menyebabkan faktor stres kerja yaitu kondisi kerja, ambiguitas peran, faktor interpersonal, perkembangan karir, struktur organisasi, serta hubungan antara pekerjaan dan rumah.
Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan transaksional dengan stres kerja yang artinya kepemimpinan transaksional memiliki peran terhadap terjadi stres kerja. adanya beberapa kemungkinan terjadi korelasi positif antara kepemimpinan transaksional dengan stres kerja:
Pertama, sebagian karyawan menganggap kepemimpinan transaksional dapat memotivasi karyawan bertindak dan berpikir secara dewasa terhadap beban kerja yang dialaminya sebagai wujud transaksional sehingga karyawan menganggap hal ini sebagai stres kerja. Hasil temuan ini didukung oleh penelitian Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), bahwa kepemimpinan transaksional
menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antara pemimpin dengan
kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan
penghargaan. Sehingga semakin tinggi nilai standar kerja dan penugasannya maka
akan semakin tinggi pula tingkat stres kerja karyawan.
Kedua, sebagian karyawan memiliki rata-rata persepsi cukup baik terhadap gaya kepemimpinan transaksional. Persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan transaksional yang cukup baik ini memotivasi karyawan untuk mempertahankan pencapaian standar kerja yang secara otomatis dapat menimbulkan stres kerja pada diri karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Irra Chrisyanti Dewi dan Nuri Herachwati (2010) bahwa gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh positif signifikan terhadap proses pembelajaran organisasi. Hasil ini menggambarkan bahwa semakin tinggi penerapan pendekatan kepemimpinan transaksional oleh individu-individu atasan dalam organisasi maka semakin tinggi proses pembelajaran organisasi di tubuh PT Bangun Satya Wacana (BSW) dilaksanakan. Ini berarti bahwa semakin baik persepsi seorang karyawan terhadap gaya kepemimpinan transaksional dalam memotivasi karyawan untuk mencapai pencapaian standar kerja maka semakin baik pula motivasi kerja karyawan dan hal ini semakin meningkatkan pula stres karyawan.
Ketiga, sebagian karyawan belum mampu memahami pendekatan gaya kepemimpinan transaksional sehingga dapat memicu timbulnya stres yang diakibatkan oleh adanya konflik antar karyawan oleh pihak lain di dalam dan di luar
pekerjaan. Hal ini didukung oleh temuan penelitian Rice dan Burns (2012) bahwa
kondisi dan situasi pekerjaan, kepemimpinan transaksional, faktor interpersonal,
perkembangan karier dan struktur organisasi menyebabkan stres kerja. Melalui
dikarenakan memiliki persepsi stres kerja sedang menuju tinggi yang disebabkan
persepsi manajer terhadap gaya kepemimpinan transaksional.
Keempat, sebagian karyawan belum memiliki prasangka negatif dengan pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan transaksional memiliki hubungan yang signifikan dengan stres kerja manajer madya pada PT Astra Daihatsu cabang Solo (signifikan
(2-tailed) sebesar 0,000 yang berarti α < 0,05). Artinya semakin karyawan berpikiran
negatif terhadap pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan transaksional maka semakini meningkatkan stres kerja karyawan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian Fanni Adhistya Italiani (2013) mengatakan gaya kepemimpinan transaksional berpengaruh signifikan karena indikator-indikator pada variabel gaya kepemimpinan transaksional semuanya berpengaruh terhadap pegawai departemen SDM PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. yang berarti semakin diterapkan gaya kepemimpinan transaksional maka semakin pegawai mengalami keterbebanan kerja yang dapat mengakibatkan stres.