Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
1
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE MELALUI
MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKATPENGETAHUAN, PERILAKU,
DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI
Di Susun Oleh :
ESTI NURMUSAZANAH
J410110071
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
3
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DISMENORE
MELALUI MEDIA BOOKLET TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN, PERILAKU, DAN DAYA TERIMA SISWI DI SMK SURAKARTA
Esti Nurmusazanah, Yuli Kusumawati, Kusuma Estu Werdani
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
estynur81@yahoo.co.id
ABSTRAK
Dismenore merupakan gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi. Penanganan
dismenore dengan terapi obat non-steroid anti prostagladin memegang peranan yang sangat
penting terhadap dismenore primer, termasuk Indometason, Ibuprofen, dan Naproksen. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenore melalui media booklet terhadap tingkat pengetahuan, perilaku, dan daya terima siswi di SMK. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) dengan rancangan
Pretest-Posttest with Control Group dan Pre Eksperimental dengan rancangan Posttest Only Design.
Populasi dalam penelitian ini seluruh siswi kelas X dan XI dari ketiga SMK sebanyak 807. Pemilihan sampel menggunakan metode Simple Random Sampling, dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok eksperimen di SMKN 4, kelompok kontrol di SMKN 7, dan kelompok daya terima di SMK Batik 1 Surakarta dengan 135 sampel. Uji statistik menggunakan uji Paired sample t-test, menunjukkan ada perbedaan skor rata-rata pengetahuan (p=0,000) dan perilaku (p=0,000) pada kelompok eksperimen setelah perlakuan dan tidak ada perbedaan skor rata-rata pengetahuan (p=0,000) dan perilaku (p=0,000) pada kelompok kontrol. Hasil uji Independent sample t-test menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenore antara menggunakan booklet dan LCD terhadap pengetahuan (p=0,127) dan perilaku (p=0,198) siswi dalam penanganan dismenore. Daya terima siswi terhadap media booklet sebanyak 23 responden (51,1%).
Kata kunci : Pendidikan kesehatan, Dismenore, Booklet
ABSTRACK
Dysmenorrhea is a menstrual blood flow disorders or menstrual pain. Dysmenorrhea treatment with drug therapy non steroidal anti prostaglandin plays a very important for primary dysmenorrhea, including Indometason, Ibuprofen, and Naproksen. The purpose of this study was to analyze the effect of health education on dysmenorrhea through the media booklet on the level of knowledge, attitudes, and acceptance of students in SMK. This research is a quasi-experimental (Quasi Experiment) with a pretest-posttest design with Control Group and Experimental Pre-plan Posttest Only Design. The population in this study all female student were X and XI in SMK as many as 807 student. Selection of the sample using simple random sampling method, were divided into three groups: the experimental group in SMKN 4, the control group SMKN 7, and the group received powerSMK Batik 1 Surakarta with 135 samples. Statistical test using Paired sample t-test, showed no difference in the average score of knowledge (p = 0.000) and behavior (p = 0.000) in the experimental group after treatment and there was no difference in mean score of knowledge (p = 0.000) and behavior (p = 0.000) in the control group. The test results Independent sample t-test showed no difference in the effect of health education on dysmenorrhea between using booklets and LCD for knowledge (p = 0.041) and behavior (p = 0.807) in the treatment of dysmenorrhea girls. For teens acceptance of the booklet, almost respondents particularly like the booklet as many as 23 respondents (51,1%).
Fakultas Ilmu Kesehatan dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial. World Health
Organization (WHO) menentukan usia
remaja antara 12–24 tahun. Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim yang disertai dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada saat terjadi kehamilan. Hari pertama terjadinya menstruasi dihitung sebagai awal setiap siklus menstruasi (hari ke–1). Menstruasi akan terjadi 3–7 hari. Hari terakhir menstruasi adalah waktu berakhir sebelum mulai siklus menstruasi berikutnya. Rata–rata perempuan mengalami siklus menstruasi selama 21–40 hari. Hanya sekitar 15 % perempuan yang mengalami siklus menstruasi selama 28 hari (Anurogo, 2011). Selama mengalami menstruasi wanita sering merasakan nyeri perut bagian bawah atau sering disebut
dismenore. Dismenore merupakan
gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi (Widjanarko, 2006).
Dismenore menjadi satu masalah
tersendiri yang banyak dialami kaum wanita. Bahkan lebih dari 50% wanita yang menstruasi mengalami dismenore. Masalah
dismenore menjadi faktor penyebab
terbanyak absennya kaum wanita pada jam kerja atau sekolah. Gejalanya meliputi nyeri pada perut bagian bawah, mual, muntah, diare, cemas, depresi, pusing, nyeri kepala, letih-lesu, bahkan sampai pingsan. Keluhan-keluhan ini bisa berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan pada umumnya tidak lebih dari 3 hari (Astuti, 2005 ).
Prevalensi dismenore primer di Amerika Serikat pada tahun 2012, terhadap wanita umur 12–17 tahun adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49% dismenore ringan, 37% dismenore sedang, dan 12%
dismenore berat yang mengakibatkan
23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah. Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata–rata lebih dari
50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri menstruasi. Angka persentase nyeri menstruasi di Amerika sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia, angka ini diperkirakan sebesar 55% perempuan usia produktif tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) nyeri menstruasi berkisar 45–95% di kalangan wanita usia produktif (Sophia, 2013).
Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari dismenore pada siswi yaitu sering absen sekolah sehingga mereka dapat ketinggalan pelajaran yang berlangsung. Tingginya absensi tersebut diprediksikan dapat mengakibatkan prestasi siswi-siswi kurang baik di sekolah dibandingkan dengan siswi yang tidak menderita
dismenore, selain itu dismenore bisa
menurunkan konsentrasi belajar dan bila mereka sedang menghadapi ujian akan memberikan dampak rendahnya nilai yang mereka dapatkan. Keadaan ini juga didukung oleh hasil penelitian Tangehai (2004), melaporkan 6,5% responden dengan dismenore berat mendapatkan nilai yang rendah dan 80,6% harus absen sekolah. Sedangkan pada karyawan yang sering absen kerja karena dismenore sehingga tidak masuk kerja, akan berakibat pada pemotongan pendapatan. Oleh sebab itu, perlu adanya peningkatan penanganan
dismenore tersebut supaya aktivitas sehari–
hari dapat berjalan dengan baik (Nelwati, 2005).
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
5
mengatasi nyeri haid adalah menjaga pola hidup sehat dengan asupan vitamin dan gizi seimbang, minum jamu kunir asem, istirahat yang cukup, olah raga secara teratur serta menjaga kondisi psikologis supaya tetap baik (Wiknjosastro, 2005).
Hasil penelitian Relegha (2012) menggambarkan bahwa pengetahuan dari remaja putri, 44% memiliki pengetahuan cukup tentang dismenore dan sebanyak 45,1% memiliki perilaku tidak baik dalam mengatasi dismenore. Namun hasil penelitian Yuniarti (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kategori baik yaitu sebanyak 61 orang (80,3%) dengan perilaku penanganan dismenore baik yaitu sebanyak 67 orang (88,2%).
Hasil penelitian Purba (2014) menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan dan perilaku penanganan
dismenore di SMA Negeri 7 Manado
diperoleh dari 36 remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang dengan perilaku penanganan dismenore kurang. Ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore di SMA Negeri 7 Manado. Hasil penelitian Handayani (2010) menyimpulkan bahwa terdapat perbandingan peningkatan efektivitas pemberian informasi melalui media cerita bergambar (komik) versi BKKBN dengan media leaflet. Pada kelompok dengan media komik diperoleh hasil rata-rata pengetahuan 76,75. Sedangkan kelompok dengan media leaflet rata-rata pengetahuan 71,98.
Penelitian sebelumnya oleh Mulidah (2010) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan tentang
dismenore sebelum dan sesudah diberikan
penyuluhan dengan media leaflet rata–rata sebesar 55,20 menjadi 74,00. Penelitian lain yang dilakukan oleh Heriani (2010), menyimpulkan bahwa skor pengetahuan responden tentang dismenore sebelum menerima leafleat adalah 51,00% dan pada kategori pengetahuan kurang. Begitu pula
penelitian yang dilakukan oleh Vitriasari (2010), bahwa skor pengetahuan responden tentang dismenore setelah menerima buku saku (booklet) adalah 67,54% dikategorikan sebagai pengetahuan cukup baik.
Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media, salah satunya dengan buku saku
(booklet). Booklet ini menggunakan media
cetak sehingga biaya yang dikeluarkannya bisa lebih murah daripada media audio dan visual. Selain itu, pesan-pesan/informasi lebih terperinci dan jelas karena lebih banyak bisa mengulas tentang pesan yang disampaikan. Pemanfaatan booklet ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan media yang lain (Mulidah, 2010). Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh dari 15 siswi suka membaca buku yang berisi tulisan maupun gambar–gambar. Ketertarikan siswi tersebut dapat mempermudah untuk memahami informasi dan meningkatkan pengetahuan siswi/perempuan tentang
dismenore. Selain dengan menggunakan
booklet bisa juga dilakukan dengan media
LCD, media ini mempunyai bentuk dan ukuran dimensi yang ramping, berat monitor yang ringan, kualitas gambar yang baik, serta baik untuk mata. Tetapi ada kekurangan dalam media ini karena sudut pandang terbatas serta layar LCD sensitif.
Hasil survei pendahuluan menunjukkan bahwa 58 (38%) siswi kurang memahami tentang pengetahuan
dismenore, jarang mendapatkan pelajaran
tentang dismenore sebesar 52 (34%) siswi dan jarang mendapatkan pendidikan kesehatan sebesar 40 (27%) siswi, serta dari salah satu keterangan guru masih banyak siswi yang kurang mendapatkan informasi kesehatan reproduksi tentang
dismenore. Survei pendahuluan dilakukan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
6
digunakan. Hal ini dikarenakan para siswi yang sekolah dengan akreditasi A cenderung mempunyai prestasi/daya terima lebih tinggi, sehingga diharapkan mendapatkan hasil yang efektif. Pemilihan SMK juga dikarenakan kegiatan/ ekstrakurikuler lebih padat dibandingkan dengan SMA, sehingga dimungkinkan siswi yang cenderung mempunyai kegiatan yang padat dapat memperburuk kondisi fisik siswi yang sedang mengalami menstruasi, maka mengakibatkan terjadinya
dismenore. Studi pendahuluan dilakukan
pada 150 siswi dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara tentang pengetahuan dismenore dan penanganannya.
Prevalensi dismenore yang masih tinggi memiliki dampak yang cukup serius pada kelompok wanita usia produktif, termasuk para siswi di SMK Surakarta. Masih rendahnya pengetahuan siswi/remaja tentang dismenore dan penanganannya akan memperburuk kondisi remaja pada saat terkena dismenore. Hal ini mendorong peneliti untuk menganalisis pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenore melalui media booklet terhadap tingkat pengetahuan, perilaku, dan daya terima siswi di SMK.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah eksperimen semu
(Quasi Experiment) dengan rancangan
Pretest-Posttest with Control Group.
Lokasi penelitian ini di SMKN 4 Surakarta, SMKN 7 Surakarta dan SMK Batik 1 Surakarta. Intervensi dilakukan di SMKN 4 Surakarta dan kontrol dilakukan di SMKN 7 Surakarta, sedangkan daya terima terhadap pendidikan kesehatan di lakukan di SMK Batik 1 Surakarta pada bulan September 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah 807 siswi dengan jumlah sampel sebanyak 135 siswi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengambilan sampel menggunakan metode
Simple Random Sampling. Analisis
univariat dilakukan untuk menjelaskan
atau mendeskripsikan karakteristik responden meliputi umur, kelas, serta mendeskripsikan variabel penelitian yaitu pengetahuan dan pemanfaatan. Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui perbedaan terhadap dua variabel dengan menggunakan uji statistik Independent
Sample t Test.
HASIL
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. SMK Batik 1 Surakarta
SMK Batik 1 Surakarta berdiri sejak tanggal 20 Mei 1969 yang didirikan oleh suatu Yayasan Pendidikan Batik Surakarta. SMK Batik 1 Surakarta merupakan salah satu SMK swasta yang terakreditasi A yang berada di wilayah Surakarta di Jalan Slamet Riyadi, Kleco, Surakarta. Bidang studi keahlian yang ada di SMK Batik 1 meliputi : Akuntansi, administrasi perkantoran, manajemen pemasaran, teknik komputer jaringan, desain komunikasi visual.
2. SMKN 7 Surakarta
3. SMKN 4 Surakarta
Pada awal pendirian SMK Negeri 4 Surakarta, nama sekolah yang dipakai pertama kali adalah SKKA (Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas) Negeri Surakarta.
B.Karakteristik Responden
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
7
Berdasarkan hasil diatas bahwa rata-rata umur pada ketiga kelompok homogen karena semuanya sama. Sedangkan pada kelas responden juga menunjukkan jumlah kelas yang di ambil sama.
C.Analisis Univariat
1. Rata-rata skor Pengetahuan siswi tentang dismenore pada setiap kelompok
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan menggunakan booklet dari 12,89 ± 1,682 menjadi 17,36 ± 0,773. Sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 10,42 ± 2,210 menjadi 16,44 ± 1,139.
2. Rata-rata skor perilaku siswi tentang dismenore pada setiap kelompok
Skor Perilaku
Berdasarkan hasil diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku pada kelompok eksperimen setelah diberikan
pendidikan kesehatan menggunakan
Booklet dari 6,71 ± 1,984 menjadi 7,58
± 1,406. Sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 5,47 ± 1,949 menjadi 7,93 ± 1,615.
3. Distribusi rata-rata skor daya terima booklet
Skor Daya Terima Minimal Cukup Menyukai Sangat Menyukai
22 (49,9%) 23 (51,1%)
Berdasarkan hasil diatas skor rata-rata daya terima siswi terhadap booklet dari 45 responden, yaitu 25,51 ± 2,255. Dengan hasil diatas responden sangat menyukai booklet yang peneliti buat sebanyak 23 responden (51,1%) dan layak untuk dipublikasikan.
D.Analisis Bivariat
1. Perbedaan skor pengetahuan
dismenore pre-test dan post-test pada
setiap kelompok
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
8
menyimpulkan ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok eskperimen sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
Hasil uji Paired sampel t-test pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 10,42 ± 2,210 menjadi 16,44 ± 1,139. Hasil uji hipotesis menyimpulkan ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
2. Perbedaan skor perilaku dismenore
pre-test dan post-test pada setiap
Berdasarkan uji Paired sampel t-test pada kelompok eksperimen, menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet dari 6,71 ± 1,984 menjadi 7,58 ± 1,406. Hasil uji hipotesis menyimpulkan ada perbedaan rata-rata skor perilaku pada kelompok eskperimen sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
Hasil uji Paired sampel t-test pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 5,47 ± 1,949 menjadi 7,93 ± 1,615. Hasil uji hipotesis menyimpulkan ada perbedaan rata-rata skor perilaku pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
3. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan antara Menggunakan
Booklet dan LCD Terhadap
Pengetahuan Siswi dalam Penanganan Dismenore
Kelompok n Mean SD t p-value Booklet 45 6,73 2,038 1,544 0,127 LCD 45 5,90 2,697
Berdasarkan uji Independent sample
t-test pengetahuan diperoleh dari selisih
skor rata-rata antara pre-test dan post-test pada kelompok booklet, yaitu 6,73 ± 2,038 dan skor rata-rata kelompok LCD 5,90 ± 2,697. Hasil uji hipotesis menyimpulkan tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenore antara menggunakan booklet dan LCD terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku penanganan dismenore (p=0,127). Hal ini dikarenakan masing-masing kelompok memiliki selisisih skor rata-rata pengetahuan yang hampir sama.
4. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan antara Menggunakan
Booklet dan LCD Terhadap Perilaku
Siswi dalam Penanganan Dismenore Kelompok n Mean SD t p-value Booklet 45 5,00 1,692 -1,297 0,198 LCD 45 5,51 2,030
Berdasarkan hasil uji Independent
sample t-test perilaku diperoleh dari selisih
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
9 PEMBAHASAN
A.Karakteristik Responden
1. Karakteristik Umur Responden Hasil penelitian menunjukkan rata-rata umur responden pada kelompok eksperimen, yaitu 16,02 ± 0,892 dengan umur minimum 14 tahun dan umur maksimum 17 tahun. Sedangkan rata-rata umur pada kelompok kontrol, yaitu 15,82 ± 0,716 dengan umur minimum 15 tahun dan umur maksimum 17 tahun dan rata-rata umur pada kelompok daya terima, yaitu 15,73 ± 0,889 dengan umur minimum 14 tahun dan umur maksimum 17 tahun. Menurut Soetjiningsih (2007), remaja akan mengalami masa perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif manusia sendiri berkembang secara bertahap, untuk remaja 15-17 tahun akan masuk pada stadium operasional formal. Pada stadium ini, kemampuan berfikir remaja bersifat dedukatif dan teoritis dalam memecahkan suatu masalah, sehingga pada usia ini remaja bagus diberikan pendidikan kesehatan tentang
dismenore. Oleh karena itu, remaja
dapat berlaku baik sesuai dengan teori dan arahan dalam menangani masalah pada saat mengalami dismenore.
2. Karakteristik Kelas Responden Distribusi kelas responden pada kelompok eksperimen jumlah responden dari kelas X sebanyak 23 siswi (51,1%). Kelompok kontrol dan daya terima memiliki jumlah responden kelas XI yang sama banyak yaitu 23 siswi (51,1%). Pengambilan responden berdasarkan kelas ini semula dipilih atas permintaan guru pembimbing lapangan pada masing-masing sekolah. Kelas yang diperbolehkan untuk dijadikan tempat penelitian, yaitu kelas X PS 1 dan XI PS 2 di SMK N 7 Surakarta, Kelas X AP 2
dan XI AP 1 di SMK Batik 1 Surakarta, dan X AP 3 dan XI AP 1 di SMK Batik 1 Surakarta dengan keseluruhan responden sebanyak 135 siswi. Jumlah responden terbanyak dari kelas XI sebanyak 68 (51%) responden.
Hasil diatas menunjukkan bahwa kelas XI sudah menjadi siswi yang senior sehingga ada kecenderungan untuk dihormati dan mudah mempengaruhi adik kelas, baik pada saat kegiatan OSIS, pramuka, maupun ekstrakurikuler yang lainnya. Siswi kelas XI dapat menjadi media yang efektif untuk menyebarluaskan informasi tentang pengetahuan dismenore kepada adik kelasnya yaitu kelas X sehingga mereka dapat meningkatkan perilaku penanganan dismenore dengan baik.
B.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada kelompok eksperimen, yaitu menggunakan booklet, remaja cenderung lebih suka membaca buku yang berisi tulisan dan sedikit ada gambar. Ketertarikan ini memudahkan dalam menyerap dan memahami informasi pengetahuan tentang
dismenore beserta penanganannya.
Materi di dalam booklet mencakup pengertian dismenore, macam-macam
dismenore, gejala dismenore, penyebab
dismenore, tanda klinik dismenore, dan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
10
kelompok eksperimen yang terkait dengan tingkat pengetahuan dalam penanganan dismenore pada siswi terjadi peningkatan rata-rata skor. Peningkatan pengetahuan dipengaruhi oleh pemberian pendidikan kesehatan menggunakan booklet.
Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan merupakan suatu penerapan konsep pendidikan dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku dari yang merugikan ke arah tingkah laku yang menguntungkan. Adanya pendidikan kesehatan tersebut membuat remaja dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan kesehatan tentang penanganan dismenore yang lebih baik. Pendidikan kesehatan menggunakan
booklet mampu meningkatkan
pengetahuan dismenore pada siswi, karena dapat diserap dan dipahami dengan baik. Hal ini dipengaruhi karena
booklet dikemas dalam bentuk tulisan
dan gambar.
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada kelompok kontrol, yaitu pendidikan kesehatan menggunakan LCD. Materi yang disampaikan juga sama dengan isi booklet mencakup pengertian dismenore, macam-macam
dismenore, gejala dismenore, penyebab
dismenore, tanda klinik dismenore, dan
cara mengurangi nyeri saat dismenore. Pendidikan kesehatan tentang penanganan dismenore pada siswi menggunakan LCD diberikan kepada kelompok kontrol selama 40 menit dan responden harus merangkum materi yang dijelaskan di depan, setelah responden mengerjakan soal pre-test selama 15 menit. Selanjutnya 10 hari kemudian responden harus mengerjakan soal post-test selama 15 menit.
Berdasarkan hasil jawaban responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tentang pengetahuan dismenore. Ada beberapa pertanyaan yang responden salah
menjawab pada saat pre-test. Pertanyaan yang paling banyak tidak dijawab oleh responden yaitu gangguan kesehatan pada saat dismenore sebanyak 69 siswi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Mulidah (2010), mengenai studi efektivitas leaflet terhadap skor pengetahuan remaja putri tentang dismenorea di SMP Kristen 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas, menyimpulkan ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan remaja putri sebelum dan setelah menerima leaflet, yaitu dari rata-rata 55,20 menjadi 74,00. Hasil dari pengetahuan tersebut dikategorikan sebagai pengetahuan baik dan efektivitas leaflet terhadap perubahan skor pengetahuan remaja putri tentang dismenorea (p=0,000).
Sekolah mempunyai peran sebagai media pembelajaran kepada siswi baik formal maupun informal. Pengetahuan secara formal didapat dari sekolah dan pengetahuan secara informal misalnya didapat dari penyuluhan kesehatan, informasi dari teman, orang tua, maupun dari berbagai media informasi, salah satunya tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang dismenore karena masalah penanganan dismenore sangat penting diketahui oleh siswi. Disekolah dalam proses pembelajaran terjadi proses penyampaian materi pendidikan dari pendidik kepada sasaran (anak didik) untuk mencapai perubahan tingkah laku (Notoatmodjo, 2003).
C.Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku
Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perilaku pada kelompok eksperimen terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan
booklet dari 6,71 ± 1,984 menjadi 7,58 ±
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
11
perbedaan rata-rata skor perilaku pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
Perubahan skor rata-rata perilaku pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan booklet hanya sedikit terjadi peningkatan, dari 6,71 ± 1,984 menjadi 7,58 ± 1,406. Ternyata pendidikan kesehatan menggunakan
booklet mampu merubah perilaku siswi
menjadi lebih baik dalam penanganan
dismenore.
Kemudian pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 5,47 ± 1,949 menjadi 7,93 ± 1,615. Hasil uji hipotesis, menyimpulkan ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah pelakuan (p=0,000). Perubahan skor rata-rata perilaku pada kelompok kontrol setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD cukup tinggi, dari 5,47 ± 1,949 menjadi 7,93 ± 1,615 terjadi peningkatan skor rata-rata perilaku sebesar (31,02%) dari skor rata-rata perilaku sebelum diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media LCD. Ternyata pendidikan kesehatan menggunakan LCD juga mampu merubah perilaku siswi menjadi lebih baik dalam penanganan dismenore. Berdasarkan hasil jawaban responden pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tentang perilaku dalam penanganan dismenore. Ada beberapa pernyataan yang masih belum benar yaitu menganggap bahwa berenang saat haid memicu nyeri perut semakin sakit. Padahal olahraga renang sangat efektif dilakukan pada saat haid karena tekanan air mendorong otot-otot perut, sehingga dapat berelaksasi. Dari hasil kuesioner post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah perlakuan menyatakan bahwa sering olahraga ringan dan berenang
pada saat dismenore dan dapat mengurangi nyeri pada saat dismenore tiba pernyataan ini juga didukung dengan adanya observasi langsung pada siswi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Paramita (2010), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan tentang dismenorea dengan perilaku penanganan dismenorea pada siswi SMK YPKK 1 Sleman Yogyakarta, menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat perilaku penanganan tentang
dismenorea yang baik, yaitu sejumlah
46 responden (79,3%). Hasil penelitian Purba (2014), mengenai hubungan pengetahuan dengan perilaku penanganan dismenore di SMA Negeri 7 Manado bahwa perilaku penanganan
dismenore diperoleh jumlah responden
terbanyak yang memiliki perilaku
Menurut Fitriani (2011), perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
D.Daya Terima Remaja Terhadap
Booklet
Booklet yang peneliti buat berisi
tentang pengetahuan dismenore yang meliputi pengertian dismenore, macam-macam dismenore, gejala dismenore, penyebab dismenore, tanda klinik
dismenore, dan cara mengurangi nyeri
saat dismenore.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
12
semua informasi dan pengetahuan dalam menangani dismenore pada siswi. Informasi tersebut mengenai apa saja macam-macam dismenore beserta perilaku penanganannya, isi dalam
booklet tentang informasi dan perilaku
penanganan dismenore seimbang tidak ada yang lebih dominan antara kedua variabel.
Kelebihan dari booklet yaitu informasinya terperinci, buku dalam bentuk kecil jadi mudah dibawa kemana-mana, isi informasi dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi, sedangkan kelemahan dari
booklet yaitu informasinya tidak dapat
menyebar luas ke masyarakat, karena keterbatasan tenaga dalam penyebaran.
Berdasarkan hasil diatas >50% siswi menyatakan bahwa booklet memiliki alur informasi cukup menarik, isi informasi cukup mudah dipahami, dengan ukuran tulisan sangat mudah dibaca, serta tampilan booklet yang cukup menarik. Selain itu siswi menyatakan cukup tertarik dalam membaca dengan waktu yang cepat, cara penyampaian materi cukup menarik dan layak dipublikasikan.
E.Perbedaan Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Antara Menggunakan
Booklet dan LCD Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Perbedaan pengaruh pendidikan antara menggunakan booklet dan LCD terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku dilihat dari selisih skor rata-rata antara pre-test dan post-test pada setiap kelompok. Hasil uji hipotesis menyimpulkan tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang
dismenore antara media booklet dan
LCD terhadap tingkat pengetahuan siswi dalam penanganan dismenore (p=0,127). Demikian pula terhadap perilaku tidak ada perbedaan (p=0,198), dikarenakan masing-masing kelompok memiliki
selisih skor rata-rata pengetahuan dan perilaku hampir sama, yang artinya walaupun menggunakan media booklet dan LCD sama-sama dapat meningkatkan pengetahuan siswi dalam penanganan dismenore.
Salah satu faktor yang membuat tidak adanya perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang dismenore antara media booklet dan LCD terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku siswi dalam penanganan dismenore, karena pada setiap kelompok memiliki keterbatasan saat penelitian. Keterbatasan pada kelompok eksperimen, yaitu tidak adanya tugas tambahan/merangkum isi booklet. Pada kelompok kontrol yaitu tidak terkendalinya suasana penelitian pada kelompok kontrol. Kelompok eksperimen hanya mengandalkan indera penglihatan saja berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang sebesar 83% dan yang bisa dilihat sebesar 30%. Hal ini berbeda dengan kelompok kontrol yang pemberian pendidikan kesehatannya menggunakan LCD, yang mengandalkan lebih dari satu indera yaitu, indera pendengaran dan penglihatan yang berpengaruh terhadap hasil belajar seseorang sebesar 94% dan yang bisa di ingat sebesar 50%.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
13 SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
1. Rata-rata skor pengetahuan pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan
booklet dari 12,89 ± 1,682 menjadi
17,36 ± 0,773. Pada kelompok kontrol juga mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 10,42 ± 2,210 menjadi 16,44 ± 1,139.
2. Rata-rata skor perilaku pada kelompok eksperimen setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan Booklet dari 6,71 ± 1,984 menjadi 7,58 ± 1,406. Sedangkan pada kelompok kontrol juga terjadi peningkatan rata-rata skor perilaku setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan LCD dari 5,47 ± 1,949 menjadi 7,93 ± 1,615.
3. Ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000). Ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
4. Ada perbedaan rata-rata skor perilaku pada kelompok eksperimen sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000). Ada perbedaan rata-rata skor perilaku pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah perlakuan (p=0,000).
5. Tidak ada perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan tentang
dismenore antara menggunakan
booklet dan LCD terhadap tingkat
pengetahuan siswi dalam penanganan dismenore (p=0,127). 6. Tidak ada perbedaan pengaruh
pendidikan kesehatan tentang
dismenore antara menggunakan
booklet dan LCD terhadap tingkat
perilaku siswi dalam penanganan
dismenore (p=0,198).
7. Rata-rata skor daya terima siswi terhadap booklet dari 45 responden, yaitu 25,51 ± 2,255. Sedangan hasil nilai pos-test responden sangat menyukai booklet yang peneliti buat sebanyak 23 responden (51,1%) dan layak untuk dipublikasikan.
B. Saran
1. Bagi Remaja Putri
Pada remaja putri diharapkan lebih aktif mencari informasi tentang gangguan kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pengetahuan dismenore, keluhan
dismenore dan perilaku penanganan
dismenore melalui berbagai media
misalnya menggunakan booklet dan LCD.
2. Bagi Sekolah
Pihak sekolah diharapkan untuk memberikan pendidikan kesehatan khususnya mengenai dismenore secara rutin kepada remaja putri agar lebih memperhatikan perilaku penanganan dismenore dengan baik, melalui media yang efektif misalnya menggunakan booklet atau LCD yang telah terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang dismenore pada siswi.
3. Bagi Puskesmas
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
14
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang ingin meneliti dengan tema yang sama, dapat menggunakan dua media selain booklet dan LCD, misalnya membandingkan keefektifan antara LCD dengan komik atau LCD dengan buku cerita.
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo dr. D dan Wulandari, A. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta : Andi Offset.
Astuti, N. (2005). Menangkal Rasa Sakit
Menjelang Haid.
http://community.um.ac.id/showthre ad.php?53425, diakses tanggal 27 Maret 2015.
Fitriani S. 2010. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Handayani S. 2010. Perbandingan Efektifitas Pemberian Informasi Melalui Media Cerita Bergambar (Komik) Versi BKKBN dengan Media Leaflet.Gaster. Vol.7. No.1. Feb 2010.
Heriani T. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetauhuan Siswi Tentang Dismenore. Jurnal
Kesehatan, ISSN 1979-7621.Vol.3.
No.2. Jun 2010.
Mulidah S. 2010. Studi Efektivitas Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore di SMP 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. Vol. 1 No.1. Des 2010.
Nelwati. 2005. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Derajat Dismenore pada Siswi Sekolah Menengah Atas di Padang Tahun 2005. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol. 10.
No. 1. Mar 2006.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo S. 2012. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Paramita D.P. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenorea
Dengan Perilaku Penanganan
Dismenorea Pada Siswi SMK YPKK
1 Sleman Yogyakarta. {Karya Tulis
Ilmiah}. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.
Purba E.P.N, Rompas S, dan Karundeng M. 2014. Hubungan Pengetahuan
dengan Perilaku Penanganan
Dismenore di SMA Negeri 7
Manado. Diakses tanggal 13 Maret
2015.
Releghea A.Y. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Dismenore Dengan Perilaku Penanganan
Dalam Mengatasinya Pada
Remaja Putri Di RSBI SMAN
Mojoangung. Diakses tanggal 13
Maret 2015.
Soetjiningsih. 2007. Buku Ajar: Tumbuh
Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta: Sagung
Seto.
Sophia F. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dismenore Pada Siswi SMK Negeri 10 Medan
Tahun 2013. Diakses tanggal 12
Maret 2015.
Vitriasari. 2010. Studi Efektivitas Leaflet Terhadap Skor Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore di SMP 01 Purwokerto Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah
Kebidanan. Vol. 1 No.1. Des 2010.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
15
Wiknjosastro H. 2005a. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Yuniarti, T., Rejo., & Handayani, R.T. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Semester I Tentang Menstruasi Dengan Penanganan Dismenore Di Akper
Mamba’ul’ulum Surakarta.