commit to user
i
PENGUKURAN KINERJA DENGAN
BALANCED SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM
KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
RAMITA KHOLIFATURROHMAH NIM: K 7407029
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
PENGUKURAN KINERJA DENGAN
BALANCED SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM
KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010
Oleh:
RAMITA KHOLIFATURROHMAH NIM: K 7407029
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
commit to user
vi ABSTRAK
Ramita Kholifaturrohmah,PENGUKURAN KINERJA DENGANBALANCED
SCORECARDPADA UNIT SIMPAN PINJAM KOPERASI SERBA USAHA (KSU) MEKAR SURYA KARANGANYAR TAHUN 2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar apabila diukur
dengan menggunakan konsep Balanced Scorecard melalui empat perspektif,
yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah strategi tunggal terpancang, bila ditinjau dari apek yang diteliti, penelitian ini merupakan
studi kasus (case study). Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan dengan
cara purposive sampling. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, dan arsip. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi sumber dan review informan. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model interaktif.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: (1) Hasil pengukuran kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karangnyar dilihat dari perspektif keuangan secara umum dinilai
”cukup”. Hal ini dapat dilihat peningkatan pendapatan yang mengalami penurunan dan dinilai kurang, peningkatan SHU yang mengalami penurunan sehingga dinilai kurang, efisiensi biaya yang mengalami penurunan sehingga
dinilai baik, cash ratio yang mengalami peningkatan sehingga dinilai baik, rasio
modal terhadap total aktiva yang mengalami peningkatan dan penurunan sehingga dinilai cukup, dan rasio rentabilitas modal yang mengalami peningkatan sehingga dinilai baik (2) Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif pelanggan secara
umum dinilai ”baik”. Hal ini dapat dilihat akuisisi pelanggan, retensi pelanggan,
dan kepuasan pelanggan yang dinilai ”baik”. (3) Hasil pengukuran kinerja dilihat
dari perspektif proses bisnis intenal secara umum dinilai ”baik”. Hal ini dapat dilihat pada proses inovasi, proses operasi, dan layanan purna jual yang semuanya
dinilai ”baik”. (4) Hasil pengukuran kinerja dilihat dari perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan secara umum dinilai ”cukup”. Hal ini terbukti dengan tingkat
retensi karyawan yang dinilai cukup, produktivitas karyawan yang mengalami peningkatan dan dinilai baik, serta kapabilitas karyawan yang mengalami peningkatan yang tidak signifikan dan dinilai cukup. (5) Berdasarkan hasil penilaian kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karangnyar tahun 2010 diperoleh hasil bahwa total skor penilaian kinerja adalah 8, dari total bobot standar 15. Sehingga rata-rata skor adalah 8/15 = 0,53 (terletak antara 0-0,6) yang menunjukkan kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba
commit to user
vii ABSTRACT
Ramita Kholifaturrohmah. THE PERFORMANCE MEASUREMENT
USING BALANCED SCORECARD IN SAVE-LOAN UNIT OF
KARANGANYAR MEKAR SURYA MISCELLANEOUS BUSINESS COOPERATIVE (KSU) IN 2010. Research, Surakarta: Education and Teacher Faculty, Sebelas Maret University, January 2011.
The objective of research is to find out the performance of Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) measured using the balanced scorecard concept through four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and growth perspectives.
Based on this research, the author used a descriptive qualitative research method. The strategy of research used was a single-embedded strategy; viewed from the aspect studied, this research belongs to a case study. In this research, the sampling technique used was purposive sampling one. The data sources used were informant, document and archive. Techniques of collecting data used were interview, observation, and document analysis. The data validation was done using source triangulation and review informant. Meanwhile the technique of analyzing data used was an interactive model analysis one.
Considering the result of data analysis and discussion, it can be concluded that: (1) the result of performance measurement in the Save-Loan Unit of Karanganyar Mekar Surya Miscellaneous Business Cooperative (KSU) viewed
from the financial perspective generally is categorized as “fair”. It can be seen
from the decrease in the income increase and categorized as poor, the declined SHU increase, so that it is categorized as poor, declined cost efficiency so that it is categorized as good, increased cash ratio that is categorized as good, increased and decreased capital-to-total asset ratio categorized fair, and increased capital rentability ratio so that it is categorized as good. (2) the result of performance
measurement from the customer perspective generally is categorized as “good”. It
can be seen from the customer acquisition, customer retention, and customer
satisfaction categorized as “good”. (3) the result of performance measurement
from the internal business process perspective generally is categorized as “good”.
It can be seen from innovation process, operation process and after-sale service all
of which are categorized as “good”. (4) the result of performance measurement
from the learning and growth perspective generally is categorized as “fair”. It can
commit to user
viii MOTTO
Success is a journey, not a destination Sukses adalah perjalanan, bukan tujuan akhir.
(Ben Sweetland)
Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan.
(QS. Al Mujadalah:11)
Yang membentuk kepribadian kita adalah apa yang kita lakukan berulang kali, karena itu kesempurnaan tidaklah dicapai dengan sebuah tindakan sekali saja,
tetapi oleh serangkaian kebiasaan baik yang kita lakukan berulang kali. (Aristoteles)
Segala keberhasilan dan kekayaan berawal dari sebuah pemikiran. (Napoleon Hill)
Masa depan bukan bukan terletak pada pekerjaan apapun, tetapi pada orang yang mengerjakannya.
(George Crane)
Kesuksesan adalah guru yang buruk. Ia membuat orang-orang cerdas menyangka bahwa mereka tidak bisa gagal.
(Bill Gates)
Fokus pada satu keinginan memungkinkan pencapaian banyak keinginan. (Mario Teguh)
Penting untuk membiasakan keberhasilan. Cara termudah untuk memulainya adalah berhasil dalam suatu hal, sekecil apapun, setiap hari, perlahan namun pasti
perbesar tingkatan ambisi dan keberhasilan Anda. (Michael Korda)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.
(Thomas Alva Edison)
Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai.
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untukmu,
Ayah dan Bunda Tercinta
atas curahan dan kasih sayang yang tiada henti
kepada kalianlah tempat semua kebanggaan dan prestasi ini menuju
Kedua adikkuYahya Amri FadlidanAdinda Fatimatuzzahrayang menjadi
inspirasiku untuk segera lulus
R. Suryo Khasabu
yang senantiasa menemaniku, menyemangatiku, serta memberiku senyuman thanks for all the kindness, love, and understanding you have given to me
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur alhamdulillah senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik. Penyusunan
skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta
dorongannya. Yang antara lain sebagai berikut :
1. Bapak Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas diberikannya ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Sutaryadi, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua BKK Akuntansi, Jurusan P.IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan ijin atas penyusunan skripsi ini.
Terimakasih atas segala bentuk dukungan, motivasi dan kepercayaannya
selama ini.
5. Ibu Prof. Dr. Siswandari, M.Stats selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, terimakasih atas segala motivasinya yang tiada henti
commit to user
xi
6. Ibu Dra. Sri Witurachmi, M.M selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, kesempatan dan kemudahan sehingga membantu kelancaran
skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen BKK Akuntansi yang telah memberikan ilmunya.
8. Seluruh keluarga besar KSU Mekar Surya Karanganyar, terimakasih atas
kerjasamanya dalam mendukung kelancaran penelitian ini.
9. Ayahanda dan Ibunda tersayang serta seluruh keluarga besarku, terimakasih
atas curahan kasih sayang, doa dan dukungannya selama ini.
10. Marching Band dan Kopma UNS, sumber pengalamanku.
11. Teman mahasiswa A1 dan PAK angkatan 2007, semoga kita semua sukses.
12. Seluruh komunitas serta volunteer Solo Batik Carnival 2 dan 3, untuk segala
persahabatan, persaudaraan yang terjalin serta kerja tim yang solid.
13. Mas alam, terimakasih atas bantuannya.
14. Teman-teman kos Linaya, Pondok Titis dan Rinenggo.
15. Untuk Kota Solo yang selalu mengadakan event budaya, sarana untuk
mengembangkan bakat, kreatifitas sekaligus memberikan pengalaman yang
berharga.
16. Teman-teman Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, terimakasih atas
informasi yang selalu diberikan. Semoga kita bisa meraih impian kita.
Akhir kata, penulis ingin menyampaikan bahwa penyusunan skripsi ini
masih banyak dijumpai kesalahan-kesalahan. Hal itu dikarenakan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan berbagai masukan dari semua pihak, baik berupa saran maupun
kritik yang sekiranya bisa memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... v
HALAMAN ABSTRAK ... vi
HALAMAN MOTTO... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN... xvii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Pengertian Kinerja ... 7
2. Pengertian Pengukuran Kinerja ... 8
3. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9
4. Pengertian Visi, Misi dan Strategi... 12
5. PengertianBalanced Scorecard... 14
6. KonsepBalanced Scorecard... 15
commit to user
xiii
8. KelemahanBalanced Scorecard... 20
9. ManfaatBalanced Scorecard... 21
10. Menterjemahkan Visi dan Strategi ke dalam Empat PerspektifBalanced Scorecard... 21
B. Penelitian Yang Relevan... 31
C. Kerangka Berfikir... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 40
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
B. Metode Penelitian... 41
C. Sumber Data... 42
D. Teknik Sampling ... 42
E. Teknik Pengumpulan Data... 43
F. Validitas Data... 46
G. Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 53
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53
1. Sejarah Singkat Berdirinya KSU Mekar Surya Karanganyar .. 53
2. Stuktur Organisasi KSU Mekar Surya Karanganyar... 54
3. Produk, Jasa dan Pelayanan ... 60
4. Wilayah Pemasaran ... 60
5. Permodalan untuk Pengembangan Usaha Koperasi ... 61
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 62
1. Visi, Misi, Slogan, Motto, Kepercayaan dan Budaya KSU Mekar Surya Karanganyar ... 62
2. Program Kerja KSU Mekar Surya Karanganyar Tahun 2010 ... 64
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teoeri ... 65
1. Menterjemahkan Visi, Misi, dan Strategi ke dalam Balanced Scorecard... 66
commit to user
xiv
3. Mengukur Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya
Karanganyar denganBalanced Scorecard... 69
4. Menilai Hasil Pengukuran Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar dengan Balanced Scorecard... 79
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 87
A. Simpulan ... 87
B. Implikasi... 88
C. Saran ... 89
DAFTAR PUSTAKA ... 91
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Nomor Halaman
Gambar 1 Model Pengukuran Kinerja ... 9
Gambar 2 Hubungan sebab-akibat antara empat perspektif dalam balanced scorecard... 17
Gambar 3 Keseimbangan sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik ... 19
Gambar 4 Balanced Scorecard sebagai kerangka kerja untuk menerjemahkan srtategi ke dalam kerangka operasional ... 22
Gambar 5 Perspektif pelanggan-Ukuran utama ... 24
Gambar 6 Proporsi Nilai Pelanggan ... 26
Gambar 7 Perspektif Proses Bisnis Internal... 27
Gambar 8 Kerangka kerja ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan... 28
Gambar 9 Kerangka berfikir pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard... 39
Gambar 10 Struktur Organisasi KSU Mekar Surya Karanganyar... 55
Gambar 11 Hubungan sebab akibat rencana strategis pada Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar... 66
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Nomor Halaman
Tabel 1 Perbedaan Ukuran yang Diteliti ... 34
Tabel 2 Kerangka Kriteria Keseimbangan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 49
Tabel 3 Kerangka Ikhtisar Kinerja Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 51
Tabel 4 Kerangka Kriteria Keseimbangan Unit Simpan Pinjam KSU Mekar Surya Karanganyar ... 68
Tabel 5 Rasio Peningkatan Pendapatan... 70
Tabel 6 Rasio Peningkatan SHU ... 70
Tabel 7 Rasio Perubahan Biaya ... 71
Tabel 8 Cash Ratio... 71
Tabel 9 Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva... 72
Tabel 10 Rasio Rentabilitas Modal ... 73
Tabel 11 Data Akuisisi Pelanggan ... 74
Tabel 12 Retensi Karyawan ... 77
Tabel 13 Produktivitas Karyawan ... 78
Tabel 14 Rasio Karyawan yang Dilatih... 79
Tabel 15 Rating Scale... 79
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran no. Halaman
Lampiran 1 Kisi-kisi Penelitian ... 93
Lampiran 2 Pedoman Wawancara... 94
Lampiran 3 Fieldnote ... 95
Lampiran 4 Foto-foto Penelitian ... 106
Lampiran 5 Laporan Neraca Perbandingan Tahun 2009 dan 2008... 112
Lampiran 6 Laporan Neraca Perbandingan Tahun 2010 dan 2009... 113
Lampiran 7 Laporan Perbandingan Hasil Usaha Tahun 2009 dan 2008 ... 114
Lampiran 8 Laporan Perbandingan Hasil Usaha Tahun 2010 dan 2009... 115
Lampiran 9 Program Kerja Tahun 2010... 116
Lampiran 10 Daftar pelatihan dan pembinaan karyawan... 117
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis yang
semakin competitive dan turbulence menyebabkan suatu perusahaan diharuskan
melakukan perbaikan di segala bidang agar tetap menjadi pelaku pasar dalam
jangka panjang dengan produk yang berdaya saing tinggi. Kondisi ini
mengharuskan manajemen agar dapat meningkatkan strategi agar mampu
bertahan dan berkembang dalam persaingan.
Peran pelaku ekonomi dalam kegiatan usaha di Indonesia sangat vital bagi
roda perekonomian di Indonesia. Para pelaku ekonomi berupaya membangun
perekonomian yang pada akhirnya turut serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Tiga pilar ekonomi nasional yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta
dan koperasi berupaya melakukan usaha seperti di sektor jasa keuangan maupun
pembiayaan. Badan-badan usaha tersebut memberikan berbagai jasa keuangan
maupun pembiayaan untuk membantu serta memfasilitasi masyarakat dan sektor
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Sesuai UU No.20 Tahun 2008,
bahwa sektor UMKM perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat
agar mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
Sehingga masing-masing badan usaha tersebut berkompetisi dalam penyaluran
dananya untuk membantu sektor UMKM maupun masyarakat.
Perkembangan badan-badan usaha tersebut masih dihadapkan pada
berbagai permasalahan baik yang bersifat internal maupun eksternal yang kurang
kondusif. Adapun permasalahan tersebut yaitu: (1) aspek infrastruktur dan
kelembagaan; (2) efisiensi operasional; (3) belum optimalnya pemberdayaan
usaha; (4) strategi manajemen yang kurang tepat; (5) rendahnya kemampuan
SDM; (6) permodalan; serta (7) terbatasnya akses pasar (Wijono dalam Ashari).
Peran strategis yang dimainkan pelaku-pelaku ekonomi baik BUMN,
swasta maupun koperasi menuntut adanya penyusunan kebijakan dan
commit to user
sehingga lebih optimal dalam pembangunan nasional. Ketiganya dituntut
memiliki daya saing secara internal, regional, nasional maupun lokal.
Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut, diperlukan adanya evaluasi
kinerja melalui pengukuran kinerja yang handal (reliable). Pengukuran kinerja
merupakan hal yang esensial bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pengukuran
kinerja dapat digunakan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan serta
penyusunan strategi bisnis yang tepat. Menurut Ciptani (2000) dijelaskan bahwa
pengukuran kinerja pada organisasi digunakan untuk melakukan koordinasi antara
para manajer dengan tujuan dari masing-masing bagian nantinya akan
memberikan kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam
mencapai sasarannya.
Metode pengukuran kinerja yang selama ini banyak digunakan baik pada
sektor swasta maupun publik adalah pengukuran tradisional, yang hanya
menekankan pada aspek finansial saja. Sedangkan apabila diukur hanya dari
aspek finansial saja tidak mampu mencerminkan kinerja organisasi yang
sesungguhnya.
Metode pengukuran kinerja yang dianggap tepat mengatasi
kendala-kendala secara menyeluruh pada lembaga keuangan mikro saat ini yaitubalanced
scorecard. Balanced scorecard merupakan sebuah konsep pengukuran kinerja
yang diperkenalkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000:22) sebagai
metode pengukuran kinerja komprehensif yang tersusun dalam empat perspektif
yaitu finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan.Balanced scorecard mampu menerjemahkan visi, misi, dan strategi
suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja baik kinerja
finansial maupun non finansial.
Modell dalam Imelda (2004) menjelaskan bahwa balanced scorecard
dapat membantu organisasi publik dalam mengontrol keuangan dan mengukur
kinerja organisasi. Saat ini, metodebalanced scorecardbanyak digunakan sebagai
alat pengukuran kinerja pada organisasi bisnis (profit seeking organisation).
Masih jarang implementasi balanced scorecard pada organisasi publik (public
commit to user
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian,
dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Pengertian ini selaras dengan definisi yang dikemukakan oleh
International Cooperative Alliance (ICA)bahwa”a cooperative is an autonomous
association of persons united voluntarily to meet their common economic, social,
and cultural needs and aspirations through a jointly owned and democratically
contolled enterprise.”(www.coop.org). Pernyataan ini pun sejalan dengan tujuan
koperasi sebagaimana dikemukakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.27 tentang Akuntansi Perkoperasian
bahwa koperasi adalah suatu badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan
pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip
koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada
khususnya dan masyarakat daerah kerja pada umumnya, dengan demikian
koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat dan soko guru perekonomian
nasional.
Karakteristik utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha
lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki identitas ganda (the dual identity of
the member), yaitu anggota sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi
(user own oriented firm). Koperasi diharapkan mampu memainkan peranan
sentral dalam tata perekonomian di Indonesia. Usaha memajukan koperasi harus
ditingkatkan dari waktu ke waktu untuk mewujudkan visi dan misi koperasi
sebagai soko guru perekonomian rakyat, gerakan ekonomi rakyat dan wadah
demokrasi ekonomi.
Dinamika ekonomi dan persaingan usaha menjadi tantangan besar bagi
koperasi dalam menjalankan usahanya. Dalam era globalisasi, koperasi harus
bersaing dengan perusahaan-perusahaan global yang memiliki berbagai
keunggulan dalam memutarkan roda bisnisnya. Paradigma masyarakat selama ini
commit to user
BUMN dianggap perusahaan yang memiliki hak monopoli, birokratis, dan kurang
efisien. Sedangkan koperasi dianggap sebagai badan usaha yang dimiliki pribadi,
modal dan kapasitas usaha kecil, tidak dikelola dengan baik serta kurang
berkembang. Sejauh ini, Koperasi memang belum bisa berkembang pesat
dibandingkan dengan pelaku-pelaku ekonomi lain seperti BUMN maupun swasta.
Hal ini dikarenakan Koperasi masih dihadapkan pada masalah kinerjanya yang
masih belum optimal. Berbagai aspek seperti permodalan yang masih kecil,
kurangnya penguasaan teknologi mutakhir, ketrampilan yang masih sederhana,
lemahnya kemampuan manajemen, serta kurangnya dukungan pemerintah masih
menjadi problematika koperasi.
Untuk dapat bertahan dalam iklim persaingan usaha, koperasi harus terus
melakukan konsolidasi intern yaitu mengusahakan kebangkitan koperasi agar
dapat menjalankan peranannya dalam kehidupan perekonomian. Kepercayaan
harus terus ditingkatkan dengan menumbuhkan koperasi sebagai badan usaha
yang sehat, layak dan berorientasi pada kepentingan anggota. Untuk itu koperasi
harus mampu meningkatkan daya saingnya seperti meningkatkan kemampuan
manajemen, permodalan, penguasaan teknologi mutakhir serta ketrampilan yang
tinggi untuk menangani berbagai aktivitas usahanya (dalam Buletin Koperasi
Edisi Juli/Agustus/September/1991). Seperti dipaparkan oleh Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada acara ”Puncak Peringatan
Hari Koperasi ke-63 tanggal 15 Juli 2010”, koperasi diharapkan mampu
meningkatkan kinerjanya sehingga menjadi kekuatan ekonomi rakyat yang
mandiri, kreatif dan inovatif untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.
KSU Mekar Surya Karanganyar merupakan salah satu koperasi di wilayah
Karanganyar, dimana lingkungan persaingan bisnis sangat kompetitif. Hal ini
dikarenakan menjamurnya lembaga-lembaga keuangan baik koperasi maupun
lembaga keuangan lainnya di wilayah Karanganyar. KSU Mekar Surya
Karanganyar dituntut untuk melakukan upaya agar mampu bertahan dalam iklim
persaingan yang semakin kompetitif tersebut. Salah satu upaya KSU Mekar Surya
commit to user
meningkatkan kinerja koperasi. Untuk itu dilakukan evaluasi kinerja melalui
pengukuran kinerja. Hal ini dilakukan agar Koperasi dapat mengetahui sejauh
mana kondisi usahanya. Dengan mengetahui kondisi usahanya, maka koperasi
dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan aktivitas usahanya serta
menentukan langkah strategis untuk perencanaan selanjutnya. Pengukuran kinerja
dilakukan secara menyeluruh yaitu dari perspektif finansial, pelanggan, proses
bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Berdasarkan alasan tersebut penulis tertarik mengambil judul penelitian
“Pengukuran Kinerja denganBalanced Scorecard pada Unit Simpan Pinjam
Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar Tahun 2010”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimana
kinerja Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya
Karanganyar apabila diukur dengan menggunakan konsepbalanced scorecard.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Unit Simpan Pinjam
Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar apabila diukur dengan
menggunakan konsep balanced scorecard melalui empat perspektif, yaitu:
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, sehingga dapat dijadikan sebagai
informasi bagi manajemen dalam menilai kinerja perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang akuntansi manajemen serta bagi kepentingan
manajemen suatu badan usaha dalam mengukur kinerja sehingga diharapkan
commit to user 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Koperasi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan Unit Simpan
Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya Karanganyar, khususnya
yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dengan menggunakan konsep
balanced scorecard.
b. Bagi Akademik
Memberi gambaran tentang konsep balanced scorecard dan penerapannya
pada Unit Simpan Pinjam Koperasi Serba Usaha (KSU) Mekar Surya
Karanganyar.
c. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pemahaman tentang pengukuran kinerja pada sebuah
badan usaha khususnya koperasi dengan menggunakan konsep balanced
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan
visi organisasi. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur
dan menggambarkan kondisi empirik perusahaan dari berbagai ukuran yang telah
disepakati.
Arti istilah kinerja atau dalam bahasa inggris “performance” adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika (Suyadi Prawirosentono dalam Riah, 2009).
Definisi kinerja dalam Pramudianto (2007):
a. Menurut Keban (2000: 28)
Performance adalah tingkat pencapaian hasil atau “the degree of
accomplishment” atau dengan kata lain kinerja merupakan tingkat pencapaian
tujuan organisasi.
b. Menurut Simamora (1998: 81)
Kinerja adalah kemampuan organisasi atau individu untuk dapat
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan.
c. Menurut Legowo (1993: 35)
Kinerja atau yang lebih populer dikenal sebagai prestasi kerja adalah
sesuatu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam bidang pekerjaan menurut
kriteria tertentu dan berlaku dalam periode waktu yang ditetapkan.
Berdasarkan definisi para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah prestasi atau hasil yang telah dicapai menurut kriteria dan periode tertentu
commit to user
2. Pengertian Pengukuran Kinerja
Mardiasmo (2002: 121) mengemukakan bahwa sistem pengukuran kinerja
sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik
menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.
Mulyadi dalam Riah (2009) menyatakan bahwa pengukuran kinerja adalah
penentuan secara periodik efektivitas operasional organisasi, bagian organisasi
dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Untuk mengetahui kinerja yang telah dicapai oleh suatu perusahaan maka
perlu dilakukan pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja merupakan faktor yang
sangat penting bagi perusahaan. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat
digunakan untuk menilai keberhasilan suatu perusahaan. Anderson dan Clancy
dalam Sony Yuwono (2002: 23) menyatakan pengukuran kinerja sebagai berikut:
“Feedback from the accountant to management that provides information about how well the actions represent the plans; it also identifies where managers may need to make corrections or adjusments in future planning and controlling activities”.
Pernyataan diatas mengandung makna bahwa pengukuran kinerja mampu
memberikan umpan balik yang akan memberi informasi tentang prestasi
pelaksanaan sebuah rencana dan titik-titik dimana perusahaan memerlukan
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton (2000: 128) menyatakan
bahwa tujuan dari sistem pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi semua
manajer dan pekerja agar melaksanakan strategi unit bisnis dengan berhasil. Jadi
sistem pengukuran yang diterapkan perusahaan akan sangat mempengaruhi
perilaku manajer maupun pekerjanya. Pengukuran kinerja pada organisasi
digunakan untuk melakukan koordinasi antara para manajer dengan tujuan dari
masing-masing bagian nantinya akan memberikan kontribusi terhadap kemajuan
dan keberhasilan perusahaan dalam mencapai sasarannya (Ciptani: 2000).
Sehingga dapat meningkatkan pertanggungjawaban dan memperbaiki proses
commit to user
Model pengukuran kinerja menurut Husein Umar (2002: 38) yaitu:
B D G I
A gap F
C E H
Gambar 1. Model Pengukuran Kinerja Sumber: Husein Umar (2002 : 38)
A = Faktor yang akan diukur
AB = Apa yang diharapkan dari A
BD = Rentetan mengenai harapan-harapan atas A (jika ada)
AC = Fakta-fakta mengenai A
CE = Proses analisis data AC sehingga menghasilkan nilai E
DE = Gap, yaitu besar perbedaan antara harapan (D) dan kenyataan (E)
F = Tolok ukur untuk menilai gap
G = Hasil pengukuran menggunakan tolok ukur F, bahwa faktor A
Bermasalah
H = Hasil pengukuran menggunakan tolok ukur F, bahwa faktor A
tidak bermasalah
GI = feedback/ tindak lanjut pengukuran
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja adalah tindakan yang berupa umpan balik yang memberikan informasi
tentang prestasi perusahaan yang bertujuan memotivasi semua manajer dan
pekerja agar melaksanakan strategi unit bisnis dengan berhasil.
3. Tujuan dan Manfaat Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi
dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Pengukuran
kinerja yang handal (reliable) merupakan salah satu faktor kunci suksesnya
organisasi. Hal ini dikarenakan pengukuran kinerja dapat memotivasi manajer dan
commit to user
Menurut Mardiasmo (2002: 122), tujuan sistem pengukuran kinerja
adalah:
1. untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom
up).
2. untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga
dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi.
3. untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan
bawah serta memotivasi untuk mencapaigoal congruence.
4. sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan
kemampuan kolektif yang rasional.
Sedangkan menurut Herawati dalam Primadhani (2008), tujuan
manajemen melakukan evaluasi kinerja adalah:
1. memberikan masukan untuk keputusan sumber daya alam seperti promosi,
transfer dan pemutusan hubungan kerja.
2. memberikan umpan balik kepada karyawan mengenai bagimana pandangan
organisasi akan kinerja mereka.
3. sebagai dasar dalam pemberian kompensasi yang mencakup peningkatan balas
jasa, bonus karyawan dan kenaikan lainnya dalam gaji.
Manfaat pengukuran kinerja (Mardiasmo, 2002: 122):
1. memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk menilai
kinerja manajemen.
2. memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
3. untuk memonitor dan mengevaluasi pencapaian kinerja dan
membandingkannya dengan target kinerja serta melakukan tindakan korektif
untuk memperbaiki kinerja.
4. sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward and
punishment) secara obyektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai
dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.
5. sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka
memperbaiki kinerja organisasi.
commit to user
7. membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
8. memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.
Menurut Mulyadi dalam Riah (2009) pengukuran kinerja dimanfaatkan
oleh manajemen untuk :
a. mengelola koperasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian
karyawan secara maksimal.
b. membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
c. mengidentifikasi kebutuhan pelatih dan pengembangan karyawan dan untuk
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
d. menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka
menilai kinerja mereka.
e. menyediakan dasar bagi distribusi penghargaan.
Menurut Indra Bastian dalam Riah (2009) pengukuran kinerja merupakan
alat manajemen untuk:
a. memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan untuk
pencapaian kinerja.
b. memastikan tercapainya skema kinerja yang disepakati
c. memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan membandingkannya
dengan skema kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.
d. memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas kinerja yang
dicapai setelah dibandingkan dengan skema indikator kinerja yang disepakati.
e. menjadikan alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
f. mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g. membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i. menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan.
commit to user
Sedangkan menurut Lynch dan Cross dalam Sony Yuwono (2002: 29),
manfaat pengukuran kinerja adalah:
1. menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang dalam
organisasi terlibat dalam upaya memberi kepuasan kepada pelanggan.
2. memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut (reduction of waste).
4. membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan memberi
“rewards” atas perilaku yang diharapkan tersebut.
4. Pengertian Visi, Misi, dan Strategi
a) Visi
Mulyadi (2007: 474) menjelaskan bahwa visi merupakan gambaran
kondisi masa depan yang hendak diwujudkan sebagai hasil dari suatu pikiran yang
melampaui realita sekarang. Visi yang baik (vision of success) dapat didefinisikan
sebagai “deskripsi tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi setelah
organisasi tersebut mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi
sepenuhnya (Bryson dalam Mudrajad Kuncoro: 2006).
Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Visi adalah pernyataan “want to be” dari organisasi atau perusahaan. Visi mencanangkan masa depan perusahaan untuk 3 sampai 10 tahun ke depan, yang merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang (Dermawan Wibisono, 2006: 43).
Visi berfungsi sebagai pengarah seluruh anggota organisasi dalam
commit to user
Sedangkan menurut Mirhani dalam Primadhani (2008), visi perusahaan
adalah kemampuan atau daya organisasi untuk melihat atau
mengimajinasikan dirinya sendiri di masa depan.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa visi adalah suatu
pandangan/cita-cita tentang kondisi suatu perusahaan di masa depan.
b) Misi
Menurut Coulter dalam Mudrajad Kuncoro (2006), kendati visi organisasi
memberikan gambaran menyeluruh tentang ke mana organisasi akan dibawa di
masa depan, misi adalah suatu pernyataan tentang apa yang dilakukan oleh
berbagai unit organisasi dan apa yang mereka harapkan untuk mencapai visi
organisasi. Misi juga merupakan bagian dari visi yang biasanya mencerminkan
norma perilaku yang menjadi pedoman para karyawan.
Menurut Mirhani dalam Primadhani (2008), misi perusahaan adalah tugas
khusus yang akan diemban oleh perusahaan dalam mencapai tujuannya sehingga
memberikan arah dan fokus bagi manajemen terhadap aktivitas-aktivitasnya.
Misi adalah jalan pilihan (the chosen track) organisasi untuk menuju ke masa depan. Misi merupakan alasan keberadaan (reason for being) suatu organisasi. Fungsi misi adalah sebagai pemfokus kegiatan seluruh anggota organisasi (Mulyadi, 2007: 473).
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa misi adalah
jalan atau langkah yang harus dilakukan untuk menuju masa depan atau mencapai
visi organisasi yang telah ditetapkan.
c) Strategi
Mulyadi (2007: 409) menyatakan bahwa strategi merupakan pola tindakan
utama dalam pengerahan dan pengarahan seluruh sumber daya organisasi untuk
mewujudkan visi organisasi melalui misi.
Strategi mampu membentuk pola pengambilan keputusan bagi manajer.
Setelah strategi dipilih, strategi tersebut kemudian perlu diterjemahkan ke dalam
commit to user
Sedangkan menurut Wilopo (2002), strategi merupakan positioning
organisasi di masa depan dengan memberikan daya ungkit melalui aset-aset yang
dimiliki untuk menciptakan aset yang dapat membawa organisasi pada posisi
superiorterhadap pesaing melalui penciptaan nilai.
Strategi adalah pola atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama atau kebijakan perusahaan dengan rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang saling mengikat. Strategi biasanya berkaitan dengan prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi yang dicanangkan perusahaan serta bagaimana perusahaan memilih jalan yang spesifik untuk mencapai misi tersebut (Lynch dalam Wibisono, 2006: 50)
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi adalah
pola tindakan atau rencana yang mengintegrasikan tujuan utama perusahaan
dengan tindakan melalui pengerahan sumber daya organisasi agar mencapai posisi
superior.
5. PengertianBalanced Scorecard
Mulyadi (2007: 3) menyatakan bahwabalanced scorecard terdiri dari dua
kata, yaitu scorecard dan balanced. Scorecard adalah kartu skor yang akan
digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang.
Sedangkanbalancedartinya berimbang, untuk mengukur kinerja seseorang diukur
secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan dan non keuangan, jangka
pendek dan jangka panjang, serta intern dan ekstern.
Menurut Hansen dan Mowen dalam Imelda (2004: 108), balanced
scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menerjemahkan visi dan
strategi suatu organisasi ke dalam tujuan dan ukuran operasional.
Anthony dalam Sony Yuwono (2002: 18) menyatakanbalanced scorecard
sebagai berikut:
“Balanced scorecard is a measurement and management system that views a bussines units performances from four perspective, financial, customer, internal bussines process, leraning and growth.”
Maksudnya balanced scorecard merupakan kegiatan manajemen dan
commit to user
yang diantaranya adalah faktor keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta
pertumbuhan dan pembelajaran.
Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial masa lalu,Balanced Scorecard
juga memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata (Kaplan dan Norton, 2000: 16-17).
Sedangkan menurut Isniar (2000), balanced scorecard merupakan
contemporary management tool yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan
organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Balanced scorecard
melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan ukuran
pendorong (drivers) kinerja masa depan.
Berdasarkan definisi dan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik yang
mengkomunikasikan strategi ke dalam perspektif keuangan dan non keuangan
untuk menyelaraskan aktivitas-aktivitas perusahaan dengan strateginya.
6. KonsepBalanced Scorecard
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
implementasinya. Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk
memperbaiki sistem pengukuran eksekutif, yang fokus perhatiannya lebih
dicurakan pada kinerja keuangan dan kecenderungan mengabaikan nonkeuangan.
Selanjutnya balanced scorecard mengalami perkembangan dalam
implementasinya, menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja
keuangan dan nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka
panjang.
Pada awalnya, balanced scorecard hanya digunakan sebagai alat
pengukuran kinerja pada organisasi bisnis (profit seeking organisation). Namun
dewasa ini balanced scorecard bukan hanya digunakan oleh organisasi bisnis
commit to user
Konsep balanced scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.
Kaplan dan David P. Norton. Konsep balanced scorecard ini dikembangkan
untuk melengkapi pengukuran kinerja finansial/tradisional juga sebagai alat yang
cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan pemikiran baru
dalam era competitiveness dan efektifitas organisasi. Balanced scorecard
digunakan sebagai alat pengendalian, analisa dan merevisi strategi organisasi
(Campbell et aldalam Imelda).
Balanced scorecard memiliki tujuan utama sebagai sebuah pendekatan untuk mengorganisasi dan menyajikan informasi pengukuran kinerja yang merupakan kombinasi antara ukuran keuangan yang terbatas dengan ukuran non-keuangan yang telah diseleksi dalam konteks memberikan manajer informasi yang lebih relevan dan lebih efektif (pengukuran yang tidak terlalu banyak namun memiliki informasi yang luas) tentang kinerja organisasi ketimbang para manajer tersebut menerima informasi melalui laporan manajemen yang masih tradisional, terutama berkaitan dengan kunci tujuan strategik (Kaplan & Norton dalam Wilopo).
Balanced scorecard mencakup berbagai aktivitas penciptaan nilai yang
dihasilkan oleh para partisipan perusahaan yang memiliki kemampuan dan
motivasi tinggi, sementara tetap memperhatikan kinerja jangka pendek yaitu
melalui perspektif finansial. Balanced scorecard dengan jelas mengungkapkan
berbagai faktor yang menjadi pendorong tercapainya kinerja finansial dan
kompetitif jangka panjang yang superior (Isniar: 2000).
Konsep ini memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja perusahaan
dengan menggunakan kriteria-kriteria yang tertuang dalam empat perspektif
balanced scorecard. Keempat perspektif tersebut menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dan merupakan indikator pengukuran kinerja yang saling
commit to user Finansial
Pelanggan
Proses Bisnis Internal
[image:34.595.148.512.80.487.2]Pembelajaran dan Pertumbuhan
Gambar 2. Hubungan Sebab-Akibat antara empat Perspektif dalam
Balanced Scorecard.
Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 28)
Menurut Mulyadi dalam Ciptani (2000), konsep balanced scorecard
adalah salah satu konsep pengukuran kinerja yang sebenarnya memberikan
rerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke dalam sasaran-sasaran
strategik. Sasaran-sasaran strategik yang komprehensif dapat dirumuskan karena
balanced scorecard menggunakan empat perspektif yang satu sama lain saling
berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Rencana strategik yang komprehensif
dan koheren menyediakan kemudahan dan kejelasan untuk penyusunan program.
Dengan rerangka balanced scorecard, perencanaan strategik menghasilkan
berbagai strategic initiatives yang jelas menunjukkan sasaran (strategic
objectives) yang hendak dituju masa depan, ukuran pencapaian sasaran dan
informasi tentang pemacu kinerja (performance driver), target yang harus dicapai
dalam kurun waktu tertentu di masa depan.
ROCE
Loyalitas Pelanggan
Keahlian Pekerja Proses
Waktu Siklus
Proses Mutu Penyerahan
commit to user
7. KeunggulanBalanced Scorecard
Keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem perencanaan
strategik menurut Mulyadi (2007: 15) adalah mampu menghasilkan rencana
strategik yang memiliki karakteristik diantaranya:
a. komprehensif
Balanced scorecard memperluas perspektif dalam perencanaan
strategis dari perspektif keuangan meluas ketiga perspektif lain: pelanggan,
proses bisnis dan internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran
yang lebih luas ini berdampak bagi perusahaan untuk lebih bijak dalam
memilih strategi korporat dan perusahaan akan mampu memasuki area bisnis
yang kompleks.
b. koheren
Balanced scorecard membangun hubungan sebab akibat (causal
relationship) diantara berbagi sasaran strategik yang dihasilkan dalam
perencanaan strategik.
c. berimbang
Balanced scorecardmemelihara keseimbangan antara sasaran strategis
di empat perspektif sehingga perusahaan dapat memperoleh informasi yang
menyeluruh. Keseimbangan sasaran strategik penting untuk menghasilkan
kinerja keuangan berkesinambungan. Selain itu keseimbangan sasaran
strategik akan menjanjikan shareholder value yang berlipat ganda dan
berjangka panjang.
d. terukur
Sistem balanced scorecard hendaknya menghasilkan sasaran-sasaran
strategis dengan ukuran tertentu. Keterukuran sasaran strategik yang
dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik menjanjikan ketercapaian
commit to user Process-Centric
Perspektif proses Perspektif
bisnis internal keuangan
Internal Eksternal
focus focus
Perspektif Perspektif
pembelajaran dan customer
[image:36.595.123.507.114.490.2]pertumbuhan People-Centric
Gambar 3. Keseimbangan sasaran-sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik.
Sumber : Mulyadi (2001: 22)
Menurut Luis (2007: 48-51), kelebihanbalanced scorecarddiantaranya:
a. dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan strategi di antara para
stakeholders dari sebuah organisasi yaitu pihak manajemen, karyawan, para
pemegang saham, pelanggan serta komunitas lingkungan.
b. memungkinkan organisasi untuk memetakan semua faktor yang ada dalam
organisasi tersebut, baik berbentuk benda fisik (tangible asset) maupun non
fisik (intangible asset).
c. mengaitkan strategi dengan kinerja organisasi (performance).
d. memiliki konsep sebab-akibat.
e. dapat membantu proses penyusunan anggaran.
Sedangkan menurut Singgih et al dalam Primadhani (2008) dijelaskan
bahwa kelebihanbalanced scorecarddiantaranya:
Financial returns yang berlipatganda dan berjangka
panjang
Produk dan jasa yang
mampu menghasilkan
valueterbaik bagi customer Proses
produktif dan cost effective
commit to user
a. ada keseimbangan antaralag indicatordanlead indicator.
b. balanced scorecard menggunakan tolak ukur kinerja “masa lalu”, selain itu
juga menggunakan kinerja “masa depan”.
Lag indicator yang merupakan ukuran hasil digunakan utnuk mengukur
pencapaian tujuan, sedangkanlead indicator yang merupakan ukuran pemicu
merupakan ukuran yang menunjukkan penyebab dicapainya ukuran hasil.
c. ada keseimbangan antara tujuan jangka panjang dan jangka pendek.
Dalam balanced scorecard ada keseimbangan antara tujuan jangka pendek
(financial perspective) dan tujuan jangka panjang (customer perspective,
internal business process perspective, and learning and growth perspective).
d. ada keseimbangan antarahard objectives measuresdan softer more subjective
measures.
Pengukuran dengan balanced scorecard menunjukkan adanya keseimbangan
antara hard objectives measures. Artinya dengan menggunakan ukuran hasil
yang objektif (ukuran-ukuran yang mudah didapatkan) yaitu ukuran hasil pada
financial perspectivedengan ukuran hasil yang lebih subjektif (ukuran-ukuran
yang sulit didapatkan) yaitu ukuran hasil pada customer, internal business
process, and learning and growth.
8. KelemahanBalanced Scorecard
Meskipunbalanced scorecard memiliki banyak keunggulan, tetapi sistem
pengukuran kinerja ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Menurut
Purwanto dalam Primadhani (2008) kelemahanbalanced scorecarddiantaranya:
1. perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi daripada
penentuan strategi.
2. meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif
perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan
bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat diidentifikasi.
Meskipun demikian, keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak mengurangi
manfaat yang diperoleh dari penerapan balanced scorecard, melainkan dapat
commit to user
9. ManfaatBalanced Scorecard
Kaplan dan Norton (2000: 17) mengemukakan beberapa manfaat dari
konsep pengukuran kinerjaBalanced Scorecard, yaitu:
1. mengklarifikasi dan menghasilkan konsensus mengenai strategi.
2. mengkomunikasikan strategi ke seluruh perusahaan.
3. menyelaraskan berbagai tujuan departemen dan pribadi dengan strategi
perusahaan.
4. mengkaitkan berbagai tujuan strategis dengan sasaran jangka panjang dan
anggaran tahunan.
5. mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
6. melaksanakan peninjauan ulang strategis secara periodik dan sistematis.
7. mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan
memperbaiki strategi.
10. Menterjemahkan Visi dan Strategi ke dalam
Empat Perspektif Balanced Scorecard
Balanced scorecard memberi para eksekutif kerangka kerja yang
komprehensif untuk menerjemahkan visi dan strategi perusahaan ke dalam
seperangkat ukuran kinerja yang terpadu yang tersusun dalam empat perspektif
kerangka kerja balanced scorecard, yaitu financial, customer, internal business
processes, dan learning and growth (Kaplan & Norton, 2000: 8). Balanced
scorecardseharusnya menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan
dan ukuran. Gambar 4 menggambarkan mengenai balanced scorecard sebagai
commit to user
Gambar 4.Balanced Scorecardsebagai kerangka kerja untuk Penerjemahan Strategi ke dalam Kerangka Operasional.
Sumber: Kaplan & Norton (2000: 8)
Menurut Kaplan dan Norton (2000: 41), balanced scorecard memiliki
empat perspektif yang kesemua ukurannya diarahkan kepada pencapaian strategi
yang terpadu. Keempat perspektif tersebut menyajikan keseimbangan diantara
beberapa pengukuran kinerja, diantaranya:
1. Perspektif finansial(financial perspective)
Perspektif finansial sangat penting dalam memberikan ringkasan
konsekuensi tindakan ekonomis yang telah diambil. Ukuran kinerja finansial
menggambarkan apakah strategi perusahaan, implementasi dan
pelaksanaannya memberikan kontribusi atau tidak terhadap peningkatan laba
perusahaan. Tujuan finansial biasanya berhubungan dengan profitabilitas,
yang bisa diukur berdasar laba operasi, return on capital employed (ROCE),
commit to user
Ada tiga tahap perkembangan kondisi keuangan pada unit bisnis, yaitu:
a. bertumbuh (growth)
Perusahaan berada pada awal siklus hidup perusahaan (growth) pada
saat menghasilkan produk dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan.
Perusahaan harus mampu mengolah sumber daya yang tersedia untuk
meningkatkan produk/jasa, fasilitas produksi, kemampuan operasi,
infrastruktur, jaringan distribusi, serta memelihara hubungan erat dengan
pelanggan.
Tujuan finansial dalam tahap ini adalah pertumbuhan pendapatan
dan penjualan di berbagai segmen pasar.
b. bertahan (sustain)
Sebagian besar perusahaan berada pada tahap bertahan (sustain),
kondisi dimana perusahaan akan mempertahankan pangsa pasar yang
dimiliki melalui investasi yang cukup. Tujuan finansial dalam tahap ini
adalah profitabilitas.
c. menuai (harvest)
Unit bisnis mencapai tahap kedewasaan dalam siklus hidupnya. Pada
tahap ini perusahaan sudah tidak lagi membutuhkan investasi yang besar,
namun unit bisnis hanya akan menuai (harvest) investasi yang telah
ditanamnya. Tujuan finansialnya adalah memaksimumkan arus kas operasi
dan penghematan modal kerja.
Kaplan dan Norton (2000: 45) mengungkapkan bahwa ada tiga tema
finansial yang dapat mendorong strategi bisnis, yaitu:
bauran dan pertumbuhan pendapatan (revenue mix and growth)
pengurangan biaya atau peningkatan produktivitas
strategi pemanfaatan aktiva/investasi
2. Perspektif pelanggan(customer perspective)
Dalam perspektif pelanggan, organisasi mengidentifikasi pelanggan
dan segmen pasar dimana organisasi akan bersaing dan berbagai ukuran
commit to user
pelanggan terdiri dari dua yaitu kelompok ukuran utama (core measurement
group) dan proporsi nilai pelanggan (customer value preposition).
1. Ukuran utama (core measurement group)
[image:41.595.149.499.236.702.2]Komponen pengukuran diilustrasikan sebagai berikut:
Gambar 5. Perspektif Pelanggan – Ukuran Utama Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 28)
a. pangsa pasar (market share)
Menggambarkan proporsi bisnis yang dijual unit bisnis dalam segmen
pasar tertentu (pelanggan, uang yang dibelanjakan, dan volume
penjualan).
b. retensi pelanggan (customer retention)
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan dan
meningkatkan loyalitas pelanggan. Pengukuran bisa dilakukan melalui
prosentase pertumbuhan bisnis dengan jumlah pelanggan yang dimiliki
perusahaan.
c. akuisisi pelanggan (customer acquisition)
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menarik dan
memenangkan pelanggan atau bisnis baru dalam persaingan segmen
pasar. Pengukuran bisa dilakukan melalui prosentase jumlah
Profitabilitas Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Pangsa Pasar
Akuisisi Pelanggan
commit to user
penambahan pelanggan baru dan perbandingan total penjualan dengan
pelanggan baru yang ada.
d. kepuasan pelanggan (customer satisfaction)
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan
pelayanan kepada pelanggannya, sehingga diharapkan mampu
memberikan umpan balik mengenai seberapa baik perusahaan
melaksanakan bisnisnya. Untuk mengetahui tingkat kepuasan
pelanggan, dapat dilakukan dengan beberapa teknik yaitu: survey
melalui pos, interview melalui telepon, ataupersonal interview.
e. profitabilitas pelanggan (customer profitability)
Menggambarkan kemampuan perusahaan dalam meraih keuntungan
dari hasil penjualan produknya.
2. Proporsi Nilai Pelanggan (customer value preposition)
Proporsi nilai pelanggan merupakan faktor pendorong pengukuran
utama kepuasan, akuisisi, retensi, serta pangsa pasar dan pangsa rekening
pelanggan.
Dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
a. atribut produk/jasa (product/service attributies)
Atribut produk dan jasa mencakup fungsionalitas produk atau jasa,
harga, dan mutu.
b. hubungan pelanggan (customer relationship)
Dimensi waktu penyampaian produk/jasa kepada pelanggan meliputi
waktu tanggap dan penyerahan serta tanggapan pelanggan atas
barang/jasa yang diterimanya.
c. citra dan reputasi (image and reputation)
Dimensi ini menggambarkan faktor-faktor tak berwujud yang
commit to user
Hubungan ketiganya dapat digambarkan sebagai berikut:
[image:43.595.117.520.154.632.2]= + +
Gambar 6. Proporsi Nilai Pelanggan Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 65)
3. Perspektif proses bisnis internal(internal business process perspective)
Perspektif proses bisnis internal mengidentifikasi berbagai proses
internal penting bagi organisasi untuk melayani pelanggan dan pemilik
organisasi. Kaplan dan Norton (2000: 83) menyebutkan komponen utama
dalam proses bisnis internal, yaitu:
a. proses inovasi (inovation process)
Diukur dengan banyaknya produk baru yang dihasilkan organisasi, waktu
penyerahan produk ke pasar.
b. proses operasi (operation process)
Diukur dengan peningkatan kualitas produk, waktu proses produksi yang
lebih pendek. Proses ini menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi,
serta ketepatan waktu barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan.
c. proses layanan purna jual (postsale service process)
Yang diukur dengan pelayanan purna jual, waktu yang dibutuhkan untuk
memberikan pelayanan kepada pelanggan. Layanan ini mencakup garansi,
aktivitas perbaikan, penggantian produk rusak, serta proses pembayaran
secara kredit. Pengukuran tahap ini cukup penting karena pelayanan purna
jual akan berpengaruh pada tingkat kepuasan pelanggan.
Nilai Atribut produk/jasa Citra Hubungan
commit to user
Proses
Layanan
[image:44.595.116.565.105.488.2]Proses Inovasi Proses Operasi Purna Jual
Gambar 7. Perspektif Proses Bisnis Internal Sumber : Kaplan dan Norton (2000: 84-92)
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan(learning and growth perspective)
Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi
faktor-faktor yang paling penting untuk mencapai keberhasilan saat ini dan masa
depan berupa infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam
menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Untuk itu
diperlukan kontribusi dari seluruh komponen yang ada dalam perusahaan
mulai dari tingkat karyawan sampai level top manager sebagai upaya
memberikan hal yang terbaik bagi para pelanggannya.
Perspektif ini bertujuan meningkatkan kapabilitas sumber daya
manusia dan kapabilitas sistem informasi untuk mencapai keselarasan. Ciptani
(2000) menjelaskan perspektif ini dapat mengidentifikasi perusahaan dalam
penciptaan value secara terus-menerus, terutama dalam hubungannya dengan
kemampuan dan motivasi karyawan.
Dalam perspektif ini, terdapat tiga dimensi penting yang harus
diperhatikan untuk melakukan pengukuran yaitu: kemampuan karyawan,
kemampuan sistem informasi, adanya motivasi, pemberian wewenang dan
pembatasan wewenang kepada karyawan.
1. Kemampuan karyawan (employee capabilities)
Dewasa ini pekerjaan rutin dalam proses produksi sudah digantikan
oleh mesin-mesin yang serba otomatis. Dengan demikian tenaga kerja
buruh kasar kurang lagi diperlukan, melainkan tenaga kerja spesialis.
Semakin sedikitnya tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan,
commit to user
menyebabkan perusahaan lebih dapat memberikan akses informasi yang
lebih layak kepada pekerjanya untuk lebih meningkatkan efisiensi guna
mencapai tujuan perusahaan.
Dalam melakukan pengukuran terhadap kemampuan karyawan,
pengukuran dilakukan atas tiga hal pokok (lihat gambar 7) yaitu pengukuran terhadap kepuasan karyawan, pengukuran terhadap perputaran
karyawan dalam perusahaan, dan pengukuran terhadap produktivitas
karyawan.
Ukuran Inti
[image:45.595.113.528.234.521.2]Faktor yang mempengaruhi
Gambar 8. Kerangka Kerja Ukuran Pembelajaran dan Pertumbuhan Sumber: Kaplan dan Norton (2000: 112)
a. Mengukur kepuasan karyawan
Perusahaan biasanya mengukur kepuasan karyawan dengan
survei tahunan atau survei rutin dimana prosentase tertentu dari para
karyawan yang dipilih secara acak di survei setiap bulan. Unsur-unsur
dalam suatu survei kepuasan karyawan meliputi (Kaplan: 2000):
1. keterlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan
2. penghargaan karena telah melakukan pekerjaan dengan baik
Hasil
Produktivitas Karyawan Retensi
Karyawan
Kepuasan Karyawan
Iklim untuk bertindak Infrastruktur
Teknologi Kompetensi
commit to user
3. akses yang memadai kepada informasi untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik
4. dorongan aktif untuk bekerja kreatif dan menggunakan inisiatif
5. tingkat dukungan dari fungsi staff
6. kepuasan keseluruhan dari perusahaan
b. Mengukur retensi karyawan
Kaplan (2000: 113) menjelaskan bahwa tujuan retensi
karyawan adalah untuk mempertahankan selama mungkin para
karyawan yang diminati perusahaan. Perusahaan membuat investasi
jangka panjang dalam diri karyawan sehingga setiap kali ada karyawan
berhenti bukan atas keinginan perusahaan merupakan suatu kerugian
modal intelektual bagi perusahaan.
c. Mengukur produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil, dampak
keseluruhan usaha peningkatan moral dan keahlian karyawan, inovasi,
proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuannya adalah untuk
membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para karyawan dengan
jumlah karyawan yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran
tersebut (Kaplan, 2000: 113).
2. Kemampuan sistem informasi (information system capabilities)
Selain motivasi dan keahlian yang dimiliki, karyawan harus
mendapatkan banyak informasi mengenai pelanggan, proses bisnis
internal, dan konsekuensi finansial keputusan perusahaan agar karyawan
dapat bekerja secara efektif dalam lingkungan kompetitif dunia bisnis.
Mirhani dalam Riah (2009) menjelaskan bahwa motivasi dan skills
karyawan sangat diperlukan untuk mencapai sasaran customers
satisfaction dan internal-business-proces, disamping itu informasi yang
akurat dan tepat waktu mengenai customers, internal processes dan
commit to user
3. Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan (motivation, empowerment and
alignment)
Kaplan (2000: 118) menyebutkan bahwa akses informasi yang
dibekali kepada karyawan tidaklah cukup memberikan kontribusi bagi
keberhasilan perusahaan jika mereka tidak termotivasi bertindak untuk
kepentingan terbaik perusahaan atau jika mereka tidak diberikan
kebebasan membuat keputusan dan mengambil tindakan.
Untuk dapat menciptakan motivasi karyawan diperlukan iklim
organisasi yang mampu menciptakan motivasi itu sendiri dan mendorong
inisiatif karyawan. Keberhasilan aspek ini bisa dilihat dari jumlah saran
yang diajukan karyawan, jumlah saran yang diimplementasikan dan
tingkat kemampuan karyawan untuk mengetahui visi dan misi yang
diemban oleh perusahaan.
Menurut Kaplan (2000: 118) diantaranya:
a. ukuran saran yang diberikan dan dilaksanakan
Sebuah ukuran yang sederhana dan banyak digunakan adalah
banyaknya saran yang diberikan per karyawan dengan harapan dapat
mengukur partisipasi karyawan dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
b. ukuran Peningkatan
Pengukuran dapat dilakukan dengan mendeteksi seberapa besar
biaya yang terbuang akibat terlambatnya penyerahan produk, jumlah
barang yang rusak, sisa-sisa produksi danabsenteeism.
c. ukuran keselarasan perorangan dan perusahaan
Menurut Kaplan (2000: 121) faktor pendorong kinerja keselarasan
perorangan dan perusahaan berfokus pada apakah setiap departemen
dan karyawan perusahaan telah menyelaraskan tujuan mereka dengan
tujuan perusahaan yang dinyatakan dalambalanced scorecard. Terdiri
dari dua hal yaitu pengukuran terhadap keseluruhan prosedur yang
berlaku dalam perusahaan dalam rangka peningkatan kinerja dan
commit to user B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini diantaranya :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Riah Yulianti (2009), mahasiswa Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Akuntansi dengan judul “Pengukuran Kinerja berdasarkan Balanced
Scorecard sebagai Informasi bagi Manajemen pada PD. BPR BKD
Karanganyar Tahun 2008”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan dengan
menggunakan metodebalanced scorecard. Tipe penelitian adalah studi kasus.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan dinilai sudah baik, sedangkan
perspektif keuangan masih kurang baik. Peneliti menyarankan agar
perusahaan menggunakan konsep balanced scorecard supaya mampu
mewujudkan visi dan misi perusahaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Umam Nurwafi Chamdan (2010),
mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Ekonomi BKK Akuntansi dengan judul “Penerapan Metode
Balanced Scorecard sebagai Pengukuran Kinerja pada Lembaga Keuangan
Syariah (BMT) Bina Ins