• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PARENTS WITH THE PERCEPTION OF QUALITY INTERPERSONAL COMMUNICATION BETWEEN PARENTS AND CHILDREN IN EARLY

CHILDHOOD

Annety Lensiana Putri

ABSTRACT

This study aimed to measured the correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood. Quantitative research methods applied to 104 parents that has smartphone and children on early chilhood. This study used the Spearman correlation to analysis. Correlation coeficient of this reasearch was -0,585 with a significant value 0,000 p < 0,05). This findings means that there was a negative correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood.

(2)

ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA KANAK-KANAK AWAL

Annety Lensiana Putri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat korelasional yang dilakukan terhadap 104 subjek yang merupakan orang tua yang menggunakan smartphone serta memiliki anak yang berada pada masa kanak-kanak awal. Analisis data yang digunakan adalah teknik uji korelasi Spearman. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar -0,585 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

(3)

PADA ORANG TUA DENGAN PERSEPSI KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA

KANAK-KANAK AWAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Annety Lensiana Putri NIM : 119114009

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

pada-Ku mengenai kamu.

(Yer 29:11)

Tuhan telah mendengar permohonanku, Tuhan menerima doaku.

(Mzm 6:10)

Karya ini saya persembahkan untuk :

Tuhan Yang Maha Esa,

Orang Tua terkasih Bapak Suwito dan Ibu Anita,

Adikku tersayang Bramantya Surya,

Teman-teman seperjuangan, dan

(7)
(8)
(9)

vii

SMARTPHONE ON PARENTS WITH THE PERCEPTION OF QUALITY INTERPERSONAL COMMUNICATION BETWEEN PARENTS AND

CHILDREN IN EARLY CHILDHOOD

Annety Lensiana Putri

ABSTRACT

This study aimed to measured the correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood. Quantitative research methods applied to 104 parents that has smartphone and children on early chilhood. This study used the Spearman correlation to analysis. Correlation coeficient of this reasearch was -0,585 with a significant value 0,000 p < 0,05). This findings means that there was a negative correlation between intensity of using smartphone on parents with the perception about quality of interpersonal communication between parents and children in early childhood.

(10)

viii

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ORANG TUA DENGAN PERSEPSI KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA

KANAK-KANAK AWAL

Annety Lensiana Putri

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif bersifat korelasional yang dilakukan terhadap 104 subjek yang merupakan orang tua yang menggunakan

smartphone serta memiliki anak yang berada pada masa kanak-kanak awal. Analisis data yang digunakan adalah teknik uji korelasi Spearman. Koefisien korelasi yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebesar -0,585 dengan nilai signifikansi p = 0,000 (p < 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

(11)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia dan berkat yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “Hubungan antara Intensitas Penggunaan Smartphone Pada Orang

Tua dengan Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak Pada Masa Kanak-kanak Awal” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Tugas Akhir ini dapat terselesaikan berkat dukungan, bantuan, dan doa dari banyak pihak. Maka dari itu, melalui tulisan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak, Ibu, dan Adikku yang telah memberikan semangat, dukungan moral maupun materi, kasih sayang, serta doa yang tak pernah henti kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

2. Eyang Kakung dan Eyang Putri yang selalu mendoakan penulis demi kedamaian jiwa dan semangat untuk meraih gelar sarjana.

3. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen penguji skripsi. Terimakasih atas kepemimpinan selama saya menjadi mahasiswa dan telah memberi saran dan kritik dalam pengerjaan skripsi ini.

(12)

x bertanggung jawab.

5. Sylvia Carolina, M. Psi. selaku dosen penguji. Terimakasih atas dukungan, semangat, dan saran yang membangun dalam proses pengerjaan skripsi ini. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberi

bimbingan dan pengetahuan yang sangat berguna.

7. Ibu Nanik Pitarso, Mas Gandung, dan Pak Giyono selaku staff sekretariat dan keluarga baru saya yang selalu memberi semangat serta dukungan untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Selalu memberi canda tawa dan kemudahan dalam administrasi di sekretariat.

8. Sahabat paling gondes Albertus Juannino Prabowo yang selalu nemenin suka duka dan sabar menghadapi penulis. Selalu menyempatkan waktu untuk nemenin ngerjain skripsi. Membantu menyiapkan segala sesuatu dalam pengambilan data, serta selalu mendukung penulis. Orang yang jadi pelampiasan saat penulis sedang stress mengerjakan skripsi. Semangat buat profesi Apt-nya. Tuhan memberkati.

9. Sahabat-sahabatku yang luar biasa, Yohanna Viscanesia Sinaga; Bernadheta Ken Sulanjari; Sadriyah Pratiwi; Yosi Dian Permata Pertiwi; Nining Widya Handayani; dan Olga Sancaya Dyah Permatasari yang selalu memberi dukungan, semangat, bantuan, dan doa dari awal hingga akhir penyelesaian skripsi ini. Saling berbagi suka dan duka baik urusan pribadi maupun tentang skripsi.

10. Teman-teman Student Staff Sekretariat dan Wakaprodi sekaligus staff

(13)

xi

pembuatan skripsi ini. Selalu kompak dan gak jelas di setiap momennya. I love you to the moon and back guys!

11. Kakak tingkat yang selalu memberi bantuan baik pengetahuan dan pengalaman, Mbak Nani; Ko Engger; dan Mbak Tyas. Terima kasih banyak tanpa kalian aku mah apa atuh.

12. Anggota kelompok KKN XLVIII 30 “cen angel og” Olga; Randy; Iyah; Nino;

dan Dini. Kita emang kelompok blong. Makasih atas keluarga baru selama 39 hari lebih yang selalu mendukung, saling sayang sebagai diri sendiri, ayo yang lain semangat skripsinya dan pakai toga bareng.

13. Teman-teman DPMF periode 2013/2014, Lala; Mitha; Risca; Elga; Felinsa; Edwin; Rio; Chopie; Vita; Benny; Vero; David; dan Praba. Makasih atas kebersamaan selama setahun dengan penuh canda tawa dan rasa kekeluargaan. 14. Teman-teman angkatan seperjuangan 2011, terima kasih atas pertemanan yang

tak terlupakan selama empat tahun (lebih) ini dan semangat ya! 15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan kemampuan dan pengalaman. Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, terutama bidang psikologi dan bagi masyarakat pada umumnya.

(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

PRAKATA ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 13

1. Manfaat Teoritis ... 13

2. Manfaat Praktis ... 13

BAB II LANDASAN TEORI ... 14

(15)

xiii

2. Pengertian Intensitas Penggunaan Smartphone ... 15

3. Dampak Penggunaan Smartphone ... 16

B. Komunikasi Interpersonal ... 19

1. Pengertian Komunikasi ... 19

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 22

3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal ... 24

4. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ... 25

5. Persepsi ... 26

6. Kualitas Komunikasi Orang Tua dan Anak ... 27

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ... 30

8. Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak pada Masa Anak-anak Awal ... 32

C. Perkembangan Masa Anak-anak Awal ... 36

1. Karakteristik Perkembangan ... 37

D. Dinamika Antar Variabel ... 42

E. Hipotesis ... 46

F. Skema ... 47

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Variabel Penelitian ... 48

C. Definisi Operasional ... 49

(16)

xiv

D. Subjek Penelitian ... 51

1. Populasi ... 51

2. Sampel ... 51

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 52

1. Skala Intensitas Penggunaan Smartphone ... 53

2. Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ... 54

F. Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data ... 57

1. Validitas ... 57

2. Seleksi Item ... 58

3. Reliabilitas ... 62

G. Analisis Data ... 62

1. Uji Normalitas ... 63

2. Uji Linearitas ... 63

3. Uji Hipotesis ... 63

H. Pelaksanaan Uji Coba ... 64

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 65

A. Pelaksanaan Penelitian ... 65

B. Deskripsi Subjek ... 66

C. Deskripsi Data Penelitian ... 68

D. Kategorisasi ... 70

E. Analisis Data Penelitian ... 73

1. Uji Asumsi ... 73

(17)

xv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pemberian Skor Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada

Orang Tua ... 54

Tabel 3.2 Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Sebelum Uji Coba ... 54

Tabel 3.3 Pemberian Skor Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ... 56

Tabel 3.4 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Sebelum Uji Coba ... 56

Tabel 3.5 Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Setelah Uji Coba ... 60

Tabel 3.6 Blueprint dan Distribusi Item Skala Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Setelah Uji Coba ... 61

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 66

Tabel 4.2. Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ... 66

Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Kepemilikan Smartphone ... 68

Tabel 4.4 Deskripsi Data Penelitian ... 68

Tabel 4.5 Norma Kategorisasi ... 70

Tabel 4.6 Norma Kategorisasi Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua... 71

Tabel 4.7 Norma Kategorisasi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak ... 72

Tabel 4.8.1 Hasil Uji Normalitas ... 73

Tabel 4.8.2 Hasil Uji Linearitas ... 75

(19)

xvii

Lampiran 1. Bentuk Skala Intensitas Penggunaan Smartphone dan Skala

Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak ... 95

Lampiran 2. Hasil Seleksi Item Skala... 105

Lampiran 3. Reliabilitas Skala ... 111

Lampiran 4. Uji Deskriptif Mean Empirik ... 113

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 114

Lampiran 6. Uji Linearitas ... 116

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi, teknologi merupakan salah satu produk ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang sangat pesat. Teknologi digunakan oleh berbagai kalangan usia, mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Teknologi dapat ditemukan dalam berbagai bidang kehidupan dengan harapan mampu mempermudah dan menunjang aktifitas manusia yang kini telah menjadi gaya hidup (Sulistyaningtyas, Jaelani, & Waskita 2012). Salah satu teknologi yang berkembang pesat saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam mengolah, memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dengan berbagai cara (Subadri, 2008). Teknologi informasi termasuk di dalamnya adalah telepon pintar atau smartphone.

Smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer. Smartphone memiliki fitur berupa akses internet, dan sistem operasi yang mampu mengunduh berbagai macam aplikasi seperti games, media sosial, email, dan aplikasi lain (www.oxforddictionaries.com).

Pada jaman sekarang, teknologi informasi khususnya smartphone

(21)

(Sulistyaningtyas dkk., 2012). Berdasarkan hasil survei dari lembaga survei dunia yaitu Mobility Report Ericsson, menunjukkan bahwa pengguna perangkat mobile di dunia pada tahun 2019 akan mencapai 5,6 miliar dengan 60% diantaranya adalah pengguna smartphone (www.biskom.web.id). Survei yang dilakukan oleh APIJI (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pada tahun 2012 menemukan bahwa jumlah pengguna smartphone di Indonesia mencapai 65,7%.

Survei yang dilakukan oleh APIJI (2012) juga menemukan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia yang menggunakan smartphone

merupakan kalangan usia dewasa. APIJI (2012) menyebutkan bahwa 15,3% pengguna internet merupakan ibu rumah tangga dan 53,3% merupakan orang tua yang bekerja. APIJI juga menemukan bahwa sebesar 92% masyarakat Indonesia menggunakan smartphone pada saat mereka berada di rumah. Secara garis besar dapat dilihat bahwa rata-rata pengguna smartphone yang memiliki jaringan internet merupakan orang dewasa khususnya ibu rumah tangga dan orang tua bekerja. Mereka menggunakan perangkat smartphone

mereka rata-rata saat mereka berada di rumah.

Melalui fitur yang dimiliki smartphone, orang tua memanfaatkan

(22)

digunakan untuk meningkatkan mobilitas pekerjaan mereka. Mereka dapat dengan mudah mengakses berkas-berkas dengan cepat melalui email serta berkomunikasi secara cepat dengan kolega yang berada pada jarak jauh (Sulistyaningtyas dkk, 2012).

Menurut hasil survei yang dilakukan oleh lembaga survei Nielsen

(2014) yang berjudul “Nielsen on Device Meter” menunjukkan bahwa

masyarakat Indonesia rata-rata menggunakan smartphone selama 189 menit per hari atau setara dengan 3 jam. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggunakan smartphone untuk berkomunikasi jarak jauh, media hiburan, menggunakan aplikasi, dan penggunaan akses internet. Hal ini juga didukung oleh hasil survei yang dilakukan oleh seorang analis yaitu Meeker (2014) yang melaporkan bahwa penduduk Indonesia menghabiskan waktu selama 181 menit atau setara dengan 3 jam untuk menggunakan smartphone

(www.kompas.com). Masyarakat cenderung terus-menerus menatap perangkat

mobile mereka dimana pun dan kapan pun mereka berada. Sulistyaningtyas dkk. (2012) menemukan bahwa sebagian besar masyarakat terdorong untuk segera membalas sms, melihat notifikasi di media sosial, membalas chatting, internet, dan telepon.

Munculnya smartphone memberikan perubahan-perubahan pada elemen masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh University of Maryland

(23)

lain yang berada di jarak jauh, justru mereka lebih mengabaikan orang-orang yang berada di jarak yang lebih dekat dengan mereka (www.tabloidbintang.com). Turkle dari Institute Technology Massachusset

(MIT) mengatakan bahwa individu akan terus menerus menggunakan ponsel mereka sehingga individu tidak merasa kesepian. Namun ternyata mereka justru mengabaikan orang-orang dan dunia di sekitarnya (www.tabloidpulsa.com).

Smartphone sangat berguna untuk menunjang kehidupan manusia di era modern. Smartphone telah mengubah gaya hidup seseorang dalam kehidupan mereka di lingkungan masyarakat (Sulistyaningtyas dkk., 2012). Akan tetapi, smartphone menimbulkan perubahan yang signifikan terjadi pada sikap, mental, dan cara pandang seseorang. Salah satunya merupakan perubahan sikap sosial. Perubahan sosial yang terjadi pada lingkungan masyarakat berkaitan dengan cara individu berkomunikasi secara interpersonal dengan lingkungannya (Putra, 2014). Fuad (dalam Putra, 2014) mengemukakan bahwa teknologi cenderung memungkinkan terjadinya transformasi dalam masyarakat. Transformasi tersebut memunculkan berbagai perubahan dalam hubungan antar manusia, khususnya pada komunikasi antar pribadi.

(24)

mempengaruhi perubahan komunikasi antar pribadi diantara orang tua dengan anak mereka. Hasil penelitian dari Radesky (Boston Medical Center) pada tahun 2014 mengungkapkan bahwa orang tua yang cenderung sibuk dengan

email, games, atau aplikasi lain memiliki interaksi negatif dengan anak-anak mereka. Hasil dari penelitian Radesky tersebut mengungkapkan bahwa 40 dari 55 kelompok orangtua selalu menatap gadget selama makan, dan mereka lebih banyak menaruh perhatian ke perangkat mobile ketimbang anak-anak mereka (www.liputan6.com). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa saat ini perilaku orang tua dalam menggunakan smartphone tersebut tidak menutup kemungkinan mempengaruhi perubahan komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak mereka.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Panji & Mahardeka (2014) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara penggunaan smartphone

dengan interaksi anak kepada orang tua. Subjek pada penelitian ini merupakan anak Sekolah Dasar usia 10 hingga 12 tahun. Anak menggunakan smartphone

(25)

Seiring dengan meningkatnya penggunaan smartphone di kalangan masyarakat termasuk pada orang tua, banyak perubahan-perubahan sikap yang terjadi di kalangan masyarakat (Sulistyaningtyas dkk., 2012). Saat ini masyarakat cenderung lebih suka untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui jaringan internet yang terdapat pada smartphone (Veronika, 2013). Fenomena ini dapat terjadi di kalangan orang tua yang menggunakan

smartphone untuk menunjang pekerjaan mereka. Orang tua cenderung memperhatikan gadget mereka dibandingkan berkomunikasi dengan anak-anak mereka disaat mereka sedang melakukan aktivitas bersama (Radesky, 2014). Hasil survei APIJI (2012) juga menyebutkan bahwa sebagian besar pengguna smartphone menggunakan perangkat mereka pada saat berada di rumah. Hal ini tentu saja berkaitan dengan komunikasi orang tua dengan anak saat mereka sedang melakukan aktivitas bersama di rumah.

Komunikasi merupakan suatu proses tindakan memperoleh dan mendapatkan informasi. Seseorang berbicara tentang sesuatu maupun menanggapi pemikiran orang lain atau melakukan sesuatu sebagai respon atas apa yang dipahami (Beebe, Beebe, & Redmond, 1996). Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari

human communication dimana dapat terjadi ketika kita berinteraksi secara bersamaan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain (Beebe et al., 1996).

(26)

suatu keluarga tidak terlepas dari komunikasi interpersonal yang terjadi di dalam keluarga tersebut (Djamarah, 2004). Komunikasi dalam keluarga terjadi dalam berbagai cara diantaranya isyarat, ungkapan emosional, bicara, dan bahasa tulisan. Tetapi komunikasi yang paling efektif umumnya berorientasi pada percakapan atau bicara (Hurlock, 1978). Komunikasi interpersonal pada keluarga umumnya merupakan komunikasi langsung atau tatap muka dimana pesertanya dapat langsung memberi tanggapan (Effendy,1986).

Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak tidak hanya diukur berdasarkan kuantitas terjadinya komunikasi diantara kedua belah pihak, melainkan kualitas dari komunikasi yang terjadi (DeVito, 2011). Kualitas komunikasi interpersonal dapat diidentifikasikan berdasarkan lima karakteristik yaitu : keterbukaan (openness), empati (emphaty), sikap mendukung (supportive-ness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).

(27)

kompleks diletakkan dan akan dibangun sepanjang hidup anak. Dasar hidup anak dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat anak tinggal selama tahun-tahun pembentukan awal hidupnya. White (dalam Hurlock, 1978) mengemukakan bahwa pada masa ini, adalah penting dalam meletakkan pola untuk penyesuaian pribadi dan sosial anak. Memberi kehidupan sosial yang kaya pada anak adalah hal yang dapat dilakukan guna menjamin pikiran baik pada anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak.

Pada masa kanak-kanak awal, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan sosialnya terhadap lingkungan sosial (McDEvitt, 2010). Seiring dengan perkembangan sosial anak, hubungan antara orang tua dan anak menjadi penting untuk diperhatikan. Hubungan tersebut dapat dilihat melalui komunikasi interpersonal yang terjalin diantara mereka. Anak-anak berusaha untuk memperoleh perhatian dan penerimaan dari orang dewasa khususnya orang tua mereka. Apabila mereka telah memperoleh kepuasan terhadap hubungan mereka dengan orang tua, mereka akan tetap berusaha untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan keluarga terutama orang tua mereka. Selain itu, pada masa kanak-kanak awal, lingkungan keluarga merupakan figur paling penting dalam pembentukan sosialisasi anak (McDevitt, 2010)

(28)

Berdasarkan beberapa penelitian menemukan bahwa komunikasi orang tua dengan anak mereka mempengaruhi perkembangan anak pada usianya dan pada perkembangan selanjutnya (Hastuti, 2014; Setyowati, 2005; Ramadhani, 2013; Hodijah, 2008; Hillaker, 2008). Komunikasi antara orang tua dengan anak juga mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi pada saat dewasa (Beebe et al., 2009).

(29)

bahwa komunikasi yang positif dalam keluarga memiliki hubungan yang positif terhadap kompetensi sosial dan nilai-nilai positif pada anak.

Perkembangan anak tidak lepas dari keluarga dimana mereka dibesarkan. Hurlock (1978) mengemukakan sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan dengan anggota keluarganya. Hubungan yang baik di dalam keluarga dapat dilihat melalui komunikasi antara orang tua dan anak (Djamarah, 2004). Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut. Sikap orang tua tidak hanya mempengaruhi hubungan di dalam keluarga melainkan juga mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Hubungan antara orang tua dan anak yang sehat dan positif akan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Hubungan yang sehat dan positif dengan orang tua akan menghasilkan anak yang bahagia, ramah-tamah, dianggap menarik oleh orang lain, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama.

(30)

Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak dilihat melalui bagaimana orang tua mempersepsikan kualitas komunikasi interpersonal diantara keduanya yang diukur melalui lima aspek kualitas komunikasi DeVito. Persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal dengan menginterpretasi dan memproses stimulus yang diterima. Persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak merupakan cara pandang orang tua terhadap kualitas komunikasi yang terjalin antara mereka dan anak mereka.

(31)

diantara kedua belah pihak telah memiliki pola komunikasi masing-masing. Selain itu, komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal penting dalam peletakkan dasar hidup anak (Bijou dalam Hurlock, 1978). Komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak juga mempengaruhi perkembangan anak pada usianya dan pada perkembangan selanjutnya (Hurlock, 1978; Hastuti, 2014; Setyowati, 2005; Ramadhani, 2013; Hodijah, 2008; Hillaker, 2008) dan menentukan perilaku anak yang mengarah pada perilaku sosial dan tidak sosial pada masa kanak-kanak awal (Hurlock, 1978). Hal ini selanjutnya mempengaruhi kemampuan komunikasi anak pada saat dewasa (Beebe et al., 2009). Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

B. Rumusan Masalah

(32)

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi penelitian-penelitian lain terutama pada ranah psikologi perkembangan khususnya terhadap pentingnya komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi tentang pentingnya komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal.

(33)

14 BAB II

LANDASAN TEORI

B. Penggunaan Smartphone 1. Pengertian Smartphone

Menurut Oxford Dictionaries, smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer. Smartphone memiliki fitur berupa akses internet, dan sistem operasi yang mampu mengunduh berbagai macam aplikasi seperti games, media sosial, email, dan aplikasi lain (www.oxforddictionaries.com).

Hernawati (2012) mengemukakan bahwa smartphone adalah suatu perangkat yang memungkinan untuk melakukan komunikasi (telepon dan sms) serta memiliki kemampuan layaknya komputer.

Smartphone memiliki software aplikasi yang mampu menjalankan berbagai fungsi dan mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari.

Smartphone atau telepon pintar adalah telepon seluler yang memiliki fungsi-fungsi seperti komputer pribadi dengan tampilan layar sentuh dan memiliki akses internet nirkabel (DepDikNas, 2011).

(34)

media hiburan, games, media sosial, email, dan aplikasi lain serta akses internet yang mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari.

2. Pengertian Intensitas Penggunaan Smartphone

Tubbs & Moss (1983) mengemukakan bahwa intensitas dipengaruhi oleh waktu. Intensitas dapat dilihat berdasarkan frekuensi dan durasi yang digunakan untuk melakukan kreatifitas tersebut (Marhaeni, 2012). Frekuensi (DepDikNas, 2011) adalah kekerapan pemakaian suatu unsur dalam kurun waktu tertentu. Frekuensi dilihat dari seberapa sering orang melakukan aktifitas. Sedangkan durasi (DepDikNas, 2011) adalah lamanya sesuatu berlangsung atau rentang waktu. Durasi dapat dilihat dari seberapa lama orang melakukan suatu aktifitas.

Definisi intensitas menurut Kamus Psikologi (Reber Arthur S. & Reber Emili S., 2010: 481) adalah suatu pengukuran kuantitas dari sebuah energi yang dilihat berdasarkan stimulus fisik. Derajat intensitas dilihat dari jumlah dari stimulus fisik yang dirasakan.

(35)

hal ini adalah smartphone. Penggunaan adalah proses, pembuatan, cara memakai, dan pemakaian (DepDikNas, 2011)

Merujuk pada beberapa pengertian intensias di atas, maka dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah suatu pengukuran kuantitas tingkatan dari sebuah energi yang merupakan keadaan tingkatan dimana dapat diukur berdasarkan frekuensi dan durasi terjadinya stimulus fisik.

Berdasarkan pengertian intensitas, maka yang dimaksudkan dengan intensitas penggunaan smartphone adalah kuantitas tingkatan penggunaan smartphone yang diukur dengan frekuensi dan durasi penggunaannya. Frekuensi dilihat dari seberapa sering orang melakukan aktifitas. Durasi dapat dilihat dari seberapa lama orang melakukan suatu aktifitas.

3. Dampak Penggunaan Smartphone

Everett M. Rogers (dalam Hendrastomo, 2008) membuat tipologi dampak sosial kehadiran teknologi komunikasi yaitu :

a. Dampak yang diinginkan atau tidak diinginkan

(36)

b. Dampak langsung atau tidak langsung

Dampak ini berkaitan dengan perubahan terhadap individu maupun sistem sosial yang muncul sebagai akibat dari respon yang cepat atas kehadiran suatu inovasi. Secara langsung smartphone

mengubah tatanan komunikasi tatap muka yang kemudian digantikan dengan teknologi dan secara tidak langsung terjadi perubahan pola komunikasi intimacy dalam komunikasi antarpribadi.

c. Dampak antisipatif atau tidak antisipatif

Dampak ini berkaitan dengan perubahan yang terjadi akibat dari inovasi yang disadari dan ditujukan kepada anggota masyarakat. Komunikasi via smartphone mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung.

Veronika (2013) mengungkapkan bahwa smartphone

memberikan dampak terhadap orang dewasa yaitu:

a. Mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan melalui internet diandingkan bertemu secara langsung (face to face).

(37)

Ngafifi (2014) menerangkan pengaruh kemajuan teknologi bagi kehidupan sosial budaya masyarakat masa kini yaitu :

a. Adanya kemerosatan moral di kalangan masyarakat khususnya bagi remaja dan pelajar. Mereka cenderung menekankan pada pemenuhan keinginan-keinginan materi dibandingkan kekayaan moral.

b. Berubahnya pola interaksi antarmanusia. Kehadiran teknologi dirumah mengakibatkan berubahnya pola interaksi dalam keluarga. Teknologi di dalam rumah memberikan peluang bagi setiap anggota keluarga untuk berhubungan dengan dunia luar. Hal ini mengakibatkan orang cenderung asyik sendiri menghabiskan waktunya sendiri dengan teknologi.

Piliang (dalam Sulistyaningtyas., dkk 2012) menyebutkan bahwa perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sosial. Piliang menyatakan bahwa teknologi membentuk suatu ruang virtual antara satu orang dengan yang lainnya. Hal ini mengakibatkan masyarakat cenderung mengabaikan realitas sosial yang sebenarnya.

(38)

interpersonal tatap muka antara pengguna smartphone dengan orang disekitar mereka. Pengguna smartphone cenderung mengalami perubahan sikap sosial di lingkungannya. Mereka lebih suka berkomunikasi dengan menggunakan smartphone atau jaringan internet dibandingkan melalui komunikasi langsung atau tatap muka (Sulistyaningtyas dkk., 2012; Veronika, 2013). Komunikasi via

smartphone mereduksi proses komunikasi tatap muka dan degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung (Rogers dalam Hendrastomo, 2008).

C. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi

berasal dari bahasa latin “communicatio” yang bersumber dari kata kerja

communis”. Arti dari kata “communis” sendiri adalah sama, dalam arti

kata sama makna, yaitu sama makna mengenai suatu hal. Jadi, komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Komunikasi berlangsung ketika saling mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain (Effendy, 1986).

(39)

kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang melibatkan manusia di dalamnya atau disebut dengan human communication (Effendy, 1986).

Menurut DeVito (2011), komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang dapat terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, memiliki pengaruh tertentu, dan terdapat kesempatan untuk melakukan umpan balik (feedback).

Komunikasi menurut Dictionary of Behavioral Science (dalam Rakhmat, 2008) adalah penyampaian energi dari alat-alat indera ke otak, penerimaan dan pengolahan informasi dan proses saling mempengaruhi diantara berbagai sistem dalam diri organisme dan di antara organisme.

Hurlock (1978) mengemukakan bahwa komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran dan perasaan yang dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti : isyarat, ungkapan, emosional, bicara, atau bahasa tulisan. Tetapi, komunikasi yang paling umum dan paling efektif digunakan dilakukan dengan menggunakan bahasa.

(40)

Effendy (1986) mengemukakan bahwa proses komunikasi terjadi atas beberapa komponen yang berperan di dalamnya meliputi : komunikator sebagai orang yang menyampaikan pesan, pesan berupa pernyataan yang didukung oleh lambang yang pada umumnya adalah bahasa, komunikan sebagai orang yang menerima pesan, media sebagai sarana atau saluran yang mendukung pesan apabila komunikan berada pada jarak yang jauh atau jumlah yang banyak, dan efek yang merupakan dampak atau pengaruh dari pesan.

Menurut Effendy (1986), proses komunikasi terdiri atas proses komunikasi tidak langsung dan proses komunikasi langsung. Proses komunikasi tidak langsung (indirect) atau disebut juga dengan proses komunikasi bermedia merupakan komunikasi yang menggunakan saluran atau sarana untuk meneruskan atau menyampaikan pesan kepada komunikan yang berada pada jarak jauh, atau jumlah komunikan yang banyak.

(41)

jumlah komunikan yang dihadapi oleh komunikator, komunikasi langsung (tatap muka) diklasifikasikan menjadi dua yaitu komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok.

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut Beebe (1996), Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi merupakan bentuk khusus dari human communication dimana dapat terjadi ketika kita berinteraksi secara bersamaan dengan orang lain dan saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi bersamaan berarti bahwa kita dan pasangan bicara kita saling bertukar informasi di waktu dan tempat yang sama. Sedangkan yang dimaksud dengan saling mempengaruhi adalah ketika kita dengan pasangan bicara kita mendapatkan pengaruh dari interaksi tersebut. Interaksi tersebut dapat mempengaruhi cara berpikir, perasaan, dan cara pandang orang lain dalam menginterpretasikan apa yang sedang diterimanya dalam interaksi tersebut.

(42)

Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung secara tatap muka yang terjadi antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada suatu kerumunan (Wiryanto, 2004). Laing, Phillipson, dan Lee (dalam Wiryanto, 2004) mengungkapkan adanya komunikasi interpersonal berdasarkan hubungan diadik. Hubungan diadik yang dimaksudkan merupakan suatu hubungan yang didalamnya menggambarkan interaksi dan pengalaman bersama orang tersebut. Hubungan ini terjadi pada suatu hubungan yang mantap dan jelas.

Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi yang terjalin antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka. Komunikasi diadik bersifat spontan dan informal dimana peserta komunikasi dapat saling memberi umpan balik (feedback) secara maksimal dan fleksibel. Trenholm dan Jensen (dalam Wiryanto, 2004) juga mengungkapkan bahwa komunikasi interpersonal secara diadik dapat dilihat pada struktur jaringan keluarga. Dimana komunikasi yang terjalin didalam keluarga berlangsung secara bebas.

(43)

atau tidak langsung dan dapat saling memberikan umpan balik (feedback). Komunikasi interpersonal juga dapat berlangsung secara diadik yang terjalin pada hubungan yang jelas dan mantap seperti pada struktur keluarga.

3. Pentingnya Komunikasi Interpersonal

Supratiknya (1995) mengungkapkan bahwa komunikasi penting untuk meningkatkan kebahagiaan hidup seseorang. Johnson (dalam Supratiknya, 1995) menjabarkan beberapa peranan komunikasi interpersonal bagi kebahagiaan hidup individu. Diantaranya adalah:

a. Membantu Perkembangan Intelektual dan Sosial

Perkembangan dimulai sejak individu berada pada masa bayi. Pada masa itu individu mulai membangun komunikasi yang intens dengan orang tua khususnya ibu. Sejak saat itu, lingkaran ketergantungan individu mulai meluas seiring dengan bertambahnya usia. Bersama dengan hal tersebut, perkembangan intelektual dan sosial individu sangat ditentukan oleh kualitas komunikasi individu tersebut dengan orang lain.

b. Membentuk Identitas dan Jati Diri

(44)

diberikan oleh orang lain. Hal ini membantu individu melihat bagaimana pandangan orang lain terhadap dirinya. Komunikasi interpersonal membantu individu untuk mengenal dan mengetahui siapa diri mereka sebenarnya.

c. Memahami Realitas

Melalui komunikasi individu dapat memahami bagaimana realitas dan kesan-kesan serta pengertian terhadap dunia. Komunikasi membantu individu melihat cara pandangnya dan mampu mebandingkannya dengan cara pandang orang lain.

d. Menentukan Kesehatan Mental

Kesehatan mental seseorang dapat ditentukan berdasarkan kualitas komunikasi interpersonal dan hubungan individu tersebut dengan orang lain. Kualitas komunikasi dan hubungan dengan orang lain yang tidak baik tentu akan berdampak terhadap kesehatan mental individu.

4. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

(45)

intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi baik sebagai komunikator maupun komunikan

Hurlock (1978) mengemukakan bahwa komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak dimaksudkan untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan. Pada umumnya komunikasi yang efektif dilakukan dengan berbicara tatap muka antara anak dengan orang tua mereka. Mereka saling memahami makna dari apa yang dibicarakan oleh kedua belah pihak.

Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anak-anak awal tidak terlepas dari perkembangan bahasa pada anak-anak. Bahasa berperan penting sebagai dasar terbentuknya suatu komunikasi (Bee, 1997; Vygotsky, 1978).

Komunikasi interpersonal orang tua dan anak pada masa anak-anak awal adalah proses dari komunikasi yang pada umumnya terjadi secara tatap muka antara orang tua dan anak yang memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan secara langsung atau tatap muka untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung dengan berbicara menggunakan bahasa.

5. Persepsi

(46)

memberikan arti. Persepsi bekerja ketika reseptor sesori menerima stimulus dari luar dan organ sensori memproses dan mengubahnya menjadi informasi yang disalurkan ke otak. Informasi tersebut merupakan dasar individu menginterpretasikan atau memandang sesuatu. Feldman (2011) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses menyortir, menginterpretasikan, menganalisis, dan mengintegrasikan rangsangan yang dibawa oleh organ indera dan otak.

Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap sesuatu hal dengan menginterpretasikan dan memproses stimulus yang diterima.

Persepsi komunikasi interpersonal merupakan cara pandang orang tua dengan menginterpretasi dan memproses informasi mengenai komunikasi yang terjadi antara diri dan anak mereka.

6. Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

(47)

pihak memiliki rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi satu sama lain. Sebaliknya, komunikasi yang kurang baik antara orang tua dan anak menunjukkan bahwa kurangnya rasa memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang diantara kedua belah pihak. Hal ini dapat dilihat melalui persepsi orang tua terhadap kualitas komunikasi interpersonal dengan anak mereka. Untuk mencapai kualitas komunikasi yang baik, DeVito (2011) mengemukakan bahwa terdapat lima aspek kualitas umum komunikasi interpersonal. Lima aspek kualitas umum tersebut meliputi:

a. Keterbukaan (openness)

Kualitas komunikasi berdasarkan keterbukaan mengacu pada tiga aspek dalam komunikasi interpersonal. Pertama, komunikator harus bersedia untuk membuka diri dan terbuka dalam mengungkapkan informasi kepada orang yang diajaknya berbicara. Kedua, aspek keterbukaan mengacu pada kesediaan komunikator untuk bersikap dan bereaksi secara jujur dan spontan terhadap stimulus yang datang.

Aspek ketiga mengacu pada “kepemilikan” atas suatu pikiran dan

(48)

b. Empati (emphaty)

Henry Backrack (dalam DeVito, 2011) mendefinisikan empati

sebagai “kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang

dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang

lain itu, melalui kacamata orang lain itu”. Dalam arti bahwa berempati adalah merasakan sesuatu seperti apa yang dirasakan oleh orang lain. c. Sikap mendukung (supportive-ness)

(49)

DeVito (2011) mengungkapkan bahwa terdapat dua cara untuk mengomunikasikan sikap positif dalam suatu komunikasi interpersonal. Cara tersebut adalah dengan (1) menyatakan sikap positif dan (2) secara positif mendorong orang lain untuk berinteraksi bersama kita, yaitu mampu mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya lawan bicara. Dorongan positif dapat ditunjukkan secara verbal dan nonverbal.

e. Kesetaraan (equality)

Pengertian kesetaraan dalam komunikasi interpersonal dimaksudkan sebagai suatu keadaan dimana kedua belah pihak yang sedang berkomunikasi memiliki pengakuan bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga serta memiliki sesuatu hal yang penting untuk disumbangkan dalam komunikasi tersebut. Carl Rogers (dalam DeVito, 2011) memberi istilah kesetaraan merupakan pemberian

“penghargaan positif tak bersyarat” kepada orang yang sedang kita

ajak berkomunikasi.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

(50)

(pandangan) terhadap orang tua dan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik di mata anak.

a. Persepsi anak terhadap orang tua

Kualitas komunikasi interpersonal antara anak dan orang tua dimulai dari bagaimana persepsi anak terhadap orang tua. Anak cenderung memiliki hubungan yang baik dengan orang tua mereka saat mereka memiliki persepsi atau pandangan positif kepada orang tuanya. Komunikasi interpersonal yang baik terjalin ketika anak memiliki pandangan bahwa orang tua mereka memiliki sifat-sifat yang baik, menyayangi mereka, dan bertanggung jawab.

b. Kemampuan menjadi orang tua yang baik

Kesan orang tua yang dimiliki oleh anak sangat menentukan keberhasilan komunikasi diantara keduanya. Orang tua yang baik adalah mereka yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak seperti kasih sayang, perhatian, pendidikan, dan sebagainya. Selain itu, kemampuan menjadi orang tua yang baik dapat dilihat dari sikap orang tua terhadap anak saat mereka berkomunikasi. Sikap orang tua yang baik adalah memperlakukan anak sebagai partner dalam berkomunikasi.

(51)

Djamarah (2004) megungkapkan bahwa hubungan yang baik di dalam keluarga dapat dilihat melalui komunikasi antara orang tua dan anak. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut. Hurlock (1978) juga mengemukakan bahwa sikap orang tua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak, dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak kepada mereka dan perilaku mereka. Pada dasarnya hubungan orang tua dan anak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak.

Kaitannya dengan komunikasi antara orang tua dan anak, penekanan berada pada sikap orang tua dalam menjalin komunikasi dengan anak. Bagaimana orang tua mampu menjalin komunikasi yang baik dan akrab serta terdapat pemenuhan-pemenuhan kebutuhan anak.

8. Peran Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak Pada Masa Kanak-kanak Awal

(52)

Hubungan antar pribadi yang menyenangkan dalam keluarga sebagai salah satu faktor dalam mempengaruhi dasar hidup anak pada masa kanak-kanak awal (Berk, 2006; Santrock, 2007). Hubungan tersebut dapat diamati berdasarkan komunikasi yang terjalin di dalam suatu keluarga khususnya pada komunikasi orang tua dan anak. Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal diharapkan memiliki kualitas yang baik. Kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat turut mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya.

Perkembangan anak tidak lepas dari keluarga dimana mereka dibesarkan. Hurlock (1978) mengemukakan sumbangan keluarga pada perkembangan anak ditentukan oleh sifat hubungan antara anak dengan dengan anggota keluarganya. Hubungan ini dipengaruhi oleh pola kehidupan keluarga dan juga sikap serta perilaku dari berbagai anggota keluarga khususnya orang tua terhadap anak dalam keluarga tersebut.

(53)

Hubungan yang sehat dan positif dengan orang tua akan menghasilkan anak yang bahagia, ramah-tamah, dianggap menarik oleh orang lain, relatif bebas dari kecemasan, dan menjadi anggota kelompok yang pandai bekerja sama.

Sebaliknya apabila anak memiliki hubungan yang tidak baik dengan orang tuanya, mereka cenderung memiliki penyesuaian pribadi dan sosial yang cenderung buruk. Hubungan yang tidak baik dengan orang tua akan menghasilkan anak yang haus akan kasih sayang, takut dikesampingkan, terlampau ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun (Hurlock, 1978).

Hurlock (1978) menjelaskan bahwa peran komunikasi interpersonal dengan berbicara antara orang tua dan anak dapat berpengaruh terhadap penyesuaian sosial dan pribadi anak. Adapun pengaruhnya sebagai berikut :

a. Pemenuhan kebutuhan dan keinginan

Melalui komunikasi dengan bicara, anak mampu menjelaskan tentang kebutuhan dan keinginan mereka kepada orang lain khususnya kepada orang tua mereka.

b. Perhatian dari orang lain

(54)

c. Hubungan sosial

Bila diantara orang tua dan anak terjalin komunikasi yang baik, maka hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi di lingkungannya. Kemampuan berkomunikasi yang baik pada anak akan membantu anak dalam menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya serta dapat membantu menjadi anggota dari kelompok. Menjadi anggota kelompok dapat memberi kesempatan anak dalam memainkan peran kepemimpinannya.

d. Penilaian sosial

Penilaian sosial terhadap diri anak juga dapat dinilai berdasarkan kemampuan komunikasi anak dengan lingkungannya. Komunikasi orang tua dan anak menjadi tolak ukur bagaimana kemampuan anak dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

e. Penilaian diri

(55)

D. Perkembangan Masa Kanak-kanak Awal

Hurlock (1978) mengemukakan bahwa anak yang berada pada masa kanak-kanak awal adalah anak dengan rentang usia dua sampai enam tahun. Pada masa ini anak disebut juga berada pada masa prasekolah.

Sependapat dengan Hurlock, Bukatko (2008) juga mengatakan bahwa masa kanak-kanak awal adalah anak-anak dengan usia dua hingga enam tahun.

Menurut Hurlock (1978), masa pada tahun-tahun awal kehidupan merupakan saat kritis bagi perkembangan anak. Erikson (dalam Hurlock, 1978) menarik kesimpulan bahwa masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai manusia. Erikson (dalam Hurlock, 1978) juga menerangkan bahwa apa yang akan dipelajari oleh seorang anak bergantung kepada bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, dan cinta kasih.

Bijou (dalam Hurlock, 1978) menyimpulkan bahwa pada tahun-tahun awal kehidupan atau masa prasekolah adalah tahap paling penting dari seluruh tahapan perkembangan manusia. Tidak dipungkiri lagi bahwa periode ini adalah periode dimana dasar struktur perilaku kompleks yang dibangun sepanjang kehidupan anak.

(56)

anak. Penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat ditanamkan melalui komunikasi antara orang tua dan anak.

Berdasarkan pendapat tokoh-tokoh perkembangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masa kanak-kanak awal adalah masa ketika anak-anak berada pada rentang usia dua hingga enam tahun dimana merupakan tahap paling penting dari seluruh tahap perkembangan manusia. Masa kanak-kanak awal merupakan gambaran awal manusia dan merupakan periode dasar peletakkan struktur perilaku kompleks dalam penyesuaian pribadi dan sosial di masa mendatang.

1. Karakteristik Perkembangan a. Perkembangan Fisik

(57)

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognisi pada masa kanak-kanak awal tidak terlepas dari teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget. Menurut teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Piaget (dalam Bukatko, 2008), anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap praoperasional kongkrit. Pada tahap ini mereka mampu berpikir tentang hal kemarin dan akan datang yang mampu membantu mereka dalam menggunakan bahasa. Menurut Piaget (dalam Bukatko, 2008 : 278), bahasa tidak akan mampu berkembang tanpa karakteristik pemikiran pada tahap ini. Anak harus memiliki kemampuan kognitif secara umum untuk menggunakan suatu hal sebelum hal yang lain untuk memungkinkan anak dalam menggunakan kata-kata untuk menunjukkan suatu objek, kejadian, dan suatu hubungan.

c. Perkembangan Bahasa dan Komunikasi

(58)

Meggitt (2013) juga mengungkapkan bahwa orang tua diharapkan untuk memperlihatkan ketertarikan dan memberi respon atas apa yang telah diungkapkan oleh anak. Hal ini dilakukan untuk menstimulasi perkembangan bahasa dan komunikasi anak.

Vygotsky (1978) mengungkapkan bahwa pada masa kanak-kanak, anak-anak mulai belajar berbicara dan berkomunikasi dengan orang disekitarnya. Mereka berbicara untuk mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas mereka. Anak-anak berbicara tidak hanya tentang apa yang mereka lakukan, melainkan sebagai bagian dari fungsi psikologis yang lebih kompleks. Pembicaraan mereka terarah terhadap solusi dari masalah mereka. Menurut Vygotsky (1978), anak-anak menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan berbicara dan berkomunikasi.

d. Perkembangan Emosi

(59)

lingkup sosialnya. Campos & Lewis (dalam Bukatko, 2008 : 309) menyatakan bahwa anak-anak mulai menyadari emosi yang mereka alami dan hubungannya dengan orang lain. Emosi yang berhubungan dengan orang lain diantaranya perasaan bersalah, iri, malu, dan bangga (Lewis dalam Santrock, 2007)

e. Perkembangan Sosial

Hurlock (1978) mengungkapkan bahwa anak-anak pada masa kanak-kanak awal mulai mengenal lingkungan disekitarnya. Mereka mulai memiliki teman-teman baru di lingkungan mereka. Seiring dengan itu, minat sosial mereka terhadap teman sebayanya semakin kuat. Anak-anak mulai menginginkan kebebasan dan mulai melawan otoritas orang dewasa. Meski demikian, anak-anak juga berusaha untuk memperoleh perhatian dan penerimaan dari orang dewasa khususnya orang tua mereka. Apabila mereka telah memperoleh kepuasan terhadap hubungan mereka dengan orang tua, mereka akan tetap berusaha untuk menjalin hubungan yang bersahabat dengan keluarga terutama orang tua mereka.

(60)

perkembangan perilaku sosial anak selanjutnya mengarah pada perilaku sosial atau tidak sosial (Hurlock, 1978).

Pengalaman sosial pada anak meliputi kemampuan anak dalam berprilaku sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1978). Perkembangan sosial berjalan seiring dengan berkembangnya kemampuan komunikasi pada anak. Seiring dengan perkembangan emosinya, anak-anak ini telah mampu mengkomunikasikan perasaan dan pikiran-pikiran mereka terhadap orang lain (Santrock, 2007; Bukatko, 2008). Komunikasi penting dibangun pada masa awal kehidupan anak karena menentukan kemampuan sosialisasi anak di masa mendatang (Hurlock, 1978). Selain itu, pada masa kanak-kanak awal, lingkungan keluarga merupakan agen sosialisasi yang terpenting bagi anak (Hurlock, 1978 : 252).

(61)

E. Dinamika Hubungan antara Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua dengan Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal antara Orang Tua dan Anak pada Masa Kanak-kanak Awal

Pada era globalisasi, penggunaan teknologi telah menjadi suatu gaya hidup baru di masyarakat. Salah satu teknologi yang sedang berkembang di masyarakat saat ini adalah teknologi informasi. Teknologi informasi yang sedang marak digunakan saat ini adalah smartphone. Smartphone atau telepon pintar adalah salah satu perangkat teknologi yang memiliki fungsi seperti komputer dimana dapat digunakan untuk berkomunikasi jarak jauh, media hiburan, games, email, media sosial, dan akses internet yang mampu meningkatkan produktifitas dan mendukung kegiatan sehari-hari. Saat ini pengguna smartphone berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Namun, pengguna smartphone terbanyak adalah orang tua. Orang tua lebih sering menggunakan smartphone ketika mereka berada di rumah.

Maraknya penggunaan smartphone saat ini dapat dilihat berdasarkan intensitas masyarakat menggunakan smartphone. Intensitas dapat secara kuantitatif dengan melihat frekuensi dan durasi dari penggunaan (Tubbs & Moss (1983). Frekuensi adalah seberapa sering orang melakukan aktifitas dan durasi merupakan seberapa lama orang melakukannya (DepDikNas, 2011).

(62)

salah satu bentuk human communication dimana terjadi pertukaran informasi dan saling mempengaruhi antara komunikator dan komunikan yang terjadi secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung dan dapat saling memberikan umpan balik. Komunikasi interpersonal orang tua dan anak adalah proses dari komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan anak yang memberi, menerima, dan menginterpretasikan pesan yang pada umumnya dilakukan secara langsung atau tatap muka untuk memenuhi fungsi pertukaran pikiran dan perasaan yang berlangsung dengan berbicara menggunakan bahasa.

(63)

langsung (tatap muka) dan adanya degradasi perilaku akibat menurunnya interaksi secara langsung sehingga berdampak pada kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak (Rogers dalam Hendrastomo, 2008).

Sikap orang tua terhadap anak menunjukkan bagaimana kemampuan orang tua menjadi orang tua yang baik (Djamaludin dalam Marhaeni, 2012). Kemampuan menjadi orang tua yang baik dapat berdampak terhadap komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Komunikasi interpersonal yang baik antara orang tua dan anak ialah komunikasi yang menunjukkan rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan saling menyayangi. Sedangkan komunikasi yang tidak baik ialah komunikasi yang menunjukkan kurangnya rasa saling memahami, mengerti, mempercayai, dan kurangnya kasih sayang di kedua belah pihak. Kualitas komunikasi antara orang tua dan anak dapat ditinjau melalui lima kualitas umum komunikasi interpersonal menurut DeVito (2011) yaitu keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.

(64)

memerlukan kondisi lingkungan yang mendukung dan mendorong anak untuk berkomunikasi. Sikap orang tua dalam mendorong dan mendukung anak dalam komunikasi menjadi dasar karena orang tua adalah agen sosialisasi utama bagi anak pada masa kanak-kanak awal. Apabila orang tua asyik dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar mereka, ini akan menghambat kesempatan anak untuk menjalin komunikasi dengan orang tua mereka. Sebaliknya apabila orang tua memiliki waktu lebih banyak bersama anak, akan memberi peluang anak untuk berkomunikasi dengan orang tua mereka. Selain itu, masa kanak-kanak awal merupakan gambaran awal manusia dan merupakan periode dasar peletakkan struktur perilaku kompleks dalam penyesuaian pribadi dan sosial di masa mendatang sehingga penting dalam membentuk kualitas komunikasi yang baik.

(65)

ingin menyenangkan orang lain, dan melakukan apapun untuk orang lain. Hal ini sebagai kompensasi dan usaha untuk mencari perhatian dengan cara apapun.

F. Hipotesis

Berlandaskan kepada landasan teori terkait dengan hubungan antara intensitas penggunaan smartphone pada orang tua dengan persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal maka diperoleh hipotesis sebagai berikut :

Terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan smartphone

(66)

SKEMA HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PENGGUNAAN SMARTPHONE PADA ORANG TUA DENGAN KUALITAS

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA ORANG TUA DAN ANAK PADA MASA KANAK-KANAK AWAL tatap muka dan meningkatnya interaksi secara langsung.

Perilaku :

- Malas untuk bersosialisasi. - Tidak peduli dengan rasa

sosial.

(67)

48 BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011), metode penelitian kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan oleh peneliti.

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian korelasional. Azwar (1998) mengemukakan bahwa penelitian korelasional bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain. Hasil dari penelitian ini adalah informasi terkait taraf hubungan yang terjadi antara satu variabel dengan variabel lainnya.

B. VARIABEL PENELITIAN

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu :

(68)

C. DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Intensitas Penggunaan Smartphone

Intensitas penggunaan smartphone dapat diukur berdasarkan frekuensi dan durasi seseorang menggunakan smartphone. Intensitas memiliki arti kedalaman, bergelora, atau berapi-api. Kedalaman penggunaan smartphone dapat dilihat melalui waktu penggunaan suatu perangkat. Seseorang memiliki ketertarikan yang dalam apabila ia menggunakan perangkat tersebut dengan sering atau lama. Apabila seseorang tidak memiliki ketertarikan, ia akan cenderung tidak sering atau lama menggunakan perangkat tersebut. Sehingga intensitas penggunaan smartphone dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala yang mengukur seberapa sering dan seberapa lama penggunaan smartphone. Semakin sering dan semakin lama individu menggunakan smartphone, maka semakin tinggi skor intensitas penggunaan smartphone. Demikian pula sebaliknya. Semakin jarang dan semakin sebentar individu menggunakan smartphone maka semakin rendah skor intensitas penggunaan smartphone.

2. Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

(69)
(70)

D. SUBJEK PENELITIAN 1. Populasi

Penelitian ini adalah penelitian yang melihat hubungan antara intensitas orang tua menggunakan smartphone dengan kualitas komunikasi orang tua dan anak pada masa kanak-kanak awal. Dimana penggunaan smartphone dilakukan oleh orang tua. Subjek pada penelitian ini adalah para orang tua yaitu ayah atau ibu yang memiliki anak pada masa kanak-kanak awal dengan rentang usia 2 hingga 6 tahun, serta anak pada masa kanakk-anak awal berusia antara 2 hingga 6 tahun yang memiliki ayah atau ibu yang menggunakan smartphone.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian menggunakan

nonprobability sampling. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana unsur pada populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Adapun teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling.

Purposive sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu. Penelitian ini akan melibatkan subjek dengan karakteristik sebagai berikut:

a. Pria atau wanita (orang tua) yang memiliki smartphone yang dapat mengakses internet, hiburan, games, dan aplikasi karena smartphone

(71)

b. Pria atau wanita (orang tua) yang telah berkeluarga dan memiliki anak yang berusia 2 hingga 6 tahun yang berada pada tahap masa kanak-kanak awal dimana komunikasi interpersonal penting dikembangkan. c. Anak yang berusia 2-6 tahun yang tinggal dalam satu rumah bersama

ayah atau ibu yang memiliki smartphone, karena untuk mengetahui pandangan anak terhadap kualitas komunikasi interpersonal dengan orang tua.

E. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode kuantitatif. Pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa skala. Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa dua skala dan wawancara sebagai pendukung hasil penelitian. Dua skala yang akan disajikan adalah skala intensitas penggunaan smartphone dan skala persepsi kualitas komunikasi interpersonal antara orang tua dan anak. Serta awancara dilakukan kepada anak berusia 2 hingga 6 tahun untuk mendukung data penelitian secara kuantitatif.

(72)

1. Skala Intensitas Penggunaan Smartphone

Penyusunan skala intensitas penggunaan smartphone didasarkan pada pengukuran intensitas yang dikemukakan oleh Tubbs & Moss (1983) yaitu dengan melihat frekuensi dan durasi terjadinya perilaku tersebut. Skala ini menyajikan pertanyaan-pertanyaan untuk melihat seberapa sering dan seberapa lama subjek menggunaan smartphone. Skala ini

terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “ Sangat Tidak Setuju (STS)”. Skor

bergerak dari angka 1 hingga angka 4 dengan tidak adanya respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban tengah serta subjek mampu dengan tegas menunjukkan responnya.

Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini terdiri dari dua bentuk, yaitu pernyataan favorable dan unfavorable. Pertanyaan

(73)

Tabel 3.1

Pemberian Skor Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua

Blueprint dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan Smartphone pada Orang Tua Sebelum Uji Coba

Aspek Item Jumlah Persentase

Frekuensi

2. Skala Persepsi Kualitas Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak

(74)

interpersonal yang dikemukakan oleh DeVito, yaitu aspek keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Lima aspek kualitas komunikasi ini memiliki proporsi yang sama pada skala dikarenakan menurut peneliti, lima aspek ini merupakan aspek yang memiliki kepentingan yang sama dalam membangun kualitas komunikasi yang baik antara orang tua dan anak.

Skala ini terdiri dari empat alternatif jawaban yaitu “Sangat Setuju

(SS)”, “Setuju (S)”, “Tidak Setuju (TS)”, dan “ Sangat Tidak Setuju (STS)”. Skor bergerak dari angka 1 hingga angka 4 dengan tidak adanya

respon netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan subjek untuk memilih jawaban tengah serta subjek mampu dengan tegas menunjukkan responnya.

Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini terdiri dari dua bentuk, yaitu pernyataan favorable dan unfavorable. Pertanyaan

favorable adalah pernyataan yang mendukung aspek-aspek dari kualitas komunikasi interpersonal. Sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak mendukung aspek-aspek dari kualitas komunikasi interpersonal (Azwar, 2012). Pernyataan-pernyataan yang disajikan pada skala ini disusun dalam konteks komunikasi interpersonal yang terjadi antara orang tua dan anak. Penentuan penilaian untuk pernyataan

Gambar

Tabel 3.1
BlueprintTabel 3.4  dan Distribusi Item Skala Persepsi Kualitas Komunikasi
BlueprintTabel 3.5  dan Distribusi Item Skala Intensitas Penggunaan
Tabel 3.6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, model pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyelesaikan masalah tersebut yaitu Model Pembelajaran

Metode desain database yang digunakan dalam membangun sistem informasi harga adalah Intergrated Spatial Database Management, dimana data spasial, dan data atribut

Faktor Penghambat Pelaksanaan Implementasi Ajaran Agama Islam Dalam Kerangka Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Klaten. Pertama, terkait dengan

[r]

The research is focused on the development a tool for converting IOTNE into IOTED and apply the tool to obtain EDM in the Indonesian industrial sector based on the 2008

Mengetahui golongan antibiotika yang digunakan oleh dokter praktek swasta, jenis keahlian dokter yang paling banyak menulis resep antibiotika, bentuk peresepan

Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat , Jurnal Elektronik Matematika” Vol 2, No 9, dalam http://jurnal.fkip.uns.ac.id/, diakses tanggal

Berdasarkan analisis hasil penelitian, model Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan model penilaian Assessment for Learning (AfL) berbatuan smartphone dan