• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan media komik berbasis cooperative learning tipe numbered head together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran akuntansi SMK N 1 Pengasih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan media komik berbasis cooperative learning tipe numbered head together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X pada mata pelajaran akuntansi SMK N 1 Pengasih."

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MEDIA KOMIK BERBASIS COOPERATIVE

LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK N 1

PENGASIH

RAHAYU PRIHATININGSIH Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar pada materi jurnal penyesuian melalui penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT); (2) peningkatan hasil belajar siswa pada materi jurnal penyesuian melalui penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT).

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Pengasih yang berjumlah 32 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) adalah presentasi materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COMIC AS A MEDIA BASED

ON COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) TYPE TO INCREASE STUDENT

LEARNING MOTIVATION AND LEARNING

ACHIEVEMENT ON ACCOUNTING AND FINANCE

SUBJECTS

Rahayu Prihatiningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aims of this research are to find out: (1) the improvement of student learning motivation on adjustment journal entries by a comic as a media based on a cooperative learning: Numbered Head Together (NHT); (2) the improvement of student learning achievement on adjustment journal entries by a comic as a media based on a cooperative learning: Numbered Head Together (NHT).

This research is a classroom action research that was carried out 32 students of the Accounting 2 Departement of State Vocational School Pengasih. They were the tenth grade students. The main components of the cooperative learning Numbered Head Together (NHT type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. Data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. Data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of comic as a media based on a cooperative learning Numbered Head Together (NHT); (1) can

increase student’s learning motivasion by average result is 119 on the first cycle

(3)

PENERAPAN MEDIA KOMIK BERBASIS COOPERATIVE

LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK N 1

PENGASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

RAHAYU PRIHATININGSIH

NIM: 11 1334 048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENERAPAN MEDIA KOMIK BERBASIS COOPERATIVE

LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK N 1

PENGASIH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

RAHAYU PRIHATININGSIH

NIM: 11 1334 048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Allah SWT

Kedua orang tua saya:

Bapak Rasup dan Ibu Sumini

Adik saya Rina

Sahabat dan teman-teman yang selalu mendukung

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(8)

v

MOTTO

The secret of getting ahead

is getting started.

~Mark Twain~

Nothing is easy in this world, but nothing

is impossible. We have to do best to

achive our goals.

~Original Quote~

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini merupakan karya asli saya yang tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai mana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Agustus 2015 Penulis

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Rahayu Prihatiningsih

Nomor Mahasiswa : 11 1334 048

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENERAPAN MEDIA KOMIK BERBASIS COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK N 1 PENGASIH

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 27 Agustus 2015 Yang menyatakan

(11)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN MEDIA KOMIK BERBASIS COOPERATIVE

LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK

MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA

KELAS X PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK N 1

PENGASIH

RAHAYU PRIHATININGSIH Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar pada materi jurnal penyesuian melalui penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT); (2) peningkatan hasil belajar siswa pada materi jurnal penyesuian melalui penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe Numbered Head Together (NHT).

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi 2 SMK Negeri 1 Pengasih yang berjumlah 32 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Head Together (NHT) adalah presentasi materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(12)

ix

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COMIC AS A MEDIA BASED

ON COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEAD

TOGETHER (NHT) TYPE TO INCREASE STUDENT

LEARNING MOTIVATION AND LEARNING

ACHIEVEMENT ON ACCOUNTING AND FINANCE

SUBJECTS

Rahayu Prihatiningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aims of this research are to find out: (1) the improvement of student learning motivation on adjustment journal entries by a comic as a media based on a cooperative learning: Numbered Head Together (NHT); (2) the improvement of student learning achievement on adjustment journal entries by a comic as a media based on a cooperative learning: Numbered Head Together (NHT).

This research is a classroom action research that was carried out 32 students of the Accounting 2 Departement of State Vocational School Pengasih. They were the tenth grade students. The main components of the cooperative learning Numbered Head Together (NHT type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. Data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. Data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

The result of this research shows that the implementation of comic as a media based on a cooperative learning Numbered Head Together (NHT); (1) can

increase student’s learning motivasion by average result is 119 on the first cycle

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi penerapan media komik berbasis cooperative learning tipe Number Head Together (NHT) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 2 pada mata pelajaran akuntansi materi jurnal penyesuian SMK N 1 Pengasih. Dengan berkat dan rahmat-Nya tersebut penulis memperoleh semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dari awal sampai akhir penyusunannya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, semangat, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(14)

xi

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonimi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Agustinus Heri Nugroho S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang tidak hanya membimbing, tetapi juga memberikan arahan, kritik dan saran, menyemangati, serta memotivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK. Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan serta pelayanan kepada penulis selama melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Y.M Lestari, S. Pd., selaku guru mitra yang telah berkenan dengan sepenuh hati meluangkan waktu dan tenaganya untuk bersama menyusun dan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

7. Para guru dan karyawan SMK Negeri 1 Pengasih yang telah bersedia memberikan bantuan pada penulis dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

8. Siswa-siswi SMK N 1 Pengasih khususnya kelas X Akuntansi 2 yang telah berkenan dengan sepenuh hati untuk mengambil bagian dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

(15)

xii

10. Teman-teman satu perjuangan Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi angkatan 2011 yang telah banyak membantu penulis selama menjalani studi di USD. Terima kasih atas dukungan, motivasi, dan perhatian kalian teman-teman: Dyah dan There.

11. Mbak Diah Yuliarti yang telah bersedia memberikan izin untuk penggunaan komik Jurnal Penyesuian (JuPe) dalam penelitian ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 14 Agustus 2015 Penulis,

(16)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ……….. ... viii

ABSTRACT………… ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

(17)

xiv

BAB II Tinjauan Pustaka ... 8

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 8

B. Belajar ... 15

C. Hasil Belajar ... 18

D. Motivasi Belajar ... 20

E. Media Pembelajaran ... 24

F. Strategi Pembelajran Kooperatif ... 37

G. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 41

H. Kerangka Berfikir ... 46

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 48

A. Jenis Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

D. Prosedur Penelitian ... 49

E. Instrumen Penelitian ... 65

F. Pengujian Instrumen Penelitian ... 67

G. Teknik Pengumpulan Data ... 70

H. Teknik Analisis Data ... 73

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH ... 76

A. Sejarah Berdirinya SMK Negeri 1 Pengasih ... 76

B. Tujuan, Visi, Misi SMK Negeri 1 Pengasih ... 77

C. Kondisi Fisik dan Lingkungan ... 85

D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 87

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Deskripsi Data ... 88

B. Analisis Data... 155

C. Pembahasan ... 159

(18)

xv

A. Kesimpulan ... 162

B. Keterbatasan ... 163

C. Saran ... 163

DAFTAR PUSTAKA ... 165

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Motivasi Belajar ... 68

Tabel 3.2 Pengujian Reabilias Instrumen Motivasi Belajar ... 70

Tabel 3.3 Indikator Motivasi Belajar ... 72

Tabel 3.4 Penilaian Acuan Patokan Tipe II (PAP) ... 74

Tabel 4.1 Daftar Peralatan Dalam Ruang Kelas... 84

Tabel 5.1 Hasil Observasi Kegiatan Guru Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 88

Tabel 5.2 Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 92

Tabel 5.3 Hasil Observasi Siswa dalam Kelompok Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 92

Tabel 5.4 Nilai sebelum Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 94

Tabel 5.5 Instrumen Pengamatan Kelas Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 96

Tabel 5.6 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Penerapan Media Komik Berbasis NHT ... 99

Tabel 5.7 Hasil Perhitungan Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe I ... 100

Tabel 5.8 Aktivitas Guru Saat Penerapan Media Komik Berbasis NHT Siklus I ... 112

Tabel 5.9 Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan Media Komik Berbasis NHT Siklus I... 116

Tabel 5.10 Perilaku Peserta didik Saat Pembelajaran Penerapan Media Komik Berbasis NHT Siklus I... 119

Tabel 5.11 Perilaku Peserta Didik Saat Pembelajaran Pembelajaran Penerapan Media Komik Berbasis NHT Siklus I... 120

(20)

xvii

Tabel 5.13 Hasil Perhitungan Motivasi Belajar Berdasarkan

PAP Tipe II... 123 Tabel 5.14 Nilai Post Test Siswa Siklus I ... 123 Tabel 5.15 Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen

Pembelajaran, Model NHT dan Media Komik ... 125 Tabel 5.16 Instrumen Refleksi Rangkuman Refleksi Siswa Tehadap

Model Pembelajaran NHT dan Media Komik ... 128 Tabel 5.17 Aktivitas Guru Saat Penerapan Media Komik Berbasis

NHT Siklus I ... 138 Tabel 5.18 Instrumen Pengamatan Kelas Saat Penerapan Media Komik

Berbasis NHT Siklus I... 141 Tabel 5.19 Perilaku Peserta Didik Saat Penerapan Media Komik Berbasis

NHT Siklus I ... 144 Tabel 5.20 Perilaku Peserta Didik Dalam Kelompok Saat Penerapan Media

Komik Berbasis NHT Siklus II ... 145 Tabel 5.21 Hasil Kuisoner Motivasi Belajar Setelah Penerapan Media

Komik Berbasis NHT Siklus II ... 147 Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Kuisoner Motivasi Belajar Berdasarkan

PAP Tipe II... 148 Tabel 5.23 Nilai Post Test Siswa Siklus II ... 149 Tabel 5.24 Instrumen Refleksi Rangkuman Refleksi Sistwa Terhadap

Model Pembelajaran NHT dan Media Kimik Siklus II ... 150 Tabel 5.25 Instrumen Refleksi Rangkuman Refleksi Siswa Terhadap

Model Pembelajaran NHT dan Media Komik Siklus II ... 152 Tabel 5.26 Hasil Perhitungan Kuisoner Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan

PAP Tipe II... 155 Tabel 5.27 Komparasi Motivasi Belajar... 156 Tabel 5.28 Skor Hasil Belajar Siswa Sebelum Penerapan Media Komik

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(22)

xix

Lampiran 1 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas

Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT ... 168 Lampiran 2 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas

Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis

Kooperatif Learning NHT... 171 Lampiran 3 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam

Kelompok Sebelum Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif Learning NHT ... 172 Lampiran 4 Pedoman Wawancara terhadap Guru Sebelum

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT ... 173 Lampiran 5 Pedoman Wawancara terhadap Siswa Sebelum

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT ... 174 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 175 Lampiran 7 Daftar Pembagian Kelompok ... 206 Lampiran 8 Media Pembelajaran Komik Jurnal Penyesuian ... 207 Lampiran 9 Instrumen Observasi Aktivitas Guru di Kelas

Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis

Kooperatif Learning NHT... 208 Lampiran 10 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa di Kelas

Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis

Kooperatif Learning NHT... 211 Lampiran 11 Instrumen Observasi Aktivitas Siswa dalam

Kelompok Sebelum Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif Learning NHT ... 212 Lampiran 12 Instrumen Tindakan Sebelum PTK NHT ... 213 Lampiran 13 Instrumen Tindakan Sebelum PTK Number Tag ... 214 Lampiran 14 Lembar Refleksi Guru Sebelum Penerapan Media

(23)

xx

Lampiran 16 Angket Motivasi Belajar Siswa ... 220 Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Sebelum

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT ... 223 Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Sebelum

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT ... 226 Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Kelompok

Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis

Kooperatif NHT ... 227 Lampiran 20 Hasil Observasi Kelas Sebelum Penerapan Media

Komik Berbasis Kooperatif NHT ... 228 Lampiran 21 Hasil Skor Kuisoner Motivasi Belajar siswa Sebelum

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif NHT .... 230 Lampiran 22 Hasil Wawancara Terhadap Guru Sebelum Penerapan

Media Komik Berbasis Kooperatif Tipe NHT ... 232 Lampiran 23 Hasil Wawancara Terhadap Siswa Sebelum Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif NHT ... 235 Lampiran 24 Instrumen Lembar Kerja Siswa ... 237 Lampiran 25 Soal Post Test Siklus I ... 238 Lampiran 26 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus I ... 239 Lampiran 27 Hasil Observasi Kelas Saat Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif Learning NHT Siklus I ... 242 Lampiran 28 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus I ... 244 Lampiran 29 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Saat Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

(24)

xxi

Lampiran 31 Nilai Post Test Siswa Setelah Penerapan Media

Komik Berbasis Kooperatif NHT Siklus I ... 250 Lampiran 32 Hasil Refleksi Guru Saat Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif NHT Siklus I ... 253 Lampiran 33 Hasil Refleksi Siswa Saat Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif NHT Siklus I ... 255 Lampiran 34 Instrumen Soal Post Test Siklus II ... 258 Lampiran 35 Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus II ... 260 Lampiran 36 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus II ... 263 Lampiran 37 Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus II ... 265 Lampiran 38 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Kelompok

Saat Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif

Learning NHT Siklus II ... 266 Lampiran 39 Hasil Skor Kuisoner Motivasi Belajar siswa Saat

Penerapan Media Komik Berbasis Kooperatif NHT

Siklus II ... 267 Lampiran 40 Hasil Belajar Siswa Setelah Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif NHT Siklus II ... 272 Lampiran 41 Hasil Refleksi Guru Saat Penerapan Media

Komik Berbasis Kooperatif NHT Siklus II ... 276 Lampiran 42 Hasil Refleksi Siswa Saat Penerapan Media Komik

Berbasis Kooperatif NHT Siklus II ... 278 Lampiran 43 Dokumentasi/Photo Saat Saat Penerapan Penerapan

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran dan pemahaman suatu materi banyak ditemukan kendala-kendala, dan banyak faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami konsep akuntansi khususnya pada kompetensi dasar ayat jurnal penyesuaian. Materi ayat jurnal penyesuian adalah materi pembelajaran yang penting untuk dipamahi oleh siswa. Jurnal penyesuian berfungsi untuk menyesuaikan akun-akun neraca saldo sehingga memperlihatkan saldo yang sebenarnya dari harta, utang, beban, dan pendapatan. Dengan pemahaman tersebut maka akan mempermudah siswa memasuki tahap selanjutnya dalam siklus akuntansi, yaitu tahap pembuatan laporan keuangan.

(26)
(27)

mereka akan memahami materi dengan lebih mudah. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyatno (2009-100) yang mengatakan bahwa cara belajar siswa zaman sekarang adalah siswa lebih menyukai fun learning dan interaktif. Siswa akan lebih tertarik akan hal-hal baru, antusias untuk mencoba, dan mereka belajar sesuai dengan cara belajar mereka masing-masing. Hal tersebut terbukti bahwa siswa memang cenderung lebih aktif saat mereka menemui hal yang baru terutama dalam proses pembelajaran di sekolah. Salah satu cara yang dapat membangkitkan semangat siswa agar lebih aktif dapat dilakukan dengan penggunaan media yang tepat. Jika sebelumnya guru hanya menggunakan media konvensional, kemudian dapat ditambah dengan media yang lebih menarik, seperti power point,

ataupun buku-buku pelajaran yang menarik yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting dalam pembelajaran Arsyad (2011:2-3) mengatakan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan. Sementara ini Sukiman (2012:44) menjelaskan kegunaan praktis dari penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar yaitu media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

(28)
(29)

mulai dikembangkan untuk bisa membantu proses pembelajaran menjadi lebih menarik, efektif dan efisien.

Selain media salah satu faktor pendukung adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini banyak sekali model pembelajaran cooperative learning yang dapat dipilih oleh guru, salah satunya tipe Number Head Together (NHT). Tipe pembelajaran ini akan memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama dalam tim atau kelompok untuk menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. NHT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat mengajak siswa menjadi lebih aktif, inovatif, kreatif, dan merasa senang sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Dalam NHT

siswa akan dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 tergantung jumlah siswa dalam satu kelas. Selanjutnya masing-masing siswa dalam kelompok akan mendapatkan kepala bernomor yang berbeda. Kepala bernomor tersebut yang nantinya akan digunakan guru untuk memilih atau menunjuk salah satu nomor untuk menjawab pertanyaan.

(30)

B. Batasan Masalah

Ada berbagai cara untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa selama proses pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan difokuskan pada upaya meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa pada materi jurnal penyesuian dalam mata pelajaran akuntansi kelas X Akuntansi 2 melalui penerapan media komik berbasis model pembelajaran kooperatif learning tipe NHT.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan berbagai masalah yang telah teridentifikasi di atas selanjutnya dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe

NHT dalam meningkatkan motivasi belajar siswa?

2. Bagaimana penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe

NHT dalam meningkatkan hasil belajar siswa? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan berbagai rumusan masalah yang telah teridentifikasi di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah penerapan media komik berbasis kooperatif learning tipe NHT

pada materi ayat jurnal penyesuaian pada mata pelajaran akuntansi kelas X SMK N 1 Pengasih.

(31)

materi ayat jurnal penyesuaian pada mata pelajaran akuntansi kelas X SMK N 1 Pengasih.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Siswa dapat termotivasi untuk mempelajari ayat jurnal penyesuian dengan penggunaan media komik berbasis kooperatif learning tipe

NHT serta siswa akan lebih aktif dan senang selama proses pembelajaran dan akan berdampak pada meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

2. Bagi Sekolah dan Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan alternatif pilihan media pembelajaran dan model pembelajaran yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah agar proses pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya.

5. Bagi Peneliti

(32)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

1. Pengertian Penelitian Tidakan Kelas

Penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dikenal dengan nama

Classroom Action Reserch merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan lewin pada tahun 1946. Menurut Stephen Kemmis (1983:56), PTK atau action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri, (b) pemahaman mereka terhadap praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi di tempat praktik itu dilaksanakan (David Hopkins, 1993:44).

(33)

Hopkins (1993:89): PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran. Sejalan dengan pengertian di atas, Prabowo (2001:56) mendefinisikan makna dari penelitian tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termasuk juga pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut. Definisi tersebut diperjelas oleh pendapat kemmis dalam Kardi (2000:77) yang menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki praktik penddikan oleh sekelompok peneliti melalui kerja praktik mereka sendiri dan merefleksinya untuk mengetahui pengaruh-pengaruh kegiatan tersebut. Atau bisa disederhanakan dengan kalimat yaitu upaya menguji cobakan ide dalam praktik dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.

(34)

2. Tujuan PTK dilakukan

Menurut Kunandar (2008:13), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru” , menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:

a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dipahami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

d. Sebagai alat training in service, yang melengkapi guru dengan

skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

e. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.

f. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

g. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan. h. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan

(35)

i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya

3. Manfaat yang dapat diperoleh dari PTK

Daryanto (2011:13) manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terkait dengan pembelajaran mencakup hal-hal berikut:

a. Inovasi, dalam hal ini guru perlu selalu mencoba, mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu merencanakan dan melaksanakan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelas dan zaman.

b. Pengembangan kurikulum di tingkat kelas dan sekolah, PTK dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk mengembangkan.

c. Hasil-hasil PTK akan sangat bermanfaat jika digunakan sebagai sumber masukan untuk mengembangkan kurikulum baik di tingkat kelas maupun sekolah.

d. Peningkatan profesionalisme guru, keterlibatan guru dalam PTK akan dapat meningkatkan profesionalisme guru dalam proses pembelajaran. PTK merupakan salah satu cara yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas dan cara pemecahannya yang dapat dilakukan.

(36)
[image:36.595.97.507.226.651.2]

Menurut Arikunto (2006:16)secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu (1) perencanaan, (2)pelaksanaan, (3)pengamatan, dan (4)refleksi.Adapun model untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan gambar:

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakuakan. Dalam tahap menyusun rancangan ini, peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

Tahap2: PelaksanaanTindakan (acting)

Perencanaan

SIKLUS I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

?

(37)

Tahap ke-2 dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapiharus pula berlakuwajar, tidak di buat-buat.

Tahap3 :Pengamatan (observing)

Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan pengamat. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama.

Tahap 4: Refleksi (reflecting)

Tahap ke-4 merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembaliapa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakuakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

(38)

perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang secara sadar untuk memperoleh suatu perubahan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

(39)

konotasi yang berbeda. Pembelajaran adalah pemberdayaan potensi pesertadidik menjadi kompetensi. Kegiatan pemberdayaan ini tidak dapat berhasil tanpa ada orang yang membantu. Menurut Syaiful Sagala (2009:32) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain struksional, untuk membuat secara aktif yang menekankan pada penyedian sumber belajar.

2. Prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi yang ada pada pada peserta didik secara optimal. Upaya dalam mendorong terwujudnya perkembangan peserta didik tidak dapat diukur dalam periode tertentu. Agar aktivitas yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkansesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dari kebutuhan internal siswa untuk belajar. Davies (1991:32), mengingatkan mengenai beberapa hal yang dapat menjadikan kerangkan dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran yaitu;

a. Apapun hal yang dilakukan murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tak ada seorang pun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

(40)

c. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement).

d. Penguasaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara berarti.

e. Apabila murid diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik.

C. Hasil Belajar

Menurut Kunandar (2008:82), hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar. Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan prilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

(41)

orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada berbagai aspek seperti pengetahuan, keterampilan, emosional, hubungan sosial, sikap dan budi pekerti dan sebagainya.

Slameto (2003:50) mengatakan banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang dibagi menjadi dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu.

1. Faktor internal (faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar) meliputi:

a. Faktor jasmani dan psikologi: Faktor jasmani terdiri dari kesehatan dan cacat tubuh.

b. Faktor psikologis terdiri dari minat, bakat, intelegensi, perhatian, motivasi, kematangan dan persiapan.

2. Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar individu) yakni:

a. Faktor keluarga, berupa cara orang tua mendidik, interaksi antara anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi keluarga. b. Faktor sekolah, mencakup metode pengajaran, kurukulum, reaksi

guru dengan siswa, reaksi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan alat-alat pembelajaran.

(42)

D. Motivasi

1. Hakikat Motivasi

Kata motivasi berasal dari Bahasa Inggris “motivation“. Kata asalnya ialah “motive” yang artinyatujuan. Thursan Hakim (2000:78) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam belajar, tingkat ketekunan siswa sangat ditentukan oleh adanya motif dan kuat lemahnya motivasi belajar yang ditimbulkan motif tersebut. Moh. Uzer Usman (2000) berpendapat bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan. Menurut Sudarwan Danim (2004:15) motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi paling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni:

1. Faktor pendorong atau pembangkit motif, baik internal maupun eksternal.

(43)

3. Strategi yang diperlukan oleh individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.

Dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan untuk melakukan suatu tindakan. Suatu kondisi dimana keinginan-keinginan

(needs) pribadi dapat mencapai kepuasan. Motivasi yang ada pada setiap orang tidaklah sama, berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Untuk itu, diperlukan pengetahuan mengenai pengertian dan hakikat motivasi, serta kemampuan teknik menciptakan situasi sehingga menimbulkan motivasi/dorongan bagi mereka untuk berbuat atau berperilaku sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh individu lain atau organisasi.

Motivasi dapat menjadi masalah yang penting dalam pendidikan, apalagi dikaitkan dengan aktivitas seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif, dapat mengarahkan ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Didalam belajar banyak siswa yang kurang termotivasi terhadap pelajaran termasuk didalamnya adalah aktivitas praktik maupun teori untuk mencapai suatu tujuannya. Motivasi sangat besar pengaruhnya terhadap belajar, bila guru tidak mampu meningkatkan motivasi maka siswa tidakakan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik tersendiri terhadap pelajaran

(44)

Maka motivasi harus ada dalam diri seseorang. Sebab motivasi merupakan modal dasar untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, motivasi harus menjadi pangkal permulaan dari pada semua aktivitas. 2. Macam-macam Motivasi

Secara umum macam-macam motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Singgih D. Gunarsa (2004:89) yaitu:

a. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau kehendak yang kuat yang berasal dari dalam diri seseorang. Semakin kuat motivasi instrinsik yang dimiliki oleh seseorang, semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuan.

b. Motivasi ekstrinsik adalah dorongan segala sesuatu yang diperoleh melalui pengamatan sendiri, ataupun melalui saran, anjuran, atau dorongan dari orang lain. Faktor eksternal dapat mempengaruhi penampilan atau tingkah laku seseorang, yaitu menentukan apakah seseorang akan menampilkan sikap gigih dan tidak cepat putus asa dalam mencapai tujuannya.

Menurut Sardiman (2008:99) motivasi dibagi menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik :

(45)

b. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

3. Fungsi Motivasi

Sudarwan (2004:56) mengemukakan beberapa fungsi dari motivasi, yaitu:

a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya pekerjaan.

4. Motivasi Belajar

Motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi merupakan bagian dari belajar. Menurut Sardiman (2008:78) terdapat dua faktor yang membuat seseorang termotivasi untuk belajar, yaitu:

a. Faktor Internal

Terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.

(46)

Berupa rangsangan dari luar, yaitu dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

E. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran / pelatihan.

Sedangkan menurut Briggs (1977:71) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

(47)

2. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan istilah audio visual aids (alat bantu pandang/dengar). Selanjutnya disebut instructional materials (materi pembelajaran), dan kini istilah yang lazim digunakan dalam dunia pendidikan nasional adalah instructional media (media pendidikan atau media pembelajaran). Dalam perkembangannya, sekarang muncul istilah e-Learning. Huruf “e” merupakan singkatan dari “elektronik”. Artinya

media pembelajaran berupa alat elektronik, meliputi CD Multimedia Interaktif sebagai bahan ajar offline dan Web sebagai bahan ajar online.

Media pembelajaran, menurut Kemp & Dayton (1985:28) dalam Arsyad, dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu:

a. Memotivasi minat atau tindakan, b. Menyajikan informasi,

c. Memberi instruksi.

(48)

secara suka rela, atau memberikan sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan memperngaruhi sikap, nilai, dan emosi.

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan, atau pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama, atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi, para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya terbatas pada persetujuan atau ketidak setujuan mereka secara mental, atau terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau senang.

Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuka ktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorang siswa.

(49)

a. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

c. Objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.

d. Objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.

e. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography.

f. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

g. Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan

Sudjana (2005:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;

2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;

(50)

sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;

4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

3. Proses Belajar Mengajar Bermedia

Di dalam proses belajar mengajar sumber pesan bisa beragam bentuk dan jenisnya, maksudnya yang bertindak sebagai sumber penyampaian pesan bisa guru, buku atau sumber lainnya. Pesan pembelajaran yang disampaikan biasanya materi atau bahan pelajaran sedangkan saluran/perantara yang digunakan beruda metode atau teknik, strategi pembelajaran, dan alat seperti gambar, foto, diagram, komik, film, slide, televise dan lain-lain. Kemudia pengertian media menurut Brigs (1977:98) yang dikutip oleh Arief S. Sadiman (1990:6) media adalah segala sesuatu alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

(51)
[image:51.595.98.508.181.618.2]

Salah satu pola interaksi belajar-mengajar yang dikemukakan oleh Yusuf Hadimiarso (1984:54) seperti yang digambarkan berikut ini.

Gambar 2.2

Pola Interaksi Belajar-Mengajar Bermedia .

a. Sumber yang hanya berupa orang saja dalam hal ini hanya guru saja yang menyampaikan bahan ajaran kepada siswa/siswa.

b. Sumber yang berupa orang (guru) dibantu dengan sumber lain, walaupun dalam hal ini guru masih memegang peranan yang cukup besar untuk mengendalikan pengajaran secara keseluruhan. c. Sumber orang (guru) bersama sumber lain yang didasarkan pada

pengontrolan secara bersama dan seimbang. d. Sumber lain tanpa adanya sumber berupa orang. e. Kombinasi dari keempat pola yang tercantum di atas.

(52)

sehingga akan menumbuhkan motivasi siswa. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik. Ketiga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar karena tidak hanya mengdengarkan uraian guru tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

Kegunaan dan manfaat media dalam proses pembelajaran sangat menguntungkan bagi penyampaian pesan kepada penerima pesan dengan adanya kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh setiap media pembelajaran diharapkan dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, keterbatasan indera manusia, perbedaan gaya belajar dan karakteristik penerima pesan. Penggunaan media dalam proses belajar-mengajar di sekolah berhubungan dengan tingkat perkembangan psikologis serta tarap kemampuan siswa yang mengikuti proses pembelajaran.

(53)

kerja, mockup, diorama, dan lain-lain. Ketiga, media proyeksi seperti slide, film strips, film, penggunaan OHP dan lain-lain. Keempat, penggunaan dan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran. Menurut Edgar Dale yang dikutip oleh Nana Sudjana (1991:109) bahwa klasifikasi media berbentuk kerucut pengalaman

[image:53.595.103.496.254.609.2]

(cone of experience), yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.3

Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale

Gambar di atas menunjukkan bahwa belajar itu dapat ditempuh melalui berbagai cara, yaitu dengan mengalaminya secara langsung, dengan mengamati orang lain dan mendengar.

4. Penggunaan Media Komik

(54)

dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembacanya. Menurut David Manning White (1967:370) Comic, arecartoon arranged either in a single panel or in several boxes-in which case they are called Comic Strip-which are popular feature of more American newspaper, yang maksudnya komik adalah rangkaian gambar kartun dalam suatu panil maupun rangkaian gambar kartun dalam bingkai-bingkai yang disebut komik strip.

Komik sebagai bacaan sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-anak, sebagai bahan bacaan komik berfungsi ganda, yaitu sebagai media pendidikan dan sebagai media hiburan. Komik dapat membantu anak-anak dalam proses belajar. Melalui komik si anak dapat mengenal lingkungannya disamping pemenuhan kebutuhan akan fantasi dan imajinasi kreatif. Komik sebagai bacaan dilihat dari segi isi dan temanya ada bermacam-macam, antara lain: cerita petualangan, detektif, sejarah, humor, fiksi ilmiah, roman, perang, horror, silat dan lain-lain.

Menurut Suhandang dan Kusnadi (1985:27) yang dikutip dari Nana Sudjana dan Rivai (1991) unsur terpenting dari media komik adalah konsep cerita dan estetika:

1. Konsep cerita terdiri dari:

[image:54.595.101.513.252.591.2]
(55)

b. Waktu dan tempat kejadian cerita, bisa berupa khayalan maupun nyata.

c. Konsep karakter dan penampilan tokoh cerita. 2. Estetika pada komik meliputi:

a. Ilustrasi yang kualitasnya berkaitan erat dengan teknik menggambar, gaya gambar dan sifat gambar.

b. bahasa komik yang terdiri dari segi semantik dan teknik visualisasi bahasa.

Penggunaan media komik dalam pembelajaran meliputi peranan yaitu kemampuan dalam menciptakan minat belajar pada siswa. Penggunaan media dalam proses pembelajaran termasuk dalam ruang lingkup teknologi pengajaran. Pengertian teknologi pengajaran menurut Nana Sudjanadan Ahmad Rivai (1991:41) adalah himpunan dari proses terintegrasi yang melibatkan manusia, prosedur, gagasan, peralatan dan organisasi serta pengelolaan cara-cara pemecahan masalah pendidikan yang terdapat di dalam situasi-situasi belajar yang bertujuan dan disengaja.

Menurut Gene Yang (2003) dalam Avrilliyanti,, “Komik memiliki lima kelebihan jika dipakai dalam pembelajaran, yaitu: 1)Memotivasi; 2)Visual; 3)Permanen; 4)Perantara; 5)Populer. Untuk lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

(56)

Komik dengan gambar yang menarik dapat meningkatkan partisipasi individu sehingga dapat memotivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa dapat mempermudah pembelajaran siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih mudah 2. Visual

Komik terdiri dari gambar-gambar yang merupakan media visual. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata. Kualitas gambar komik dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Permanen

Menggunakan komik sebagai media pembelajaran berbeda dengan menggunakan film atau animasi. Meskipun film dan animasi juga merupakan media visual, mereka hanya dapat dilihat tanpa bisa mengulanginya sekehendak kita. Komik berbeda dengan film dan animasi, merupakan media yang permanen. Jika siswa tidak memahami suatu adegan film atau animasi, siswa tidak bisa mengulanginya. Tapi dengan komik, mereka bisa mengulangi sesuka hati siswa.

4. Perantara

(57)

sebagai perantara dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa sehingga siswa dapat lebih mudah memahami materi pembelajaran.

5. Populer

Komik adalah bagian dari budaya popular karena sebelumnya proses pembelajaran hanya menggunakan buku teks biasa. Spiderman and Batman adalah film yang diambil dari komik yang dapat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam proses belajar.

Penggunaan media dalam proses pembelajaran yang di kombinasi dengan model pembelajaran akan jauh lebih membantu pemahaman siswa sehingga media tersebut dapat menjadi alat penyampai pesan yang efektif.

F. Materi Pelajaran Akuntansi: Jurnal Penyesuian

(58)
(59)

yang akan datang. Akruan pendapatan (accrued revenues) atau piutang pendapatan adalah pendapatan yang telah dihasilkan, tetapi belum dicatat di akun pendapatan. Contohnya adalah imbalan jasa yang telah diberikan oleh seorang pengacara, namun belum ditagihkan ke kliennya pada akhir periode. Akruan beban (accrued expense) atau beban yang masih harus dibayar adalah beban yang telah terjadi tetapi belum dicatat ke akun beban. Contoh akruan beban adalah utang gaji kepada karyawan pada akhir periode, contoh lain utang bunga wesel, utang bunga, dan utang pajak. (Alam, 2007:228:236)

Menurut Dyah Yuliarti yang tertuang dalam komik Jurnal Penyesuian (JuPe) (2014, 10-13), jurnal penyesuian sangat penting dipahami oleh siswa karena jurnal penyesuian sangat penting untuk menyusun laporan keuangan. Terdapat 3 alasan diperlukannya jurnal penyesuian, yaitu kepraktisan, alokasi periodik, dan asas akrual. Berdasarkan karakteristik materi jurnal penyesuian di atas, maka siswa perlu memiliki pemahaman konsep yang baik tentang jurnal penyesuaian agar dapat memproses jurnal penyesuaian. Pemahaman konsep dilakukan pada saat proses pembelajaran di kelas dengan bantuan guru sebagai fasilitator. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif yang inovatif agar dapat mearik perhatian siswa dan menambah motivasi mereka untuk mempelajari jurnal penyesuian.

G. Strategi Pembelajaran Kooperatif

(60)

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009:15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompokkecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu carapendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009:15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.

Johnson (Anita Lie, 2007:30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, danevaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009:186).

(61)

padaberbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satusama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu danmenutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005:78) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.Wisenbaken (Slavin, 2005:99) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

3. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Isjoni (2009:27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:

a. setiap anggota memiliki peran;

(62)

c. setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;

d. guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

4. Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Sadker (Miftahul, 2011:66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.

1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.

3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman temannya.

4. Antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.

5. Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap materi pembelajaran.

(63)

Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam memahami dan meningkatkan prestasi belajar akuntansi.

5. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Berikut adalah kenis-jenis model pembelajaran koopereatif yang terdapat dalam Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15).

a. Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok-kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Model pembelajaran tipe STAD ini merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional.

(64)

yang dipelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes pada semua topik yang diberikan.

c. Teams Games Tournament (TGT) Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

(NHT) merupakan varian dari diskusi kelompok. Model ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Miftahul Huda, 2012: 138).

(65)

berimajinasi, memberi siswa banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Dari berbagai jenis model pembelajaran di atas, model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Karena model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide, pemahaman konsep yang lebih dalam dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama. Model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas (Miftahul Huda, 2012: 138).

Salah satu kelebihan NHT adalah pemahaman materi yang lebih mendalam, oleh sebab itu model pembelajaran tipe Numbered Head Together (NHT) dirasa cocok untuk meningkatkan pemahaman siswa pada materi jurnal penyesuian.

H. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

1. Pengertian Numbered Head Together

(66)

tepat. Selain itu teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomortertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi.

Dengan menggunakan model ini, siswa tidak hanya sekedar paham konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya, belajar mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman, rasa kepedulian pada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep tersebut, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, suasana kelas yang rileks dan menyenangkan serta tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.

(67)

Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :

1. Hasil belajar akademik stuktural: Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

2. Pengakuan adanya keragaman: Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.

3. Pengembangan keterampilan sosial: Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000), dengan tiga langkah yaitu:

f. Pembentukan kelompok; g. Diskusi masalah;

h. Tukar jawaban antar kelompok

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian

(68)

tanggungjawab pribadinya dalam keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.

2. Langkah-langkah NHT

Lie (2007:60) menjelaskan bahwa langkah-langkah

cooperative learning tipe NHT (Numbered Head Together) adalah sebagai berikut:

a. Langkah 1 – Penomoran (Numbering)

Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa dalam tim memiliki nomor yang berbeda. b. Langkah 2 – Pengajuan Pertanyaan (Questioning)

Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya. Misalnya siswa no.1 bertugas membaca soal dengan benar dan mengumpulkan data yang mungkin berhubungan dengan penyelesaian soal. Siswa no.2 bertugas mencari penyelesaian soal. Siswa no.3 mencatat dan melaporkan hasil kerja kelompok.

c. Langkah 3 – Berpikir bersama (Head Together)

(69)

dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu dan mencocokan hasil kerja mereka.

d. Langkah 4 – Pemberian Jawaban (Answering)

Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

3. Manfaat NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000:67), antara lain adalah :

a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antara pribadi berkurang f. Pemahaman yang lebih mendalam

g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan to

Gambar

Gambar 2.1 Tahap Penelitian Tindakan Kelas
Gambar 2.2 Pola Interaksi Belajar-Mengajar Bermedia
Gambar 2.3 Kerucut Pengalaman dari Edgar Dale
gambar kartun dalam suatu panil maupun rangkaian gambar kartun
+7

Referensi

Dokumen terkait

adalah artefak karya seni masyarakat Manggarai, khususnya masyarakat Wae Rebo, karya seni lebih bermakna jika nilai positif yang terkandung di dalamnya bisa

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31, 32, 33 dan 34 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 467 ayat (3)

Total panel (balanced) observations: 135 Instrument specification: C SIZE CR ROA ROE Constant added to instrument list. Variable Coefficient

Undang-undangRepublik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003

Pengaruh Penerapan Pendekatan Problem Centered Learning (PCL) Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Adaptif Siswa SMP.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

Problema yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perencanaan strategis implementasi sistem informasi manajemen akademik berbasis teknologi informasi yang

Untuk menguji apakah matriks korelasi sederhana bukan merupakan suatu matriks identitas, maka digunakan uji Bartlett dengan pendekatan statistik chi square. Berikut ini