• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh metode eksperimen terhadap peningkatan hasil belajar dan keterampilan proses sains pada pokok bahasan perubahan wujud zat untuk kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh metode eksperimen terhadap peningkatan hasil belajar dan keterampilan proses sains pada pokok bahasan perubahan wujud zat untuk kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul."

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Sutasoma, Bernadetta. 2016. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Pada Pokok Bahasan Perubahan Wujud Zat Untuk Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul.Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika,Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode eksperimen; (2) Peningkatan keterampilan proses sains siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 4 yang terdiri dari 23 siswa. Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberikan treatment berbeda yaitu kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran eksperimen terbimbing dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah aktif. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data yaitu: tes tertulis (pre-test dan post-test), observasi saat melakukan eksperimen, serta laporan hasil eksperimen. Peningkatan hasil belajar berdasarkan pre-test dan post-test dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS 20. Keterampilan proses sains berdasarkan pre-test dan post-test dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS 20 serta dilengkapi dengan hasil observasi dan laporan eksperimen dianalisa secara deskripsi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Penggunaan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul pada materi perubahan wujud zat; (2) Penggunaan metode eksperimen meningkatkan keterampilan proses sains pada siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul pada materi perubahan wujud zat.

(2)

ABSTRACT

Sutasoma, Bernadetta. 2016. The Influence of Experiment Method Towards Learning Improvement and Science Process Skill inPhase Transition of Matter for Grade X ofSMA Negeri 1 Kasihan Bantul.Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know (1) the improvement of students learning result of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul grade X on the material of phase transition using experimental methods; (2) the improvement of students science process skill SMA Negeri 1 Kasihan Bantul grade X on the material of phase transition using of experimental methods.

The type of this research is quantitative and qualitative experimental research. The subject of the study is the students grade X MIPA 4 which consist of 23 students. This research uses experimental and control class. The both classes are applied in different treatments, which are experimental class uses guided learning methods and control class uses active learning methods. The instruments used for this research are: written test (pre-test and post-test), observation during the experiment, and the report of experimental results. The improvement of students learning which based on pre-test and post-test are analyzed statistically using SPSS 20 program. The improvement of students science process skills which based on pre-test and post-test are analyzed statistically using SPSS 20 program, and it is equipped with observation result and experiment report which are analyzed in the description.

The result of this research shows that (1) the application of experiment method increases the students learning result of grade X MIPA 4 SMA Negeri Kasihan, Bantul on the material of phase transition;. (2) the application of experiment method increases the students science process skill of grade X MIPA 4 SMA Negeri Kasihan, Bantul on the material of phase transition.

(3)

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR DAN KETRAMPILAN PROSES SAINS

PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN WUJUD ZAT

UNTUK KELAS X SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

Bernadetta Savitri Sutasoma (121424025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN

HASIL BELAJAR DAN KETRAMPILAN PROSES SAINS

PADA POKOK BAHASAN PERUBAHAN WUJUD ZAT

UNTUK KELAS X SMA NEGERI 1 KASIHAN BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh :

Bernadetta Savitri Sutasoma (121424025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini

Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

(Yesaya 41:10)

Karya ini saya persembahkan kepada:

1) Bapak dari segala Bapak ialah Tuhan Yesusku.

2) Almamater Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3) Papi dan mami tercinta, Bapak Ir. Benedictus Sutasoma dan Ibu Esterlina

(8)
(9)
(10)

vii ABSTRAK

Sutasoma, Bernadetta. 2016. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains Pada Pokok Bahasan Perubahan Wujud Zat Untuk Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode eksperimen; (2) Peningkatan keterampilan proses sains siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode eksperimen.

Jenis penelitian ini adalah eksperimental kuantitatif dan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X MIPA 4 yang terdiri dari 23 siswa. Penelitian ini menggunakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas diberikan treatment berbeda yaitu kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran eksperimen terbimbing dan kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah aktif. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data yaitu: tes tertulis (pre-test dan post-test), observasi saat melakukan eksperimen, serta laporan hasil eksperimen. Peningkatan hasil belajar berdasarkan pre-test dan post-test dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS 20. Keterampilan proses sains berdasarkan pre-test dan post-test dianalisa secara statistik menggunakan program SPSS 20 serta dilengkapi dengan hasil observasi dan laporan eksperimen dianalisa secara deskripsi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Penggunaan metode eksperimen meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul pada materi perubahan wujud zat; (2) Penggunaan metode eksperimen meningkatkan keterampilan proses sains pada siswa kelas X MIPA 4 SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul pada materi perubahan wujud zat.

(11)

viii ABSTRACT

Sutasoma, Bernadetta. 2016. The Influence of Experiment Method Towards Learning Improvement and Science Process Skill in Phase Transition of Matter for Grade X of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul. Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Natural Sciences Education, Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

The aim of this research is to know (1) the improvement of students learning result of SMA Negeri 1 Kasihan Bantul grade X on the material of phase transition using experimental methods; (2) the improvement of students science process skill SMA Negeri 1 Kasihan Bantul grade X on the material of phase transition using of experimental methods.

The type of this research is quantitative and qualitative experimental research. The subject of the study is the students grade X MIPA 4 which consist of 23 students. This research uses experimental and control class. The both classes are applied in different treatments, which are experimental class uses guided learning methods and control class uses active learning methods. The instruments used for this research are: written test (pre-test and post-test), observation during the experiment, and the report of experimental results. The improvement of students learning which based on pre-test and post-test are analyzed statistically using SPSS 20 program. The improvement of students science process skills which based on pre-test and post-test are analyzed statistically using SPSS 20 program, and it is equipped with observation result and experiment report which are analyzed in the description.

The result of this research shows that (1) the application of experiment method increases the students learning result of grade X MIPA 4 SMA Negeri Kasihan, Bantul on the material of phase transition;. (2) the application of experiment method increases the students science process skill of grade X MIPA 4 SMA Negeri Kasihan, Bantul on the material of phase transition.

(12)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat yang

diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi dengan judul “Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Peningkatan Hasil Belajar dan Keterampilan Proses Sains pada Pokok Bahasan

Perubahan Wujud Zat untuk Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana pendidikan di FKIP Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapat banyak bantuan,

bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan

banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., sebagai dosen pembimbing yang

dengan pengertian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, motivasi,

serta berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis sejak awal sampai

akhir penulisan skripsi ini.

3. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Ketua Program Studi, Pendidikan

Fisika sekaligus sebagai dosen penguji skripsi yang telah memberikan

dukungan dan bimbingan.

4. Drs. Domi Severinus, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA)

Pendidikan Fisika angkatan 2012 sekaligus sebagai dosen penguji skripsi

yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan selama penulis belajar di

Universitas Sanata Dharma.

5. Segenap dosen Pendidikan Fisika dan karyawan Progrm Studi Pendidikan

Fisika yang telah membimbing, mendidik, dan memberikan pengetahauan

selama ini serta layanan administrasi dengan baik kepada penulis selama

(13)

x

6. Ibu Tri Hartanti, M.Sc., sebagai guru bidang studi fisika kelas X SMA Negeri

1 Kasihan Bantul yang telah membantu dan memberikan masukan selama

penelitian.

7. Siswa kelas X MIPA 1 dan X MIPA 4 SMA Negeri 1 Kasihan Bantul yang

telah bersedia menjadi subyek penelitian dan membantu dalam kelancaran

penelitian.

8. Kedua orang tua saya, Bapak Ir. Benedictus Sutasoma dan Ibu Esterlina

Hetharua, S.Sos., yang menjadi penyemangat dalam hal apapun serta

memberikan dukungan baik doa maupun materi.

9. Adik saya Gisela Dwiputri Sutasoma, yang telah memberikan semangat dan

keceriaan kepada peneliti.

10. Teman seperjuangan saya, Ita Susanti, S.Pd. dan Lorentina Elsi S.Pd., yang

bersama-sama saling membantu dan berbagi ilmu selama menyelesaikan

skripsi ini.

11. Sahabat saya, Christiani N. Banik, S.Psi., Brigitta D. Utami, S.Pd., Tri W. N.

Pasinggi, S.Pd., Ratna Mintarsih, S.Pd., dan Maria A. A. P. Pramana, S.Pd.,

yang selalu memberikan semangat, doa dan berbagi suka maupun duka.

12. Kekasihku, Pery Surya Atmaja, S.Pd., yang senantiasa memberikan

semangat, doa, dan membantu saya dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Juli 2016

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DANPERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Filsafat Kontruktivisme ... 6

B. Metode Eksperimen Terbimbing ... 9

C. Hasil Belajar ... 13

D. Keterampilan Proses Sains ... 17

E. Materi Pembelajaran ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

(15)

xii

D. Variabel Penelitian... 26

1. Variabel Bebas (independent Variable) ... 26

2. Variabel Terikat (dependet variables) ... 26

E. Desain Penelitian ... 27

F. Treatment ... 28

1. Kelas Kontrol ... 28

2. Kelas Eksperimen ... 29

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 31

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 32

G. Instrumen Penelitian ... 32

1. Test ... 32

2. Observasi ... 36

3. Laporan Eksperimen ... 39

H. Metode Analisis Data ... 40

BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 46

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 46

B. Data ... 50

1. Nilai Kelas Eksperimen ... 50

2. Nilai Kelas Kontrol ... 51

3. Data Menurut Indikator Pengetahuan ... 52

4. Data Menurut Indikator Keterampilan Proses Sains ... 52

5. Data Hasil Observasi Eksperimen ... 53

6. Data Hasil Laporan Eksperimen ... 53

C. Analisis Data ... 54

1. Peningkatan Pengetahuan ... 54

2. Keterampilan Proses Sains ... 59

D. Pembahasan ... 61

1. Peningkatan Hasil Belajar ... 61

2. Keterampilan Proses Sains ... 63

(16)

xiii

BAB V PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pre-test and Post-test Control Group ... 28

Tabel 3.2. Klasifikasi item soal keterampilan proses sains ... 33

Tabel 3.3. Klasifikasi item soal pengetahuan tentang perubahan wujud zat ... 33

Tabel 3.4. Klasifikasi item soal dan kisi-kisi soal pengetahuan tentang keterampilan proses sains ... 33

Tabel 3.5. Klasifikasi item soal dan kisi-kisi soal pengetahuan tentang perubahan wujud ... 35

Tabel 3.6. Indikator keterampilan proses sains ... 37

Tabel 3.7. Aspek keterampilan proses sains dalam laporan eksperimen ... 39

Tabel 3.8. Klasilifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains ... 41

Tabel 3.9. Klasilifikasi tingkat penguasaan pengetahuan perubahan wujud zat ... 41

Tabel 3.10. Klasilifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada hasil observasi ... 41

Tabel 3.11. Klasilifikasi tingkat penguasaan keterampilan proses sains pada laporan hasil eksperimen ... 41

Tabel 4.1. Rincian pelaksanaan kegiatan ... 50

Tabel 4.2. Klasifikasi persentase kelas eksperimen ... 50

Tabel 4.3. Klasifikasi persentase kelas control ... 51

Tabel 4.4. Klasifikasi persentase pengetahuan materi perubahan wujud zat setiap indikator ... 52

Tabel 4.5. Klasifikasi persentase keterampilan proses sains setiap indikator ... 52

(18)

xv

Tabel 4.7. Persentase aspek keterampilan proses sains pada laporan eksperimen... 54

Tabel 4.8. Perbandingan pre-test untuk hasil belajar pada kelas eksperimen (X.1)

dan kelas kontrol (X.2) ... 55

Tabel 4.9. Perbandingan pre-test dan post-test unuk hasil belajar pada kelas

eksperimen (X.1) ... 56

Tabel 4.10. Perbandingan pre-test dan post-test untuk hasil belajar pada kelas

kontrol (X.2) ... 57

Tabel 4.11. Perbandingan post-test untuk hasil belajar pada kelas eksperimen

(X.1) dan kelas kontrol (X.2) ... 58

Tabel 4.12. Perbandingan pre-test dan post-test untuk keterampilan proses sains

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Diagram Perubahan Wujud Zat ... 21

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat permohonan izin penelitian ... 76

Lampiran 2. Surat perizinan pelaksanaan penelitian... 77

Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian ... 78

Lampiran 4. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas eksperimen ... 79

Lampiran 5. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas kontrol ... 86

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) kelas eksperimen ... 92

Lampiran 7. Soal pre-test dan post-test... 94

Lampiran 8. Lembar observasi keterampilan proses sains... 96

Lampiran 9. Lembar jawaban dan penskoran soal pre-test dan post-test ... 98

Lampiran 10. Deskripsi observasi ... 106

Lampiran 11. Lembar jawaban dan penskoran laporan eksperimen ... 108

Lampiran 12. Skor soal pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol . ... 115

Lampiran 13. Skor observasi ... 119

Lampiran 14. Skor laporan eksperimen ... 120

Lampiran 15. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas eksperimen ... 121

Lampiran 16. Contoh hasil pre-test dan post-test siswa kelas kontrol ... 128

Lampiran 17. Contoh lembar observasi kelas eksperimen ... 134

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan hidup manusia sains memegang peranan penting.

Lewat sains manusia mampu mengolah alam secara lebih maju sehingga semakin

berdampak bagi perbaikan hidup manusia. Lewat sains manusia mampu

menggunakan kekayaan alam secara bertanggung jawab. Oleh karena sains penting

bagi kehidupan manusia, maka penting kita mengenali sains. Disinilah pendidikan

sains penting.

Pendidikan mengenai sains bukan hanya didapatkan dari pendidikan formal

tetapi juga dari pengalaman langsung. Sains merupakan pengetahuan fisis, maka

untuk mempelajari sains dan membentuk pengetahuan tentang sains, diperlukan

kontak langsung dengan hal yang ingin diketahui. Pendidikan sains telah dimulai

sepanjang hidup, namun pendidikan sains secara khusus dipelajari pada tingkat

SMP dan SMA.

Dalam pembelajaran sains siswa dituntut untuk memiliki kemampuan

keterampilan sains bukan hanya menguasai materi sains. Hal ini dikarenakan dalam

proses pembelajaran sains sangat memungkinkan siswa untuk terlibat dalam

kegiatan pengamatan, percobaan, serta kemampuan menganalisis. Menurut

Semiawan (1987: 17-18), kemampuan atau keterampilan mendasar yang perlu

dimiliki siswa antara lain:

1. Mengobservasi atau mengamati

(22)

3. Mengukur

4. Mengklasifikasi

5. Mencari hubungan ruang atau waktu

6. Membuat hipotesis

7. Merencanakan penelitian atau eksperimen

8. Mengendalikan variabel

9. Menginterpretasi atau menafsirkan data

10. Menyusun kesimpulan sementara (inferensi)

11. Meramalkan (memprediksi)

12. Menerapkan (mengaplikasi)

13. Mengkomunikasikan.

Metode pembelajaran yang melibatkan semua aspek keterampilan sains

ialah pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen. Namun pada

kenyataannya metode pembelajaran yang sering digunakan di sekolah menengah

atas ialah metode ceramah yang menekankan pada teori, hukum, dan rumus. Guru

menjelaskan materi dan siswa hanya memperhatikan tanpa terlibat aktif dalam

proses pembelajaran. Siswa hanya dituntut untuk menghafal rumus dan

mengerjakan soal-soal yang diberikan ketika proses pengajaran. Metode yang

digunakan guru seringkali menggunakan metode yang sederhana. Guru

beranggapan bahwa semua materi yang terdapat didalam kurikulum harus

terselesaikan tepat waktu tanpa menyesuaikan dengan keadaan siswa. Padahal

proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik bila seorang guru dapat

(23)

dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pembelajaran. Salah satu metode yang

kontruktivistik dalam pembelajaran sains adalah metode eksperimen.

Belajar fisika bukan hanya sekedar untuk menghafal rumus dan

mengerjakan soal, tetapi lebih menekankan pada proses suatu kejadian untuk

menemukan suatu konsep. Pembelajaran fisika yang menekankan pada proses yaitu

menggunakan metode eksperimen dimana siswa dapat mengamati, mengukur,

mengumpulkan data, menganalisa data dan menyimpulkannya, sangat cocok untuk

mendalami fisika (Suparno, 2013). Menurut Suparno, dalam metode eksperimen

aktivitas proses belajar mengajar aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru,

sehingga siswa akan lebih terlibat secara fisik, emosional, dan intelektual. Pada

gilirannya diharapkan terjadi perubahan konsep dalam diri siswa (2007: 77, 142).

Metode eksperimen dilaksanakan dengan harapan bahwa teori yang

dibicarakan sebelumnya memang benar dan dapat dibuktikan. Siswa mendapatkan

pengetahuan yang lebih baik secara teori dan pengalaman langsung melalui metode

eksperimen. Siswa diharapkan dapat meningkatan pengetahuannya yang

diwujudkan dalam peningkatan prestasi pada proses pembelajaran sains. Menurut

Djamarah (2011: 175-180), ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan faktor yang berasal dari

luar (eksternal). Faktor internal berasal dari dalam diri siswa, meliputi faktor

fisiologis (jasmani) dan psikologis (intelegensi, motivasi, bakat, dan sikap). Faktor

eksternal berasal dari luar diri siswa meliputi lingkungan fisik, instrument, dan

sosial. Peningkatan prestasi pada proses pembelajaran sains dalam penelitian ini

(24)

Materi yang dipelajari dalam penelitian ini ialah perubahan wujud zat. Pada

umumnya siswa mempelajari materi perubahan wujud zat hanya sebatas hafalan.

Padahal fisika bukanlah soal menghafal tetapi memahami suatu kejadian dan

mampu mengaplikasikannya. Materi perubahan wujud zat sangat cocok bila

diajarkan dengan metode eksperimen sehingga siswa dapat mempelajari materi ini

melalui pengalaman langsung. Selain itu untuk menunjang eksperimen ini di SMA

Negeri 1 Kasihan Bantul alat dan bahan yang diperlukan telah tersedia.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui Pengaruh

Metode Eksperimen Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Dan Ketrampilan

Proses Sains Pada Pokok Bahasan Perubahan Wujud Zat Untuk Kelas X SMA

Negeri 1 Kasihan Bantul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan

masalah yang ingin diteliti peneliti yaitu:

1. Apakah pembelajaran sains dengan metode eksperimen pada materi

perubahan wujud zat dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri 1

Kasihan Bantul kelas X?

2. Apakah pembelajaran sains dengan metode eksperimen pada materi

perubahan wujud zat dapat meningkatkan keterampilan proses sains pada

(25)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X pada

materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode eksperimen.

2. Peningkatan keterampilan proses sains siswa SMA Negeri 1 Kasihan Bantul

kelas X pada materi perubahan wujud zat dengan menggunakan metode

eksperimen.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagi berikut:

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan dalam bidang dunia pendidikan fisika.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan menjadi bahan

pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi guru, memberikan masukan kepada guru mengenai keterampilan

proses sains dan meningkatkan hasil belajar siswa dengan

menggunakan metode eksperimen.

b. Bagi siswa, siswa menjadi lebih tertarik dengan Fisika dan

(26)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Filsafat Kontruktivisme

Menurut Von Glasersfeld (Suparno, 1997: 18), kontruktivisme adalah salah

satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan yang kita peroleh

adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Bila yang menekuni hal ini adalah siswa

maka siswa sendirilah yang membentuk pengetahuannya. Pengetahuan bukanlah

sesuatu yang sudah jadi, yang sudah ada diluar, tetapi sesuatu yang harus dibentuk

sendiri. Secara sederhana pengetahuan itu bukanlah suatu fakta yang langsung

ditemukan, melainkan suatu rumusan yang ditemukan oleh orang yang sedang

mempelajarinya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada yang

lainnya, karena setiap orang dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari seseorang kepada yang lainnya

begitu saja dari pikiran seseorang yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang

lain yang belum mempunyai pengetahuan tersebut. Sama halnya dengan guru dan

siswa, guru tidak bisa begitu saja dapat mentransfer langsung pengetahuannya

kepada siswa. Banyak siswa yang salah menangkap apa yang telah diajarkan oleh

gurunya atau bahkan apa yang disampaikan menjadi miskonsepsi bagi siswa. Hal

(27)

Siswa dapat membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indra

(Suparno, 2013: 14). Dengan melihat, mendengar, menjamah, mencium bau, dan

merasakan siswa dapat membentuk pengetahuannya tentang sesuatu. Untuk

mengetahui sesuatu siswa haruslah aktif sendiri untuk mengkonstruksinya. Ketika

siswa belajar, siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan,

menganalisis dan akhirnya yang terpenting adalah siswa merangkumnya sebagai

pengertian yang utuh. Pengetahuan merupakan suatu proses menjadi tahu. Suatu

proses menjadi tahu ini akan terus berkembang semakin luas, lengkap, dan

sempurna. Pembentukan pengetahuan jelas bukan sekali jadi tetapi

perkembangannya akan terus bertahap.

Menurut Bettencourt (Suparno, 1997: 21), kontruktivisme tidak bertujuan

untuk mengerti realitas, melainkan lebih melihat bagaimana proses seseorang

menjadi tahu akan sesuatu. Dengan kata lain kontruktivisme lebih menekankan

pada proses daripada hasil. Hasil belajar merupakan tujuan akhir dari proses

pembelajaran tetapi ada hal yang lebih penting ialah proses itu sendiri yang

melibatkan cara dalam belajar. Seseorang belajar membentuk skema maupun

struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuannya. Hal ini dipelukan

seorang siswa untuk dapat mengkontruksi terhadap kejadian yang terjadi

disekitarnya sebagai pengalaman langsung. Dengan demikian, belajar menurut teori

kontruktivisme bukan hanya sekedar menghafal tetapi juga melalui pengalaman

langsung. Pengetahuan seorang siswa bukan pemberian dari orang lain misalnya

guru, tetapi proses mengkontruksi dari siswa sendiri. Melalui proses seperti ini

(28)

Bagi konstruktivis (Suparno, 1997: 61), belajar merupakan proses aktif.

Pelajar mengkontruksi atau membangun sendiri pengetahuannya entah dengan teks,

dialog, pengalaman fisis, dan lain-lain. Siswa mencari sendiri apa yang mereka

pelajari dan menghubungkan bahan yang sedang dipelajari dengan bahan yang telah

ada sebelumnya sehingga siswa dapat mengembangkannya. Dalam buku Suparno

(1997: 61) proses tersebut bercirikan enam hal, yaitu:

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang

mereka lihat, dengar, rasakan dan alami. Kontruksi arti itu dipengaruhi oleh

pengertian yang telah siswa miliki.

2. Kontruksi arti itu adalah proses yang terus-menerus. Setiap kali bertemu

dengan persoalan baru, diadakan rekontruksi baik secara kuat maupun

lemah.

3. Belajar bukanlah mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu

pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam

keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan

lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui, misalnya

konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan

(29)

Karena pengetahuan dibentuk baik secara individual maupun secara sosial,

kelompok belajar dapat dikembangkan. Menurut Von Glasersfeld (Suparno, 1997:

63), kelompok belajar siswa harus mengungkapkan bagaimana siswa melihat

persoalan dan apa yang akan diperbuat dengan persoalan tersebut. Salah satu jalan

untuk menciptakan suasana berpikir yang nantinya menuntut kesadaran akan apa

yang sedang dipikirkan dan dilakukan. Dalam hal ini guru akan memberikan

kesempatan siswa untuk secara aktif membuat abstraksi. Usaha seorang siswa untuk

menjelaskan sesuatu kepada teman-temannya justru membantu untuk melihat

sesuatu yang lebih jelas. Mengerti bahwa ada teman lain yang belum siap

menyampaikan jawaban, tentu akan meningkatkan keberanian siswa untuk

mencoba dan mencari jalan keluar. Jika siswa tersebut telah menemukan jawaban,

maka akan mendorong siswa lain untuk dapat menemukannya juga.

B. Metode Eksperimen Terbimbing

Secara kontruktivisme, pengetahuan yang dibentuk dengan berpikir tentang

pengalaman dengan suatu objek atau kejadian tertentu. Pengetahuan ini akan

terbentuk ketika siswa mencoba mengkaji pengetahuannya sendiri. Salah satu cara

untuk mengkaji pengetahuan siswa melalui pengalaman langsung ialah dengan

bereksperimen. Siswa memulai membentuk pengetahuannya sendiri dari perlakuan

siswa tersebut terhadap bahan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan hanya

(30)

Menurut Suparno (2013 : 83-85), metode eksperimen adalah metode

mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian,

pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar. Jadi metode ini

lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya. Biasanya

metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji teori

atau hukum yang sudah ditemukan oleh para ahli. Namun dalam prakteknya guru

dapat pula melakukan eksperimen untuk menemukan teori atau hukumnya. Dalam

hal ini seakan-akan teori atau hukum belum ditentukan, dan siswa diminta untuk

menemukannya. Guru tentunya sudah tahu teori dan hukum sebelumnya dan bagi

guru arah eksperimennya jelas. Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan

yakin karena seakan-akan menemukan sendiri.

Metode eksperimen terbagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen

terbimbing dan metode eksperimen bebas. Proses pembelajaran fisika untuk tingkat

SMA kebanyakan menggunakan metode eksperimen terbimbing. Hal ini dipilih

dengan alasan bahwa hasil dari eksperimen akan lebih cepat selesai dan lebih teratur

dan terarah sehingga siswa tidak mudah binggung.

Untuk metode eksperimen terbimbing langkah-langkah yang harus dibuat

siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati, dan diukur

semuanya sudah ditentukan sejak awal. Maka siswa tidak akan bingung tentang

langkah-langkah yang akan dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan

mana yang akan dituju mereka cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data

(31)

1. Tugas Guru

Untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru

punya peran sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:

 Memilih eksperimen apa yang akan ditugaskan kepada siswa;

 Merencanakan langkah-langkah percobaan seperti: apa tujuannya,

peralatan yang digunakan, bagaimana merangkai percobaan, data

yang harus dikumpulkan siswa, bagaimana menganalisis data,

kesimpulannya;

 Mempersiapkan semua peralatan yang akan digunakan sehingga pada

saat siswa mencoba semua sudah siap dan lancar;

 Pada saat percobaan sendiri guru dapat berkeliling melihat bagaimana

siswa melakukan percobaannya dan menberikan masukan kepada

siswa.

 Bila ada peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat

berjalan dengan baik.

 Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dengan percobaan yang

dilakukan;

 Bila siswa membuat laporan, maka guru harus memeriksanya.

 Guru sebaiknya mempersiapkan petunjuk dan langkah percobaan

(32)

2. Tugas Siswa

Dalam eksperimen, siswa terbagi dalam kelompok kecil untuk

melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk yang dilakukan guru. Dalam

kelompok kecil diharapkan siswa dapat sungguh melakukan percobaan dan

bukan hanya melihat percobaan teman. Dalam percobaan, siswa antara lain

akan melakukan tindakan berikut:

 Membaca petunjuk percobaan dengan teliti;

 Memilih alat yang diperlukan;

 Merangkaikan alat-alat sesuai dengan skema percobaan;  Mulai mengamati jalannya percobaan;

 Mencatat data yang diperlukan;

 Mendiskusikan dalam kelompok untuk ambill kesimpulan dari data

yang ada;

 Membuat laporan percobaan dan mengumpulkan;  Dapat juga mempresentasikan percobaan di depan kelas.

3. Keunggulan Metode Eksperimen

Ada beberapa keuntungan menggunakan metode eksperimen dalam

pembelajaran, yaitu:

a) Siswa mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian.

b) Karena mengamati sendiri suatu proses atau kejadian, maka siswa

(33)

c) Siswa menjadi lebih bersikap hati-hati, teliti, dan mampu berfikir

analitis.

d) Memupuk dan mengembangkan sikap berfikir ilmiah;

e) Membangkitkan hasrat ingin tahu pada siswa;

f) Memperkaya pengalaman dan membangkitkan keterampilan.

4. Kelemahan Metode Eksperimen

Ada beberapa kelemahan menggunakan metode eksperimen dalam

pembelajaran, yaitu:

a) Tidak semua matapelajaran dapat diajarkan dengan metode

eksperimen;

b) Tidak semua hal dapat dieksperimenkan;

c) Mahalnya alat-alat praktikum menjadi hambatan untuk melakukan

eksperimen di sekolah.

C. Hasil Belajar

Dalam aktivitas kehidupan manusia tidak pernah terlepas dari kegiatan

belajar. Dipahami baik secara langsung maupun tidak langsung, sesungguhnya

dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan aktivitas belajar. Salah satu

pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah

laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang

(34)

dan sikap (afektif) (Siregar, 2011: 3). Pembelajaran berupaya untuk mengubah

seseorang dalam hal ini siswa yang belum terdidik menjadi siswa yang terdidik,

siswa yang belum memiliki pengetahuan tentang sesuatu menjadi siswa yang

memiliki pengetahuan.

Dalam pengertian yang umum dan sederhana, belajar seringkali diartikan

sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan. Belajar adalah proses orang

untuk memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap (Aunurrahman,

2012: 38). Seseorang dikatakan belajar bilamana terjadi perubahan, dari

sebelumnya tidak mengetahui menjadi mengetahui sesuatu. Menurut Suparno,

belajar adalah proses yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya

(2013: 19). Siswa mencari arti sendiri dari apa yang telah dipelajarinya. Menurut

Suyono (2011: 9), belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk

memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku,

sikap dan mengokohkan kepribadian. Pengertian belajar menurut beberapa tokoh

diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku siswa

dalam hal untuk memperoleh pengetahuan dengan membangun sendiri

pengetahuannya melalui latihan.

Prestasi dan belajar mempunyai hubungan yang sangat erat dan tidak dapat

dipisahkan. Belajar merupakan suatu proses, sedangkan prestasi merupakan hasil

dari proses pembelajaran tersebut. Hasil belajar dapat menunjukan seberapa jauh

nilai yang diperoleh dalam setiap pembelajaran, sehingga merupakan cerminan

(35)

seorang siswa. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam belajar tergantung pada

proses pembelajaran yang dialami siswa tersebut.

Menurut Sudjana (2012: 3), hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah

perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik

yang diinginkan pada diri siswa. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa

yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam (internal) dan

faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal berasal dari dalam diri

siswa, meliputi faktor fisiologis (kondisi jasmani) dan psikologis (minat,

intelegensi, motivasi, bakat, dan sikap). Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa,

meliputi lingkungan fisik, instrument, dan sosial (Djamarah, 2011: 175-180).

Benjamin S. Bloom berpendapat bahwa hasil belajar dapat dikelompokan

menjadi dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuam terdiri dari

empat kaegori yaitu: pengetahuan tentang fakta, pengetahuan prosedural,

pengetahuan konsep, dan pengetahuan prinsip. Keterampilan terdiri dari empat

kategori yaitu: keterampilan untuk berpikir atau keterampilan kognitif,

keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik, keterampilan bereaksi

atau bersikap, dan keterampilan berinteraksi (Jihad, 2013: 14-15).

Peningkatan pengetahuan atau hasil belajar siswa tersebut dapat dinilai.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar

yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Sudjana, 2012: 3). Penilaian proses

(36)

yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam

penilaian dapat sejauh mana keefektifan dan efisien dalam mencapai tujuan

pengajaran yaitu perubahan tingkah laku siswa. Tujuan penilaian menurut Sudjana

(2012: 4) terbagi menjadi empat, yaitu:

1. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui

kelebihan dan kekurangan dalam berbagai budang studi atau mata pelajaran

yang ditempuh, selain itu dapat diketahui pula posisi kemampuan siswa

dibandingkan dengan siswa lain;

2. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah,

yaitu seberapa jauh keefektifan dalam mengubah tingkah laku para siswa

kearah tujuan pendidikan yang diharapkan. Keberhasilan pendidikan dan

pengajaran penting artinya mengingat peranannya sebagai upaya

memanusiakan atau membudayakan manusia;

3. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan

penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi

pelaksanaannya. Kegagalan para siswa dalam hasil belajar yang dicapai

hendaknya tidak dipandang sebagai kekurangan pada diri siswa, tetapi bisa

disebabkan oleh program pengajaran yang diberikan kepadanya atau

kesalahan strategi dalam melaksanakan program tersebut.

4. Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak yang

berkepentingan. Pihak yang dimaksud meliputi pemerintah, masyarakat,

(37)

dicapai, sekolah memberikan laporan berbagai kekuatan dan kelemahan

pelaksanaan sistem pendidikan dan pengajaran serta kendala yang dihadapi.

D. Keterampilan Proses Sains

Menurut Setiawati (Susanto, 2015: 9), keterampilan proses merupakan

keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik dan

sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri

individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran dan nalar

secara efektif dan efisien. Untuk melatih keterampilan proses secara bersama perlu

mengembangkan sikap seperti rasa kerja sama, tanggung jawab, kreativitas dan

berdisiplin sesuai dengan materi.

Menurut Indrawati (1993: 3, dalam Susanto, 2015: 9), keterampilan proses

merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik secara kognitif

maupun psikomotorik yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep,

prinsip, atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, atau

untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Konsep, prinsip, atau

teori yang telah ditemukan atau dikembangkan akan memantapkan pemahaman

tentang keterampilan proses tersebut.

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan

baik kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar untuk kemajuan

kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar bila terus dilatih secara terus

menerus akan menjadi suatu keterampilan. Indrawati (dalam Susanto, 2015: 144)

(38)

klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau

menginterpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen.

Keterampilan ini berproses dalam kerja ilmiah. Keterampilan secara fisis

maupun mental pada dasarnya dimiliki oleh setiap siswa meskipun dalam wujud

potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas atau kemampuan yang

masih sederhana dan masih perlu dirangsang. Dengan mengembangkan

keterampilan proses, siswa mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta

dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut.

Keterampilan proses ini menjadi roda penggerak untuk penemuan dan

pengembangan fakta dan konsep.

Para guru dapat menumbuh kembangkan potensi dalam diri siswa sesuai

dengan taraf perkembangan pemikirannya. Ketika guru membangun keterampilan

proses melalui eksperimen terbimbing, siswa pada tingkat SMA dituntut untuk

menguasai keterampilan proses melebihi tingkat keterampilan proses dasar dan

dirasa cukup untuk berada pada tingkat keterampilan terpadu. Yang digunakan

untuk mengukur keterampilan proses siswa tingkat SMA meliputi:

1. Pengukuran

Pengukuran adalah penemuan ukuran dari suatu objek dengan

membandingkan suatu yang mau diukur dengan alat ukur (Trianto, 2012: 146).

Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Menurut

Semiawan (1985: 21) dasar dari pengukuran adalah perbandingan. Semakin

(39)

2. Menentukan variabel

Variabel digunakan untuk memilih faktor yang mempengaruhi suatu

penelitian (Semiawan, 1985: 28). Dalam suatu eksperimen, seluruh variabel

harus dijaga tetap sama kecuali satu, yaitu variabel manipulasi. Ada juga

pengontrol variabel yaitu untuk memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu

percobaan tetap sama kecuali satu faktor (Trianto, 2012: 147).

3. Menyusun Hipotesis

Perumusan hipotesis adalah perumusan dugaan yang masuk akal yang

akan dapat diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi (Trianto,

2012: 147). Menurut Semiawan (1985: 25), hipotesis adalah suatu perkiraan

yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu.

4. Menginterpretasi data

Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah suatu

keterampilan yang penting. Data yang dikumpulkan melalui perhitungan,

pengukuran, eksperimen dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel,

grafik, atau diagram (Semiawan, 1985: 29). Penafsiran data yang menjelaskan

makna informasi yang telah dikumpulkan (Trianto, 2012: 146).

5. Analisis

Menguraikan keseluruhan menjadi beberapa komponen. Analisis

digunakan untuk memperkirakan besar pengaruh kuantitatif suatu kejadian

(40)

6. Melakukan eksperimen

Melakukan eksperimen merupakan pengujian dari hipotesis atau sesuatu

yang telah diprediksikan sebelumnya (Trianto, 2012: 146).

7. Mengkomunikasikan

Semiawan (1985: 32-33) mengatakan setiap ahli dituntut agar mampu

menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain. Mengkomunikasikan

adalah mengatakan apa yang diketahui dengan ucapan kata-kata, tulisan,

gambar, demonstrasi, atau grafik (Trianto, 2012: 145).

E. Materi Pembelajaran

Materi kalor dan perubahan wujud zat terdapat pada kompetensi dasar

kurikulum 2013 di SMA kelas X semester kedua. Peneliti menggunakan buku

Fisika SMA Kelas X (Purwanto, 2013: 183-200) dan Pengantar Termofisika

(Suparno, 2009: 41-55), sebagai acuan dalam menjelaskan materi kalor dan

perubahan wujud zat.

Perubahan Wujud Zat

Pada umumnya, suhu zat akan naik jika menerima kalor dan akan turun jika

melepaskan kalor. Namun, ada suatu kondisi saat kalor yang diterima suatu zat

bukan lagi digunakan untuk menaikan suhu suatu zat, melainkan untuk mengubah

wujudnya. Demikian pula, ada suatu kondisi dimana kalor yang dilepaskan suatu

zat bukan lagi digunakan untuk menurunkan suhu zat, melainkan untuk mengubah

(41)
[image:41.595.85.512.92.634.2]

Gambar 2.1. Diagram perubahan wujud zat.

Pada gambar 2.1 diatas ditunjukan diagram perubahan wujud zat. Melebur

adalah perubahan wujud dari padat menjadi cair. Membeku adalah perubahan

wujud dari air menjadi padat. Menguap adalah perubahan wujud dari air menjadi

gas. Mengembun adalah perubahan wujud dari gas menjadi cair. Menyublim adalah

perubahan wujud dari padat langsung menjadi gas tanpa melalui wujud cair.

Deposisi adalah perubahan wujud langsung dari gas menjadi padat.

1. Kalor Laten

a. Kalor laten lebur dan beku

Kalor laten lebur atau kalor lebur adalah banyaknya kalor yang

diserap untuk mengubah 1 kg zat dari wujud padat menjadi cair pada titik

leburnya.

Kalor laten beku atau kalor beku adalah banyaknya kalor yang

dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi padat pada

titik bekunya. Kaor lebur sama dengan kalor beku dan titik lebur sama

(42)

Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud benda disebut

kalor laten. Kalor beku sama dengan kalor lebur (Hf). Kalor laten lebur

(Hf) adalah panas yang diperluan untuk mengubah 1 kg zat dari zat padat

ke cair, besarnya sama dengan:

Hf = Q / m Atau Q = m.Hf

Dimana: Q : kalor (kal)

m : massa zat (kg)

Hf : kalor laten (J/kg)

b. Kalor laten didih dan embun

Kalor laten didih atau kalor didih adalah banyaknya kalor yang

diserap untuk mengubah 1 kg zat dari wujud cair menjadi uap pada titik

didihnya. Kalor didih juga disebut kalor uap.

Kalor laten embun atau kalor embun adalah banyaknya kalor

yang dilepaskan untuk mengubah 1 kg zat dari wujud uap menjadi cair

pada titik embunnya. Kalor didih sama dengan kalor embun dan titik

didih sama dengan titik embun.

Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud benda disebut

kalor laten. Kalor embun sama dengan kalor didih (Hv). Kalor didih (Hv)

adalah panas yang diperlukan untuk mengubah 1 kg zat dari air ke gas,

besarnya sama dengan:

(43)

Dimana: Q : kalor (kal)

m : massa zat (kg)

[image:43.595.84.508.112.702.2]

Hv : kalor didih (J/kg)

Tabel 2.1. Titik lebur, titik didih, kalor lebur dan kalor didih

beberapa zat.

No Zat Titik lebur normal

(˚C)

Kalor lebur (J/kg)

Titik didih normal (˚C)

Kalor didih (J/kg) 1 Helium -269,65 5,23 x 10³ -268,93 209 x 10³ 2 Hidrogen -259,31 58,6 x 10³ -252,89 452 x 10³ 3 Nitrogen -209,97 25,5 x 10³ -195,81 201 x 10³ 4 Oksigen 218,79 13,8 x 10³ -182,97 213 x 10³ 5 Alkohol -114 104,2 x 10³ 78 853 x 10³

6 Raksa -39 11,8 x 10³ 357 272 x 10³

7 Air 0,00 334 x 10³ 100,00 2256 x 10³

8 Sulfur 119 38,1 x 10³ 444,60 326 x 10³ 9 Timah

hitam

327,3 24,5 x 10³ 1750 871 x 10³ 10 Perak 960,80 88,3 x 10³ 2193 2336 x 10³ 11 Emas 1063,00 64,5 x 10³ 2660 1578 x 10³ 12 Tembaga 1083 134 x 10³ 1187 5069 x 10³

2. Grafik Suhu Terhadap Waktu

Gambar 2.1. Grafik suhu terhadap waktu dari es yang dipanaskan sampai

(44)
[image:44.595.85.512.216.626.2]

Gambar 2 di atas menunjukan grafik suhu-kalor ketika sejumlah massa

tertentu es yang bersuhu dibawah 0˚C dipanaskan (diberi kalor). Suhu naik

(dari a ke b) sampai pada titik lebur es 0˚C dicapai. Antara a dan b berwujud

padat (es). Kemudian ketika kalor ditembahkan (dari b ke c), suhu tetap sampai

semua es melebur menjadi air. Antara b dan c berwujud padat (es) dan cair

(air). Kemudian suhu air akan dinaikan kembali (dari c ke d) sampai titik didih

100˚C. antara c dan d terdapat wujud cair (air). Pada titik didih (dari d ke e)

kembali suhu tetap walau kalor terus ditambahkan sampai semua air mendidih

(45)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif

adalah jenis penelitian yang menggunakan data berupa skor atau angka, kemudian

menggunakan analisis statistik, sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata, gambar,

dan keadaan (Suparno, 2007: 136-154).

Dikatakan penelitian kuantitatif karena data yang diperoleh untuk

mengukur keterampilan proses sains dan hasil belajar siswa dalam bentuk skor

yang dianalisa secara statistik. Sedangkan penelitian ini dikatakan kualitatif

karena peneliti menjelaskan gambaran keterampilan proses sains siswa selama

penelitian secara deskriptif, dan data yang diperoleh dianalisa secara kualitatif.

Penelitian kualitatif ini bermanfaat untuk memperkuat data kuantitatif mengenai

keterampilan proses sains siswa.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada akhir bulan Maret 2016 sampai awal bulan

April 2016 dan dilakukan di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul, Tahun Ajaran

(46)

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian diambil dari SMA Negeri 1 Kasihan Bantul pada

semester genap Tahun Ajaran 2015/2016. Dalam penelitian menggunakan 1

kelompok eksperimental dan 1 kelompok kontrol. Kelompok eksperimental

menggunakan siswa dan siswi kelas X MIA 4, sedangkan kelompok kontrol

menggunakan siswa dan siswi kelas X MIA 1.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent Variable)

Menurut Creswell (2012: 77) variabel bebas merupakan variabel yang

(mungkin) menyebabkan, mempengaruhi, atau berefek pada outcome, atau

dikenal dengan istilah variabel treatment, manipulated, atecedent, atau

predictor. Dalam penelitian ini, variabel bebas adalah metode pembelajaran.

2. Variabel terikat (dependet variables)

Menurut Creswell (2012: 77) variabel terikat merupakan variabel yang

bergantung pada variabel bebas. Variabel terikat ini merupakan outcome atau

hasil dari pengaruh variabel bebas, variabel terikat sering dikenal dengan

istilah variabel criterion, outcome, atau effect. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah hasil belajar dan keterampilan proses pada materi

(47)

E. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan ialah pretest and posttest control group.

Pretest and posttest control group adalah desain penelitian yang terdiri dari dua

kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen diberi variabel eksperimen dan kelompok kontrol tidak diberi variabel

eksperimen. Pada awal pembelajaran, kedua kelompok ini diberikan tes pertama

(pretest) berupa pertanyaan isian singkat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

sejauh mana tingkat penguasaan materi perubahan wujud zat dan keterampilan

proses sains pada siswa dan siswi kelas X MIA 4 (kelompok eksperimen) dan

kelas X MIA 1 (kelompok kontrol) pada SMA Negeri 1 Kasihan Bantul sebelum

pembelajaran.

Setelah dilaksanakan tes pertama, dilanjutkan dengan proses pembelajaran

pada kelompok eksperimen menggunakan metode eksperimen terbimbing

sedangkan untuk kelompok kontrol menggunakan metode ceramah aktif.

Selanjutnya dilaksanakan tes kedua (posttest) setelah selesai pembelajaran berupa

pertanyaan isian singkat. Hal ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar dan keterampilan proses sains pada siswa dan siswi kelas X MIA 1

(kelompok eksperimen) dan kelas X MIA 4 (kelompok kontrol) pada SMA Negeri

1 Kasihan Bantul setelah pembelajaran dengan materi perubahan wujud zat.

(48)
[image:48.595.88.512.128.617.2]

Tabel 3.1. Pre-test and Post-test Control Group

Treatment Group O1 X1 O1’

Control Group O2 X2 O2’

Keterangan:

O1 : Pre-test kelas treatmen (X MIPA 4)

X1 : pembelajaran dengan metode eksperimen (X MIPA 4)

O1’ : Post-test kelas treatmen (X MIPA 4)

O2 : Pre-test kelas kontrol (X MIPA 1)

X2 : pembelajaran dengan metode ceramah (X MIPA 1)

O2’ : Post-test kelas kontrol (X MIPA 1)

F. Treatmen

Treatmen adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang mau diteliti agar

nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2011: 51). Treatmen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode eksperimen terbimbing

dengan desain penelitan pretest and posttest control group.

1. Kelas Kontrol

Kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak diberi treatmen. Pada

kelas kontrol, pembelajaran dengan metode ceramah aktif diberikan sebanyak

(49)

pembanding sehingga dapat terlihat perubahan akibat dari metode

eksperimen. Secara sederhana proses pembelajarannya sebagai berikut:

a. Peserta didik diajak mengamati video air yang direbus secara terus

menerus.

b. Guru bertanya kepada siswa apa yang terjadi pada peristiwa tersebut

dan jika air dimasukan kedalam lemari es apa yang akan terjadi?

c. Siswa mendiskusikan bersama dengan teman sebangku mengenai

peristiwa yang terjadi dalam video.

d. Siswa bersama guru membahas bersama-sama mengenai perbahan

wujud dan siswa diminta memberikan contoh dari masing-masing

perubahan wujud.

e. Secara sukarela guru meminta siswa untuk memberi contoh

peristiwa penyerapan dan pelepasan kalor.

f. Guru menjelaskan tentang kalor laten peleburan dan kalor laten

penguapan.

g. Siswa mengerjakan beberapa soal yang diberikan secara bersama

teman sebangku.

h. Secara sukarela siswa mengerjakan soal yang diberikan di papan

tulis kemudian dibahas bersama.

2. Kelas Eksperimen

Kelompok eksperimen yaitu kelompok yang sengaja diberi treatmen.

(50)

Metode eksperimen terbimbing akan lebih cepat selesai, lebih teratur dan

terarah sehingga siswa tidak mudah binggung. Untuk metode eksperimen

terbimbing langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus

digunakan, apa yang harus diamati, dan diukur semuanya sudah ditentukan

sejak awal. Maka siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang

akan dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan

dituju mereka cukup jelas. Tentu hasil kesimpulan tergantung data yang

mereka lakukan.

Eksperimen yang dilakukan mengenai perubahan wujud es-air-uap.

Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan hubungan antara perubahan suhu

dan waktu selama terjadi perubahan wujud. Alat yang digunakan ialah beker

glass, termometer, pengaduk, bunsen, neraca ohaus, penutup beker glass,

stopwatch dan kertas grafik. Siswa diminta untuk memanasi es didalam beker

glass dan setiap 1 menit diukur suhunya. Siswa mencatat waktu, suhu dan

wujud zat dalam tabel dari bentuk es sampai mendidih menjadi uap.

Sebelum melakukan eksperimen siswa menjawab beberapa pertanyaan

seperti:

a. Peristiwa apa yang akan terjadi jika kalor suatu benda ditambahkan

secara terus menerus pada benda tersebut?

b. Bagaimana hubungan antara perubahan suhu dan waktu ketika

(51)

Setelah melakukan eksperimen siswa juga diminta untuk menjawab

beberapa pertanyaan seperti:

a. Jelaskanlah proses pengambilan data!

b. Buat grafik hubungan suhu, T (˚C) terhadap waktu, t (menit)!

c. Mengapa suhu tidak bertambah pada saat perubahan wujud menjadi

uap?

d. Apa kesimpulan anda dari percobaan ini? Mengapa demikian?

Setelah siswa melaksanakan seluruh proses eksperimen siswa dapat

mengkomunikasikan hasil eksperimen melalui pembuatan laporan

eksperimen. Laporan eksperimen berisi tujuan, alat yang digunakan, dasar

teori, prosedur percobaan, data dan grafik, pembahasan, jawaban pertanyaan

dan kesimpulan.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan panduan

langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. RPP disusun

dalam skenario pembelajaran yang akan dilakukan selama pengambilan data

penelitian. Materi RPP mengenai perubahan wujud yang dibuat sesuai

kurikulum 2013. RPP untuk kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran 4,

(52)

4. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa adalah panduan yang digunakan siswa untuk

melakukan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS ini digunakan ketika

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing.

LKS siswa dapat dilihat pada lampiran 6.

G. Instrumen Pengambilan data

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mungumpulkan data.

Data yang diperoleh harus sesuai dengan tujuan dan pokok masalah penelitian.

Instrumen pengambilan data ini terdiri dari dua, yaitu test dan observasi.

1. Test

a. Soal Pre-Test

Soal pretest berisi soal isian singkat yang berjumlah 7 butir soal.

Soal pretest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat

penguasaan materi perubahan wujud zat dan keterampilan proses sains

pada siswa dan siswi kelas X MIA 4 (kelompok eksperimen) dan kelas

X MIA 1 (kelompok kontrol) pada SMA Negeri 1 Kasihan Bantul

sebelum pembelajaran. Soal pretest terdiri dari dua bagian yaitu bagian

pertama mengenai keterampilan proses sains yang berjumlah 4 butir

soal isian dan bagian kedua yaitu pengetahuan tentang perubahan wujud

zat yang berjumlah 3 butir soal isian. Soal pre-test dapat dilihat pada

(53)

Berikut klasifikasi soal-soal secara lebih rinci:

[image:53.595.87.518.187.753.2]

Tabel 3.2. Klasifikasi item soal keterampilan proses sains.

Tabel 3.3. Klasifikasi item soal pengetahuan tentang perubahan

wujud zat.

Tabel 3.4. Klasifikasi item soal dan kisi-kisi soal pengetahuan

tentang keterampilan proses sains.

No Keterampilan Proses Sains

Indikator soal keterampilan proses sains

Butir soal test Item Soal

No soal

Skor

1. Membuat hipotesis Dapat membuat hipotesis berdasarkan masalah yang diajukan

Saya sedang melakukan percobaan, dengan cara meletakan mentega di atas sendok yang sedang dipanasi.

Menurutmu, peristiwa apa yang akan terjadi? Berikan alasannya!

1 2 25

No Keterampilan Proses Sains Item soal 1 Merancang eksperimen dan menentukan variabel 1

2 Membuat hipotesis 2

3 Interpretasi data 3

4 Analisis data 4

No Perubahan wujud zat Item soal

1 Peristiwa pelepasan dan penerimaan kalor 5

2 Contoh perubahan wujud 6

(54)

2. Merancang eksperimen dan Menentukan variabel Dapat mendeskripsik an rancangan percobaan yang sesuai dan dapat menentukan yang menjadi variabel terikat dan variabel bebas

Saya ingin menyelidiki pengaruh lamanya waktu pemanasan terhadap kenaikan suhu.

a. Buatlah rancangan percobaan

berdasarkan masalah yang dihadapi tersebut!

b. Tentukanlah variabel terikat dan variabel bebas dari rancangan percobaan yang kamu buat!

1 1 25

[image:54.595.85.522.110.723.2]

3. Menyusun grafik Membuat grafik berdasarkan data yang sudah diperoleh Saya mempelajari pengaruh suhu terhadap waktu. Saya memperoleh data sebagai berikut:

No Waktu (menit)

Suhu (oC)

1 5 0

2 10 4

3 15 16

4 20 32

5 25 40

6 30 60

7 35 72

Buatlah grafik

berdasarkan data diatas!

1 3 25

4. Menganalisa penyelidikan Menjelaskan sebuah kejadian melalui analisis yang sesuai dengan permasalahan.

Saya ingin mengukur jumlah kalor yang bisa dihasilkan oleh nyala api dalam waktu tertentu. Sebuah alat pembakar atau Bunsen akan digunakan untuk memanaskan sebuah beker glass yang berisi 1 liter air dingin selama 10 menit. Bagaimana saya akan mengukur jumlah kalor yang dihasilkan oleh nyala api tersebut?

(55)

Tabel 3.5. Klasifikasi item soal dan kisi-kisi soal pengetahuan

tentang perubahan wujud.

No Pengetahuan tentang perubahan wujud zat

Indikator soal hasil belajar

Butir soal test Item Soal

No soal

Skor

1. Peristiwa pelepasan dan penerimaan kalor Dapat memeberikan contoh peristiwa pelepasan kalor dan penerimaan kalor

Berikan 1 contoh peristiwa pelepasan dan penerimaan kalor dalam kehidupan sehari-hari

1 5 30

2. Macam-macam perubahan wujud Dapat mendeskripsik an contoh perubahan wujud zat (menyublim, menguap, mengembun dan membeku) Sebutkan masing-masing contoh perubahan wujud zat dari: a. Peleburan b. Pembekuan c. Peenguapan d. Pengembunan

1 6 30

3. Analisis perubahan wujud Dapat menghitung kalor yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan wujud Hitunglah kalor yang dibutuhkan untuk megubah 1 gram es yang suhunya -5 oC

menjadi 1 gram uap dengan suhu 100

oC. diketahui kalor

jenis es adalah 0,5 kal/ g. oC, kalor

didih air 540 kal/ g, kalor lebur es 80 kal/g, dan kalor jenis air 1 kal/ g. oC

1 7 40

b. Soal Post-Test

Soal posttest yang digunakan sama dengan soal pretest. Soal

posttest berisi soal isian singkat yang berjumlah 7 butir soal. Soal

[image:55.595.83.520.164.636.2]
(56)

keterampilan proses sains pada siswa dan siswi kelas X MIA 4

(kelompok eksperimen) dan kelas X MIA 1 (kelompok kontrol) pada

SMA Negeri 1 Kasihan Bantul setelah pembelajaran pada materi

perubahan wujud zat. Soal posttest terdiri dari dua bagian yaitu bagian

pertama mengenai keterampilan proses sains yang berjumlah 4 butir

soal isian dan bagian kedua yaitu pengetahuan tentang perubahan wujud

zat yang berjumlah 3 butir soal isian. Soal post-test dapat dilihat pada

lampiran 7.

2. Observasi

Observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian

terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suparno,

2007: 63). Observasi berisi daftar ceklist mengenai aktivitas siswa dan siswi

SMA Negeri 1 Kasihan Bantul kelas X MIA 4 selama proses pembelajaran

tentang materi perubahan wujud zat. Lembar observasi digunakan saat siswa

dan siswi melakukan eksperimen di dalam kelas. Lembar observasi ini

bertujuan untuk memperkuat data dari hasil pretest dan posttest setiap siswa

dan siswi pada kelompok eksperimen. Lembar observasi dapat dilihat pada

(57)

Adapun kegiatan yang dilakukan observan pada saat mengobservasi

siswa adalah sebagai berikut:

a. Observan berada di dekat kelompok.

b. Observan mengamati kegiatan siswa dan memberi tanda (√) cek list

sesuai dengan indikator penelitian yang muncul dalam kegiatan

percobaan.

c. Observan diperkenankan bertanya seputar percobaan perubahan

wujud kepada siswa.

d. Observan mengamati siswa pada saat membuat perencanaan sampai

pada melakukan percobaan.

[image:57.595.87.513.173.750.2]

Berikut klasifikasi observasi secara lebih rinci:

Tabel 3.6. Indikator keterampilan proses sains.

No Aspek keterampilan proses sains

Skor Indikator penelitian Skor siswa 1 Menyusun hipotesis 3 Jika membuat perkiraan atau

dugaan sementara sebelum melakukan percobaan dengan benar dan logis untuk dapat menjelaskan kejadian perubahan wujud

2 Jika membuat perkiraan atau dugaan sementara sebelum melakukan percobaan dengan benar tapi kurang tepat 1 Jika membuat perkiraan atau

dugaan sementara sebelum melakukan percobaan dengan kurang benar tapi kurang tepat 0 Jika tidak membuat perkiraan

atau dugaan sementara sebelum melakukan percobaan

2 Merencanakan penyelidikan

(58)

runtut

2 Jika memilih alat dan bahan dengan benar dan lengkap, tapi kurang lengkap dan runtut dalam membuat prosedur percobaan 1 Jika memilih alat dan bahan

dengan benar tapi lengkap, serta dapat membuat prosedur percobaan dengan benar tapi kurang runtut

0 Jika memilih alat dan bahan kurang benar dan kurang lengkap, serta tidak dapat membuat prosedur percobaan dengan benar dan runtut

3 Menentukan var

Gambar

Tabel 4.10. Perbandingan pre-test dan post-test untuk hasil belajar pada kelas
Gambar 2.2. Grafik Suhu Dari Es yang Dipanaskan Sampai Menjadi Uap Air ........ 23
Gambar 2.1. Diagram perubahan wujud zat.
Tabel 2.1. Titik lebur, titik didih, kalor lebur dan kalor didih
+7

Referensi

Dokumen terkait

tertentu, pemerintah tetap melakukan kendali dan campur tangan. Ekonomi untuk SMA/ MA Kelas X.. SMA NEGERI 2 BANTUL Jl. RA Kartini Kecamatan Bantul, Kab. Media Pembelajaran 1) Media

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa(1) tingkat penguasaan keterampilan proses sains guru IPA beberapa SMA di Bantul adalah baik (70,95%) dan (2) aspek

PERBEDAAN POLA ASUH ANAK DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA Studi Kasus pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Kasihan Bantul..

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai proses pembelajaran etude 80 Graded Studies untuk siswa klarinet kelas X SMK Negeri 2 Kasihan, Bantul,

Imaculata Trisukma Prasindyah: “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Problem Solving Pokok Bahasan Kalor dan Perubahan Wujud untuk Melatihkan Keterampilan Proses

Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang SADARI Kelas X di SMAN 1 Kasihan Bantul, berdasarkan tabel 4.2 sebelum diberikan penyuluhan rata-rata pengetahuan responden

Uji hipotesis pemanfaatan hasil penelitian pada pembelajaran biologi materi fungi pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Boyolali tahun ajaran 2011/2012 menunjukkan adanya

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan buku ajar materi perubahan lingkungan berbasis collaborative learning kelas X SMA untuk melatihkan literasi sains